SEJARAH PENDIDIKAN MASA ORDE LAMA INSTI (1)

“ SEJARAH PENDIDIKAN MASA ORDE
LAMA “
Tugas Mata Kuliah : Sejarah Indonesia Dan Dunia
OLEH : NAMIRA TUNA
NIM : 15.2.1.048

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH ( P G M I )
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUTE AGAMA ISLAM
NEGERI MANADO

1

2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sudah sepatutnya menentukan masa depan suatu negara. Bila visi
pendidikan tidak jelas, yang dipertaruhkan adalah kesejahteraan dan kemajuan

bangsa. Visi pendidikan harus diterjemahkan ke dalam sistem pendidikan yang
memiliki sasaran jelas, dan tanggap terhadap masalah-masalah bangsa. Karena itu,
perubahan dalam subsistem pendidikan merupakan suatu hal yang sangat wajar, karena
kepedulian

untuk

menyesuaikan

perkembangan

yang

disesuaikan

dengan

perkembangan zaman. Sudah seyogyanya sistem pendidikan tidak boleh jalan di
tempat, namun setiap perubahan juga harus disertai dan dilandasi visi yang mantap
dalam menjawab tantangan zaman.

Secara umum pendidikan orde lama sebagai wujud interpretasi pasca
kemerdekaan di bawah kendali kekuasaan Soekarno cukup memberikan ruang bebas
terhadap pendidikan. Pemerintahan yang berasaskan sosialisme menjadi rujukan dasar
bagaimana pendidikan akan dibentuk dan dijalankan demi pembangunan dan kemajuan
bangsa Indonesia di masa mendatang. Pada prinsipnya konsep sosialisme dalam
pendidikan memberikan dasar bahwa pendidikan merupakan hak semua kelompok
masyarakat tanpa memandang kelas sosial. Pada masa ini Indonesia mampu
mengekspor guru ke negara tetangga, dan banyak generasi muda yang disekolahkan di
luar negeri dengan tujuan agar mereka kelak dapat kembali ke tanah air untuk
mengaplikasikan ilmu yang telah mereka dapat. Tidak ada halangan ekonomis yang
merintangi seseorang untuk belajar di sekolah, karena diskriminasi dianggap sebagai

2

tindakan kolonialisme. Pada saat inilah merupakan suatu era di mana setiap orang
merasa bahwa dirinya sejajar dengan yang lain, serta setiap orang memiliki hak untuk
mendapatkan pendidikan.
Orde lama berusaha membangun masyarakat sipil yang kuat, yang berdiri di atas
demokrasi, kesamaan hak dan kewajiban antara sesama warga negara, termasuk dalam
bidang pendidikan. Sesungguhnya, inilah amanat UUD 1945 yang menyebutkan salah

satu cita-cita pembangunan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Banyak
pemikir-pemikir yang lahir pada masa itu, sebab ruang kebebasan betul-betul dibuka
dan tidak ada yang mendikte peserta didik. Tidak ada nuansa kepentingan politik
sektoral tertentu untuk menjadikan pendidikan sebagai alat negara maupun kaum
dominan pemerintah.
Di bawah menteri pendidikan Ki Hadjar Dewantara dikembangkan pendidikan
dengan sistem “among” berdasarkan asas-asas kemerdekaan, kodrat alam, kebudayaan,
kebangsaan, dan kemanuasiaan yang dikenal sebagai “Panca Dharma Taman Siswa”
dan semboyan “ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani”
pada 1950 diundangkan pertama kali peraturan pendidikan nasional yaitu UU No.
4/1950 yang kemudian disempurnakan menjadi UU No. 12/1954 tentang dasar-dasar
pendidikan dan pengajaran di sekolah. Pada 1961 diundangkan UU No. 22/1961
tentang Pendidikan Tinggi, dilanjutkan dengan UU No.14/1965 tentang Majelis
Pendidikan Nasional, dan UU No.19/1965 tentang Pokok-Pokok Sitem Pendidikan
Nasional Pancasila. Pada masa akhir pendidikan Presiden Soekarno, 90 % bangsa
Indonesia berpendidikan SD 1.
Perkembangan politik masa orde lama yang mempengaruhi jalannya kebijakan
pendidikan nasional adalah sejak 1959, Indonesia berada di bawah gelora Manipol

Haryatmoko, “Menuju Orientasi Pendidikan Humanis dan Kritis”, dalam bukuMenemukan Kembali

Kebangsaan dan Kebangsaan, (Jakarta: Departemen Komunikasi dan Informatika, 2008), h. 69
1

3

(Manifestasi Politik)-USDEK (UUD 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi
Terpimpin, Kepribadian Indonesia).
Manipol-Usdek telah menjadi "dewa" dalam kehidupan politik Indonesia dan
juga "dewa" dalam bidang kehidupan lainnya, termasuk bidang pendidikan. Keputusan
Presiden Nomor 145 tahun 1965 merumuskan tujuan pendidikan nasional pendidikan
Indonesia sesuai dengan Manipol-Usdek, yaitu "Tujuan pendidikan nasional, baik yang
diselenggarakan oleh pihak pemerintah maupun pihak swasta, dari pendidikan
prasekolah sampai pendidikan tinggi supaya melahirkan warga negara sosialis
Indonesia yang susila, yang bertanggung jawab atas terselenggaranya masyarakat
sosialis Indonesia, adil dan makmur spiritual maupun material dan berjiwa Pancasila."
Manusia sosialis Indonesia adalah cita-cita utama setiap usaha pendidikan di Indonesia.
Berdasarkan intsruksi Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan No. 2 tanggal 17
Agustus 1961, diadakan perincian yang lebih lanjut mengenaiPantja Wardhana/Hari
Krida.


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari makalah ini
adalah:
1. Bagaimana pendidikan dimasa orde lama?
2. Bagaimana Kurikulum Orde Lama?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah ini untuk :
1. Mengetahui bagaimana pendidikan dimasa orde lama
2. Mengetahui kurikulum pada masa orde lama

4

BAB II
PEMBAHASAN

Orde secara harfiyah dapat diartikan zaman, atau masa. Secara kontekstual, Orde
lama biasanya diartikan sebgai zaman pemerintahan presiden Soekarno, yang
berlangsung sejak tahun 1945 hingga 1965, yaitu sejak diproklamasikannya
kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 sampai dengan digantikannya Soekarno

oleh Soeharto melalui Surat Perintah 11 Maret 1965 yang selanjutnya dikenal sebagai
Supersemar2
A. Keadaan negara Indonesia pada masa Orde Lama
Keadaan dengan berbagai aspeknya pada masa Orde lama dapat digambarkan
sebagai berikut :
1. Republik Indonesia pasa masa Orde lama dapat diibaratkan seperti bayi yang baru
lahir. Tubuhnya masih lemah, otaknya masih kosong. Pengamalan belum ada,
teman-teman tampak dan lain sebagainya masih perlu diusahakan. Struktur
kenegaraan Indonesia masih sedang dibangun dengan berdasarkan pada konsep
tertentu.

2

Dra. Hj. Enung K Rukiati, dkk. Sejarah Pendidikan Di Indonesia, pustaka setia bandung.

5

2. Belanda yang baru saja meninggalkan Indonesia karena tedesak oleh jepang, ingin
kembali lagi menjajah Indonesia dengan membonceng tentara sekutu Amerika
Serikat. Belanda mengerahkan segala daya dan kemampuan untuk menguasai

kembali Indonesia. Dengan keadaan yang masih bayi tersebut Indonesia dengan
seluruh rakyat dan pimpinannya terpaksa harus bangkit mempertahankan
kemerdekaannya dengan berperang melawan belanda dan tentara sekutu yang baru
saja menang dalam perang dunia dua.
3. Secara politik berbagai kekuatan yang dimiliki negara Indonesai yang baru
merdeka itu belum terkonsolidasikan dengan baik. Rumusan tentang dasar dan
falsafah serta peraturan perundang-undangan yang akan menjadi dasar
membangun Indoneisa kedepan masih harus dirumuskan dan ditentukan dengan
tegas dan tepat.

B. Perkembangan Pendidikan Pada Masa Orde Lama (1950-1966)
Masa revolusi pendidikan nasional mulai meletakkan dasar-dasarnya. Pada masa
revolusi sangat terasa serba terbatas, tetapi bangsa kita dapat melaksanakan pendidikan
nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam UUD 1945. Kita dapat merumuskan
Undang Undang Pendidikan No. 4/1950 junto no. 12/ 1954. Kita dapat membangun
sistem pendidikan yang tidak kalah mutunya. Para pengajar, pelajar melaksanakan
tugasnya dengan sebaik-baiknya walaupun serba terbatas. Dengan segala keterbatasan
itu memupuk pemimpin-pemimpin nasional yang dapat mengatasi masa pancaroba
seperti rongrongan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sayang sekali pada
akhir era ini pendidikan kemudian dimasuki oleh politik praktis atau mulai dijadikan

kendaraan politik. Pada masa itu dimulai pendidikan indoktrinasi yaitu menjadikan
pendidikan sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaan Orde Lama. Pada Orde
Lama sudah mulai diadakan ujian-ujian negara yang terpusat dengan sistem kolonial
yang serba ketat tetapi tetap jujur dan mempertahankan kualitas.

6

Hal ini didukung karena jumlah sekolah belum begitu banyak dan guru-guru
yang ditempa pada zaman kolonial. Pada zaman itu siswa dan guru dituntut disiplin
tinggi. Guru belum berorientasi kepada yang material tetapi kepada yang ideal. Citra
guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa yang diciptakaan era Orde Baru sebenarnya
telah dikembangkan pada Orde Lama. Kebijakan yang diambil pada Orde Lama dalam
bidang pendidikan tinggi yaitu mendirikan universitas di setiap provinsi. Kebijakan ini
bertujuan untuk lebih memberikan kesempatan memperoleh pendidikan tinggi. Pada
waktu itu pendidikan tinggi yang bermutu terdapat di Pulau Jawa seperti UI, IPB, ITB,
Gajah Mada, dan UNAIR, sedangkan di provinsi-provinsi karena kurangnya persiapan
dosen dan keterbatasaan sarana dan prasarana mengakibatkan kemerosotan mutu
pendidikan tinggi mulai terjadi3
Secara umum pendidikan orde lama sebagai wujud interpretasi pasca
kemerdekaan di bawah kendali kekuasaan Soekarno cukup memberikan ruang bebas

terhadap pendidikan. Pemerintahan yang berasaskan sosialisme menjadi rujukan dasar
bagaimana pendidikan akan dibentuk dan dijalankan demi pembangunan dan kemajuan
bangsa Indonesia di masa mendatang. Pada prinsipnya konsep sosialisme dalam
pendidikan memberikan dasar bahwa pendidikan merupakan hak semua kelompok
masyarakat tanpa memandang kelas sosial.

4

Pada masa ini Indonesia mampu

mengekspor guru ke negara tetangga, dan banyak generasi muda yang disekolahkan di
luar negeri dengan tujuan agar mereka kelak dapat kembali ke tanah air untuk
mengaplikasikan ilmu yang telah mereka dapat. Tidak ada halangan ekonomis yang
merintangi seseorang untuk belajar di sekolah, karena diskriminasi dianggap sebagai
tindakan kolonialisme. Pada saat inilah merupakan suatu era di mana setiap orang
merasa bahwa dirinya sejajar dengan yang lain, serta setiap orang memiliki hak untuk
mendapatkan pendidikan.

3


http://gracesmada.wordpress.com/mutu-pendidikan-indonesia

4

Moh. Yamin, Menggugat Pendidikan Indonesia. (Jogjakarta: Ar Ruz, 2009), h. 87

7

Orde lama berusaha membangun masyarakat sipil yang kuat, yang berdiri di atas
demokrasi, kesamaan hak dan kewajiban antara sesama warga negara, termasuk dalam
bidang pendidikan. Sesungguhnya, inilah amanat UUD 1945 yang menyebutkan salah
satu cita-cita pembangunan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Banyak
pemikir-pemikir yang lahir pada masa itu, sebab ruang kebebasan betul-betul dibuka
dan tidak ada yang mendikte peserta didik. Tidak ada nuansa kepentingan politik
sektoral tertentu untuk menjadikan pendidikan sebagai alat negara maupun kaum
dominan pemerintah. Seokarno pernah berkata:
“….sungguh alangkah hebatnya kalau tiap-tiap guru di perguruan taman siswa
itu satu persatu adalah Rasul Kebangunan! Hanya guru yang dadanya penuh dengan
jiwa kebangunan dapat ‘menurunkan’ kebangunan ke dalam jiwa sang anak,” 5
Dari perkataan Soekarno itu sangatlah jelas bahwa pemerintahan orde lama

menaruh perhatian serius yang sangat tinggi untuk memajukan bangsanya melalui
pendidikan.
Di bawah menteri pendidikan Ki Hadjar Dewantara dikembangkan pendidikan
dengan sistem “among” berdasarkan asas-asas kemerdekaan, kodrat alam, kebudayaan,
kebangsaan, dan kemanuasiaan yang dikenal sebagai “Panca Dharma Taman Siswa”
dan semboyan “ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani”
pada 1950 diundangkan pertama kali peraturan pendidikan nasional yaitu UU No.
4/1950 yang kemudian disempurnakan menjadi UU No. 12/1954 tentang dasar-dasar
pendidikan dan pengajaran di sekolah. Pada 1961 diundangkan UU No. 22/1961
tentang Pendidikan Tinggi, dilanjutkan dengan UU No.14/1965 tentang Majelis
Pendidikan Nasional, dan UU No. 19/1965 tentang Pokok-Pokok Sitem Pendidikan
Nasional Pancasila. Pada masa akhir pendidikan Presiden Soekarno, 90 % bangsa
Indonesia berpendidikan SD. 6

5
6

Moh. Yamin, Menggugat Pendidikan Indonesia. (Jogjakarta: Ar Ruz, 2009), h. 92
Moh. Yamin, Menggugat Pendidikan Indonesia. (Jogjakarta: Ar Ruz, 2009), h. 92

8

C. Posisi Siswa sebagai Subjek dalam Kurikulum Orde Lama
Jika kita berbicara tentang kurikulum, maka sudah sepatutnya kita membicarakan
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum pada era Orde Lama dibagi manjadi
2 kurikulum di antaranya:
1. Rentang Tahun 1945-1968
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah dalam
bahasa Belanda “leer plan” artinya rencana pelajaran. Perubahan arah pendidikan lebih
bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Sedangkan,
asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Kurikulum yang berjalan saat itu dikenal dengan
sebutan “Rencana Pelajaran 1947”, yang baru dilaksanakan pada tahun 1950. Orientasi
Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan pada pendidikan pikiran. Yang diutamakan
adalah: pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat.
Pada masa tersebut siswa lebih diarahkan bagaimana cara bersosialisasi dengan
masyarakat. Proses pendidikan sangat kental dengan kehidupan sehari-hari. Aspek
afektif dan psikomotorik lebih ditekankan dengan pengadaan pelajaran kesenian dan
pendidikan jasmani. Oleh karena itu, yang lebih penting adalah bagaimana
menumbuhkan kesadaran bela negara.
2. Rencana Pelajaran Terurai 1952
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut “Rencana
Pelajaran Terurai 1952”. Silabus mata pelajarannya jelas sekali, dan seorang guru
mengajar satu mata pelajaran. Pada masa ini memang kebutuhan peserta didik akan

9

ilmu pengetahuan lebih diperhatikan, dan satuan mata pelajaran lebih dirincikan.
Namun, dalam kurikulum ini siswa masih diposisikan sebagai objek karena guru
menjadi subjek sentral dalam pentransferan ilmu pengetahuan. Guru yang menentukan
apa saja yang akan diperoleh siswa di kelas, dan guru pula yang menentukan standarstandar keberhasilan siswa dalam proses pendidikan.
3. Kurikulum 1964
Fokus kurikulum 1964 adalah pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya,
dan moral (Panca wardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok
bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keterampilan, dan jasmaniah.
Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
Pada kurikulum 1964 ini, arah pendidikan mulai merambah lingkup praksis. Dalam
pengertian bahwa setiap pelajaran yang diajarkan disekolah dapat berkorelasi positif
dengan fungsional praksis siswa dalam masyarakat.
Pendidikan diberi prioritas utama dan jumlah lembaga pendidikan meningkat
secara drastis. Antara tahun 1953-1960 jumlah anak yang mamasuki sekolah dasar
meningkat dari 1,7 juta menjadi 2,5 juta orang. Tetapi sekitar 60% dari jumlah itu
keluar sebelum tamat. Sekolah-sekolah lanjutan negeri dan swasta (kebanyakan sekoah
agama) dan lembaga-lembaga tingkat universitas bermunculan dimana-mana, tetapi
terutama sekali di Jawa dan banyak yang menacapai standar yang tinggi. Dua
keuntungan penting dari perluasan pendidikan ini segera tampak nyata. Pada tahun
1939 jumlah orang dewasa yang melek huruf adalah 7,4% sedangkan pada tahun 1961
jumlahnya sudah mencapai 46,7% dari jumlah anak-anak diatas usia 10 tahun (56,6%
di Sumatera dan 45,5 di Jawa). Untuk penduduk laki-laki berusia antara 10-19 tahun
jumlahnya diatas 76%. Angka-angka ini belum menunjukkan prestasi yang hebat sejak
zaman belanda. Lalu pemakaian bahasa Indonesia di seluruh sistem pendidikan dan

10

juga semua komunikasi resmi dan media masa, benar-benar menetapkan kedudukan
sebagai bahasa nasional7
Dalam masa transisi yang singkat RIS menjadi RI tidak memungkinkan
pemerintah melaksanakan pendidikan dan pengajaran yang komprohensif yang berlaku
untuk seluruh tanah air. Belanda meninggalkan sekolah kolonial di daerah yang
dikuasai oleh pemerintah RI telah mulai dilaksanakan sistem pendidikan pendidikan
yang direncanakan akan berlaku secara nasional dengan segala kemampuan yang
terbatas.
Setelah RIS terbentuk pada bulan Desember 1949 pemerintah RIS dan
pemerintah RI yang menjadi inti dari negara kesatuan dan mempunyai aparat relatif
paling lengkap menandatangani suatu “Piagam Persetujuan Pemerintah Republik
Indonesia Serikat dan Pemerintah Republik Indonesia” 8. Piagam ini ditanda tangani
oleh Perdana Menteri Republik Indonesia Drs. Moh Hatta dan perdana menteri
Republik Indonesia Dr. A Halim pada tanggal 19 Mei 1950. Isinya adalah:
Menyetujui dalam waktu sesingkat-singkatnya bersama-sama melaksanakan
Negara Kesatuan sebagai penjelmaan dari pada RI berrdasarkan proklamasi 17 Agustus
1945.
Sebelum diadakan perundang-undangan kesatuan maka undang-undang dan
pengaturan yang ada tetap berlaku akan tetapi dimana mungkin diusahakan supaya
perundang-undangan RI (dahulu) berlaku.
Menyetujui

pembentukan

suatu

panitia

yang

bertugas

kewajuban

menyelenggarakan segala persetujuan untuk menyelesaikan kesukaran-kesukaran
diperbagai lapangan dalam waktu sesingkat-singkatnya.

7M.C.

Riklefs. 200. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. PT Serambi Ilmu Semesta. h.473-474.
Helius Sjamsuddin. 1993. Sejarah Pendidikan Indonesia zaman kemerdekaan (1945-1950). Depdikbud.
Jakarta. h.67
8

11

Atas dasar piagam ini ada kaitan khusus dengan penyelenggraan pendidikan dan
pengajaran Kementerian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan RIS dan
Kementerian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan RI mengadakan “pengumuman
Bersama pada tanggal 30 Juni 1950 yang bertujuan untuk sementara tahun ajaran
1950/1951 sistem pengajaran yang berlaku dalam RI dahului berlaku untuk seluruh
Indonesia sampai sistem itu ditinjau kembali. Adapun isi pengumuman sementara
tersebut adalah:
1. Mengenai Susunan Sekolah-Sekolah Negeri:
Sesudah libur puasa ini (untuk tahun penmgajaran 1950-1951) sementara
sistem pengajaran yang berlaku dalam RI dijalankan di seluruh Indonesia.
Kemudian, (dalam waktu singkat) sistem itu akan ditinjau kembali.
2. Mengenai Sekolah-Sekolah Partikelir
a. Pemerintah mengenal warganegara dan orang asing.
b. Bagi semua warganegara diselenggarakan pendidikan sekolah Negeri
menurut undang-undang dengan memperhatikan sepantasnya kepentingankepentingan khusus mereka antara lain yang mengenal bahasa rumah.
c. Bagi orang asing tidak didirikan sekolah-sekolah negeri, tetapi diberi
kesempatan untuk menyelenggarakan sekolah menurut kebutuhannya.
Sementara kemungkinan bagi sekolah-sekolah orang asing bangsa belanda
untuk memperoleh bantuan dari pemerintah berdasarakan ketentuan: “ Selama 2
tahun sesudah 27-12-1949 setidak-tidaknya kepada Sekolah Rendah diberi
bantuan berupa tenaga guru sebanyak-banyaknya seperdua dari formasi guru
sekolah yang bersangkutan menurut ukuran yang berlaku untuk sekolah-sekolah
rendah negeri.
Sekolah-sekolah partikelir yang mengikuti rencana pelajaran pemerintah
dapat diberi subsidi menurut perturan negeri untuk pemberian subsidi kepada
sekolah partikelir.
12

Semua sekolah partikelir harus memberikan Bahasa Indonesia sekurangkurangnya sebagai mata pelajaran. Pemerintah mengawasi semua sekolah
partikelir.
3. Organisasi dan Administrasi Pendidikan
Pemerintah negara
Pengajaran

dan

kesatuan menugaskan Kementerian Pendidikan

Kebudayaan

(PP

dan

K)

sebagai

organisasai

yang

meneyelenggarakan administrasi pendidikan dan pengajaran di seluruh tanah air 9.
Adapun yang menjadi tugas utama dari kementerian PP dan K adalah :
a. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di sekolah-sekolah dari tingkat
yang paling rendah (Sekolah Rakyat atau Sekolah Dasar) sampai
kependidikan Tinggi (Perguruan Tinggi). Mengenai pendidikan Tanam
kanak-kanak, kementerian hanya memberikan bantuan terbatas pada
apersonalia tenaga pengajar dan alat-alat pelajaran sedangkan untuk
pendidikan Luar Biasa menjadi langsung tanggung jawab pemerintah.
b. Meneyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di luar sekolah bagi orangorang dewasa.
c. Memelihara dan menegmbangkan kebudayaan bangsa sebagai dasar
pendidikan di dalam dan di luar sekolah.
Atas dasar tugas-tugas itu maka berdasarkan surat keputusan kementerian
PP dan K nomor 4223/kab. Tanggal 15 Februari 1951 dan berlaku surut mulai 1
Oktober 1950 dibentuklah jawatan pengajaran yang menangani pendidikan dan
pengajaran di sekolah-sekolah, Jawatan pendidikan mayarakat untuk orang-orang
dewasa dan jawatan yang bertugas selain memelihara dan mengembangkan
kebudayaan

juga

memelihara

peninggalan-peninggalan sejarah.

Jawatan

perlengkapan yang menyediakan perlengkapan pendidikan dan pengajaran. Selain
itu dibentuk Biro Perguruan Tinggi dan biro Hubungan Luar Negeri dalam rangka
9

Helius Sjamsuddin. 1993. Sejarah Pendidikan Di Zindonesia zaman kemerdekaan (1945-1950).
Depdikbud. Jakarta. H.90

13

kerjasama dengan UNESCO: Balai penyelidikan dan perancang pendidikan dan
pengajaran (BP4) untuk penelitian, majelis ilmu pengetahuan Indonesia (MIPI)
kemudian menjadi LIPI yang bertugas melakukan penelitian pada umumnya.
4. Perubahan Sekolah-sekolah
Setelah RIS kembali kenegara kesatuan RI, jawatanm inspeksi pengajaran
kementerian PP dan K di Yogyakarta pada tanggal 25 Agustur 1950 menegluarkan
kepputusan menegani perubahan sekoah-sekolah yang dilaksanakan di daerahdaerah RI. sejak tahun ajaran 1949/1950. Sekolah-sekolah dibagi-bagi atas enam
kelompok: model-model sekoah yang berasal dari masa sebelum kembali kenegara
keatuan di bekas-bekas daerah-daerah ferdeal atau pendudukan Belanda yang pada
dasarnya menurut model kolonial diubah dan disesuaikan dengan sistem
pendidikan dan pengajaran nasional.

5. Pelaksanaan UU Pokok Pendidikan dan Pengajaran
Mengenai pelaksanaan UU No 4 tahun 1950 (juncto UU no 12 tahun 1954)
dapat dilihat pada beberapa jenis pendidikan dan kegiatannya yaitu:
a. Pendidikan Jasmani
Di indonesia departemen olahraga menegejar prestasi olahraga. Sikap
ambivalensi ini dapat dilihat dari UGM yang memasukkan jurusan pendidikan
jasmani dalam fakultas sastar. Pendagogik dan filsafat yang berarti dalam ilmu
kerohanian

(Geiisteswissenshafft).

Di

UI

yang

aakademi

pendidian

jasamaninya ada di bandung dimasukkan dalam fakultas kedokteran artinya
digolongkan dalam ilmu alam (naturrwissenchafft)
b. Pendidikan Orang Dewasa
Pendidikan orang dewasa ini lebih dikenal dengan pendidikan
masayarakat yang diselenggarakan oleh jawatan pendidikan masyarakat.
14

Kegiatan pendidikan masyarakat ditentukan menurut kebjakan pemerintah
berdasarkan atas surat keputusan menteri PP dan K tanggal 15 Februari 1961
Nomor 4223/Kab. Dalam pasal 17 disebutkan:
1) Merencanakan, memimpin, menggiatkan dan mengawasi pemberantasan
buta huruf.
2) merencanakan, memimpin, menggiatkan dan mengawasi pengetahuan
umum (KPU)
3) Mengusahakan buku-buku untuk mengisi perpustakaan rakyat.
4) Mengikuti dan membantu perkembanagan gerakan pramuka
5) Mengusahakan buku-buku pimpinan dan pelajaran untuk pemberantasan
buta huruf, serta buku-buku dan majalah-majalah untuk memelihara dan
memperdalam kecakapan membaca dan menulis
6) Memimpin dan mengawasi pendidikan jasmani di luar sekolah
7) menyelenggarakan kursus-kursus kader untuk pendidikan masyarakat.
8) memajukan dan membantu gerakan kepanduan
9) membantu inisiatif masyarakat untuk memajukan kaum wanita.
10) Pada bulan Agustus 1955 diadakan konferensi Pendidikan masyarakat
yang telah membuat keputusan: “mengusahakan memelihara hubungan
baik dan sehat dengan masyarakat dan instansi/ badan-badan yang
mempunyai tugas sama/sejenis dalam pembinaan dan pembangunan
masyarakat atas dasr pekerjaaan terhadap pejabat-pejabat dan instansiinstansi pendidikan masyarakat.
c. Pendidikan Luar Biasa
Berdasarkan surat keputusan menteri PP dan K nomor /Kab. Tanggal 9
Agustus 1953 jawatan pengajaran membentuk sebuah instansi urusan
Pendidikan Luar Biasa yang bertugas “mengatur, mengurus dan mengawasi
penyelenggaraan pendidikan luar bias di Indonesia”. Inspeksi pendidikan guru
pun mempunyai “inspeksi sekolah guru luar biasa” yang ditandatangani oleh

15

Pendidikan Luar Biasa ini ilaha para tuna netra, tuna rungu, tuna wicara dan
lemah ingatan bahkan anak-anak cacad tubuh seperti Yayasan Pemeliharaan
Anak-Anak Cacad dari Dr. Soeharso. Kebanyakan pendidikan semacam ini
banyak dikelola oleh yayasan-yayasan sedangkan pemerintah turut memberi
bantuan material, fungsional dan tenaga pengajar.
d. Pendidikan Guru
Pada tahun 1951 jawatan pengajaran telah membuat rencana 10 tahun kewajiban
belajar. Diperkirakan pada tahun itu jumlah anak yang ersekolah kira-kira sebesar
5.921.200. Untuk itu diperkirakan diperlukan tenaga guru sebesar 118.424 orang.
Untuk maksud tersebut diperlukan pengadaan guru yamg amat mendesak. Sehubungan
dengan itu kementerian PP dan K melalui kerjasama PGRI menyelenggarakan
pendidikan guru darurat yaitu berupa kursus-kursus yang berbnetuk kursuss pengajar
untuk kursusu pengantar kewajiban balajar atau di singkat KPKPKB. Di setiap
kabupaten terdapat dua KPKPKB dengan masing-masing murid 80 orang.

e. Pendidikan kejuruan
Setelah Indonesia merdeka pendidikan kejuruan masih elatif terbelakang
dibandingkan debgabn pendidikan umum. Kendala-kendalanya anrara lain karena
pendidikan umum masih menjanjikan kemungkinan untuk memperolah pendidikan
setinggi-tingginya disamping itu lowongan pekerjaan ketika itu masih terbuka. Selain
itu peralatan tidak mencukupi, tenaga pengajar kurang dan pemahaman masyarakat
sendiri terhadap manfaat pendidikan kejuruan itu belum banyak sehingga mereka
enggan menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah kejuruan.
Sehubungan dengan kurangnya alat pendidikan maka pada tahun 1951
pemerintah dengan bantuan luar negeri mencoba memesan alat-alat untuk sekolah

16

teknik, tetapi setelah bantuan ada pelaksaaannya tidak lancar karena tidak ada tenaga
yang menggunakannya dan infrastruktur berupa gedung masih belum tersedia.
f. Pendidikan wanita
UU Nomor 4 tahun 1950 membuka kesempatan seluas-luasnya bagi para kaum
wanita untuk mengikuti semua jenis dan jenjang pendidikan sehiingga dapat menjamin
kehidupan mereka dalam masyarakat sebagai WNI yang sederajat dengan kaum pria.
Sehubungan dengan itu selain sekolah-sekoah umum yang dapat diikuti oleh kaum
wanita sampai ke jenjang setinggi-tingginya. Ketika itu pemerintah menyelenggarakan
pula pendidikan-pendidikan kejuruan wanita seperti Sekolah Kepandaian Puteri (SKP)
dan Sekolah Guru kepandaian Puteri (SGKP). Di SKP dibuka kejuruan-kejuruan
seperti menjahit, memasak, kerajianan tangan, memimpin rumah tangga, mengasuh
anak.
g. Pendidikan Agama
Berdasarkan peraturan bersama Menteri PP dan K dan Menteri Agama maka di
setiap sekoah rendah dan sekolah lanjutan (umum dan kejuruan) diberi pendidikan
agama sebanyak dua minggu sekali saejak di kelas IV kecuali untuk lingkungan
istimewa diberikan sejak kelas I. Pendidikan agama diberikan menurut agama murud
masing-masing. Guru-guur agama diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Agama
serta biaya pendidikan di tanggung oleh kementerian agama. Yang nantinya sistem ini
juga berlaku di sekolah-sekolah swasta jika pengurusnya mengkehendakinya dan orang
tua murid memintanya.
h. Pendidikan Tinggi
Dalam rangka pelaksanaan UU darurat Nomor 7 Ferbruari 1950, dibentuklah
Universitas Indonesia dengan Ir. Surachman sebagai presiden (rektor) Universitas ini
merupakan gabungan anatara balai Perguruan Tinggi Republik Indonesia dengan

17

Universiteit van Indonesie, termasuk cabang-cabangnya dari berbagai fakultas di
Bogor, Bandung, Surabaya dan Makasar.
i.

Pendidikan Swasta
Pada zaman koonial Belanda mengijinkan berdiri sekolah-sekolah swata yang

diselenggarakan oleh misi katolik dan zending Protestan. Namun demikian terhadap
masyarakat islam yang sejak lama mempunyai lembaga-lembaga pendidikan tersendiri
seperti madrasah-madrasah, pemerintah kolonial melakukan kebijakan politik van
onthouding (politik tidak campur).
Dalam masa kemerdekaan terutama dalam periode antara tahun 1950-1959
bermunculan sekolah swasta, baik yang baru berdri ataupun melanjutkan kembali
sekolah-sekolah swata yang pernah ada sebelumnya. Sekolah-sekolah swata itu tidak
ahnya atas dasar agama isalam seperti Muhamadiyah tetapi juga atas dasar aagama
protestan dan katolik.
Meskipun ada lembaga pendidikan dari berbagai bidang dan jenjang pendidikan
yang diselenggarakan oleh pihak swata ini, pemerintah PP dan K tetap melakukan tugas
koordinasi. Selain memberikan subsidi untuk sekolah swata yang belum memenuhi
syarat, pemerintah juga menyediakan tenaga-tenaga pengajar untuk diperbantukan.

BAB III
PENUTUP

Dari pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan :
Pendidikan orde lama sebagai wujud interpretasi pasca kemerdekaan di bawah
kendali kekuasaan Soekarno cukup memberikan ruang bebas terhadap pendidikan.
Pemerintahan yang berasaskan sosialisme menjadi rujukan dasar bagaimana
18

pendidikan akan dibentuk dan dijalankan demi pembangunan dan kemajuan bangsa
Indonesia di masa mendatang. Pada prinsipnya konsep sosialisme dalam pendidikan
memberikan dasar bahwa pendidikan merupakan hak semua kelompok masyarakat
tanpa memandang kelas sosial.
Kurikulum pada masa orde lama terbagi beberapa bagian
a. Rentang Tahun 1945-1968
b. Rencana Pelajaran Terurai 1952
c. Kurikulum 1964

Daftar Pustaka
Anam, S., Sekolah Dasar, Pergulatan Mengejar Ketertinggalan, Solo : Wajatri
Drs. Ary H. Gunawan, Kebijakan-Kebijakan Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1995
Helius Sjamsuddin. Sejarah Pendidikan Di Indonesia Zaman Kemerdekaan (19451950).Departeman Pendidikan Dan Kebudayan: Jakarta. 1993.

19

Soenarto, N., Biaya Pendidikan di Indonesia : Perbandingan pada Zaman Kolonial
Belanda dan NKRI (on line) http://www.kompas.com
Sanjaya, W. Kajian Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung : Sekolah Pasca Sarjana
UPI, 2007
Sumarsono, Moestoko. Pendidikan Indonesia dari jaman ke jaman. Balai Pustaka:
Jakarta. 1986.

20