Defenisi Ilmu Politik dengan Negara seba

1) Defenisi Ilmu Politik dengan Negara sebagai inti politik
Para sarjana yang menekankan negara sebagai inti dari politik (politics),
memusatkan perhatiannya pada lembaga-lembaga kenegaraan serta bentuk
formalnya. Negara itu sendiri adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang
memiliki kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya.
Namun definisi ini masih dinilai kurang dan bersifat tradisional.
Pendekatan

ini

dinamakan

Pendekatan

Institusional

(institutional

approach). Berikut adalah beberapa defenisi ilmu politik dari para ahli dengan
Negara sebagai konsep utamanya :
a. Roger F Soltau (dalam buku Introduction to Politics):

“Ilmu Politik mempelajari negara, tujuan-tujuan negara... dan lembagalembaga yang akan melaksanakan tujuan-tujuan itu, hubungan antara negara
dengan warganya serta hubungan antarnegara (Political science is the study of the
state, its aim and purposes...the institutions by which these are going to be
realized, its relations with its individual members, and other state).
b. J Barents (dalam Ilmu Politika):
“Ilmu Politik adalah ilmu yang mempelajari kehidupan bermasyarakat...
dengan negara sebagai bagiannya (en maatschappelijk leven... waarvan de staat
een onderdeel vornt); ilmu politik mempelajari negara dan bagaimana negara
tersebut melakukan tugas serta fungsinya (De wetenschap der politiek is de
wetenshcap die het leven van de staat een onderdeel vormt. Aan het onderzoek
van die staten, zoals ze werken, is de wetenschap der politiek gewijd).”

2) Defenisi Ilmu Politik dengan Kekuasaan sebagai inti Politik
Kekuasaan adalah suatu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
memerintah orang lain melakukan apa yang diinginkan oleh si pemberi perintah.
Kekuasaan biasanya dimiliki oleh seseorang dengan kedudukan yang tinggi dalam
suatu organisasi maupun dalam kehidupan bermasyarkat. Bagi negara demokrasi
seperti Indonesia, kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat.
Inti dari kegiatan politik menurut para sarjana adalah segala kegiatan yang
dilakukan untuk merebut dan mempertahankan kekuasaan. Perjuangan kekuasaan

biasanya dianggap menyangkut seluruh kepentingan masyarakat.
Pendekatan ini, yang banyak terpengaruh oleh sosiologi, lebih luas ruang
lingkupnya dan juga mencakup gejala-gejala sosial seperti serikat buruh,
organisasi keagamaan, organisasi kemahasiswaan, dan kaum militer. Pendekatan
ini lebih dinamis dari pada pendekatan institusional karena memperhatikan
proses. Berikut ini adalah beberapa defenisi:
a. Harold D. Laswell dan A. Kaplan (dalam buku Power and Society):
“Ilmu Politik mempelajari pembentukan dan pembagian kekuasaan.”

b. W.A. Robson (dalam The University Teaching of Social Sciences):
“Ilmu politik mempelajari kekuasaan dalam masyarakat, ... yaitu sifat
hakiki, dasar, proses-proses, ruang lingkup, dan hasil-hasil. Fokus perhatian
seorang sarjana ilmu politik... tertuju pada perjuangan untuk mencapai atau
mempertahankan kekuasaan, melaksanakan kekuasaan, atau pengaruh atas orang
lain, atau menentang pelaksanaan kekuasaan itu. (Political science is concerned
with the study of power in a society... its nature, basis, processes, scope and

result. The focus of interest of the political scientist... centres on the struggle to
gain or retain power, to exercise power or influence over others, or to resist that
exercise).”

c. Deliar Noer (dalam Pengantar ke Pemikiran Politik):
“Ilmu politik memusatkan perhatian pada masalah kekuasaan dalam
kehidupan bersama atau masyarakat. Kehidupan seperti ini tidak terbatas pada
bidang hukum semata-mata, dan tidak pula pada negara yang tumbuhnya dalam
sejarah hidup manusia relatif baru. Di luar bidang hukum serta sebelum negara
ada, masalah kekuasaan itupun telah pula ada. Hanya dalam zaman moderen
inilah memang kekuasaan itu berhubungan erat dengan negara.”
d. Ossip K. Fletchteim (dalam Fundamental of Political Science):
“Ilmu politik adalah ilmu sosial yang khusus mempelajari sifat dan tujuan
dari negara sejauh negara merupakan organisasi kekuasaan, beserta sifat dan
tujuan dari gejala-gejala kekuasaan lain yang tidak resmi yang dapat
mempengaruhi negara (Political science is that specialized social science that
studies the nature and purpose of the state so far as it a power organization and
the nature and purpose of other unofficial power phenomena that are apt to
influence the state).” Fletchteim juga menekankan bahwa kekuasaan politik dan
tujuan politik saling mempengaruhi dan bergantung satu sama lain
3) Defenisi Ilmu Politik dengan Pengambilan Keputusan Sebagai Inti Politik
Keputusan (decision) adalah hasil dari membuat pilihan di antara beberapa
alternatif, sedangkan istilah Pengambilan Keputusan (decision making) menunjuk
pada proses yang terjadi sampai keputusan itu tercapai. Pengambilan keputusan

sebagai konsep pokok dari politik menyangkut keputusan-keputusan yang diambil
secara kollektif mengikat seluruh masyarakat. Keputusan-keputusan itu dapat

menyangkut tujuan masyarakat, dapat pula menyangkut kebijakan-kebijakan
untuk mencapai tujuan itu.
Setiap proses membentuk kebijakan umum atau kebijakan pemerintah
adalah hasil dari suatu proses mengambil keputusan, yaitu memilih beberapa
alternatif yang akhirnya ditetapkan sebagai kebijakan pemerintah. Misalnya, jika
Indonesia memutuskan untuk memberi prioritas kepada pengembangan pertanian
(seperti dalam Pelita-I zaman Orde Baru), maka hal ini merupakan suatu
keputusan yang diambil sesudah mempelajari beberapa alternatif lain misalnya
memprioritaskan pendidikan atau memprioritaskan industri.
Aspek di atas juga banyak menyangkut soal pembagian (distribution) yang
oleh Harold D. Laswell dirumuskan sebagai who gets what, when and how.
Berikut beberapa defenisi:
a. Joyce Mitchell (dalam buku Political Analysis and Public Policy):
“Politik adalah pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan kebijakan
umum untuk masyarakat seluruhnya (politics is collective decision making or the
making of public policies for an entire society).”
b. Karl W. Deutsch:

Politik adalah pengambilan keputusan melalui sarana umum (Politics is
the making of decisions by public means).” Dikatakan selanjutnya bahwa
keputusan semacam ini berbeda dengan pengambilan keputusan pribadi oleh
seseorang, dan bahwa seseorang dari keputusan semacam itu merupakan sektor
umum atau sektor publik (public sector) dari suatu negara. Keputusan yang
dimaksud adalah keputusan mengenai tindakan umum atau nilai-nilai (public
goods), yaitu mengenai apa yang akan dilakukan dan siapa mendapat apa. Dalam
arti ini politik terutama menyangkut kegiatan pemerintah. Oleh Deutsch dan

kawan-kawan, negara dianggap sebagai kapal, sedangkan pemerintah bertindak
sebagai nakhodanya. Pendekatan ini berdasarkan cybernetika (cybernetics), yaitu
ilmu komunikasi dan pengendalian (control).
4) Defenisi Ilmu Politik dengan Kebijakan Umum sebagai inti politik
Kebijakan (policy) adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh
seorang pelaku atau kelompok politik, dalam usaha memilih tujuan dan cara untuk
mencapai tujuan itu. Pada prinsifnya, pihak yang membuat kebijakan-kebijakan
itu mempunyai kekuasaan untuk melaksanakannya.
Para sarjana menekankan aspek kebijakan umum (public policy, beleid),
menganggap bahwa setiap masyarakat mempunyai beberapa tujuan bersama. Citacita bersama ini ingin dicapai melalui usaha bersama, dan untuk itu perlu
ditentukan rencana-rencana yang mengikat, yang dituang dalam kebijakan

(policies) oleh pihak yang berwenang, dalam hal ini pemerintah. Berikut ini ada
beberapa defenisi:
a.

Hoogerwerf:
Obyek dari ilmu politik adalah kebijakan pemerintah, proses terbentuknya,

serta akibat-akibatnya. Yang dimaksud dengan kebijakan umum (public policy) di
sini menurut Hoogerwerf ialah, membangun masyarakat secara terarah melalui
pemakaian kekuasaan (doelbewuste vormgeving aan de samenleving door middel
van machtsuitoefening).”
b.

David Easton:
Ilmu politik adalah studi mengenai terbentuknya kebijakan umum (study

of the making of public policy). David Easton dalam buku The Political
System mengatakan, kehidupan politik mencakup bermacam-macam kegiatan

yang mempengaruhi kebijakan dari pihak yang berwenang, yang diterima untuk

suatu masyarakat , dan yang mempengaruhi cara untuk melaksanakan kebijakan
itu. Kita berpartisipasi dalam kehidupan politik jika aktivitas kita ada
hubungannya dengan pembuatan dan pelaksanaan kebijakan untuk suatu
masyarakat (Political life concerns all those varieties of activity that influence
significantly the kind of authoritative policy adopted for a society and the way it
is put into practice. We are said to be participating in political life when out
activity relates in some way to the making and execution of policy for a society).”
5) Defenisi Ilmu Politik dengan Pembagian/Alokasi sebagai inti politik
Pembagian (distribution) dan alokasi (allocation) ialah pembagian dan
penjatahan nilai-nilai (values) dalam masyarakat. Sarjana yang menekankan
pembagian dan alokasi beranggapan bahwa politik tidak lain dan tidak bukan
adalah membagikan dan mengalokasikan nilai-nilai secara mengikat. Yang
ditekankan oleh mereka adalah bahwa pembagian ini sering tidak merata dan
karena itu menyebabkan konflik. Masalah tidak meratanya pembagian nilai-nilai
perlu diteliti dalam hubungannya dengan kekuasaan dan kebijakan pemerintah.
Dalam ilmu sosial, suatu nilai (value) adalah sesuatu yang dianggap baik
dan benar, sesuatu yang diinginkan, sesuatu yang mempunyai harga dan oleh
karenanya dianggap baik dan benar, sesuatu yang ingin dimiliki oleh manusia.
Nilai ini dapat bersifat abstrak seperti penilaian (judgement) atau suatu asas
seperti misalnya kejujuran, kebebasan berpendapat dan kebebasan mimbar. Nilai

juga

bisa

bersifat

konkret

(material)

seperti

rumah,

kekayaan,

sebagainya. Berikut beberapa defenisi:
a. Harold D. Laswell (dalam buku Who Gets What, When, How):
“Politik adalah masalah siapa mendapat apa, kapan, dan bagaimana.”


dan

b. David Easton (dalam A Systems Analysis of Political Life):
“Sistem politik adalah keseluruhan dari interaksi-interaksi yang mengatur
pembagian nilai-nilai secara autoritatif (berdasarkan wewenang) untuk dan atas
nama masyarakat (a political system can be designated as those interactions
through which values are authoritatively allocated for a society).”
Sementara

itu,

tidak

jauh

berbeda,

Isjwara

(1982),


dalam

kajiannya terhadap berbagai definisi ilmu politik, menemukan ada tiga cara
pendefinisian ilmu politik. Ketiga perspektif pendefinisian ini, secara akademik
bisa dipisahkan, namun tidak secara empirik. Artinya, kendatipun dalam kerangka
teroritik bisa didefinitifkan secara distinc (tegas berbeda), namun dalam realitas
politiknya, sangat sulit pisahkan karena satu dengan lainnya saling berkaitan.
1. Definisi Ilmu Politik Secara Institusional
Konsep institusional dimaksud di sini, yaitu kelembagaan. Dimana
sejumlah ilmuwan politik mendefinisikan ilmu politik sebagai ilmu yang
mempelajari lembaga-lembaga politik, seperti negara, pemerintah, DPR, dan
sebagainya berdasarkan struktur dan dokumen-dokumen resmi tentang lembagalembaga yang bersangkutan. Beberapa defenisi ilmu politik kategori ini antara lain
:
Dillon, Leiden dan Stewart
Ilmu politik adalah ‘the scientific study of the organization of the state and
its government and the political activity of its citizens’. Dalam pandangan ini,
ilmu politik lebih ditekankan pada studi mengenai organisasi kenegaraan dan
pemerintahannya, termasuk di dalamnya adalah aktivitas warga negaranya itu
sendiri.


Kogekar (Gie, 1981) :
politik adalah ‘a study of the organization of society in its widest sense,
including all organization the family, the trade union and the state, with special
reference ist one aspect of human behavior, the exercise of control and the
rendering of obedience’.
Roger F. Soltau (dalam bukunya Introduction to Politics) :
‘Political science is the study of the state, its aims and purposes… the
institutions by which these are going to be realized, its relations with its individual
members and other states’.
J. Barent
“ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari kehidupan negara, yang
merupakan bagian dari kehidupan masyarakat. Ilmu Politik mempelajari negaranegara itu melaksanakan tugas-tugasnya.”
Singkatnya, ilmu politik di sini adalah ilmu yang mempelajarai bentuk
negara, struktur organisasi kenegeraan, alat-alat negara atau perangkat kenegaraan
dalam menjalankan roda pemerintahan guna mencapai tujuan kenegaraan itu
sendiri. Pada sisi inilah, definisi ilmu politik bersinggungan erat dengan ilmu
negara atau ilmu tata negara.
Perbedaan definisi ketiga ilmu tersebut adalah pada titik tekan kajian. Ilmu
negara, merupakan ilmu yang bersifat general dan abstrak di dalam mempelajari
sebuah negara, misalnya hakikat negara, tujuan negara dan sejarah terbentuk
negara. sedangkan ilmu tata negara, adalah ilmu negara yang lebih spesifik,
terfokus pada sebuah sistem ketatanegaraan sebuah negara. Dalam ilmu tata
negara ini, dipelajari sebuah susunan keorganisasian. Sementara pada konteks
aktivitas pelaksanaan fungsi keorganisasian dari alat-alat negara itu, lebih banyak
dikaji oleh politik. Sehingga tidak mengherankan, jika Laski, pada bagian awal
kajiannya di buku “An Introduction to Politics’, mengkaji masalah negara.

2. Definisi Ilmu Politik Secara Fungsional
Defenisi politik secara kelembagaan, seperti dikemukakan di atas,
belakangan mendapat banyak kritik. Para pengkritiknya menilai, definisi politik
yang bersifat institusional, membuat ilmu ini tidak berkembang secara akademik,
karena sifatnya yang pasif dan formalistik.
Sebagai reaksi terhadap kelemahan itu, muncullah beberapa ilmuwan yang
menggunakan konteks fungsi dan aktivitas politik yang dinamis sebagai ciri khas
dari kajian ilmu politik. Pendefinisian ini didasari suatu asumsi bahwa lembagalembaga politik merupakan sesuatu yang dinamis yang tidak luput dari
pengawasan faktor-faktor non yuridis.
Dalam real politics, kelompok-kelompok kepentingan (pressure group)
adalah kelompok yang turut menumbuhkembangkan dinamika politik. Oleh
karena itu pula, aktivitas lobbying, tekanan politik, pendapat umum atau opini,
merupakan bagian dari ilmu politik itu sendiri.
Salah satu defenisi dikemukakan oleh Jacobean dan Lipman. Menurut mereka
politik adalah :
“sciences of the state. It deals with (a) the relations of individual t one
another insofar as the state regulates them by law; (2) the relations of individuals
or group of individual to the state; (3) the relations of the state of state”.
Definisi ini sangat tegas, dimana ilmu politik itu berkaitan erat dengan
aktivitas politik itu sendiri, baik dalam konteks interaksi antar individu, antara
individu dengan negara, maupun aktivitas antara negara dengan negara. salah satu
diantara hubungan antara individu dengan negara, adalah pelaksanaan pemilihan
umum.

Pemilihan umum, bukan merupakan sebuah alat atau organisasi negara.
Pemilu adalah aktivitas politik, atau fungsi dari sebuah sistem sosial demokrasi.
Namun demikian, Pemilu sudah pasti sangat jelas identitas kepolitisannya. Jika
menggunakan definisi institusional, maka masalah pemilu ini tidak akan dapat
dijelaskan dengan baik. Oleh karena itu, pemilu sebagai sebuah aktivitas politik,
hanya bisa dijelaskan melalui pendekatan fungsional dari ilmu politik itu sendiri.
3. Definisi Ilmu Politik Menurut Hakikat Politik Itu Sendiri
Para sarjana ilmu politik pada umumnya sependapat bahwa hakekat politik
adalah kekuasaan. Beberapa ilmuan yang mendukung konsep ini antara lain :
Goodin dan Klingemann.
‘Politics might best be characterized as the constrained use of social
power’. (Proses politik adalah serentetan peristiwa yang berhubungan dengan
kekuasaan). Politik merupakan perjuangan untuk memperoleh kekuasaan, teknik
untuk menjalankan kekuasaan, masalah pelaksanaan dan kontrol kekuasaan, atau
pembentukan dan penggunaan kekuasaan.
Deliar Noer.
“ilmu politik memusatkan perhatiannya pada masalah kekuasaaan dalam
kehidupan bersama atau masyarakat.”
Iwa Kusumasumantri
“Ilmu politik ialah ilmu yang memberikan pengetahuan tentang segala
sesuatu kearah usaha penguasaan negara dan alat-alatnya atau untuk
mempertahankan kedudukan/ penguasaannya atau negara dan alat-alatnya itu,
dan/atau untuk melaksanakan hubungan-hubungan tertentu dengan negara-negara
lain atau rakyatnya.

Valkenburg (1968) (dalam bukunya Inleiding tot de Politicologie: Problemen van
Maatschappij en Macht), mengemukakan bahwa:
“politik pada hakekatnya tiada lain merupakan pertarungan untuk kekuasaan.”
Jadi menurut pendefinisian hakekat kekuasaan, ilmu politik adalah ilmu
tentang kekuasaan, karena politik itu sendiri adalah tentang kekuasan. Hal ini
didasari oleh suatu pemikiran bahwa peranan kekuasaan dalam kehidupan
bermasyarakat sangat penting.

TUGAS PENGANTAR ILMU POLITIK
UJIAN KOMPETENSI I

NAMA

: ARIEF FATKHURRAHMAN

NIM

: D0214015

PRODI

: ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET