PRAKTEK TERBAIK PELAYANAN PUBLIK bidang

REVITALISASI PELAYANAN BUS UMUM
MELALUI BTB (BUS TIKET BOX)

Disusun untuk Mengikuti Lomba Karya Tulis yang Diselenggarakan oleh
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Oleh:
Nur Indah Kurniawati

NIM. 125010101111009

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
MALANG
2012

1

A. PENDAHULUAN
Indonesia memiliki sekitar 17.504 pulau (data tahun 2004), sekitar 6.000

diantaranya tidak berpenghuni tetap, yang menyebar di sekitar katulistiwa.
Indonesia terdiri dari 5 pulau besar, yaitu: Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi,
dan Irian Jaya dan rangkaian pulau-pulau ini disebut pula kepulauan Nusantara
atau kepulauan Indonesia. Diantara rangkaian pulau tersebut, pulau Jawa
merupakan wilayah yang paling padat penduduknya, yakni lebih dari setengah
(65%) populasi Indonesia.1
Kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari banyak kepulauan, tidak
dapat dipungkiri sistem mobilisasi dan transportasi di Indonesia cukup beragam,
mengingat banyaknya akses alam yang harus dijangkau. Secara umum, sistem
transportasi Indonesia terdiri atas sistem transportasi darat, laut, dan udara. Sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalulintas dan Angkutan
jalan pada poin 1.a menyatakan bahwa “transportasi mempunyai peranan penting
dan strategis untuk memantapkan perwujudan wawasan nusantara, memperkokoh
ketahanan nasional, dan mempererat hubungan antar bangsa dalam memcapai
tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.” Dengan
demikian, transportasi dalam suatu wilayah merupakan hal yang sangat vital
keberadaannya karena memberikan dampak langsung terhadap pergerakan
perekonomian, politik, dan sosial budaya.
Melihat data kepadatan penduduk Indonesia yang terbesar berada di pulau
Jawa maka secara otomatis tingkat kebutuhan transportasi dan mobilisasi di pulau

Jawa juga sangat tinggi. Banyak hal yang mempengaruhi mengapa konsentrasi
kepadatan berada di pulau Jawa, antara lain: (1) Pusat pemerintahan dan politik
berada di pulau Jawa; (2) Pusat perekonomian yang berkembang pesat di pulau
Jawa; (3) Pendidikan yang lebih maju; (4) Ketersediaan lapangan pekerjaan; (5)
Ketersediaan bahan baku dan pangan yang melimpah; (6) Fasilitas sarana dan
prasarana yang lebih memadai; (7) Media dan suber hiburan yang beragam.
Beberapa kelebihan dan konsentrasi yang menjadi incaran masyarakat seluruh
1 Anonim, Geografi Indonesia. (on-line),
diakses tanggal 20 November 2012.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Geografi_Indonesia),

1

tanah air memang berada di pulau Jawa, sehinga tidak dapat dipungkiri
bahwasanya masyarakat dari pulau-pulau lain yang masih tertingggal berbondongbondong untuk pindah ke Jawa.
Kepadatan pulau Jawa bukan berarti tidak terdapat masalah yang
ditimbulkannya. Jumlah populasi penduduk yang meningkat drastis diikuti pula
dengan peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang saat ini seolah-olah menjadi
kebutuhan primer masyarakat. Perkembangan jumlah kendaraan bermotor

menurut jenisnya tahun 1998-2002 mencapai angka 4,58% untuk mobil; 2,79%
untuk bis; 3,51% untuk truk; dan 6,93% untuk sepeda motor, dan diperkirakan
untuk perkembangan 2002-2012 mencapai kelipatan ganda bagi kendaraan
pribadi.2
Peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia yang mengalami
peningkatan jumlah cukup besar tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas
sarana dan prasarana yang mendukung, utamanya adalah keadaan jalan raya
sebagai akses vital bagi trasnsportasi darat. Sebesar 61,01% jalan yang berada
dibawah kewenangan pembinaan Negara berada dalam kondisi baik; 21,92%
dalam kondisi sedang; 9,87% dalam kondisi rusak dan 7,20% dalam kondisi rusak
berat. Pada jalan Propinsi sebesar 49,93% berkondisi baik; 28,02% berkondisi
sedang; 14,55% berkondisi rusak dan 7,50% berkondisi rusak berat. Sedangkan
untuk kabupaten/kota, 36,23% berada dalam kondisi baik; 26,18% berkondisi
sedang; 22,04% berkondisi rusak dan 15,55% berkondisi rusak berat. Mengingat
jumlah proporsi kendaraan terbesar adalah sepeda motor yang mencapai 73,97%
sedangkan jumlah proporsi terkecil adalah bis yang hanya 3,11%. Sedangkan
sisanya mobil 14,81%; dan truk 8,12%.3
Jumlah kendaraan pribadi yang lebih banyak daripada kendaraan umum
utamanya bis menjadikan polemik besar bagi sistem transportasi darat di
Indonesia. Jaminan terhadap pelayanan masyarakat dalam hal transportasi darat

tidak dapat dilakukan dengan baik apabila jumlah armada bus umum masih sangat
terbatas jumlahnya daripada jumlah kendaraan pribadi. Serta kondisi jalan dengan
kualitas baik hanya mencapai 39,91% saja, sedangkan sisanya sedang hingga
2 Badan Pusat Statistik, Statistik Perhubungan, Jakarta: BPS, 2002, hlm. 7
3 Ibid, hlm. 6

2

rusak berat. Dengan kondisi yang demikian, maka akan banyak masalah yang
ditimbulkan jika sistem transportasi umum di Indonesia tidak mengalami
perbaikan utamanya pada kendaraan besar seperti bus umum.
B. KONDISI DAN KELAYAKAN BUS UMUM DI INDONESIA
Bus umum merupakan salah satu transportasi darat yang paling efisien
digunakan oleh masyarakat untuk menjangkau lokasi yang dituju antar kota
karena melewati jalan raya secara langsung. Pada dasarmya, tujuan dari
transportasi itu sendiri adalah demi keselamatan dan kenyamanan dari pengguna
jasa transportasi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang
Lalulintas dan Angkutan Umum, pasal 3 yang berbunyi:
Trasnportasi jalan diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan lalu
lintas dan angkutan jalan dengan selamat, aman, cepat, lancar, tertib, dan

teratur, nyaman dan efisien, mampu memadukan modal transportasi
lainnya, menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan, untuk menunjang
pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas sebagai pendorong, penggerak dan
penunjang pembangunan nasional dengan biaya yang terjangkau oleh daya
beli masyarakat.
Mengingat transportasi merupakan ihwal kepentingan masyarakat umum
maka Negara harus melaksanakan pelayanan publik dengan sebaik-baiknya.
Sebagaimana diatur dalam UU No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.
Masih banyak pekerjaan rumah yang harus dipikirkan solusi kebijakannya oleh
pejabat aparatur Negara, utamanya mengenai sistim trasnportasi darat (dalam hal
ini adalah bus angkutan umum).
Ada beberapa catatan penting yang perlu diperhatikan oleh pemerintah
dalam melakukan reformasi dan revitalisasi terhadap pelayanan bus umum.
Kondisi yang terjadi antara lain: jumlah armada bus yang masih sedikit, kelayakan
dari armada itu sendiri sangatlah perlu diperhatikan. Masih banyak bus-bus atau
angkot yang seharusnya sudah tidak layak pakai namun tetap beroperasi.
Sedangkan pada sisi lain, kebanyakan dari pihak swasta yang menanganai jasa
angkutan justru menolak adanya perbaikan atau revitalisasi armada serta perijinan
kelayakan operasi kendaraan. Dengan alasan semakin berkurangnya pendapatan


3

perhari juga karena ketidaksesuaian pendapatan dibanding dengan tingginya biaya
retribusi yang dikenakan perharinya.4
Kualitas, kuantitas, serta fasilitas dari armada transportasi bus umum
menjadi hal yang fundamental bagi pelayanan penumpang dengan dukungan
aparat pelaksana dan penyedia jasa itu sendiri. Sehinggga dari kedua variable
person (penumpang dan pengusaha) sama-sama tidak ada yang dirugikan. Namun
yang paling penting system pelayanan dari penyedia jasa itu yang harus segera
diperbaiki. Kualitas aparaturnya utamanya adalah supir yang harus lolos urine test
bebas dari narkoba karena tanggungjawab keselamatan dan kenyamanan
perjalanan penumpang berada pada supir. Seringkali dalam perjalanan kurang
mendapat kenyamanan akibat perilaku supir yang kurang baik. Serta tingginya
angka kecelakaan bus dikarenakan kelalaian pengendara. Belum lagi sistim
pembayaran (karcis) yang manipulative tanpa pemberian karcis kepada
penumpang dari kondektur. Yang lebih parahnya adalah membolehkan
penumpang berdiri di dalam bus yang sudah sesak meskipun di armadanya telah
tertulis “Patas ber-AC”. Segi kesejahteraan pegawai merupakan factor penunjang
yang amat penting untuk mewujudkan standarisasi pelayanan prima bagi
penumpang.

Keberadaan armada bus di Indonesia saat ini memang sungguh
memperihatinkan, dengan jumlah yang sangat minim dibandingkan jumlah
kendaraan pribadi serta koondisi fisik yang seharusnya sudah tidak layak untuk
beroperasi, entah kaca pelindung yang telah retak, pintu yang telah rusak, jok
penumpang yang tidak maksimal, serta body part yang sudah tidak anggun untuk
dipandang. Apalagi standart mesin yang sudah tidak mampu jalan dan bahkan
sering mogok ditengah perjalanan. Hal tersebut sangat mengganggu kenyamanan
penumpang. Belum lagi sistem pengoperasian yang over capasitas sehingga
penumpang saling berdesak-desakan dengan posisi berdiri dan sesak. Padahal
penumpang juga membayar kewajiban sebagaimana penumpang duduk yang lain
yaitu harga karcis yang sama. Kondisi ini memicu ketidakadilan dan melanggar
hak-hak konsumen yang berhak mendapatkan pelayanan terbaik.
4 Letysia Paramita, 4 Mikrolet Jadi 1 Bus Bikin Gelisah. (on-line), (www.liputan.6.com), diakses
tanggal 20 November 2012.

4

Adanya praktik terbaik kebijakan publik serta dukungan anggaran Dinas
Perhubungan dalam upaya revitalisasi dan peningkatan kualitas, kuantitas serta
fasilitas armada bus umum sangat berperan penting. Sehingga pengoperasian

terminal dan juga halte yang layak dan nyaman bagi penumpang diharapkan
meningkatkan paradigma masyarakat untuk lebih respon menggunakan fasilitas
bus umum dalam bertransportasi.
C. REFORMASI PELAYANAN JASA ANGKUTAN BUS UMUM
Gagasan Osborn dan Gaebler tentang Reinventing Government salah
satunya menyatakan Pemerintahan katalis: mengarahkan ketimbang mengayuh.
Artinya, jika pemerintahan diibaratkan sebagai perahu, maka peran pemerintah
seharusnya sebagai pengemudi yang mengarahkan jalannya perahu, bukannya
sebagai pendayung yang mengayuh untuk membuat perahu bergerak. Pemerintah
entrepreneurial seharusnya lebih berkonsentrasi pada pembuatan kebijakankebijakan strategis (mengarahkan) daripada disibukkan oleh hal-hal yang bersifat
teknis pelayanan (mengayuh).5
Saat ini, sudah banyak bermunculan jasa transportasi yang telah dikelola
oleh swasta atau disebut sebagai penyelenggara pelayanan publik sesuai dengan
UU No.25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik pada pasal 8. Sehingga
organisasi penyelenggara lah yang bertanggung jawab untuk memberikan
pelayanan terhadap pengguna jasa. Sedangkan pemerintah hanya sebagai Pembina
dalam pelaksanaan kebijakan publik sesuai pasal 6. Dengan demikian, pemberian
kelonggaran kepada organisasi penyedia jasa transportasi akan memunculkan
inovasi terhadap pihak swasta untuk memberikan pelayanan terbaik bagi
pelanggannya. Meskipun organisasi swasta lebih condong kepada profit oriented,

namun pengguna jasa transportasi langsunglah yang memberikan penilaian
terhadap segi pelayanannya.
Dengan munculnya atmosfir persaingan antar organisasi penyedia jasa
transportasi bus umum, maka tiap-tiap organisasi penyedia jasa tersebut akan
berbondong-bondong memberikan fasilitas terbaik baik pelanggannya. Armada
5 Ahmad Zainal Fanani, Optimalisasi Pelayanan Publik: Persperktif David Osborne dan Ted
Gaebler. (PDF) esay tidak diterbitkan

5

bus yang digunakan akan semakin baik karena pengorganisasian secara
independen serta sesuai dengan

Standart Operating Prosedure (SOP).

Penyelenggara dan seluruh bagian organisasi penyelenggara bertanggung jawab
atas ketidakmampuan, pelanggaran, dan kegagalan penyelenggaraan pelayanan.
Berdasarkan Undang-undang No. 9 tahun 1969 tentang Benrtuk-bentuk
Usaha Negara telah dilakukan penertiban dan penyempurnaan di bidang
perusahaan milik Negara. Sesuai dengan fungsi masing-masing perusahaan

Negara maka ditetapkan bentuk perusahaan Negara menjadi Perusahaan Jawatan,
Perusahaan Umum atau Perusahaan Perseroan. Mengingat luasnya peranan
perusahaan milik Negara yaitu meliputi bidang perdagangan, industry,
perhubungan, pertambangan, keuangan, pertanian dan konstruksi, maka penrtiban
dan penyempurnaan bentuk

bentuk perusahaan tersebut di atas maka fungsi

paratur perekonomian Negara menjadi makin jelas yaitu memberikan pengabdian
dan pelayanan kepada masyarakat dan membantu keuangan Negara.6
Pengelolaan tansportasi umum oleh swasta akan menghasilkan inovasi
pelayanan terbaik bagi penumpang tanpa adanya tekanan dari pihak pemerintah.
Pihak swasta dapat lebih melebarkan sayap dalam mengembangkan bisnisnya
selama masih mengarah terhadap pelayanan bagi masyarakat umum yang tidak
bertentangan dengan undang-undang yang berlaku. Apabila terdapat pelanggaran
yang dilakukan oleh pihak swasta sehingga menyebabkan kerugian bagi
penumpang maka pemerintah masih memiliki hak untuk mencabut izin operasi
bisnisnya. Pemerintah juga masih memiliki hak untuk memberikan pengawasan
terhadap Standart Operating Prosedure (SOP) sehingga pihak swasta tidak
melakukan tindakan sewenang-wenang yang hanya bermotiv keuntungan saja

melainkan juga pelayanan prima bagi penumpangnya.
Mantan presiden Amerika Serikat, John. F. Kenedy pernah mengemukakan
dasar hak konsumen, yaitu: (1) The right to safe product; (2) The right to be
informed about product; (3) The right to be definite choise in selecting product;
(4) The right to be heard regarding consumer interest.7
6 C.S.T. Kansil, Pengantar Hukum Perusahaan Indonesia, Jakarta: Pradnya Paramita, 1976, hlm.
192-193

6

Memberikan pelayanan terbaik terhadap konsumen dalam hal ini adalah
penumpang transportasi bus umum merupakan pokok yang harus dijunjung tinggi.
Hak-hak yang semestinya diperoleh oleh penumpang harus diperhatikan utamanya
dari segi keselamatan, kenyamanan, dan fasilitas transportasi. Keberadaan armada
bus umum di Indonesia saat ini masih terdapat bus yang sudah jauh dari standar
kelayakan namun masih tetap saja dipaksakan untuk beroperasi. Ditambah lagi
sikap pelayanan dari aparatur baik supir bus maupun kondektur yang memerlukan
adanya perbaikan mutu.
Direktur Keselamatan Transportasi Darat Kementrian Perhubungan Hotma
Simanjuntak mengatakan, angka fasilitas kecelakaan di Indonesia cukup tinggi;
“Angka dari korps lalu lintas Polri menyebutkan ada 31.234 korban kecelakaan
yang meninggal dunia pada 2010 dan meningkat menjadi 32.657 orang pada tahun
2011”. Tingginya angka korban kecelakaan yang meninggal dunia ini karena
disiplin berlalulintas masih rendah. Dari hasil analisis diketahui 90% kecelakaan
karena faktor manusia, sebanyak 10% sisanya dibagi rata antara kondisi jalan dan
rambu lalulintas serta faktor kendaraan.8
Upaya peningkatan kualitas aparatur transportasi dapat dilakukan dengan
uji kelayakan supir yang memenuhi standart persyaratan mengemudi baik berupa
Surat Izin

Mengemudi dan bebas dari pengaruh obat-obatan terlarang.

Penghapusan sistem pengupahan premi menjadi penggajian dan kenaikan
tunjangan supir/aparat transportasi juga merupakan upaya peningkatan standart
kualitas kerja dan pelayanan dari aparaturnya. Peningkatan jaminan kesejahteraan
bagi supir, kondektur, kenek, dan aparatur terminal, sehingga mereka akan
memberikan pelayanan terbaik bagi penumpang bus umum.
Pengujian kelayakan dan pemberian izin kelayakan jalan armada bus
umum juga sangat diperlukan. Upaya revitalisasi kendaraan umum yang tengah
ditempuh oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta pada dasarnya merupakan
tindakan yang tepat demi tercapainya standarisasi kelayakan armada. Namun juga
7 Gunawan Widjaya dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2000, hlm. 27.
8 Kompas, Kecelakaan Lalulintas Sebabkan Kemiskinan Sistematis, Rabu, 2 November 2012,
hlm. 18.

7

memerlukan suatu telaah pengkajian ulang terhadap kebijakan publik yang terbaik
sehingga sama-sama mempertemukan kebutuhan dan keinginan dari variable
person (pihak swasta dan juga konsumen/penumpang).
Diperlukan adanya revitalisasi dan penambahan jumlah armada bus yang
optimal. Tentusaja hal tersebut tidak mudah, mengingat kondisi jalanan di Pulau
Jawa utamanya yang sudah hampir penuh sesak dengan kendaraan bemotor. Perlu
dilakukan adanya strategi khusus untuk menangani hal ini, anggaran yang
diperlukan juga tidak sedikit tentunya. Namun, pemerintah dapat mengambil
kebijakan yang sesuai sehingga ditemukan titik temu yang pas. Salah satu cara
adalah dengan bermitra bersama anggaran Bahan Bakar Minyak (BBM), yang
dapat ditekan sehingga alokasi dananya dapat digunakan untuk konsentrasi
revitalisasi system transportasi.
Kementrian keuangan mengusulkan tiga strategi untuk menekan beban
subsidi bahan bakar minyak. Pertama menaikkan harga bahan bakar minyak
bersubsidi Rp 500,- per liter. Kedua, mengalihkan bahan bakar ke gas pada semua
jenis angkutan. Ketiga, melarang mobil pribadi menggunakan bahan bakar
minyak bersubsidi. Jika menaikkan harga BBM bersubsidi, penghematan
mencapai Rp 21,2 triliun. Jika pengalihan BBM ke gas, penghematan hanya Rp
6,6 triliun. Jika melarang mobil pribadi menggunakan BBM bersubsidi,
penghematan mencapai RP 50,2 triliun.9
Merupakan angka yang sangat fantastis dengan melakukan pelarangan
penggunaan BBM besubsidi bagi mobil pribadi. Dan hal tersebut bukan mustahil
untuk dilaksanakan apabila keberadaan layanan transportasi darat memberikan
penawaran yang sangat baik bagi penumpangnya. Dengan fasilitas pelayanan
baik, armada yang sesuai standart, serta harga yang lebih terjangkau daripada
menggunakan kendaraan pribadi karena penggunaan BBM subsidi. Hasil
anggaran yang didapatkan dari penekanan anggaran BBM tersebut lebih dapat
dikonsentrasikan untuk melakukan pembenahan dan revitalisasi di berbagai
fasilitas umum seperti perbaikan kualitas akses jalan, dan subsidi pengadaan
armada transportasi. Selain itu, angka kemacetan jalan juga secara langsung dapat
9 Kompas, Tiga Strategi untuk Menekan Beban anggaran Subsidi BBM, Op.Cit, halaman 17

8

dikurang jumlahnya dengan mutu dan kualitas transportasi umum yang lebih baik
dan sangat layak bagi penumpang. Dengan demikian right to be definite choice in
selecting product dan hak konsumen (penumpang) lainnya dapat terpenuhi.
D. REVITALISASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI BUS TIKET BOX
Upaya untuk memberikan pelayanan publik yang terbaik bagi masyarakat
memerlukan kinerja ekstra serta melalui proses yang bertahap. Demi mewujudkan
pelayanan terbaik bagi penumpang transportasi bus umum diperlukan beberapa
tahap revitalisasi dan pembenahan di berbagai bidang yang menunjang
pengoperasian. Adapun tahap-tahap yang harus dilakukan yaitu meliputi:
a) Revitalisasi jalan raya dan pembenahan akses jalur angkutan umum.
Kondisi jalan yang baik merupakan sarana vital bagi terselenggaranya
system transportasi yang baik.
b) Revitalisasi dan penambahan jumlah armada bus umum disertai dengan
pemberian standart kelayakan angkutan. Fasilitas transportasi yang baik
menjamin keselamatan dan kenyamanan penumpang, sehingga bus
umum layak menjadi transportasi pilihan masyarakat.
c) Renovasi Akses terminal dan halte sangat diperlukan, mengingat
fasilitas umum harus memberikan pelayanan kenyamanan terbaik bagi
konsumen (penumpang).
d) Restrukturisasi aparatur terminal dan pekerja angkutan umum.
Meningkatkan kualifikasi dan kriteria aparatur pelaksana

menjadi

jaminan terpenting dalam pelaksanaan pelayanan masyarakat. Serta
dibarengi

dengan

jaminan

kesejahteraan

bagi

aparaturnya,

kesejahteraan yang memadai menurunkan resiko korupsi.
e) Dan tahap terakhir apabila semua komponen yang perlu diperbaiki di
atas sudah terpenuhi, barulah BTB (Bus Tiket Box) perlu untuk
diaplikasikan di Indonesia.
BTB (Bus Tiket Box) merupakan sistem pembelian karcis bus yang hanya
melalui box/loket. Selama ini di Indonesia menerapkan sistem pengkarcisan bus

9

secara langsung di dalam bus oleh kondektur. Pada kenyataannya hal tersebut
memberikan dampak yang kurang efektif bagi pelaksanaan dan pelayanan
penumpang, serta rentan adanya manipulasi harga yang dilakukan oleh kondektur
dan supir nakal. Pengalokasian BTB dapat ditempatkan di setiap terminal bus dan
halte-halte. Dengan pemakaian system pengkarcisan melalui BTB, maka
penumpang akan menjadi semakin terjamin kenyamananya. Karena satu tiket
yang harus dibawa ke dalam bus memberikan satu fasilitas tempat duduk,
sehingga dapat dipastikan tidak ada penumpang yang harus berdiri berdesakan di
dalam bus serta tidak ada manipulasi kondektur nakal yang tidak memeberi karcis
kepada penumpang.
Untuk perjalanan jarak jauh, BTB hanya terdapat di terminal, sedangkan
untuk penggunaan perjalanan jarak dekat seperti di kota, BTB dapat disediakan di
halte-halte. Dan apabila system BTB ini dpat berjalan dengan baik maka juga
dapat dipastikan penggunaan karcis penumpang berlanganan yang system
pembayarannya dapat dilakukan melalui e-banking. Bukankah kemajuan
teknologi juga harus diikuti dengan kemajuan aplikasi pemanfaatannya. BTB ini
juga dapat memberikan dampak baik bagi arus transportasi umum, dengan begitu
angkutan umum tidak dapat mengangkut atau menurunkan penumpang di
sembarang tempat. Serta harapan pelaksanaan pelayanan publik di Indonesia
dapat terlaksana dengan memuskan utamanya di bidang transportasi umum.
E. PENUTUP
Keberadaan transportasi umum yang berupa bus umum kurang mendapat
perhatian khusus dari pemerintah dan masyararakat. Bus umum kurang
diperhitungkan

sebagai

optional

transportation

yang

efektif

mengingat

keberadaan pelayanan yang masih jauh dari kata layak. Jumlah armada bus yang
masih jauh dari maksimal, kriteria kelayakan pengoperasian dan tingkat
keselamatan, kenyamanan penumpang yang masih belum terjamin, fasilitas dan
sarana pendukung yang juga masih belum memadai, menjadi penyebab utama
tingkat perhatian masyarakat untuk menggunakan transportasi umum daripada
kendaraan pribadi sangat kurang.

10

Perlu adanya revitalisasi dan penambahan jumlah armada bus umum yang
baik dengan pelayanan prima dari aparaturnya serta upaya memperlonggar inovasi
pihak swasta yang berjalan dalam ruang lingkup transportasi umum untuk
mewujudkan praktek pelayanan publik yang terbaik. Serta program BTB (Bus
Tiket Box) dapat diaplikasikan di Indonesia demi pelaksanaan pelayanan terbaik
bagi penumpang. Kebijakan dari pemerintah untuk memberikan titik temu serta
solusi bagi terselenggaranya kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa, dan / atau pelayanan
administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.10

10 Pasal 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.

11

DAFTAR PUSTAKA

Data Literatur:
Gunawan Wijaya & Ahmad Yani. 2000. Hukum Tentang Perlindungan Konsumen,
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Kansil, C.S.T. 1976. Pengantar Hukum Perusahaan Indonesia, Jakarta: Pradnya
Paramita.
Sudaryatmo. 1999. Hukum dan Advokasi Konsumen, Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti.
Data Catalog:
Badan Pusat Statistik. 2002. Statistik Perhubungan. Jakarta: Penerbit BPS
Data Makalah:
Ahmad Zainal Fanani. Optimalisasi Pelayanan Publik: Perspektif David Osborne
dan Ted Gaebler. (PDF) makalah tidak diterbitkan.
Yeremias. T. Keban. 2001. Etika Pelayanan Publik: Pergeseran Paradigma,
Dilema dan Implikasinya bagi Pelayanan Publik Indonesia. (PDF)
dimuat dalam Majalah Perencanaan Pembangunan edisi 24 tahun 2001.
Data Koran:
Kompas. Kecelakaan Lalulintas Sebabkan Kemiskinan Sistematis. Rabu, 2
November 2012.
Kompas. Tiga Strategi untuk Menekan Beban anggaran Subsidi BBM. Rabu, 2
November 2012.
Data Internet:
Wikipedia. Geografi Indonesia. (on-line),

(http://id.wikipedia.org). Diakses 20

November 2012.
Letysia Paramita.

4 Mikrolet Jadi 1 Bus Bikin Gelisah. (on-line),

(www.liputan.6.com), diakses 20 november 2012.

Data Peraturan Perundang–undangan:
Undang-Undang No.3 Tahun 1965 Tentang Lalulintas dan Angkutan Jalan Raya.
Undang-Undang No.14 Tahun 1992 Tentang Lalulintas dan Angkutan Jalan.
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.