PENDAMPINGAN EKONOMI MASYARAKAT NELAYAN : PENGUATAN EKONOMI KELUARGA MELALUI PEMANFAATAN ASSET HASIL LAUT DI KELURAHAN SIDOMULYO KECAMATAN TUBAN KOTA.
PENDAMPINGAN EKONOMI MASYARAKAT NELAYAN (Penguatan Ekonomi Keluarga Melalui Pemanfaatan Asset Hasil Laut di
Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Tuban Kota)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)
Oleh :
Moh. Syifa’ Shobirin B92212037
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
JURUSAN MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
(2)
PENDAMPINGAN EKONOMI MASYARAKAT NELAYAN (Penguatan Ekonomi Keluarga Melalui Pemanfaatan Asset Hasil Laut di
Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Tuban Kota)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)
Oleh :
Moh. Syifa’ Shobirin B92212037
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
JURUSAN MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
ABSTRAK
Moh. Syifa’ Shobirin, (B92212037), PENDAMPINGAN EKONOMI MASYARAKAT NELAYAN (Penguatan Ekonomi Keluarga Melalui Pemanfaatan Hasil Laut Berbasis Asset di Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Tuban)
Kata Kunci: Pengeloalaan Aset, Ekonomi, Masyarakat Nelayan
Penilaian kesejahteraan ekonomi merupaka n langkah awal masyarakat untuk menemukan dampak yang timbul di tengah-tengah masyarakat nelayan. Wilayah Kelurahan Sidomulyo merupakan daerah yang terletak di area Pesisir Pantau Utara Laut Jawa Kota Tuban. Dengan pemanfaatan aset yang ada secara maksimal akan menjadikan penambahan ekonomi keluarga nelayan. Dengan adanya suatu potensi aset atau sumber daya alam yang ada bisa dimanfaatkan secara maksimal dan berdampak positif bagi masyarakat. Pendampingan yang dilakukan kepada masyarakat menggunakan metode asset besed community development (ABCD).
Pendampingan ini mengutamakan pemanfaatan aset yang dimiliki oleh masyarakat desa. Mulai dari mengetahui aset yang dimiliki sampai tindakan yang akan dilakukan mengenai akan memanfaatkan hasil tangkapan laut yang bisa dijadikan olahan tahu isi ikan, pentol, kelado ikan laut. Pengembangan ekonomi masyarakat merupakan upaya yang dilakukan masyarakat untuk mengembangkan aset dan potensi yang mereka miliki. Dengan adanya potensi dan aset yang ada di agrowisata ini bisa menjadikan masyarakat untuk lebih mengembangkan suatu usaha. Dengan adanya Kelompok Usaha Bersama (KUB)Bintang Timur semoga menjadikan wadah atau tempat bagi masyarakat kelurahan Sidomulyo Gang Sumur Serumbung dan Gang Ikan Tongkol yang mampu mengembangkan olahan kuliner dari olahan yang ada.
(8)
MOTTO
Wajar saja ketika ada yang menyakiti diri sendiri dinilai tidak waras atau gila. Tapi, lebih tidak waras lagi jika agama dan atas nama Tuhan menjadi alasan bagi manusia untuk saling membenci dan saling menyakiti.
(Dr. Nur Samad Kamba dan Sujiwo Tedjo Dalam buku Tuhan Maha Asyik)
(9)
PERSEMBAHAN
Syukur Alhamdulillah, atas pancaran rahmat dan hidayah Sang Mahapencipta hingga karya ini dapat penulis persembahkan kepada orang-orang terkasih
sepanjang masa;
Yang terkasih dan penulis ta’dzimi Ibu dan Bapak tercinta:
Kesederhanaan, perjungan dan kasih sayangmu
Senantiasa mengalir memotivasi d menginspirasi putra-putramu.
Sahabat-sahabat seperjuangan Pengembangan Masyarakat Islam angkatan 2012 UIN Sunan Ampel Surabaya yang sudah menjadi bagian dialektika dan dinamika
kalian.
Terimakasih kepada semua teman-temanku yang sudah merelakan banyak waktunya untuk membantuku menyelesaikan jalannya proses mulai dari awal sampai akhir pembuatan karya Skripsi, baik dalam bentuk materil, fikiran dan
tenaganya.
Terimakasih kepada pihak-pihak dinas terkait yang sudah membatu jalannya kelancarnya menyelesaikan tugas skripsi ini.
Terimaksih kepada seluruh dulur-dulur Jannatul Maiyah Nusantara yang selalu melahirkan generasi-generasi baru.
Terimakasih kepada semua dulur-dulur dari Ikatan Mahasiswa Ronggolawe Tuban (IMARO) yang telah menjadi dialektika kehidupan di tanah rantau ini. Serta terimasih kepada semua teman-teman dari Alumni MA Islamiyah Senori
(10)
Kata Pengantar
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq, hidayah serta karunian-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu mengembangkan ajaran Islam di muka bumi. Semoga kita termasuk orang-orang yang dicintai dan mendapat syafaat di hadapan-Nya nanti.
Selanjutnya secara moral, materil, dan intelektual, penulis menghaturkan segenap terimakasih sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang terlibat dalam proses pendewasaan penulis sehingga dapat terus berproses dan berdealiktika menuju proses yang diridhoi. Terucap terimkasih kepada:
1. Ibunda Siti Nur Syamsyiah dan Ayahanda Nur Wahib yang telah mengajarkan penulis tentang, kedigdayaan, kesederhanaan dan kesolehan hidup.
2. Prof. Dr. H. Abdul A’la, M.Ag sebagai Rektor yang gagah memimpin UIN Sunan Ampel Surabaya.
3. Dr. Hj. Rr. Suhartini, M.Si selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
4. Dra. Pudji Rahmawati, M.Kes selaku Ketua Prodi Pengembangan Masyarakat Islam.
(11)
5. Drs. H. Hasan Bisri WD, M.A selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan, arahan serta motivasi dna dukungan sehingga penulis dapat menulis skripsi dengan baik.
6. Drs. Agus Afandi, M.Fil.I, selaku dosen penguji yang mengarahkan semua penulisan dan penyajian data yang mendetail, sehingga penulis dapat menulis skripsi dengan lebih baik.
7. Kepada seluruh civitas akademika yang telah memberikan semangat dan motivasi untuk tetap semangat.
8. Keluarga Bapak Mubin dan Ibu Karmulin sekeluarga serta Masyarakat Kelurahan Sidomulyo, memberikan pelajaran hidup yang nyata dan kemauan keras untuk berjuang menunjukkan kekuatan masyarakat untuk mewujudkan mimpi menjadi masyarakat yang mandiri
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini membawa manfaat bagi kita semua dan bagi penulis Khususnya. Amin.
Surabaya, 28 Januari 2017 Penulis
(12)
DAFTAR ISI
COVER ...
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN ... iii
MOTTO ... iv
LEMBAR PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
ABSTRAK ... xii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Fokus Pendampingan ... 3
C.Pihak-pihak yang g terkait ... 4
D.Agenda Dampingan ... 5
E.Sistematika Pendampingan ... 7
BAB II KAJIAN TEORI A.Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat... 12
B.Teori Kesadaran... 15
C.Perubahan Sosial dan Teori Dakwah Bil Hall ... 16
1. Teori perubahan dalam pendekatan Berbasis Asset ... 16
2. Teori Manajemen pengelolaan asset ... 18
3. Teori Dakwah Bil Hall ... 19
BAB III METODE PENELITIAN DALAM PENDAMPINGAN A.Pendekatan Penelitian ... 24
B.Asset Besed Community Development... 25
C.Prinsip-prinsip Penelitian ... 30
D.Langkah-langkah Pendampingan dengan pendekatan ABCD.... 35
E.Subjek Penelitian ... 38
F. Teknik Pengumpulan Data ... 39
G.Teknik Validasi Data ... 42
H.Teknik Analisis Data... 44
BAB IV PROFIL DAMPINGAN A.Realitas Keluraha Sidomulyo ... 48
B.Strategi Fasilitas Publik ... 52
C.Kesehatan... 54
(13)
BAB V PENGENALAN ASET DAN POTENSI PENDAMPINGAN
A.Aset-aset dan Potensi ... 59
B.Peluang dan Hambatan dalam pendampingan ... 69
BAB VI DINAMIKA PENDAMPINGAN KELUARGA A.Inkulturasi ... 74
B.Kejayaan di Masa Lalu ... 79
C.Mewujudkan segala impian dan Kemandirian (Dream) ... 81
D.Merencanakan Kegiatan Masa Depan (Design) ... 82
E.Menentukan kekuatan untuk mewujudkan Impian (Define) ... 85
F. Melaksanakan Rencana Masyarakat (Destiny) ... 87
G.Monitoring, pembelajaran dan evaluasi pendampingan ... 88
H.Manfaat yang di dapat perempuan pasif menuju perubahan ... 90
I. Mengasah kembali keterampilan terkait Aset yang dimiliki ... 92
BAB VII REFLEKSI PENDAMPINGAN ... 95
BAB VIII PENUTUP A.KESIMPULAN ... 100
B.SARAN ... 102
C.Rekomendasi ... 103 DAFTAR PUSTAKA
(14)
Daftar Tabel
Daftar Keterangan Halaman
Tabel 1.1 Jadwal Pendampingan 5
Tabel 4.1 Batas wilayah Kelurahan Sidomulyo 49
Tabel 4.2 Penduduk menurut Usia 51
Tabel 4.3 Penduduk menurut kepercayaan 52
Tabel 4.4 Sarana prasarana keagamaan 52
Tabel 4.5 Sarana Kesehatan 53
Tabel 5.1 Asset Fisik 61
Tabel 5.2 Data Pendidikan 63
Tabel 5.3 Penduduk menurut mata pencaharian 64 Tabel 5.4 Keuangan atau Leacky Bucket Perbulan 67
(15)
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR KETERANGAN Halaman
Gambar 4.1
Peta Kelurahan Sidomulyo 48 Gambar 6.1
FGD bersama warga 77 Gambar 6.2 Mengelolah bahan untuk
dijadikan makanan 84 Gambar 6.3
Olahan makanan 86
Gambar 6.4 Bersama ibu-ibu membuat
(16)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kota Tuban adalah sebuah kota yang akrab dijuluki dengan kota Ronggolawe dan Kota Toak, karena banyaknya petani penghasil toak, legen dan buah siwalan di kota ini, serta Bumi Wali pada pemerintahan Bupati Tuban Fathul Huda. Kota kecil tersebut kini menjadi kota industri dikarenakan ada beberapa perusahaan besar yang beroperasi disana, seperti PT. Semen Gresik, PT. TPPI dan PT. Holcim Indonesia. Selain dikenal dengan kota industri Tuban juga terkenal dengan objek wisata, seperti Sunan Bonang, Air Terjun Nglirip, Goa Akbar dan Klenteng Kwan Sing Bio yang merupakan klenteng terbesar di asia tenggara. Disisi lain Tuban juga terkenal dengan kerajinan batik yaitu batik gedog dan predikat sebagai kota Adipura.1
Kelurahan Sidomulyo terletak 0,5 Km dari pusat pemerintahan Kabupaten Tuban, merupakan salah satu kawasan pemukiman pesisir kota tuban, yang mana mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan. Nelayan dan komunitas desa pesisir adalah bagian dari kelompok masyarakat miskin yang berada pada level paling bawah dan seringkali menjadi korban pertama yang paling menderita akibat tidak berdayaan dan kerentanannya. Berbagai kajian yang telah dilakukan me nemukan, bahwa
1
(17)
para nelayan bukan saja sehari- hari harus berhadapan dengan ketidakpastian pendapatan dan tekanan musim paceklik ikan yang panjang, tetapi mereka juga dihadapkan menajemen penegelolaan keuangan dan pemasaran hasil produksinya dan lebih dari itu mereka juga sering harus berhadapan dengan berbagai tekanan dan bentuk pemerasan, penguasaan yang muncul beramaan dengan berkembangnya proses modernisasi di sektor perikanan.
Masyarakat nelayan (Fisher Society) dalam hal ini bukan hanya mereka yang dalam mengatur hidup dan kehidupannya hanya bertarung berperang melawan benturan-benturan badai siang dan malam hari, hanya sekedar mencari sesuap yang bisa menghidupi keluarganya. Mengingat manusia hidup ditengah-tengah masyarakat, bukan hidup ditengah hutan, yang mana faktor lingkungan besar sekali pengaruhnya terhadap kehidupan manusia dalam masyarakat.
Kondisi masyarakat nelayan atau masyarakat pesisir merupakan kelompok masyarakat yang relatif tertinggal secara ekonomi, sosial (khususnya dalam hal akses pendidikan dan layanan kesehatan), dan kultural dibandingkan dengan kelompok masyarakat lain. Kondisi masyarakat pesisir atau masyarakat nelayan diberbagai kawasan pada umumnya ditandai oleh adanya beberapa ciri, seperti kemiskinan, keterbelakangan sosial-budaya, rendahnya sumber daya manusia (SDM) karena sebagian besar penduduknya hanya lulus sekolah dasar atau belum tamat sekolah dasar, dan lemahnya fungsi dari keberadaan Kelompok Usaha
(18)
Bersama (KUB), Lembaga Keuangan Mikro (LKM), atau kapasitas berorganisasi masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat umumnya dirancang dan dilaksanakan secara komprohensif. Meminjam definisi Asian Development Bank (ABD), kegiatan pembangunan termasuk kegiatan pemberdayaan masyarakat dianggap bersifat komprohensif jika menampilkan lima karateristik yaitu berbasis lokal, beroriantasi pada peningkatan kesejahteraan, berbasis kemitraan, secara holistik dan berkelanjutan.
Pemberdayaan berbasis lokal jika perencanaan dan pelaksanaan dilakukan pada lokasi setempat dan melibatkan sumber da ya lokal return tolocal resource dan hasilnya pun dinikmati oleh masyarakat lokal. Dengan demikian, maka prinsip daya saing kompetitif. Program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat berbasis lokal tidak membuat penduduk lokal sekedar penonton dan pemerhati di luar sistem, tetapi melibatkan mereka dalam pembangunan itu sendiri.2
B. Fokus Masalah
Fokus pendampingan ini adalah Penguatan Ekonomi Keluarga Nelayan Melalui Pemanfaatan Asset Hasil Ikan Laut di Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Tuban Kota.
2
(19)
C. Pihak-pihak yang Terkait
Pihak-pihak yang berada pada pendampingan pengembangan ekonomi lokal warga kelurahan sidomulyo Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban melalui Pendampingan Kelompok Usaha Bersama, sebagaimana berikut: 1. Perangkat Kelurahan Sidomulyo
Mulai dari jajaran warga Kelurahan Sidomulyo Gang Sumur Serumbung dan Gang Ikan dan Pak RT memiliki peran pada pendampingan sisi birokrasi serta menghimpun kekuatan masyarakat terlebih karakter wilayah dampingan kampung urban yang sedikit pragmatis dan hedonis.
2. Masyarakat Kelurahan Sidomulyo
Masyarakat merupakan pihak penting yang mampu mensukseskan suatu pendampingan, karena masyarakat adalah objek maupun subjek dalam suatu pemberdayaan secara mandiri.
3. Lembaga atau perkumpulan warga
Adalah organisasi masyarakat seperti ibu-ibu PKK, Karan Taruna, Remaja Masjid, dan lain- lain. Organisasi masyarakat mempunyai peran penting dalam setiap proses perubahan masyarakat, pada proses pendampingan ini tentu saja membutuhkan bantuan-bantuan dari organisasi masyarakat. Karena lewat perkumpulan warga itula h proses pendampingan akan lebih mudah dan lebih efektif dari pada berjalan sendiri tanpa bantuan pihak manapun. Selain itu, warga dampingan merupakan kunci dalam proses pendampingan ini.
(20)
D. Agenda Pendampingan
Adapun agenda yang akan dilaksanakan dalam “PENDAMPINGAN EKONOMI MASYARAKAT NELAYAN (Penguatan Ekonomi Keluarga Melalui Pemanfaatan Asset Hasil Ikan Laut di Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Tuban)” sebagaimana yang sudah dijadwalkan berikut ini:
Tabel 1.1: Jadwal Pendampingan
No NAMA KEGIATAN
JADWAL
KET Agus
2016
Sept 2016
Okt 2016
Nov 2016
1 Inkulturasi x x 1,5 bulan
2 Discovery x 1 pertemuan
3 Dream x 1 pertemuan
4 Design x 1 pertemuan
5 Difine x 1 pertemuan
6 Destiny x 1 bulan
7 Evaluasi x 1 pertemuan
(21)
1. Inkulturasi
Proses inkulturasi ini berlangsung selama hampir dua bulan lebih, lebih tepatnya 1 bulan 14 hari mulai dari Juli sampai September 2016. Banyak sekali hal yang dilakukan mulai dari wawancara dengan Pamong Desa, dan mengikuti kegiatan masyarakat untuk menjadi bagian dari mereka hingga mempunyai modal sosial yang cukup untuk melalukan proses pendampingan selanjutnya.
2. Discovery
Discovery ini terjadi pada tanggal 16 September 2016, proses ini lebih menekankan pada bagaimana proses pemapara n pengungkapan hal- hal yang sudah ada dimasyarakat, berkaitan kejayaan yang pernah diraih di masa lalu oleh masyarakat Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Tuban.
3. Dream
Menjabarkan proses pendampingan memimpikan apa yang diinginkan masyarakat dan mengilustrasikannya berbentuk gambar. Proses ini berlangsung pada tanggal 30 September 2016.
4. Design
Proses ini berlangsung pada tangal 1 Oktober 2016. Proses ini merancang apa saja baik yakni hal yang dibutuhkan baik itu keuangan, material, pengetahuan, dan lain sebagainya. Langkah ini merancang dari mimpi yang telah diilustrakan pada minggu sebulumnya.
(22)
5. Define
Proses ini menentukan langkah-langkah selanjutnya setelah dari proses dream dan design. Pada proses ini dilakukan pada 29 Oktober 2016, setelah define ini diteruskan lagi pada proses destiny agar proses pendampingan yang dilakukan agar efektif dan linier.
6. Destiny
Proses ini berlangsung selama satu bulan pada November 2016, di dalam PAR biasa disebut aksi atas semua yang ditentukan pada proses difine. Destiny ini sebagai klimaks atas semua proses yang ada pada pendampingan Asset Bassed Community Development.
7. Evaluasi
Proses ini berlangsung selama 1 kali pertemuan pada tanggal 2016, sebagai evaluasi yang telah dilakukan mulai proses ABCD yakni discovery hingga destinity.
8. Pelaporan
Pelaporan ini dilakukan sebagai kewajiban akademis, agar bisa dibaca dan dilihat agar menjadi releksi bersama. Serta sebagai bahan pendampingan membangun Penguatan Ekonomi Keluarga Nelayan Melalui Pemanfaatan Asset Hasil Laut di Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Tuban”. E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada penulisan pendampingan ekonomi masyarakat pesisir “Penguatan Ekonomi Keluarga melalui Pemanfaatan
(23)
Asset Hasil Laut di Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban”, sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Membahas tentang realitas problematika yang ada di Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Tuban Kota Kabupaten Tuban, yang meliputi: A.Latar Belakang Masalah
B.Fokus Pendampingan C.Pihak-pihak Yang Terlibat D.Agenda Pendampingan E. Sistematika Pendampingan
BAB III : KAJIAN TEORI
Membahas teori-teori yang menggiringi pendampingan ini seperti: teori yang membahas teori pemberdayaan ekonomi nelayan, teori kesadaran dan teori dakwah bilhal. Teori akan membangun kesadaran dan meningkatkan pendapatan keluarga nelayan.
BAB III : METODE PENDAMPINGAN
Membahas metode pendampingan yang menjadi acuaan metode pendampingan yaitu:
A.Pendekatan penelitian
B.Asset Besed Community Development C.Prinsip-prinsip Penelitian
(24)
D.Langkah- langkah pendampingan dengan Pendekatan ABCD E. Subyek Penelitian
F. Teknik Pengumpulan data G.Teknik Validasi Data H.Teknik Analisis Data
BAB IV: PROFIL LOKASI DAMPINGAN
Membahas tentang gambaran umum pendampingan yang meliputi realitas masyarakat Kelurahan Sidomulyo yaitu:
A.Realitas kelurahan Sidomulyo
1. Keadaan Geografis dan keadaan iklim 2. Keadaan Demografis
B.Strategi Fasilitas Publik 1. Tempat pendidikan 2. Agama dn tempat ibadah C.Kesehatan
D.Adat dan Kebudayaan
BAB V: PENGENALAN ASET DAN POTENSI PENDAMPINGAN
A.Aset-aset dan Potensi 1. Asset
a. Aset Alam
(25)
c. Aset Infrastruktur d. Aset Finansial 2. Potensi
a. Pemetaan Asset Komunitas
b. Analisis Ember Bococr (Leaky Bucket) B.Peluang dan Hambatan dalam Pendampingan
a. Faktor penghambat b. Faktor pendukung
BAB VI: DINAMIKA PENDAMPINGAN
Membahas proses pendampingan tahap terakhir yakni:
A.Inkulturasi
B.Kejayaan di Masa Lalu
C.Mewujudkan segala mimpi dan Kemandirian (Dream) D.Merencanakan Kegiatan Masa Depan (Design)
E. Menentukan kekuatan untuk mewujudkan Impian (Define) F. Melaksanakan Rencana Masyarakat (Destiny)
G.Monitoring, Pembelanjaan dan evaluasi pendampingan H.Manfaat yang di dapat perempuan pasif menuju perubahan I. Mengasah kembali keterampilan terkait Aset yang dimiliki
(26)
BAB VII: REFLEKSI
Membahas tentang refleksi atas pendampingan yang dilakukan mulai dari proses pendampingan sampai akhir pendampingan.
BAB VIII: PENUTUP
Membahas tentang penutup dari proses pendampingan yang meliputi kesimpulan perubahan proses dampingan ini, adanya saran serta rekomendasi atas pendampingan yang dilakukan.
(27)
BAB II
PERSPER TIF TEORITIS
A. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat 1. Pengertian Pemberdayaan
Istilah pemberdayaan (empowerment) menurut Ginanjar Kartasasmita, pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya masyarakat dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi serta berupaya untuk mengembangkan.1 Sedangkan menurut Wuradji yang dikutip oleh Aziz pemberdayaan adalah sebuah proses penyadaran masyarakat yang dilakukan secara transformatif, partisipatif dan kesinambungan melalui peningkatan kemampuan dalam menangani berbagai persoalan dasar yang dihadapi dan meningkatkan kondisi hidup sesuai dengan harapan.2
Dengan kata lain pemberdayaan merupakan sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, sedangkan sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial.3
Dari pengertian diatas, maka dapat disimpilkan bahwa pengertian pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan bersama-sama melalui
1
Ginanjar Kartasasmita, Pengembangan Untuk Rak yat:Meadukan Pertumbuhan dan Pemerataan,
(Jaka rta: PT. Pustaka Cidesindo, 1996), hal. 145. 2
Aziz Muslim, Metodologi Pengembangan Masyarakat, (Yogyakarta: Te ras, 2009), ha l. 3.
3
(28)
serangkaian kegiatan untuk memperkuat keberdayaan suatu kelompok lemah dalam masyarakat untuk mencapai tujuan kemandirian hidup yang lebih baik.
2. Ekonomi masyarakat Nelayan
Pada umumnya masyarakat nelayan di desa-desa pantai Utara Jawa menghadapi persoalan yang sama dengan nelayan Indramayu. Nelayan yang bisa bertahan atau meningkatkan kesejahteraan hidupnya adalah nelayan-nelyan bermodal besar, yang kemampuan jelajah penangkapannya hingga ke lepas pantai (off shore). Jumlah mereka relatif kecil. Sebaliknya, untuk nelayan kecil atau nelayan tradisional dengan kepemilikan kemampuan peralatan tangkap dna modal usaha yang terbatas, harus puas dengan kenyataan kepahitan hidup dan persaingan yang semakin keras dalam memperoleh hasil tangkap.
Secara sosial ekonomi, tingkat kehidupan nelayan kecil atau nelayan tradisional, tidak banyak berubah. Artinya, tingkat kesejahteraan mereka semakin merosot jika dibandingkan masa- masa tahun 1970-an. Hal yang sama (bahkan lebih parah) juga dialami oleh para nelayan tradisional atau nelayan dengan peralatan tangkap yang lebih modern, seperti perahu sleker. Karena tingkat sosial ekonomi dan kesejahteraan hidup yang rendah, dalam struktur masyarakat nelayan maka nelayan buruh merupakan lapisan sosial yang paling miskin.
Kaum perempuan di desa-desa nelayan tidak sekedar membantu suami mencari nafkah, tetapi mereke sangat menentukan kelangsungan hidup
(29)
keluarga. Dari sisi tanggung jawab sosial ekonomi keluarga ini, suami dan istri nelayan berposisi sejajar (komplementer). Kaum perempuan dan pranata-pranata sosial budaya yang ada merupakan potensi pembangunan masyarakat nelayan yang bisa dieksplorasi untuk mengatasi kemiskinan dan kesulitan ekonomi lainnya.4
Hal-hal yang menjadi penyebab timbul- nya kelangkaan sumber daya perikanan, yang kemudian mengakibatkan penurunan pendapatan nelayan, kemiskinan, dan kesejahteraan merupakan sebagian dari sebab-sebab yang kompleks. Sebab-sebab yang kompleks tersebut dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu sebab yang bersifat internal dan sebab eksternal. Kedua kategori sebab kemiskinan tersebut saling berinteraksi dan melengkapi.
Sebab kemiskinan yang bersifat internal berkaita dengan kondisi internal sumber daya manusia nelayan dan aktivitas kerja mereka. Sebab-sebab internal ini mencakup masalah: (1) keterbatasan kualitas sumber daya manusia nelayan, (2) keterbatasan kemampuan modal usaha dan teknologi penangkapan, (3) hubungan kerja (pemiliki perahu- nelayan buruh) dalam organisasi penangkapan yang dianggap kurang menguntungkan nelayan buruh, (4) kesulitan melakukan diversifikasi usaha penangkapan, (5) ketergantungan yang tinggi terhadap okupasi melaut, dan (6) gaya hidup yang dipandang “boros” sehingga kurang berorientasi ke masa depan.
4
(30)
Sebab kemiskinan yang bersifat eksternal berkaitan dengan kondisi di luar diri dan aktivitas kerja nelayan. Sebab-sebab eksternal ini mencakup masalah: (1) kebijakan pembangunan perikanan yang lebih berorientasi pada produktivitas untuk menunjang pertumbuhan ekonomi nasional dan parsial, (2) sistem pemasaran hasil perikanan yang lebih menguntungkan pedagang perantara, (3) kerusakan ekosistem pesisir dan laut karena pencemaran dari wilayah darat, praktik penangkapan dengan bahan kimia, perusakan terumbu karang, dan konversi hutan bakau di kawasan pesisir, (4) penggunaan peralatan tangkap yang tidak ramah lingkungan, (5 ) penekan hukum yang lemah terhadap perusakan lingkungan, (6) terbatasnya teknologi pengelolaan hasil tangkapan pascapanen, (7) terbatasnya peluang-peluang kerja di sektor nonperikanan yang tersedia di desa-desa nelayan, (8) kondisi alam dan fluktuasi musim yang tidak memungkinkan nelayan melaut sepanjang tahun, dan (9) isolasi geografis desa nelayan yang menggunakan mobilitas barang, jasa, modal, dan manusia.
B. Teori Kesadaran
Kesadaran merupakan satu-satunya tingkat kehidupan mental yang secara langsung tersedia bagi kita. Pikiran-pikiran dapat mencapai kesadaran dari dua arah yang beda. Pertama dari sistem sadar persepsi terhadap stimulus-stimulus eksternal. Dengan kata lain, apa yang kita persepsikan melalui organ-organ pancaindra kita bila tidak terlalu mengancam akan memasuki kesadaran.
(31)
Sumber kedua dari elemen-elemen sadar berasal dari dalam struktur mental dan meliputi pikiran-pikiran yang tidak mengancam dari alam prasadar (ke pra-sadaran), dan juga pikiran-pikiran yang mengancam tetapi tersamar dengan baik dari ketidaksadaran.5
Kemampuan menyampaikan secara jelas pikiran dan perasaan seseorang, membela diri dan mempertahankan pendapat (sikap asertif), kemampuan untuk mengarahkan dan mengendalikan diri dan berdiri dengan kaki sendiri (kemandirian), kemampuan untuk mengenali kekuatan dan kelemahan orang dan menyenangi diri sendiri meskipun seseorang memiliki kelemahan (penghargaan diri), serta kemampuan mewujudkan potensi yang seseorang miliki dan merasa senang (puas) dengan potensi yang seseorang raih di tempat kerja maupun dalam kehidupan pribadi (aktualisasi).6
C. Perubahan Sosial dan Teori Dakwah Bil Hall
1. Teori Perubahan dalam Pendekatan Berbasis Asset
Pengembangan masyarakat ada dua yakni berbasis kelemahan dan pendekatan berbasis kekuatan. Pendekatan berbasis aset memasukkan cara pandang baru yang lebih holistis dan kreatif dalam melihat realitas seperti melihat gelas setengah penuh; mengapresiasi apa yang berkerja dengan baik dimasa lampau, dan menggunakan apa yang kita miliki untuk mendapatkan apa yang kita inginkan.7 Pendekatan ini lebih
5
Yustinus Semiun, Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud, (Yogyakarta: Kanisius,
2006), hal. 59. 6
Ibid, ha l. 60. 7
Christoper Dereau, Pe mbaru dan Kek uatan Lok al untuk Pembangunan , Australian Co mmun ity
(32)
memilih cara pandang bahwa masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dapat diberdayakan.
Pendekatan berbasis kekuatan melihat realitas dengan cara yang jauh lebih alami dan holistik. Kegiatan pembangunan harus diterapkan dalam konteks organisme hidup yang memiliki sejarah dan aspirasi untuk masa depan yang lebih baik. Selain menggunakan logika dan analisis, memori dan imajinasi juga penting dihidupkan dalam menciptakan perubahan. Proses perubahan adalah upaya bersengaja menggumpulkan apa yang memberi hidup pada masa lalu (memori) dan apa yang member harapan untuk masa depan (imajinasi). Proses tersebut didasarkan pada apa yang sedang terjadi sekarang dan memobilisasi apa yang sudah ada sebagai potensi.
Aset adalah segala bentuk yang berharga, bernilai sebagai kekayaan atau perbendaharaan. Segala yang bernilai disebut memiliki guna untuk memenuhi kebutuhan.8 Pendekatan berbasis aset membantu komunitas melihat kenyataan mereka dan kemungkinan perubahan secara berbeda. Mempromosikan perubahan fokus pada apa yang mereka ingin capai dan membantu mereka menemukan cara baru dan kreatif unutk mewujudkan visi mereka. Datangnya fasilitator pada komunitas mereka tidak hanya sekedar sebagai pengamat yang melihat keseharian mereka. Akan tetapi ikut berperan membaur dengan nelayan yang berada di sekitar pantai Boom Tuban untuk membangun keesadaran masyarakat
8
(33)
dalam meningkatkan ekonomi serta memanfaatkan aset yang ada. Perlu adanya perhatian bukan fasilitator yang menjadi tokoh utama, akan tetapi masyarakatlah yang menjadi aktor penting untuk menuju perubahan yang diinginkan. Tugas fasilitator bagaimana membangun paradigma diantara mereka dan membangun masyarakat menjadi lebih baik.
2. Teori Manaje men Pengelolaan Asset
Setiap organisasi perusahaan swasta maupun pemerintah aset baik yang berwujud (tangible) maupun tidak berwujud (intagible). Setiap aset dan efesian sehingga aset tersebut dapat memberikan manfaat tertinggi bagi perusahaan. Istilah manjemen aset mungkin jarang didengar atau mengatakan istilah menejemen dan aset secara terpisah. Manajemen yang dimaksud, yaitu Planning, Organizing, Leading, dan Controling, sedangkan yang dimaksud dengan aset pada umumnya adalah kekayaan. Kekayaan itu bisa dalam bentuk kekayaan yang terwujud (fisik) maupun tidak terwujud. Aset adalah segala sesuatu yang memiliki nilai ekonomi yang dapat dimiliki baik oleh individu, perusahaan, maupun dimiliki pemerintah yang dapat dimiliki finansial.9
Berdasarkan pada pengelolaan aset fisik, secara definitif manajemen aset adalah ilmu dan seni untuk memadu pengelolaan kekayaan yang mencakup proses merencanakan kebutuhan aset, mendapatkan, menginventarisasi, melakukan legal audit, menilai,
9
http://Novian-hidayat-apprraisal.blogspot.co.id/2014/ 09/definisimana je men-aset.html? m=1 Dia kses 16 September 2016
(34)
mengoprasikan, memelihara, membaharukan atau menghapuskan hingga mengalihkan aset secara efektif dan efesien.
Majanemen adalah suatu proses yang diterapkan individu atau kelompok dalam upaya koordinasi untuk mencapai suatu tujuan. Dalam bukunya George R. Terry manajemen adalah suatu proses yang membedakan atau perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.10 Aset adalah barang, yang didalam pengertian hukum disebut benda, terdiri dari benda bergerak dan benda tidak bergerak, baik yang berwujud (tangible) maupun tidak berwujud (intangaible), yang tercakup dalam aktiva atau aset dari suatu instasi, organisasi, badan usaha ataupun individu perorangan. 11
3. Dawkah bil Hall
Dawkah bil Hall adalah dakwah dengan mengunakan perbuatan atau teladan pesannya. Dakwah bil Hall biasa juga disebut dakwah alamiah. Maksudnya, dengan menggunakan pesan dalam bentuk perbuatan, dakwah dilakukan sebagai upaya pemberantasan kemungkaran secara langsung (fisik) maupun langsung menegakkan ma’ruf (kebaikan) seperti membangun masjid sekolah, atau apa saja yang
10
George R. Terry dan Leslie W. Rue, 1996, Dasar-dasar Manjemen, (Bu mi Aksara: Jaka rta)
hal.2 11
(35)
mudah dikerjakan bersifat mewujudkan pelaksanaan syariat Allah SWT dari segala aspeknya.
Praktik dakwah seperti demikian pada hakikatnya merupakan “dakwah diam”, artinya melakukan dakwah secara diam-diam yang langsung mengajak berbuat secara islami, sehingga mudah dipahami khalayak untuk meniru atau ikut berpartisipasi melakukan kegiatan yang dicontohkannya itu.
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk mentransformasikan pertumbuhan masyarakat sebagai kekuatan nyata masyarakat, untuk melindungi dan memperjuangkan nilai- nilai dan kepentingan di dalam arena segenap aspek kehidupan. Pemberdayaan masyarakat mempunyai arti meningkatkan kemmapuan atau meningkatkan kemandirian masyarakat. Pemberdayaan masyarakat bukan hanya meliputi penguatan individu tetapi juga pranata-pranata sosialnya.
Hal ini sejalan dengan firman Allah yang menyeru manusia untuk selalu berusaha dalam menghadapi masalah hidup sebagai masalah pengembangan dan pemberdayaan umat Islam khususnya, sebagaimana termaktub dalam Mushaf Al-qur’an surat Ar rad ayat 11:
...
...Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila
(36)
Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.12
Dari ayat di atas ada indikasi bahwa Allah tidak akan merubah keadaan mereka (kaum) selama mereke (kaum) tidak merubah sebab-sebab kemunduran mereka, maksudnya Allah menyuruh atau mengajak kita agar mau berusaha dalam menghadapi permasalahan yang ada, tidak lengah dan mudah putus asa yang mana pada dasanya Allah tidak akan memberikan cobaan atau musibah kepada hambanya diluar kemampuan dan Allah tidak merubah nasib hambanya selama hamba tersebut tidak mau berusaha dan bertindak yang lebih baik lagi.
Allah juga akan murka dan marah pada hambanya yang tidak mau bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah dan hanya pasrah saja dalam menghadapi permasalahan yang ada. Dengan ini diharapkan masyarakat nelayan mampu untuk berusaha hidup agar lebih baik dari hari- hari sebelumnya.
Jika ingin meningkatkan taraf hidupnya dan membangun sosialnya, haruslah berangkat dari diri masing- masing. Bukan semacam pembangunan model top down yang telah banyak terbukti kurang efektif dalam membangun masyarakat. Karena pembangunan masyarakat yang ideal menekankan keterlibatan masyarakat secara sadar dalam
12
(37)
pembangunan.13 Pemanfaatan potensi pengetahuan pengelolaan tentu saja digunakan sebagai alat untuk memberdayakan mereka sendiri. Pengetahuan yang dimiliki, dikembangkan serta diaplikasikan didalam kehidupan jika ingin mencapai kesuksesan yang diharapkan.
Karakter dan perilaku masyarakat merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan pembangunan suatu masyarakat. Selain memiliki rasa tanggung jawab mereka juga harus memiliki sifat sebagai warga desa beriman yang menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Begitu pula dengan sifat sabar dan penolong sesama manusia. Dengan begitu masyarakat memiliki ilmu pengetahuan dan pemikiran yang bisa merubah dan mengembangkan pembangunan yang ada di dalam desa mereka. Begitu pula dengan masyarakat nelayan, mereka harus memiliki kreteria masyarakat ideal yang sudah diterangkan dalam Al-Qur’an, bahwasannya masyarakat harus memiliki jiwa yang beriman kepada Tuhan dan memiliki pemikiran yang inovatif. Semua ini harus diterpakan di dalam jiwa masyarakat kelurahan Sidomumulyo. Pada hakekatnya dakwah adalah usaha atau upaya untuk merubah suatu keadaan menjadi suatu keadaan yang lebih baik menurut tolak ukur agama Islam.
Dan tidak hanya itu dalam Al-Qur’an pun telah di ajarkan bahwasanya Allah Swt telah memberikan amanah kepada umat manusia untuk menjadi khalifah dimuka bumi ini. Berkaitan dengan amanah
13
Nanih Mahendrawati, Pengembangan Masyarakat Islam, (Bandung : PT Re maja Rosda
(38)
tersebut Allah Swt member kewenangan kepada manusia untuk memanfaatkan segala sumberdaya yang ada dimuka bumi dalam batas kewajaran untuk kemaslahatan bersama, Allah berfirman dalam Al Qasas ayat 77:
dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah ka mu me lupakan bahagianmu dari (ken ikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepada mu, dan janganlah ka mu berbuat kerusakan di (mu ka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyuka i orang-orang yang berbuat kerusakan..14
Dari arti diatas telah jelas bahwasanya dakwah yang seharusnya dilakukan umat muslim dimuka bumi ini adalah harus berpijak pada upaya untuk menjalankan aktivitas perekonomian dengan berpegang teguh pada perintah maupun larangan Allah, yang didasarkan pada kesadaran adanya hubungan manusia dengan Allah. Dengan begitu manusianya dapat serta mampu untuk memanfaatkan aset yang ada disekelilingnya dengan sebaik mungkin.
14
(39)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian untuk Pendampingan
Metode Asset besed community development (ABCD) dianggap sebagai pendekatan tepat untuk persoalan diatas. Hal ini karena ABCD merupakan sebuah pendekatan dalam pengembanga masyarakat yang berada dalam aliran besar mengupayakan terwujudnya sebuah tatanan kehidupan sosial dimana masyarakat menjadi pelaku dan penentu upaya pembangunan di lingkungnnya atau yang seringkali disebut dengan Community-Driven Development (CDD). Upaya pengembangan masyarakat harus dilaksanakan dengan sejak dari awal menempatkan manusia untuk mengetahui apa yang dipunyai yang potensi untuk dimanfaatkan. Hanya dengan mengetahui kekuatan dan aset, diharapkan manusia mengetahui dan bersemangat untuk terlibat sebagai aktor dan oleh karenanya memiliki inisiatif dalam segala upaya perbaikan.1
Dengen mengetahui kekuatan dan aset yang dimiliki, serta memiliki agenda perubahan yang dirumuskan bersama, persoalan keberlanjutan sebuah program perbaikan kualitas kehidupan diharapkan dapat diwujudkan. Melalui pendekatan ABCD, warga masyarakat difasilitsi untuk merumuskan agenda perubahan yang mereka anggap penting. Kegiatan riset pendampingan dilaksanakan sangat penting untuk memastikan bahwa warga
1
Nadhir Sa lahuddin, dkk, Panduan KKN ABCD UIN Sunan Ampel Surabaya, (LPPM IAIN Sunan
(40)
masyarakat berkesempatan untuk turut serta sebagai penentu agenda perubahan tersebut. Perubahan menuju kepada upaya perbaikan hanya dapat diwujudkan tatkala manusia dapat mencermati hal terbaik dalam dirinya, dan mengoptimalkan hal baik tersebut untuk apapun yang diimp ikannya. B. Asset Based Community Development (ABCD)
Metode (ABCD) Asset Based Community Development adalah pendekatan pendampingan yang mengupayakan pengembangan masyarakat harus dilaksanakan dengan sejak awal menempatkan manusia untuk mengetahui apa yang menjadi kekuatan yang dimiliki serta segenap potensi dan aset yang dipunyai yang potensial untuk dimanfaatkan. Pendekatan ABCD merupakan pendekatan yang mengarah pada pemahaman dan internalisasi asset, potensi, kekuatan, dan pendayagunaannya secara mandiri dan maksimal. Prinsip pengambangan masyarakat berbasis asset (ABCD) sebagai berikut: Setengah terisi lebih berarti, semua punya potensi, Partisipasi, Kemitraan, Penyimpangan Positif, Berasal dari dalam masyarakat, dan Mengarah pada sumber energi.2
Asset adalah segala sesuatu yang berharga, bernilai sebagai kekayaan atau perbendaharaan. Segala yang bernilai tersebut memiliki guna untuk memenuhi kebutuhan.3
Asset Bassed Community Development atau (ABCD) menurut R.M. Brown ialah: Bila anda mencari masalah, anda akan menemukan lebih
2
Nadhir Salahuddin, dkk, Panduan KKN ABCD UIN Sunan Ampel Surabaya, (LPPM IAIN Sunan
Ampel Surabaya, 2015), hal. 26. 3
(41)
banyak masalah; Bila anda mencari sukses, anda akan menemukan lebih banyak sukses bila Anda percaya pada mimpi, Anda akan merengkuh keajaiban maka motto kami adalah “mencari akar penyebab sukses” dan bukan “akar penyebab masalah.4
Untuk menggali potensi-potensi masyarakat selain model yang diatas, masih ada strategi lain yang digunakan oleh fasilitator yang dilakukan bersama untuk terwujudnya pendampingan yang akan dilakukan bersama. Strategi-strategi tersebut diantaranya:
1. Discovery (menemukan), 2. Dream (mimpi),
3. Design (merancang), 4. Define (menentukan), dan 5. Destiny (memastikan)
Model ini memutuskan posisinya pada kekuatan dan keberhasilan diri dan komunitas yang bertujuan merangsang kreativitas, inspirasi, dan inovasi masyarakat untuk mendapatkan kembali masa kejayaan yang pernah mereka peroleh dahulu. Kemampuan terkait potensi, kekuatan, keberhasilan, serta dibarengi dengan aset yang mereka miliki akan memberikan energy positif untuk membantu dan mengembalikan kekuatan dan keberhasila n mereka dalam mengubah cara pandang terhadap segala sesuatu menjadi lebih baik dalam segi berbagai hal bahwa kita mampu dan bisa merubah kondisi hidup diri sendiri maupun orang lain.
4
Christopher Dureuau, Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan, Australian
Co mmunity Develop ment and Civil Siciety St reangthening Scheme (A CCESS) Tahap II, (Agustus 2013), hal. 59.
(42)
Tahap pertama yakni Discovery, yakni menemukan kembali apa yang dimiliki dari setiap individu maupun komunitas. Tujuan dari tahap ini adalah menemukan dan mengapresiasi energi positif yang ada disertai keberhasilan-keberhasilan yang pernah diperoleh dengan cara menceritakan kembali peristiwa-peristiwa penting keberhasilan masyarakat. Komunitas diajak menceritakan dan memahami apa-apa yang telah mereka dapatkan pada masa lalu.
Dengan dilakukan tahap ini masyarakat bisa merenungkan akan masa kejayaan yang pernah mereka peroleh mulai dari bagaimana cara mereka melakukan, kerja keras, proses, sampai mereka mendapatkan keberhasilan tersebut. Dengan cara memberikan waktu untuk mereka bercerita dan mengungkapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang membanggakan.
Tahap ini perlu dilakukan dengan potensi-potensi yang dimiliki masyarakat yang bertujuan menemukan kembali segala sesuatu yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa (positif- negatif), dimana pertukaran cerita atau pendapat dari tiap-tiap individu dalam suatu komunitas sedang terjadi. Bila tahap ini berhasil maka langkah- langkah selanjutnya tidaklah tertalu sulit.5
Tahap kedua yaitu Dream, yakni membayangkan atau memimpikan sesuatu yang berkaitan dengan masa depan yang ingin diwujudkan. Tahap ini merupakan suatu cara untuk menggali apa yang diharapakan pada setiap
5
(43)
individu maupun komunitas. Tidak selamanya harapan mereka sama terkadang secara kebetulan terd apat kesamaan mimpi yang mereka inginkan. Setiap individu memiliki kesempatan menyampaikan apa harapan-harapan dan impian- impian yang ingin dicapai. Komunitas diajak memikirkan hal- hal yang menggugah semangat, kreatif, dan masa depan terbaik. Kemudian dari mimpi- mimpi tersebut akan dibuat rumusan-rumusan untuk diperlihatkan kepada komunitas inilah impian-impian yang mereka inginkan.
Dalam proses ini mereka mulai menyadari dan melihat bagaimana mereka membangun mimpi bersama terlepas dari sektor masyarakat mana mereka berasal. Mereka menginginkan hal yang sama untuk mereka dan orang lain, dan mereka dapat melukiskannya dengan sangat baik karena mereka bicara dengan bahasa yang sama, yakni mosaic gambar. Mosaic gambar dan kata-kata inilah yang lantas diletakka pada gambar- gambar yang menjadi ruh yang memandu tindakan-tindakan bersama selanjutnya.6
Tahap selanjutnya, yakni design, yaitu merancang langkah- langkah sukses untuk merengkuh masa depan yang diimpikan. Tahap ini merupakan proses merumuskan mimpi yang besar yang ingin diwujudkan. Peserta memilih elemen-elemen rancangan yang memiliki dampak besar, menciptakan strategi dan rencana provokatif yang memuat berbagai kualitas komunitas yang paling diinginkan ketika menyusun strategi untuk
6
(44)
menghasilkan rencana, peserta mengkolaborasikan kualitas kehidupan bersama yang ingin dilindungi dengan hubungan yang ingin dicapai.7
Tahap berikutnya yakni define, yaitu komunitas diminta untuk kembali ke visi masa depan dan memilih gambar-gambar yang paling memanggil mereka, elemen-elemen mana yang mereka rasa paling penting bagi mereka dan menyeru untuk bertindak. Secara bersama-sama, komunitas diminta untuk mengidentifikasi elemen-elemen keberhasilan yang diperlukan demi mewujudkan mimpi- mimpi dalam bentuk prinsip, kriteria dan indikator- indikator.8
Tahap terakhir yaitu Destiny, yaitu menegaskan langkah untuk mewujudkan masa depan yang diinginkan. Tahap ini merupakan serangkaian tindkan baru dan inovatif yang mendukung pembelajaran dan inovasi berkelanjutan. Tahap ini secara khusus memusatkan pada komitmen dan arah ke depan individu dan komunitas.9
Tahap Destiny merupakan tahapan untuk memeriksa dan mendialogkan momentum- momentum yang harus dimanfaatkan untuk memastikan impian-impian bersama terwujud. Pada tahapan ini komunitas mulai merumuskan langkah bersama yang bercermin pada papan visi dengan memanfaatkan metode hierarchy of effects atau seringkali disebut Tangga Perubahan.10
7
Ibid, hal. 06 8
Ibid, hal. 27. 9
(45)
C. Prinsip-prinsip Penelitian
1. Setengah terisi lebih berarti (Half Full Half Empty)
Salah sayu modal utama dalam program pengabdian terhadap masyarakat berbasis asset adalah merubah cara pandang komunitas terhadap dirinya. Tidak hanya terpaku pada kekurangan dan masalah yang dimiliki. Tetapi memberikan perhatian kepada apa yang dipunyai dan apa yang dapat dilalukan.11
2. Semua punya potensi (Nobody Has Nothing)
Dalam konteks ABCD, prinsip ini dikenal dengan istilah “Nobody has nothing”. Setiap manusia terlahir dengan kelebihan masing- masing. Tidak ada yang tidak memiliki potensi, walau hanya sekedar kemampuan untuk tersenyum dan memasak air. Semua berpotensi dan semua bisa berkontribusi.
Dengan demikian, tidak ada alasan bagi setiap masyarakat untuk tidak berkontribusi nyata terhadap perubahan lebih baik. Bahkan, keterbatasan fisikpun tidak menjadi alasan untuk tidak berkontrib usi. Ada banyak kisah dan inspirasi orang-orang sukses yang justru berhasil membalikkan keterbatasan dirinya menjadi sebuah berkah, sebuah kekuatan.12
11
Christopher Dureau, Pembaru dan Kekuatan Lokal unutk Pembangunan, Australian Community
Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II, (Agustus 2013), hal. 14.
12
(46)
3. Partisipasi (Participation)
Partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Banyak ahli memberikan pengertian mengena i konsep partisipasi.13 Partisipasi berarti peran yang sangat urgen terhadap masyarakat untuk meningkatkan perekonomian yang lebih baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal dan atau materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil- hasil pembangunan.
Pengertian tentang partisipasi dapat juga berarti bahwa pembuat keputusan menyarankan kelompok atau masyarakat ikut terlibat dalam bentuk penyampaian saran dan pendapat, barang, keterampilan, bahan dan jasa. Partisipasi dapat juga berarti bahwa kelompok mengenal masalah mereka sendiri, mengkaji pilihan mereka, membuat keputusan, dan memecahkan masalahnya.
4. Kemitraan (Partnership)
Partnership merupakan salah satu prinsip utama dalam pe ndekatan pengembangan masyarakat berbasis aset (Asset Based Community Development). Partnership merupakan modal utama yang sangat dibutuhkan dalam memaksimalkan posisi dan peran masyarakat dalam pembangunan yang dilakukan. Hal itu dimaksudkan sebagai bentuk pembangunan dimana yang menjadi motor dan penggerak utamanya
(47)
adalah masyarakat itu sendiri (community driven development). Karena pembangunan yang dilakukan dalam berbagai varinnya seharusnya masyarakatlah yang harus menjadi penggerak dan pelaku uta manya. Sehingga diharapkan akan terjadi proses pembangunan yang maksimal, berdampak empowerment secara masif dan terstruktur. Hal itu terjadi karena dalam diri masyarakat telah terbentuk rasa memiliki (sense of belonging) terhadap pembangunan yang terjadi di sekitarnya.14 Didalam proses pendampingannya yang memanfaatkan tangkapan hasil laut untuk menjadi sebuah olahan agar menambah ekonomi masyarakat.
5. Penyimpangan Positif (Positive Deviance)
Positive Deviance atau (PD) secara harfiah berarti penyimpangan positif. Secara terminologi positive deviance (PD) adalah sebuah pendekatan terhadap perubahan perilaku individu dan sosial yang didasarkan pada realitas bahwa dalam setiap masyarakat meskipun bisa jadi tidak banyak terdapat orang-orang yang mempraktekkan strategi atau perilaku sukses yang tidak umum, yang memungkinkan mereka untuk mencari solusi yang lebih baik atas masalah yang dihadapi daripada rekan-rekan mereka itu sendiri.15 Praktek tersebut bisa jadi, seringkali atau bahkan sama sekali keluar dari praktek yang pada umum dilakukan oleh masyarakat. Realitas tersebut mengisyaratkan bahwa sering kali terjadi pengecualian-pengecualian dalam kehidupan masyarakat dimana seseorang atau beberapa orang mempraktekkan perilaku dan strategi
14
Ibid, hal. 20. 15
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayak an Masyarakat, (Bandung: Refika
(48)
berbeda dari kebanyakan masyarakat pada umumnya. Strategi dan perilaku tersebut yang membawa kepada keberhasilan dan kesuksesan yang lebih dari yang lainnya. Realitas ini juga mengisyaratkan bahwa pada dasarnya masyarakat kelurahan Sidomulyo memiliki asset yang berupa tangkapan hasil laut dan sumber daya mereka sendiri untuk melakukan perubahan-perubahan yang diharapkan.
Positive deviance merupakan modal utama dalam pengembangan Masyarakat dalam membangun kesadaran dalam pengelolahan asset, yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan berbasis aset-kekuatan. Positive deviance menjadi energi alternatif yang vital bagi proses pengembangan dan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan. Energi itu senantiasa dibutuhkan dalam konteks lokalitas masing- masing komunitas.16
6. Berawal dari Masyarakat (Endogenous)
Endogenous dalam konteks pembangunan memiliki beberapa konsep inti yang menjadi prinsip dalam pendekatan pembangunan dan pemberdayaan komunitas mesyarakat berbasis asset kekuatan. Beberapa konsep ini tersebut adalah sebagai berikut.17
a. Memiliki kendali lokal atas proses pembangunan peningkatan perekonomian.
b. Mempertimbangkan nilai budaya secara sungguh-sungguh. c. Mengapresiasi cara pandang yang pernah di peroleh masyarakat.
16
Ibid, hal. 25.
17
(49)
d. Menemukan keseimbangan antara sumber internal dan eksternal. Beberapa aspek di atas merupakan kekuatan pokok yang sangat penting dalam pembangunan masyarakat. Sehingga dalam aplikasinya, konsep “pembangunan endogen” kemudian mengakuinya sebagai aset kekuatan utama yang bisa dimobilisasi untuk digunakan sebagai modal utama dalam peningkatan perekonomian masyarakat .
Aset dan kekuatan tersebut bisa jadi sebelumnya terabaikan atau bahkan seringkali dianggap sebagai sesuatu yang tidak bermanfaat dalam pendapatan perekonomian. Pembangunan Endogen mengubah aset-aset tersebut menjadi aset penting yang bisa dimobilisasi untuk pembangunan sosial dan ekonomi kerakyatan. Meteode ini menekankan dan menjadikan aset-aset tersebut sebagai salah satu pilar pembangunan. Sehingga dalam kerangka pembangunan endogen, aset-aset tersebut kemudian menjadi bagian dari prinsip pokok dalam pendekatan ABCD yang tidak boleh dinegasikan sedikitpun.18
7. Menuju Sumber Energi (Heliotropic)
Energi dalam pengembangan bisa beragam. Di antaranya adalah mimpi besar yang dimiliki oleh komunitas, proses pengembangan yang apresiatif, atau bisa juga keberpihakan anggota komunitas yang penuh totalitas dalam pelaksanaan program. sumber energi ini layaknya keberadaan matahari bagi tumbuhan. Terkadang bersinar dengan terang,
18
Edi Suharto, Membangun masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: Re fika Adita ma ,
(50)
mendung, atau bahkan tidak bersinar sama seka li. Sehingga energi dalam komunitas ini harus tetap terjaga dan dikembangkan.19
Masyarakat seharusnya mengenali peluang-peluang sumber daya alam yang ada di sekitar mereka, yang mampu memberikan pendapatan perekonomian mereka dan kekuatan baru dalam proses pengembangan. Sehingga tugas komunitas tidak hanya menjalankan program saja, melainkan secara bersamaan memastikan sumber energi dalam kelompok mereka tetap terjaga dan berkembang.20
D. Langkah-langkah Pendampingan dengan pendekatan ABCD Tahap 1: Mempelajari dan Mengatur Skenario
Dalam Apprecitive Inquiry (AI) terkadang disebut ‘Difine’. Dalam Asset Based Community Development (ABCD), terkadang digunakan frasa “Pengamatan dengan Tujuan/Purposeful Reconnaissance’. Pada dasarnya terdiri dari dua elemen kunci memanfaatkan waktu untuk mengenal orang-orang dan tempat di mana perubahan akan dilakukan, dan menentukan fokus program. Ada empat langkah terpenting di tahap ini, yakni menentukan.21 (1) Tempat (2) Orang (3) Fokus Program (4) Informasi tentang Latar Belakang
Tahap 2: Menemukan masa Lampau
Kebanyakan pendekatan berbasis aset dimulai dengan beberapa cara untuk mengungkap (discovering) hal- hal yang memungkinkan sukses dan
19
Christopher Dureau, Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan, Australian Community
Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II, (Agustus 2013), hal. 29.
20
(51)
kelentingan di komunitas sampai pada kondisi sekarang ini.22 Kenyataan bahwa masyarakat Sidomulyo masih berfungsi sampai saat ini membuktikan bahwa ada sesuatu dalam masyarakat yang harus dirayakan. Tahap ini terdiri dari:
a. Mengungkap (discover) sukses apa sumber hidup dalam komunitas. Apa yang memberi kemampuan untuk tiba di titik ini dalam rangkaian perjalanannya. Siapa yang melakukan lebih baik.
b. Menelaah sukses dan kekuatan elemen dan sifat khusus apa yang muncul dari telaah cerita-cerita yang disampaikan oleh komunitas. Tahap 3: Memimpin Masa Depan
Memimpikan masa depan atau proses pengembangan visi (visioning) adalah kekuatan positif luar biasa dalam mendorong perubahan. Tahap ini mendorong komunitas menggunakan imajinasinya untuk membuat gambaran positif tentang masa depan mereka. Proses ini menambahkan energi dalam mencari tahu “apa yang mungkin.”23
Tahap 4: Memetakan Aset
Tujuan pemetaan aset adalah agar komunitas belajar kekuatan yang sudah mereka miliki sebagai bagian dari kelompok. Apa yang bisa dilakukan dengan baik sekarang dan siapa di antara mereka yang memiliki keterampilan atau sumber daya alam yang ada di desa. Mereka ini kemudian
22
Ibid, hal. 131.
23
(52)
dapat diundang untuk berbagi kekuatan demi kebaikan seluruh kelompok atau komunitas.24 Pemetaan dan seleksi aset dilakukan dalam 2 tahap:
a. Memetakan aset komunitas atau bakat, kompetensi dan sumber daya sekarang.
b. Seleksi mana yang relevan dan berguna untuk mulai mencapai mimpi komunitas
Tahap 5: Menghubungkan dan Menggerakkan Aset/Perencanaan Aksi. Tujuan penggolongan dan mobilisasi aset adalah untuk langsung membentuk jalan menuju pencapaian visi atau gambaran masa depan. Hasil dari tahapan ini harusnya adalah suatu rencana kerja yang didasarkan pada apa yang bisa langsung dilakukan diawal, dan bukan apa yang bisa dilakukan oleh lembaga dari luar. Walaupun lembaga dari luar dan potensi dukungannya, termasuk anggaran pemerintah adalah juga set yang tersedia untuk dimobilisasi, maksud kunci dari tahapan ini adalah untuk membuat seluruh masyarakat menyadari bahwa mereka bisa mulai memimpin proses pembangunan lewat kontrol atas potensi aset yang tersedia dan tersimpan.25 Tahap 6: Pemantauan, Pembelajaran dan Evaluasi
Pendekatan berbasis aset juga membutuhkan studi data dasar (baseline), monitoring perkembangan dan kinerja outcome. Tetapi bila suatu program perubahan menggunakan pendekatan berbasis aset, maka yang dicari bukanlah bagaimana setengah gelas yang kosong akan diisi, tetapi bagaimana setengah gelas yang penuh dimobilisasi. Pendekatan berbasis
24
(53)
aset bertanya tentang seberapa besar anggota organisasi masyarakat mampu menemukenali dan memobilisasi secara produktif aset mereka mendekati tujuan bersama.
Empat pertanyaan kunci Monitoring dan Evaluasi dalam pendekatan berbasis aset adalah:
1. Apakah komunitas sudah bisa menghargai dan menggunakan pola pemberian hidup dari sukses mereka di masa lampau?
2. Apakah komunitas sudah bisa menemukenali dan secara efektif memobilisasi aset sendiri yang ada dan yang potensial (keterampilan, kemampuan, sistem operasi dan sumber daya)? 3. Apakah komunitas sudah mampu mengartikulasi dan bekerja
menuju pada masa depan yang diinginkan atau gambaran suksesnya?
4. Apakah kejelasan visi komunitas dan penggunaan aset dengan tujuan yang pasti telah mampu memengaruhi penggunaan sumber daya luar (pemerintah) secara tepat dan memadai untuk mencapai tujuan bersama?
E. Subjek Penelitian
Peneliti mengambil subyek pendampingan di Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Tuban Kota Kabupaten Tuban. Dengan memanfaatan sumber daya alam laut yang ada guna membantu kemandirian ekonomi keluarga nelayan yang berada di Gang Ikan Tongkol dan Gang Sumurserumbung Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Tuban Kota.
(54)
F. Teknik Pengumpulan Data
Motode dan alat menemukenali dan memobilisasi aset untuk pemberdayaan masyarakat melalui Asset Besed Community Development (ABCD), antara lain:
1. Penemuan apresiatif (Appreciative Inquiry)
Appreciative Inquiry (AI) adalah cara yang positif untuk melakukan perubahan organisasi berdasarkan asumsi yang sederhana yaitu bahwa setiap organisasi memiliki sesuatu yang dapat bekerja dengan baik, sesuatu yang menjadikan organisasi hidup, efektif dan berhasil, serta menghubungkan organisasi tersebut dengan komunitas dan stakeholdernya dengan cara yang sehat.26
AI dimulai dengan mengidentifikasi hal- hal positif dan menghubungkannya dengan cara yang dapat memperkuat energi dan visi untuk melakukan perubahan untuk mewujudkan masa depan organisasi yang lebih baik.
AI melihat isu dan tantangan organisasi dengan cara ya ng berbeda. Berdeda dengan pendekatan yang fokus pada masalah, AI mendorong anggota organisasi untuk fokus pada hal- hal positif yang terdapat dan bekerja dengan baik dalam organisasi. AI tidak menganalisis akar masalah dan solusi tetapi lebih konsen pada bagaimana memperbanyak hal- hal positif dalam organisasi.
(55)
Proses AI terdiri dari 4 tahap yaitu Discovery, Dream, Design dan Destiny atau sering disebut Model atau Siklus 4-D. AI ini diwujudkan dengan adanya Forum Group Discussion (FGD) yang dilakukan pada jenjangnya masing- masing.
2. Pemetaan Komunitas (Community Mapping)
Pendekatan atau cara untuk memperluas akses ke pengetahuan lokal. Community map merupakan visualisasi pengetahuan dan persepsi berbasis masyarakat mendorong pertukaran informasi dan menyetarakan kesempatan bagi semua masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses yang mempengaruhi lingkungan dan kehidupan mereka.27
3. Pemetaan Asosiasi dan Institusi
Asosiasi merupakan proses interaksi yang mendasari terbentuknya lembaga- lembaga sosial yang terbentuk karena memenuhi faktor- faktor sebagai berikut : (1) kesadaran akan kondisi yang sama, (2) adanya relasi sosial, dan (3) orientasi pada tujuan yang telah ditentukan.28
4. Pemetaan Aset Individu (Individual Inventory Skill)
Metode/alat yang dapat digunakan untuk melakukan pemetaan individual asset antara lain kuisioner, interview dan focus group discussion.29 Manfaat dari Pemetaan Individual Aset antara lain:
a. Membantu membangun landasan untuk memberdayakan masyarakat dan memiliki solidaritas yang tinggi dalam masyarakat,
b. Membantu membangun hubungan yang tidak baik dengan masyarakat.
27
Ibid, hal. 36.
28
Soetomo, Pembangunan Masyarak at, (Yogyakarta : Pustaka Pe laja r, 2009), ha l. 41.
29
(56)
c. Membantu masyarakat mengidentifikasikan keterampilan dan bakat mereke sendiri.
5. Sirkulasi Keuangan (Leacky Bucket)
Perputaran ekonomi yang berupa kas, barang dan jasa merupakan hal yang tidak terpisahkan dari komunitas dalam kehidupan mereka sehari- hari. Seberapa jauh tingkat dinaminitas dalam pengembangan ekonomi lokal mereka dapat dilihat, seberapa banyak kekuatan ekonomi yang masuk dan keluar. Untuk mengenali, mengembangkan dan memobilisir asset-asset tersebut dalam ekonomi komunitas atau warga lokal diperlukan sebuah anlisa dan pemahaman yang cermat. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam pendekatan ABCD (Asset Based Community Development) adalah melaluil Leacky Bucket.30
6. Skala Prioritas (Low hanging fruit)
Setelah masyarakat mengetahui potensi, kekuatan dan peluang yang mereka miliki dengan melaui menemukan informasi dengan santun, pemetaan aset, penelusuran wilayah, pemetaan kelompok/ institusi dan mereka sudah membangun mimpi yang indah maka langkah berikutnya, adalah bagaimana mereka bisa melakukan semua mimpi- mimpi diatas, karena keterbatasan ruang dan waktu maka tidak mungkin semua mimpi mereka diwujudkan.31 Skala prioritas adalah salah satu cara atau tindakan yang cukup mudah untuk diambil dan dilakukan untuk menetukan
30
Christopher Dureau, Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan, Australian Community
Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II, (Agustus 2013), hal. 44.
(57)
manakah salah satu mimpi mereka bisa direalisasikan dengan menggunakan potensi lahan kosong sebagai peningkatan pendapat ekonomi masyarakat kelurahan Sidomulyo itu sendiri tanpa ada bantuan dari pihak luar.
7. Wawancara
Wawancara semi terstruktur ini merupakan alat penggalian data berupa tanya jawab yang sestematis tentang pokok-pokok tertentu. Wawancara ini bersifat semi terbuka, artinya alur pembicaraan lebih santai. Wawancara ini bertujuan untuk keintiman anatar pe neliti dengan para peternak sapi. Hal ini menunjukkan bahwa riset pendampingan ini tidak memiliki batasan antara peneliti dengan komunitas sasaran. Selain itu dalam prosesnya teknik ini menumbuuhkan kepercayaan antara peneliti dan para masyarakat Kelurahan Sidomulyo.
G. Teknik Validasi Data
Dalam prinsip metodologi PRA untuk meng crosh check data yang diperoleh dapat melalui triangulasi. Triangulasi adalah suatu system crosh check dalam pelaksanaan teknik PRA agar memperoleh informasi yang akurat.
1. Triangulasi Komposisi Tim
Triangulasi komposisi Tim akan dilakukan oleh peneliti dengan para nelayan dan. Triangulasi ini bertujuan untuk memperoleh data yang valid dan tidak sepihak karena semua pihak akan dilibatkan untuk mendapatkan kesimpulan dan kesepakatan bersama.
(58)
Setelah inkulturasi bersama masyarakat terlaksana dengan baik, peneliti membentuk sebuah tim yang notabenya adalah semua manusia memiliki kemampuan yang bermacam- macam sehingga menjadikan suatu kelompok untuk suatu perubahan.
2. Triangulasi Alat dan Teknik
Di samping melakukan observasi langsung terhadap lokasi, perlu juga melakukan wawancara atau diskusi penggalian data dengan para nelayan dan masyarakat yang lainnya Kelurahan Sidomulyo melalui sebuah FGD (Focus Group Disscusion). Bentuknya sendiri berupa pencatatan dokumen maupun diagram.
Kejadian dan Proses
Alat dan Teknik
Observasi Diagram
Peneliti ini mengajak semua masayarakat yang berprofesi sebagai keluarga nelayan untuk melakukan perubahan secara bersama-sama. Dengan pencarian data peneliti melibatkan masyarakat langsung. Dengan pendampingan peneliti bersama komunitas peternak menggali potensi yang ada. Setiap kejadian dan hasil dalam proses ditulis dalam cacatan pe nelitian. 3. Triangulasi Keragaman Sumber Informasi
(59)
Triangulasi ini diperoleh ketika peneliti, masyarakat Kelurahan Sidomulyo saling memberikan informasi. Termasuk kejadian-kejadian yang terjadi di lapangan sebagai keberagaman sumber data.32
Kejadian dan Proses
Sumber Informasi
Keluarga Nelayan Tempat/Lokasi
Untuk memperoleh informasi tersebut peneliti harus berada di tempat penelitian supaya bisa mengikuti setiap kegiatan yang dilakukan masyarakat. Mengetahui dan melihat langsung setiap kejadian yang terjadi di tempat penelitian.
H. Teknik Analisis Data
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan lapangan maka peneliti dengan para keluarga nelayan akan melakukan sebuah analisis bersama. Analisis ini digunakan untuk mengetahui potensi apa saja yang ada di Kelurahan Sidomulyo. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam pendekatan ABCD (Asset Besed Community Development) adalah melalui asset dan leaky bucket.
32
Agus Afandi, dkk, Modul Participatory Action Research. (Surabaya :LPPM UIN Sunan Ampel,
(60)
1. Pemetaan asset individu
Pemetaan individual asset adalah kegiatan menginventaris skill individu yang dimiliki setiap warga dalam suatu komunitas. Secara umum, inventarisasi skill perorangan dapat dilakukan berdasarkan tiga kelompok skill yakni skill atau asset yang berhubungan dengan hati, tangan dan otak atau kepala.
Dengan berbagai macam pemetaan skill, dapat disimpulkan bahwa dalam suatu komunitas setiap warga memiliki potensi untuk berkontribusi kepada kemajuan komunitasnya. Dalam proses pengembangan masyarakat, perpaduan kemampuan individual akan membawa perubahan yang signifikan. Sesungguhnya, potensi itu ada di diri setiap manusia namun mungkin komunitas belum menyadari potensi tersebut sebagai sebauh asset yang bisa dikembangkan.
2. Leaky Bucket (Ember Bocor)
Leaky Bucket atau dikenal dengan wadah bocor atau ember bocor merupakan slah satu cara untuk mempermudah masyarakat komunitas atas warga dalam mengenali, mengidentifikasi dan menganalisis berbagai bentuk aktivitas atau putaran keluar dan masuknya ekonomi lokal komunitas/warga. Lebih singkatnya, leaky bucket adalah alat yang berguna untuk mempermudah warga atau komunitas untuk mengenali berbagai perputaran asset ekonomi lokal yang mereka miliki. Hasilnya bisa dijadikan untuk meningkatkaan kekuatan secara kolektif dan membangunannya secara bersama.
(61)
Untuk melihat seberapa tingginya atau maksimalnya ekonomi tingkat aktivitas warga komunitas dapat ditentukan melalui banyak arus yang masuk di dalam wadah disertai perputaran didalamnya yanga sangat dinamis sehingga yang keluar atau bocor dari wadah menjadi sedikit dibanding aliran yang masuk sebelumnya. Sebaliknya jika air yang masuk dalam wadah dan tingkat perputarannya statis/tetap di dukung oleh tingkat kebocorannya yang banyak maka aktivitas ekonomi warga komunitas rendah atau lemah. Untuk mengatasi keelemahannya maka aliran yang masuk dalam hal ini kas, barang dan jasa dapat dikembangkan melalui perputaran kas dalam wadah sehingga aliran kas dan barang yang keluar sangat minimum. Dengan demikian level posisi air tergantung pada:
1. Seberapa banyak yang masuk 2. Seberapa banyak yang keluar 3. Tingkat kedinamisan ekonomi
Perlu cermat bahwa tujuan dilakukan cara leaky bucket analisis bersama warga dan komunitas adalah seluruh warga atau komunitas yang ikut dapat memahami konsep leaky bucket, bahwa ekonomi sebagai aset dan potensi yang dimiliki dalam masyarakat peserta mendapatkan inovasi dan kreativitas dalam mempertahankan dan meningkatkan alur perputaran ekonomi komunitas lewat kekuatan-kekuatan komunitas.
Sedangkan uotput yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah; Pertama, Mengenalkan konsep umum leaky bucket dan efek pengembangan dan kreativitas pada warga atau komunitas, kedua, warga atau komunitas
(62)
dapat memahami dampak efek pengembangan dan kreativitas bagi ekonomi lokal komunitas yang mereka miliki. Keempat, warga atau komunitas dapat mengidentifikasi secara sesama mengenai arus masuk ke mereka, kemudian alur dinamitas perputaran ekonomi dalam komunitas dapat menggali kekuatan-kekuatan dalam komunitas untuk meningkatkan efek pengembangan, pemberdayaan atau peningkatan terhadap alur perputaran ekonomi yang berkembang secara kreatif dan inovatif.
(63)
BAB IV
PROFIL LOKASI PENDAMPINGAN
A. Ralitas Kelurahan Sidomulyo
Pada bab ini penulis akan mendeskripsikan secara umum tentang kondisi sosial, budaya, keagamaan, sumber daya manusia dan lain- lain, yang menjadi latar alamiah dari profil dampingan kelurahan Sidomulyo Kecamatan Tuban Kota Kabupaten Tuban. Hal ini dimaksudkan untuk mengkorelasikan subjek penelitian dengan masyarakat secara umum, perlu diketahu juga bahwa letak wilayah dan demografisnya meliputi kondisi daerah, kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada disana. Selanjutnya penduduk yang meliputi jumlah pertumbuhan usia produktif, .
Tujuan penelitian di Kelurahan Sidomulyo adalah membangun kesadaran dan kemandirian kelurga nelayan dalam pengelolaan asset yang berupa sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berada di lingkungan tersebut. Adapun unsur-unsur dalam penelitian yaitu sebagai data penunjang yang dikonfirmasikan dengan sebuah hasil, maupun dalam rangka mengungkap sebuah teori dalam metode ABCD yang relevan dengan kondisi perubahan ekonomi Masyarakat Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Tuban Kota Kanupaten Tuban.
(64)
1. Letak Geografis dan Keadaan Iklim
Kelurahan Sidomulyo berada di bibir pantai Laut Jawa. Kelurahan Sidomulyo tepat adalah salah satu kelurahan yang masuk di dalam daerah pesisir Tuban Kota laut Jawa. Terletak di Garis Lintang 6°53'32.83"S, Garis Bujur 112° 3'45.42"T dan berada di ketinggian 6 Meter dpl. Luas kelurahan 51,3 Ha/Km. Dan tereletak d i 1 Km dari Jantung Kota Tuban, sebelah barat Wisata Pantai Boom Kota Tuban.
Gambar 4.1 Peta Kelurahan Sidomulyo
Sumber: Google Earth
Gang Sumur Serumbung dan Gang Ikan Tongkol berada di kawasan bibir pantai langsung. Dengan letak yang berada di sebelah utara pemakan Sunan Bonang Tuban dan sebelah Barat dari Wisata Pantai Boom Tuban membuat kawasan ini sangat strategis. Dengan
(65)
melihat mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagi nelayan tangkap ikan.
Tabel 4.1 Batas wilayah Kelurahan Sidomulyo
No Batas Ket
1 Barat Ronggomulyo/Kingking
2 Timur Kutorejo
3 Selatan Doromukti
4 Utara Laut Jawa
Sumber: Monografi Kelurahan Sidomulyo
Kelurahan Sidomulyo memiliki 14 RT dan 4 RW, dan memiliki Pembina Hansip 30 orang Laki- laki, serta pos kampling yang berjumlah 18 buah.
2. Keadaan Demografis
Keadaan demografis merupakan aspek yang sangat penting dalam usaha mencapai tujuan pembangunan dan peningkatan ekonomi yang berencana. Karena aspek demografis ini berkenalan langsung dengan penduduk dan berbagai komposisinya serta segala kekayaan dalam alamnya yakni asset.
Oleh sebab itu, keadaan demografi suatu daerah akan sangat menentukan bagi kemajuan atau keterbelakangan kelurahan tersebut Pada akhirnya, keadaan demografi ini memiliki nilai potensia l yang sangat tinggi bagi masyarakat Kelurahan Sidomulyo untuk pertumbuhan ekonomi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
(66)
Dari data yang ada jumlah penduduk di Kelurahan Sidomulyo berjumlah sekitar 4.354 Orang1. Jumlah ini belum termasuk yang penduduk menurut mobilitas atau mutasi.
Mayoritas penduduk Kelurahan Sidomulyo bekerja sebagai Nelayan bagi yang laki- laki, dan pembantu runah tanggga bagi yang perempuan. Jumlah penduduk yang semakin meningkat dari tahun-tahun sebelumnya dengan pola pikir masyarakat yang keras dan tidak terbiasa bosa-basi Ceplas-ceplos, membuat masyarakat semakin tidak menyadari potensi positif yang dimilikinya. Sedangkan hasil dari melaut dari di buat untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari, dan biaya sekolah anak, karena setelah lulus biasanya anak-anak mereka juga tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Kebanyyakan langsun ikut kerja orang tua, kalau tidak begitu bekerja di luar daerah.
Hal ini dilakukan karena untuk memenuhi kebutuhan hidup dan sumber biaya hidup keluarga mereka 4.353 jiwa, laki- laki 2.127 dan perempuan 2.197 Orang. Dari jumlah penduduk ini mayoritas mengandalkan pekerjaan sebagia nelayan. Meskipun yang alainnya ada yang menjadi PNS, buruh tani, pedagang makanan.
(67)
Tabel 4.2 : Penduduk menurut usia No Kelompok Usia Jumlah
1 0-5 393
2 5-15 590
3 16-21 538
4 22-> 2991
Sumber: Data Monografi Kelurahan Sidomulyo
Berdasarkan penyajian data diatas, jumlah penduduk secara kesuluraha 4.353 jiwa, yang terbagi menurut jenis kelamin laki- laki 2.127 dan perempuan 2.197 Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Tuban Kota Kabupaten Tuban.
B. Strategi Fasilitas Publik 1) Tempat Pendidikan
Pendidikan adalah sebuah prioritas utama adlam kehidupan masyarakat. Ada beberapa tempat lembaga pendidikan yang berada di Kelurahan Sidomulyo untuk Sekolah dasar ada SDN I Sidomulyo, SDN II Sidomulyo tempatnya menyebar agar memudahkan anak-anak yang pergi untuk belajar ke sekolah.
2) Agama dan tempat ibadah
Dalam hal ini dilihat bahwa masyarakat Kelurahan Sidomulyo 90 % beragama Islam. Yang secara letak dan tempatnya yang beda di lingkungan kemajemukan umat beragama. Hal ini dapat dilihat dari data agama yang dianut masyarakat Kelurahan Sidomulyo secara rinci pada tabel dibawah ini.
(68)
Tabel 4.3 : Penduduk menurut kepercayaan
No Agama Jumlah
1
Islam 3.892 Orang 2 Kristen 220 Orang 3
Katholik 177 Orang 4
Hindu 64 Orang 5
Budha 1 Orang
Sumber: Monografi Kelurahan Sidomulyo
Ini sangat mencerminkan kemajemukan di Negara Indonesia ini. Yang meskipun berbeda-beda kepercayaan tetapi hidup saling berdampingan menciptakan kerukunan dan keamanan dalam berkehidupan. Sedangkan untuk menjadikan kepercaan yang lebih lengkap lagi ini adalah data rincian sarana keagamaan yang berada di Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Tuban Kota.
Tabel 4.4 : Sarana pra-sarana Keagamaan
No Agama Sarana Ibadah Majelis Remaja 1 Masjid 3 buah 6 kelompok 3 kelompok
2 Mushola 12 buah - -
3 Gereja 1 buah 1 kelompok 1 kelompok
4 Wihara - - -
5 Pura - - -
(1)
Sebuah pemahaman yang bisa diterima sebagai logika berfikir yang sesuai dengan nalar mereka. Ketika suatu pemikiran bisa diterima oleh masyarakat, lama kelamaan akan menjadi pola perilaku yang akhirnya nanti akan merubah polapikir mereka dengan sendirinya. Yang diharapkan serta dinginkan adalah proses pemberdayaan ini harus terus berjalan, walaupun ada atau pun tidak seorang fasilitator
B. Saran
Proses pendampingan yang dilakukan oleh fasilitator dalam hal pemberdayaan masyarakat Kelurahan Sidomulyo tentunya memberikan kontribusi yang lebih bagi masyarakat luas, mahasiswa, pemerintah dan beberapa pihak lainnya dalam melakukan pendampingan dengan
menggunakan pendekatan berbasis kekuatan bisa meningkatkan
kesejahteraan, terutama bagi kalangan masyarakat nelayan maupun masyarakat yang lainnya.
Untuk peneliti yang harus dilakukan oleh masyarakat agaknya harus mulai diarahkan pada pemanfaatan sumber daya alam agar lebih bernilai jual tinggi perairan yang berorientasi pada bisnis. Dalam hal ini, penelitian ini dapat di manfaatkan sebagai bentuk kerjasama antara masyarakat pesisir dengan pemerintah dan sudah selayaknya diberika n ruang untuk mendampingi proses pemberdayaan masyarakat yang lebih berorientasi pada kemandirian masyarakat. Dengan adanya kerjasama dari kedua komponen sentral tersebut, pemerintah dan perguruan tinggi maka akan
(2)
dapat menghasilkan sebuah kekuatan baru untuk membawa masyarakat pada kehidupan yang lebih baik.
C. Rekomendasi
Rekomendasi kepada steakholder terkait akan pendampingan Penguatan Ekonomi Keluarga melalui Pemanfaatan Hasil Laut Berbasis Asset di Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban, antara lain:
1. Steakholder harus lebih produktif dalam memanfaatkan aset terlebih masyarakat itu sendiri.
2. Harus ada perhatian khusus agar aset yang dimilik tidak terbuamng sia-sia dan bisa dijadikan bernilai dan kerberlanjutan.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahab, Solichun. 2013. Pengaturan Kebijakan Publik. Malang: UMM Press.
Afandi, Agus, dkk. 2016. Modul Participatory Action Research. Surabaya: LPPM UIN Sunan Ampel.
Aw, Sunarto. 2009. Komunikasi Sosial Budaya, Yogyakarta: Graha Ilmu Departeman Agama RI, 2006. Al-Qur’an dan terjemahannya, Bandung:
Gema Risalah Press.
Dereau, Christoper. 2013. Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan, Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Phase II, Agustus.
George R. Terry dan Leslie W. Rue, 1996. Dasar-dasar Manjemen, Bumi Aksara: Jakarta.
Hidayat, Muchar. 2012. Manajemen Aset (Privat atau Publik), Laks Bang PRESSindo, Yogyakarta.
Kian Gie. Kwik. 2009 Kebijakan Politik dan Hilangnya Nalar. Jakarta: Kompas.
Kusnadi, M.A, Drs. 2008. Akar Kemiskinan Nelayan. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.
Salahuddin, Nadhir, dkk. Panduan KKN ABCD UIN Sunan Ampel
Surabaya,LPPM IAIN Sunan Ampel Surabaya
Soekamto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Soetomo, Pembangunan Masyarakat, 2009 Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suharto, Edi. 2014. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat,
Bandung: Refika Aditama.
Tesoriero Frank, Ife, Jim. 2008. Community Development : Alternative Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi.Pustaka Pelajar
(4)
Wahyu Munggoro, Dani dan Kasmadi, Budhita. 2008. Panduan Fasilitator, Indonesia Australia Partnership: IDSS Acces Phase II.
Widjaja, H.A.W. 1997. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Jakarta: Bumi Aksar.
Yusuf, Yunan. 2008. Manajemen Dakwah, Jakarta: Kencana.
Zubaedi. 2013. Pengembangan Masyarakat Wacana dan Praktik, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Wawancara Pengurus PKH Kecamatan Tuban Wawancara Pak Mubin
Wawancara ibu Karmulin Wawancara Ibu Sumini Data Internet
http://www.kerjaterus.com/2012/11/leistimewaan-kota-tuban.html. Di akses pada tanggal 10 Agustus 2016.
http://Novian-hidayat-apprraisal.blogspot.co.id/2014/09/definisimanajemen-aset.html?m=1 Diakses 16 September 2016
(5)
Panduan Interview
1. Hasil wawancara dengan Bapak Mubin salah satu nelayan di Kelurahan Sidomulyo pada tanggal 20 September 2016 di rumah beliau di gang Ikan Tongkol.
Pertanyaan : Bagaimanan kondisi masyarakat keluarga nelayan di kelurahan Sidomulyo ini, pak?
Jawaban : “Ya untuk masalah kondisi keluarga ya sangat pas-pasan sekali mas, terkadang sekali melaut saja hanya mendapatkan 100 satu harinya. Belum lagi harus untuk membeli solar untuk keluarga di rumah, terkadang juga malahan merugi juga. Hasil yang diperoleh ya di cukup-cukupkan saja mas untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
2. Hasil wawancara dengan Pak Kandar salah satu masyarakat pada 20 September 2016
Pertanyaan : bagaimana pendapat bapak tentang kesejahteraan kelurahan sidomulyo ini?
Jawaban : Sebenarnya masih banyak yang belum mas, apalagi di daerah yang langsung berada di bibir pantai, Gang Ikan Tongkol dan Gang Sumur Serumbung masih jauh dari dikatan cukup.
3. Hasil Wawancara dengan Ibu Karmulin 5 Oktober 2016
(6)
Jawban : “Ya alhamdulilah dengan penghasilan suami yang meski di rasa kurang cukup, tetapi dengan hati-hati ibu rumah tangga akan mengatur kebutuh-kebuthan yang menjadi tanggungjawab keluarga”
4. Hasil wawancara dengan Ibu Sumini 6 Oktober 2016
Pertanyaan : Bagaimana kondisi pendidikan anak-anak Kelurahan Sidomulyo yang orang tuanya sebagai nelayan?
Jawaban : Untuk masalah pendidikan mas, rata-rata hanya sampai tingkat SMA sederajat, bagi yang tidak punya biaya ya sekolahnya di MA As Shomadiyah yang berada di Kelurahan Karangsari, soalnya biayannya murah dan anak tetap masih bisa sekolah. Ya sebisa mungkin kami memberikan yang terbaik mas, jangan sampai meniru bapak dan ibuknya, kalau bisa menajdi yang membanggakan orang tuannya
5. Wawancara dengan Pak RT pad a tanggal 16 Oktober 2016 Pertanyaan : bagaimana kondisi pemuda di sini pak?
Jawaban : untuk pemuda di kelurahan sini, kebanyakan kurang baik dalam pandangan masyarakat karena sifatnya yang memang terkadang membuat orang tua jengkel dengan kelakuan mereka, karena ini semuany sebenarnya tanggung jawab kita semuanya sebagai masyarakat dan keluarga, serta pemerintah.