Kontribusi Anak Jalanan Dalam Sosial Ekonomi Keluarga di Kelurahan Bantan Timur, Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan

(1)

KONTRIBUSI ANAK JALANAN DALAM KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DI KELURAHAN BANTAN TIMUR,

KECAMATAN MEDAN TEMBUNG, KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Universitas Sumatera Utara Oleh :

ABDUL HALIM 110902019

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : Abdul Halim

Nim : 110902019

Judul : Kontribusi Anak Jalanan dalam sosial ekonomi keluarga di Kelurahan Bantan Timur, Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan.

Medan, Agustus 2015

PEMBIMBING

(Agus Suriadi, S.Sos, M.Si) NIP. 19670808 1994031 004

KETUA DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

(Hairani Siregar, S.Sos, M.S.P) NIP. 19710927 1998012 001

DEKAN FISIP USU

(Prof. Dr. Badaruddin, M.Si) NIP. 19680525 1992031 002


(3)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

NAME : ABDUL HALIM

NIM : 110902019

ABSTRACT

CONTRIBUTION OF STREET CHILDREN IN THE SOCIAL ECONOMIC FAMILY OF LIFE IN THE BANTAN TIMUR VILLAGE

MEDAN TEMBUNG DISTRICT MEDAN CITY

(Thesis consist of 6 chapters, 76 pages, 12 tables, 27 libraries and appendix) Progress of city in all fields not only give a positive feel, but raises competition leads to poverty and gave a fairly complex problems, such as unemployment, slums area, the emergence of street children and others. In fulfillment needs of family socio-economic, contribution of all family members especially children is required. The streets became one of the alternatives that have been children to work in order to earn money to help improve socio-economic life of their families.

This research is classified into type of descriptive research with qualitative approach that aims to know contribution of street children in socio-economic life of the family in Bantan Timur Village District of Medan Tembung Medan city. Informants in this research is divided into two kinds, primary informants and additional informants, primary informants in this resaearch were 4 street children were classified into the category of Children on the street that operate in Bantan Timur Village District of Medan Tembung Medan city, while additional informants were 4 people from the family or parents of primary informants. Methods of data collection is conducted in-depth interviews and direct observation.

Results from this research indicate that the contribution made by street children are classified into Children on the street in the family's socio-economic life in the Bantan Timur Village District of Medan Tembung Medan city. In this case the terms of its contribution in increasing revenue, health, food, education and the family housing.


(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

NAMA : ABDUL HALIM

NIM : 110902019

ABSTRAK

KONTRIBUSI ANAK JALANAN DALAM KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DI KELURAHAN BANTAN TIMUR

KECAMATAN MEDAN TEMBUNG KOTA MEDAN

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 76 halaman, 12 tabel, 27 kepustakaan dan lampiran)

Perkembangan kota disegala bidang tidak hanya memberikan nuansa positif, melainkan menimbulkan persaingan yang mengarah kepada kemiskinan dan melahirkan masalah yang cukup kompleks, seperti banyaknya pengangguran, menjamurnya perumahan kumuh, timbulnya anak jalanan dan lain-lain. Dalam pemenuhan kebutuhan sosial ekonomi keluarga kontribusi seluruh anggota keluarga khususnya anak sangat diperlukan. Jalanan menjadi salah satu tempat alternatif yang dipilih anak untuk bekerja agar mendapatkan penghasilan untuk membantu meningkatkan kehidupan sosial ekonomi keluarganya.

Tipe penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk megetahui kontribusi anak jalanan dalam kehidupan sosial ekonomi keluarga di Kelurahan Bantan Timur Kecamatan Medan tembung Kota Medan. Informan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua macam, yaitu informan utama dan informan tambahan, informan utama dalam penelitian ini adalah 4 orang anak jalanan yang tergolong kedalam kategori Children on the street yang beroprasi di Kelurahan Bantan Timur Kecamatan Medan Tembung Kota Medan tepatnya di simpang empat lampu merah Aksara, sedangkan informan tambahan dalam penelitian ini adalah 4 orang dari keluarga atau orang tua informan utama. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara mendalam dan observasi langsung ke lapangan.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa adanya kontribusi yang diberikan oleh anak jalanan yang tergolong kedalam Children on the street dalam kehidupan sosial ekonomi keluarganya di Kelurahan Bantan Timur Kecamatan Medan Tembung Kota Medan. Dalam hal ini dilihat dari kontribusinya dalam peningkatan pendapatan, kesehatan, pangan, pendidikan dan perumahan keluarga tersebut.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas berkat dan rahmat-Nya yang senantiasa menyertai penulis sehingga dapat menyelesaikan

penyusunan dan penulisan skripsi yang berjudul “Kontribusi Anak Jalanan Dalam

Kehidupan Sosial Ekonomi Keluarga di Kelurahan Bantan Timur, Kecamatan

Medan Tembung, Kota Medan”.

Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan FISIP USU Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, MSP selaku ketua departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU

3. Bapak Agus Suriadi, S.Sos, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah bersedia membimbing, meluangkan waktu, tenaga dan kesabaran dalam proses penulisan skripsi ini. Semoga Allah selalu melimpahkan keberkahan kepada bapak.

4. Seluruh dosen dan staf administrasi Ilmu Kesejahteraan Sosial Fisip USU yang telah memberikan arahan dan pengajaran yang bermanfaat selama penulis mengikuti proses perkuliahan.

5. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Kusman dan Ibunda Kartini yang telah mendidik dengan sebaik-baiknya didikan, yang

selalu mendo’a kan dengan sebai-baiknya do’a, dan yang selalu memberi semangat. Semoga selalu ada dalam lindungan ALLAH SWT dan selalu


(6)

6. Teristimewa kepada saudara tercinta kakak Masnah, abang Zaenal Taufik, dan adek Nurul Ainun, abang dan kakak ipar kak Suhartono dan kak Hanifah, keponakan Vina Alpiyani, Syifa Qatrunnada dan Muhammad Andhika Tamam dan seluruh keluarga dari Ibu dan dari Bapak yang tidak

bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih atas do’a dan semangatnya,

semoga kita semua selalu ada dalam lindungan ALLAH SWT.

7. Teristimewa kepada ibunda Dra. Hanny Susiana dan Keluarga, terimakasih atas semua dukungan dan bantuan semenjak penulis pertama kali ke Medan hingga saat ini, Semoga semua kebaikan ibu dan keluarga dibalas dengan keberkahan oleh ALLAH SWT.

8. Kepada keluarga besar Kessos 2011 Fisip USU yang telah sama-sama berjuang men-tamat kan kuliah ini. “VIVA KESSOS” kalian semua luar biasa.

9. Kepada Sahabat terdekat : Saipul Bahri SIP, Jeffry Wanda, Asrul Wijaya Saragih, Murdani barat, Abangda Alimul Hadi S.Sos, Aulia Rahman, Al-aminul Kahfi, Ahmad Al-jumadi, Ade Ramlan Rambe, Khairullah dan kawan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga kita selalu haus akan ilmu, kita bisa sama-sama sukses dan silaturrahmi ini akan tetap terjaga.

10.Kepada seluruh keluarga besar BKM Musholla FISIP USU, seluruh keluarga besar UKMI As-Siyasah, seluruh keluarga besar IMM USU, seluruh keluarga besar Bimbingan Belajar Nurul Fikri Medan, keluarga besar Nurul Fikri Banda Aceh dan keluarga besar MA SALMAN Cirebon.


(7)

11.Kepada seluruh relawan Rumah Belajar KKSP, Penanggung jawab Rumah Belajar KKSP Sdr. Nasriati, Amd. Terimaksih telah banyak membantu dalam menyelesaikan proses penulisan skripsi ini.

12.Kepada Seluruh perangkat Kelurahan Bantan Timur Kecamatan Medan Tembung, yang telah bersedia membantu memeberikan data dalam proses penyusunan skripsi ini.

13.Seluruh anak jalanan di simpang empat lampu merah aksara yang telah bersahabat sejak praktikum II dan bersedia diwawancarai penulis, semoga masa depan kita sama-sama cerah, secerah matahari di pagi hari.

14.Keluarga anak jalanan yang telah bersedia diwawancarai, Semoga hari esok lebih baik dari hari ini.

Atas bantuan dan dorongan dari semua pihak yang belum penulis sebutkan yang terkait dalam proses penyususnan skripsi ini, penulis menyampaikan rasa terimakasih, semoga ALLAH SWT memberikan limpahan rahmat dan ridho-Nya kepada kita semua.


(8)

DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN

ABSTRAK……… i

ABSTRACT……….. ii

KATA PENGANTAR………. iii

DAFTAR ISI………. vi

DAFTAR TABEL……… x

DAFTAR BAGAN………... xi

DAFTAR LAMPIRAN………... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang……….. 1

1.2Rumusan Masalah………... 7

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian………... 8

1.3.1 Tujuan Penelitian……….... 8

1.3.2 Manfaat Penelitian………... 8

1.4 Sistematika Penulisan……… 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontribusi……… 10

2.2 Anak Jalanan………... 11

2.2.1 Pengertian Anak Jalanan………... 11

2.2.2 Kategori Anak Jalanan………...…... 12

2.2.3 Kriteria Anak Jalanan………...14


(9)

2.2.5 Resiko Anak Jalanan……….... 20

2.3 Keluarga……….. 22

2.3.1 Ciri Struktur Keluarga……….… 23

2.3.2 Peranan Keluarga……….… 23

2.3.3 Fungsi Keluarga………... 24

2.4 Sosial Ekonomi………... 26

2.4.1 Pendapatan………... 28

2.4.2 Pangan……….. 28

2.4.3 Pendidikan………... 29

2.4.3.1 Jenjang Pendidikan………30

2.4.3.2 Jalur Pendidikan……….... 31

2.4.4 Kesehatan………... 32

2.4.5 Perumahan……… 33

2.5 Kesejahteraan Sosial………... 33

2.6 Kerangka Pemikiran……… 34

2.7 Definisi konsep dan definisi operasional………...…. 36

2.7.1 Definisi Konsep………... 37

2.7.2 Definisi Operasional……… 37

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian……….... 39

3.2 Lokasi Penelitian………. 39

3.3. Informan…………...……….. 39


(10)

3.4 Teknik Pengumpulan Data……….. 40

3.5 Teknik Analisis Data………... 41

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis………. 42

4.2 Kependudukan………... 42

4.3 Sarana dan Prasarana……….. 46

4.4 Letak titik aktivitas anak jalanan……… 50

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Hasil Temuan………. 52

5.1.1 Informan Utama I………... 52

5.1.2 Informan Utama II……….. 54

5.1.3 Informan Utama III……… 57

5.1.4 Informan Utama IV……… 59

5.1.5 Informan Tambahan I……….……… 61

5.1.6 Informan Tambahan II……….…………... 62

5.1.7 Informan Tambahan III……….. 63

5.1.8 Informan Tambahan IV……….. 65

5.2 Analisis kontribusi anak dalam sosial ekonomi keluarga……….. 66

5.2.1 Kontribusi dalam peningkatan pendapatan keluarga………. 67

5.2.2 Kontribusi dalam kebutuhan pangan keluarga………... 68

5.2.3 Kontribusi dalam biaya pendidikan keluarga………. 69

5.2.4 Kontribusi dalam pemenuhan kesehatan keluarga………. 70

5.2.5 Kontribusi dalam perumahan keluarga………... 71


(11)

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan………. 74

6.2 Saran………... 75


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Karakteristik anak jalanan………. 17 Tabel 4.1 Komposisi penduduk berdasarkan etnis di Kelurahan Bantan Timur

tahun 2014……… 43

Tabel 4.2 Komposisi penduduk berdasarkan Agama di Kelurahan Bantan

Timur tahun 2014………. 43

Tabel 4.3 Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kelurahan Bantan Timur tahun 2014………... 44 Tabel 4.4 Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kelurahan

Bantan Timur tahun 2014……….. 45 Tabel 4.5 Prasarana peribadatan di Kelurahan Bantan Timur tahun 2014… 46 Tabel 4.6 Sarana Kesehatan di Kelurahan Bantan Timur tahun 2014…….. 46 Tabel 4.7 Prasarana Kesehatan di Kelurahan Bantan Timur tahun 2014….. 47 Tabel 4.8 Prasarana Pendidikan di Kelurahan Bantan Timur tahun 2014.... 48 Tabel 4.9 Prasarana Perbelanjaan di Kelurahan Bantan Timur tahun 2014.. 49 Tabel 4.10 Prasarana olah raga di Kelurahan Bantan Timur tahun 2014…... 49 Tabel 4.11 Sarana Lembaga Kemasyarakatan di Kelurahan Timur tahun


(13)

DAFTAR BAGAN


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Pertanyaan Pedoman Wawancara 2. Surat Keterangan Dosen Pembimbing 3. Lembar Daftar Hadir Seminar Proposal

4. Surat Permohonan Izin Penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

5. Surat Balasan Izin Penelitian dari Kelurahan Bantan Timur 6. Dokumentasi Penelitian


(15)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

NAME : ABDUL HALIM

NIM : 110902019

ABSTRACT

CONTRIBUTION OF STREET CHILDREN IN THE SOCIAL ECONOMIC FAMILY OF LIFE IN THE BANTAN TIMUR VILLAGE

MEDAN TEMBUNG DISTRICT MEDAN CITY

(Thesis consist of 6 chapters, 76 pages, 12 tables, 27 libraries and appendix) Progress of city in all fields not only give a positive feel, but raises competition leads to poverty and gave a fairly complex problems, such as unemployment, slums area, the emergence of street children and others. In fulfillment needs of family socio-economic, contribution of all family members especially children is required. The streets became one of the alternatives that have been children to work in order to earn money to help improve socio-economic life of their families.

This research is classified into type of descriptive research with qualitative approach that aims to know contribution of street children in socio-economic life of the family in Bantan Timur Village District of Medan Tembung Medan city. Informants in this research is divided into two kinds, primary informants and additional informants, primary informants in this resaearch were 4 street children were classified into the category of Children on the street that operate in Bantan Timur Village District of Medan Tembung Medan city, while additional informants were 4 people from the family or parents of primary informants. Methods of data collection is conducted in-depth interviews and direct observation.

Results from this research indicate that the contribution made by street children are classified into Children on the street in the family's socio-economic life in the Bantan Timur Village District of Medan Tembung Medan city. In this case the terms of its contribution in increasing revenue, health, food, education and the family housing.


(16)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

NAMA : ABDUL HALIM

NIM : 110902019

ABSTRAK

KONTRIBUSI ANAK JALANAN DALAM KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DI KELURAHAN BANTAN TIMUR

KECAMATAN MEDAN TEMBUNG KOTA MEDAN

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 76 halaman, 12 tabel, 27 kepustakaan dan lampiran)

Perkembangan kota disegala bidang tidak hanya memberikan nuansa positif, melainkan menimbulkan persaingan yang mengarah kepada kemiskinan dan melahirkan masalah yang cukup kompleks, seperti banyaknya pengangguran, menjamurnya perumahan kumuh, timbulnya anak jalanan dan lain-lain. Dalam pemenuhan kebutuhan sosial ekonomi keluarga kontribusi seluruh anggota keluarga khususnya anak sangat diperlukan. Jalanan menjadi salah satu tempat alternatif yang dipilih anak untuk bekerja agar mendapatkan penghasilan untuk membantu meningkatkan kehidupan sosial ekonomi keluarganya.

Tipe penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk megetahui kontribusi anak jalanan dalam kehidupan sosial ekonomi keluarga di Kelurahan Bantan Timur Kecamatan Medan tembung Kota Medan. Informan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua macam, yaitu informan utama dan informan tambahan, informan utama dalam penelitian ini adalah 4 orang anak jalanan yang tergolong kedalam kategori Children on the street yang beroprasi di Kelurahan Bantan Timur Kecamatan Medan Tembung Kota Medan tepatnya di simpang empat lampu merah Aksara, sedangkan informan tambahan dalam penelitian ini adalah 4 orang dari keluarga atau orang tua informan utama. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara mendalam dan observasi langsung ke lapangan.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa adanya kontribusi yang diberikan oleh anak jalanan yang tergolong kedalam Children on the street dalam kehidupan sosial ekonomi keluarganya di Kelurahan Bantan Timur Kecamatan Medan Tembung Kota Medan. Dalam hal ini dilihat dari kontribusinya dalam peningkatan pendapatan, kesehatan, pangan, pendidikan dan perumahan keluarga tersebut.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Anak merupakan aset masa depan yang sangat berharga, dapat dikatakan bahwa baik buruknya masa yang akan datang suatu bangsa ditentukan oleh generasi-generasi penerusnya, dalam hal ini maka ditangan anaklah tergenggam masa depan bangsa tersebut. Selain itu Anak juga mempunyai posisi penting sebagai penerus keturunan keluarga. Agar mampu memikul tanggung jawab tersebut, anak perlu mendapat perhatian khusus dan kesempatan yang seluas-luasnya untuk terpenuhi kebutuhannya.

Orang tua dalam hal ini sebagai pemimpin, pelindung dan pendidik untuk anak-anaknya didalam keluarga harusnya menyadari akan hal ini dan menyiapkan strategi terbaik untuk mendidik anak-anaknya. Tidak hanya itu proses tumbuh kembang anak harus terus diberi perhatian khusus dalam rangka membimbing dan mengarahkan mereka menuju tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu, perhatian terhadap hak-hak anak menjadi suatu keharusan untuk mewujudkan cita-cita ini yaitu menciptakan generasi-generasi masa depan yang berkualitas untuk mengemban dan melanjutkan masa depan keluarga serta bangsanya.

Perkembangan kota di segala bidang tampaknya tidak hanya memberikan nuansa positif bagi kehidupan masyarakat, tetapi juga melahirkan persaingan hidup, sehingga muncul fenomena kehidupan yang berujung pada kemiskinan. Kemiskinan perkotaan yang melanda kota-kota besar di Indonesia disebabkan


(18)

menimbulkan masalah-masalah baru yang cukup kompleks. Masalah-masalah yang cukup kompleks itu misalnya makin banyaknya pengangguran, menjamurnya perumahan kumuh, munculnya anak-anak jalanan, dan lain-lain. Diperparah lagi oleh keadaan birokrasi terhadap pelayanan masyarakat yang tidak berpihak kepada masyarakat bawah, bahkan lebih cenderung memojokkan masyarakat bawah.

Di zaman pembangunan dan modernisasi sekarang ini, begitu banyak persaingan global dalam setiap memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga dan keluarga. Hal tersebut tidak jarang menimbulkan munculnya keluarga yang bermasalah yang menyebabkan makin banyaknya anak yang kurang gizi, kurang perhatian, kurang pendidikan, kurang kasih sayang, serta kehilangan hak untuk bermain, bergembira, bermasyarakat dan hidup merdeka. Bahkan banyak kasus yang menunjukkan meningkatnya penganiayaan terhadap anak-anak, mulai tekanan batin, kekerasan fisik, hingga pelecehan seksual, baik oleh keluarga sendiri, teman, maupun orang lain.

Keterlibatan anggota keluarga khususnya anak menjadi sangat dibutuhkan dalam segala sektor khususnya untuk memenuhi dan membantu ekonomi keluarganya. Tidak jarang terlihat dalam keluarga kelas bawah untuk menaikkan pendapatannya dengan menggunakan potensi seluruh anggota keluarganya termasuk anaknya sendiri untuk bekerja, sehingga tidak memikirkan efek dari masa depan si anak yang terfokus dalam pencarian serta pemenuhan kebutuhan hidup di dalam keluarganya tersebut. Jalanan menjadi salah satu alternatif yang sangat menggiurkan untuk mendapatkan penghasilan. Profesi mereka inilah yang selanjutnya dikenal sebagai profesi anak jalanan


(19)

Dipilihnya ”profesi” anak jalanan semata-mata karena menjadi anak jalanan tidak memerlukan keahlian khusus. Asalkan mau menengadahkan tangan dengan wajah memelas, anak-anak sudah bisa menjadi pengemis jalanan. Untuk mengamen pun tidak harus hebat memainkan alat musik dan memiliki suara

bagus. Asalkan bisa memetik gitar atau memainkan ”kecrekan” dari tutup botol dan bergumam, anak-anak sudah bisa menjadi pengamen jalanan dan menghasilkan uang. Kemudahan menjadi anak jalanan ini didukung pula oleh

tindakan masyarakat yang ”berbaik hati” memberikan uang kepada mereka, ditambah belum optimalnya perhatian pemerintah menanggulangi persoalan ini.

Anak jalanan umumnya sering ditemui didaerah perkotaan. Penanganan anak jalanan dan pemenuhan hak-hak anak oleh pemerintah belum melekat dalam diri anak jalanan. Sementara razia-razia yang dilakukan oleh petugas cenderung bersifat refresif yang secara nyata melanggar hak anak untuk mendapatkan perlindungan dari tindak kekerasan. Kebijakan yang ada untuk menangani anak jalanan terjadi diskriminasi dan marginalisasi terhadap anak jalanan yang semakin menjauhkan mereka dari hak-hak yang semestinya mereka peroleh. Undang-Undang nomor 23 Tahun 2002 Pasal 4 Tentang Perlindungan Anak menegaskan setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan anak turun ke jalanan, seperti tekanan kemiskinan yang mengharuskan anak-anak mereka turun kejalan, anak menyadari kondisi keluarga dalam keadaan miskin, mendapatkan kekerasan dari


(20)

teman sebayanya. Kondisi tersebut mendorong munculnya fenomena anak jalanan dilingkungan perkotaan (YPLS Humana, 2006: 14).

Jalanan bukanlah tempat yang baik bagi anak-anak. Karena dengan mereka menjalankan sebagian besar waktunya dijalanan hal itu akan memberi dampak yang kurang baik bagi perkembangan diri mereka. Banyak hal-hal negatif yang ada dijalanan seperti tindakan kriminalitas serta kekerasan yang dapat merasuk kedalam perilaku anak jalanan tersebut, mengingat pada usia anak-anak dan remajalah karakter seorang anak akan terbentuk yang akan mempengaruhi bagaimana perilakunya dimasa depan ketika mereka dewasa.

Terkait dengan kondisi tersebut, permasalahan anak jalanan sudah menjadi permasalahan krusial yang harus ditangani sampai ke akar-akarnya. Sebab jika permasalahan hanya ditangani di permukaan saja, maka setiap saat permasalahan tersebut akan muncul kembali, serta menyebabkan timbulnya permasalahan lain yang justru lebih kompleks. Seperti munculnya orang dewasa jalanan, kriminalitas, premanisasi, ekploitasi tenaga, ekploitasi seksual, perilaku menyimpang. Jika masalah ini tidak segera diatasi, maka akan menimbulkan ancaman bagi kelangsungan masa depan anak itu sendiri bahkan akan sangat membahayakan masa depan bangsa kita karena rendahnya kualitas pemuda Indonesia.

Berdasarkan data Kementrian Sosial, pada tahun 2011 terdapat 230.000 anak jalanan di Indonesia. Dapat dilihat bahwa pertambahan jumlah anak jalan di Indonesia semakin meningkat dalam hal kuantitas. Trend peningkatan jumlah ini tentu saja akan memberikan dampak dan masalah baik kepada lingkungan sosial maupun kepada anak jalanan itu sendiri


(21)

(http://m.tribunnews.com/nasional/2011/08/25/jumlah-anak-jalanan-230-ribu-di-Indonesia. Diakses pada 15:25 WIB. Rabu 15 Juli 2015). Sedangkan pada tahun 2014 jumlah anak jalanan di Indonesia mencapai 420.000 anak, dan yang sudah tersentuh oleh program PKSA Kemensos baru sekitar 200.000 anak. Untuk meningkatkan kinerja program PKSA, Kemenesos sudah mempunyai 25 Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA) dengan Satuan Bakti Pekerja Sosial (Sakti Peksos) 670 orang

(http://indonesia.ucanews.com/2014/08/26/54-juta-anak-indonesia-terlantar. Diakses pada 12:15 WIB. Jum’at 24 Juli 2015).

Pada tahun 2011 jumlah anak jalanan kota Medan berjumlah 745 orang, dan rata-rata masih dalam masa usia sekolah. Itu adalah realita di kota besar seperti kota Medan, tidak dapat dipungkiri, ratusan anak yang usianya masih belia, harus bekerja (http://www.change.org/p/selamatkan-rumah-singgah-untuk-anak-jalanan. Diakses pada 22:08 WIB. Jum’at 24 Juli 2015). Dari tahun ke tahun jumlah anak jalanan semakin meningkat, untuk memastikan jumlahnya memang agak sulit, karena anak jalanan itu sendiri sifatnya fluktuatif dan mobilisasi mereka sangat tinggi, Pada tahun 2014 jumlah anak jalanan di kota Medan sekitar 600-800 orang dengan usia rata-rata 6-18 tahun dan 372 daintaranya sudah terdata oleh PKPA Medan

(http://medanbisnisdaily.com/news/read//2014/10/04/121468/sedikitnya-600-anak-di-kota-medan-hidup-di-jalanan/ diakses pada 23:00 WIB. Jum’at 24 Juli 2015).


(22)

lain adalah karena tekanan ekonomi keluarga lalu dipaksa untuk bekerja, asumsi bahwa dengan bekerja bisa digunakan sebagai sarana bermain dan pembenaran budaya bahwa sejak kecil anak harus bekerja (Mulandar. 1996: 177). Studi tentang pekerja anak di Indonesia sebagian besar menemukan bahwa penyebab anak sampai terlibat dalam kegiatan produktif berkaitan erat dengan alasan ekonomi keluarga atau karena tekanan kemiskinan (Irwanto, 2000: 44).

Anak jalanan di kota Medan lebih banyak tergolong dalam kategori Children on Street (Anak yang bekerja dijalan). Mereka baik secara berkala ataupun tidak, masih menjalin hubungan dengan keluarganya (Yayasan YJP. 2007: 41). Kemudian dalam penelitian yang dilakukan Rahmadani tahun 2014, faktor pendorong anak menjadi anak jalanan di kota Medan Sebanyak 41,6% adalah karena ekonomi keluarga yang kurang (Rahmadani. 2014 : 70).

Pra penelitian, peneliti bersama KKSP melakukan observasi dan pendataan terhadap anak jalanan di Kelurahan Bantan Timur Kecamatan Medan Tembung Kota Medan tepatnya di simpang empat lampu merah aksara dan menemukan fakta bahwa disana terdapat aktivitas yang dilakukan oleh anak-anak jalanan, anak funk, pedagang asongan dan lain-lain. Kemudian anak jalanan yang ada di Bantan Timur sebagian besar tergolong kedalam golongan Children on the street yaitu anak jalanan yang masih memiliki keluarga dan masih berinteraksi secara intens dengan keluarga mereka. Faktor tidak terpenuhinya hak mereka sebagai seorang anak yang membutuhkan tercukupinya kebutuhan sosial ekonomi keluarga lah yang memaksa mereka untuk turut serta melakukan aktivitas ekonomi yang seharusnya menjadi tanggung jawab orang tua.


(23)

Berdasarkan data dan fakta tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut dalam bentuk sebuah skripsi dengan judul “ Kontribusi anak jalanan dalam kehidupan sosial ekonomi keluarga di Kelurahan Bantan Timur Kecamatan

Medan Tembung kota Medan”, karena apabila anak jalanan tersebut tidak

memberikan kontribusi, maka tidak seharusnya mereka ada dijalanan untuk melakukan aktivitas ekonomi layaknya orang dewasa.

Alasan mengapa peneliti memilih tempat penelitian di Kelurahan Bantan Timur Kecamatan Medan Tembung Kota Medan adalah karena disana terdapat tempat-tempat keramaian yang disinyalir banyak terdapat anak jalanan, yaitu pusat perbelanjaan Ramayana Aksara yang bersebelahan dengan Terminal Aksara. Kemudian, peneliti juga melakukan aktivitas sehari-hari ditempat tersebut dan sedikit banyaknya mengenali anak-anak jalanan yang beroprasi di daerah tersebut, hal ini tentu akan memudahkan bagi peneliti dalam mendapatkan data yang akurat dalam penelitian ini.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah “Adakah Kontribusi Anak Jalanan dalam Kehidupan Sosial Ekonomi Keluarga di Kelurahan Bantan Timur


(24)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah “Untuk mengetahui ada atau tidak nya kontribusi yang diberikan anak jalanan dalam kehidupan sosial ekonomi keluarga di Kelurahan Bantan Timur Kecamatan Medan Tembung Kota Medan”.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Secara Akademis yaitu untuk memberikan kontribusi keilmuan tentang pengetahuan tentang masalah sosial khususnya masalah anak jalanan. 2. Secara praktis yaitu untuk memberikan masukan kepada penentu

kebijakkan didalam masalah sosial khususnya masalah anak jalanan dalam hal mengidentifikasi dan menemukan suatu model penanganan anak jalanan dan meningkatkan kualitas sosial ekonomi keluarga anak jalanan.

1.4. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini terdiri dari enam bab dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan uraian konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, bagan kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.


(25)

BAB III : METODE PENELITIAN

Berisi tipe penelitian, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data serta teknik analisa data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Berisikan gambaran umum mengenai lokasi dimana peneliti melakukan penelitian.

BAB V : ANALISIS DATA

Berisi tentang uraian data yang diperoleh dalam penelitian beserta analisisnya.

BAB VI : PENUTUP


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kontribusi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu contribute, contribution, yang artinya adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri ataupun sumbangan. Berarti dalam hal ini kontribusi dapat berupa materi maupun tindakan. Hal yang bersifat materi misalnya seorang individu memberikan pinjaman terhadap pihak lain demi kebaikan bersama. Contoh lainnya adalah seseorang membayar sejumlah uang untuk dapat mengikuti kegiatan tertentu. Kontribusi dalam pengertian sebagai tindakan yaitu berupa perilaku yang dilakukan oleh individu yang kemudian memberikan dampak positif maupun negatif terhadap pihak lain. Sebagai contoh, seseorang melakukan kerja bakti di daerah rumahnya demi menciptakan suasana asri di daerah tempat ia tinggal sehingga memberikan dampak positif bagi penduduk maupun pendatang.

Dengan berkontribusi berarti individu tersebut telah terintegrasi dengan komunitas dan lingkungannya. Dengan cara berkontribusi berarti individu tersebut juga berarti berusaha meningkatkan efisiensi dan efektivitas hidupnya. Hal ini dilakukan dengan cara menajamkan posisi dan perannya, sesuatu yang kemudian menjadi bidang spesialis, agar lebih tepat dan sesuai dengan kompetensi.

Dalam penulisan ini, makna kontribusi adalah suatu keterlibatan yang dilakukan oleh seorang anak jalanan yang kemudian memposisikan dirinya terhadap peran serta dalam keluarga sehingga memberikan dampak yang kemudian dinilai dari aspek sosial dan aspek ekonomi.


(27)

2.2 Anak Jalanan

2.2.1 Pengertian Anak Jalanan

Banyak terdapat penjelasan yang menjelaskan mengenai pengertian anak jalanan, istilah anak jalanan pertama kali diperkenalkan di Amerika Selatan atau Brazilia yang digunakan bagi kelompok anak-anak yang hidup dijalanan yang umumnya sudah tidak memiliki hubungan dengan keluarganya (PKPA, 2011:4).

Dalam mendefinisikan anak jalanan UNICEF memberikan batasan tentang anak jalanan, yaitu: Street child are those who have abandoned their homes, school and immediate communities before they are sixteen years of age, and have drifted into a nomadic street life, yang artinya bahwa anak jalaan merupakan anak-anak berumur dibawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat terdekatnya, larut dalam kehidupan yang berpindah-pindah dijalan raya.

Sementara, pengertian yang dirumuskan dalam Lokakarya Kemiskinan dan Anak Jalanan yang dilaksanakan oleh Departemen Sosial pada tanggal 25 dan 26 oktober 1995, anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran dijalan dan tempat tempat umum lainnya. Definisi tersebut kemudian dikembangkan oleh Ferry Johanes pada seminar tentang pemberdayaan anak jalanan di STKS Bandung pada oktober 1996 yang menyebutkan bahwa anak jalanan adalah anak yang menghabiskan waktunya dijalanan, baik untuk bekerja maupun tidak, yang terdiri dari anak-anak yang mempunyai hubungan keluarga ataupun terputus hubungannya dengan keluarga, dan anak mandiri sejak kecil karena kehilangan orang tua / keluarga (Huraerah,


(28)

Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) berkerjasama dengan Balitbangsos Departemen Sosial RI, mendeskripsikan anak jalanan sebagai anak yang sebagian besar waktunya berada dijalanan atau di tempat-tempat umum yang memiliki ciri-ciri yakni berusia antara 5 sampai dengan 18 tahun, melakukan kegiatan atau berkeliaraan di jalanan, penampilannya yang kebanyakan kusam dan tidak terurus, serta mobilitasnya tinggi. (http://tkskponorogo.blogspot.com/2010/03/peta-masalah-anak-jalanan-dan.html. Diakses pada 23.00 WIB. 15 juli 2015).

2.2.2 Kategori Anak Jalanan

Terdapat berbagai penjelasan yang menjelaskan mengenai kategori anak jalanan. Dalam (PKPA, 2011:5) pada mulanya terdapat dua kategori anak jalanan, yaitu children on the street dan children of the street. Namun pada perkembangannya ada penambahan kategori, yaitu children from families of the street.

1. Children on the street ( Anak jalanan yang bekerja dijalan ) yakni anak anak yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai pekerja anak dijalan, namun masih mempunyai hubungan yang kuat dengan orang tua mereka. Fungsi anak jalanan pada kategori ini adalah untuk membantu memperkuat ekonomi keluarganya karena beban atau kemiskinan yang mesti ditanggung tidak dapat diselesaikan sendiri oleh kedua orang tua. 2. Children of the street ( Anak jalanan yang hidup di jalanan ) yakni

anak-anak yang berpartisipasi penuh di jalanan baik secara sosial maupun ekonomi. Beberapa diantara mereka masih mempunyai hubungan dengan


(29)

orang tua nya, tetapi frekuensi pertemuan mereka tidak menentu. Banyak diantara mereka adalah anak-anak yang karena suatu sebab lari atau pergi dari rumah. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pada kategori ini sangat rawan terhadap perlakuan salah, baik secara sosial-emosional, fisik ataupun seksual.

3. Children from families of the street yaitu anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup dijalanan . Salah satu ciri penting dari kategori ini adalah pemampangan kehidupan jalanan sejak anak masih bayi bahkan sejak masih dalam kandungan. Di Indonesia kategori ini dapat didapat dengan mudah ditemukan seperti di kolong jembatan, rumah liar di sepanjang rel kereta api dan sebagainya, walau secara kuantitatif belum diketahui seberapa jumlahnya ( Bagong, 1999 :41-42 )

Kemudian, Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia 1999 (dalam Siregar, 2006:24-25) telah membedakan anak jalanan menjadi empat kelompok, yaitu:

1. Anak-anak yang tidak lagi berhubungan dengan orang tua (children of the street) mereka ini telah mempergunakan fasilitas jalanan sebagai ruang lingkupnya. Hubungan dengan keluarga sudah terputus. Kelompok ini disebabkan oleh faktor sosial psikologis keluarga, mereka mengalami kekerasan, penolakan, penyiksaan, dan perceraian orang tua. Umumnya mereka tidak mau kembali ke rumah, kehidupan anak jalanan dan solidaritas sesama temannya telah menjadi ikatan mereka.

2. Anak-anak yang berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya. Mereka adalah anak yang bekerja di jalanan (children on the street). Mereka sering


(30)

teratur kepada orang tuanya di kampung. Pada umumnya mereka bekerja dari pagi sampai sore hari seperti menyemir sepatu, pengasong, pengamen, tukang ojek payung, dan kuli panggul. Tempat tinggal mereka dilingkungan kumuh bersama dengan saudara atau teman-teman senasib. 3. Anak-anak yang berhubungan langsung dengan orang tua. Mereka tinggal

dengan orang tuanya, bebrapa jam di jalanan karena ajakan dari teman, belajar mandiri, membantu orang tua dan disuruh oleh orang tua. Aktivitas mereka yang paling menyolok adalah berjualan koran.

4. Anak-anak jalanan yang berusia diatas 16 tahun. Mereka berada di jalanan untuk mencari kerja. Umumnya mereka telah lulus SD bahkan ada yang lulus SLTP. Mereka biasanya kaum urban yang mengikuti orang dewasa (orang tua maupun saudara) ke kota. Pekerjaan mereka biasanya mencuci bus, menyemir sepatu, membawa barang belanjaan (kuli panggul), pengasong, pengamen, pengemis, dan pemulung.

2.2.3 Kriteria Anak Jalanan

Berdasarkan data yang dihasilkan melalui survei oleh berbagai lembaga anak diperoleh bahwa anak jalanan memiliki kriteria sebagai berikut :

1. Usia berkisar antara 6-18 tahun. 2. Intensitas hubungan dengan keluarga.

a. Masih berhubungan maksimal sekali perminggu. b. Sama sekali tidak ada komunikasi dengan keluarga. 3. Waktu yang dihabiskan dijalan lebih dari 4 jam sehari. 4. Tempat tinggal :


(31)

b. Tinggal berkelompok dengan teman-temannya. c. Tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap. 5. Tempat anak jalanan sering dijumpai :

a. Pasar.

b. Terminal bus/angkot. c. Stasiun kereta api. d. Taman-taman kota.

e. Perempatan jalan atau di jalan raya. f. Pusat perbelanjaan atau mall. g. Kendaraan umum (ngamen). h. Tempat pembuangan sampah. 6. Aktivitas anak jalanan :

a. Menyemir sepatu. b. Mengasong.

c. Menjadi calo secara teratur minimal bertemu sekali setiap hari. d. Frekuensi berkomunikasi dengan keluarga sangat minimal. e. Menjajakan majalah/Koran.

f. Mengelap mobil. g. Mencuci kendaraan. h. Menjadi pemulung. i. Menjadi kuli angkot. j. Menyewakan payung. k. Mengamen.


(32)

7. Sumber dana dalam melakukan kegiatan : a. Modal sendiri.

b. Modal kelompok. c. Modal majikan/patron d. Stimulasi/bantuan 8. Permasalahan Anak Jalanan :

a. Korban eksploitasi pekerjaan dan seks. b. Rawan kecelakaan lalu lintas.

c. Ditangkap petugas. d. Konflik dengan anak lain. e. Terlibat tindakan kriminal.

f. Ditolak masyarakat di lingkungannya. 9. Kebutuhan anak jalanan :

a. Aman dalam keluarga. b. Bantuan usaha.

c. Pendidikan bimbingan keluarga. d. Gizi dan kesehatan.

e. Hubungan harmonis dengan orangtua, keluarga dan masyarakat (Nurdin:1989).


(33)

Untuk mempermudah pemahaman atas konsep anak jalanan, berikut tabel karakteristik anak jalanan:

Tabel 2.1

Karakteristik Anak Jalanan Faktor Pembeda Hidup Dijalanan Bekerja di

Jalanan

Rentan Menjadi Anak Jalanan

Lama di jalan 24 jam 7-12 jam 4-6 jam

Hubungan dengan Keluarga

Putus hubungan Tidak teratur pulang ke rumah

Masih tinggal bersama orang tua Tempat tinggal Di jalanan Mengontrak

(Bersama-sama)

Bersama keluarga

Pendidikan Tidak sekolah Tidak sekolah Masih sekolah Sumber: PKPA 2011

2.2.4 Faktor-Faktor Keberadaan Anak Jalanan

Pada awal kajian tentang anak jalanan, persoalan kemiskinan ekonomi keluarga sering disebut sebagai penyebab utama munculnya anak jalanan. Belakangan statement ini mulai diperdebatkan, karena tidak semua keluarga miskin menghasilkan anak jalanan. Kemiskinan kemudian dipandang sebagai salah satu faktor beresiko yang memunculkan anak jalanan tetapi bukan satu-satunya. Ada variabel lain yang saling merajut, seperti kekerasan dalam rumah tangga, perpecahan dalam keluarga, atau pengaruh lingkungan (YLPS Humana, 2004:14).


(34)

Sesungguhnya ada banyak faktor yang menyebabkan anak terjerumus dalam kehidupan dijalanan, seperti : kesulitan keuangan keluarga atau tekanan kemiskinan, ketidakharmonisan keluarga, orang tua dan masalah khusus menyangkut hubungan anak dengan orang tua. Kombinasi dari factor-faktor yang ada ini sering kali memaksa anak-anak mengambil inisiatif mencari nafkah atau hidup mandiri dijalanan. Kadangkala pengaruh teman atau kerabat juga menentukan keputusan untuk hidup di jalanan. Pada batas-batas tertentu memang tekanan kemiskinan merupakan kondisi yang mendorong anak-anak hidup di jalanan. Namun, bukan berarti kemiskinan merupakan satu-satunya faktor determinan yang menyebabkan anak lari dari rumah dan terpaksa hidup di jalanan. Kebanyakan anak bekerja di jalanan bukanlah atas kemauan sendiri, melainkan sekitar 60% diantaranya karena dipaksa oleh orang tua nya (Bagong, 1999:48)

Menurut Surjana (dalam Siregar, 2006: 26) menyebutkan bahwa faktor yang mendorong anak menjadi anak jalanan terbagi dalam tiga tingkatan, yaitu :

1. Tingkat Mikro ( immediate cause ) yaitu faktor yang berhubungan antara anak dengan keluarga. Sebab-sebab yang bisa di identifikasikan dari anak adalah anak lari dari rumah, sebagai contoh anak yang hidup dengan orang tua nya akan tetapi mendapat perlakuan kekerasan seperti ditampar, di pukul, dan mendapatkan kekerasan akibat kesalahan yang kecil. Jika sudah melampaui batas toleransi anak, maka anak cendrung memilih keluar dari rumah dan memilih untuk hidup di jalanan, disuruh bekerja dengan kondisi masih sekolah ataupun sudah tidak sekolah, dalam rangka bertualang, bermain-main atau diajak teman. Sebab-sebab yang berasal


(35)

dari keluarga adalah terlantar, ketidakmampuan orang tua menyediakan kebutuhan dasar, kondisi psikologis seperti ditolak orang tua, salah perawatan dari orang tua sehingga mengalami kekerasan dirumah (child abuse), kesulitan berhubungan dengan keluarga karena terpisah dengan orang tua. Permasalahan yang timbul dari anak maupun keluarga ini satu sama lainnya saling berkaitan.

2. Messo ( Underlying Cause ) yaitu faktor yang berhubungan dengan struktur masyarakat (struktur disini dianggap sebagai kelas dari masyarakat, dimana masyarakat terbagi menjadi masyarakat kaya dan miskin, bagi kelompok masyarakat miskin anak akan diikut sertakan dalam menambah penghasilan keluarga). Sebab-Sebab yang dapat di identifikasi adalah pada kelompok masyarakat miskin, anak-anak adalah asset untuk membantu meningkatkan ekonomi keluarga, oleh karena itu anak-anak diajarkan untuk bekerja, pergi ke kota untuk bekerja adalah sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat miskin dewasa maupun anak-anak (urbanisasi)

3. Makro ( Basic Cause ) yaitu faktor yang berhubungan dengan struktur masyarakat, (struktur disini dianggap memiliki status sebab akibat yang sangat menentukan, dalam hal ini sebab banyak waktu di jalanan, akibatnya banyak uang). Sebab yang dapat di identifikasi secara ekonomi adalah membutuhkan modal dan keahlian besar. Untuk memperoleh uang yang lebih banyak mereka harus lama bekerja dijalanan dan harus meninggalkan bangku sekolah.


(36)

Dalam Pandangan Soetarso bahwa dampak krisis moneter dan ekonomi dalam kaitannya dengan keberadaan anak-anak jalanan adalah :

1. Orang tua mendorong anak untuk bekerja membantu ekonomi keluarga. 2. Kasus kekerasan dan perlakuan salah yang dilakukan oleh orang tua

terhadap anak semakin meningkat, sehingga anak memilih hidup di jalanan.

3. Anak terancam putus sekolah karena orang tua tidak mampu membiayai uang sekolah.

4. Semakin banyak anak hidup dijalanan karena biaya sewa rumah / kontrak meningkat.

5. Timbul persaingan dengan pekerja dewasa di jalanan, sehingga anak terpuruk melakukan pekerjaan berisiko tinggi terhadap keselamatannya dan eksploitasi anak oleh orang dewasa dijalanan.

6. Anak menjadi lebih lama dijalanan sehingga mengundang masalah lain. 7. Anak jalanan menjadi korban pemerasan, dan mengalami eksploitasi

seksual terutama anak jalanan perempuan ( Huraerah, 2006 : 78 ).

2.2.5 Resiko Anak Jalanan

Menjadi anak jalanan selalu penuh dengan resiko. Resiko tersebut ada yang ditimbulkan oleh relasi anak dengan lingkungan fisik (spasial), relasi anak dengan lingkungan sosial budaya, atau relasi anak dengan struktur atau aparatus kekuasaan. Dengan demikian ruang-ruang publik perkotaan dengan segala macam interaksi yang terjadi di dalamnya selalu berpotensi mengancam keselamatan anak-anak yang banyak menghabiskan waktu di dalamnya. Sejauh ini ada


(37)

beberapa macam resiko yang dialami anak jalanan, antara lain: korban operasi tertib sosial, korban kekerasan orang dewasa, kehilangan pengasuhan, resiko penyakit, kehilangan kesempatan pendidikan, eksploitasi seksual dan berkonflik dengan hukum (YLPS Humana, 2004:24).

Darwansyah (2012), menyebutkan akibat yang ditimbulkan bagi sang anak di jalanan adalah:

1. Perkembangan dan pembentukan kepribadian anak tidak berjalan dengan baik karena secara psikologis mereka adalah anak-anak yang pada taraf tertentu belum mempunyai bentukan mental emosional yang kokoh, sementara pada saat yang sama mereka harus bergelut dengan dunia jalanan yang keras, sehingga hal ini akan berpengaruh negatif terhadap perkembangan dan pembentukan kepribadian sang anak.

2. Anak-anak jalanan pada umumnya menjadi pribadi yang introvert (tidak terbuka), cenderung sukar mengendalikan diri, dan lebih bersifat asosial. 3. Bagi anak jalanan perempuan seringkali mereka dijadikan sebagai tempat

pelampiasan kebutuhan seksual para preman (lelaki dewasa yang sama-sama tinggal di jalanan), atau bahkan mereka dijual sebagai pelacur. 4. Menjadi subjek dan objek kriminalitas. Seorang anak jalan seringkali

dimanfaatkan oleh para preman untuk mencari uang sebanyak-banyaknya dengan cara yang tidak benar seperti mencurui dan merampas. Dan kadang-kadang anak jalanan yang tidak patuh dengan orang yang menyuruhnya bisa menerima perlakuan kriminal seperti dipukul dan dianiaya atau bahkan diperkosa bagi anak jalanan perempuan.


(38)

5. Kehidupan masa depan sang anak tidak terjamin karena tidak dibekali oleh pengetahuan dan keterampilan yang cukup ketika masih kecil. Bahkan dapat dikatakan anak-anak jalanan itu tidak mempunyai masa depan. Selamanya mereka akan berada di jalanan dan akan sulit sekali bagi mereka untuk keluar dari kehidupan jalanan.

6. Pendidikan formal sang anak tidak maksimal karena mereka mungkin lebih memilih untuk berada di jalanan daripada di sekolah dengan berbagai alasan.

2.3 Keluarga

Secara umum keluarga diartikan sebagai dua atau lebih orang yang dihubungkan dengan pertalian darah, perkawinan, atau adopsi (hukum) yang memiliki tempat tinggal bersama. Menurut Ernest Burgess keluarga adalah sekelompok manusia yang disatukan oleh jalinan perkawinan, darah, adopsi yang membentuk sebuah rumah tangga, berinteraksi, berkomunikasi dalam aturan sosial mereka (suami, istri, ayah, ibu, anak laki-laki dan anak perempuan, kakak dan adik) dan menciptakan serta mengembangkan suatu kultur (Burges dalam

Su’adah. 2005: 26).

Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan anak pasal 1 ayat 3 keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya, atau keluarga sedarah dalam garis lurus keatas atau kebawah sampai dengan derajat ketiga.


(39)

Keluarga adalah sutau kelompok yang terdiri atas seorang pria dan wanita serta anak-anaknya yang masih bergantung padanya yang terikat oleh perkawinan atau hubungan darah. Keluarga merupakan sumber keamanan dan sumber perlindungan, karena didalam keluaraga orang tua merupakan sumber pertama kesejahteraan jasmani dan rohani bagi anak. Orang tua memberi cinta kasih kepada anak-anaknya dengan segala apa yang dibutuhkan (Taryati. 1999: 32).

2.3.1 Ciri Struktur Keluarga

Menurut Anderson Carter yang merupakan ciri-ciri struktur keluarga adalah sebagai berikut:

1. Terorganisasi yaitu saling berhubungan, ketergantungan antara anggota keluarga.

2. Ada keterbatasan yaitu setiap anggota keluarga memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.

3. Ada perbedaan dan kekhususan yaitu setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.

2.3.2 Peranan Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarag, kelompok, dan masyarakat. berbagai peranan yang terdapat didalam


(40)

1. Peranan Ayah

Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarkat dari lingkungannya.

2. Peranan Ibu

Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarkat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan.

3. Peranan Anak

Anak-anak dalam melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

2.3.3 Fungsi Keluarga

Ada beberapa fungsi yang dijalankan oleh keluarga, yaitu:

1. Fungsi pendidikan, dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak bila kelak dewasa.

2. Fungsi sosialisasi anak, dimana hal ini tugas keluarga adalah mempersiapkan anak menjadi anggota masyarkat yang baik.


(41)

3. Fungsi perlindungan, dalam hal ini keluarga bertugas melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik sehingga anggota keluarga merasa terlindungi dan merasa aman.

4. Fungsi perasaan, dalam hal ini keluarga memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada keyakinan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah dunia ini. 5. Fungsi ekonomi, dimana tugas kepala keluarga dalam fungsi ekonomi

adalah mencari sumber-sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang lain. Kepala keluarga bertujuan untuk mencari penghasilan, mengatur penghasilan tersebut, sehingga dapat memenuhi kebutuhan keluarga.

6. Fungsi rekreatif, dimana fungsi keluarga dalam hal ini adalah harus pergi ke tempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana berusaha untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat dilakukan didalam rumah dengan cara menonton televisi bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing dan sebagainya.

7. Fungsi biologis, dimana dalam hal ini fungsi keluarga yaitu meneruskan keturunan sebagai generasi penerus.

8. Fungsi kasih sayang, dimana dalam hal ini keluarga memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman diantara anggota keluarga serta membina kepribadian anggota keluarga.


(42)

2.4 Sosial Ekonomi

Salah satu faktor yang penting untuk membangun masyarakat yang sejahtera adalah sebuah teori sosial ekonomi yang baik. Sepanjang sejarah, manusia terus mencari jawaban bagaimana sumber daya bumi ini dapat dipergunakan dan dibagikan dengan baik. Tambahan pula, masyarakat memerlukan suatu sistim pemerintahan yang dapat memenuhi semua kebutuhan anggotanya. Jawaban masyarakat atas keperluan itu menggambarkan nilai-nilai sosial ekonomi yang diikuti masyarakat ketika itu.

Kata sosial berasal dari kata “socious” yang artinya kawan, teman. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat. Sedangkan dalam konsep sosiologis, manusia sering disebut mahluk sosial yang artinya bahwa manusia itu tidak dapat hidup dengan wajar tanpa orang lain disekitarnya. Hal ini dapat kita lihat dari pernyataan Soedjono Soekanto “ Dalam menghadapi sekelilingnya, manusia harus hidup berkawan dengan manusia-manusia lain dan pergaulannya tadi akan mendatangkan kepuasan baginya, bila manusia hidup sendiri misalnya dikurung dalam suatu ruangan tertutup sehingga tidak mendengar suara orang lain, maka jiwanya akan rusak ” (Soekanto, 1990 : 48).

Istilah ekonomi secara etimologi berasal dari bahasa yunani yaiu “Oikos” yang artinya rumah tangga dan “Nomos” artinya mengatur. Jadi secara harafiah, ekonomi berarti cara mengatur rumah tangga. Ini adalah pengertian yang paling sederhana. Namun seiring dengan perkembangan dan perubahan masyarakat, maka pengertian ekonomi juga sudah lebih luas. Ekonomi juga sering diartikan sebagai cara manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.


(43)

Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat. Pemberian posisi ini disertai dangan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa status (Koentjaraningrat, 1990 : 35). Tingkat sosial merupakan faktor non ekonomis seperti budaya, pendidikan, umur dan jenis kelamin, sedangkan tingkat ekonomi seperti pendapatan, jenis pekerjaan, pendidikan dan investasi.

Menurut Melly G. Tan bahwa kedudukan sosial ekonomi meliputi tiga faktor yaitu pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan. Pendapat diatas didukung oleh Mahbud UI Hag dari Bank Dunia bersama dengan James Grant dari Overseas Development Council mengatakan bahwa kehidupan sosial ekonomi dititikberatkan pada pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan dan air yang sehat yang didukung oleh pekerjaan yang layak (Melly dalam Susanto, 1984: 120).

Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa status sosial ekonomi adalah kemampuan seseorang untuk mampu menempatkan diri dalam lingkungannya sehingga dapat menentukan sikap berdasarkan atas apa yang dimilikinya dan kemampuan mengenai keberhasilan menjalankan usaha dan berhasil mencukupi hidupnya.


(44)

2.4.1 Pendapatan

Ilmu ekonomi mengenal istilah pendapatan yang terdiri atas : a. Pendapatan Berupa Uang

1. Usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri, komisi atau penjualan dari kerajinan rumah.

2. Hasil investasi yakni pendapatan yang di peroleh dari hak milik tanah. 3. Keuntungan sosial yakni pendapatan yang di peroleh dari kerja sosial. b. Pendapatan berupa barang.

1. Bagian pembayaran upah dan gaji yang dibentuk dalam beras, pengobatan dan transportasi, pemukiman dan rekreasi.

2. Barang yang diproduksi dan dikonsumsi dirumah antara lain pemakaian barang yang diproduksi dirumah atau di sewa yang seharusnya di keluarkan terhadap rumah sendiri yang ditempati.

3. Penerimaan yang bukan pendapatan, yaitu pengambilan tabungan penjualan barang yang dipakai, penagihan piutang, pinjaman uang, kiriman uang, hadiah/pemberian, warisan atau menang judi (Sumardi, 1985: 45).

2.4.2 Pangan

Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 2004 pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan


(45)

bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman.

Pangan dibedakan atas pangan segar dan pangan olahan : a. Pangan Segar

Pangan segar adalah pangan yang belum mengalami pengolahan, yang dapat dikonsumsi langsung atau dijadikan bahan baku pengolahan pangan. Misalnya beras, gandum, segala macam buah, ikan, air segar.

b. Pangan Olahan

Makanan / pangan olahan tertentu adalah pangan olahan yang diperuntukkan bagi kelompok tertentu dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatan kelompok tersebut.

c. Pangan siap saji

Pangan siap saji adalah makanan atau minuman yang sudah diolah dan bisa langsung disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha atas dasar pesanan (http://waraslove.blogspot.com/2009/02/pengertian-pangan.html)

2.4.3 Pendidikan

Menurut Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.


(46)

2.4.3.1 Jenjang Pendidikan

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.

1. Pendidikan Anak Usia Dini

Mengacu Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 1 Butir 14 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

2. Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

3. Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar yang harus dilaksanakan selama 9 (Sembilan) tahun sebelumnya.

4. Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Mata pelajaran pada perguruan tinggi merupakan penjurusan dari SMA, akan tetapi semestinya tidak boleh terlepas dari pelajaran SMA.


(47)

2.4.3.2 Jalur Pendidikan

Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

1. Pendidikan Formal

Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.

2. Pendidikan Nonformal

Pendidikan non formal meliputi pendidikan dasar, dan pendidikan lanjutan. Pendidikan dasar mencakup pendidikan keaksaraan dasar, keaksaraan fungsional, dan keaksaraan lanjutan paling banyak ditemukan dalam pendidikan usia dini (PAUD), Taman Pendidikan Al Quran (TPA), maupun Pendidikan Lanjut Usia. Pemberantasan Buta Aksara (PBA) serta program paket A (setara SD), paket B (setara SMP) Paket C (Setara SMA).

3. Pendidikan Informal

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri

(http://kavie-design.indonesianforum.net/pendidikan-f5/pengertian-pendidikan-t8.htm).


(48)

2.4.4 Kesehatan

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang memengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.

Menurut Undang Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, menyatakan bahwa :

1. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. 2. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.

3. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

4. Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.


(49)

2.4.5 Perumahan

Menurut Undang Undang Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman, perumahan adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaaan keluarga.

Tiga fungsi utama yg terkandung dalam sebuah rumah, yaitu :

1. Sebagai penunjang identitas keluarga (identity) yang diwujudkan pada kualitas hunian atau perlindungan yang diberikan oleh rumah.

2. Sebagai penunjang kesehatan (opportinity) keluarga untuk berkembang dalam kehidupan sosial budaya dan ekonomi.

3. Sebagai penunjang rasa aman (security) dalam arti terjaminnya keadaan keluarga di masa depan setelah mendapatkan rumah.

2.5 Kesejahteraan Sosial

Dalam sistem kenegaraan Indonesia, Konsep kesejahteraan sosial terdapat dalam Undang-Undang Kesejahteraan Sosial Nomor 11 tahun 2009, pasal satu yang menyebutkan bahwa kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spritiual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Menurut Walter Freidlander (1961), kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisir dari pelayanan-pelayanan sosial lembaga-lembaga yang bertujuan untuk membantu individu dan kelompok untuk mencapai standar hidup dan kesehatan yang memuaskan serta relasi-relasi pribadi dan sosial yang memungkinkan mereka mengembangkan kemampuan sepenuh mungkin dan


(50)

meningkatkan kesejahteraannya selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat (Muhidin, 2007: 1).

Berdasarkan definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Kesejahteraan Sosial mencakup berbagai usaha yang dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia, baik itu dibidang fisik, mental, emosional, sosial ekonomi ataupun kehidupan spiritual sehingga dapat hidup sebagai manusia yang berharkat dan bermartabat.

2.6 Kerangka Pemikiran

Ada banyak faktor yang menyebabkan anak mulai bekerja dijalanan atau terpaksa bekerja pada usia dini. Studi tentang pekerja anak di Indonesia sebagian besar menemukan bahwa penyebab anak sampai terlibat dalam kegiatan produktif berkaitan erat dengan alasan ekonomi keluarga atau karena tekanan kemiskinan.

Kehidupan keluarga atau orang tua yang tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya akibat tekanan kemiskinan memaksa anak untuk turut bekerja membantu menghidupi ekonomi keluarga. Anak-anak dari keluarga miskin terutama di daerah perkotaan terpaksa harus bekerja, baik membantu pekerjaan orang tua ataupun mencari pekerjaan sendiri di luar rumah dan jalanan termasuk merupakan alternatif yang dipilih oleh anak untuk bekerja.

Hal ini tentu perlu mendapat perhatian dari semua pihak terhadap kontribusi yang diberikan anak jalanan yang berupa peningkatan sosial ekonomi. Dalam hal ini dapat dilihat dari kontribusinya dalam peningkatan pendapatan, kesehatan, pangan, pendidikan dan perumahan keluarga tersebut.


(51)

Dilihat dari kondisi-kondisi tersebut maka diperlukan suatu penelitian. Sebab apabila ternyata anak jalanan tersebut tidak memberikan kontribusi maka tentunya anak tidak perlu berada dijalanan untuk membantu perekonomian keluarga. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah bagan alur pemikiran :

Bagan Alur Pemikiran

KONTRIBUSI ANAK JALANAN

KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA

PERUMAHAN PENDIDIKAN

PENDAPATAN PANGAN


(52)

2.7 Definisi Konsep dan Definisi Opersional 2.7.1 Definisi Konsep

Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli dalam upaya menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan diteliti, untuk menghindari salah pengertian makna konsep-konsep yang akan dijadikan objek penelitian. Dengan kata lain penulis berupaya membawa para pembaca bahwa hasil penelitian ini untuk memaknai konsep sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh penulis. Jadi definisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (siagian, 2011:138)

Untuk memahami pengertian konsep-konsep yang akan digunakan, maka penulis membatasi konsep-konsep sebagai berikut :

1. Kontribusi ialah sumbangan yang diberikan seseorang atau individu maupun kelompok yang bersifat riil yang bertujuan untuk melihat dampak dan pengaruhnya kepada individu maupun kelumpok lainnya.

2. Anak Jalanan adalah anak yang menggunakan sebagian besar waktu mereka untuk beraktivitas di jalanan atau di tempat-tempat umum lainnya, seperti terminal bis, stasiun kereta api, pasar tempat hiburan, pusat perbelanjaan, atau taman kota.

3. Kehidupan Sosial Ekonomi adalah kemampuan seseorang untuk mampu menempatkan diri dalam lingkungannya sehingga dapat menentukan sikap berdasarkan atas apa yang dimilikinya dan kemampuan mengenai keberhasilan mencukupi kebutuhan hidupnya.


(53)

4. Keluarga adalah unsur terkecil dalam suatu kelompok sosial masyarakat yang terdiri dari Ayah, ibu, beserta anak-anak yang berhubungan dengan anggota keluarga.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kontribusi anak jalanan dalam kehidupan sosial ekonomi keluarga di Kelurahan Bantan Timur Kecamatan Medan Tembung adalah sumbangan yang diberikan oleh anak jalanan yang bersifat riil kepada keluarga anak jalanan itu sendiri yang dapat dilihat dari tingkat sosial ekonomi keluarga yang diukur dari keadaan pendidikan, perumahan, kesehatan, pendapatan dan pangan keluarganya.

2.7.2 Definisi Operasional

Perumusan definisi operasional adalah langkah lanjutan dari perumusan definisi konsep. Definisi operasional sering disebut sebagai suatu proses operasionalisasi konsep. Operasionalisasi konsep berarti menjadikan konsep yang semula bersifat statis menjadi dinamis. Wujud operasionalisasi konsep adalah dalam bentuk sajian yang benar-benar terperinci, sehingga makna dan aspek-aspek yang terangkum dalam konsep tersebut terangkat dan terbuka. Definisi operasional merupakan petunjuk bagaimana suatu variable dapat diukur (Siagian, 2011: 141)

Untuk memberikan kemudahan dalam memahami variabel dalam penelitian ini, maka diukur melalui indikator-indikator sebagai berikut :

1. Kontribusi yang indikatornya adalah : Ada atau tidaknya kontribusi dalam hal pemenuhan kebutuhan sosial ekonomi keluarga.


(54)

2. Anak jalanan yang indikatornya diukur melalui :

a. Aktivitas Pekerjaan. Aktivitas pekerjaan diukur dari jenis pekerjaan yang dilakukan.

b. Waktu dalam bekerja. Waktu dalam bekerja diukur dari lamanya menjalani pekerjaan dan lamanya bekerja dalam sehari.

c. Motif untuk berkerja. Motif untuk bekerja diukur dari alasan mengapa menekuni pekerjaan.

d. Modal yang digunakan. Modal yang digunakan diukur dari dana awal yang digunakan untuk bekerja.

e. Pendapatan yang diperoleh. Pendapatan yang diperoleh diukur dari seberapa banyak yang didapat dalam jangka waktu satu hari.

3. Kehidupan Sosial ekonomi keluarga yang indikatornya diukur melalui : a. Kondisi Kesehatan. Kondisi kesehatan diukur dari tempat mengobati

penyakit dan sumber biaya untuk mengobati penyakit.

b. Kondisi Perumahan. Kondisi perumahan diukur dari status kepemilikan rumah, sumber utama kebutuhan air bersih dan sumber penerangan.

c. Kondisi Pendidikan. Kondisi Pendidikan diukur dari sumber biaya pendidikan dan jenjang pendidikan yang ditempuh.

d. Kondisi Pendapatan. Kondisi Pendapatan diukur dari jenis mata pencaharian dan besarnya jumlah pendapatan.

e. Kondisi Pangan. Kondisi pangan diukur dari intensitas makan dalam satu hari.


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan atau mendeskripsikan objek fenomena yang diteliti. Termasuk didalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan ada pula produk interaksi yang berlangsung (Siagian, 2011:52). Sedangkan penedekatan kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan, tulisan atau perilaku yang dapat di amati dari subjek penelitian itu sendiri.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Bantan Timur, Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan. Alasan peneliti melakukan penelitian ditempat tersebut adalah karena disana terdapat banyaknya aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh anak jalanan, tepatnya di simpang empat lampu merah Aksara. Kemudian peneliti juga melakukan aktivitas sehari-hari ditempat tersebut, hal ini tentu akan memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian.

3.3 Informan


(56)

dari suatu objek penelitian ( Suyanto, 2005: 171-172). Informan dalam penelitian ini terdapat dua jenis yaitu informan utama dan informan tambahan.

3.3.1 Informan Utama

Informan utama yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Informan utama dalam penelitian ini adalah anak jalanan yang tergolong kedalam Children on the street, jumlah informan utama dalam penelitian ini sebanyak 4 orang, adapun kriteria dalam pemilihan informan dalam penelitian ini adalah berdasarkan golongan anak jalanan yaitu golongan Children on the street karena golongan tersebut masih berinteraksi dengan keluarganya. 3.3.2 Informan Tambahan

Informan tambahan yaitu orang yang mengetahui dan memiliki informasi yang di perlukan untuk memperkuat penelitian. Informan dalam tambahan penelitian ini adalah orang tua atau keluarga dari 4 orang informan utama.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik sebagai berikut :

1. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dalam pengumpulan data yang diperlukan, dilakukan melalui penelitian kepustakaan (library research). Data akan diolah dari berbagai sumber kepustakaan, diantaranya buku-buku ilmiah, jurnal, surat kabar cetak maupun elektronik dan bahan tulisan lainnya yang erat kaitannya dengan subjek penelitian.


(57)

2. Studi Lapangan

Studi lapangan yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan melakukan penelitian langsung ke lokasi untuk mencari fakta yang berkaitan dengan subjek penelitian, yakni :

a. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap subjek dan fenomena yang diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai subjek penelitian

b. Wawancara mendalam, yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan ataupun orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara( Bungin, 2007:108).

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang di gunakan adalah analisis data deskriptif, yaitu analisis data yang ada pada tiap-tiap sampel kajian dan tidak digunakan dalam rangka merumuskan generalisasi menyeluruh. Dengan demikian, kesimpulan pada analisis data statistik deskritif hanya berlaku pada masing-masing tabel atau hanya berlaku pada satu tabel, tanpa generalisasi (Siagian,2011:228).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Artinya untuk analisis data tidak diperlukan model uji statistik dengan memakai rumus-rumus tertentu. Kutipan hasil wawancara dan observasi sejauh mungkin akan mendukung analisis yang akan disampaikan, sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil


(58)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Keadaan Geografis

Aksara merupakan jalan yang terletak di Kelurahan Bantan Timur, Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan. Luas wilayah Kelurahan Bantan Timur adalah 88,8 ha/m² dengan luas wilayah pemukiman 80 ha/m² dan luas wilayah perkantoran 8,8 ha/m².

Kelurahan Bantan Timur mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut : 1. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Pahlawan

2. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Bantan 3. Sebelah selatan berbatasan dengan Tegal Sari Mandala I 4. Sebelah utara berbatasan dengan desa Medan Estate

4.2 Kependudukan

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Medan Jumlah penduduk kelurahan Bantan Timur pada tahun 2014 mencapai 13940 jiwa, dengan jumlah laki-laki 6793 jiwa dan perempuan 7147 jiwa dengan total jumlah keluarga mencapai 2363 Kepala Keluarga. Mayoritas penduduk Kelurahan Bantan Timur adalah etnis suku Mandailing, dan agama mayoritas adalah agama Islam. Sumber penghasilan sebagian besar penduduk adalah wiraswasta.

Berikut komposisi penduduk berdasarkan etnis penduduk pada tahun 2014 di Kelurahan Bantan Timur :


(59)

Tabel 4.1

Komposisi penduduk berdasarkan etnis di Kelurahan Bantan Timur tahun 2014

No Etnis Jumlah

1 Mandailing 4104

2 Tionghoa WNI 3703

3 Batak Toba 2144

4 Jawa 1291

5 Melayu 1274

6 Minang 1366

7 Dll 58

Total 13940

Sumber : Profil Kelurahan Bantan Timur 2014

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa komposisi penduduk berdasarkan suku/etnis di Kelurahan Bantan Timur terbanyak adalah suku mandailing berjumlah 4104, kemudian paling sedikit adalah suku asing 58 jiwa.

Tabel 4.2

Komposisi penduduk berdasarkan Agama di Kelurahan Bantan Timur tahun 2014

No Agama Jumlah

1 Islam 6435

2 Protestan 3446

3 Katolik 2258

4 Hindu 28

5 Budha 1729

6 Konghucu 44


(60)

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa komposisi penduduk berdasarkan agama di Kelurahan bantan Timur terbanyak adalah agama Islam sebanyak 6435 jiwa, kemudian protestan 3446 jiwa, katolik 2258 jiwa, Hindu 28 jiwa, budha 1729 jiwa, dan konghucu sebanyak 44 jiwa dengan jumlah penduduk sebanyak 13940 jiwa.

Tabel 4.3

Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kelurahan Bantan Timur tahun 2014

No Mata Pencaharian Jumlah

1 Wiraswasta 4905

2 Karyawan Perusahaan Swasta 2006

3 Pengusaha 950

4 Pengusaha Kecil dan Menengah 290

5 PNS 201

6 TNI 15

7 POLRI 9

8 Pensiunan PNS/TNI/POLRI 45

9 Dokter Swasta 20

10 Pembantu Rumah Tangga 27

Total 8468

Sumber : Profil Kelurahan Bantan Timur tahun 2014

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa komposisi penduduk Kelurahan Bantan Timur berdasarkan pekerjaan atau profesi paling banyak adalah pada sektor wiraswasta yaitu sebanyak 4905 jiwa, dan paling sedikit adalah TNI POLRI yaitu sebanyak 24 jiwa. Dengan total angkatan kerja sebanyak 8468 jiwa, lainnya adalah termasuk bukan angkatan kerja seperti anak-anak dan lansia.


(61)

Tabel 4.4

Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kelurahan Bantan Timur tahun 2014

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Tamat SD/Sederajat 897

2 Tamat SMP/Sederajat 1687

3 Tamat SMA/Sederajat 3468

4 Tamat D1 160

5 Tamat D2 115

6 Tamat D3 480

7 Tamat S1 330

8 Tamat S2 71

9 Usia 3-6 belum masuk TK 1124

10 Usia 3-6 sedang TK 27

11 Usia 7-18 sedang sekolah 4259

12 Usia 18-56 tidak tamat SD 70

13 Usia 18-56 tidak tamat SMP 423

14 Usia 18-56 tidak tamat SMA 827

Total 13940

Sumber : Profil Kelurahan Bantan Timur tahun 2014

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui komposisi penduduk Kelurahan Bantan Timur berdasarkan tingkat pendidikan paling terbanyak adalah tamat SMA/sederajat sebanyak 3468 jiwa, kemudian tamat SMP/sederajat sebanyak 1687 jiwa sedangkan paling sedikit adalah tamat S2 sebanyak 71 jiwa.


(1)

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan, melihat masalah, mengamati dan wawancara mendalam tentang kontribusi anak jalanan dalam kehidupan sosial ekonomi keluarga di Kelurahan Bantan Timur Kecamatan Medan Tembung Kota Medan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Motif anak bekerja di jalanan khususnya yang bekerja di Kelurahan bantan Timur adalah karena tidak tercukupinya kebutuhan sosial ekonomi yang menjadi tanggung jawab orang tua. Anak jalanan yang bekerja di kelurahan Bantan Timur dan tergolong kedalam Children on the street berkontribusi besar dalam pemenuhan kebutuhan sosial ekonomi keluarga, yaitu dengan meningkatnya pendapatan keluarga, adanya tambahan sejumlah uang dalam membeli pangan keluarga, adanya tambahan sejumlah uang dalam pemenuhan biaya atau Cost

pendidikan anggota keluarga, adanya tambahan sejumlah uang dalam membayar sewa rumah ataupun pembayaran listrik tiap bulan, dan adanya tambahan sejumlah uang dalam biaya atau Cost kesehatan keluarga. Anak jalanan khususnya yang bekerja di Kelurahan Bantan Timur belum memahami tentang apa yang menjadi hak dan kewajibannya sebagai seorang anak, salah satu nya adalah mendapatkan dan melaksanakan pendidikan. Anak jalanan antusias dengan pekerjaannya tanpa memikirkan risiko yang terjadi ketika mereka memilih bekerja dijalan dan meninggalkan pendidikan.


(2)

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitan yang telah dilakukan, maka saran peneliti adalah sebagai berikut :

1. Dilihat dari akar masalahnya anak bekerja di jalanan, maka penulis memberikan saran kepada pemerintah dan dinas terkait dalam hal ini dinas sosial yang menangani masalah sosial khususnya anak jalanan agar menerapkan penanganan anak jalanan dengan perspektif pemberdayaan, yang berupa program penguatan sosial ekonomi keluarga agar keluarga tersebut bisa berdaya memenuhi kebutuhan sosial ekonomi keluarganya dengan tidak melibatkan anaknya untuk bekerja.

2. Mengingat pemerintah bukanlah satu-satunya lembaga yang menangani permasalahan anak jalanan, penulis memberikan saran terhadap LSM atau NGO yang bergerak di bidang penanganan anak jalanan agar tidak berjalan sendiri-sendiri menjalankan programnya, melainkan harus bersama-sama menggandeng pemerintah, NGO atau LSM lainnya dan juga masyarakat untuk komitmen menangani permasalahan anak jalanan dengan baik, supaya permaslahan anak jalanan bisa tercabut dari akar-akarnya.

3. Melihat kondisi anak jalanan khususnya yang beroprasi di Kelurahan Bantan Timur yang rata-rata sudah tidak sekolah, peneliti memberikan saran kepada pemerintah dalam hal ini dinas pendidikan agar mengadakan program PKBM guna terpenuhi nya hak dan kewajiban anak yaitu mendapatkan dan melaksanakan pendidikan, dan juga kepada LSM atau NGO yang bergerak di bidang penanganan anak jalanan agar menerapkan


(3)

pendidikan alternatif seperti pendidikan Life Skill dan Soft Skill agar anak bisa membantu keluarganya tanpa harus meninggalkan pendidikannya di sekolah.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Yogyakarta : Rineka Cipta.

Bagong, Suyanto dan Hariadi, Sri Sanituti. 2002. Krisis and hild Abuse Kajian sosiologis tentang kasus pelanggaran Hak Anak yang membutuhkan perlindungan khusus. Surabaya: Airlangga University Press.

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Huraerah, Abu. 2006. Kekerasan Terhadap Anak. Bandung: Nuansa.

Irwanto.2000. Antara Menangis dan Tertawa. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta. Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta.

Muhidin, Syarif. 2007. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung: STKS.

Mulandar, Surya. 1996. Dehumanisasi Anak Marjinal : Berbagi pengalaman pemberdayaan. Bandung: Akatiga.

Nurdin, M.1989. Pengentar Kesejahteraan Sosial. STKS Bandung.

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial. Medan : Grasindo Monoratama. Soekanto, Soedjono. 1990. Teori Sosiologi. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Soesanto, Astrid S. 1984. Sosiologi Pembangunan. Jakarta: Bina Cipta. Sua’dah. 2005. Sosiologi Keluarga. Malang : UMM Press.

Sumardi, MD. 1985. Koperasi Dalam Orde Ekonomi Indonesia. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Kencana Perdana Media Group.


(5)

YLPS Humana. 2004. Anak Jalanan di Indonesia. Yogyakarta: YLPS Humana.

Sumber lain :

Badan Pusat Statistik Sumut, 2007 (Jumlah Penduduk Miskin Perkotaan). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 28 tahun 2004 tentang pangan. Rahmadani, Sri. 2014. Profil Anak Jalanan di kota Medan. Medan: UNIMED. Siregar, Hairani. 2006. Faktor Dominan Anak Menjadi Anak Jalanan di Kota

Medan. Jurnal. Medan: FISIP USU.

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 4 tahun 1992 tentang perumahan. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan

sosial.

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan

anak.

Yayasan YJP. 2007. Anak Jalanan Perempuan. Jakarta Selatan. Jurnal Perempuan dan Kesetaraan.

Sumber Online :

(http://change.org/p/selamatkan-rumah-singgah-untuk-anak-jalanan. Diakses pada 22:08 WIB. Jum’at 24 Juli 2015)

(http://indonesia.ucanews.com/2014/08/26/54-juta-anak-indonesia-terlantar. Diakses pada 12:15 WIB. Jum’at 24 Juli 2015)


(6)

( http://kavie-design.indonesianforum.net/pendidikan-f5/pengertian-pendidikan-t8.htm. Diakses pada 13.05 WIB. 19 Juli 2015)

(http://kbbi.web.id/kontribusi.html. Diakses pada 6.28 WIB. 19 Juli 2015) (http://kbbi.web.id/sosial.html. Diakses pada 6.32 WIB. 19 Juli 2015)

(http://medanbisnisdaily.com/news/read//2014/10/04/121468/sedikitnya-600-anak-di-kota-medan-hidup-di-jalanan/ diakses pada 23:00 WIB. Jum’at 24 Juli 2015)

(http://m.tribunnews.com/nasional/2011/08/25/jumlah-anak-jalanan-230-ribu-di-Indonesia. Diakses pada 15:25 WIB. Rabu 15 Juli 2015).

(http://tkskponorogo.blogspot.com/2010/03/peta-masalah-anak-jalanan-html. Diakses pada 23.00 WIB. 15 juli 2015).

(http://waraslove.blogspot.com/2009/02/pengertian-pangan.html Diakses pada 12.56 WIB. 19 Juli 2015 )