Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Dukungan Sosial Orang Tua dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas XI TKR di SMK Negeri 1 Jambu Tahun Ajaran 2013/2014 T1 132010041 BAB I

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu faktor utama bagi pengembangan sumber daya manusia, karena pendidikan diyakini mampu meningkatkan sumber daya manusia sehingga dapat menciptakan manusia produktif dan berkualitas yang mampu memajukan bangsanya. Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UU sistem pendidikan nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya yaitu manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Upaya pencapaian tujuan pendidikan tersebut adalah dengan menyelenggarakan proses pendidikan anak baik pendidikan di sekolah maupun diluar sekolah.

Sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal. Dikatakan formal karena disekolah terlaksana serangkaian kegiatan terencana dan terorganisir, termasuk kegiatan dalam rangka proses belajar-mengajar di dalam kelas. Kegiatan itu bertujuan menghasilkan perubahan-perubahan positif dalam diri anak yang sedang menuju kedewasaan, sejauh berbagai perubahan itu dapat diusahakan melalui proses belajar. Dengan belajar yang terarah dan terpimpin, anak


(2)

2

memperoleh pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, sikap, dan nilai yang mengantarnya ke kedewasaan.

Dalam belajar di sekolah yang menjadi panutan para siswa adalah guru. Para orang tua menyerahkan anak-anak ke sekolah untuk dididik dan diajar oleh pihak sekolah dan dalam hal ini gurulah yang paling banyak memantau, mengajar, dan mendidik para siswa di sekolah. Menurut pendapat awam, guru mempunyai peranan dalam keberhasilan dan prestasi siswa di sekolah sehingga ketika siswa mengalami suatu kegagalan, tidak jarang guru juga dianggap bersalah dan tidak berhasil dalam mendidik dan mengajar siswa walaupun kegagalan dan keberhasilan siswa yang utama adalah didukung oleh kemampuan dan kemauan siswa itu sendiri. Oleh karena itu peran guru tidaklah hanya berhenti sebagai pengajar ataupun pendidik yang hanya mentransferkan ilmu saja tetapi juga sebagai motivator bagi para siswa, karena tanpa peran sebagai motivator sia-sialah peran guru sebagai sosok yang melakukan transfer ilmu.

Berkaitan dengan proses pembelajaran yang diikuti siswa selama di sekolah maka perlu diingat bahwa tugas pokok guru adalah mendampingi siswanya dalam belajar dan memberikan motivasi kepada siswa untuk terus belajar agar mendapatkan hasil belajar yang sebaik-baiknya. Untuk mendapatkan hasil belajar yang baik maka siswa harus bekerja keras dalam belajar, karena belajar merupakan kebutuhan setiap manusia, hampir semua kecakapan, ketrampilan, pengetahuan, sikap manusia terbentuk dan berkembang dari belajar. Dalam proses belajar, motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah atau semangat dalam belajar. Siswa yang termotivasi kuat memiliki energi


(3)

3

banyak untuk melakukan kegiatan belajar, namun siswa yang tidak memiliki motivasi dalam belajar maka tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Menurut Sardiman (2012) motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah dalam kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Sedangkan Winkel (2004) mengemukakan motivasi belajar dapat diumpamakan sebagai kekuatan mesin pada sebuah mobil. Mesin yang berkekuatan tinggi menjamin lajunya mobil, biarpun jalan menanjak dan mobil membawa muatan yang berat. Namun motivasi belajar tidak hanya memberikan kekuatan pada daya upaya belajar, tetapi juga memberikan arah yang jelas. Mobil yang bertenaga kuat dapat mengatasi banyak rintangan yang ditemukan di jalan, namun belum memberikan kepastian bahwa mobil akan sampai ke tempat tujuan. Hal ini tergantung dari sopir. Maka dalam motivasi belajar, siswa berperan baik sebagai mesin yang kuat atau lemah maupun sebagai sopir yang memberikan arah atau tidak punya tujuan.

Kemudian menurut pendapat Uno ( 2011) motivasi belajar dapat timbul karena faktor intristik berupa hasrat dan keinginan berhasil, dorongan kebutuhan belajar, dan harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.

Pada prinsipnya motivasi belajar intristik lebih baik karena bila seseorang telah memiliki motivasi intristik dalam dirinya maka ia secara sadar akan


(4)

4

melakukan suatu kegiatan sesuai kebutuhan yang akan dipenuhi sehingga bentuk motivasi ini cenderung bertahan lama, menimbulkan minat dan disertai perasaan senang. Namun motivasi belajar ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan, motivasi ini diperlukan supaya siswa tetap semangat dan mau belajar. Peranan motivasi ekstrinsik ditegaskan oleh Sardiman (2012) bahwa bukan berarti motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi ekstrinsik sangat perlu dan tetap dibutuhkan, karena keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga perlu motivasi ekstrinsik. Berbagai macam cara dapat dilakukan supaya siswa tetap termotivasi untuk belajar, terutama oleh guru di sekolah. Menurut Djamarah (2011) guru yang berhasil mengajar adalah guru yang pandai membangkitkan minat siswa dalam belajar dengan memanfaatkan motivasi ekstrinsik dan menggunakannya dalam rangka menunjang proses interaksi belajar mengajar di kelas.

Disamping dorongan dan dukungan dari guru, orang tua juga berperan dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa diluar jam sekolah. Gunarsa & Gunarsa (2004) mengatakan bahwa dorongan belajar kepada anak bisa diartikan sebagai usaha aktif orang tua, baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, orang tua bisa mengajarkan bahwa proses belajar yang dijalani oleh anak sangat menentukan hasil belajar yang ingin dicapai dan tentunya sangat menunjang keberhasilannya. Pada anak yang belum menyadari kegunaan dan hasil dari belajar, pembiasaan perlu dilakukan sejak dini dan bisa juga diberikan


(5)

5

perangsang dalam bentuk pujian atau penerimaan. Secara tidak langsung, orang tua bisa menumbuhkan motivasi belajar pada anak melalui proses imitasi atau meniru. Jadi orang tua tidak hanya sekedar menasehati dan menyuruh anak untuk belajar, tetapi orang tua juga berperan sebagai model bagi anaknya.

Apabila anak mengalami kesulitan dalam belajarnya, diharapkan orang tua dapat membantu semaksimal mungkin agar anaknya dapat memecahkan permasalahanya, karena seorang siswa biasanya dapat meningkatkan motivasi belajarnya bila ada orang lain yang mendorong siswa tersebut untuk belajar dan proses peningkatan tersebut dapat diperoleh melalui dukungan sosial yang diberikan oleh orang-orang terdekat disekitarnya seperti dukungan sosial yang berasal dari keluarga terutama dari orang tua. Menurut Smet (1994) dukungan sosial dapat berasal dari orang-orang terpenting dari diri individu seperti keluarga, guru dan teman. Selanjutnya untuk menguatkan pendapat Smet, Ki Hajar Dewantara (dalam Tjandrarini, 2004) menyebutkan tri pusat pendidikan adalah keluarga, sekolah dan masyarakat. Dari ketiga komponen tersebut keluarga merupakan salah satu faktor terpenting karena setiap anak akan mendapatkan atau menjumpai pendidikan pertama mereka di lingkungan keluarga. Hal ini sesuai dengan pendapat Rodin & Salovey (dalam Smet, 1994) yang menyatakan bahwa perkawinan dalam keluarga merupakan sumber dukungan yang paling penting.

Partini (dalam Tjandrarini 2004) mengatakan keluarga merupakan sekelompok manusia yang terdiri dari suami, istri, anak (bila ada) yang terikat dan didahului dengan pernikahan. Jadi keluarga sebagai lembaga pendidikan yang hanya terdiri dari orang tua (ayah, ibu) yang bertindak sebagai pendidik dan


(6)

anak-6

anak yang belum berkeluarga sebagai peserta didik. Keluarga juga menjadi struktur sosial pertama dan utama bagi siswa karena keluarga terutama orang tua merupakan individu dewasa yang paling dekat dengan anak sehingga peran dukungan sosial keluarga khususnya orang tua sangat diperlukan bagi anak agar anak dapat merasakan dirinya dicintai, diterima dan dihargai yang pada akhirnya membantu anak untuk menghargai dirinya sendiri.

Menurut Goode (dalam Ihromi, 2004) menyebutkan bahwa keberhasilan atau prestasi yang dicapai siswa dalam pendidikannya sesungguhnya tidak hanya memperlihatkan mutu dari institusi pendidikan saja tetapi juga memperlihatkan keberhasilan keluarga dalam memberikan anak-anak mereka persiapan yang baik untuk keberhasilan pendidikan yang dijalani. Keluarga terutama orang tua mempunyai peran yang sangat penting untuk menumbuhkan belajar anak dan anak harus dipandang sebagai individu yang berarti dan mempunyai kemampuan yang dapat dikembangkan. Bagi seorang siswa, dukungan sosial yang diberikan orang tua merupakan pengalaman berharga yang diperoleh anak terhadap pengembangan prestasi belajarnya, karena interaksi yang terjadi antara orang tua dan anak bersifat tetap.

Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan bagi anak sehingga anak dapat belajar dengan tekun karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar. Oleh karena itu sebagai orang tua harus dapat membantu dan mendukung terhadap segala usaha yang dilakukan oleh anaknya serta memberikan pendidikan informal guna membantu pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut serta mengikuti atau melanjutkan pada program


(7)

7

pendidikan formal disekolah. Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan didalam keluarga akan selalu mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan watak, budi pekerti dan kepribadian tiap-tiap anak. Pendidikan yang diterima dalam keluarga inilah yang akan menjadi contoh bagi anak sebagai dasar yang digunakan untuk mengikuti pendidikan selanjutnya disekolah yang pada akhirnya dukungan sosial yang diberikan orang tua terhadap anak akan menumbuhkan semangat bagi anak untuk meningkatkan motivasi belajarnya.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Setyorini (2012) menyatakan ada hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial orang tua dengan motivasi belajar siswa SD Sidorejo Lor 1 Salatiga dengan angka korelasi r = 0,637 dan p< 0,05. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratri (2007) yang meyatakan ada hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial orang tua dengan motivasi belajar siswa SMP Kristen 1 Magelang hal ini ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar 0,677 dengan p<0,01. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti (2010) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan positif yang signifikan antara peran orang tua dalam memberikan perhatian belajar dengan motivasi belajar siswa kels IV Gugus Hasanudin Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Tahun Ajaran 2009/2010 dengan angka korelasi r = -0,14 dengan p > 0,05.

Berdasarkan prapenelitian yang dilakukan kepada 30 siswa kelas XI TKR 1 di SMK Negeri 1 Jambu pada tanggal 3 April 2014, tentang dukungan sosial orang tua dan motivasi belajar dilaporkan pada tabel 1.1 dan tabel 1.2 sebagai berikut:


(8)

8 Tabel 1.1

Distribusi Frekuensi Dukungan Sosial Orang Tua Kelas XI TKR 1 SMK Negeri 1 Jambu

Kategori Range Frekuensi Prosentase (%)

Sangat Tinggi 137 – 160 4 13,3 %

Tinggi 113 – 136 16 53,4%

Sedang 89 – 112 10 33,3%

Rendah 65 – 88 0 0 %

Sangat Rendah 40 – 64 0 0 %

Jumlah 30 100 %

Mean 1.1903E2

Maksimum 147

Minimum 91

SD 15.35889

Dari tabel 1.1 di atas, dapat dijelaskan bahwa dukungan sosial orang tua yang diperoleh siswa tergolong tinggi sampai sangat tinggi sebesar (66,7%) atau sebanyak 20 siswa.

Tabel 1.2

Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Kelas XI TKR 1 SMK Negeri 1 Jambu

Kategori Range Frekuensi Prosentase (%)

Sangat Tinggi 137 – 160 1 3,3 %

Tinggi 113 – 136 10 33,3 %

Sedang 89 – 112 14 46,7 %

Rendah 65 – 88 5 16,7 %

Sangat Rendah 40 – 64 0 0 %

Jumlah 30 100 %

Mean 1.0697E2

Maksimum 137

Minimum 77

SD 16.54979

Dari tabel 1.2 di atas, dapat dijelaskan bahwa motivasi belajar yang dimiliki siswa tergolong rendah sampai sedang sebesar (63,4%) atau sebanyak 19 siswa.

Jadi dapat disimpulkan bahwa dari tabel 1.1 sebagian besar siswa (66,7%) memperoleh dukungan sosial orang tua pada kategori tinggi dan diharapkan siswa


(9)

9

memiliki motivasi belajar pada kategori yang tinggi juga, namun kenyataanya data dari prapenelitian yang dilakukan peneliti pada tanggal 3 April 2014 menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa kelas XI TKR 1 di SMK Negeri 1 Jambu justru berada pada kategori rendah sampai sedang sebesar (63,4%) atau sebanyak 19 siswa.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai “Hubungan antara dukungan sosial orang tua dengan motivasi belajar siswa kelas XI TKR di SMK Negeri 1 Jambu Tahun Ajaran 2013/2014”.

1.2 Rumusan masalah

Apakah ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial orang tua dengan motivasi belajar siswa kelas XI TKR di SMK Negeri 1 Jambu Tahun Ajaran 2013/2014.

1.3 Tujuan penelitian

Untuk mengetahui signifikansi hubungan antara dukungan sosial orang tua dengan motivasi belajar siswa kelas XI TKR di SMK Negeri 1 Jambu Tahun Ajaran 2013/2014.

1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis

Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dalam Bimbingan dan Konseling mengenai fungsi dan tugas orang


(10)

10

tua terhadap anak dan mengetahui faktor-faktor penting dalam menumbuhkan motivasi belajar anak. Jika dalam penelitian terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial orang tua dengan motivasi belajar siswa maka hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Setyorini (2012) dan Ratri (2007). Dan jika sebaliknya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara peran orang tua dalam memberikan perhatian belajar dengan motivasi belajar pada siswa maka sesuai dengan penelitian yang dilakukan Widyastuti (2010).

1.4.2 Manfaat praktis

1. Bagi orang tua penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang pentingnya dukungan sosial orang tua terhadap motivasi belajar siswa.

2. Bagi siswa diharapkan menyadari bahwa dukungan sosial orang tua dapat menciptakan motivasi belajar yang tinggi.

1.5 Sistematika Penulis

Dalam upaya menyelesaikan laporan ini, penulis menggunakan sistematika sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Bab ini meliputi uraian mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Kajian Pustaka

Bab ini menjelaskan tentang kajian pustaka mengenai dukungan sosial orang tua dan motivasi belajar serta kajian penelitian yang berhubungan dengan penelitian dan hipotesis.


(11)

11 BAB III Metode Penelitian

Bab ini menguraikan jenis penelitian, subjek penelitian, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas, dan teknik analisis data.

BAB IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Bab ini menjelaskan mengenai analisis deskriptif, uji normalitas, uji hipotesis, dan pembahasan.

BAB V Penutup


(1)

6

anak yang belum berkeluarga sebagai peserta didik. Keluarga juga menjadi struktur sosial pertama dan utama bagi siswa karena keluarga terutama orang tua merupakan individu dewasa yang paling dekat dengan anak sehingga peran dukungan sosial keluarga khususnya orang tua sangat diperlukan bagi anak agar anak dapat merasakan dirinya dicintai, diterima dan dihargai yang pada akhirnya membantu anak untuk menghargai dirinya sendiri.

Menurut Goode (dalam Ihromi, 2004) menyebutkan bahwa keberhasilan atau prestasi yang dicapai siswa dalam pendidikannya sesungguhnya tidak hanya memperlihatkan mutu dari institusi pendidikan saja tetapi juga memperlihatkan keberhasilan keluarga dalam memberikan anak-anak mereka persiapan yang baik untuk keberhasilan pendidikan yang dijalani. Keluarga terutama orang tua mempunyai peran yang sangat penting untuk menumbuhkan belajar anak dan anak harus dipandang sebagai individu yang berarti dan mempunyai kemampuan yang dapat dikembangkan. Bagi seorang siswa, dukungan sosial yang diberikan orang tua merupakan pengalaman berharga yang diperoleh anak terhadap pengembangan prestasi belajarnya, karena interaksi yang terjadi antara orang tua dan anak bersifat tetap.

Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan bagi anak sehingga anak dapat belajar dengan tekun karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar. Oleh karena itu sebagai orang tua harus dapat membantu dan mendukung terhadap segala usaha yang dilakukan oleh anaknya serta memberikan pendidikan informal guna membantu pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut serta mengikuti atau melanjutkan pada program


(2)

7

pendidikan formal disekolah. Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan didalam keluarga akan selalu mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan watak, budi pekerti dan kepribadian tiap-tiap anak. Pendidikan yang diterima dalam keluarga inilah yang akan menjadi contoh bagi anak sebagai dasar yang digunakan untuk mengikuti pendidikan selanjutnya disekolah yang pada akhirnya dukungan sosial yang diberikan orang tua terhadap anak akan menumbuhkan semangat bagi anak untuk meningkatkan motivasi belajarnya.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Setyorini (2012) menyatakan ada hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial orang tua dengan motivasi belajar siswa SD Sidorejo Lor 1 Salatiga dengan angka korelasi r = 0,637 dan p< 0,05. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratri (2007) yang meyatakan ada hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial orang tua dengan motivasi belajar siswa SMP Kristen 1 Magelang hal ini ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar 0,677 dengan p<0,01. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti (2010) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan positif yang signifikan antara peran orang tua dalam memberikan perhatian belajar dengan motivasi belajar siswa kels IV Gugus Hasanudin Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Tahun Ajaran 2009/2010 dengan angka korelasi r = -0,14 dengan p > 0,05.

Berdasarkan prapenelitian yang dilakukan kepada 30 siswa kelas XI TKR 1 di SMK Negeri 1 Jambu pada tanggal 3 April 2014, tentang dukungan sosial orang tua dan motivasi belajar dilaporkan pada tabel 1.1 dan tabel 1.2 sebagai berikut:


(3)

8 Tabel 1.1

Distribusi Frekuensi Dukungan Sosial Orang Tua Kelas XI TKR 1 SMK Negeri 1 Jambu

Kategori Range Frekuensi Prosentase (%)

Sangat Tinggi 137 – 160 4 13,3 %

Tinggi 113 – 136 16 53,4%

Sedang 89 – 112 10 33,3%

Rendah 65 – 88 0 0 %

Sangat Rendah 40 – 64 0 0 %

Jumlah 30 100 %

Mean 1.1903E2

Maksimum 147

Minimum 91

SD 15.35889

Dari tabel 1.1 di atas, dapat dijelaskan bahwa dukungan sosial orang tua yang diperoleh siswa tergolong tinggi sampai sangat tinggi sebesar (66,7%) atau sebanyak 20 siswa.

Tabel 1.2

Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Kelas XI TKR 1 SMK Negeri 1 Jambu

Kategori Range Frekuensi Prosentase (%)

Sangat Tinggi 137 – 160 1 3,3 %

Tinggi 113 – 136 10 33,3 %

Sedang 89 – 112 14 46,7 %

Rendah 65 – 88 5 16,7 %

Sangat Rendah 40 – 64 0 0 %

Jumlah 30 100 %

Mean 1.0697E2

Maksimum 137

Minimum 77

SD 16.54979

Dari tabel 1.2 di atas, dapat dijelaskan bahwa motivasi belajar yang dimiliki siswa tergolong rendah sampai sedang sebesar (63,4%) atau sebanyak 19 siswa.

Jadi dapat disimpulkan bahwa dari tabel 1.1 sebagian besar siswa (66,7%) memperoleh dukungan sosial orang tua pada kategori tinggi dan diharapkan siswa


(4)

9

memiliki motivasi belajar pada kategori yang tinggi juga, namun kenyataanya data dari prapenelitian yang dilakukan peneliti pada tanggal 3 April 2014 menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa kelas XI TKR 1 di SMK Negeri 1 Jambu justru berada pada kategori rendah sampai sedang sebesar (63,4%) atau sebanyak 19 siswa.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai “Hubungan antara dukungan sosial orang tua dengan motivasi belajar siswa kelas XI TKR di SMK Negeri 1 Jambu Tahun Ajaran 2013/2014”.

1.2 Rumusan masalah

Apakah ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial orang tua dengan motivasi belajar siswa kelas XI TKR di SMK Negeri 1 Jambu Tahun Ajaran 2013/2014.

1.3 Tujuan penelitian

Untuk mengetahui signifikansi hubungan antara dukungan sosial orang tua dengan motivasi belajar siswa kelas XI TKR di SMK Negeri 1 Jambu Tahun Ajaran 2013/2014.

1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis

Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dalam Bimbingan dan Konseling mengenai fungsi dan tugas orang


(5)

10

tua terhadap anak dan mengetahui faktor-faktor penting dalam menumbuhkan motivasi belajar anak. Jika dalam penelitian terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial orang tua dengan motivasi belajar siswa maka hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Setyorini (2012) dan Ratri (2007). Dan jika sebaliknya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara peran orang tua dalam memberikan perhatian belajar dengan motivasi belajar pada siswa maka sesuai dengan penelitian yang dilakukan Widyastuti (2010).

1.4.2 Manfaat praktis

1. Bagi orang tua penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang pentingnya dukungan sosial orang tua terhadap motivasi belajar siswa.

2. Bagi siswa diharapkan menyadari bahwa dukungan sosial orang tua dapat menciptakan motivasi belajar yang tinggi.

1.5 Sistematika Penulis

Dalam upaya menyelesaikan laporan ini, penulis menggunakan sistematika sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Bab ini meliputi uraian mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Kajian Pustaka

Bab ini menjelaskan tentang kajian pustaka mengenai dukungan sosial orang tua dan motivasi belajar serta kajian penelitian yang berhubungan dengan penelitian dan hipotesis.


(6)

11 BAB III Metode Penelitian

Bab ini menguraikan jenis penelitian, subjek penelitian, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas, dan teknik analisis data.

BAB IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Bab ini menjelaskan mengenai analisis deskriptif, uji normalitas, uji hipotesis, dan pembahasan.

BAB V Penutup