PELAKSANAAN NILAI DEMOKRASI DI SD NEGERI KIYARAN 2 DESA WUKIRSARI KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN.

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang menganut sistem pemerintahan demokrasi. Pemerintahan demokrasi tidak akan berjalan dengan baik jika tidak didukung dengan kultur demokratis yang dimiliki oleh warga masyarakatnya. Guna mewujudkan itu semua, nilai-nilai demokrasi ditanamkan melalui lembaga pendidikan mulai dari tingkat pertama yaitu sekolah dasar. Tujuannya adalah membina para generasi penerus bangsa agar mempunyai pengetahuan dan sikap yang sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia yaitu menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 3 UU No. 20 tahun 2003).

Paul Suparno (2004: 37) menyatakan bahwa nilai demokrasi merupakan nilai yang membentuk sikap tidak diskriminatif. Setiap orang mendapatkan hak dan perlakuan yang sama di mata negara tanpa menghiraukan latar belakang suku, ras, agama, tingkatan sosial, dan gender. Demokrasi mengajarkan manusia untuk tidak membeda-bedakan satu sama lain, saling menghormati, dan toleransi. Demokrasi mengajarkan manusia untuk menghargai hak orang lain tanpa terkecuali, akan tetapi sekarang ini masih banyak penyimpangan yang justru berkebalikan dengan nilai-nilai demokrasi.


(2)

2

Akhir-akhir ini sering terjadi penyimpangan seperti kasus korupsi, tawuran baik antar warga maupun antar pelajar, mencontek saat ujian, kekerasan yang dilakukan pelajar, dan lain sebagainya yang seharusnya tidak terjadi di Indonesia yang menganut pemerintahan demokrasi. Demokrasi memberikan kebebasan kepada setiap orang untuk melakukan apa yang diijinkan yang artinya kebebasan seseorang dibatasi oleh aturan-aturan yang berlaku dalam suatu masyarakat.

Salah satu dari tujuan pendidikan di Indonesia adalah menjadikan masyarakat menjadi warga negara yang demokratis. Oleh karena itu, pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa (UU No. 20 tahun 2003 tentang Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan).

Sekolah merupakan lembaga formal sebagai tempat untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Sekolah mempunyai peranan penting dalam membina dan mengembangkan potensi yang dimiliki siswa agar dapat menjalankan tugas kehidupannya sebagai individu maupun bagian dari masyarakat. Sekolah berperan mencerdaskan siswa dalam bidang pengetahuan, selain itu sekolah berperan dalam menanamkan nilai-nilai demokrasi kepada peserta didik. Pengetahuan demokrasi di sekolah dasar disampaikan pada mata pelajaran PKn, sedangkan nilai-nilai demokrasi dapat diintegrasikan melalui kegiatan belajar mengajar. Hal ini dilakukan untuk


(3)

3

membantu siswa memahami nilai-nilai demokrasi agar dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Arief S. Sadiman (2001: 2-4) menyebutkan bahwa sekolah yang menerapkan nilai-nilai demokrasi harus memenuhi beberapa indikator, seperti kurikulum yang fleksibel, sarana dan pra sarana yang mencukupi untuk semua mata pelajaran dan memenuhi karakteristik peserta didik, guru yang bersikap demokratis, serta proses pembelajaran yang menyenangkan dan melibatkan peran aktif siswa guna mengembangan potensi yang dimiliki.

Setelah mengadakan pra pengamatan di tiga sekolah dasar yaitu SD Negeri Umbulwidodo, SD Negeri Pusmalang, dan SD Negeri Kiyaran 2 dalam pelaksanaan nilai demokrasi kepada peserta didik tampak bahwa SD Negeri Kiyaran 2 lebih gencar dalam menanamkan nilai demokrasi kepada peserta didik. Hal ini termuat dalam visi misi SD Negeri Kiyaran 2 yang di dalamnya memuat nilai-nilai demokrasi. Visi misi ini merupakan suatu bentuk keseriusan sekolah dalam membentuk insan pendidikan yang mempunyai nilai-nilai demokrasi, tidak hanya menjadi pengetahuan yang harus dimiliki peserta didik, tetapi juga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan sekolah yang baik belum diimbangi dengan pelaksanaan yang baik pula. Pendidikan yang bernuansa demokrasi belum berjalan sesuai dengan harapan warga sekolah. Pada kenyataannya, SDN Kiyaran 2 masih mengalami kesulitan dalam menanamkan nilai demokrasi kepada siswa. Siswa masih melakukan penyimpangan yang kurang sesuai dengan nilai demokrasi (toleransi dan saling menghargai) seperti mengejek teman, tidak


(4)

4

memperhatikan saat proses pembelajaran, tidak peduli terhadap lingkungan, berkelahi, meminta uang kepada teman secara paksa, tidak mengerjakan PR serta sikap membeda-bedakan, dan kurang terlibat aktif dalam pembelajaran.

Bertitik tolak dari beberapa permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai pelaksanaan nilai demokrasi serta hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan nilai demokrasi di SD Negeri Kiyaran 2 Desa Wukirsari Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman. Peneliti mengangkat judul “Pelaksanaan Nilai Demokrasi di SD Negeri Kiyaran 2 Desa Wukirsari Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka muncul beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut.

1. Masih terdapat penyimpangan yang dilakukan oleh siswa SD Negeri Kiyaran 2 yang melanggar nilai demokrasi.

2. Kegiatan belajar mengajar lebih cenderung pada proses penyampaian informasi kepada siswa, sehingga guru terkesan dominan saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.

3. Pelaksanaan nilai demokrasi yang dilakukan di SDN Kiyaran 2 belum banyak diketahui oleh masyarakat sekitar.

4. SDN kiyaran 2 masih mengalami hambatan dalam melaksanakan nilai demokrasi.


(5)

5 C. Fokus Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini difokuskan pada masalah pelaksanaan nilai demokrasi dan hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan nilai demokrasi di SD Negeri Kiyaran 2 Desa Wukirsari Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana pelaksanaan nilai demokrasi di SD Negeri Kiyaran 2 Desa Wukirsari Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman?

2. Mengapa guru masih mengalami hambatan dalam pelaksanaan nilai demokrasi di SD Negeri Kiyaran 2 Desa Wukirsari Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah, fokus penelitian, dan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui pelaksanaan nilai demokrasi di SD Negeri Kiyaran 2 Desa Wukirsari Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman.

2. Mengetahui hal yang menyebabkan guru masih mengalami hambatan dalam pelaksanaan nilai demokrasi di SD Negeri Kiyaran 2 Desa Wukirsari Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman.


(6)

6 F. Manfaat Penelitian

Secara terperinci, manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi kepala sekolah terkait pelaksanaan nilai demokrasi untuk mengadakan perbaikan dan pembenahan yang dirasa perlu agar visi dan misi sekolah dapat tercapai sesuai dengan harapan dan tujuan pendidikan pada umumnya.

2. Bagi guru kelas, dengan mengetahui hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan nilai demokrasi, maka dapat dijadikan pertimbangan bagi guru untuk mensiasati dalam pelaksanaan nilai demokrasi agar tercapai tujuan yang diinginkan.

3. Bagi mahasiswa calon guru, memberikan gambaran tentang menjadi guru yang efektif, tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan saja tetapi juga menanamkan nilai-nilai karakter terutama demokrasi yang dibutuhkan siswa dalam kehidupannya.

G. Definisi Istilah

1. Pelaksanaan adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mewujudkan semua yang direncanakan dengan dilengkapi segala kebutuhan yang diperlukan seperti, alat-alat, orang yang melaksanakan, dan bagaimana sesuatu itu dilaksanakan.

2. Nilai demokrasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai partisipasi, sikap toleransi, dan saling menghormati.


(7)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori Nilai Demokrasi 1. Pengertian Nilai

Nilai adalah sesuatu yang berharga ataupun sesuatu yang dianggap bermutu, sehingga berguna bagi manusia. Nilai merupakan hal yang dijunjung tinggi oleh sekelompok orang yang mempercayainya. Sjarkawi (2006: 29) mengatakan bahwa nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, dihargai, dan dapat menjadi objek kepentingan. Objek kepentingan yang dimaksudkan adalah hal yang dibutuhkan oleh setiap orang. Setiap orang membutuhkan nilai yang digunakan untuk mengatur kehidupan sehari-hari dalam bertindak.

Nilai sering disebut juga dengan aturan, di mana peraturan dibuat untuk mengatur tindakan manusia agar tertib dan teratur. Peraturan digunakan untuk mengatur tingkah laku seseorang agar tidak berperilaku sewenang-wenang dan tanpa kendali, sehingga membuat perilaku masyarakat di daerah tertentu menjadi lebih baik. Aturan berisi hal baik yang harus dilakukan dan hal buruk yang harus dihindari. Hal senada diungkapkan oleh Nurul Zuriah (2007: 19) yang mengemukakan bahwa nilai adalah pola keyakinan suatu masyarakat tentang hal baik yang harus dilakukan dan hal buruk yang harus dihindari dalam berperilaku. Masyarakat harus mengenali, memilih, dan menetapkan nilai-nilai apa saja yang digunakan sebagai pedoman dalam berperilaku dan menjadi kebiasaan dalam hidup bermasyarakat.


(8)

8

Segala sesuatu yang berharga dianggap nilai. Setiap yang berharga akan dicari oleh manusia, seperti yang diungkapkan oleh Paul Suparno, dkk (2006: 75) yang menyatakan bahwa nilai adalah hakikat sesuatu yang menyebabkan hal itu pantas dikejar oleh manusia. Keinginan untuk hidup dalam kedamaian dan keteraturan, manusia menjadikan nilai sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan. Nilai menjadi dasar dalam membuat tata aturan dalam masyarakat. Nilai-nilai yang ada di satu daerah akan berbeda dengan daerah lain. Nilai dalam suatu daerah dipengaruhi oleh norma, keyakinan dan kebudayaan masing-masing meskipun untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu perdamaian dan ketenteraman.

Bertens (Paul Suparno, 2006: 76) menambahkan bahwa nilai merupakan sesuatu yang menarik bagi kita, sesuatu yang kita cari, sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang disukai dan diinginkan dan sesuatu yang baik. Nilai membuat kehidupan manusia menjadi lebih teratur, hal ini disebabkan karena nilai merupakan anugerah Tuhan yang artinya setiap manusia dianugerahi hal yang sama pada waktu dilahirkan. Perkembangan aspek nilai selajutnya dipengaruhi masyarakat di mana dia tinggal. Manusia hanya dapat menemukan, memahami, menghayati, dan mewujudkannya dalam tindakan nyata.

Nilai merupakan hal yang melekat pada objek sehingga disukai dan dicari oleh banyak orang. Suatu objek akan bernilai jika ada subjek yang memberikan penilaian terhadap objek tersebut. Baik dan buruk penilaian yang diberikan pada suatu objek, tergantung dari aturan yang berlaku di


(9)

9

masyarakat dan pengalaman orang yang memberikan penilaian. Nilai dijadikan suatu pijakan dan dipegang teguh oleh masyarakat menjadi suatu keyakinan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai adalah suatu hal baik yang diinginkan oleh setiap orang dan dijadikan pedoman dalam kehidupan manusia. Nilai menjadi seperangkat aturan yang harus dipatuhi demi kepentingan bersama yaitu kehidupan yang tertib dan nyaman. Nilai dijadikan manusia sebagai faktor pendorong dan pedoman dalam mencapai tujuan kehidupan. Oleh karena itu perlu melakukan pengajaran nilai sejak dini untuk menjaga stabilitas kebudayaan dari generasi ke generasi.

2. Pengertian Demokrasi

Istilah demokrasi sering digunakan dalam sistem pemerintahan. Negara yang demokrasi merupakan negara yang meletakan kekuasaan tertinggi di tangan rakyatnya. Rakyat dilibatkan dalam menentukan setiap kebijakan dalam pemerintahan. Seperti yang dikemukakan oleh Abd. Rahman Assegaf (2004: 140) yang mendefinisikan demokrasi dari asal usul kata yaitu berasal dari kata demos yang artinya rakyat, dan kratos yang artinya kekuasaan.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Harris Soche (Winarno, 2010: 91), demokrasi adalah bentuk pemerintahan rakyat, karena kekuasaan pemerintahan itu melekat pada diri rakyat. Oleh karena itu, rakyat berhak untuk mengatur, mempertahankan, dan melindungi dirinya dari paksaan dan pemerkosaan orang lain.


(10)

10

Terdapat pengertian mengenai demokrasi yang dianggap paling popular, yaitu pengertian demokrasi dari Abraham Liconln (Winarno, 2010: 92) yang menyatakan bahwa demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat (government of people, by the people, and for the people). Pengertian pemerintahan dari rakyat, suatu pemerintahan yang sah adalah pemerintahan yang mendapatkan pengakuan dan dukungan mayoritas rakyat melalui demokrasi, pemilihan umum. Pengertian pemerintahan oleh rakyat yaitu pemerintahan menjalankan kekuasaannya atas nama rakyat, bukan dorongan pribadi. Roda pemerintahan berada pada pengawasan rakyat baik secara langsung maupun perwakilan. Pengertian pemerintahan untuk rakyat adalah kekuasaan yang diberikan oleh rakyat kepada pemerintah harus dijalankan untuk kepentingan rakyat.

Demokrasi yang berkembang di Indonesia adalah demokrasi pancasila. Winarno (2007: 102) mengungkapkan bahwa pancasila adalah ideologi nasional, yaitu seperangkat nilai yang dianggap baik, sesuai, adil, dan menguntungkan bangsa. Pancasila menjadi cita-cita masyarakat, sehingga dijadikan pedoman dalam membuat keputusan. Selain itu, pancasila menjadi alat pemersatu yang mampu menjadi sumber nilai bagi penyelesaian konflik yang dihadapi masyarakat. Nilai-nilai dalam setiap sila pada pancasila memuat nilai demokrasi, sehingga dijadikan sumber untuk menjalankan demokrasi di Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan demokrasi adalah suatu sistem atau tatanan pemerintahan yang memberikan kekuasaaan kepada


(11)

11

rakyat. Kekuasaan pemerintahan di tangan rakyat, meliputi pemerintahan dari rakyat, pemerintahan oleh rakyat, dan pemerintahan untuk rakyat. Demokrasi yang berjalan di Indonesia adalah demokrasi pancasila di mana nilai-nilai dalam pancasila digunakan sebagai sumber dalam menjalankan pemerintahan. 3. Nilai Demokrasi

Nilai-nilai demokrasi telah ada sebelum Indonesia merdeka. Penanaman nilai demokrasi pada masa sekarang ini bisa ditanamkan sejak dini melalui kegiatan saling menghargai satu sama lain. Negara yang demokrasi akan terwujud apabila seluruh warga masyarakatnya mempunyai nilai-nilai demokrasi. Perilaku dan budaya demokrasi juga harus dibangun dalam kehidupan bermasyarakat. Membangun budaya demokrasi tidak cukup dengan membuat peraturan yang harus dipatuhi masyarakat, akan tetapi juga perlu mengenalkan atau mensosialisasikannya kepada masyarakat.

Saiful Arif (2007, 58-59) mengatakan bahwa demokrasi tidak sebatas sistem politik maupun aturan-aturan formal yang terdapat dalam konstitusi saja. Keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan demokrasi ditentukan oleh sejauh mana nilai-nilai lokal yang sejalan demokrasi itu diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai demokrasi seperti, penghormatan terhadap sesama, toleransi, penghargaan atas pendapat orang lain dan kesamaan sebagai warga dan menolak adanya diskriminasi. Hal senada dikemukakan oleh Paul Suparno (2004: 37) yang menyatakan bahwa nilai demokrasi merupakan nilai yang membentuk sikap tidak diskriminatif. Demokrasi menjunjung tinggi kesamaan hak setiap orang, yang artinya hak


(12)

12

dirinya dan orang lain sama. Demokrasi memberikan kesempatan yang sama kepada setiap warga negara dan bekerjasama dengan orang lain tanpa membeda-bedakan satu sama lain. Setiap orang mendapatkan hak dan perlakuan yang sama di mata negara tanpa menghiraukan latar belakang suku, ras, agama, tingkatan sosial, dan gender. Demokrasi tidak memperbolehkan terjadinya penindasan baik yang bersifat perorangan maupun kelompok. Nilai demokrasi mengajarkan individu untuk saling menghormati satu sama lain.

Senada dengan pendapat Zamroni (2001: 32) yang menyebutkan nilai demokrasi yaitu, a) toleransi, b) kebebasan mengemukakan pendapat, c) menghormati perbedaan pendapat, d) memahami keanekaragaman dalam masyarakat, e) terbuka dalam komunikasi, f) menjunjung nilai dan martabat kemanusiaan, g) percaya diri atau tidak menggantungkan pada orang lain, h) saling menghargai, i) mampu mengekang diri, j) kebersamaan, dan k) keseimbangan. Nilai demokrasi tidak secara langsung ditanamkan pada diri seseorang, melainkan tahap demi tahap. Nilai demokrasi yang menjadi fokus penelitian ini meliputi nilai berpartisipasi, toleransi dan saling menghargai. a. Partisipasi

Zamroni (2009: 55) menyatakan bahwa partisipasi menekankan bahwa dalam masyarakat yang demokratis, setiap individu harus berpartispasi dalam pengambilan keputusan. Setiap orang berhak dan wajib memberikan suara sebagai perwujudan partisipasi dalam menentukan kebijakan. Partisipasi mencerminkan kesadaran individu untuk melaksanakan kewajiban atas hak yang dimiliki.


(13)

13 b. Toleransi

Sri Narwanti (2011: 29) menyatakan bahwa toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Terdapat indikator sikap toleransi dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.

1) Pelayanan yang sama terhadap siswa tanpa membedakan suku, ras, agama, golongan, status sosial dan status ekonomi.

2) Memberikan pelayanan terhadap anak berkebutuhan khusus. 3) Bekerja dalam kelompok dengan teman-teman yang berbeda jenis

kelamin, agama, suku, dan tingkat kemampuan.

4) Tidak memaksakan pendapat/kehendak kepada orang lain. 5) Hormat-menghormati.

6) Mempunyai perasaan malu jika berbuat kesalahan, takut jika melanggar peraturan, senang jika berbuat kebaikan.

7) Basa-basi (ramah). 8) Sopan santu.

9) Bersuara sewajarnya dan tidak sombong. c. Saling menghormati

Nurul Zuriah (2007: 69) mengungkapkan bahwa saling menghargai/menghormati adalah sikap dan perilaku untuk menghargai dalam hubungan antar individu dan kelompok berdasarkan norma dan tata cara yang berlaku. Setiap orang harus mempunyai rasa saling menghargai satu sama lain tanpa melihat dari latar belakang sosialnya. Rasa saling menghargai tergambar dalam kehidupan sehari-hari seperti menyapa, senyum, memberikan kesempatan orang lain untuk melakukan haknya, dan lain sebagainya.

Menghormati perbedaan pendapat merupakan sikap dan perilaku seseorang dalam memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengungkapkan ide atau gagasannya. Tidak memaksakan pendapatnya


(14)

14

sendiri meskipun pendapat itu berbeda dengan orang lain. Jika terdapat perbedaan, hendaknya diputuskan dengan musyawarah untuk mufakat tanpa merugikan salah satu pihak.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai demokrasi adalah suatu pola keyakinan atau hal baik yang dijadikan pedoman hidup bagi masyarakat guna mewujudkan kehidupan yang demokrasi. Nilai demokrasi dalam penelitian ini dibatasi pada nilai partisipasi, toleransi dan saling menghormati.

B. Pelaksanaan Nilai Demokrasi di Sekolah

Pendidikan demokrasi diperlukan untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang demokrasi, karena keberhasilan suatu negara dalam menjalankan demokrasi ditentukan oleh pemerintahan yang demokrasi dan masyarakat yang mengembangkan nilai demokrasi dalam kehidupannya. Penanaman nilai demokrasi dapat dilakukan sejak anak masih kecil. Pendidikan demokrasi pertama kali dilakukan di lingkungan keluarga sebagai lingkungan pertama dalam kehidupannya. Keluarga sangat mempengaruhi perkembangan nilai demokrasi dalam diri anak karena di dalam keluarga hidup berbagai macam nilai demokrasi yang dilakukan setiap harinya. Keluarga hanya mampu membimbing anak sampai usia lima sampai tujuh tahun, setelah itu anak akan belajar mengembangkan dirinya di sekolah.

Sekolah bertugas mendidik anak untuk mengembangkan potensi dan nilai yang dibawa dari keluarga, oleh karena itu sekolah mempunyai tujuan untuk mengembangkan siswa sesuai dengan keinginan masyarakat dan


(15)

15

negara. Sekolah demokratis akan menanamkan nilai demokrasi dalam penyelenggaraan proses pembelajaran. Zamroni (2001: 9) mengatakan pendidikan yang demokratis harus memiliki tujuan menghasilkan lulusan yang mampu berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan mampu mempengaruhi pengambilan keputusan publik. Pendidikan demokrasi dilakukan untuk mencetak penerus bangsa yang mempunyai nilai-nilai demokrasi dalam kehidupannya untuk dapat melanjutkan kelangsungan demokrasi dalam suatu negara.

Jika Zamroni mendefinisikan pendidikan demokrasi dari segi lulusan, Abd. Rahman Assegaf menekankan pendidikan demokrasi pada proses pelaksanaannya. Pendidikan demokrasi menurut Abd. Rahman Assegaf (2004: 140-141) adalah pendidikan yang menerapkan sistem andragogi yaitu menuntut keaktifan siswa untuk berbuat. Sekolah berperan untuk mengembangkan potensi, bakat dan minat siswa serta memfasilitasi keanekaragaman karakter siswa. Sekolah bertugas mendidik, mengajar, dan memperbaiki serta memperhalus tingkah laku siswa yang dibawa dari keluarga. Sekolah tidak seharusnya memaksakan kehendak kepada siswa. Pemaksaan di sekolah akan menumbuhkan frustasi yang berakibat pada menurunnya rasa percaya diri, keputusasaan, dan terjadinya kekerasan satu dengan yang lain.

Penanaman nilai demokrasi hendaknya dilakukan kepada siswa sedini mungkin untuk membentuk kepribadian anak. Penanaman nilai demokrasi ditransformasikan oleh guru melalui kegiatan belajar mengajar. Ivonna Indah


(16)

16

dkk (2003: 69) mengungkapkan bahwa penanaman nilai demokrasi dapat diawali dengan aksi-aksi yang sederhana, seperti memberi kesempatan kepada anak untuk melakukan aktivitas menggambar, mengamati, dan mendiskusikan gambar. Setiap anak akan menghasilkan jawaban yang berbeda satu sama lainnya. Penanaman nilai hendaknya dilakukan tahap demi tahap dan harus diarahkan pada sikap yang bertanggung jawab dan masuk akal. Penanaman nilai demokrasi dapat dimulai dengan sikap menghargai perbedaan. Siswa diajak untuk mencapai keputusan bersama secara terbuka dan saling menghormati. Hal tersebut merupakan dasar dari sikap demokratis. Arief. S. Sadiman (2001: 2-4) menyebutkan bahwa sekolah yang menerapkan nilai-nilai demokrasi harus memenuhi beberapa indikator sebagai berikut.

1. Kurikulum yang fleksibel dapat dikembangkan oleh guru, dan mata pelajaran yang dapat dijadikan sebagai media sosialisasi nilai demokrasi.

2. Menggunakan buku sumber yang beragam, tidak hanya pada satu sumber saja.

3. Sarana dan prasarana yang dapat menunjang terwujudnya nilai demokrasi, seperti tempat duduk yang memudahkan ruang gerak siswa, perpustakaan yang berwarna-warni sehingga menimbulkan keinginan pada siswa untuk menjadikan perpustakaan sebagai sumber belajar, lingkungan belajar yang nyaman dan kondusif.

4. Guru yang bersikap demokratis. Guru dapat menerima perbedaan, menghargai pendapat siswa, tidak menjadi satu-satunya sumber belajar, dan menciptakan suasana belajar yang demokratis.

5. Proses pembelajaran yang demokratis, seperti a) menempatkan siswa menjadi pribadi yang unik dengan memberikan perlakuan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan siswa, b) pembelajaran bersifat individual dengan artian setiap anak mendapatkan penanganan sesuai kemampuan yang dimilikinya, c) sistem percepatan sesuai kemampuan siswa, d) memberikan kebebasan kepada siswa melakukan hal yang diinginkan sesuai dengan norma dan etika yang berlaku, e) pembelajaran kelompok untuk melatih sosialisasi siswa, f) memberikan kesempatan pada siswa dalam mengemukakan pendapat


(17)

17

secara lisan maupun tertulis (metode pembelajaran), g) melibatkan siswa dalam menentukan kebijakan sekolah, h) grafik prestasi siswa untuk mengoreksi diri dan bersikap terbuka dalam mengakui kelemahan dan kekurangan diri, dan i) penilaian yang demokratis, tidak hanya prestasi dan sikap siswa yang dinilai, akan tetapi guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menilai guru.

John Dewey (Zamroni, 2001: 19) mengemukakan bahwa sekolah yang demokratis harus mendorong dan memberikan kesempatan semua siswa untuk aktif berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, merencanakan kegiatan, dan melaksanakan rencana tersebut. Ruang kelas merupakan forum yang strategis bagi guru dan siswa untuk bersama-sama belajar menegakkan nilai-nilai demokrasi seperti kebebasan berpendapat, kesamaan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab. Kegiatan belajar mengajar harus menumbuhkan rasa saling menghormati dan persaudaraan antara siswa dan guru dalam mata pelajaran apapun. Interaksi guru dan siwa bukan sebagai subjek-objek, melainkan subjek-subjek yang sama-sama membangun karakter dan sikap dalam individu. Guru berperan dalam membangkitkan rasa ingin tahu, berkreasi dan berkarya di kalangan siwa agar kelak menjadi manusia yang mandiri.

Sekolah demokratis dikembangkan dengan pola pembinaan siswa. Guru harus mampu memberikan perhatian yang sama pada semua siswa, tanpa membedakan antara yang pintar dengan yang belum pintar, tidak membedakan antara yang rajin dengan yang belum rajin, semua memperoleh perlakuan, walaupun bentuknya berbeda di antara keduanya. Siswa yang sudah pintar diberi pengayaan dan yang belum pintar terus dibimbing agar dapat mengejar kemampuan siswa yang lain.


(18)

18

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan nilai demokrasi di sekolah diselenggarakan oleh seluruh warga sekolah mencakup kepala sekolah, guru, siswa dan karyawan sekolah. Pelaksanaan nilai demokrasi meliputi kurikulum yang dapat digunakan dalam media sosialisasi nilai demokrasi, buku sumber yang beragam, sarana dan pra sarana yang memadai, guru yang demokratis, siswa yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar, serta rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah disiapkan untuk pembelajaran.

C. Pengertian Guru

Guru merupakan seseorang yang bertugas memberikan ilmu kepada orang lain. Ahmad D. Marimba (Hasbullah, 2006: 17) mengatakan bahwa guru atau pendidik adalah orang yang memikul pertanggungjawaban untuk mendidik. Siapa pun dapat menjadi pendidik, karena pendidikan merupakan perbuatan sosial untuk mengembangkan pribadi anak didik menuju pribadi dewasa.

Sutari Imam Barnadib (Arif Rohman, 2009: 149) mengatakan bahwa pendidik adalah setiap orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi. Sependapat dengan Sutari Imam Barnadib, Langevelt (Arif Rohman, 2009: 149) mengatakan bahwa pendidik adalah orang yang dengan sengaja membantu orang lain untuk mencapai kedewasaan.

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39 ayat 2 menyebutkan bahwa guru adalah tenaga professional yang


(19)

19

bertugas merencanakan dan melaksanakan tugas pembelajaran, dan menilai pembelajaran. Guru adalah sebuah profesi. Oleh karena itu, untuk menjadi seorang guru harus memenuhi persyaratan seperti yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Salah satunya adalah persyaratan kompetensi. Berdasarkan UU Nomor 14 Tahun 2005 Bab IV Pasal 10 tentang Guru dan Dosen, kompetensi yang harus dimiliki guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Pentingnya kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik, maka UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menjabarkan keempat kompetensi guru sebagai berikut.

1. Kompetensi pedagogik

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh pendidik di sekolah dalam mengelola interaksi pembelajaran bagi siswa. 2. Kompetensi kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh pendidik di sekolah yang berupa kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan siswa.

3. Kompetensi professional

Kompetensi professional adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh pendidik di sekolah berupa penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam.


(20)

20 4. Kompetensi sosial

Kompetensi sosial adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh pendidik di sekolah untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan siswa, sesama guru, orang tua/wali siswa, dan masyarakat sekitar.

Tabel 1. Bagan Profil Kompetensi Pendidik Pendidikan Formal No. Kompetensi Deskripsi

1. Kompetensi Pedagogik

Pemahaman dan pengembangan potensi siswa. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran Sistem evaluasi pembelajaran

2. Kompetensi Kepribadian

Kemantapan pribadi dan akhlak mulia Kedewasaan dan kearifan

Keteladan dan kewibawaan 3. Kompetensi

Profesional

Penguasaan materi keilmuan

Penguasaan kurikulum dan silabus sekolah Metode khusus pembelajaran bidang studi 4. Kompetensi

Sosial

Kemampuan berkomunikasi dan komputer Pengetahuan umum

Guru mempunyai peran yang sangat penting yaitu mendidik anak agar menjadi manusia yang berpengetahuan dan bermoral dalam tahap mencapai kedewasaannya. Menjadi seorang guru bukan merupakan hal yang mudah, terutama guru sekolah dasar. Usia anak yang masih dalam operasional konkret dan tahap meniru, membuat guru harus berhati-hati dalam bertindak dan bertutur kata. Seorang guru harus berperilaku baik agar dapat menjadi teladan bagi siswa.

Peter G. Beidler (Dede Rosyada: 2007: 113-115) menyebutkan bahwa guru yang baik yaitu guru yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mandiri sebagai bentuk menghargai siswanya dalam mengembangkan diri,


(21)

21

mempunyai tujuan yang sangat muluk meski tidak berhasil dalam pencapaiannya. Guru yang mempunyai sikap positif pada siswanya yang lambat belajar maupun nakal, guru yang tidak mempunyai waktu untuk bersantai karena waktunya habis digunakan untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk siswanya. Selain itu, guru yang membuka kesempatan bagi siswa untuk berdiskusi baik tentang mata pelajaran tertentu maupun proses pembelajaran lainnya, membuat siswanya percaya diri, guru selalu memberikan motivasi, serta mendengarkan setiap perkataan siswa sebagai sikap menghargai pendapatnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa guru adalah tenaga pendidikan yang bertugas mengajar dan mendidik anak dalam mencapai kedewasaan melalui proses perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Guru menjadi salah satu faktor penentu kesuksesan dalam pendidikan. Oleh karena itu, seorang guru harus mempunyai keempat kompetensi dasar mengajar. Guru selain bertugas untuk menyampaikan materi pelajaran, juga bertugas menyampaikan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, nilai demokrasi salah satunya. Guru yang mampu mengajar dengan keramahan, memberikan kesempatan yang sama pada setiap siswa, menghargai pendapat siswa tanpa ada keberpihakan, maka guru tersebut mempunyai kepribadian demokratis. Guru yang demokratis akan mampu menanamkan nilai demokrasi kepada para siswa, selain itu guru yang dapat menerima keberagaman siswa, menghargai pendapat siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.


(22)

22 D. Kajian tentang Peserta Didik

Peserta didik atau yang sering disebut dengan siswa adalah orang yang menjadi subjek didik. Setiap peserta didik dilahirkan dengan segenap potensi, bakat dan kemampuan yang dimilikinya. Peserta didik yang satu berbeda dengan peserta didik yang lain, mereka mempunyai karakter dan sifat masing-masing. Latar belakang keluarga yang berbeda menjadi faktor pembentukan sikap yang dimilikinya. Sekolah harus mampu mengembangkan sikap dan nilai yang dibawa peserta didik dari rumah ke sekolah. Oleh karena itu, pendidikan nilai di sekolah harus sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat sekitarnya agar tidak terjadi penyimpangan yang dilakukan oleh siswa karena ketidakselarasan antara nilai-nilai yang berkembang di masyarakat dengan yang diajarkan di sekolah.

Sutari Imam Barnadib (Arif Rohman, 2009: 105-106) mengatakan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pendidikan. Peserta didik sangat tergantung dan membutuhkan bantuan dari orang lain yang memiliki kewibaan dan kedewasaan. Sebagai anak, peserta didik masih dalam kondisi lemah dan belum bisa hidup mandiri jika dibadingkan dengan orang dewasa, akan tetapi dalam dirinya terdapat potensi dan bakat-bakat yang luar biasa yang akan tumbuh berkembang melalui pendidikan.

Hasbullah (2006: 23) menyatakan bahwa anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Pengaruh yang diberikan bertujuan untuk


(23)

23

membina peserta didik agar dapat berdiri sendiri. Peserta didik membutuhkan bantuan pendidik dalam proses kedewasaannya, yaitu suatu keadaan di mana dia sanggup berdiri sendiri dan betanggung jawab akan dirinya, baik secara individual maupun sosial.

Peserta didik tidak lagi berperan sebagai objek didik, akan tetapi mereka adalah subjek didik yang mempunyai motivasi, semangat, keinginan, ekspresi, cita-cita, dan mempunyai perasaan. Peserta didik ingin mengembangkan diri agar dapat mengatasi permasalahan-permasalahan hidup yang dijumpainya dalam kehidupan. Umar Tirtarahardja Dan La Sulo (Arif Rohman, 2009: 107) menyebutkan ciri-ciri peserta didik yang harus dipahami oleh pendidik adalah sebagai berikut.

a. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas sehingga mereka dikatakan sebagai makhluk yang unik. Mereka memiliki potensi yang berbeda satu sama lain yang dibawanya sejak lahir.

b. Individu yang sedang berkembang, selalu ada perubahan yeng terjadi pada dirinya baik untuk kepentingannya maupun untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.

c. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakukan manusiawi. Peserta didik membutuhkan bantuan orang lain untuk mengembangkan diri meskipun dia telah memiliki potensi dan bakat yang dimilikinya.

d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri. Seorang anak mempunyai keinginan untuk memerdekakan diri. Oleh karena itu, guru


(24)

24

maupun warga masyarakat harus sedikit demi sedikit memberikan kebebasan kepada anak untuk dapat mandiri.

E. Deskripsi Teori Kurikulum

Kurikulum memiliki beberapa pengertian, setiap ahli mengemukakan kurikulum berdasarkan pandangan masing-masing. Oemar Hamalik (2009: 3) menyatakan bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh murid untuk memperoleh ijazah. Lebih lanjut Dakir (2010: 3) menyatakan bahwa:

kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancang secara sistemik atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan siswa untuk mencapai pendidikan.

Wina Sanjaya (2008: 10) mengatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Isi dan bahan pelajaran yang dimaksudkan adalah bahan pelajaran/materi pelajaran untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan oleh sekolah (guru). Pengertian di atas menyatakan bahwa kurikulum mencakup dua hal yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun oleh guru dan implementasi dari rencana yang telah disusun.

Keberhasilan pelaksanaan kurikulum sangat ditentukan oleh guru. Kurikulum utama sudah ditentukan oleh pusat dan guru bertugas untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan keadaan siswa dan kondidsi lingkungan sekitar. Guru bertanggung jawab menyampaikan materi


(25)

25

pembelajaran dan memberikan pengalaman kepada siswa sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Guru dalam mengembangkan kurikulum hendaknya tidak hanya menyampaikan materi pembelajaran saja, melainkan juga mengintegrasikan nilai-nilai demokrasi dalam pembelajaran yang dilakukan. Pelaksanaan kurikulum akan maksimal apabila terjalin kerjasama yang baik antara kepala sekolah, guru, dan siswa. Selain itu, faktor sarana dan pra sarana juga turut mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan kurikulum.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan seperangkat rencana yang telah disusun oleh guru sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran guna mencapai tujuan pendidikan yang sudah ditentukan. Kurikulum berkaitan dengan perencanaan yang dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan pembelajaran dan proses pelaksanaannya.

F. Pengertian Sarana dan Pra Sarana

Keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran salah satunya ditentukan oleh sarana dan pra sarana yang ada. Sarana dan pra sarana mencakup alat dan fasilitas serta lingkungan pendidikan sebagai pendukung proses pembelajaran. Suharno (2008: 30) mengungkapkan bahwa pengertian sarana dan pra sarana pendidikan sebagai berikut.

Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Sedangkan pengertian dari pra sarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang


(26)

26

jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun sekolah, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah digunakan untuk olahraga, maka komponen tersebut merupakan sarana.

Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional khususnya pada pasal 45 menyatakan bahwa setiap satuan pendidikan formal dan non formal menyediakan sarana dan pra sarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan siswa. Sarana dan pra sarana yang terdapat di sekolah harus dapat memfasilitasi perkembangan siswa, sehingga dapat memotivasi mereka untuk aktif dalam pembelajaran dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki untuk mencapai tujuan pendidikan.

Nanik Sulistyowati (2006: 11) mengutarakan sasaran standardisasi sarana pendidikan SD meliputi alat peraga, alat pelajaran, media pembelajaran untuk semua bidang mata pelajaran di SD, sedangkan pra sarana pendidikan SD meliputi bangunan sekolah, perabot sekolah, dan sarana Tata Usaha (TU) sekolah. Sarana dan pra sarana pendidikan diharapkan memenuhi persyaratan dan bermutu sesuai tuntutan kurikulum yang berlaku, penggunaannya dapat optimal dalam proses pembelajaran, penggunaan dapat dipertanggungjawabkan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sarana adalah segala fasilitas yang digunakan secara langsung dalam proses kegiatan belajar mengajar, sedangkan pra sarana adalah segala sesuatu yang tidak digunakan


(27)

27

dalam proses belajar mengajar, akan tetapi sebagai penunjang terlaksananya kegiatan belajar mengajar. Sarana dan pra sarana sangat penting untuk mendukung proses keberhasilan belajar mengajar, jika tanpa didukung dengan sarana dan pra sarana yang memadai tentu akan menghambat sekolah dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.

G. Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian UU No. 20 Th 2003 pasal 4 ayat 1 tentang penyelenggaraan pendidikan

SDN Kiyaran 2

Kebijakan sekolah Visi Misi

Kepala sekolah Guru Siswa

Nilai Demokrasi

Pelaksanaan Nilai Demokrasi

Hambatan Pelaksanaan Nilai Demokrasi


(28)

28 H. Pertanyaan Penelitian

1. Pelaksanaan Nilai Demokrasi di SD Negeri Kiyaran 2

a. Mengapa SD Negeri Kiyaran 2 menanaman nilai demokrasi kepada peserta didik?

b. Bagaimana pelaksanaan nilai demokrasi di SD Negeri Kiyaran 2 Desa Wukirsari Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman?

2. Hambatan Pelaksanaan Nilai Demokrasi di SD Negeri Kiyaran 2

a. Mengapa guru masih mengalami hambatan dalam pelaksanaan nilai demokrasi di SD Negeri Kiyaran 2 Desa Wukirsari Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman?

b. Bagaimana cara guru meminimalisasi hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan nilai demokrasi di SD Negeri Kiyaran 2 Desa Wukirsari Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman?


(29)

29 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Nana Syaodih Sukmadinata (2010: 60) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Sependapat dengan Nana Syaodih, Bogdan dan Taylor (Lexy J. Moleong, 2005: 4) mengungkapan bahwa penelitian kualitiatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Berdasarkan uraian di atas, pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Pendekatan ini digunakan agar peneliti dapat menemukan data yang bersifat deskriptif mengenai pelaksanaan nilai demokrasi dan hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan nilai demokrasi di SD Negeri Kiyaran 2.

Penelitian ini termasuk dalam penelitian studi kasus karena peneliti ingin mengungkapkan kegiatan yang dilakukan SDN Kiyaran 2 dalam melaksanakan nilai demokrasi dan hambatan yang dihadapi sekolah dalam pelaksanaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pelaksanaan nilai demokrasi dan hambatan yang dihadapi SD Negeri Kiyaran 2 dalam melaksanakan nilai demokrasi di sekolah.


(30)

30 B. Subjek dan Objek Penelitian

Pemilihan subjek dalam penelitian ini dilakukan dengan cara purposive yaitu pengambilan sumber data atas dasar pertimbangan dan tujuan tertentu. Pertimbangan tertentu ini berarti orang yang dijadikan subjek adalah orang yang dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan peneliti, atau dia adalah penguasa sehingga dapat memudahkan peneliti menjelajahi situasi sosial yang diteliti.

Beberapa subjek penelitian yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah, antara lain.

1. Kepala sekolah

Kepala sekolah merupakan pemimpin yang menentukan kebijakan yang akan diterapkan di sekolah, mengetahui program-program yang ditujukan untuk mewujudkan visi dan misi. Kepala sekolah sebagai sumber data tentang hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan nilai demokrasi serta upaya yang dilakukan untuk mengatasinya.

2. Guru kelas satu

Subjek penelitian yang kedua adalah guru kelas satu. Guru kelas satu dipilih karena lebih tahu keadaan siswa dan proses pembelajaran yang terjadi di kelas satu. Peneliti mengambil subjek penelitian guru kelas satu karena guru tersebut terlibat secara langsung dalam pembelajaran di kelas satu, memahami cara penyampaian nilai demokrasi kepada siswa terutama di kelas satu dan mempunyai waktu luang untuk melakukan wawancara. Guru kelas sebagai sumber data tentang pelaksanaan nilai demokrasi dan


(31)

hambatan-31

hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan nilai demokrasi ketika pembelajaran berlangsung di kelas satu, serta upaya dalam mengatasi hambatan yang dihadapi.

3. Guru kelas enam

Subjek penelitian yang ketiga adalah guru kelas enam. Guru kelas enam dipilih karena lebih tahu keadaan siswa dan proses pembelajaran yang terjadi di kelas. Peneliti mengambil subjek penelitian guru kelas enam karena guru kelas enam yang terlibat secara langsung dalam pelaksanaan nilai demokrasi dalam kegiatan pembelajaran, memahami karakter siswa kelas enam, mempunyai waktu luang untuk wawancara dan merupakan guru yang paling lama mengajar di SD Negeri Kiyaran 2. Guru kelas enam sebagai sumber data tentang pelaksanaan nilai demokrasi dan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan nilai demokrasi, serta upaya dalam mengatasi hambatan yang dihadapi

4. Perwakilan Siswa

Siswa sebagai sumber data dalam pelaksanaan nilai demokrasi di dalam kegiatan proses belajar mengajar. Siswa yang dijadikan subjek penelitian pada tahap observasi adalah siswa kelas satu dan kelas enam. Subjek penelitian dalam tahap wawancara sebanyak enam siswa yang terdiri dari tiga siswa kelas satu dan tiga siswa kelas enam. Pemilihan siswa berdasarkan pada pertimbangan kognitif (kemampuan tinggi, sedang, dan rendah) dan siswa tersebut mau memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti. Siswa kelas


(32)

32

satu sebagai perwakilan kelas rendah dan kelas enam sebagai perwakilan kelas tinggi.

Peneliti memilih siswa kelas satu karena kelas satu merupakan masa paling awal dalam pendidikan dasar. Kelas satu merupakan tahun pertama peralihan dari pendidikan anak usia dini ke sekolah dasar, di mana siswa masih pada tahap meniru dan mudah untuk belajar. Siswa tersebut secara langsung terlibat dalam permasalahan yang diteliti, sehingga dapat memberikan data dan informasi yang diperlukan, yaitu data tentang pelaksanaan nilai demokrasi di dalam kegiatan belajar mengajar. Kalimat dalam wawancara dengan siswa kelas satu dibuat menggunakan kalimat yang lebih sederhana daripada wawancara dengan guru, agar siswa lebih mudah dalam memahami maksud peneliti.

Kelas enam merupakan tahun terakhir dalam pendidikan dasar. Siswa kelas enam sudah mulai memasuki masa remaja di mana siswa dalam masa itu akan berusaha mencari jati diri. Pelaksanaan nilai demokrasi dirasa sangat penting untuk membantu siswa dalam proses mencari jati diri agar tidak melakukan penyimpangan-penyimpangan yang tidak diinginkan baik selama masih berada di sekolah dasar maupun tingkat selanjutnya. Siswa kelas enam terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran yang diteliti, sehingga diharapkan dapat memberikan informasi tentang pelaksanaan nilai demokrasi di kelas enam dalam kegiatan belajar mengajar.

Objek penelitian adalah hal yang diteliti dari subjek penelitian. Objek penelitian ini adalah pelaksanaan nilai demokrasi dan hambatan guru dalam


(33)

33

pelaksanaan nilai demokrasi serta hal yang dilakukan untuk meminimalisasi hambatan yang dihadapi di SD Negeri Kiyaran 2 Desa Wukirsari Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada Bulan Februari-April 2014, pada semester genap tahun ajaran 2013/2014 di SD Negeri Kiyaran 2 Desa Wukirsari Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman. Peneliti mengambil tempat penelitian di SDN Kiyaran 2 karena sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah yang mempunyai visi misi berbasis demokrasi. Pengetahuan tentang nilai demokrasi tidak hanya disampaikan pada saat pembelajaran PKn saja, melainkan juga ditanamkan dalam kegiatan belajar mengajar setiap harinya. Hal ini menjadi kiat sekolah dalam mewujudkan tujuan sekolah yang tidak hanya berorientasi pada kemampuan kognitif saja, melainkan juga mengembangkan afektif siswa dengan menanamkan nilai-nilai demokrasi kepada peserta didik.

D. Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2012: 309) menyatakan teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuisioner (angket), dokumentasi dan gabungan dari keempatnya. Penelitian ini menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan data yang sesuai dengan


(34)

34

pokok pemasalahan yaitu hambatan guru dalam pelaksanaan nilai demokrasi di SD Negeri Kiyaran 2. Uraian dari pengumpulan data dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Wawancara

James A. Black dan Dean J. Champion (2009: 306) mengungkapkan bahwa wawancara adalah suatu kegiatan komunikasi verbal dengan tujuan mendapatkan informasi. Percakapan berlangsung antara dua orang, yaitu yang mengajukan pertanyaan dan yang bertugas menjawab pertayaan.

Lexy J. Moleong (2005: 186) mengungkapkan wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Guba dan Licoln (Lexy J. Moleong. 2005: 188-191) menyebutkan macam-macam wawancara, yaitu wawancara oleh tim atau panel, wawancara tertutup dan terbuka, wawancara riwayat secara lisan, wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur.

Teknik wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh pesan atau keterangan tentang informasi dalam pengumpulan data berupa hambatan guru dalam pelaksanaan nilai demokrasi di SD Negeri Kiyaran 2. Wawancara pada penelitian ini dilakukan secara terstruktur dan terbuka. Peneliti menetapkan masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan untuk mendapatkan data. Peneliti juga dapat mengembangkan pertanyaan-pertanyaan untuk mengungkapkan data.


(35)

35 2. Observasi

Nana Syaodih Sukmadinata (2010: 220) mengungkapkan bahwa observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi dapat dilakukan secara partisipatif dan non partisipatif. Observasi partisipatif, peneliti ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung, sedangkan observasi non partisipatif, peneliti tidak ikut serta dalam kegiatan. Peneliti hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan.

Observasi dalam penelitian ini menggunakan jenis observasi non partisipatif. Peneliti berada di tempat sekitar subjek yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Peneliti melakukan observasi terhadap perilaku subjek terkait aktivitas belajar mengajar yang memuat nilai-nilai demokrasi, mengamati sikap subjek, situasi sosial di mana kegiatan itu terjadi. Observasi dalam penelitian ini dilakukan secara langsung kemudian mencatat perilaku dan kejadian-kejadian yang terjadi dalam catatan lapangan. 3. Kajian Dokumen dan Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan dan menganalisis dokumen-dokumen baik gambar, tertulis, maupun elektronik. Wawancara dan pengamatan akan lebih sahih apabila disertai dengan bukti berupa dokumentasi.


(36)

36 E. Instrumen Penelitian

Peneliti bertindak sebagai instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2012: 305). Peneliti bertindak sebagai instrumen utama dalam penelitian ini. Peneliti merupakan alat (instrumen) pengumpul data utama, karena peneliti dapat berhubungan secara langsung dengan informan atau objek lainnya, serta mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan.

Instrumen dalam penelitian ini disusun oleh peneliti dengan bimbingan dosen pembimbing. Instrumen dikembangkan menjadi indikator-indikator yang digunakan untuk mengambil data di lapangan. Peneliti menggunakan tiga alat bantu (instrumen penelitian) untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, sebagai berikut.

1. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara digunakan supaya proses wawancara tidak menyimpang dari tujuan penelitian sehingga diperoleh informasi dari nara sumber yang sudah ditentukan. Pedoman wawancara disusun berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang hendak diteliti.

Pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pedoman wawancara untuk kepala sekolah, guru, dan siswa. Pedoman wawancara terlampir di halaman 84. Pedoman wawancara akan dijelaskan pada uraian berikut.

a. Pedoman wawancara untuk kepala sekolah bertujuan untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi guru dalam pelaksanaan nilai


(37)

37

demokrasi dan upaya sekolah dalam meminimalisasi hambatan yang dihadapi.

b. Pedoman wawancara guru bertujuan untuk mengungkapkan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan nilai demokrasi ketika pembelajaran berlangsung di kelas, baik kelas tinggi maupun kelas rendah serta upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi hambatan yang dihadapi.

c. Pedoman wawancara untuk siswa bertujuan mengungkapkan tentang hambatan pelaksanaan nilai demokrasi di dalam proses belajar mengajar di kelas dan di luar kelas.

2. Pedoman Observasi

Pedoman observasi digunakan untuk mendapat data lebih mendalam tentang hambatan pelaksanaan nilai demokrasi di SD Negeri Kiyaran 2. Adapun pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini terlampir di halaman 92.

3. Pedoman Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mendukung data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi. Dokumentasi berupa file, gambar, hasil rekaman wawacara lain sebagainya. Dokumentasi juga dilakukan untuk merekam dalam proses wawancara sehingga dapat membantu peneliti dalam mengumpulkan data. Hasil rekaman dapat membantu peneliti dalam melengkapi data yang belum tercatat saat wawancara berlangsung. Pedoman dokumentasi terlampir di halaman 95.


(38)

38 F. Teknik Analisis Data

Sugiyono (2012: 335) menjelaskan tentang analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dengan mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami. Analisis data kualitatif bersifat induktif yaitu analisis berdasarkan hasil yang diperoleh sehingga diperoleh pola atau hipotesis.

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif kualitatif. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan saat pengumpulan data dan setelah selesai pengumpulan data. Analisis ini mendeskripsikan hambatan yang dihadapi guru dalam pelaksanaan nilai demokrasi di SD Negeri Kiyaran 2 Desa Wukirsari Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman. Data yang diperoleh berupa tulisan atau gambar yang merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian.

Miles dan Huberman (Sugiyono, 2012: 334) menyatakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Miles dan Huberman yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Teknik analisis data dijelaskan melalui beberapa langkah sebagai berikut.


(39)

39

1. Reduksi Data

Kegiatan reduksi data dalam penelitian ini bertujuan untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung terus-menerus selama penelitian ini berlangsung. Data yang ditemukan dalam proses observasi, wawancara, dan dokumen serta dokumentasi merupakan data yang masih kompleks dan kasar, sehingga peneliti perlu memilah data yang relevan agar dapat digunakan yaitu dengan memilih data pokok yang mengarah pada permasalahan penelitian tentang pelaksanaan nilai demokrasi dan hambatan yang dihadapi SDN Kiyaran 2. Oleh karena itu, peneliti merangkum, memilih hal-hal pokok dan membuang data yang tidak diperlukan, sehingga setelah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas tentang data yang digunakan dan mempermudah peneliti dalam pengumpulan data selanjutnya.

2. Penyajian Data (data display)

Penyajian data dalam penelitian ini yaitu sekumpulan informasi atau data-data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel. Tujuan dari penyajian ini adalah mempermudah peneliti dalam mendeskripsikan suatu peristiwa yang memberikan kemungkinan dalam penarikan kesimpulan berupa hambatan guru dalam pelaksanaan nilai demokrasi di SDN Kiyaran 2.

3. Menarik Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini hanya bersifat sementara, dan akan berubah jika ditemukan bukti-bukti yang kuat


(40)

40

mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Jika kesimpulan yang ditemukan pada tahap awal didukung bukti-bukti yang valid dan konsisten, maka kesimpulan yang ditemukan adalah kesimpulan yang valid berupa hambatan guru dalam pelaksanaan nilai demokrasi di SDN Kiyaran 2. Secara skematis proses analisis data menggunakan model analisis data interaktif Miles dan Huberman dapat dilihat pada bagan berikut.

G. Teknik Keabsahan Data

Data yang diperoleh dari penelitian kualitatif dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaannya antara yang dilaporkan peneliti dengan yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Lexy J. Moleong (2005: 330), trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memafaatkan sesuatu lain dari luar untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data-data tersebut. Nana Syaodih Sukmadinata (2010: 373) menyebutkan terdapat tiga macam triangulasi data, yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu.

Pengumpulan Data

Penyajian Data

Reduksi Data

Verifikasi/ Penarikan Kesimpulan


(41)

41

Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan teknik. Triangulasi sumber untuk menguji keabsahan data dilakukan dengan mengecek dan membandingkan data yang diperoleh dari satu informan dengan informan lain. Sedangkan triangulasi teknik dilakukan dengan membandingkan data dari hasil wawancara dengan pengamatan dan dokumentasi. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan data yang reliabel yang didasarkan pada realitas yang ada.


(42)

42 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi Visi dan Misi SD Negeri Kiyaran 2

SD Negeri Kiyaran 2 merupakan sekolah dasar negeri yang terletak di Dusun Sembungan Desa Wukirsari Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman. SD Negeri Kiyaran 2 ini sudah berdiri sejak tahun 1970. Jumlah siswa yang sekarang bersekolah di SD Negeri Kiyaran 2 sebanyak 102 siswa yang terdiri dari 56 siswa laki-laki dan 46 siswa perempuan. SD Negeri Kiyaran 2 mempunyai 12 staff pengajar yang terdiri dari enam PNS termasuk kepala sekolah dan 6 guru bantu termasuk guru olahraga, agama, dan kesenian. SD Negeri Kiyaran 2 mempunyai visi dan misi yang mengedepankan akademik tanpa meninggalkan karakter yang sekarang ini harus dimiliki oleh setiap orang terutama insan pendidikan. Visi SD Negeri Kiyaran 2 yaitu unggul dalam prestasi berlandaskan IMTAK dan IPTEK.

Berdasarkan visi tersebut, misi sekolah dirumuskan menjadi sebagai berikut: (1) menciptakan proses belajar mengajar yang efektif sehingga potensi siswa berkembang secara optimal, (2) melaksanakan bimbingan belajar secara kontinyu dan menyeluruh dan sesuai dengan potensi anak, (3) menciptakan situasi dan kondisi sekolah yang kondusif pada semua warga sekolah, (4) menumbuhkan penghayatan terhadap agama yang dianut sebagai sumber perilaku santun, (5) menumbuhkembangkan kreativitas siswa sesuai dengan potensi masing-masing, dan (6) menerapkan manajemen partisipasi aktif pada semua warga sekolah dan komite sekolah.


(43)

43 B.Hasil Penelitian

Bagian ini akan dijelaskan hasil penelitian yang ditemui peneliti di lapangan. Hasil penelitian ini berpedoman pada data yang berasal dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Aspek yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah pelaksanaan nilai demokrasi, hambatan pelaksanaan nilai demokrasi, dan upaya yang dilakukan SD Negeri Kiyaran 2 Desa Wukirsari Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman dalam meminimalisasi hambata yang dihadapi.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pengumpulan data, reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel agar lebih mudah untuk dimengerti dan dipahami. Tabel tersebut dapat dilihat pada lampiran 8. Penelitian ini menggunakan interpretasi data secara deskriptif berupa uraian kalimat sebagai berikut.

1. Pelaksanaan Nilai Demokrasi di SD Negeri Kiyaran 2 a. Tujuan Pelaksanaan Nilai Demokrasi

SD Negeri Kiyaran 2 menanamkan nilai-nilai demokrasi kepada peserta didik pasti mempunyai tujuan tertentu. Mencermati analisis hasil wawancara halaman 145 menunjukan bahwa tujuan penanaman nilai demokrasi, agar siswa memahami nilai-nilai demokrasi seperti toleransi, rasa saling menghargai, berpartisipasi, kebersamaan, sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.


(44)

44

Pernyataan di atas didukung dengan pengamatan yang dilakukan peneliti ketika kegiatan belajar mengajar yaitu nilai saling menghargai ditanamkan dengan menegur siswa yang ramai saat guru menjelaskan, guru menasehati siswa yang tidak mau berkelompok agar mau berkelompok dengan siswa yang lain, guru memperlakukan siswa sama tanpa memandang status sosial agar siswa dapat melakukan hal yang sama seperti apa yang dicontohkan oleh guru. Hal serupa peneliti temukan pada dokumen visi misi yang berisi nilai demokrasi seperti toleransi, saling menghargai, dan tidak membeda-bedakan, dokumentasi foto kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan penanaman nilai demokrasi di SD Negeri Kiyaran 2 yaitu agar siswa dapat memahami nilai-nilai demokrasi seperti saling menghargai, toleransi, partisipasi dan tidak membeda-bedakan satu sama lain. Siswa tidak hanya menguasai secara teoritis, akan tetapi juga dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Nilai-nilai demokrasi perlu ditanamkan pada orang lain terutama anak-anak yang masih banyak membutuhkan pengalaman dan pengetahuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekitarnya. Sekolah dasar menjadi salah satu tempat yang tepat digunakan untuk menanamkan nilai-nilai demokrasi kepada peserta didik.

Mencermati analisis hasil wawancara pada halaman 144 yang menyatakan bahwa nilai demokrasi sangat penting dimiliki peserta didik. Penting dimiliki agar siswa dapat menerapkan nilai-nilai demokrasi dalam


(45)

45

kehidupan sehari-hari, seperti saling menghargai dan tidak membeda-bedakan. Pernyataan di atas didukung oleh pengamatan yang dilakukan peneliti pada tanggal 13 Maret 2014 di ruang kelas enam ketika kegiatan belajar mengajar guru menasehati siswa tentang nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan sehari-hari seperti menghormati orang tua, bersikap sopan terhadap siapa saja, dan patuh kepada Bapak/Ibu guru. Guru tidak hanya memberikan contoh nilai-nilai demokrasi di sekolah, akan tetapi juga di lingkungan keluarga dan di masyarakat.

Hasil wawancara dan pengamatan di atas didukung oleh dokumen berupa visi misi yang menjadi pedoman bagi sekolah dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar yang di dalamnya memuat nilai-nilai demokrasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai demokrasi sangat penting dimiliki oleh semua orang terutama siswa. Nilai demokrasi ditanamkan kepada siswa agar siswa dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. b. Pelaksanaan Nilai Demokrasi

1) Nilai demokrasi yang ditanamkan di SD Negeri Kiyaran 2

Nilai-nilai demokrasi yang cukup banyak, dirasa sulit untuk ditanamkan sekaligus kepada peserta didik. Oleh karena itu, pihak sekolah terutama guru hanya mengambil beberapa dari nilai-nilai demokrasi yang dirasa perlu dan dibutuhkan siswa seusia sekolah dasar, meski terkadang nilai-nilai demokrasi yang lain juga ditanamkan. Mencermati analisis hasil wawancara halaman 145 yaitu nilai


(46)

46

demokrasi yang ditanamkan kepada peserta didik di SD Negeri kiyaran 2 adalah toleransi, saling menghargai, dan partisipasi.

Didukung dengan pengamatan yang dilakukan peneliti pada Kamis, 20 Maret 2014 di ruang kelas enam ketika kegiatan belajar mengajar, guru menasehati siswa yang bermain alat tulis saat guru menjelaskan, guru menggunakan metode kelompok untuk mengajarkan kepada anak saling bekerjasama, maju ke depan kelas untuk menuliskan jawaban, saling menghargai pendapat satu sama lain, serta toleransi. Hal ini didukung oleh dokumentasi foto kegiatan belajar mengajar, telaah dokumen berupa misi SDN Kiyaran 2 nomor 4 memuat nilai toleransi, nomor 2 dan 5 memuat nilai saling menghargai, dan nomor 1, 3, 6 memuat nilai tidak membeda-bedakan, RPP yang memuat nilai-nilai toleransi, kerjasama, tanggung jawab, dan disiplin, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai demokrasi yang ditanamkan di SD Negeri Kiyaran 2 yaitu saling menghargai, toleransi, partisipasi dan tidak membeda-bedakan satu sama.

2) Cara penanaman nilai demokrasi kepada peserta didik

SD Negeri Kiyaran 2 merupakan salah satu sekolah dasar yang mengusung nilai-nilai demokrasi dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Berdasarkan analisis hasil wawancara pada halaman 144, menyatakan bahwa SD Negeri Kiyaran 2 menanamkan nilai demokrasi kepada peserta didik. Hal ini sesuai dengan visi misi yang dimiliki SD Negeri Kiyaran 2. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak “S” yang


(47)

47

menyatakan bahwa “ya, karena itu sudah ada dalam visi-misi sekolah

ini. Menjadi program yang saya laksanakan sejak saya mengajar di sekolah ini, sekitar tahun 2005.”

Didukung dengan pengamatan yang dilakukan peneliti di lapangan pada Kamis, 27 Maret 2014 di ruang kelas satu ketika kegiatan belajar mengajar, nilai demokrasi diintegrasikan guru dalam kegiatan pembelajaran. Seperti saat guru menasehati siswa untuk berpamitan kepada orang tua sebelum berangkat sekolah, ketika berkelompok dalam satu kelompok terdiri dari berbagai karakter siswa, jenis kelamin dan IQ yang berbeda, memberikan tepuk tangan ketika ada yang berhasil mendapatkan nilai bagus, mengingatkan teman yang menjahili teman lain, memberikan kesempatan yang sama kepada semua siswa saat tanya jawab, mendengarkan ketika ada teman yang berbicara.

Diperkuat dengan hasil telaah dokumen berupa visi-misi SDN Kiyaran 2 yang memuat nilai-nilai demokrasi, dokumentasi foto kegiatan belajar mengajar, dan RPP pada hari senin 17 Maret 2014 pada karakter yang diharapkan terdapat nilai-nilai demokrasi seperti toleransi, kerjasama, dan percaya diri yang diperoleh peneliti di lapangan, dapat disimpulkan bahwa SD Negeri Kiyaran 2 menanamkan nilai demokrasi kepada peserta didik dengan mengintegrasikan nilai-nilai tersebut ke dalam materi pembelajaran. Penanaman nilai-nilai


(48)

48

demokrasi merupakan wujud pelaksanaan visi dan misi SD Negeri Kiyaran 2.

Seorang guru memerlukan strategi dalam menyampaikan materi pembelajaran agar mudah diterima oleh peserta didik. Begitu pula dalam menyampaikan nilai-nilai demokrasi, guru mempunyai cara tersendiri agar mudah dipahami oleh peserta didik. Sesuai dengan analisis hasil wawancara yang menyatakan bahwa nilai-nilai demokrasi ditanamkan kepada peserta didik diintegrasikan ke dalam pembelajaran dengan memberikan contoh-contoh, memberikan teladan, dan cerita.

Hal serupa dijumpai peneliti ketika melakukan pengamatan pada Kamis, 13 Maret 2014 di ruang kelas enam ketika kegiatan belajar mengajar, guru menasehati siswa agar meningkatkan dalam belajar, beribadah, patuh kepada Bapak/Ibu guru, menghormati orang tua, guru bercerita tentang kenakalan “MET” yang suka mengambil barang orang lain, guru mensehati “MET” agar tidak mengambil milik orang lain tanpa izin, guru juga memberikan teladan kepada siswa saat ada siswa yang menjawab salah, guru tidak langsung menyalahkannya akan tetapi meminta pendapat siswa lain, hal ini menunjukan guru telah memberi contoh bagaimana menghargai pendapat orang lain.

Didukung dengan dokumentasi foto kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat disimpulkan bahwa guru dalam menanamkan nilai demokrasi kepada siswa melalui keteladanan, contoh-contoh dalam


(49)

49

kehidupan sehari-hari dan cerita. Semuanya disesuaikan dengan materi yang hendak disampaikan.

2. Hambatan Pelaksanaan Nilai Demokrasi di SD Negeri Kiyaran 2 a. Hambatan guru dalam melaksanakan nilai demokrasi

1) Kemampuan guru dalam menerapkan nilai demokrasi

Guru di SD Negeri Kiyaran 2 sudah dapat dikatakan memilikinya nilai-nilai demokrasi, akan tetapi belum sepenuhnya dilaksanakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak “S” yang menyatakan “sudah, akan tetapi ya tidak sepenuhnya. Sebagian guru ada yang demokrasinya bagus dan ada yang belum bagus.” Sesuai dengan analisis hasil wawancara halaman 146 yang menunjukan bahwa guru-guru di SDN Kiyaran 2 sudah memiliki nilai-nilai demokrasi, akan tetapi tidak semua guru dapat menerapkan nilai-nilai demokrasi dalam kegiatan belajar mengajar.

Hal serupa peneliti temukan ketika pengamatan di lapangan selama beberapa kali bahwa guru di SD Negeri Kiyaran 2 saling menghormati kepada sesama guru dengan berjabat tangan ketika berjumpa pada pagi hari, membantu guru lain yang mengalami kesulitan dalam menggunakan komputer, jika ada guru yang sedang menyelesaikan administrasi atau telat datang ke sekolah, guru yang lain mengisi kelas yang ditinggalkan agar tidak ramai, saling mengingatkan jika ada kekurangan dalam mengelola kelas.

Dalam kegiatan belajar mengajar guru memberikan kesempatan yang sama kepada siswa untuk berpendapat, tidak membeda-bedakan satu sama


(50)

50

lain saat mengajar, tetapi terkadang guru tidak menegur siswa yang tidak memperhatikan, tidak merespon semua pendapat siswa dengan baik, meski menggunakan metode kelompok, akan tetapi belum memberikan porsi yang sesuai dengan kemampuan siswa dan beban tugas yang sesuai dengan jumlah kelompok. Pengamatan yang dilakukan peneliti tertuang pada catatan lapangan Kamis, 3 April 2014, guru belum menjalankan tugasnya dengan baik seperti meninggalkan siswa kelas tiga dan kelas empat di ruang perpustakaan tanpa dijelaskan materinya terlebih dahulu dan tanpa pengawasan ketika mengerjakan tugas yang diberikan.

Penjelasan di atas didukung dengan dokumentasi foto kegiatan siswa dalam belajar mengajar, dan telaah dokumen tentang profil sekolah nomor 4.3.1 halaman 188 menyatakan bahwa hal yang sudah dicapai

adalah “sekolah kami memiliki pendidik dengan kompetensi yang sangat

memadai untuk memberikan pengalaman belajar dengan kualitas tinggi bagi semua peserta didik, termasuk peserta didik yang mempunyai kebutuhan khusus”. Sedangkan untuk yang belum tercapai yaitu nomor 1.2.1 halaman 181 “pertimbangan potensi kasus setiap individu peserta

didik.” Berdasarkan hasil wawancara, pengamatan yang dilakukan peneliti

di lapangan dan dokumentasi foto, dapat disimpulkan bahwa guru-guru di SD Negeri Kiyaran 2 sudah memiliki nilai-nilai demokrasi seperti saling menghormati, toleransi, partisipasi dan tidak membeda-bedakan satu sama lain terutama antar guru. Akan tetapi jika dihadapkan dengan siswa, guru belum dapat sepenuhnya menanamkan nilai-nilai demokrasi pada siswa.


(51)

51 2) Kurikulum

a) Kemampuan guru dalam menyusun RPP

Kurikulum merupakan hal yang penting dalam kegiatan belajar mengajar. Kurikulum digunakan guru sebagai pedoman dalam mengajar. Seorang guru dituntut untuk dapat membuat perencanaan sebelum mengajar atau sering disebut dengan RPP. Analisis hasil wawancara halaman 147 menunjukan bahwa guru masih mengalami kesulitan dalam menyusun RPP, hal ini dibuktikan dengan RPP yang digunakan selama ini bukan hasil perencanaan guru sendiri akan tetapi membeli paket RPP yang sudah jadi melalui internet. Guru hanya mengubah skenario sesuai dengan karakter guru masing-masing. Hal ini disebabkan oleh kemampuan dan motivasi guru yang kurang dan waktu yang terbatas. Sesuai pernyataan Ibu “UM” yang menjelaskan bahwa,

“Kalau RPP, saya terus terang ini, Mbak. Saya tidak membuatnya sendiri, jadi sudah ada. Ketika tak baca-baca saya kira juga seperti itu. Soalnya, kalau waktu saya gunakan untuk membuat RPP, tidak ada waktu dan saya sudah tidak mampu lah. Beban saya dalam keluarga, tugas sekolah dan sebagainya sehingga tidak cukup untuk membuat RPP. Kalau nilai-nilai seperti itu ya menyesuaikan kondisi saja, kalau pas buku panduannya tentang cerita-cerita anak atau dongeng ya saya sampaikan.”

Pernyataan di atas didukung oleh pengamatan yang dilakukan peneliti pada Kamis, 20 Maret 2014 di ruang kelas enam, guru dalam menyampaikan materi tidak sesuai dengan RPP yang ada. Pada RPP tertulis materi musim, penghitungan berat dan kewajiban anak disampaikan pada hari Senin, 17 Maret 2014 akan tetapi disampaikan pada Kamis, 20 Maret 2014. Pengamatan yang dilakukan peneliti pada Kamis,


(52)

52

27 Maret 2014, guru belum mempersiapkan materi yang akan diajar, sebelum mengajar beliau mencari buku kumpulan RPP kelas satu dan membuka kegiatan tanggal 27 Maret, di RPP temanya adalah kesehatan, pelajaran IPS yang seharusnya mendeskripsikan rumah sehat menjadi mendeskripsikan segitiga. Guru belum mempersiapkan alat peraga yang digunakan untuk menjelaskan macam-macam bangun seperti segitiga, tabung dan kotak.

Hal serupa ditemui peneliti pada dokumentasi foto kegiatan belajar mengajar, RPP pada tanggal 17 Maret 2014, RPP pada tanggal 27 Maret 2014 tidak disebutkan secara jelas alat peraga yang digunakan. Profil sekolah nomor 2.2.2 halaman 182 menyebutkan bahwa hal yang belum tercapai adalah “penyusunan RPP memperhatikan karakteristik gender, tingkat intelektual, bakat, potensi, emosi, kebutuhan khusus, dan direview

bersama para ahli.” Mencermati hasil wawancara, pengamatan dan

dokumen, dapat disimpulkan bahwa guru belum mampu menyusun RPP terutama yang mengintegrasikan nilai-nilai demokrasi karena kemampuan guru yang kurang dan waktu yang dimiliki guru terbatas ketika di sekolah.

Sebuah perencanaan membutuhkan metode dalam menyampaikan materi kepada siswa agar mudah dimengerti dan dipahami. Dalam menyampaikan materi terutama mengintegrasikan nilai-nilai demokrasi hendaknya menggunakan metode yang dapat menyatukan berbagai karakter siswa, menyenangkan dan membangkitkan rasa ingin tahu siswa.


(53)

53

Metode yang sering digunakan guru di SDN Kiyaran 2 sesuai dengan analisis hasil wawancara halaman 147 adalah ceramah, tanya jawab, dan berkelompok. Hal serupa dijumpai peneliti ketika melakukan pengamatan pada 6, 13, 20, 27 Maret 2014, metode yang sering digunakan adalah ceramah, tanya jawab, dan kelompok.

Berdasarkan hasil wawancara, pengamatan, dan didukung dengan dokumentasi foto kegiatan belajar mengajar, RPP pada tanggal 17 Maret 2014 dan 27 Maret 2014 tertulis bahwa metode pembelajaran adalah demonstrasi, latihan, ceramah, pemberian tugas, dan tanya jawab, sehingga dapat disimpulkan bahwa guru SD Negeri Kiyaran 2 sering menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan kelompok dalam menyampaikan materi pembelajaran.

b) Kemampuan guru dalam melaksanakan RPP

Seorang guru selain harus membuat RPP, guru juga harus dapat melaksanakan apa yang sudah disusun. Kemampuan guru di SD Negeri Kiyaran 2 dalam melaksanakan RPP seperti yang ada dalam analisis hasil wawancara halaman 147 yaitu guru masih mengalami kesulitan dalam menerapkan RPP yang mengintegrasikan nilai-nilai demokrasi karena kurangnya kemampuan guru dalam memahami keberagaman siswa, media yang belum lengkap, serta kemampuan guru dalam menggunakan media terutama media elektronik masih kurang.

Hal serupa peneliti temukan ketika pengamatan pada hari Kamis, 20 Maret 2014, guru terburu-buru dalam menyampaikan materi kepada siswa


(54)

54

dalam dua jam pelajaran semua materi diberikan sekaligus, sedangkan dalam RPP disampaikan dalam jangka waktu enam jam. Penilaian dalam RPP mencakup penilaian tertulis dan unjuk kerja terkait dengan nilai-nilai, akan tetapi guru hanya melakukan penilaian pada tes tertulis. Guru menggunakan metode berkelompok, akan tetapi guru belum melatih kemandirian siswa dalam berkelompok karena guru selalu ceramah ketika kerja kelompok berlangsung. Guru sering kehabisan waktu untuk menjelaskan karena harus mengingatkan siswa yang tidak memperhatikan. Pada tanggal 27 Maret 2014 guru hanya menggunakan media pembelajaran seadanya seperti toples yang bentuknya tidak tabung dan tempat pensil yang bentuknya tidak kotak sempurna.

Didukung dengan dokumentasi foto kegiatan belajar mengajar, RPP pada tanggal 17 Maret 2014 pada alokasi waktu tertera materi IPA, PKn, Matematika dan SBK disampaikan selama 6 jam pelajaran, di RPP terdapat proses pengaturan tempat duduk akan tetapi tidak dilakukan oleh guru, dalam sumber belajar di RPP dituliskan bahwa dalam pembelajaran mengunakan satu buku pelajaran setiap satu mata pelajaran, penilaian yang dilakukan seharusnya tes tertulis dan unjuk kerka, akan tetapi yang dilakukan hanya tes tertulis. Berdasarkan hasil wawancara, pengamatan dan dokumen, dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru di SDN Kiyaran 2 dalam menerapkan RPP yang sudah direncanakan masih kurang baik. Pelaksanaan pembelajaran tidak seperti apa yang sudah direncanakan dalam RPP karena kemampuan guru dalam mengelola kelas yang kurang,


(1)

71

Hal ini belum sesuai dengan pernyataan Arief S. Sadiman (2001: 2-4) yang menyatakan bahwa sarana dan prasarana yang dapat menunjang terwujudnya nilai demokrasi, seperti tempat duduk yang memudahkan ruang gerak siswa, perpustakaan yang berwarna-warni sehingga menimbulkan keinginan pada siswa untuk menjadikan perpustakaan sebagai sumber belajar, lingkungan belajar yang nyaman dan kondusif, serta menggunakan buku sumber yang beragam, tidak hanya pada satu sumber saja.

b. Upaya Guru dalam Meminimalisasi Hambatan yang Dihadapi

1) Kemampuan guru, hal yang dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan pelaksanaan nilai demokrasi yaitu dengan saling tolong-menolong ketika ada guru yang mengalami kesulitan.

2) Kurikulum, hal yang dilakukan guru ketika mengalami kesulitan dalam merencanakan pembelajaran yaitu dengan membeli RPP dari kelas satu sampai dengan kelas enam dalam satu paket RPP.

3) Sarana dan pra sarana (media pembelajaran), keberhasilan suatu pembelajaran didukung dengan sarana dan pra sarana yang memadai dalam kegiatan belajar mengajar seperti media. upaya yang dilakukan guru untuk meminimalisasi media pembelajaran yang kurang lengkap yaitu dengan membawa benda yang ada di sekitar siswa maupun gambar.


(2)

72 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pelaksanaan nilai demokrasi dan hambatan yang dihadapi SD Negeri Kiyaran 2 Desa Wukirsari Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman, dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Pelaksanaan nilai demokrasi di SD Negeri Kiyaran 2

a. Penanaman nilai demokrasi bertujuan untuk membuat siswa memahami nilai demokrasi, sehingga nantinya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Nilai demokrasi yang ditanamkan yaitu sikap saling menghargai, toleransi, partisipasi dan tidak membeda-bedakan satu sama. Nilai demokrasi ini diintegrasikan ke dalam pembelajaran melalui contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari, keteladanan, dan cerita.

2. Hambatan pelaksanaan nilai demokrasi di SD Negeri Kiyaran 2

a. Kemampuan guru yang masih kurang dalam menyosialisaikan nilai-nilai demokrasi kepada siswa dalam pembelajaran. Kurangnya kemampuan guru dalam membuat RPP yang mengintegrasikan nilai-nilai demokrasi, memilih metode yang sesuai dengan karakteristik siswa, mengimplementasikan RPP dalam kegiatan belajar mengajar. Sarana dan pra sarana yang belum memenuhi seperti ruang kelas yang nyaman, media pembelajaran yang mencakup semua mata


(3)

73

pelajaran dan sesuai dengan kebutuhan siswa, serta buku-buku di perpustakaan yang menarik dan relevan dengan kurikulum yang digunakan.

b. Upaya yang dilakukan guru saat mengalami hambatan dalam melaksanakan nilai demokrasi yaitu, saling tolong-menolong ketika ada guru yang mengalami kesulitan, membeli RPP dari kelas satu sampai dengan kelas enam dalam satu paket RPP, dan membawa benda yang ada di sekitar siswa maupun gambar.

.

B. Saran

Saran yang penulis ajukan berdasarkan simpulan di atas adalah sebagai berikut.

1. Kepala sekolah hendaknya lebih mempertegas kebijakan untuk guru agar meningkatkan kemampuan dalam menyusun dan melaksanakan RPP yang mengintegrasikan nilai-nilai demokrasi melalui diklat, memberikan motivasi yang lebih untuk guru agar selalu meningkatkan kualitas pembelajaran dengan kelompok kerja.

2. Guru hendaknya lebih meningkatkan kemampuan dalam menyusun dan mengimplementasikan RPP yang mengintegrasikan nilai-nilai demokrasi sesuai karakteristik yang dimiliki siswa dengan membaca buku tentang metode pembelajaran yang mengaktifkan siswa dan diskusi dengan guru lain, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mandiri sebagai bentuk menghargai siswanya dalam mengembangkan diri, selalu berpandangan positif pada siswa yang lambat belajar maupun nakal, memberikan


(4)

74

kesempatan bagi siswa untuk berdiskusi baik tentang mata pelajaran tertentu maupun proses pembelajaran lainnya, membuat siswanya percaya diri dengan memberika kepercayaan kepada siswa, serta mendengarkan setiap perkataan siswa sebagai sikap menghargai pendapatnya.

3. Siswa hendaknya lebih meningkatkan kemampuan kognitif dengan banyak membaca dan meningkatkan afektifnya terutama toleransi, saling menghargai dan tidak membeda-bedakan satu sama lain dengan membiasakan diri bersikap sesuai nilai-nilai demokrasi agar tercipta suasana yang harmonis di sekolah dan lingkungan sekitar.


(5)

75 Daftar Pustaka

Abd. Rahman Assegaf. (2004). Pendidikan tanpa Kekerasan Tipologi Kondisi, Kasus dan Konsep. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Arif Rohman. (2009). Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: LaksBang Mediatama.

Arif S. Sadiman. (2001). Paradigma Baru Pengemasan Pendidikan yang Demokratis Ditinjau dari Segi Aspek Kebijakan. Makalah Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran. Malang.

Dakir. (2010). Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta.

Dede Rosyada. (2007). Paradigma Pendidikan Demokrasi: Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Kencana Predana Media Group.

Hasbullah. (2006). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Rev.ed. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Ivonna Indah, dkk. (2003). Pendidikan Budi Pekerti untuk SD. Yogyakarta: Kanisius.

James A. Black dan Dean J. Champion. (2009). Metode dan Masalah Penelitian Sosial. (Alih Bahasa: E. Koswara, Dira Salam, dan Alfin Ruzhendi). Bandung: Refika Aditama.

Lexy J. Moleong. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nana Syaodih Sukmadinata. (2010). Metode Penelitian Tindakan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nanik Sulistyowati. (2006). Administrasi Sarana dan Prasarana Pendidikan. Malang: Depdiknas. Diunduh pada tanggal 3 Februari dari http://ayahalby.files.wordpress.com/2012/10/administrasi-sarana-dan-prasarana-pendidikan1.pdf.

Nurul Zuriah. (2007). Pendidikan Moral & Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara.

Oemar Hamalik. (2009). Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(6)

76

Paul Suparno, dkk. (2004). Pendidikan Budi Pekerti untuk SMP. Yogyakarta: Kanisius.

. (2006). Reformasi Pendidikan sebuah Rekomendasi. Yogyakarta: Kanisius.

Saiful Arif, dkk. (2007). Budaya Politik Demokratis. Malang: Averroes Press. Sjarkawi. (2006). Pembentukan Kepribadian Anak Peran Moral, Intelektual,

Emosional, dan Sosial sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri. Jakarta: Bumi Aksara.

Sri Narwanti. (2011). Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Familia Pustaka Keluarga.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Suharno. (2008). Manajemen Pendidikan (Sebuah Pengantar bagi para Calon Guru). Surakarta: UNS Press.

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Depdiknas.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Wina Sanjaya. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran.Bandung: Kencana Predana Media Group.

Winarno. (2010). Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi Aksara.

Zamroni. (2001). Pendidikan untuk Demokrasi: Tantangan Menuju Civil Society. Yogyakarta: BIGRAF Publishing.

. (2009). Pendidikan Demokrasi pada Masyarakat Multikultural. Yogyakarta: Surya Sarana Grafika.