UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MENGGUNAKAN MEDIA OBJEK LANGSUNG PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KIYARAN 2 CANGKRINGAN SLEMAN.

(1)

i

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MENGGUNAKAN MEDIA OBJEK LANGSUNG PADA SISWA

KELAS I SD NEGERI KIYARAN 2 CANGKRINGAN SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Pamungkas Sari Dhian Nurcahyowati NIM 10108244033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

Jika tidak dapat berkata, menulislah, maka tulisan itu akan berbicara lebih dari apa yang akan kau katakan (peneliti).


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang selalu memberikan jalan dan kemudahan, sehingga skripsi ini telah selesai disusun. Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Kedua orang tua beserta keluarga besar yang telah memberikan doa, kasih sayang, motivasi, serta perhatian selama ini.

2. Almamater SI PGSD Universitas Negeri Yogyakarta 3. Agama, nusa dan bangsa


(7)

vii

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MENGGUNAKAN MEDIA OBJEK LANGSUNG PADA SISWA

KELAS I SD NEGERI KIYARAN 2 CANGKRINGAN SLEMAN

Oleh

Pamungkas Sari Dhian Nurcahyowati NIM 10108244033

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis permulaan menggunakan media objek langsung dan (2) meningkatkan hasil kemampuan menulis permulaan menggunakan media objek langsung siswa kelas I SD Negeri Kiyaran 2 Cangkringan Sleman.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas I SD Negeri Kiyaran 2 Cangkringan Sleman tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 21 siswa. Desain penelitian ini mengacu pada desain penelitian tindakan kelas Kemmis dan Mc Taggart yang meliputi: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) tes dan (2) observasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif dan kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran menulis permulaan menggunakan media objek langsung dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis permulaan. Peningkatan dapat dilihat dari skor observasi aktivitas siswa pada prasiklus yaitu 34,37 menjadi 55,20 pada siklus I, sehingga mengalami peningkatan sebesar 20,83. Siklus I yaitu 55,20 menjadi 80,20, sehingga mengalami peningkatan sebesar 25. Penggunaan media objek langsung dapat meningkatkan hasil kemampuan menulis permulaan siswa. Peningkatan dapat dilihat dari nilai rata-rata kemampuan menulis permulaan siswa pada prasiklus yaitu 59,91 menjadi 68,19 pada siklus I, sehingga mengalami peningkatan sebesar 8,38. Nilai rata-rata kemampuan menulis permulaan siswa pada siklus I yaitu 68,19 menjadi 81,81 pada siklus II, sehingga mengalami peningkatan sebesar 13,62.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir skripsi dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Permulaan Menggunakan Media Objek Langsung pada Siswa Kelas I SD Negeri Kiyaran 2 Cangkringan Sleman” untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta dengan lancar.

Penyusunan tugas akhir skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak dan Ibu berikut.

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah berkenan memfasilitasi selama penulis menempuh studi.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan untuk pelaksanaan kegiatan penelitian.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah memberikan motivasi dan bantuan kepada penulis dalam penyusunan tugasakhir skripsi.

4. Bapak Mardjuki, M.Si. selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan dalam penyeselaian tugas akhir skripsi.

5. Ibu Murtiningsih, M. Pd dan Ibu Dr. Enny Zubaidah, M. Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing serta mengarahkan penulis dalam penyusunan tugas akhir skripsi ini.


(9)

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Batasan Masalah... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Menulis Permulaan ... 12

1. Pengertian Menulis... 12

2. Pengertian Kemampuan Menulis Permulaan ... 13

3. Tujuan Menulis Permulaan ... 16

4. Media Pembelajaran Menulis Permulaan... 19

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Menulis Permulaan ... 20


(11)

xi

7. Langkah-langkah Pembelajaran Menulis Permulaan ... 26

8. Pembelajaran Kemampuan Menulis Permulaan di SD ... 31

9. Penilaian Kemampuan Menulis Permulaan ... 33

B. Karakteristik Anak Kelas I SD ... 34

C. Media Pembelajaran Objek Langsung ... 40

1. Pengertian Media Pembelajaran ... 40

2. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ... 41

3. Hakikat Media Pembelajaran Objek Langsung... 44

4. Jenis-jenis Media Objek Langsung ... 46

5. Karakteristik Media Objek Langsung ... 48

6. Keunggulan Media Objek Langsung ... 49

D. Penggunaan Media Objek Langsung dalam Pembelajaran Menulis Permulaan... 51

E. Kerangka Pikir ... 55

F. Hipotesis Tindakan... 58

G. Definisi Operasional... 58

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 59

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 60

C. Setting Penelitian ... 61

D. Desain Penelitian ... 61

E. Teknik Pengumpulan Data ... 66

F. Instrumen Penelitian... 68

G. Teknik Analisis Data ... 71

H. Kriteria Keberhasilan ... 72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 74

1. Hasil Pengamatan Kondisi Awal ... 74

2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 76

a. Perencanaan Tindakan Siklus I ... 76


(12)

xii

c. Observasi Pembelajaran Menulis Permulaan Siklus I ... 85

d. Refleksi Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 89

3. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 94

a. Revisi Perencanaan Tindakan Siklus II ... 94

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 94

c. Observasi Pembelajaran Menulis Permulaan Siklus II ... 104

d. Refleksi Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 106

B. Pembahasan ... 109

C. Keterbatasan Penelitian ... 117

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 119

B. Saran ... 120

DAFTAR PUSTAKA ... 121


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Pedoman Penilaian Kemampuan Menulis Permulaan ... 68

Tabel 2. Kisi-kisi Pedoman Penilaian Kemampuan Menulis Permulaan ... 69

Tabel 3. Klasifikasi Nilai Kemampuan Menulis Permulaan ... 70

Tabel 4. Pedoman Penilaian Observasi Aktivitas Siswa ... 70

Tabel 5. Kisi-kisi Skor Penilaian Observasi Aktivitas Siswa ... 71

Tabel 6. Klasifikasi Skor Penilaian Observasi Aktivitas Siswa ... 71

Tabel 7. Skor Penilaian Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 87

Tabel 8. Nilai Rata-rata Kemampuan Menulis Permulaan Siklus I ... 88

Tabel 9. Skor Penilaian Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 105


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Bagan Alur Kerangka Pikir ... 57 Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Taggart ... 62 Gambar 3. Diagram Peningkatan Skor Aktivitas Siswa Prasiklus

sampai Siklus I ... 90 Gambar 4. Diagram Peningkatan Kemampuan Menulis Permulaan

Prasiklus sampai Siklus I ... 93 Gambar 5. Diagram Peningkatan Skor Aktivitas Siswa Prasiklus sampai

Siklus II ... 107 Gambar 6. Diagram Peningkatan Kemampuan Menulis Permulaan


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... hall

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 125

Lampiran 2. Rubrik Pedoman Penilaian Kemampuan Menulis Permulaan ... 213

Lampiran 3. Lembar Pedoman Observasi Aktivitas Siswa ... 214

Lampiran 4. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Prasiklus ... 215

Lampiran 5. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 216

Lampiran 6. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 219

Lampiran 7. Skor Penilaian Observasi Aktivitas Siswa ... 222

Lampiran 8. Lembar Penilaian Kemampuan Menulis Permulaan ... 223

Lampiran 9. Nilai Kemampuan Menulis Permulaan Siswa Prasiklus ... 224

Lampiran 10. Nilai Kemampuan Menulis Permulaan Siswa Siklus I ... 225

Lampiran 11. Nilai Kemampuan Menulis Permulaan Siswa Siklus II ... 228

Lampiran 12. Rekapan Nilai Kemampuan Menulis Permulaan Siswa Siklus I ... 231

Lampiran 13. Rekapan Nilai Kemampuan Menulis Permulaan Siswa Siklus II ... 232

Lampiran 14. Tulisan Siswa Rendah ... 233

Lampiran 15. Tulisan Siswa Sedang ... 234

Lampiran 16. Tulisan Siswa Tinggi ... 235

Lampiran 17. Tulisan Siswa Prasiklus ... 236

Lampiran 18. Tulisan Siswa Siklus I ... 237

Lampiran 19. Tulisan Siswa Siklus II ... 238

Lampiran 20. Dokumentasi ... 239

Lampiran 21. Surat Pernyataan Validator Instrumen ... 245

Lampiran 22. Surat Ijin Penelitian Fakultas Ilmu Pendidikan ... 246

Lampiran 23. Surat Keterangan Bappeda ... 247


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran Bahasa Indonesia terbagi menjadi empat aspek pokok kemampuan berbahasa yaitu kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis (Henry Guntur Tarigan, 2008: 1). Pembelajaran bahasa juga merupakan salah satu pembelajaran yang diterima siswa Sekolah Dasar (SD). Bahasa sendiri merupakan rangakaian bunyi yang melambangkan pikiran, perasaan, serta sikap (Sabarti Akhadiah M.K, 1992: 2). Pendapat tersebut sejalan dengan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu untuk menjadikan siswa terampil dalam empat aspek pokok kemampuan berbahasa tersebut yaitu baik kemampuan menyimak, berbicara, membaca, maupun menulis.

Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1996/1997: 48) berpendapat bahwa keempat aspek kemampuan berbahasa tesebut memang saling berkaitan, sehingga merupakan suatu kesatuan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Savage (Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, 1996/1997: 49) mengatakan bahwa mendiskusikan antara menyimak, berbicara, membaca, dan menulis secara terpisah merupakan hal yang tidak wajar karena keempat kemampuan tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Setiap kemampuan tersebut sangat erat kaitannya dengan tiga kemampuan yang lainnya dengan cara yang beraneka ragam.

Pendapat tersebut memang sesuai dengan kenyataan, namun dalam pembelajaran kemampuan berbahasa, keempat aspek kemampuan tersebut


(17)

2

masing-masing memperoleh kesempatan untuk mendapatkan penekanan. Apabila kemampuan menulis yang diajarkan, maka pembelajaran ditekankan pada kemampuan menulis, sedangkan kemampuan membaca, menyimak, maupun berbicara merupakan penunjang, dan seterusnya.

Salah satu bidang garapan pembelajaran bahasa di Sekolah Dasar (SD) yang memegang peranan penting ialah pembelajaran kemampuan membaca dan menulis. Tanpa memiliki kemampuan membaca dan menulis yang memadai sejak dini, anak akan mengalami kesulitan belajar di kemudian hari. Kemampuan membaca dan menulis menjadi dasar utama tidak saja bagi pembelajaran bahasa sendiri, tetapi juga bagi mata pelajaran yang lain. Dengan membaca dan menulis, siswa akan memperoleh pengetahuan yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan daya nalar, sosial, dan emosionalnya (Depdikbud, 1995: 1). Mengingat pentingnya peranan membaca dan menulis tersebut, maka cara guru dalam mengajar membaca maupun menulis harus benar.

Kemampuan menulis merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat produktif yang dapat diartikan sebagai keterampilan yang menghasilkan yaitu dalam bentuk tulisan (Darmiyati dan Budiasih, 1996: 62). Pendapat tersebut memberikan penjelasan bahwa kemampuan menulis merupakan suatu kegiatan yang bersifat kompleks untuk mengungkapkan pikiran atau gagasan dalam bentuk grafis, sehingga keterampilan menulis memang perlu dikembangkan sejak dini dan diharapkan anak akan


(18)

3

mempunyai dasar yang kuat untuk membangun kemampuan-kemampuan dalam menulis tersebut yaitu melalui pembelajaran menulis permulaan.

Pembelajaran menulis permulaan merupakan pembelajaran menulis yang diberikan di kelas I dan II SD. Sesuai dengan kemampuan dan perkembangan kejiwaan siswa, pembelajaran menulis permulaan di kelas I bertujuan agar siswa terampil menulis, sedangkan di kelas II di samping terampil menulis juga bertujuan untuk mengembangkan kemampuan bahasa dan keterampilan berbahasa yang diperlukan siswa untuk menghadapi pelajaran di kelas III, IV, V, dan VI (Depdikbud, 1995: 6).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru yang dilakukan pada siswa kelas I SD Negeri Kiyaran 2 Cangkringan Sleman dapat diketahui bahwa dalam aspek kemampuan menyimak, berbicara, maupun membaca siswa sudah mencapai nilai yang diharapkan, namun dalam aspek kemampuan menulis siswa masih rendah. Hal tersebut berdasarkan data yang diperoleh bahwa dari 21 siswa yang ada, hanya 7 siswa yang mencapai nilai rata-rata kelas yang diharapkan yaitu 70. Dengan demikian, lebih dari 50% dari jumlah siswa di kelas tersebut belum mempunyai kemampuan menulis yang baik. Berlandaskan hal tersebut, maka aspek kemampuan berbahasa yang diteliti yaitu mengenai kemampuan menulis.

Sebagian besar siswa melakukan kesalahan terutama ketidaklengkapan dalam penulisan huruf, kata, atau kalimat sederhana. Bentuk kesalahan penulisan tersebut berupa: (1) mengganti huruf pada penulisan kata, misalnya pada kata “minggu” ditulis “miga, mingu”, kata “sayang” ditulis “sayat”,


(19)

4

kata “teman” ditulis “tman”, (2) mencampurkan huruf kecil dan besar pada

penulisan kata, misalnya kata “karena” ditulis “kaRena”, kata “riko” ditulis

“riKo”, (3) menghilangkan huruf pada penulisan kata, misalnya “bermain”

ditulis ”bemain”, “sangat” ditulis “sang”, kata “bersama” ditulis “beama”,

(4) tidak memberikan spasi di setiap jeda kata, misalnya kalimat “bersama teman” ditulis “bersamateman”, “aku sayang ibu” ditulis

“akusayangibu”, dan (5) menambahkan huruf pada kata, misalnya kata

“setiap” ditulis ”setiyap”.

Siswa mengalami kesulitan menulis kata atau kalimat apabila menulis secara mandiri. Jika siswa diminta untuk menuliskan kata atau kalimat tanpa diberikan contoh oleh guru di papan tulis, siswa merasa kesulitan untuk menuliskan kata atau kalimat tersebut. Selama kegiatan pembelajaran menulis permulaan berlangsung, siswa kurang termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya siswa yang tidak memperhatikan pelajaran, namun justru sibuk bermain bersama teman dan berakibat siswa tidak memahami materi yang disampaikan oleh guru.

Metode yang banyak digunakan guru dalam pembelajaran menulis permulaan adalah ceramah tanpa disertai dengan penggunaan media yang menarik untuk siswa. Media yang digunakan dalam pembelajaran menulis permulaan adalah hanya gambar dan itupun sangat jarang sekali digunakan mengingat keterbatasan media pembelajaran yang ada di kelas tersebut. Media tersebut kurang dapat menarik perhatian siswa dalam pembelajaran menulis


(20)

5

permulaan. Keadaan tersebut menyebabkan siswa merasa bosan dan kurang tertarik dengan pembelajaran menulis permulaan yang berlangsung. Pada saat siswa diberikan tugas dalam menulis, siswa terlihat kurang bersemangat untuk mengerjakannya.

Berdasarkan keterangan guru kelas I mengatakan bahwa siswa masih mengalami kesulitan di dalam melakukan pembelajaran menulis permulaan. Bentuk kesalahan menulis siswa berdasarkan wawancara guru antara lain: (1) mengurangi huruf dalam menulis kata, misalnya kata “bunga” ditulis “buga”,

(2) menulis bentuk huruf dengan terbalik, misalnya huruf “j” ditulis “ “, (3) kesalahan meletakkan huruf dalam menulis, misalnya huruf “g” ditulis “ “, dan (4) tidak memberikan spasi pada setiap jeda kata, misalnya pada kalimat “aku sayang ibuditulis “akusayangibu”.

Guru pernah menggunakan media gambar dalam pembelajaran menulis. Penggunaan media tersebut cukup membantu guru dalam pembelajaran menulis. Kemudian siswa berharap agar di setiap pembelajaran menulis guru menggunakan media. Selama ini pembelajaran menulis di kelas I dilakukan hanya menggunakan media gambar saja. Pembelajaran tersebut dirasa masih kurang efektif dan maksimal untuk memberikan pembelajaran menulis kepada siswa. Masih terdapat banyak anak yang mengalami kesulitan menulis permulaan.

Langkah-langkah pembelajaran menulis permulaan yang dilakukan guru adalah awalnya guru menulis huruf-huruf alfabet dari a sampai z di papan tulis kemudian anak diminta untuk menulis ulang di buku masing-masing. Guru


(21)

6

kemudian menggabungkan beberapa huruf dan membacanya selanjutnya siswa menirukan dan menuliskannya. Namun pada saat guru memberikan kata atau kalimat sederhana yang baru, anak mengalami kesulitan dan melakukan kesalahan dalam menulis.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan menulis permulaan yaitu dengan menggunakan alat bantu atau media pembelajaran. Pentingnya makna dalam rangka memilih dan menentukan alat bantu belajar mengajar atau media pendidikan merupakan salah satu tujuan dalam pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran (Oemar Hamalik, 2010: 80). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemilihan alat bantu atau media dalam mengajar perlu memperhatikan banyak hal termasuk perkembangan tahap berpikir siswa.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dijelaskan bahwa media mempunyai peranan yang cukup banyak dalam pembelajaran. Media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pembelajaran yang kemudian diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar. Apabila guru dan siswa menggunakan alat atau media yang memadai dan baik, maka pembelajaran akan berjalan dengan lebih efektif daripada pembelajaran yang tidak menggunakan media.

Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis permulaan adalah media realita atau disebut dengan media objek langsung. Media objek langsung merupakan media pembelajaran yang berasal dari benda-benda nyata seperti apa adanya asli tanpa perubahan


(22)

7

(Basuki Wibawa dan Farida Mukti, 1992: 55). Media objek langsung juga merupakan media pembelajaran yang berupa objek-objek seperti benda-benda atau fenomena yang ada di sekitar siswa dan disajikan secara langsung atau nyata di depan siswa (Arlis Muryani, 2010: 49.

Salah satu kelebihan dari penggunaan media objek langsung dalam pembelajaran yaitu dapat dijadikan stimulan motivasi sekaligus salah satu cara untuk memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa (Ronald Anderson, 1994: 18). Hal tersebut sejalan dengan pendapat Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1996: 21) yang berpendapat bahwa dalam pembelajaran menulis hendaknya dilakukan dengan cara memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa.

Selain itu, penggunaan media objek langsung sejalan dengan pendapat Piaget (Suharjo, 2006: 39) yang mengemukakan bahwa siswa kelas I SD berada pada tahap berpikir operasional konkret di mana pertumbuhan kognitif anak masih terbatas pada hal-hal yang dilihat secara nyata dan bukan abstrak. Dengan demikian pembelajaran akan dapat memberikan makna dan mudah dipahami oleh siswa.

Prastati dan Trini Irawan Prasetya (2005: 6) berpendapat bahwa pembelajaran dengan media objek langsung akan menyajikan pembelajaran yang lebih memberikan makna bagi siswa. Dengan demikian apabila pembelajaran yang diberikan bermakna bagi siswa, maka akan berdampak positif terhadap proses dan hasil pembelajaran.


(23)

8

Berdasarkan uraian yang dipaparkan di atas, maka dirasa perlu untuk mengadakan penelitian mengenai upaya meningkatkan kemampuan menulis permulaan menggunakan media objek langsung pada siswa kelas I SD Negeri Kiyaran 2 Cangkringan Sleman.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah di bawah ini.

1. Kemampuan menulis permulaan siswa masih rendah dibuktikan lebih dari 50% siswa belum mencapai nilai rata-rata yang diharapkan yaitu 70.

2. Sebagian besar siswa melakukan kesalahan dalam penulisan huruf, kata, dan kalimat sederhana.

3. Siswa mengalami kesulitan penulisan kata atau kalimat secara mandiri. 4. Siswa kurang termotivasi dan kurang berkonsentrasi selama kegiatan

pembelajaran menulis permulaan berlangsung sehingga siswa sibuk bermain bersama teman.

5. Minat siswa terhadap pembelajaran menulis permulaan rendah, sehingga siswa tidak bersemangat dan tugas menjadi tidak terselesaikan tepat waktu.

6. Metode dan media yang digunakan guru dalam pembelajaran menulis permulaan kurang menarik, sehingga menyebabkan siswa merasa bosan.


(24)

9

7. Materi pembelajaran menulis permulaan tidak dikaitkan dengan pengalaman dan lingkungan siswa, sehingga pembelajaran menjadi kurang bermakna bagi siswa.

8. Media belum digunakan secara maksimal dalam pelaksanaan pembelajaran menulis permulaan.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis permulaan menggunakan media objek langsung pada siswa kelas I SD Negeri Kiyaran 2 Cangkringan Sleman.

2. Peningkatan hasil kemampuan menulis permulaan menggunakan media objek langsung pada siswa kelas I SD Negeri Kiyaran 2 Cangkringan Sleman.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka peneliti mengajukan 2 rumusan masalah di bawah ini.

1. Bagaimanakah meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis permulaan menggunakan media objek langsung pada siswa kelas I SD Negeri Kiyaran 2 Cangkringan Sleman?


(25)

10

2. Bagaimanakah meningkatkan hasil kemampuan menulis permulaan

menggunaaan media objek langsung pada siswa kelas I SD Negeri Kiyaran 2 Cangkringan Sleman?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis permulaan menggunakan media objek langsung pada siswa kelas I SD Negeri Kiyaran 2 Cangkringan Sleman, dan

2. meningkatkan hasil kemampuan menulis permulaan menggunakan media objek langsung pada siswa kelas I SD Negeri Kiyaran 2 Cangkringan Sleman.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Secara teori hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan referensi tentang pembelajaran menulis permulaan khususnya siswa kelas I di SD Negeri Kiyaran 2 Cangkringan Sleman. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

Dapat memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran Bahasa Indonesia dalam hal menulis di kelas sehingga permasalahaan yang dihadapi guru maupun siswa dapat diminimalkan.


(26)

11 b. Bagi Siswa

Memberikan pengalaman belajar yang lebih menyenangkan, menarik, dan dapat meningkatkan kemampuan menulis permulaan siswa.

c. Bagi Kepala Sekolah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran menulis permulaan di kelas rendah.


(27)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab II ini akan diuraikan tentang (1) kemampuan menulis permulaan, (2) karakteristik anak kelas I SD, (3) media pembelajaran objek langsung, dan (4) penggunaan media objek langsung dalam pembelajaran menulis permulaan. Keempat hal tersebut diuraikan sebagai berikut.

A. Kemampuan Menulis Permulaan 1. Pengertian Menulis

Menulis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2005: 1946) diartikan sebagai pelahiran pikiran atau perasaan dengan tulisan. Senada dengan hal tersebut, Tarigan dalam Haryadi dan Zamzani (1996: 77) mengemukakan bahwa menulis berarti menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa dan dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut.

Pendapat lain yang disampaikan oleh Sabarti Akhadiah (1989: 12) menyatakan bahwa menulis merupakan pengorganisasian gagasan secara sistematik serta pengungkapannya secara tersurat. Menulis juga dapat diartikan sebagai penuangan isi hati si penulis dalam bentuk tulisan, sehingga maksud hati si penulis dapat diketahui oleh banyak orang.

Syamsudin (Hasani, 2005: 1) mengartikan makna menulis sebagai aktivitas seseorang dalam menuangkan ide-ide, pikiran, dan perasaan


(28)

13

secara logis dan sistematis dalam bentuk tulisan, sehingga pesan tersebut dapat dipahami oleh pembaca.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka menulis dapat diartikan sebagai penurunan lambang-lambang grafis dalam bentuk tulisan yang bertujuan untuk mengungkapkan gagasan atau pikiran seseorang yang terorganisasi secara sistematis, sehingga orang lain dapat memahami maksud dan tujuan penulis. Dengan demikian menulis selain sebagai kegiatan penyampaian gagasan atau ide seseorang, namun juga sebagai sebuah kegiatan yang berfungsi menjadi alat komunikasi secara tidak langsung.

2. Pengertian Kemampuan Menulis Permulaan

Mampu dalam KBBI (2005: 1218) diartikan sebagai bisa atau sanggup melakukan sesuatu. Kemampuan sendiri dapat diartikan sebagai kesanggupan dan kebisaan untuk melakukan hal-hal tertentu. Kemampuan menulis merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang produktif, artinya kemampuan menulis ini merupakan kemampuan yang menghasilkan yaitu dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan kegiatan yang memerlukan kemampuan kompleks. Kemampuan-kemampuan yang diperlukan di antaranya adalah kemampuan berpikir secara teratur dan logis, kemampuan mengungkapkan pikiran atau gagasan secara jelas dengan menggunakan bahasa yang efektif, dan kemampuan menerapkan kaidah tulis-menulis dengan baik (Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, 1996: 62).


(29)

14

Kemampuan-kemampuan yang diperlukan tersebut dapat diperoleh melalui proses yang panjang. Sebelum sampai pada tingkat mampu menulis, siswa harus mulai dari tingkat awal yaitu tingkat permulaan. Tingkat permulaan tersebut dimulai dari pengenalan lambang-lambang bunyi.

Saleh Abas (2006: 125) menyatakan bahwa kemampuan menulis diartikan sebagai kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain dengan melalui bahasa tulis. Ketepatan pengungkapan gagasan harus didukung oleh ketepatan bahasa yang digunakan. Ketepatan kebahasaan sebaiknya didukung oleh konteks dan penggunaan ejaan. Selain itu juga memperhatikan kosa kata dan gramatikal.

Seseorang dikatakan memiliki kemampuan menulis yang baik apabila orang tersebut telah memahami dan mengaplikasikan proses pengungkapan ide, gagasan, dan perasaan dalam tulisan dan mempertimbangkan faktor-faktor antara lain ejaan bahasa, organisasi atau susunan tulisan, keutuhan, kepaduan, tujuan, dan sasaran tulisan (Sabana dan Sunarti, 2000: 36).

Dengan demikian kemampuan menulis dapat diartikan sebagai kesanggupan-kesanggupan seseorang dalam melakukan kaidah-kaidah dalam menulis tertentu sehingga orang tersebut dapat dikatakan mampu untuk menulis.


(30)

15

Kemampuan menulis diajarkan di sekolah dasar dari kelas I sampai dengan kelas VI. Kemampuan tahap awal atau tahap permulaan merupakan kemampuan yang diajarkan di kelas I dan kelas II. Dengan demikian, pembelajaran menulis permulaan dapat diartikan sebagai pembelajaran menulis di kelas I dan II, sedangkan pembelajaran menulis di kelas III sampai dengan VI disebut dengan pembelajaran menulis lanjut (Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, 1996: 62).

Pembelajaran menulis permulaan merupakan pembelajaran yang penting. Hal tersebut dikarenakan pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh pada tingkat permulaan pada pembelajaran menulis permulaan tersebut akan menjadi dasar untuk peningkatan dan pengembangan kemampuan siswa selanjutnya. Apabila dasar itu baik dan kuat, maka dapat diharapkan hasil pengembangannya akan baik pula, dan sebaliknya apabila dasar tersebut kurang baik, maka dapat diperkirakan hasil pengembangannya pun akan kurang baik (Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, 1996: 62)

Kemampuan-kemampuan kompleks dalam menulis diperlukan dan diperoleh dalam waktu yang panjang. Sebelum siswa mampu menulis, siswa harus mulai dari tingkat awal atau permulaan yang dimulai dari pengenalan lambang-lambang bunyi. Pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh pada tingkat permulaan tersebut akan menjadi dasar untuk peningkatan dan pengembangan kemampuan siswa selanjutnya. Apabila


(31)

16

dasarnya baik, maka dapat diharapkan hasil pengembangannya pun akan baik pula.

Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, maka pembelajaran menulis permulaan dapat diartikan sebagai pembelajaran kemampuan menulis yang diberikan di kelas rendah yaitu kelas I dan II yang terdiri dari pengenalan lambang-lambang bunyi sampai dengan menulis kalimat sederhana. Kemampuan-kemampuan dasar yang diperoleh tersebut akan digunakan sebagai dasar bagi pengembangan kemampuan menulis pada tingkat lanjut yaitu di kelas III dan kelas tinggi.

3. Tujuan Menulis Permulaan

Kemampuan menulis merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat produktif yang dapat diartikan sebagai keterampilan yang menghasilkan yaitu dalam bentuk tulisan (Darmiyati dan Budiasih, 1996: 62). Pendapat tersebut memberikan penjelasan bahwa kemampuan menulis merupakan suatu kegiatan yang bersifat kompleks untuk mengungkapkan pikiran atau gagasan dalam bentuk grafis, sehingga keterampilan menulis memang perlu dikembangkan sejak dini dan diharapkan anak akan mempunyai dasar yang kuat untuk membangun kemampuan-kemampuan dalam menulis tersebut yaitu melalui pembelajaran menulis permulaan.

Pembelajaran menulis permulaan merupakan pembelajaran menulis yang diberikan di kelas I dan II SD. Sesuai dengan kemampuan dan perkembangan kejiwaan siswa, pembelajaran menulis permulaan di kelas I


(32)

17

bertujuan agar siswa terampil menulis, sedangkan di kelas II di samping terampil menulis juga bertujuan untuk mengembangkan kemampuan bahasa dan keterampilan berbahasa yang diperlukan siswa untuk menghadapi pelajaran di kelas III, IV, V, dan VI (Depdikbud, 1995: 6).

Sejalan dengan pendapat tersebut Depdikbud (1995: 5) mengungkapkan bahwa tujuan membaca dan menulis pada dasarnya ialah memberi bekal pengetahuan dan kemampuan kepada siswa untuk menguasai teknik-teknik dalam membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik dan dapat menuliskannya dengan baik dan benar. Secara rinci tujuan pembelajaran membaca dan menulis di SD adalah sebagai berikut. a. Memupuk dan mengembangkan kemampuan siswa untuk memahami dan melaksanakan cara membaca dan menulis dengan baik dan benar. b. Melatih dan mengembangkan kemampuan siswa untuk mengenal dan

menuliskan huruf-huruf (abjad) sebagai tanda bunyi dan suara. c. Melatih dan mengembangkan kemampuan siswa agar terampil

mengubah tulisan menjadi suara dan terampil menuliskan bunyi yang didengarnya.

d. Mengenalkan dan melatih siswa mampu membaca dan menulis sesuai dengan teknik-teknik tertentu.

e. Melatih keterampilan siswa untuk memahami kata-kata yang dibaca atau ditulis dan mengingat artinya dengan baik.

f. Melatih keterampilan siswa untuk dapat menatapkan arti tertentu dari sebuah kata dalam konteks kalimat.

g. Memupuk dan mengembangkan kemampuan siswa untuk memahami, menuliskan, menggunakan , dan menikmati keindahan cerita bahasa Indonesia yang sederhana.

h. Mengungkapkan ide atau pesan sederhana secara lisan dan tertulis.

Tujuan menulis siswa di SD yang disampaikan oleh Abdurrahman dan Waluyo (2000: 223) adalah untuk menyalin, mencatat, dan mengerjakan sebagian tugas-tugas yang diberikan di sekolah dengan harapan melatih keterampilan berbahasa dengan baik. Pendapat tersebut


(33)

18

mengisyaratkan bahwa tujuan menulis SD masih bersifat dasar dan penuh dengan latihan. Kemampuan-kemampuan menulis yang dimiliki siswa tersebut akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

Sejalan dengan hal tersebut, Haryadi dan Zamzani (1996: 25) mengungkapkan bahwa pembelajaran menulis permulaan diberikan di kelas 1 dan 2 SD. Sesuai dengan kemampuan dan perkembangan kejiwaan siswa, pembelajaran menulis permulaan di kelas 1 bertujuan agar siswa terampil menulis, sedangkan di kelas 2 di samping agar siswa terampil membaca dan menulis, juga dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan bahasa dan keterampilan berbahasa yang diperlukan siswa untuk menghadapi pelajaran bahasa di kelas 3, 4, 5, dan 6. Selain itu akan terdapat mata pelajaran lain di SD. Keberadaan jumlah dan jenis mata pelajaran tersebut akan membawa konsekuensi dengan munculnya istilah dan ungkapan yang baru.

Tujuan menulis permulaan di SD adalah siswa dapat memahami cara menulis permulaan dengan menggunakan ejaan yang benar dan dapat menyatakan ide atau pesan secara tertulis (Sabarti Akhadiah dkk, 1992: 66). Penekanan menulis permulaan di kelas I terletak pada cara menuliskan a sampai dengan z dalam konteks kalimat sederhana. Siswa diharapkan dapat menuliskan huruf tersebut dengan benar dan tepat. Penekanan pembelajaran menulis permulaan di kelas I baru pada teknik penulisan atau penggambaran huruf-huruf tersebut dan belum menekankan pada cara pemakaiannya.


(34)

19

4. Media Pembelajaran Menulis Permulaan

Pembelajaran menulis permulaan membutuhkan media dalam pembelajarannya guna memudahkan proses penyampaian materi menulis kepada siswa sehingga diharapkan akan mempercepat peningkatan kemampuan siswa dalam menulis permulaan. Guna mengajarkan menulis permulaan terdapat beberapa media yang dapat digunakan antara lain: (1) papan tulis, (2) papan tali, (3) papan selip, (4) papan flanel, (5) gambar, (6) kartu kalimat, (6) kartu suku kata, (7) kartu huruf, (8) kartu nama, (9) papan nama, (10) benda-benda berlabel di sekitar siswa, dan (11) majalah anak-anak. Berikut merupakan uraian dari media tersebut.

a. Papan tulis digunakan oleh guru guna memberikan contoh tulisan yang kemudian akan ditulis oleh siswa pada buku masing-masing. Misalnya menulis huruf, katam atau kalimat sederhana.

b. Papan selip digunakan oleh guru untuk menyelipkan gambar, kartu kata, atau kartu kalimat yang akan disalin oleh siswa atau gambar yang akan dituliskan judulnya oleh siswa.

c. Papan tali digunakan untuk menggantungkan kartu kalimat, kartu kata, kartu suku kata, dan huruf yang akan disalin oleh siswa.

d. Papan flanel sama penggunaannya seperti papan tali dan papan selip, namun kartu dan gambar ditempelkan pada flanel.

e. Majalah anak-anak digunakan untuk menyalin kata atau kalimat sederhana yang ada di dalamnya atau judul yang akan disalin oleh siswa.


(35)

20

f. Papan nama, kartu nama digunakan untuk tugas menyalin siswa. Terdapat banyak bentuk media yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis permulaan yang dapat digunakan untuk mempermudah pembelajaran menulis. Dalam penelitian ini akan digunakan media papan tulis yang dipadukan dengan objek-objek atau benda-benda nyata di sekitar lingkungan siswa.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Menulis Permulaan

Banyak hal-hal tertentu yang mempengaruhi pembelajaran menulis permulaan. Salah satunya tertuang dalam Depdikbud (1995: 9) yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran menulis permulaan perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut.

a. Tingkat perkembangan anak

Perkembangan setiap anak berbeda-beda, baik fisik maupun psikis. Anak usia sekolah dasar pada umumnya mempunyai kecenderungan untuk meniru dan mempunyai perasaan ingin tahu yang sangat besar. Dengan demikian guru hendaknya dapat memanfaatkan kesempatan itu untuk mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan siswa denga memberikan dorongan serta bimbingan yang tepat sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.

b. Tingkat kesiapan anak

Tingkat kesiapan anak dalam menerima pembelajaran berbeda-beda. Anak kelas I yang berasal dari TK lebih siap menerima pelajaran


(36)

21

dari pada yang sama sekali belum pernah bersekolah. Dengan demikian guru hendaknya mmberikan perhatian yang lebih kepada anak yang belum siap agar segera dapat menyesuaikan diri.

c. GBPP mata pelajaran bahasa Indonesia

Guru hendaknya berpedoman pada garis-garis besar program pembelajaran setiap kali melakukan pembelajaran, demikian pula dalam pembelajaran menulis permulaan.

d. Tujuan instruksional khusus

Guru hendaknya berorientasi pada tujuan-tujuan khusus yang dirumuskan sendiri oleh guru dan dituangkan dalam bentuk satuan pendidikan.

e. Sumber bahan pembelajaran

Bahan pembelajaran dapat diambil dari buku-buku yag diterbitkan oleh pemerintah atau terbitan swasta, namun guru jug dapat mengembangkannya sendiri sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. f. Peralatan atau perlengkapan

Alat merupakan sarana yang sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan proses belajar mengajar, sehingga guru hendaknya mempersiapkan peralatan dan perlengkapan tersebut sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Bentuk dari peralatan dan perlengkapan tersebut antara lain adalah kartu gambar, kartu nama, gambar, kartu huruf, kartu suku kata, kartu kata, kartu kalimat, contoh tulisan baku, dan lain-lain.


(37)

22 g. Keaktivan anak

Aktivitas anak hendaknya diperhatikan dalam kegiatan belajar-mengajar. Guru merupakan pencipta kegiatan siswa.

h. Sikap menulis yang benar

Sikap menulis yang dimaksud antara lain dalam hal sikap duduk, penerangan, letak buku, atau cara memegang pensil ketika menulis. i. Metode

Terdapat beberapa metode dalam pembelajaran menulis permulaan yaitu metode abjad, bunyi, suku kata, kata lembaga, global, dan Struktural Analitik dan Sintetik (SAS).

Tingkat perkembangan anak dan peralatan atau perlengkapan termasuk menjadi dua hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran menulis permulaan. Pembelajaran menulis permulaan perlu memperhatikan tingkat perkembangan anak karena akan sulit dilakukan pembelajaran apabila dimulai dari hal yang sulit menuju ke hal yang lebih mudah. Peralatan atau perlengkapan juga perlu mendapat perhatian dalam pembelajaran menulis permulaan. Peralatan tersebut akan menjadi salah satu penyalur informasi dan pesan bagi siswa selain guru.

Perkembangan siswa kelas I SD berada pada tahap operasional konkret di mana siswa akan lebih mudah menerima pengetahuan berdasarkan apa yang di lihatnya secara langsung. Penggunaan media objek langsung merupakan salah satu cara menciptakan pembelajaran


(38)

23

khususnya menulis permulaan yang memudahkan siswa kelas I dalam menerima pembelajaran.

6. Metode Pembelajaran Menulis Permulaan

Persyaratan pembelajaran menulis permulaan seyogyanya siswa sudah mampu membaca apa yang akan dituliskan siswa. Terdapat 6 metode dalam menulis permulaan yang disampaikan Depdikbud (1995: 14) yaitu: (a) metode abjad, (2) metode bunyi, (3) metode suku kata, (4) metode kata lembaga, (5) metode global, dan (6) metode struktural analitik sintesis. Keenam metode tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Metode Abjad

Metode abjad memulai pembelajaran menulis permulaan dengan langkah-langkah:

1) menulis huruf lepas, misalnya i, t, u, b, u, d, i

2) merangkai huruf lepas menjadi suku kata, misalnya i-tu, bu-di 3) merangkai suku kata menjadi kata, misalnya itu, budi, dan 4) menyusun kata menjadi kalimat, misalnya itu budi.

b. Metode Bunyi

Metode bunyi seperti metode abjad. Perbedannya terletak pada pelafalan dan mengeja huruf. Tekniknya sama dengan metode abjad. Perbedaannya terletak pada cara pelafalan atau mengeja huruf.


(39)

24

Metode suku kata mengajarkan menulis permulaan dengan menyajikan kata-kata yang sudah dikupas menjadi suku kata. Kemudian suku kata tersebut dirangkai menjadi kata dan kalimat.

i-tu dibaca itu bu-di dibaca budi

kemudian dirangkai menjadi kalimat “itu budi”. d. Metode Kata Lembaga

Metode kata lembaga memulai pembelajaran menulis dengan langkah berikut:

1) mengenalkan kata, misalnya mina,

2) menguraikan kata menjadi suku kata, misalnya mi-na, 3) menguraikan suku kata atas huruf-huruf, misalnya m-i-n-a, 4) menggabungkan huruf menjadi kata, misalnya mi-na,

5) menggabungkan suku kata menjadi kata, misalnya mina, dan 6) menvariasikan huruf m,i,n,a menjadi kata lain, misalnya amin,

iman. e. Metode Global

Metode global memulai pembelajaran dengan:

1) membaca kalimat secara utuh yang ada di bawah gambar, misalnya ini nani,

2) membaca kalimat tanpa bantuan gambar,


(40)

25

4) menguraikan kata-kata menjadi suku kata, misalnya i-ni na-ni, dan 5) menguraikan suku kata menjadi huruf-huruf, misalnya i-n-i

n-a-n-i.

f. Metode Struktural Analitik dan Sintetik (SAS)

Berikut ini merupakan langkah-langkah pembelajaran dengan merode SAS:

1) guru bercerita dan bertanya jawab dengan murid disertai dengan gambar, misalnya gambar keluarga,

2) membaca beberapa gambar, misalnya ayah, ibu, budi,

3) membaca beberapa kalimat dengan gambar, misalnya di bawah gambar seorang ibu terdapat tulisan “ini ibu budi”,

4) setelah lancar siswa membaca dengan bantuan tanpa gambar, dan 5) menganalisis sebuah kalimat menjadi kata, suku kata, dan huruf

serta mensitesiskan kembali menjadi kalimat.

s

Pembelajaran menulis permulaan mempunyai beberapa metode dalam pelaksanaannya. Dalam penelitian ini mengacu pada metode SAS yang digunakan dalam penelitian pembelajaran menulis permulaan. Namun, tidak menutup kemungkinan akan dikombinasikan dengan metode

ini budi ini budi i-ni bu-di i-n-i b-u-d-i

i-ni bu-di ini budi


(41)

26

yang lain selama sesuai dengan situasi dan kondisi serta tujuan dan materi yang disampaikan dalam pembelajaran menulis permulaan.

7. Langkah-langkah Pembelajaran Menulis Permulaan

Langkah-langkah pembelajaran menulis permulaan terangkai dalam tahapan-tahapan menulis permulaan. Guna memperlancar pelaksanaan pembelajaran menulis permulaan agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai, maka berdasarkan Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) Sekolah Dasar perlu ditempuh dengan berbagai cara yang termudah sampai dengan yang sulit Depdikbud (1995: 39). Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut.

a. Pengenalan huruf

Guru terlebih dahulu mengenalkan bunyi suatu tulisan atau huruf yang terdapat pada kata-kata dalam kalimat sebelum mengajarkan menulis. Dalam pengenalan ini siswa diminta memperhatikan dengan sungguh-sungguh bentuk tulisan dan pelafalannya, baik tulisan cetak huruf lepas atau tegak bersambung. Fungsi pengenalan ini adalah untuk melatih indera siswa dalam mengenal suatu tulisan. Langkah-langkah pengenalan ini misalnya guru akan memperkenalkan huruf a, i, n, dan m yang terdapat pada kata-kata dalam kalimat.

1) Guru menunjukkan gambar seorang ibu beserta dua orang anaknya. Dua anak tersebut bernama nina dan nana.


(42)

27

2) Guru memperkenalkan nama-nama dan menunjukkan gambar nina nana mama.

3) Guru menanyakan mana nina, mana nana, mana mama.

4) Setelah siswa menjawab guru menulis di papan tulis misalnya nina nana mama.

5) Setiap tulisan tersebut kemudian dianalisis dan disintesiskan. 6) Guru menerangkan kepada para siswa tentang bentuk tulisan

tersebut sambil membacakan dengan pengucapan yang benar. Pada waktu menulis di papan tulis hendaknya dilakukan dengan

perlahan-lahan. Siswa memperhatikan dengan seksama. Begitu pula dalam memperkenalkan huruf atau tulisan tegak bersambung. Hal penting dalam pengenalan ini yaitu siswa terlatih

pancainderanya terutama mata dan telinga dalam mengenal bentuk-bentuk dan bunyi dari tulisan. Usahakan huruf yang baru diajarkan benar-benar diperhatikan siswa kemudian diadakan pengulangan sehingga siswa benar-benar mengenal bentuk dan bunyi dari tulisan tersebut.

b. Latihan

Latihan diperlukan agar siswa mengenal dan dapat menulis suatu tulisan dengan baik dan benar. Latihan dapat dilaksanakan dari yang mudah sampai yang sukar. Latihan yang dimaksud adalah sebagai berikut.


(43)

28

Sebelum memasuki pembelajaran, siswa diberi petunjuk, dibimbing, dan dilatih mengenai cara memegang pensil yang baik dan benar, cara meletakkan buku, serta sikap duduk yang benar saat menulis.

2) Latihan gerakan tangan

Siswa hendaknya berlatih membuat garis-garis seperti garis lurus, garis lengkung, lingkaran dan sebagainya sebagai persiapan pembelajaran menulis.

3) Mengeblat

Pelajaran mengeblat merupakan menirukan atau menebalkan suatu tulisan dengan menindas tulisan yang relah ada. Latihan ini dimaksudkan untuk melatih gerakan jari-jari siswa dalam menulis. Tulisan dapat dilakukan dengan memakai karbon, kertas tipis, dan menebalkan tulisan.

c. Menghubungkan titik-titik

Menghubungkan titik-titik dapat dilakukan di buku latihan. Misal menggunakan tulisan yang ada dalam buku latihan kemudian guru member contoh cara menuliskannya di papan tulis . setelah memberikan contoh siswa diminta mengerjakan sendiri di buku latihan. Guru mengawasi dan membimbing siswa.

d. Menatap

Setelah cara duduk, memegang pensil, dan mengenal beberapa huruf, maka siswa perlu diberi pelajaran menatap. Menatap dapat


(44)

29

diartikan sebagai mengadakan koordinasi antara mata, ingatan, dan ujung jari sehingga ingatan akan bentuk kata atau huruf dipindahkan dari otak ke ujung jari. Guru memberikan contoh terlebih dahulu dan siswa diminta menirukannya dengan cara menuliskannya di udara. Saat siswa menirukan menulis di udara, guru memperhatikannya. Pelajaran ini hendaknya dilakukan berulang-ulang sehingga siswa hafal dan cepat menuliskannya.

e. Menyalin

Langkah menyalin tulisan diberikan apabila siswa dianggap oleh guru telah terlatih dalam mengkoordinasikan mata, ingatan, dan jari-jarinya. Tulisan yang disalin dapat berupa hasil tulisan yang terdapat dalam buku pelajaran atau tulisan guru di papan tulis. Pelajaran menulis permulaan di kelas I dititikberatkan pada menyalin apa adanya atau menyalin sesuai dengan tulisan yang ada.

Saat siswa menyalin tulisan, guru hendaknya berkeliling melihat dan memperhatikan tulisan siswa. Apabila terdapat siswa yang membutuhkan bimbingan guru wajib memberikan bimbingan. Selain menyalin tulisan yang ada hendaknmya siswa juga diberikan tugas menyalin tulisan cetak ke tulisan tegak bersambung atau dari tulisan tegak bersambung ke tulisan cetak.

f. Menulis halus

Menulis halus pada dasarnya juga berarti menyalin. Menyalin suatu kalimat atau huruf dengan memperhatikan bentuk, ukuran, dan


(45)

30

tebal tipisnya tulisan secara baik, benar, dan rapi. Ukuran tulian dapat dilihat dari perbandingan dengan pertolongan suatu garis yang dapat dibuat dengan membagi 2 di setiap barisnya.

g. Dikte/Imlak

Pembelajaran dikte diberikan kepada siswa dalam pembelajaran menulis dengan maksud agar dapat mengkoordinasikan anatara ucapan, pendengaran, ingatan, dan ujung jarinya. Dengan demikian ucapan tersebut dapat didengar, diingat, dan dipindahkan dalam bentuk tulisan. Dikte juga dimaksudkan agar siswa memantapkan penulisan huruf yang baru diajarkan dalam kaitannya dengan kata atau kalimat. h. Melengkapi

Terdapat beberapa cara melengkapi dalam langkah menulis permulaan sebagai berikut.

1) Melengkapi dengan huruf

Bertujuan untuk melatih siswa menuliskan g=huruf-huruf yang baru dikenalkan kaitannya dengan kata atau kalimat.

2) Melengkapi dengan suku kata

Langkah ini ditujukan untuk melatih cara pemenggalan kata atas suku-sukunya.

3) Melengkapi dengan kata

Langkah ini bertujuan untuk melatih siswa menuliskan kata-kata sehingga menjadi kalimat yang baik dan benar.


(46)

31

4) Melengkapi dengan mengisi titik-titik dengan kata yang sesuai sehingga menjadi kalimat yang benar.

i. Menulis nama

Siswa diberi tugas untuk menuliskan nama-nama benda, orang, jalan, dan lain-lain yang terdapat di lingkungan sekitarny atau yang terdapat dalam gambar. Dalam penulisan tersebut sebaiknya menggunakan hurf-huruf yang sudah dikenalkan sebelumnya.

j. Mengarang sederhana

Pelajaran mengarang dimaksudkan untuk melatih dayabfikir dan daya nalar siswa. Pelajaran mengarang diberikan secara sederhana yaitu berkisar antara 3-5 baris saja. Guna memudahkan siswa dalam menyusun karangan dibutuhkan gambar seri atau cerita dari guru sehingga daya ingat dan imajinasi siswa akan lebih berkembang.

Terdapat beberapa langkah dalam menulis permulaan yang dilaksanakan di kelas rendah khususnya di kelas I. Pembelajaran tersebut disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Bermula dari latihan mudah menuju latihan yang sulit. Sehingga dalam pembelajarannya siswa belajar dari yang sederhana menuju pembelajaran menulis permulaan yang lebih kompleks. Dalam penelitian ini, langkah pembelajaran menulis permulaan yang akan digunakan adalah menyalin.

8. Pembelajaran Kemampuan Menulis Permulaan di SD

Pembelajaran menulis permulaan di SD dilakukan di kelas rendah khususnya pada kelas I dan II. Darmiyati Zuchdi dan Budiasaih (1996: 28)


(47)

32

menyatakan bahwa kemampuan menulis seperti kemampuan berbahasa yang lain dan dapat dimiliki melalui latihan atau bimbingan yang intensif. Kemampuan menulis tersebut sudah mulai dilatihkan di tingkat sekolah dasar. Di tingkat sekolah dasar sudah mulai ditanamkan dasar-dasar kemampuan menulis. Apabila dasarnya kokoh dan kuat, maka bentuk tulisan yang seperti apapun akan lebih mudah untuk dikembangkan.

Sejalan dengan hal tersebut, Haryadi dan Zamzani (1996: 25) mengungkapkan bahwa pembelajaran menulis permulaan diberikan di kelas 1 dan 2 SD. Sesuai dengan kemampuan dan perkembangan kejiwaan siswa, pembelajaran menulis permulaan di kelas 1 bertujuan agar siswa terampil menulis, sedangkan di kelas 2 di samping agar siswa terampil membaca dan menulis, juga dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan bahasa dan keterampilan berbahasa yang diperlukan siswa untuk menghadapi pelajaran bahasa di kelas 3, 4, 5, dan 6. Selain itu akan terdapat mata pelajaran lain di SD. Keberadaan jumlah dan jenis mata pelajaran tersebut akan membawa konsekuensi dengan munculnya istilah dan ungkapan yang baru.

Tujuan menulis permulaan di SD adalah siswa dapat memahami cara menulis permulaan dengan menggunakan ejaan yang benar dan dapat menyatakan ide atau pesan secara tertulis (Sabarti Akhadiah dkk, 1992: 66). Penekanan menulis permulaan di kelas I terletak pada cara menuliskan a sampai dengan z dalam konteks kalimat sederhana. Siswa diharapkan dapat menuliskan huruf tersebut dengan benar dan tepat.


(48)

33

Penekanan pembelajaran menulis permulaan di kelas I baru pada teknik penulisan atau penggambaran huruf-huruf tersebut dan belum menekankan pada cara pemakaiannya.

Menurut Sabarti Akhadiah (1996: 37) pokok bahasan menulis permulaan di kelas I adalah menulis permulaan dengan uraian materi penulisan huruf a sampai dengan z yang terdapat pada kata-kata dalam kalimat. Dimulai dengan memperkenalkan huruf a, i, n, m yang terdapat pada kata-kata dalam kalimat. Setelah siswa benar-benar telah memahami cara penulisan semua huruf tersebut, bahan diperluas dengan memperkenalkan huruf u dan b. kemudian diperluas lagi dengan huruf selanjutnya yaitu e dan p. Demikian seterusnya sampai pada pokok bahasan selanjutnya. Kemudian diperkenalkan dengan huruf gabungan seperti ng, ny, sy atau diftong yaitu au, ai, dan oi. Semuanya diperkenalkan dalam bentuk kata atau kalimat. Prinsip pengenalan huruf adalah dari yang mudah ke yang sulit.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka menulis permulaan di SD sebagai dasar untuk kemampuan menulis di tingkat lanjut. Materi menulis permulaan masih bersifat dasar dan ditekankan pada kebenaran ejaan dan penulisan huruf-huruf hingga membentuk menjadi kalimat-kalimat sederhana dengan ejaan yang benar.

9. Penilaian Kemampuan Menulis Permulaan

Penilaian pembelajaran menulis permulaan di kelas I dapat dilaksanakan setiap saat setelah selesai pelaksanaan pembelajaran


(49)

34

misalnya satu sub pokok bahasan atau satu pokok bahasan. Depdikbud (1995: 75) mengartikan penilaian sebagai suatu proses mendapatkan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa melalui kegiatan belajar-mengajar guna menentukan perlakukan selanjutnya.

Penilaian menulis permulaan yaitu penilaian terhadap hasil latihan. Penilaian ini dilakukan setelah siswa selesai mengerjakan latihan menulis. Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan para siswa terhadap kemampuan menulis permulaan yang telah diajarkan. Penilaian didasarkan pada: (1) kelengkapan, (2) keterbacaan, (3) kerapian, dan (4) kesesuaian bentuk dan ukuran tulisan. Penilaian terhadap tulisan siswa dapat dengan A artinya baik sekali, B artinya baik, C artinya cukup, dan K artinya kurang. Apabila pelajaran bersifar dikte melengkapi atau menuliskan nama benda, nilai dapat dengan skala 1-10. Penilaian tersebut didasarkan pada kebenaran tulisan.

B. Karakteristik Anak Kelas I SD

Anak usia kelas I SD merupakan masa di mana anak berada pada usia awal pembelajaran setelah berada pada jenjang taman kanak-kanak (TK). Berdasarkan pendapat Suharjo (2006: 35) dari segi antropologis pada hakikatnya anak didik merupakan makhluk individual, makhluk sosial, dan makhluk susila (moralitas). Sebagai makhluk individual, anak mempunyai karakteristik unik yang dimiliki oleh dirinya sendiri dan tidak ada


(50)

35

kembarannya dengan yang lain. Sehingga setiap anak mempunyai perbedaan-perbedaan individual yang secara alami ada pada setiap pribadi anak. Dengan adanya karakteristik yang unik ini, maka anak didik mempunyai variasi kelebihan, kekurangan, kebutuhan, cita-cita, kehendak, perasaan, kecenderungan, dan motivasi yang berbeda-beda.

Perkembangan belajar anak pada usia SD menurut Angela Anning dalam Suharjo (2006: 36) adalah sebagai berikut.

1. Kemampuan berpikir anak berkembang dari konkret menuju abstrak. 2. Anak harus siap menuju ke tahap perkembangan berikutnya dan tidak

boleh dipaksakan untuk bergerak menuju tahap perkembangan kognitif yang lebih tinggi, misalnya dalam hal membaca permulaan, mengingat angka, dan belajar konservasi.

3. Anak belajar melalui pengalaman-pengalaman langsung, khususnya melalui aktivitas bermain.

4. Anak memerlukan pengambangan kemampuan penggunaan bahasa yang dapat digunakan secara efektif di sekolah.

5. Perkembangan sosial anak bergerak dari egosentris menuju kepada kemampuan untuk berempati dengan orang lain.

6. Setiap anak sebagai seorang individu yang masing-masing mempunyai cara belajar yang unik.

Menurut Jean Piaget dalam Muhibbin Syah (2003: 26) membagi perkembangan kognitif anak menjadi 4 tahap sebagai berikut.


(51)

36 1. Tahap Sensori Motor (0-2 tahun)

Anak mulai belajar mengendalikan lingkungannya melalui kemampuan panca indra dan gerakannya. Perilaku bayi pada tahap ini semata-mata karena ada stimulus yang diterimanya.

2. Tahap Praoperasional (2-7 tahun)

Pada tahap ini anak sudah mampu berfikir sebelum bertindak meskipun tingkat berfikirnya masih belu dalam tahap berfikir logis. Masih bersifat egosentrisme, di mana anak masih berfikir subjektif dan tidak mampu melihat objektivitas pandangan orang lain. Ciri lainnya adalah ketidakmampuannya membedakan dua objek yang sama memiliki masa, jumlah, dan volume tetap meskipun bentuknya berubah-ubah.

3. Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)

Pada umumnya tahap ini anak sudah memiliki kemampuan memahami konsep konservasi, yaitu meskipun suatu benda berubah bentuknya namun massa, jumlah, dan volumenya adalah tetap, anak sudah mampu melakukan observasi dan penilaian. Pada tahap ini anak berada pada tahap berfikir konkret di mana mereka hanya mampu memahami benda-benda yang konkret atau nyata dibandingkan dengan benda-benda yang abstrak.


(52)

37

Pada tahap ini kemampuan anak sudah berada pada tahap berfikir abstrak. Anak sudah mampu mengajukan hipotesis, menghitung konsekwensi yang mungkin terjadi serta menguji hipotesis yang dibuat.

Jean Piaget dalam Suharjo (2006: 39) juga berpendapat bahwa perkembangan kognitif siswa kelas I berada pada tahap operasional konkret dengan karakteristik anak sudah dapat mengetahui simbol-simbol matematis, namun belum dapat menghadapi hal-hal yang abstrak. Pada tahapan ini anak mulai mengurangi egoentrisnya dan lebih sosialis, serta membentuk peer group.

Siswa kelas I termasuk dalam jenjang kelas rendah. Anak yang berada di kelas rendah merupakan anak yang berada pada rentang usia dini dan merupakan masa perkembangan anak yang pendek namun masa yang penting bagi kehidupannya. Dengan demikian seluruh potensi anak perlu didorong agar potensi tersebut dapat berkembang secara optimal.

Yulia (2013) menyatakan bahwa karateristik anak kelas rendah adalah sebagai berikut.

1. Siswa belajar dari hal-hal yang konkret dan secara bertahap menuju ke arah yang abstrak. Konkret berarti belajar dari hal-hal yang nyata yaitu dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, atau dmanipulasi.

2. Siswa memandang sesuatu sebagai suatu keutuhan dan belum dapat memisahkan suatu konsep ke bagian demi bagian.

3. Cara belajar siswa berkembang secara bertahap dari hal yang sederhana ke hal yang lebih kompleks.


(53)

38

4. Siswa suka bermain dan bergembira karena berada dalam tahap peralihan dari Taman Kanak-kanak (TK) yang penuh dengan permainan.

5. Siswa biasanya bergetar perasaannya dan terdorong untuk berprestasi dan suka mengalami ketidakpuasan, serta tidak suka dengan kegagalan. 6. Siswa senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung ditinjau

dari perkembangan kognitif berada pada tahap operasional konkret. 7. Senang belajar bersama temannya atau berkelompok karena bergaul

dengan teman sebaya.

8. Siswa mulai mengalami masa peka yaitu sangat cepat untuk meniru. 9. Bahasa yang digunakan siswa masih dipengaruhi oleh bahasa ibu karena

bahasa yang sederhana tidak kompleks.

10.Siswa mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi.

Apabila dilihat dari konkteks sosial, siswa kelas I SD mempunyai biografi yang unik. Anak mempunyai latar belakang pribadi dan social yang berbeda-beda misalnya jenis kelamin, status social, suku, perkembangan kemampuan bahasa, gaya belajar, kesehatan, dan dukungan orang tua terhadap pendidikannya.

Sejalan dengan hal tersebut, Rita Eza Izzaty, dkk. (2008: 116) mengungkapkan bahwa karakteristik siswa kelas I SD yang berada pada jenjang kelas rendah adalah sebagai berikut.

1. Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah. 2. Suka memuji diri sendiri.


(54)

39

3. Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, maka tugas atau pekerjaan tersebut dianggap tidak penting.

4. Siswa suka membandingkan dirinya dengan anak lain apabila hal tersebut menguntungkan bagi dirinya.

5. Siswa suka meremehkan orang lain.

Kondisi fisik dan psikologis anak juga berbeda-beda, misalnya perkembangan kemampuan berbahasa khususnya kemampuan anak dalam membaca permulaan, gaya belajar, kondisi kesehatannya baik secara jasmani dan rohani. Kondisi awal anak SD kelas 1 sangat heterogen. Terdapat anak yang sudah dapat berbahasan Indonesia dengan lancar. Namun juga terdapat yang hanya baru dapat berbahasa daerah saja.

. Pada tahap operasional konkret siswa kelas I SD, anak tidak berpikir konkret atau nyata. Anak-anak yang lebih tua tidak menggunakan pikiran magis serta tidak mudah disesatkan seperti anak-anak yang lebih muda. Jean Piaget dalam Sudarwan Danim (2010: 64) menyatakan bahwa proses berpikir anak usia sekolah dasar berubah secara signifikan selama tahap operasional konkret. Anak-anak bisa terlibat dalam klasifikasi atau kemampuan untuk mengelompok sesuai dengan fitur dan perkembangan logis. Anak-anak yang lebih tua telah memiliki kemampuan untuk memahami hubungan-hubungan sebab akibat dan mahir matematika serta sains. Anak telah memahami identitas diri dan tetap konsisten

Sebagai makhluk susila atau bermoral, siswa pada dasarnya memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan sendiri. Anak mampu membedakan


(55)

40

hal-hal yang baik dan yang buruk sesuai dengan nora-norma yang berlaku dalam masyarakat. Manusia sebagai makhluk susila berarti manusia juga memiliki nilai-nilai, menghayati, dan melaksanakan nilai tersebut dalam perbuatan. Sehingga anak didik perlu diarahkan, dibimbing, dan dididik menuju tujuan hidup yang sesuai dengan nilai kesusilaan.

C. Media Pembelajaran Objek Langsung 1. Pengertian Media Pembelajaran

Terdapat beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengertian media. Berikut ini adalah uraian dari pendapat tersebut. Azhar Arsyad (2011: 3) mengemukakan bahwa kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah wasail yang berarti perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.

Gerlack dan Ely dalam Azhar Arsyad (2011: 3) menyatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media.namun media secara lebih khusus dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektroniks untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informai visual atau verbal.


(56)

41

Batasan pengertian media yang disampaikan oleh Hamidjojo dalam Azhar Arshad (2011: 7) adalah semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendapat sehingga ide, gagasan, atau pendapat yang dikemukakan tersebut dapat sampai kepada penerima yang dituju. Media juga dapat diartikan sebagai komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung makna istruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.

Media pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pembelajaran (Dina Andriana, 2011: 13). Pendapat lain dari Gagne dan Briggs dalam Azhar Arshad (2011: 4) menyatakan secara eksplisit bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka media pembelajaran dapat diartikan sebagai alat bantu, saluran, atau perantara yang digunakan untuk menyampaikan isi pesan dan informasi pembelajaran kepada para siswa dalam kegiatan belajar-mengajar.

2. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Media pembelajaran ada dalam komponen metode mengajar sebagai salah satu upaya untuk mempertinggi proses interaksi guru dengan siswa dan interaksi siswa dengan lingkungan belajarnya. Dengan demikian fungsi yang utama dari media dalam pembelajaran adalah sebagai alat


(57)

42

bantu mengajar yaitu untuk menunjang penggunaan metode mengajar yang digunakan oleh guru.

Media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pembelajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Manfaat media pembelajaran dalam proses belajar mengajar menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2005: 2) adalah sebagai berikut.

a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasasi tujuan pembelajaran lebih baik.

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata

komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, terlebih apabila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.

d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti

mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.

Penggunaan media pembelajaran dapat mempertinggi proses dan hasil pembelajaran berkenaan dengan taraf berpikir siswa. Taraf berpikir manusia mengikuti tahap perkembangan mulai dari berpikir konkret menuju ke berpikir abstrak dan mulai dari berpikir sederhana menuju


(58)

43

berpikir kompleks. Penggunaan media pembelajaran erat kaitannya dengan tahapan berpikir tersebut sebab melalui media pembelajaran hal-hal yang abstrak dapat dikonkretkan, sedangkan hal-hal yang kompleks dapat disederhakanan.

Media pembelajaran menurut Kemp dan Dayton dalam Azhar Arsyad (2011: 19) memenuhi tiga fungsi utama apabila media tersebut digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya yaitu sebagai berikut.

a. Fungsi memotivasi minat atau tindakan

Media pembelajaran dapat direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan. Hasil yang diharapkan adalah melahirkan minat dan merangsang para siswa ataupun pendengar untuk bertindak turut memikul tanggung jawab, melayani secara sukarela, atau memberikan sumbangan. Pencapaian tujuan ini akan mempengaruhi sikap, nilai, dan emosi.

b. Fungsi informasi

Media pembelajaran dapat digunakan dalam rangka penyajian informasi di hadapan sekelompok siswa. Isi dan bentuk penyajian bersifat umum yang berfungsi sebagai pengantar, ringkasan laporan, atau pengetahuan latar belakang. Penyajian dapat berbentuk hiburan, drama, atu teknik motivasi.

c. Fungsi instruksi

Informasi yang terdapat dalam media yang digunakan harus melibatkan siswa baik dalam benak ataupun mental dan aktivitas nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi.


(59)

44

Menurut Kemp dan Dayton dalam Prastati Trini (2001: 6) menyampaikan manfaat media pembelajaran adalah sebagai berikut. a. Penyampaian media menjadi lebih baku

Media akan mengurangi perbedaan tafsiran dari sejumlah siswa sehingga informasi yang sama dapat disampaikan kepada siswa sebagai landasan untuk pengkajian, latihan, dan aplikasi lebih lanjut. b. Pembelajaran bisa lebih menarik

Kejelasan dan keruntutan pesan dan daya tarik khusus dapat menimbulkan keingintahuan dan menyebabkan siswa tertawa atau berpikir yang seluruhnya menunjukkan bahwa media mempunyai aspek motivasi dan meningkatkan minat.

c. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkan teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan.

d. Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena banyak media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan dan isi pembelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan kemungkinannya dapat diserap oleh siswa.

e. Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan apabila integrasi media pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasi dengan baik dan jelas.

f. Pembelajaran dapat diberikan kapan dan di mana yang guru kehendaki dan perlukan terutama apabila media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu.

g. Sikap positif siswa terhadap apa yang siswa pelajari dan terhadap proses pembelajaran dapat ditingkatkan.

h. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif. Beban guru untuk menjelaskan secara berulang-ulang dapat dikurangi.

3. Hakikat Media Pembelajaran Objek Langsung

Media objek langsung merupakan salah satu jenis media yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Basuki Wibawa dan Farida Mukti (1993:55) mengemukakan tentang beberapa media pembelajaran yang tidak bisa digolongkan ke dalam media audio, visual, maupun audio visual. Hal tersebut dikarenakan keberagaman jenis media itu sendiri. Media tersebut di antaranya adalah media papan tulis, media tiga dimensi, dan media realita.


(60)

45

Media objek langsung merupakan media tiga dimensi yang dalam penyampaian informasi tidak dalam bentuk penyajian, namun melalui ciri-ciri fisiknya sendiri. Hal tersebut ditunjukkan dengan ukuran, bentuk, berat, susunan, warna, fungsi, dan hal-hal lain yang melekat pada objek tersebut (Jody Kusuma, 2007).

Pribadi dan Putri dalam Arlis Muryani (2010: 50) mengemukakan bahwa media objek langsung merupakan media sederhana, termasuk jenis media visual yang tidak diproyeksikan dan tidak membutuhkan tenaga listrik. Media ini sangat sederhana, tidak membutuhkan pesawat dan proyeksi. Media ini cocok digunakan oleh para guru di lingkungan yang sangat sederhana. Faktor-faktor seperti tidak adanya listrik, daerah terpencil, atau dana yang rendah tidak menjadi faktor yang berarti karena media ini sangat praktis. Hanya dengan menggunakan benda-benda atau hal-hal yang ada di lingkungan sekitar siswa telah dapat memberikan kontribusi yang mendukung dalam pembelajaran. Walaupun demikian media ini mampu menciptkan kegiatan pembelajaran yang lebih hidup dan lebih menarik.

Arlis Muryani (2010: 49) menyatakan bahwa media objek langsung merupakan media pembelajaran yang berupa objek-objek seperti benda-benda, atau fenomena yang ada di sekitar siswa dan disajikan secara langsung atau nyata di depan siswa. Penggunaan media secara kreatif dapat memungkinkan siswa belajar lebih banyak dan meningkatkan kinerja siswa sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.


(61)

46

Media objek langsung merupakan media yang nyata atau benda nyata. Contohnya adalah benda-benda yang ada di sekitar kita seperti bola, kursi, meja, cermin, sepatu, dan lain-lain. Alat yang dibutuhkan adalah objek-objek yang bervariasi dan disesuaikan dengan tema pembelajaran.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka media objek langsung dapat diartikan sebagai benda-benda nyata apa adanya tanpa perubahan yang dapat digunakan sebagai media dalam pembelajaran dengan tujuan untuk mempermudah penyampaian informasi kepada siswa.

4. Jenis-jenis Media Objek Langsung

Berikut merupakan jenis media objek langsung menurut Dwi Junianto (2010).

a. Media Objek Sebenarnya

Merupakan media dengan objek yang sesungguhnya. Media objek sebenarnya terdiri dari objek alami dan objek buatan

1) Media Objek Alami a) Objek Alami Hidup

Merupakan objek-objek yang hidup seperti ikan, burung elang, singa, dan sebagainya.

b) Objek Alami tidak Hidup

Merupakan objek-objek yang tidak hidup seperti batu-batuan, kayu, air, dan sebagainya.


(62)

47

Merupakan objek-objek yang dibuat oleh manusia seperti gedung, mainan, jaringan transportasi dan sebagainya. b. Media Objek Pengganti

Merupakan benda-benda tiruan yang dibuat untuk mengganti benda-benda yang sebenarnya. Contohnya adalah sebagai berikut. 1) Replika

Replika dapat didefinisikan sebagai reproduksi statis dari suatu objek dengan ukuran yang sama dengan benda yang sebenarnya. 2) Model

Model merupakan sebuah reproduksi yang kelihatannya sama, tapi biasanya diperkecil atau diperbesar dalam skala tertentu.

3) Benda Tiruan

Benda tiruan ada dua macam, yaitu pertama merupakan bangunan yang dibuat kurang lebih menyerupai suatu benda yang besar, misalnya bagian dari sebuah kapal terbang (sayap). Bentuk benda tiruan yang kedua ialah bentuk yang menggambarkan mekanisasi kerja suatu benda, misalnya sistem pembakaran automobil

Media objek langsung juga disebut dengan benda nyata. Hal tersebut dikarenakan benda-benda tersebut terdapat di sekitar manusia. Sehingga media objek langsung akan mudah digunakan dalam kegiatan pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas.

Berdasarkan penggolongan tersebut, media objek langsung yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah media objek sebenarnya


(63)

48

dengan jenis media objek alami baik hidup maupun tidak hidup. Pemilihan media objek langsung yang akan digunakan tentunya tetap memperhatikan tema yang akan digunakan dalam pembelajaran menulis permulaan. 5. Karakteristik Media Objek Langsung

Semua jenis media pembelajaran mempunyai ciri-ciri atau karakteristik masing-masing sesuai dengan jenisnya. Hal tersebut juga berlaku untuk media pembelajaran objek langsung yang mempunyai karakteristik yaitu: (a) merupakan benda nyata seperti apa adanya atau aslinya tanpa perubahan, (b) mudah ditemukan di lingkungan sekitar siswa, (3) dapat dimanipulasi sesuai dengan kebutuhan pembelajaran, (4) dan membantu memberikan makna materi pembelajaran, sehingga siswa memperoleh kebermaknaan dari materi pembelajaran yang disampaikan.

Sudjana dan Rivai (2007: 4-5) mengemukakan bahwa di dalam penggunaan media objek langsung perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut.

a. Ketepatan dengan tujuan pembelajaran. Media objek langsung yang dipilih atas dasar tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

b. Dukungan terhadap isi pembelajaran. Bahan pembelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep, dan generalisasi sangat memerlukan media objek langsung agar mudah dipahami siswa.

c. Kemudahan memperoleh media objek langsung. Media objek langsung yang diperlukan mudah diperoleh. Setidaknya mudah dibuat oleh guru, tanpa biaya mahal, praktis penggunaannya, dan sederhana.

d. Keterampilan guru dalam menggunakannya. Apapun jenis media objek langsung yang diperlukan guru dapat digunakan dalam proses

pembelajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan medianya, namun dampak dari penggunaan oleh guru pada saat terjadinya interaksi belajar dengan lingkungannnya.

e. Tersedianya waktu untuk menggunakannya. Media objek langsung dapat bermanfaat bagi siswa selama pebelajaran berlangsung.


(64)

49

f. Sesuai dengan taraf berpikir siswa. Makna yang terkandung di dalam pembelajaran hendaknya dapat dipahami oleh siswa.

Nana Sudjana (2001: 196) juga menerangkan hal-hal yang perlu dipertimbangkan oleh guru sebelum menggunakan media objek langsung adalah sebagai berikut.

a. Memperhatikan kemungkinan benda-benda atau objek yang akan dipakai dalam pembelajaran karena mengingat banyaknya benda dari benda hidup sampai dengan benda mati.

b. Memperhatikan cara agar objek yang digunakan sesuai dengan pola belajar-mengajar di kelas.

c. Asal pemerolehan objek yang digunakan.

Penggunaan media objek langsung sebagai media dalam kegiatan pembelajaran hendaknya tetap memperhatikan beberapa pertimbangan di atas. Hal tersebut dikarenakan mengingat banyaknya benda-benda objek langsung, sehingga sebagai pendidik perlu kreatif dan cerdas dalam pemilihan objek yang akan digunakan dalam pembelajaran.

6. Keunggulan Media Objek Langsung

Para siswa akan lebih banyak belajar menggunakan media objek langsung daripada menggunakan media gambar. Dengan penggunaan media objek langsung dalam kegiatan belajar-mengajar, siswa akan dapat mengamati, menyentuh, memanipulasi, sampai dengan mendiskusikan sehingga pada akhirnya akan dapat menjadi alat guna meningkatkan kemauan siswa untuk menggunakan sumber-sumber belajar yang serupa (Basuki Wibawa dan Farida Mukti, 1992: 55).

Penggunaan media objek langsung dalam pembelajaran akan mempermudah proses pembelajaran. Media objek langsung akan lebih


(65)

50

mudah diperoleh karena menggunakan benda-benda nyata yang ada di sekitar lingkungan siswa. Siswa sudah dekat dengan media tersebut, sehingga pembelajaran akan lebih mudah dimaknai oleh siswa.

Prastati (2005: 6-9) mengemukakan bahwa fungsi dari media objek langsung adalah sebagai berikut.

a. Penyampaian materi dapat diseragamkan. b. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik. c. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif. d. Jumlah waktu belajar mengajar dapat lebih efektif. e. Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan.

f. Proses pembelajaan dapat terjadi di mana saja dan kapan saja.

g. Sikap positif siswa terhadap bahan belajar maupun proses belajar dapat ditingkatkan.

h. Peranan guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif. Media objek langsung dapat memberikan kesempatan maksimal mungkin pada siswa untuk mempelajari sesuatu ataupun melaksanakan tugas-tugas dalam situasi nyata. Selain itu media objek langsung juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami sendiri situasi yang sesungguhnya dan melatih keterampilan siswa dengan menggunakan sebanyak mungkin alat indra (Ibrahim dan Syaodih, 2003: 59).

Beberapa kelebihan media objek langsung yang disampaikan oleh Ronald Anderson (1994: 18) adalah sebagai berikut.

a. Memberikan kesempatan semaksimal mungkin kepada siswa untuk melaksanakan tugas-tugas simulasi dan mengurangi adanya transfer belajar.

b. Menunjukkan seluruh atau sebagian besar rangsangan yang relevan dari lingkungan.


(66)

51

c. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami dan melatih keterampilan manipulasi siswa menggunakan panca indera yang dimiliki.

d. Memudahkan pengukuran penampilan siswa apabila ketangkasan fisik atau keterampilan koordinasi diperlukan dalam pekerjaan.

Keunggulan-keunggulan media objek langsung di atas menjadi alasan pemilihan objek langsung menjadi media pembelajaran dalam pembelajaran menulis permulaan. Selain mudah diperoleh, media objek langsung yang berada di sekitar lingkungan siswa akan lebih memberikan makna materi pembelajaran, sehingga diharapkan akan menjadi rangsangan untuk daya ingat dan pengetahuan siswa yang baik.

.

D. Penggunaan Media Objek Langsung dalam Pembelajaran Menulis Permulaan

Media objek langsung pada dasarnya merupakan media realita atau benda-benda nyata yang tampak seperti apa adanya atau asli dan tanpa perubahan. Dengan memanfaatkan media objek langsung tersebut, siswa akan lebih mudah untuk mengasosiasikan benda-benda yang dibahas dalam pembelajaran. Siswa akan menjadi lebih aktif untuk mengamati, menangani, memanipulasi, dan mendiskusikan benda-benda tersebut kemudian akan membangkitkan kemauan siswa untuk menggunakan benda-benda tersebut sebagai sumber belajar.


(67)

52

Pembelajaran menulis permulaan di kelas I akan diajarkan bagaimana menuliskan huruf-huruf dengan benar sampai dengan menulis kata atau kalimat sederhana dengan baik dan benar. Penggunaan media objek langsung dalam pembelajaran menulis permulaan dapat digunakan sebagai alat bantu yang disesuaikan dengan benda-benda yang ada dalam tema pembelajaran.

Menurut Depdikbud (1995: 39) langkah-langkah pembelajaran menulis permulaan dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu pengenalan huruf, latihan, menghubungkan titik-titik, menatap, menyalin, menulis halus, dikte/imlak, melengkapi, menulis nama, dan mengrang sederhana. Pengenalan huruf yaitu dengan mengenalkan bunyi suatu tulisan atau huruf yang terdapat pada kata dalam kalimat.

Janah dalam Arlis Muryani (2010: 50) menerangkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media objek langsung dapat dimulai dengan guru menunjukkan objek kepada siswa di depan kelas, misalnya sebuah tanaman, binatang, patung, vas bunga, mobil-mobilan, mata uang, dan lain-lain. Objek langsung yang digunakan merupakan alat bantu pembelajaran visual yang paling dekat hubungannya dengan pengalaman langsung dan dihayati sepenuhnya oleh siswa.

Menulis dengan menggunakan media objek langsung juga dapat dilakukan dengan guru menyajikan objek secara langsung di depan kelas. Berdasarkan objek yang digunakan tersebut siswa dapat membuat tulisan secara runtut dan logis. Alat yang dibutuhkan adalah objek-objek yang bervariasi sesuai dengan tema pembelajaran. Upayakan media objek langsung


(68)

53

yang disajikan sesuai dengan tema pembelajaran yang ada. Guru dapat memlih objek yang cocok dengan karakteristik siswa (Arlis Muryani: 2010: 50).

Menurut Suyatno dalam Arlis Muryani (2010: 58) penerapan media objek langsung dalam pembelajaran menulis dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

1. Guru menyampaikan pengantar.

2. Guru memajang beberapa media objek langsung di depan kelas. 3. Setelah siswa melihat media objek langsung tersebut, siswa mulai

mengidentifikasi objek.

4. Siswa membuat tulisan secara runtut dan logis.

5. Guru bertanya kepada siswa tentang alasan tulisan yang dibuatnya. 6. Guru merefleksikan pembelajaran tersebut.

Guru dapat menggunakan benda-benda tersebut untuk merangsang kemauan siswa dalam menulis. Awalnya guru memberikan apersepsi kepada siswa, kemudian benda objek langsung ditunjukkan kepada siswa. Guru dapat menggunakan beberapa metode dalam menulis permulaan, namun tetap menggunakan media objek langsung dalam pelaksanaannya. Setelah itu barulah meminta anak untuk menuliskan benda-benda tersebut secara mandiri. Berdasarkan paparan di atas, maka langkah-langkah pembelajaran menulis permulaan menggunakan media objek langsung dapat dilakukan dengan cara berikut ini.

1. Guru melakukan apersepsi kepada siswa perihal pembelajaran yang akan dilaksanakan


(69)

54

2. Siswa memperhatikan media objek langsung yang ditampilkan oleh guru dengan seksama.

3. Siswa menjawab pertanyaan guru perihal nama-nama media objek langsung tersebut.

4. Siswa memperhatikan guru tentang cara penulisan nama objek langsung tersebut di papan tulis.

5. Guru memperkenalkan huruf-huruf yang digunakan dalam penulisan media objek langsung tersebut.

6. Tulisan tersebut kemudian dianalisis dan disintesiskan.

7. Guru menerangkan kepada siswa tentang bentuk tulisan tersebut sambil membacakan dengan pengucapan yang benar. Pada saat menulis di papan tulis hendaknya dilakukan dengan perlahan-lahan dan siswa

memperhatikan dengan seksama.

8. Guru mengadakan pengulangan sehingga siswa benar-benar mengenal bentuk dan bunyi dari tulisan tersebut.

9. Selanjutnya guru meminta siswa untuk menuliskan kembali tulisan yang ada di papan tulis dengan cara menyalin di buku masing-masing.

10.Guru memberikan bimbingan kepada siswa apabila mengalami kesulitan. 11.Apabila tulisan siswa belum benar, maka guru memberikan contoh

penulisan yang benar.

12.Guru melakukan evaluasi dan memberikan penilaian.

Penggunaan media objek langsung tersebut diharapkan akan mempermudah siswa dalam menulis permulaan dan memberikan makna yang


(1)

Foto 9. Siswa memperhatikan dengan seksama cara penulisan nama media objek langsung.


(2)

244 Foto 11. Siswa diberikan bimbingan oleh guru


(3)

(4)

(5)

(6)