Miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V semester 2 SD Negeri se Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman.

(1)

SD NEGERI SE KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN

Oleh:

Onestya Inggi Asmarani NIM: 121134047 Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya pemahaman konsep IPA Fisika siswa kelas V yang mengakibatnya terjadinya miskonsepsi. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Cangkringan pada kompetensi dasar semester 2.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan metode survey. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman yang berjumlah 324 siswa. Sampel penelitian ini adalah 169 siswa. Instrumen penelitian ini menggunakan soal pilihan ganda dan uraian. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih ada siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Cangkringan yang mengalami miskonsepsi IPA Fisika pada kompetensi dasar IPA kelas V semester 2. Miskonsepsi terjadi pada konsep gaya, sifat-sifat cahaya, pesawat sederhana, dan proses pembentukan tanah. Miskonsepsi pada soal pilihan ganda paling banyak terjadi pada konsep proses pembentukan tanah, sedangkan pada soal uraian miskonsepsi banyak terjadi pada konsep gaya. Miskonsepsi paling sedikit terjadi pada konsep pesawat sederhana.


(2)

STUDENTS IN THE FIFTH GRADE OF STATE ELEMENTARY SCHOOL THROUGHOUT CANGKRINGAN SUB DISTRICT, DISTRICT SLEMAN

By:

Onestya Inggi Asmarani NIM: 121134047 Sanata Dharma University

This research is based on the low understanding of science-physics concept of the fifth grade students which caused the misconception. The aim of this research is to describe the misconception on science-physics in the basic competence of the second semester students in the fifth grade of state elementary school throughout Cangkringan Sub-District.

The type of this research is quantitative descriptive and using survey as the method. The population of the research was students in the fifth grade of state elementary school throughout Cangkringan Sub-District, District Sleman. There were 324 students in total. The sample was 109 students. Research instruments it uses about multiple choice and the discussion. The data were analyzed using descriptive analysis.

The result of the research shows that there were students in the fifth grade of state elementary school throughout Cangkringan Sub-District who had misconception in science-physics on the basic competence of the second semester. Misconception can be found in the subject of force, the characteristic of light, a simple machine, and soil formulation process. The mistakes can be found in a great amount on multiple choices with soil as the topic, besides on the essay part the observer finds that the students mostly make a mistake in questions about force. Misconceptions less occur in simple machine concept.


(3)

MISKONSEPSI IPA FISIKA SISWA KELAS V SEMESTER 2

SD NEGERI SE KECAMATAN CANGKRINGAN

KABUPATEN SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Onestya Inggi Asmarani 121134047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

i

MISKONSEPSI IPA FISIKA SISWA KELAS V SEMESTER 2

SD NEGERI SE KECAMATAN CANGKRINGAN

KABUPATEN SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Onestya Inggi Asmarani 121134047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(5)

(6)

(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Hasil karyaku ini ku persembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dalam setiap kegiatanku

Keluargaku bapak Bowo Suratno, ibu Cicilia Winarni, adik Lorendra Mahandhika yang selalu memberikan semangat, mencukupi kebutuhan ekonomi yang ku

perlukan, serta selalu mendoakanku

Kakung F. Hartiya dan uti Tatiana Ngatijem yang selalu memberikan motivasi dan semangat selama kuliah

Sahabat dan teman-teman yang selalu bersamaku dalam suka dan duka serta membantuku dalam hal apapun


(8)

v MOTTO

Lakukanlah semuanya dengan baik, sungguh-sungguh, dan ikhlas. Jika orang lain membalas tidak baik kepadamu, itu urusan Tuhan.

Berdoa dan bermimpilah setinggi-tingginya karena Tuhan akan memeluk semua mimpi-mimpimu itu.

Kamu adalah pencipta takdirmu sendiri. Jangan mengeluh dan jadilah wanita tangguh.


(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya dari orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 10 Maret 2016 Penulis,


(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Onestya Inggi Asmarani

Nomor Mahasiswa : 121134047

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

MISKONSEPSI IPA FISIKA SISWA KELAS V SEMESTER 2 SD NEGERI SE KECAMATAN CANGKRINGAN

KABUPATEN SLEMAN

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 10 Maret 2016 Yang menyatakan,


(11)

viii ABSTRAK

MISKONSEPSI IPA FISIKA SISWA KELAS V SEMESTER 2 SD NEGERI SE KECAMATAN CANGKRINGAN

KABUPATEN SLEMAN Oleh:

Onestya Inggi Asmarani NIM: 121134047 Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya pemahaman konsep IPA Fisika siswa kelas V yang mengakibatnya terjadinya miskonsepsi. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Cangkringan pada kompetensi dasar semester 2.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan metode survey. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman yang berjumlah 324 siswa. Sampel penelitian ini adalah 169 siswa. Instrumen penelitian ini menggunakan soal pilihan ganda dan uraian. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih ada siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Cangkringan yang mengalami miskonsepsi IPA Fisika pada kompetensi dasar IPA kelas V semester 2. Miskonsepsi terjadi pada konsep gaya, sifat-sifat cahaya, pesawat sederhana, dan proses pembentukan tanah. Miskonsepsi pada soal pilihan ganda paling banyak terjadi pada konsep proses pembentukan tanah, sedangkan pada soal uraian miskonsepsi banyak terjadi pada konsep gaya. Miskonsepsi paling sedikit terjadi pada konsep pesawat sederhana.


(12)

ix ABSTRACT

MISCONCEPTION ON SCIENCE-PHYSICS OF THE SECOND SEMESTER STUDENTS IN THE FIFTH GRADE OF STATE ELEMENTARY SCHOOL

THROUGHOUT CANGKRINGAN SUB DISTRICT, DISTRICT SLEMAN

By:

Onestya Inggi Asmarani NIM: 121134047 Sanata Dharma University

This research is based on the low understanding of science-physics concept of the fifth grade students which caused the misconception. The aim of this research is to describe the misconception on science-physics in the basic competence of the second semester students in the fifth grade of state elementary school throughout Cangkringan Sub-District.

The type of this research is quantitative descriptive and using survey as the method. The population of the research was students in the fifth grade of state elementary school throughout Cangkringan Sub-District, District Sleman. There were 324 students in total. The sample was 109 students. Research instruments it uses about multiple choice and the discussion. The data were analyzed using descriptive analysis.

The result of the research shows that there were students in the fifth grade of state elementary school throughout Cangkringan Sub-District who had misconception in science-physics on the basic competence of the second semester. Misconception can be found in the subject of force, the characteristic of light, a simple machine, and soil formulation process. The mistakes can be found in a great amount on multiple choices with soil as the topic, besides on the essay part the observer finds that the students mostly make a mistake in questions about force. Misconceptions less occur in simple machine concept.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul “Miskonsepsi IPA Fisika Siswa Kelas V Semester 2 SD Negeri Se-Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman” ditulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis dengan rendah hati mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

4. Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang memberikan bimbingan dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. Dosen pembimbing II yang dengan sabar

telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi saran dalam penelitian skripsi ini.

6. UPT Pelayanan Kecamatan Cangkringan yang memberikan izin penelitian di seluruh SD Negeri se-Kecamatan Cangkringan.

7. Seluruh Kepala Sekolah dan guru-guru di SD Negeri se-Kecamatan Cangkringan yang memberikan izin, waktu, dan tenaganya untuk mengawasi siswa dalam mengisi instrumen penelitian.

8. Seluruh siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Cangkringan yang telah membantu mengisi instrumen penelitian berupa soal-soal tentang IPA Fisika dengan materi semester 2.


(14)

xi

9. Kedua orangtua terkasih Bowo Suratno dan Cicilia Winarni yang selalu mendoakan, memberikan semangat, dukungan, dan memenuhi kebutuhan ekonomi penulis.

10.Adikku Lorendra Mahandhika yang memberikan semangat, doa, dan selalu membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian dan skripsi ini. 11.Chrissandy Yudha Pratama sebagai salah satu penyemangat penulis dalam

menyelesaikan skripsi.

12.Sahabat dan teman-teman terkasih (Agustina Witasari, Febri Hari Wibawa, Eka Rahayu Wardayanti, Lois Suprobo, Iqbal Wahyudi, Christina Wulandari, Diyan Krisnawati, Alga Jalu Sadewa, Andreas Winata, Yoppi Kurniawan) yang memberikan semangat, bantuan, dukungan, dan doa bagi penulis.

13.Teman-teman satu kelompok studi penelitian (Annas Susilo, Bernadeta Ratna, Ardi Wibowo, Yohana Asri, Gracia Maharani, Pungky Gupitawati, Lukas Restu, Veronica Tyas, Dita, Luky, Marcelina Yunita, Luciana Puput, Sabdarey, Yosephin Maynanda) yang telah membantu dalam penelitian dan kesulitan penulis.

14.Salah satu band tua Sheila On7 yang lagu-lagunya sudah menjadi penyemangat dalam penyusunan skripsi.

15.Teman-teman PGSD angkatan 2012 terimakasih atas segala dukungan, kebaikan, dan kerjasama dengan penulis.

16.Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan dukungan untuk menyelesaikan karya ilmiah ini.

Penulis sangat mengharapkan kritik dan masukan dari semua pihak demi sempurnanya karya ilmiah ini. Besar harapan penulis karya ilmiah ini dapat berguna bagi pembaca.


(15)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...

B. Identifikasi Masalah ………..

C. Batasan Masalah... D. Rumusan Masalah ... E. Tujuan Penelitian ... F. Manfaat Penelitian ... G. Definisi Operasional...

1 4 4 5 5 5 7 BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka ... 1. Konsep ... 2. Konsepsi ... 3. Miskonsepsi ... 4. Hakikat IPA ... 5. Pembelajaran IPA di SD Kelas V Semester 2 ... B. Hasil Penelitian yang Relevan ... C. Kerangka Berpikir ... D. Hipotesis ...

8 8 8 9 18 20 33 36 39 BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... B. Tempat dan Waktu ... 1. Tempat Penelitian... 2. Waktu Penelitian ...

40 42 42 43


(16)

xiii

C. Populasi dan Sampel ... 1. Populasi ... 2. Sampel ... D. Variabel Penelitian ... E. Teknik Pengambilan Data ... F. Instrumen Penelitian... G. Teknik Pengujian Instrumen ... H. Teknik Analisis Data ...

43 43 44 46 47 48 49 59 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 2. Deskripsi Responden Penelitian ... 3. Deskripsi Miskonsepsi IPA Fisika Siswa Kelas V SD Negeri

Se-Kecamatan Cangkringan ... B. Pembahasan ...

62 62 63 65 100 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... B. Keterbatasan Penelitian ... C. Saran ...

102 102 103 DAFTAR REFERENSI ... LAMPIRAN-LAMPIRAN ... BIODATA PENELITI ...

104 107 237


(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Populasi Penelitian ...44

Tabel 3.2 Hasil Penghitungan Sampel ...45

Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Pilahan Ganda dan Uraian ...48

Tabel 3.4 Ketentuan Pelaksanaan Revisi Instrumen ...51

Tabel 3.5 Hasil Validitas Muka ...52

Tabel 3.6 Hasil validitas soal pilihan ganda ...54

Tabel 3.7 Hasil validitas soal uraian ...56

Tabel 3.8 Tabel koefisien reliabilitas ...57

Tabel 3.9 Reliabilitas soal pilihan ganda ...57

Tabel 3.10 Reliabilitas soal uraian ...58

Tabel 4.1 Jenis kelamin siswa ...65

Tabel 4.2 Instrumen pilihan ganda ... 66

Tabel 4.3 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 1 Soal Uraian ...90

Tabel 4.4 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 4 Soal Uraian ...92

Tabel 4.5 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 2 Soal Uraian ...94

Tabel 4.6 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 3 Soal Uraian ...96


(18)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh gaya gravitasi bumi ...21

Gambar 2.2 Contoh gaya gesek ...22

Gambar 2.3 Contoh gaya magnet ...23

Gambar 2.4 Contoh tuas golongan pertama ...24

Gambar 2.5 Contoh tuas golongan kedua ...25

Gambar 2.6 Gambar 2.7 Gambar 2.8 Gambar 2.9 Gambar 2.10 Gambar 2.11 Contoh tuas golongan ketiga ……….... Contoh penggunaan prinsip bidang miring ………... Contoh jenis katrol ……… Contoh periskop ……… Proses pembentukan tanah akibat pelapukan batuan ………… Susunan bumi ……… 26 27 28 29 31 32 Gambar 2. 12 Literature Map Penelitian-penelitian Relevan ...38

Gambar 3.1 Rumus product moment ...54

Gambar 4.1 Grafik miskonsepsi pada soal pilihan ganda ...67

Gambar 4.2 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika Pada Item 1 Soal Pilihan Ganda ...68

Gambar 4.3 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 2 Soal Pilihan Ganda ...69

Gambar 4.4 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 3 Soal Pilihan Ganda ...70

Gambar 4.5 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 4 Soal Pilihan Ganda ...71

Gambar 4.6 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 5 Soal Pilihan Ganda ...72

Gambar 4.7 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 6 Soal Pilihan Ganda ...73

Gambar 4.8 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 7 Soal Pilihan Ganda ...74


(19)

xvi

Gambar 4.9 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 8 Soal Pilihan Ganda ...75 Gambar 4.10 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 9 Soal Pilihan

Ganda ...76 Gambar 4.11 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 10 Soal

Pilihan Ganda ...77 Gambar 4.12 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 11 Soal

Pilihan Ganda ...78 Gambar 4.13 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 12 Soal

Pilihan Ganda ...79 Gambar 4.14 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 13 Soal

Pilihan Ganda ...80 Gambar 4.15 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 14 Soal

Pilihan Ganda ...81 Gambar 4.16 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 15 Soal

Pilihan Ganda ...82 Gambar 4.17 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 16 Soal

Pilihan Ganda ...83 Gambar 4.18 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 17 Soal

Pilihan Ganda ...84 Gambar 4.19 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 18 Soal

Pilihan Ganda ...85 Gambar 4.20 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 19 Soal

Pilihan Ganda ...86 Gambar 4.21 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 20 Soal

Pilihan Ganda ...87 Gambar 4.22 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Soal Uraian ...88


(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat-Surat Ijin Penelitiaan ……….... 107 Lampiran 1.1 Surat Izin Penelitian dari Universitas Sanata Dharma ...108 Lampiran 1.2 Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Kantor Kesatuan

Bangsa ...109 Lampiran 1.3 Surat Izin Penelitian dari BAPPEDA Kab. Sleman ...110 Lampiran 1.4 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari UPTD

Kecamatan Cangkringan ...111 Lampiran 2 Data Penelitian ...112 Lampiran 2.1 Rangkuman Data SD Negeri di Kecamatan Cangkringan,

Kabupaten Sleman...113 Lampiran 2.2

Lampiran 2.3

Krejcie dan Morgan ………...

Data hasil tes siswa kelas V pada Soal Pilihan Ganda ... 114 115 Lampiran 2.4 Data hasil tes siswa kelas V pada Soal Pilihan Uraian …….. 120 Lampiran 2.5 Hasil Validitas Isi Instrumen Pilihan Ganda dan Uraian ...125 Lampiran 2.6 Rekapan Data Miskonsepsi Untuk Instrumen Soal Pilihan

Ganda ...132 Lampiran 2.7 Rekapan Data Miskonsepsi Untuk Instrumen Soal Uraian.... 142 Lampiran 3 Instrumen Penelitian ...147 Lampiran 3.1 Kisi-kisi Instrumen Soal Pilihan Ganda untuk Expert

Judgment ...148 Lampiran 3.2

Lampiran 3.3

Kisi-kisi Instrumen Soal Uraian untuk Expert Judgment…… Pedoman Penskoran Soal Uraian ...

170 173 Lampiran 3.4 Lampiran 3.5 Lampiran 3.6 Lampiran 3.7 Lampiran 3.8

Petunjuk Pengisian Soal dan Identitas Responden …………. Soal Pilihan Ganda Uji Empiris ... Soal Uraian Uji Empiris ……….

Hasil Pekerjaan Siswa Instrumen Soal Pilihan Ganda dan

Uraian Uji Empiris ……….

Soal Pilihan Ganda Penelitian ………..

181 183 192

195


(21)

xviii Lampiran 3.9

Lampiran 3.10

Soal Uraian Penelitian ……….. Hasil Pekerjaan Siswa Instrumen Soal Pilihan Ganda dan

Uraian Penelitian ………..

208

210

Lampiran 4 Hasil uji validitas ahli ...217

Lampiran 4.1 Permohonan Izin Validasi Ahli ...218

Lampiran 4.2 Hasil Rekap Nilai Expert Judgment Instrumen Pilihan Ganda ...219

Lampiran 4.3 Hasil Rekap Nilai Expert Judgment Instrumen Uraian ...226

Lampiran 5 Uji validitas dan Reliabilitas ...228

Lampiran 5.1 Hasil Validitas Instrumen Soal Pilihan Ganda Uji Empiris ...229

Lampiran 5.2 Hasil Reliabilitas Instrumen Soal Pilihan Ganda ...232

Lampiran 5.3 Hasil Validitas Instrumen Soal Uraian Uji Empiris ...233

Lampiran 5.4 Hasil Reliabilitas Instrumen Soal Uraian ... 234


(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab I pendahuluan membahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup (Mudyahardjo dalam Ahmadi, 2014 : 36-37). Secara sempit dapat didefinisikan bahwa pendidikan adalah sekolah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang mengupayakan manusia agar memiliki kemampuan yang kesadaran penuh terhadap hubungan dan tugas-tugas manusia.

Tujuan dari pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan guna memberikan rumusan hasil yang diharapkan siswa setelah melakukan belajar bersama (Sudirman, 2004 : 4). Dalam Undang-undang Dasar juga dituliskan bahwa tujuan dari pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Adanya tujuan pendidikan menjadikan kegiatan pembelajaran menjadi jelas dan memiliki arah untuk dituju.

Salah satu mata pelajaran yang ada di sekolah dasar adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA adalah mata pelajaran yang mempelajari tentang fenomena alam yang ada di kehidupan siswa


(23)

sehari-hari. Dalam penelitian ini, peneliti mengamati mata pelajaran IPA di sekolah dasar Kuwang. Peneliti melakukan wawancara dengan guru dan dari wawancara yang telah dilakukan, guru mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi dimata pelajaran IPA terutama IPA Fisika. Siswa kurang mampu memahami materi IPA Fisika sehingga menyebabkan rendahnya prestasi belajar yang kurang dari KKM.

Rendahnya KKM mengakibatkan mutu pendidikan di sekolah yang satu dengan yang lain menjadi berbeda. Baswedan (2014 : 2) mengatakan bahwa kondisi pendidikan di Indonesia dalam keadaan gawat darurat. Beberapa hasil buruk yang dicapai dunia pendidikan Indonesia beberapa tahun terakhir adalah: 1) Sebanyak 75% sekolah di Indonesia tidak memenuhi standar layanan minimal pendidikan. 2) Nilai rata-rata kompetensi guru di Indonesia 44,5 sedangkan nilai standar kompetensi guru adalah 75. 3) Indonesia masuk dalam peringkat 40 dari 40 negara pada pemetaan kualitas pendidikan menurut lembaga The Learning Curve. Guru hendaknya meningkatkan kompetensi yang dimiliki agar tidak terjadi miskonsepsi terhadap materi yang disampaikan kepada siswa terutama pada mata pelajaran IPA Fisika. Mata pelajaran IPA Fisika dapat digali melalui contoh nyata yang terdapat dikehidupan siswa sehari-hari agar siswa juga dapat memahami dengan mudah.

Salah satu sumber kesulitan utama dalam pelajaran IPA fisika adalah akibat terjadinya kesalahan konsep dan anggapan bahwa IPA Fisika itu sulit. Suparno (dalam, Jaziroh 2014 : 1) mengungkapkan bahwa siswa


(24)

yang memiliki minat rendah terhadap fisika cenderung memiliki miskonsepsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang berminat tinggi.

Miskonsepsi menurut Brown (dalam Yuliati, 2006 : 248-249) menyatakan bahwa miskonsepsi merupakan suatu gagasan yang tidak sesuai dengan pengertian dan pemahaman para ilmuwan. Miskonsepsi sering terjadi di dalam mata pelajaran IPA. Trianto (2010 : 10-11) mengemukakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam hakikatnya merupakan suatu proses, produk, dan aplikasi. IPA merupakan proses yang digunakan untuk mempelajari mempelajari, menemukan, dan mengembangkan produk yang berhubungan dengan sains. Miskonsepsi dalam IPA adalah salahnya pemahaman atau konsep yang tertanam di dalam diri siswa sehingga siswa merasa bahwa konsep pemikiran mereka benar.

Berdasarkan dari wawancara yang telah peneliti lakukan, terdapat miskonsepsi IPA Fisika pada siswa sekolah dasar. Akan tetapi dari 4 penelitian yang relevan yang telah peneliti baca, belum ada yang meneliti tentang miskonsepsi IPA Fisika di Kecamatan Cangkringan. Untuk itu, peneliti melakukan penelitian tentang miskonsepsi IPA Fisika di Kecamatan Cangkringan karena adanya miskonsepsi yang dialami siswa kelas V SD. Penelitian ini dilakukan guna mengetahui kesalahan konsep yang dialami siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Cangkringan.

Paparan dalam latar belakang yang telah diungkapkan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Miskonsepsi IPA Fisika


(25)

Siswa Kelas V SD Negeri se-Kecamatan Cangkringan, Sleman”. Penelitian ini dapat mengetahui miskonsepsi yang terjadi pada siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman.

B. Identifikasi Masalah

Masalah-masalah yang mendasari penelitian ini sebagai berikut: 1. Prestasi belajar IPA Fisika yang masih tergolong rendah di SD Negeri

Kecamatan Cangkringan.

2. Siswa kelas V di SD Negeri se-Kecamatan Cangkringan memiliki pemahaman konsep IPA Fisika yang salah (miskonsepsi).

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu peneliti meneliti tentang miskonsepsi IPA Fisika pada siswa kelas V SD semester 2. Penelitian dikhususkan pada SD Negeri se-Kecamatan Cangkringan, Sleman yang menerapkan KTSP atau Kurikulum 2006 dengan Standar Kompetensi (SK) 5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya dan Kompetensi Dasar (KD) 5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet), 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat, 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya, 6.2 Membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari bahan. Pesawat sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya, 7.1


(26)

Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan, serta 7.3 Mendeskripsikan struktur bumi.

D. Rumusan Masalah

Latar belakang masalah dan batasan masalah yang dikemukakan melandasi rumusan masalah dalam penelitian ini. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

“Bagaimana miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V SD Negeri semester 2

se-Kecamatan Cangkringan, Sleman?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk:

Mendeskripsikan miskonsepsi IPA siswa kelas V SD Negeri semester 2 se-Kecamatan Cangkringan, Sleman.

F. Manfaat Penelitian

Peneliti bisa lebih mengetahui kompetensi dasar (KD) yang rentan terhadap miskonsepsi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang bermakna bagi:

1. Siswa

Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman mengerjakan soal tes kepada siswa tentang IPA Fisika dengan materi pembelajaran semester 2 yaitu gaya, pesawat sederhana, sifat-sifat


(27)

cahaya, periskop, proses pembentukan tanah, proses pembentukan tanah karena pelapukan dan susunan bumi.

2. Guru

Penelitian ini memberikan masukan dan membantu guru dalam mengetahui ada atau tidaknya miskonsepsi IPA Fisika pada materi semester 2. Guru dapat mengetahui materi mana yang belum dipahami siswa sehingga guru dapat memperbaikinya menggunakan metode, media ajar, atau sumber ajar yang lain.

3. Sekolah

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk sekolah guna meningkatkan mutu pendidikan sekolahnya.

4. Peneliti

Penelitian ini dapat menambah pengalaman dan wawasan tentang miskonsepsi IPA Fisika bagi peneliti yang telah berproses selama penelitian. Peneliti juga bisa lebih tahu KD yang rentan terhadap miskonsepsi pada siswa kelas V SD.


(28)

G. Definisi Operasional

Definisi operasional berisi tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Miskonsepsi adalah salahnya pemahaman atau konsep yang tertanam di dalam diri siswa dan diyakini benar oleh siswa, tetapi pemahaman itu tidak sesuai dengan pemahaman atau konsep ahli.

2. IPA merupakan produk, proses, dan sikap yang digunakan untuk mempelajari, menemukan, dan mengembangkan produk yang berhubungan dengan fenomena alam.

3. Miskonsepsi IPA adalah salahnya pemahaman atau konsep yang tertanam di dalam diri siswa namun siswa merasa bahwa konsep pemikiran mereka benar mengenai fenomena alam.

4. Miskonsepsi IPA Fisika adalah kesalahan pemahaman suatu konsep tentang IPA dalam bidang fisika yang telah dibangun dan diyakini oleh seseorang tetapi berbeda dari pemahaman para ahli atau ilmuwan. 5. Siswa Kelas V SD adalah sejumlah anak yang berada pada tingkatan

kelas V sekolah dasar dengan rentang usia 10-11 tahun.

6. Kecamatan Cangkringan adalah sebuah kecamatan yang terletak di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Pakem.


(29)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II pendahuluan membahas mengenai kajian pustaka, hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

A. Kajian Pustaka 1. Konsep

Amien (dalam Suryanto & Hewindati, 2002 : 7) mengemukakan bahwa konsep adalah gagasan atau ide berdasarkan suatu pengalaman yang relevan dan dapat digeneralisasikan. Ausubel (dalam Tyubi, 2005 : 5) menuliskan bahwa konsep adalah benda-benda, ciri-ciri, situasi-situasi, atau kejadian-kejadian yang memiliki kekhasan. Konsep merupakan abstraksi dari ciri suatu hal yang memudahkan manusia dalam berkomunikasi dan berpikir. Pemaparan kedua tokoh mengenai konsep dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan gagasan, ide, ciri-ciri, terhadap pemahaman suatu hal yang memudahkan manusia berkomunikasi dan berpikir terhadap suatu hal. Misalnya seorang siswa memahami sebuah konsep bahwa gaya itu harus mengakibatkan suatu perubahan atau gerak.

2. Konsepsi

Yuliati (2006 : 248) menuliskan bahwa konsepsi merupakan konsep awal yang dimiliki oleh siswa. pemikiran atau konsep yang


(30)

dimiliki oleh siswa disebut dengan konsepsi. Konsep-konsep yang diberikan kepada siswa harus benar sehingga siswa dapat memahami suatu konsep dengan benar (Clara, 2008 : 3). Kedua pemaham tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa konsepsi merupakan pemahaman atau konsep awal yang telah dimiliki siswa. Konsep yang disampaikan kepada siswa harus sedemikian rupa sehingga siswa dapat memahami konsep dengan baik tanpa terjadi kesalahan pemahaman. Konsep yang diterima oleh siswa baiknya dibangun melalui pengalaman lapangan atau contoh yang sebenarnya agar siswa lebih mudah dalam menerima konsep yang diberikan.

3. Miskonsepsi

a. Pengertian Miskonsepsi

Miskonsepsi menurut Brown (dalam Yuliati 2008 : 248-249) menyatakan bahwa miskonsepsi merupakan suatu gagasan yang tidak sesuai dengan pengertian dan pemahaman para ilmuwan. Miskonsepsi dapat terjadi disebabkan oleh pemahaman konsep yang salah, pengelompokan contoh-contoh yang tidak benar, penerapan konsep yang salah, dan hubungan antar konsep yang keliru.

Clement (dalam Suparno, 2005 : 6-7) mengemukakan bahwa miskonsepsi terjadi bukan karena pengertian yang salah selama proses pembelajaran akan tetapi konsep awal siswa yang dipahaminya sejak


(31)

awal. Sejak awal bahkan dari kecil siswa telah membangun konsep melalui pengalaman hidup mereka.

Penjelasan kedua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi terjadi sejak awal atau sejak masih kecil dengan membangun konsep berdasarkan pengalaman hidup yang siswa alami. Miskonsepsi merupakan kesalahpahaman suatu konsep yang telah dibangun, yang berbeda dari pemahaman para ahli atau ilmuwan. Miskonsepsi tidak bisa diabaikan dalam mata pelajaran IPA Fisika.

Suparno (2005 : 11) menuliskan dalam bukunya bahwa miskonsepsi banyak terjadi dalam bidang fisika. Wandersee, Mintzes, dan Novak (dalam Suparno 2005 : 11) menjelaskan bahwa konsep alternatif terjadi dalam semua bidang fisika. Dari 700 studi mengenai konsep alternatif bidang fisika, ada 300 yang meneliti tentang miskonsepsi dalam mekanika; 159 tentang listrik; 70 tentang panas, optika, dan sifat-sifat materi; 35 tentang bumi dan antariksa; serta 10 studi mengenai fisika modern. Telah jelas bahwa dalam semua bidang fisika terjadi miskonsepsi atau konsep alternatif. Miskonsepsi IPA Fisika adalah kesalahpahaman suatu konsep tentang IPA dalam bidang fisika yang telah dibangun dan diyakini oleh seseorang tetapi berbeda dari pemahaman para ahli atau ilmuwan.


(32)

b. Penyebab Miskonsepsi

Suparno (2005 : 29-52) menuliskan bahwa penyebab miskonsepsi secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi lima yaitu siswa/mahasiswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar.

1) Siswa/Mahasiswa

Miskonsepsi yang berasal dari siswa/mahasiswa dikelompokkan menjadi beberapa hal, yaitu:

a) Konsepsi awal

Sejak awal siswa telah memiliki konsep yang mereka bangun dengan pengalaman hidup mereka. Konsep awal seringkali mengandung miskonsepsi sehingga pemahaman siswa akan sulit untuk diubah. Miskonsepsi akan bertambah jika dipengaruhi oleh pembentukan yang salah dari beberapa pihak misalnya orang tua, tetangga, teman, dan lain-lain.

b) Pemikiran asosiatif

Asosiasi siswa terhadap istilah sehari-hari kadang menimbulkan miskonsepsi. Marshall dan Gilmour (dalam Suparno, 2005 : 36) mengemukakan bahwa pengertian yang berbeda antara siswa dengan guru juga dapat menyebabkan terjadinya miskonsepsi. Kata dan istilah yang dikemukakan oleh guru diasosiasikan berdeda oleh siswa karena dalam kehidupan siswa kata dan istilah baru itu memiliki arti yang lain.


(33)

c) Pemikiran humanistik

Siswa sering melihat suatu benda dari sudut pandang manusiawi. Benda-benda dan situasi dipikirkan dalam diri seseorang dan secara manusiawi. Tingkah laku benda dipahami seperti tingkah laku manusia yang hidup sehingga tidak pas atau tidak cocok.

d) Reasoning yang tidak lengkap/salah

Reasoning atau penalaran siswa yang tidak lengkap atau salah dikarenakan informasi yang mereka peroleh tidak lengkap dapat mengakibatkan terjadinya miskonsepsi. Pemahaman yang salah juga dapat dikarenakan logika yang keliru dalam mengambil kesimpulan atau dalam menggeneralisasi sehingga dapat terjadi miskonsepsi. Selain itu miskonsepsi juga dapat terjadi karena siswa kurang teliti dalam pengamatan ataupun pengambilan data.

e) Intuisi yang salah

Intuisi adalah perasaan di dalam diri seseorang yang secara spontan mengungkapkan sikap atau gagasan tentang sesuatu sebelum diteliti secara objektif dan rasional. Pemikiran intuitif berasal dari pengamatan yang terjadi terus-menerus dan secara spontan jika menghadapi permasalahan, yang muncul di dalam benak siswa adalah pemikiran yang spontan itu.


(34)

f) Tahap perkembangan kognitif siswa

Siswa secara umum masih dalam tahap operational concrete yang jika mempelajari sesuatu konsep yang abstrak sulit untuk mencerna, menangkap, dan salah mengerti tentang konsep tersebut. Siswa baru dapat berpikir berdasarkan dengan hal-hal nyata yang dapat dilihat atau dirasakan dengan alat indra. g) Kemampuan siswa

Kemampuan siswa dalam berpikir dan memahami konsep berpengaruh besar terhadap adanya miskonsepsi atau tidak. Meskipun guru telah menjelaskan dengan benar dan gamblang, buku teks ditulis berdasarkan pengertian para ilmuwan, jika kemampuan daya tangkap siswa kurang atau tidak lengkap dapat menyebabkan miskonsepsi.

h) Minat belajar siswa

Dapat dikatakan bahwa siswa yang berminat pada suatu hal cenderung memiliki miskonsepsi yang lebih rendah jika dibandingkan dengan siswa yang tidak berminat pada hal yang sama tersebut. Siswa yang tidak berminat terhadap suatu mata pelajaran juga tidak mau mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh guru dan bahkan mereka tidak mau belajar mandiri tentang mata pelajaran yang tidak diminati tersebut.


(35)

2) Guru

Miskonsepsi yang dialami oleh siswa dapat juga diakibatkan oleh guru. Guru yang tidak siap dan tidak menguasai materi dapat menjadikan siswanya mengalami miskonsepsi. Beberapa guru yang mengajarkan materi secara keliru tetapi siswa menganggap konsep dari materi yang disampaikan oleh guru benar, maka siswa akan memegang konsep itu kuat-kuat. Hal tersebut mengakibatkan miskonsepsi yang sangat kuat yang ada di dalam diri siswa dan sulit untuk diperbaiki. Dengan demikian, sangat penting untuk guru dalam penguasaan materi dan penyampaian materi yang benar kepada siswa. Media elektronik seperti video atau media gambar dan praktek langsung dapat menguatkan materi serta konsep yang diterima oleh siswa.

3) Buku Teks a) Buku teks

Bahasa tulis, penjelasan yang sulit dipahami, dan penjelasan yang tidak benar dapat menyebabkan terjadinya miskonsepsi. Buku teks yang terlalu sulit untuk siswa pada levelnya dapat menyebabkan terjadinya miskonsepsi karena siswa sulit dalam memahami isi buku tersebut.


(36)

b) Buku Fiksi Sains

Buku ini dianggap baik karena membuat anak senang membaca dan mau belajar, akan tetapi disisi lain banyak hal yang dapat menyesatkan dan memunculkan miskonsepsi pada siswa. Pengarang membuat gagasan secara sederhana dan bahkan ekstrem yang kurang berdasarkan ilmu yang sesungguhnya.

c) Kartun

Kartun sangat menarik bagi siswa, namun jika konsep yang ada di dalam gambar-gambar kartun tersebut tidak ilmiah atau melenceng dari pendidikan dapat membuat siswa memiliki miskonsepsi. Guru atau orang tua yang menganjurkan untuk bacaan kartun sebagai salah satu sarana belajar sebaiknya juga melakukan pengawasan dan dampingan terhadap siswa.

4) Konteks

a) Pengalaman

Gagasan yang diperoleh dari pengalaman siswa sehari-hari dapat menyebabkan miskonsepsi karena adanya salah dalam memahami konsep.


(37)

b) Bahasa sehari-hari

Bahasa sehari-hari dapat mempengaruhi terjadinya miskonsepsi dalam bidang IPA dikarenakan bahasa sehari-hari biasanya memiliki arti yang berbeda dengan bahasa ilmiah. c) Teman lain

Teman lain atau teman sejawat misalnya dalam mengerjakan kerja kelompok dapat menjadi penyebab miskonsepsi jika salah satu dari mereka menjadi leader atau seseorang yang dianggap paling benar atau paling pintar.

d) Keyakinan dan ajaran agama

Commins (dalam Suparno, 2005 : 49) mengemukakan bahwa keyakinan ataupun ajaran agama yang diyakini kurang tepat sering membuat siswa tidak dapat menerima ilmu pengetahuan yang lain.

5) Metode Mengajar

Guru diharapkan untuk tidak membatasi diri hanya dengan satu metode saja. Guru perlu kreatif dan kritis dalam memilih metode yang akan digunakan dalam pembelajaran dan jangan sampai metode yang digunakan oleh guru menimbulkan terjadinya miskonsepsi. Metode-metode tersebut antara lain:


(38)

a. Metode ceramah

Jika guru menggunakan metode ceramah tanpa memperhatikan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau mengemukakan pendapat mereka, itu dapat memupuk miskonsepsi siswa.

b. Metode praktikum

Metode praktikum sangat membantu dalam proses pemahaman siswa, akan tetapi abstraksi yang lebih luas sering sulit ditangkap karena data yang ditemukan dalam praktikum sangat terbatas. c. Metode demonstrasi

Metode demostrasi yang sellau menampilkan yang benar, karena sudah direkayasa, dapat juga membuat siswa salah mengerti dalam memahami data.

d. Metode diskusi

Metode ini sangat membantu siswa untuk mengembangkan dan memeriksa kembali konsep dan pemahaman yang mereka bangun dengan membandingkan dengan konsep teman lain. Tetapi dengan membandingkan beberapa konsep dari teman, dapat menyebabkan terjadinya miskonsepsi.

6) Mengatasi Miskonsepsi

Secara garis besar menurut Suparno, (2005 : 55-82) dapat dituliskan sebagai berikut:


(39)

a) Mencari atau mengungkap miskonsepsi yang dilakukan siswa b) Mencoba menemukan penyebab miskonsepsi

c) Mencari perlakuan yang sesuai untuk mengatasi

4. Hakikat Pembelajaran IPA

Trianto (2010 : 10-11) mengemukakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam hakikatnya merupakan suatu proses, produk, dan aplikasi. IPA merupakan proses yang digunkan untuk mempelajari, menemukan, dan mengembangkan produk yang berhubungan dengan sains. Sebagai produk, IPA adalah sekumpulan pengetahuan dan konsep yang nantinya dapat dibangun dalam diri siswa. IPA sebagai aplikasi adalah teori-teori IPA akan menghasilkan teknologi yang dapat memberikan kemudahan bagi kehidupan manusia.

Fowler (dalam Djojosoediro, 2006 : 17) mendefinisikan ilmu pengetahuan alam sebagai pengetahuan yang sistematis dan disusun dengan menghubungkan gejala-gejala alam yang bersifat kebendaan dan didasarkan pada hasil pengamatan dan induksi. Djojosoediro (2006 : 18) mengatakan dalam artikelnya bahwa IPA adalah cabang pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data. Disusun dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejala-gejala alam. Kedua pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa IPA merupakan proses yang digunakan sebagai sarana untuk


(40)

mempelajari gejala-gejala alam yang bersifat kebendaan dan didasarkan pada hasil pengamatan.

IPA merupakan cabang pengetahuan yang mengkaji tentang fenomena atau gejala-gejala alam. IPA secara menyeluruh membahas mengenai bidang biologi, kimia, fisika, maupun astronomi. Bab ini hanya akan membahas IPA dalam bidang fisika saja. Hakikat fisika menurut Sutrisno (2006 : 1) adalah sebagai produk (“a body of knowledge”), fisika sebagai sikap (“a way of thinking”), dan fisika sebagai proses (“a way of investigating”).

Fisika sebagai proses atau “a way of investigating” merupakan gambaran para ilmuwan bekerja untuk menemukan dan melakukan penemuan-penemuan. IPA merupakan proses pemberian gambaran tentang pendekatan yang dugunakan untuk menyusun pengetahuan. Fisika sebagai produk atau “a body of knowledge” adalah hasil-hasil penemuan dari berbagai kegiatan penyelidikan kreatif dari para ilmuwan yang diinventarisir, dukumpulkan, dan disusun secara sistematik menjadi kumpulan pengetahuan. Pemikiran-pemikiran para ilmuwan menggambarkan rasa ingin tahu mereka yang besar dengan diiringi rasa percaya, sikap objektif, jujur, terbuka, serta mau mendengarkan pendapat orang lain. Sikap-sikap tersebutlah yang kemudian dimaknai IPA fisika sebagai sikap atau “a way of thinking”.


(41)

5. Pembelajaran IPA di SD kelas V semester 2

Menurut Depdiknas Ditjen Manajemen Dikdasmen Ditjen Pembinaan TK dan SD (2007 : 14) secara garis besar terdapat empat kelompok yang dibahas di dalam Ruang lingkup mata pelajaran IPA di sekolah dasar, yaitu:

a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, tumbuhan, hewan, interaksi makhluk hidup dengan lingkungan, serta kesehatan.

b. Benda, sifat-sifat benda dan kegunaannya meliputi antara lain benda padat, benda cair, dan gas.

c. Energi dan perubahannya meliputi antara lain gaya, bunyi, magnet, listrik, panas, cahaya, dan pesawat sederhana.

d. Bumi beserta alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

Penelitian ini membahas beberapa materi IPA yang ada di sekolah dasar antara lain:

a. Gaya

Gaya yang dikerjakan pada suatu benda akan mempengaruhi benda tersebut. Gaya terhadap suatu benda dapat mengakibatkan benda bergerak, berubah bentuk, dan berubah arah. Berdasarkan sumbernya, gaya dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesekan (Sulistyanto, dkk., 2008 : 89).


(42)

Azmiyawati (2008: 82-90) menuliskan bahwa gaya dibedakan menjadi 3 yaitu:

1). Gaya Gravitasi

Gaya gravitasi bumi sering dikenal dengan gaya tarik bumi. Gaya gravitasi bumi menyebabkan benda-benda yang ada di bumi tidak terlempar ke luar angkasa. Selain itu, gaya gravitasi membuat kita dapat berjalan di atas tanah. Gaya gravitasi juga menyebabkan semua yang ada di bumi mempunyai berat sehingga tidak melayang-layang di udara. Contoh gaya gravitasi berupa buah yang jatuh dari pohonnya dan dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.1 Buah jatuh dari pohonnya

Sumber:


(43)

2). Gaya Gesek

Gaya gesek merupakan gaya yang menimbulkan hambatan ketika dua permukaan benda saling bersentuhan. Penerapan gaya gesek antara lantai dan almari dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.2 Gesekan antara lantai dan almari

Sumber:

https://2.bp.blogspot.com/-cdUkYgOjqLA/UtoKSTLNl9I/AAAAAAAAAoA/NzJ8Xz5wOro/w800-h800/s.gif

3). Gaya Magnet

Gaya tarik pada magnet dapat menarik benda-benda tertentu. Bahan dari besi atau baja dapat ditarik magnet. Bahan dari plastik dan kayu tidak dapat ditarik magnet. Magnet mempunyai dua kutub. Pada keadaan bebas, magnet akan selalu menunjuk ke arah utara dan selatan. Ujung magnet yang mengarah ke utara disebut kutub utara, sedangkan ujung magnet yang mengarah ke selatan disebut kutub selatan. Salah satu contoh gaya magnet dalam ditunjukkan dengan gambar 2.3.


(44)

Gambar 2.3 : Contoh Gaya Magnet

Sumber:https://happychusnuraafi.files.wordpress.com/2015/06/images.jpg

b. Pesawat Sederhana

Semua jenis alat yang digunakan untuk memudahkan pekerjaan manusia disebut pesawat. Kesederhanaan dalam penggunaannya menyebabkan alat-alat tersebut dikenal dengan sebutan pesawat sederhana. Gabungan beberapa pesawat sederhana dapat membentuk pesawat rumit, contohnya mesin cuci, sepeda, mesin mobil, dan lain-lain. Pesawat sederhana dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu tuas, bidang miring, katrol, dan roda berporos (Sulistyanto, dkk., 2008 : 109-110).

1) Tuas

Tuas atau lebih sering disebut dengan nama pengungkit. Berdasarkan posisi atau kedudukan beban, titik tumpu, dan kuasa, tuas digolongkan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut :


(45)

a) Tuas golongan pertama

Pada tuas golongan pertama, kedudukan titik tumpu terletak di antara beban dan kuasa. Contoh alat yang menggunakan prinsip tuas golongan pertama dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.4 Alat yang menggunakan prinsip tuas golongan pertama

Sumber: http://1.bp.blogspot.com/-9jOeJCpPGvM/T4SMYNs0q8I/AAAAAAAAAh0/8v-ojpZgACI/s1600/Jenis+tuas.bmp


(46)

b) Tuas golongan kedua

Pada tuas golongan kedua, kedudukan beban terletak di antara titik tumpu dan kuasa. Contoh alat yang menggunakan prinsip tuas golongan kedua adalah:

Gambar 2.5 Alat yang menggunakan prinsip tuas golongan kedua

Sumber: http://1.bp.blogspot.com/-9jOeJCpPGvM/T4SMYNs0q8I/AAAAAAAAAh0/8v-ojpZgACI/s1600/Jenis+tuas.bmp


(47)

c) Tuas golongan ketiga

Pada tuas golongan ketiga, kedudukan kuasa terletak di antara titik tumpu dan beban. Contoh alat yang menggunakan prinsip tuas golongan ketiga dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.6 Alat yang menggunakan prinsip tuas golongan ketiga

Sumber: http://1.bp.blogspot.com/-9jOeJCpPGvM/T4SMYNs0q8I/AAAAAAAAAh0/8v-ojpZgACI/s1600/Jenis+tuas.bmp

2) Bidang Miring

Bidang miring merupakan permukaan rata yang menghubungkan dua tempat yang berbeda ketinggiannya. Azmiyawati (2008: 101) mengungkapkan bidang miring tergolong pesawat sederhana karena dapat mempermudah


(48)

pekerjaan yang dilakukan oleh manusia. Contoh penggunaan prinsip bidang miring dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:

Gambar 2.7 Contoh penggunaan prinsip bidang miring

Sumber:

http://3.bp.blogspot.com/-YMqE4psFl0w/UPV8Q9iNjOI/AAAAAAAAAHA/o4-e51gYsQ8/s1600/6.PNG

3) Katrol

Katrol merupakan roda yang berputar pada porosnya. Biasanya pada katrol juga terdapat tali atau rantai sebagai penghubungnya. Azmiyawati (2008: 103) mengatakan ada beberapa jenis katrol sebagai berikut:

a). Katrol tetap : katrol yang tidak berubah posisinya ketika digunakan untuk memindahkan benda.

b). Katrol bebas : katrol yang berubah posisinya ketika digunakan untuk memindahkan benda.

c). Katrol rangkap : katrol yang terdiri dari lebih dari satu katrol yang disusun berjajar.

d). Katrol ganda atau takal : katrol yang terdiri dari beberapa katrol yang disatukan

Untuk lebih memperjelas pengertian, dapat dilihat penggolongan jenis katrol pada gambar sebagai berikut:


(49)

Gambar 2.8 Jenis katrol

Sumber:

http://3.bp.blogspot.com/-cELuiIW96pQ/Vob9w5Z9r0I/AAAAAAAAA6Y/mPu4ivpVyHE/s1600/jenis-katrol.jpg

4) Roda Berporos

Roda berporos merupakan roda yang dihubungkan dengan sebuah poros yang dapat berputar bersama-sama.

c. Cahaya dan Sifat-sifatnya

Cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata. Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang dihasilkan dari perpaduan medan listrik dan medang magnet (Yousnelly, dkk., 2010: 104). Sumber cahaya dapat dibedakan menadi dua yaitu buatan yang berasal dari alam yaitu berupa matahari, sedangakan sumber cahaya buatan yang berasal adri buatan manusia berupa lampu listrik, lampu minyak, lilin, dan lampu senter.


(50)

Cahaya juga memiliki sifat-sifat yaitu: 1) Cahaya dapat merambat lurus, misalnya pada malam hari kemudian menyalakan lampu senter sehingga cahaya dapat dilihat bahwa cahaya merambat lurus; 2) Cahaya dapat menembus benda bening, misalnya menyenteri air cahaya akan menembus air; 3) Cahaya dapat dipantulkan, contohnya sinar senter diarahkan kecermin dan diarahkan ke dinding, cahaya tersebut akan terlihat memantul kedinding; 4) Cahaya dapat membias, misalnya pensil dimasukan kedalam gelas yang terisi air akan terlihat patah. Hal tersebut terjadi karena cahaya dibiaskan mendekati garis normal; 5) Cahaya dapat diuraikan, misalnya peristiwa penguraian cahaya adalah matahari (Yousnelly, dkk., 2010: 105-113).

Sifat-sifat cahaya dapat dimanfaatkan untuk membuat suatu alat-alat optik yaitu 1) Kaca pembesar atau biasa disebut lup. Kaca pembersar merupakan mikrkop yang paling sederhana untuk melihat benda-benda kecil; 2) Kamera adalah alat yang digunakan untuk membentuk suatu gambar; 3) Mikroskop adalah alat optik yang digunakan untuk mengamati benda-bendak renik; 4) Teropong adalah alat optik yang digunakan untuk mengamati benda-benda yang letaknya jauh; 5) Periskop adalah sejenis teropong yang biasa dipasang pada kapal selam untuk mengamati keadaan di permukaan laut; 6) Overhead Projector (OHP)


(51)

digunakan pada gambar tembus cahaya untuk suatu media pembelajaran, rapat, atau seminar (Haryanto, 2004: 153-154).

Periskop adalah sejenis teropong yang biasanya terdapat pada kapal selam untuk mengamati keadaan di permukaan laut. Periskop dapat digunakan untuk melihat benda yang berada di atas batas pandang (Sulistyanto, dkk., 2008 : 139). Gambar periskop dapat dilihat pada gambar 2.9.

Gambar 2.9 : Contoh Periskop Sumber:

http://1.bp.blogspot.com/-O-bVzjYOzmA/Vmv3N853wI/AAAAAAAADTg/KsrtcU4rGOE/s1600/Periskop.jpg

d. Proses Pembentukan Tanah Karena Pelapukan Batuan

Tanah merupakan hasil dari pelapukan yang terjadi pada batuan. Batuan yang berada di atas permukaan tanah akan mengalami perubahan secara terus menerus karena adanya pengaruh dari lingkungan. Perubahan cuaca, suhu, dan tekanan udara dapat menyebabkan batuan memuai kemudian pecah menjadi batuan-batuan yang lebih kecil lagi. Batuan-batuan tersebut lama-kelamaan akan menjadi butiran-butiran halus (Sulistyanto, dkk., 2008 : 150). Proses


(52)

penbentukan tanah karena pelapukan batuan dapat dilihat pada gambar 2.10.

Gambar 2.10 : Proses Pembentukan Tanah Akibat Pelapukan Batuan Sumber:

http://1.bp.blogspot.com/-pCQ_LRKO0H4/VhgLl29PAiI/AAAAAAAABRQ/03pBzDQPDrA/s1600/daur%2Bbatu an.jpg

e. Susunan Bumi

Sulistyanto, dkk., (2008 : 152-153) menuliskan bahwa bumi merupakan salah satu anggota tata surya dengan matahari sebagai pusatnya. Jika bumi diiris maka akan tampak lapisan-lapisan bumi. Struktur bumi dari dalam ke luar adalah lapisan inti bumi dalam, inti bumi luar, selimut bumi, dan kerak bumi. Susunan bumi tampak berlapis-lapis seperti pada gambar 2.11.


(53)

Gambar 2.11 : Susunan Bumi

Sumber: https://fiflowers.files.wordpress.com/2012/10/picture13.png

Lapisan inti bumi dalam merupakan pusat bumi. Lapisan inti dalam memiliki diameter sebesar 2600 km. Lapisan ini terbentuk dari besi dan nikel padat dan merupakan lapisan yang paling panas.

Lapisan inti bumi luar merupakan lapisan tersusun atas cairan yang sangat kental. Ketebalan lapisan ini adalah 2200 km. Lapisan inti bumi luar berbatasan dengan lapisan selimut bumi. Lapisan ini memiliki ketebalan 2900 km dan terdiri atas cairan silikat kental. Pada bagian atas lapisan selimut ini berbatasan dengan kerak bumi. Pada bagian inilah sering terjadi pergerakan yang diakibatkan karena melelehnya kerak bumi bagian bawah dan menerobosnya cairan silikat kental panas melalui celah-celah kerak bumi. Cairan ini dikenal dengan sebutan magma. Pergerakan magma inilah yang menyebabkan terjadinya gempa bumi.


(54)

Lapisan kerak bumi merupakan lapisan dimana makhluk hidup tinggal. Pada lapisan ini banyak terdapat batuan. Selain itu juga terdapat mineral dan tanah.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan yang pertama dilakukan oleh Suryanto & Hewindati (2002) dengan judul “Pemahaman Murid Sekolah Dasar (SD) Terhadap Konsep-Konsep Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Berbasis Biologi: Suatu Diagnosis Adanya Miskonsepsi”. Metode yang digunakan adalah metode penelitian survey. Hasil dari penelitian ini adalah masih banyak miskonsepsi yang terjadi pada konsep-konsep yang diteliti. Kriteria 75% pemahaman konsep murid yang benar, hanya ada satu konsep yang mampu dikuasai dengan baik. Miskonsepsi yang terjadi dikarenakan murid dalam memahami suatu konsep mengandalkan pengalaman sehari-hari dan hasil pemikiran logis murid.

Penelitian yang kedua dilakukan oleh Pujayanto (2006) dengan judul penelitian “Miskonsepsi IPA (Fisika) pada Guru SD” yang menerapkan metode penelitian expose facto. Sumber data yang digunakan merupakan sumber data primer, karena penelitian memperoleh data langsung dari subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah semua guru Kelas 5 Sekolah Dasar di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar. Sampel diambil secara acak dari guru-guru kelas 5 SD di


(55)

Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar. Sampel terdiri dari 20 orang guru.

Teknik pengambilan data yang digunakan adalah tes. Instrumen tes yang digunaka berupa tes diagnostik miskonsepsi pada pokok bahasan Gaya dan Cahaya. Untuk menjawab hipotesis penelitian digunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, yaitu berupa analisis kualitatif tentang ada tidaknya miskonsepsi.

Dari hasil analisis data ternyata terbukti bahwa guru mengalami miskonsepsi IPA (Fisika) pada pokok bahasan Gaya dan Cahaya. Adapun profil miskonsepsi yang dimiliki guru (lebih dari 30%) dan besar persentase miskonsepsinya sebagai berikut adalah sebagai berikut: 1). gaya dapat berupa tarikan atau dorongan, gaya magnet selalu berupa tarikan (45%); 2). gaya gravitasi dapat berupa dorongan maupun tarikan (40 %); 3). massa benda di bumi sama dengan massa benda di bulan, berat benda di bumi sama dengan berat benda di bulan (60%); 4). setiap dua benda bersentuhan muncul gaya gesekan (60%); 5). pesawat sederhana meringankan kerja manusia, berarti pada umumnya dengan menggunakan pesawat sederhana gaya (kuasa) dan energi yang digunakan menjadi lebih kecil (100 %); 6). cahaya merambat lurus, berarti cahaya tidak dapat dipantulkan oleh permukaan tembok tetapi dapat dibiaskan oleh sebuah medium (85%); 7). Benda dapat dilihat jika benda tersebut sebagai sumber cahaya atau ada cahaya dari mata yang sampai ke benda (50%); 8). cahaya lampu neon dapat


(56)

diurai menjadi cahaya warna pelangi, karena cahaya lampu neon adalah cahaya putih seperti cahaya putih matahari (55%).

Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Taufiq (2012) dengan judul penelitian ” Remediasi Miskonsepsi Mahasiswa Calon Guru Fisika pada Konsep Gaya Melalui Penerapan Model Siklus Belajar (Learning Cycle) 5E” Penelitian ini mengenai upaya identifikasi miskonsepsi mahasiswa berkaitan dengan konsep gaya menggunakan Certainty of Response Index (CRI) dan Wawancara. Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa mahasiswa mengalami miskonsepsi berkaitan dengan konsep gaya dengan berbagai tingkatan yang berbeda-beda yaitu tingkat tinggi, sedang, dan rendah. Penggunaan tes model Certainty of Response Index (CRI) dalam penelitian ini sangat membantu peneliti khususnya untuk memetakan tingkat miskonsepsi yang dialami oleh mahasiswa. Implementasi model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) 5E mampu menurunkan proporsi siswa yang mengalami miskonsepsi mahasiswa pada konsep gaya, yakni dari 46% menjadi 2,8%. Dengan demikian ada peningkatan proporsi penurunan jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi sebanyak 43,2%, Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) 5E efektif mampu untuk meningkatkan proporsi penurunan jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi.

Penelitian yang keempat dilakukan oleh Tayubi (2005) dengan judul “ Identifikasi Miskonsepsi Pada Konsep-Konsep Fisika Menggunakan Certainty of Response Index (CRI)”. Cara mengobati siswa yang mengalami


(57)

miskonsepsi akan sangat berbeda dengan cara mengobati siswa yang tidak tahu konsep. CRI dikembangkan untuk mengidentifikasi terjadinya miskonsepsi sekaligus dapat membedakannya dengan tidak tahu konsep. Secara sederhana CRI dapat diartikan sebagai ukuran tingkat keyakinan/kepastian responden dalam menjawab setiap pertanyaan (soal) yang diberikan.

Hasil ujicoba penggunaan CRI dalam pengajaran fisika, menunjukkan bahwa metode ini cukup ampuh digunakan untuk membedakan antara siswa yang mengalami miskonsepsi dan yang tidak tahu konsep. Selain itu penggunaannya pada proses belajar mengajar sangat dimungkinkan karena proses pengidentifikasian dan penganalisisan hasilnya tidak memakan waktu yang lama. Satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam penggunaan CRI adalah kejujuran siswa dalam mengisi CRI untuk jawaban suatu soal, karena nantinya akan menentukan pada keakuratan hasil identifikasi yang dilakukan.

C. Kerangka Berpikir

Belajar IPA adalah belajar tentang alam yang dapat diperoleh seseorang sejak orang tersebut berinteraksi dengan alam melalui pengalaman hidupnya. Banyak hal yang dapat diperoleh melalui pengalaman dan hal tersebut menjadi sebuah pengetahuan awal ketika seseorang tersebut memasuki pendidikan formal. Materi IPA di sekolah dasar bukanlah mata pelajaran yang berisi sejarah IPA tetapi merupakan


(58)

materi yang dikembangkan berdasarkan pengalaman dan kegiatan-kegiatan nyata yang ada di lingkungan siswa. Oleh karena itu, mata pelajaran IPA tidak dapat diberikan dengan ceramah dan menulis saja tetapi harus didasarkan pada pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari dan diperoleh melalui kegiatan praktikum atau langsung berinteraksi dengan benda yang dipelajari.

Miskonsepsi terjadi sejak awal atau sejak masih kecil dengan membangun konsep berdasarkan pengalaman hidup yang siswa alami. Miskonsepsi merupakan kesalahan pemahaman suatu konsep yang telah dibangun, yang berbeda dari pemahaman para ahli atau ilmuwan. Pemahaman atau daya tangkap yang dimiliki siswa pun berbeda-beda. Dari paparan yang telah disampaikan, untuk mengetahui ada atau tidaknya miskonsepsi yang dilakukan oleh siswa pada mata pelajaran IPA Fisika kelas V SD yang berhubungan dengan materi gaya, pesawat sederhana, sifat cahaya, periskop, proses pembentukan tanah, dan susunan bumi dilakukanlah penelitian. Penelitian ini berjudul “Miskonsepsi IPA Fisika Siswa Kelas V Semester 2 SD Negeri Se-Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Tahun 2015”. Alat penelitian yang digunakan yakni tes pilihan gandan dan uraian. Dari hasil tes yang telah diujikan, jawaban siswa dianalisis untuk mengetahui ada atau tidaknya miskonsepsi yang dilakukan oleh siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Cangkringan.


(59)

Gambar 2.12 Literature Map Penelitian-penelitian Relevan

Berdasarkan gambar 2.12 dapat dilihat bahawa keempat penelitian yang telah dilakukan sebelumya digunakan oleh peneliti sebagai dasar penelitian ini.

judul “Pemahaman Murid Sekolah Dasar (SD) Terhadap Konsep-Konsep Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Berbasis Biologi: Suatu Diagnosis Adanya Miskonsepsi”

Tayubi (2005) dengan judul “ Identifikasi Miskonsepsi Pada Konsep-Konsep Fisika Menggunakan Certainty of Response Index (CRI)”

Taufiq (2012) dengan judul penelitian ”Remediasi Miskonsepsi Mahasiswa Calon Guru Fisika pada Konsep Gaya Melalui Penerapan Model Siklus Belajar (Learning Cycle) 5E”

Pujayanto (2006) dengan judul penelitian “Miskonsepsi IPA (Fisika) pada Guru SD”

Penelitian Yang Dilakukan Oleh Peneliti

Miskonsepsi IPA Fisika Siswa Kelas V Semester 2 SD Negeri Se-Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Tahun 2015


(60)

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Miskonsepsi IPA Fisika masih terjadi pada siswa kelas V semester 2 SD Negeri se-Kecamatan Cangkringan, Sleman pada konsep gaya, konsep sifat-sifat cahaya, konsep pesawat sederhana, dan konsep proses pembentukan tanah.


(61)

40 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III metode penelitian membahas mengenai jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik pengujian instrumen, serta teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian kuantitatif deskriptif dengan metode survey menurut Margono (dalam Darmawan, 2013 : 37) adalah proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data angka sebagai alat menemukan keterangan tentang apa yang ingin kita ketahui. Penelitian kuantitatif dapat dilakukan dengan penelitian deskriptif, penelitian hubungan/korelasi, penelitian kuasi-eksperimental, dan penelitian eksperimental. Sugiyono (2011 : 8) mengatakan bahwa metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, biasanya digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Penelitian kuantitatif pada umumnya dilakukan pada sampel yang diambil secara random, sehingga kesimpulan hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi di mana sampel tersebut diambil.


(62)

Berdasarkan paparan dari kedua ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian kuantitatif adalah proses pengumpulan data menggunakan angka. Penelitian kuantitatif pada umumnya menggunakan sampel yang diambil secara random atau acak. Pengumpulan data dilakukan dengan instrumen tes tertulis melalui metode survey.

Metode survey menurut Sukmadinata (2008 : 82 – 83) sering digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang populasi yang besar dengan menggunakan sampel yang relatif kecil. Tiga karakteristik dari survey adalah: 1) Informasi dikumpulkan dari sekelompok besar orang untuk mendiskripsikan beberapa aspek atau karakteristik tertentu seperti: kemampuan, sikap, kepercayaan, pengetahuan dari populasi, 2) Informasi diperoleh dari melalui pengajuan pertanyaan (umumnya tertulis bisa juga lisan) dari suatu populasi, 3) Informasi diperoleh dari sampel, bukan dari populasi.

Effendi (2012 : 3 – 4) memaparkan bahwa penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Penelitian survey dapat digunakan untuk maksud (1) penjajakan (eksploratif), (2) deskriptif, (3) penjelasan, (4) evaluasi, (5) prediksi, (6) penelitian operasional, (7) pengembangan indikator-indikator soaial.

Kedua pemaparan di atas dapat ditatrik kesimpulan bahwa metode penelitian survey merupakan penelitian dengan populasi yang banyak akan tetapi hanya diambil beberapa sampel untuk mewakilinya. Penelitian ini


(63)

menggunakan metode survey sebagai alat untuk mengetahui miskonsepsi IPA Fisika pada semester 2 siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Cangkringan, Sleman.

B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri se-Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman dengan melihat miskonsepsi IPA Fisika yang ada di SD Negeri tersebut. Pemilihan tempat di SD se-Kecamatan Cangkringan karena berdasar wawancara yang telah dilakukan dengan guru dan kepala sekolah di SD Negeri kecamatan Cangkringan. Berdasarkan hasil wawancara pra survei ditemukan permasalahan mengenai miskonsepsi pada mata pelajaran IPA Fisika. Rendahnya pemahaman siswa tentang materi IPA Fisika membuat rendahnya KKM yang ditentukan. Penelitian dikhususkan pada SD Negeri se-Kecamatan Cangkringan, Sleman yang menerapkan KTSP atau kurikulum 2006 dengan Standar Kompetensi (SK) 5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya dan Kompetensi Dasar (KD) 5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet), 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat, 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya, 6.2 Membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa


(64)

dari bahan, 7.1 Pesawat sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya, 7.2 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan, serta 7.3 Mendeskripsikan struktur bumi.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Desember 2015. Penyusunan proposal dilakukan pada bulan Maret yang dilanjutkan dengan mengurus perijinan di bulan April. Bulan April juga dilakukan penyusunan instrumen penilaian dan melakukan validasi instrumen beserta revisi dan uji coba instrumen pada bulan Mei. Pengumpulan data dari seluruh SD Negeri se-Kecamatan Cangkringan berlangsung selama satu bulan yaitu pada bulan Juni. Bulan Juli dan bulan Agustus dilakukan pengolahan data untuk disusun sebagai laporan pada bulan September, Oktober, dan November. Bulan Desember dilakukan revisi-revisi dari skripsi sebelum ujian.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian dapat ditarik suatu kesimpulan. Populasi bukan hanya orang, melainkan objek dan


(65)

benda-benda alam yang lain. Populasi bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi semua karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek maupun objek, Sugiyono (2011 : 80).

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Cangkringan, Sleman yang berjumlah 324 siswa. Populasi selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.1. Populasi Penelitian.

Tabel 3.1. Populasi Penelitian

No Nama SD Alamat Desa/

Kelurahan

Jumlah Siswa

1 SD N BRONGGANG Gayam Argomulyo 15

2 SD N BRONGGANG BARU Bronggang Argomulyo 24 3 SD N CANGKRINGAN I Brongkol Argomulyo 9

4 SD N CANGKRINGAN II Jetis Argomulyo 11

5 SD N KUWANG Kwangen Argomulyo 17

6 SD N BANARAN Jiwan Argomulyo 11

7 SD N CANCANGAN Gatak Gatak 31

8 SD N GLAGAHARJO Glagahharjo Glagaharjo 22

9 SD N SRUNEN Gading Glagaharjo 22

10 SD N KEPUHARJO Batur Kepuharjo 30

11 SD N UMBULHARJO II Gondang Umbulharjo 43 12 SD N UMBULHARJO Plosorejo Umbulharjo 12

13 SD N GUNGAN Geblok Wukirsari 6

14 SD N KIYARAN I Kiyaran Wukirsari 19

15 SD N KIYARAN II Sembungan Wukirsari 14

16 SD N PUSMALANG Pusmalang Wukirsari 18

17 SD N WATUADEG Watuadeg Wukirsari 20

Total Siswa 324

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi, Sugiyono (2011 : 81). Sampel dalam penelitian


(66)

ini dihitung dengan menggunakan tabel Krejcie dan Morgan dengan taraf kepercayaan 95% dan taraf kesalahan 5%. Fenandez (dalam Sumanto, 2014 : 210) menuliskan bahwa untuk menentukan besar sampel Krejcie dan Morgan telah memberikan aturan praktis.

Dari penghitungan populasi penelitian yang peneliti lakukan, diperoleh yaitu 324 siswa, maka berdasarkan tabel Krejcie dan Morgan pada lampiran 2.2, sampel yang diambil dalam penelitian ini sebesar 169 siswa. Sampel ditentukan dengan rumus sebagai berikut: Sampel Sekolah = Jumlah siswa kelas V x Jumlah Sampel (169)

Populasi

Setelah melakukan penghitungan, sampel setiap sekolah dapat dilihat sebagai berikut pada tabel (3.2. Hasil Penghitungan Sampel) :

Tabel 3.2. Hasil Penghitungan Sampel

No. Nama SD Jumlah

Siswa Sample Penelitian

Pem- bulatan

1 SD N BRONGGANG 15

× 169 =

7,8 8

2 SD N BRONGGANG

BARU 24 × 169 = 12,48 12

3 SD N CANGKRINGAN I 9 × 169 = 4,68 5

4 SD N CANGKRINGAN II 11 × 169 = 5,72 6

5 SD N KUWANG 17 × 169 = 8,84 9

6 SD N BANARAN 11 × 169 = 5,72 6

7 SD N CANCANGAN 32 × 169 = 16,64 17

8 SD N GLAGAHARJO 22 × 169 = 11,44 11

9 SD N SRUNEN 22 × 169 = 11,44 11

10 SD N KEPUHARJO 30 × 169 = 15,6 16

11 SD N UMBULHARJO II 43 × 169 = 22,36 22


(67)

No. Nama SD Jumlah

Siswa Sample Penelitian

Pem- bulatan

13 SD N GUNGAN 6 × 169 = 3,12 3

14 SD N KIYARAN I 19 × 169 = 9,88 10

15 SD N KIYARAN II 14 × 169 = 7,28 7

16 SD N PUSMALANG 18 × 169 = 9,36 9

17 SD N WATUADEG 20 × 169 = 10,4 10

Total 169

Peneliti melakukan perhitungan untuk menetukan jumlah sampel sebelum peneliti menentukan anggota sampel dari populasi. Penentuan anggota sampel ini menggunkan simple random sampling. Simple random sampling yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2011: 82).

Peneliti dalam menentukan anggota sampel yaitu dengan cara membuat undian. Peneliti menggunaka gulungan kertas kecil yang diberi nomor, nomor tersebut berupa nomor absen siswa yaitu sebagai nomor populasi. Peneliti mengambil gulungan tesebut secara acak sesuai dengan jumlah sampel yang telah ditentukan setiap sekolahnya.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang ditetapkan dan dipelajari oleh peneliti sehingga dapat diperoleh informasi da dapat ditarik suatu kesimpulan (Sugiyono, 2009 : 60). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada 2, yaitu miskonsepsi IPA Fisiska sebagai


(68)

variabel bebas dan siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Cangkringan sebagai variabel terikat.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan melalui beberapa cara yakni interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan studi dokumenter (Sukmadinata, 2008 : 216). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melalui studi dokumenter yakni merupakan teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti melakukan analisis terhadap dokumen-dokumen untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian (Mahdi, 2014 : 119). Dokumen-dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah data siswa kelas V dari UPT maupun dari masing-masing sekolah.

Selain studi dokumenter penelitian ini menggunakan teknik wawancara. Wawancara (interview) menurut Sugiyono (2011 : 137 – 138) adalah teknik yang dapat digunakan oleh peneliti apabila ingin melakukan studi pendahuluan guna menemukan permasalahan yang harus diteliti. Selain itu peneliti dapat mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dalam jumlah responden sedikit atau kecil. Peneliti menggunakan teknik wawancara untuk mengetahui dan memperoleh informasi tentang pemahaman siswa pada konsep IPA Fisika kelas V semester 2.


(69)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa instrumen tes. Instrumen tes digunakan untuk mengetahui miskonsepsi IPA siswa kelas V SD se-Kecamatan Cangkringan, Sleman. Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek (Widoyoko, 2009 : 45). Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes pilihan ganda dan uraian. Instrumen tes yang digunakan berupa 50 soal pilihan ganda dan 11 soal uraian. Kisi-kisi soal tes yang digunakan oleh peneliti dapat dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Pilahan Ganda dan Uraian

No Kompetensi Inti

Kompetensi

Dasar (KD) Indikator

Nomor Soal Pilihan Ganda Nomor Soal Uraian 1. 5

5.1 5.1.1 1, 2, 3 2

5.1.2 4, 5, 6

5.2

5.2.1 7, 8, 9, 10,

11, 12 1

5.2.2 13, 14, 15 6

5.2.3 16, 17, 18 2.

6 6.1

6.1.1 19, 20, 21,

22, 23 4

6.1.2 24, 25, 26,

27, 28 5

6.2 6.2.1 29, 30, 31

3.

7

7.1 7.1.1 32, 33, 34, 35 8

7.1.2 36, 37, 38 7

7.2 7.2.1

39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48

10, 11

7.3 7.3.1 49, 50 3, 9

Instrumen tes dipilih untuk mengetahui miskonsepsi IPA Fisika yang terjadi pada siswa kelas V SD Negeri semester 2 se-Kecamatan Cangkringan, Sleman. Tes dilakukan kepada sampel penelitian yang sudah


(70)

ditetapkan sebelumnya. Pengujian instruman tes dilaksanakan antara bulan Mei akhir sampai bulan Juni awal.

G. Teknik Pengujian Instrumen

Instrumen penelitian yang akan digunakan harus melalui pengujian validitas dan reliabilitas. Uji validitas meliputi tiga hal yaitu validitas isi, validitas muka, dan validitas konstruk. Ketiga validitas dan reliabilitas akan dikenakan pada instrumen tes.

1. Uji Validitas

Uji validitas dapat dilihat dari hasil penelitian yang dapat dikatakan valid apabila ada kesamaan antara data terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Sugiyono (2009 : 173) mengatakan bahwa instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan atau mengukur data itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

a. Validitas Isi

Validasi isi (content validity) adalah instrumen bentuk tes yang biasanya digunakan untuk mengukur prestasi belajar (achievement) dan mengukur efektifitas pelaksanaan program dan tujuan (Sugiyono, 2009 : 176). Siregar (dalam Rosita, 2014 : 53) menemukakan bahwa validitas isi berkaitan dengan kemampuan suatu instrumen dalam mengukur isi (konsep) yang


(71)

harus diisi. Validitas isi menggunakan cara yang sering disebut dengan expert judgment. Validitas isi diberikan oleh para ahli yang bidang keahliannya berhubungan dengan penelitian ini. Instrumen yang divalidasi yaitu berupa 50 soal pilihan ganda dan 11 soal uraian. Validator atau ahli yang dipilih untuk melakukan validitas isi adalah 2 dosen dari Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma dan 2 guru Sekolah Dasar Kelas V.

Validator memberikan nilai pada lembar penilaian yang diberikan dengan skala skor dalam lembar penilaian instrumen menggunakan skala Likert. Skala skor yang biasa digunakan dalam Skala Likert meliputi Skor 5 : Sangat Sesuai, Skor 4 : Sesuai, Skor 3 : Ragu-ragu, Skor 2 : Kurang Sesuai, dan Skor 1 : Tidak sesuai. Untuk menghindari kecenderungan validator memilih ragu-ragu, maka dalam penelitian ini ragu-ragu dihilangkan menjadi Skor 4 : Sangat Sesuai, Skor 3 : Sesuai, Skor 2 : Kurang Sesuai, dan Skor 1 : Tidak sesuai

Lembar penilaian dibuat berdasarkan indikator-indikator dan hasil akhirnya akan diakumulasi kemudian dikategorikan menggunakan kriteria yang telah ditentukan. Ketentuan pelaksanaan revisi terhadap instrumen diatur dalam tabel berikut. Tabel 3.4. Ketentuan Pelaksanaan Revisi Instrumen


(72)

Penilaian Kuantitatif

Penilaian

Kualitatif Keputusan

>3 Positip Tidak Revisi

>3 Negatif Revisi pada bagian tertentu

<3 Positif Revisi

<3 Negatif Revisi

Tabel 3.4 Ketentuan Pelaksanaan Revisi Instrumen Prof. Dr. Paulus Suparno, SJ, M.S.T. ditunjuk sebagai validator pertama pada penelitian ini. Beliau menilai layak atau tidaknya soal-soal yang akan digunakan untuk menguji miskonsepsi pada siswa SD. Prof. Dr. Paulus Suparno, SJ, M.S.T. dipilih menjadi validator bagian miskonsepsi dikarenakan beliau ahli dalam bidang tersebut dan beliau juga menjabat sebagai dosen pendidikan Fisika. Selain itu, beliau juga menulis beberapa buku tentang miskonsepsi.

Validator kedua yang dipilih adalah Ir. Sri Agustini Sulandari, M.Si. Beliau menilai pada bagian isi soal, yaitu menilai pantas atau tidaknya soal yang telah dibuat dengan kunci jawaban. Ir. Sri Agustini Sulandari, M.Si. dipilih menjadi validator kedua karena beliau menjabat sebagai dosen Pendidikan Fisika.

Validator yang ketiga adalah ibu Ibu Ari Trisnawati, S.Pd. salah seorang guru kelas V di kabupaten Sleman dan validator keempat adalah Bapak Agustinus Tarmadi, S.Pd. yaitu guru kelas V di salah satu sekolah di kabupaten Magelang. Bapak dan Ibu guru tersebut khusus menilai bahasa yang digunakan dalam


(73)

soal mudah dipahami siswa atau tidak sehingga siswa tidak merasa kebingungan saat mengerjakan soal.

b. Validitas Muka

Validitas muka (face validity) adalah kemampuan dari instrumen untuk mengukur suatu konten, Siregar (dalam Rosita, 2014 : 62). Pengukuran validitas muka yang dilakukan tampak baik dengan melihat indikator pengukurannya.

Validitas muka dilaksanakan dengan 38 soal pilihan ganda dan 9 soal uraian yang sebelum memasuki tahap ini, isinya sudah divalidasi oleh para validator. Validitas muka pada instrumen tes dilakukan oleh lima siswa kelas V SD Negeri Candiroto 1, Temanggung. Alasan memilih Siswa kelas V SD Negeri Candiroto 1 karena mereka sudah mempelajari materi yang akan diujikan. Masih terdapat beberapa soal pilihan ganda yang dianggap membingungkan siswa saat mengerjakan. Hasil validitas muka dapat dilihat pada tabel 3.7. Hasil Validitas Muka

Tabel 3.5 Hasil Validitas Muka No

Item Tanggapan dari siswa Keterangan Soal Pilihan Ganda

18 Soal kurang mudah dipahami

Bahasa sulit dipahami 20 Soal membingungkan

24 Soal membingungkan 34 Kata-kata pada pilihan b


(1)

Lampiran 5.2 Hasil Reliabilitas Instrumen Soal Pilihan Ganda Uji Empiris

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 51 100.0

Excludeda 0 .0

Total 51 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Part 1 Value .682

N of Items 11a

Part 2 Value .699

N of Items 11b

Total N of Items 22

Correlation Between Forms .703

Spearman-Brown Coefficient Equal Length .826

Unequal Length .826

Guttman Split-Half Coefficient

.826

a. The items are: Aitem2, Aitem4, Aitem8, Aitem9, Aitem11, Aitem12, Aitem13, Aitem14, Aitem15, Aitem16, Aitem19.

b. The items are: Aitem21, Aitem22, Aitem27, Aitem28, Aitem29, Aitem30, Aitem31, Aitem34, Aitem35, Aitem37, Aitem38.


(2)

Lampiran 5.3 Hasil Validitas Instrumen Soal Uraian Uji Empiris

total

total Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)

N 51

item1 Pearson Correlation .696**

Sig. (2-tailed) .000

N 51

item2 Pearson Correlation .384**

Sig. (2-tailed) .005

N 51

item3 Pearson Correlation .653**

Sig. (2-tailed) .000

N 51

item4 Pearson Correlation .636**

Sig. (2-tailed) .000

N 51

item5 Pearson Correlation .406**

Sig. (2-tailed) .003

N 51

item6 Pearson Correlation .551**

Sig. (2-tailed) .000

N 51

item7 Pearson Correlation .554**

Sig. (2-tailed) .000

N 51

item8 Pearson Correlation .421**

Sig. (2-tailed) .002

N 51

item9 Pearson Correlation .772**

Sig. (2-tailed) .000


(3)

Lampiran 5.4 Hasil Reliabilitas Instrumen Soal Uraian Uji Empiris

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 51 100.0

Excludeda 0 .0

Total 51 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items


(4)

Lampiran 6


(5)

Lampiran 6.1 Dokumentasi kegiatan penelitian

a. Saat siswa mengerjakan soal


(6)

BIODATA PENELITI

Onestya Inggi Asmarani lahir di Gunungkidul pada tanggal 26 Januari 1994yang merupakan anak pertama dari pasangan suami istri Bowo Suratno dan Cicilia Winarni. Peneliti memasuki TK Theresia Kelor pada tahun 1997 dan tamat pada tahun 2000. Peneliti menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Wiladeg pada tahun 2000-2006, kemudian peneliti melanjutkan kejenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri I Wonosari dan lulus pada tahun 2009. Tahun 2009-2012 peneliti menempuh pendidikan di SMA Negeri I Karangmojo, Gunungkidul. Pada tahun 2012, peneliti melanjutkan pendidikan pada jenjang Perguruan Tinggi dengan memilih Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama menjadi mahasiswa di PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, peneliti juga mengembangkan kemampuannya baik di bidang akademik maupun non akademik dengan mengikuti beberapa kegiatan yang diselenggarakan oleh kampus. Beberapa kegiatan tersebut antara lain, Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa (PPKM) I dan II, Kursus Mahir Dasar (KMD) Pembina Pramuka, English Club, Program Pengalaman Lapangan (PPL), dan lain-lain.