Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021
Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021
5.1.
Potensi Pendanaan APBD
Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman
di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan
bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total
belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan
infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada. Perlu disusun
tabel proporsi berdasarkan sektor-sektor Cipta Karya yang ada.
Tabel 5.1. Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya Kota
Surabaya Tahun 2010-2012
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Sektor
Alokasi
%
Alokasi
%
Alokasi
%
(Rp. Juta)
APBD
(Rp. Juta)
APBD
(Rp. Juta)
APBD
Pengembangan
Air
776,00
0,021
1.750,00
0,047
21.505,00
0,500
Minum
Pengembangan PLP
965,00
0,027
11.906,00
0,317
565,00
0,013
Pengembangan
136.281,00
3,747
125.000,00
3,330
100.000,00
2,327
Permukiman
Penataan Bangunan &
10.133,00
0,279
12.000,00
0,320
2.149,33
0,050
Lingkungan
Total Belanja APBD
148.155,00
4,073
150.656,00
4,014
124.219,33
2,890
Bidang CK
Total Belanja APBD 3.637.069,26
3.753.710,41
4.297.950,22
Sumber : Hasil Perhitungan, 2010-2012
Belanja Daerah Kota Surabaya
Tahun 2012
Belanja Lainnya
97,11%
Gambar 5.1.
2,89%
Belanja Infrastruktur CK
Grafik Proporsi Belanja Cipta Karya terhadap APBD Kota Surabaya Tahun
2012
Kerangka Strategi Pembiayaan Infrastruktur Bidang Cipta Karya 5 - 1
Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021
Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan
regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas
dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi
APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya
sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya
Adapun hasil dari proses perhitungan tersebut, disajikan dalam Tabel 5.2.
Kerangka Strategi Pembiayaan Infrastruktur Bidang Cipta Karya 5 - 2
Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021
Pendapatan Daerah
Pendapatan Asli Daerah
Dana Perimbangan
1 Dana Bagi Hasil Pajak
2 Dana Bagi Hasil bukan Pajak
3 Dana Alokasi Umum
4 Dana Alokasi Khusus
Lain-Lain Pendapatan Daerah
yang Sah
Total Pendapatan
Tabel 5.2. Proyeksi Pendapatan APBD dalam 5 Tahun ke Depan
Persentase
Proyeksi (Rp. Juta)
Pertumbuhan
2013
2014
2015
2016
2017
(%)
19.69 2,728,469.75 3,265,705.44 3,908,722.84 4,678,350.37 5,599,517.56
(7.02) 1,332,466.34 1,238,927.20 1,151,954.51 1,071,087.31
995,896.98
(9.94)
269,952.00
243,118.77
218,952.76
197,188.86
177,588.28
58.28
29,230.79
46,266.50
73,230.61
115,909.42
183,461.42
(1.84) 1,042,091.62 1,022,917.13 1,004,095.46
985,620.10
967,484.69
75.94
93,648.57
164,765.29
289,888.06
510,029.04
897,345.10
3.79
321,579.40
333,767.26
346,417.04
359,546.24
373,173.05
2018
6,702,062.56
925,985.01
159,936.01
290,382.74
949,682.97
1,578,788.97
387,316.31
5,817,438.46 6,315,467.59 6,993,261.28 7,917,731.34 9,194,467.08 10,994,154.57
Sumber : Hasil Analisa, 2013
Kerangka Strategi Pembiayaan Infrastruktur Bidang Cipta Karya 5 - 3
Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021
A. Net Public Saving (NPS)
Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan daerah
setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain, NPS
merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar
dana yang dapat dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi APBD,
dapat dihitung NPS dalam 3-5 tahun ke depan untuk melihat kemampuan anggaran
pemerintah berinvestasi dalam bidang Cipta Karya. Adapun rumus perhitungan NPS adalah
sebagai berikut:
Net Public Saving = Total Penerimaan daerah - Belanja Wajib
NPS = (PAD+DAU+DBH+DAK) - (Belanja mengikat + Kewajiban Daerah)
Belanja mengikat adalah belanja yang harus dipenuhi/tidak bisa dihindari oleh
Pemerintah Daerah dalam tahun anggaran bersangkutan seperti belanja Pegawai, belanja
barang, belanja bunga, belanja subsidi, belanja bagi hasil serta belanja lain yang
mengikat sesuai peraturan daerah yang berlaku.
Kewajiban daerah antara lain pembayaran pokok pinjaman, pembayaran kegiatan
lanjutan, serta kewajiban daerah lain sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku.
Tabel 5.3. Perhitungan Net Public Saving Kota Surabaya Tahun 2012
Penerimaan Daerah
Belanja Wajib
PAD
2,279,613.79
B. Pegawai
1,908,805.10
DAU
1,061,625.53
B. Barang
1,210,639.63
DBH
318,214.60
B. Bunga
2,223.62
53,227.56
B. Subsidi
-
309,819.13
B. Bagi Hasil
-
17.47
Belanja Lain
-
DAK
Dana Peneyesuaian dan Otonomi
Khusus
Lain-lain Pendapatan daerah yang
Sah
Pembayaran pokok Pinjaman
Pembayaran Kegiatan
Lanjutan
Kewajiban lain
Jumlah
Net Public Saving
Sumber : Hasil Analisa, 2016
4,022,518.08
Jumlah
32,882.24
3,154,550.59
867,967.48
Net Public Saving Kota Surabaya tahun 2012 menunjukkan angka Rp.
867.967.480.000, dengan kata lain, Pemerintah Kota Surabaya masih memiliki tabungan
pemerintah yang dapat dialokasikan sebagai dana yang tersedia untuk pembangunan.
Kerangka Strategi Pembiayaan Infrastruktur Bidang Cipta Karya 5 - 4
Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021
B. Debt Service Cost Ratio (DSCR)
Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk
menutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas. Pinjaman Daerah
dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga
keuangan bukan bank, dan Masyarakat (obligasi). Berdasarkan PP No. 30 Tahun 2011
Tentang Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak
melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya;
b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman
yang ditetapkan oleh Pemerintah.
c. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.
d. Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah juga wajib
memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang
bersumber dari Pemerintah.
Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan
keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan Debt Service Cost
Ratio (DSCR). Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5. DSCR ini
menunjukan kemampuan pemerintah untuk membayar pinjaman, sekaligus memberikan
gambaran kapasitas keuangan pemerintah. Oleh karena itu, DSCR dalam 3-5 tahun ke depan
perlu dianalisis dalam RPIJM dengan rumus sebagai berikut :
Tabel 5.4. Perhitungan DSCR Kota Surabaya Tahun 2012
PAD
2,279,613.79 Pokok Pinjaman
32,882.24
DAU
1,061,625.53 Bunga
2,223.62
DBH
318,214.60 Biaya Lain
0
DBHDR
0
Jumlah
3,659,453.92
Belanja Wajib
3,121,668.35
Selisih
Jumlah
537,785.57
35,105.86
DSCR
15.31896701
Sumber : Hasil Analisa, 2016
Sedangkan nilai DSCR Kota Surabaya sekitar 15.319, dengan kata lian Kota Surabaya
memiliki DSCR > 2,5. Hal ini menunjukkan bahwa Kota Surabaya memiliki kemampuan
untuk membayar pinjaman, sekaligus memberikan gambaran kapasitas keuangan pemerintah.
Kerangka Strategi Pembiayaan Infrastruktur Bidang Cipta Karya 5 - 5
Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021
5.2.
Potensi Pendanaan APBN
Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab
Pemerintah Daerah, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur
sebagai stimulant kepada daerah agar dapat memenuhi Target 100-0-100. Setiap sektor yang
ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non
Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (Permen PU No. 14 Tahun 2011).
Data dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend
alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut.
Tabel 5.5. Investasi Dana APBN Cipta Karya di Kota Surabaya Tahun 2010-2012
Alokasi Tahun (Rp. Juta)
Sektor
2010
2011
2012
Pengembangan Air Minum
Pengembangan PLP
348.514
6.300
464.400
Pengembangan Permukiman
25.000
83.500
3.500
Penataan Bangunan & Lingkungan
Total
373.514
89.800
467.900
Sumber : Hasil Evaluasi Perencanaan dan Pengendalian Provinsi Jawa Timur, 2013
Proyeksi dana dari pemerintah pusat (APBN) dengan menggunakan asumsi trend
historis maksimal 10% dari tahun sebelumnya. Dengan demikian proyeksi dana dari
pemerintah pusat (APBN) untuk kegiatan Cipta Karya Kota Surabaya dapat dilihat pada
Tabel 9.9.berikut.
Tabel 5.6. Ringkasan Proyeksi Dana APBN untuk Kegiatan Cipta Karya
Proyeksi Pendapatan Daerah
Tahun
Kota Surabaya (Rp. Juta)
2013
514.690
2014
566.159
2015
622.774,9
2016
685.052,4
2017
753.557,6
2018
828.913,4
2019
911.804,7
2020
1.002985,2
Sumber : Hasil Analisa, 2016
5.3. Alternatif Sumber Pendanaan
5.3.1. Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya dalam 5 tahun
Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk
menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligus untuk
menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah
(profit oriented). Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan
Kerangka Strategi Pembiayaan Infrastruktur Bidang Cipta Karya 5 - 6
Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021
bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum, persampahan dan air limbah. Kinerja
keuangan dan investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk melihat kemampuan
perusahaan daerah dalam meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan secara berkelanjutan.
Pembiayaan dari perusahaan daerah dapat menjadi salah satu alternatif dalam
mengembangkan infrastruktur Cipta Karya.
Dalam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak di bidang Cipta
Karya berdasarkan aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek operasi dan aspek sumber daya
manusia. Khusus untuk PDAM, indikator tersebut telah ditetapkan BPPSPAM untuk
diketahui apakah perusahaan daerah memiliki status sehat, kurang sehat atau sakit.
Untuk tahun anggaran 2012 dan 2013, PDAM Kota Surabaya telah mengalokasikan
dananya sebesar Rp. 24.005.000.000,00 dan Rp. 78.010.000.000,00 untuk peningkatan
kualitas air serta perluasan jaringan distribusi air minum.
5.3.2. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari Swasta
Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah,
maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur Cipta Karya
melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang berpotensi costrecovery atau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kegiatan non-cost recovery. Dasar
hukum pembiayaan dengan skema KPS adalah Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang
Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur serta
PermenPPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Sedangkan landasan hukum untuk
pelaksanaan CSR tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT)
dan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Di Kota Surabaya sudah ada pembiayaan alternatif dari swasta, namun belum dapat
teridentifikasi oleh Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya maupun Dinas Cipta
Karya Kota Surabaya. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, seperti bantuan program dari
swasta bukan berupa infrastruktur Cipta Karya, melainkan infrastruktur lain yang dibutuhkan
oleh lingkungan terdekat sebagai bentuk CSR (Corporate Social Responability). Beberapa
kerjasama dengan swsta dalam penyediaan infrastruktur Cipta Karya adalah penyediaan IPA
di beberapa kawasan perumahan real estate, seperti di Pakuwon, Citra Land, dan Royal
Residance.
5.4.
Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya
Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk
memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam
RPIJM, maka Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu set strategi untuk meningkatkan
pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman. Oleh karena itu pada bagian ini,
Satgas RPIJM daerah agar merumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan
infrastruktur bidang Cipta Karya, yang meliputi:
Kerangka Strategi Pembiayaan Infrastruktur Bidang Cipta Karya 5 - 7
Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021
1)
2)
3)
4)
Strategi peningkatan DDUB Kota Surabaya;
Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi pengunaan anggaran;
Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah;
Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan pembangunan
bidang Cipta Karya;
5) Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabiltasi infrastruktur permukiman
yang sudah ada;
6) Strategi pengembangan infrastruktur skala regional.
Kerangka Strategi Pembiayaan Infrastruktur Bidang Cipta Karya 5 - 8
Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021
5.1.
Potensi Pendanaan APBD
Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman
di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan
bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total
belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan
infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada. Perlu disusun
tabel proporsi berdasarkan sektor-sektor Cipta Karya yang ada.
Tabel 5.1. Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya Kota
Surabaya Tahun 2010-2012
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Sektor
Alokasi
%
Alokasi
%
Alokasi
%
(Rp. Juta)
APBD
(Rp. Juta)
APBD
(Rp. Juta)
APBD
Pengembangan
Air
776,00
0,021
1.750,00
0,047
21.505,00
0,500
Minum
Pengembangan PLP
965,00
0,027
11.906,00
0,317
565,00
0,013
Pengembangan
136.281,00
3,747
125.000,00
3,330
100.000,00
2,327
Permukiman
Penataan Bangunan &
10.133,00
0,279
12.000,00
0,320
2.149,33
0,050
Lingkungan
Total Belanja APBD
148.155,00
4,073
150.656,00
4,014
124.219,33
2,890
Bidang CK
Total Belanja APBD 3.637.069,26
3.753.710,41
4.297.950,22
Sumber : Hasil Perhitungan, 2010-2012
Belanja Daerah Kota Surabaya
Tahun 2012
Belanja Lainnya
97,11%
Gambar 5.1.
2,89%
Belanja Infrastruktur CK
Grafik Proporsi Belanja Cipta Karya terhadap APBD Kota Surabaya Tahun
2012
Kerangka Strategi Pembiayaan Infrastruktur Bidang Cipta Karya 5 - 1
Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021
Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan
regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas
dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi
APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya
sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya
Adapun hasil dari proses perhitungan tersebut, disajikan dalam Tabel 5.2.
Kerangka Strategi Pembiayaan Infrastruktur Bidang Cipta Karya 5 - 2
Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021
Pendapatan Daerah
Pendapatan Asli Daerah
Dana Perimbangan
1 Dana Bagi Hasil Pajak
2 Dana Bagi Hasil bukan Pajak
3 Dana Alokasi Umum
4 Dana Alokasi Khusus
Lain-Lain Pendapatan Daerah
yang Sah
Total Pendapatan
Tabel 5.2. Proyeksi Pendapatan APBD dalam 5 Tahun ke Depan
Persentase
Proyeksi (Rp. Juta)
Pertumbuhan
2013
2014
2015
2016
2017
(%)
19.69 2,728,469.75 3,265,705.44 3,908,722.84 4,678,350.37 5,599,517.56
(7.02) 1,332,466.34 1,238,927.20 1,151,954.51 1,071,087.31
995,896.98
(9.94)
269,952.00
243,118.77
218,952.76
197,188.86
177,588.28
58.28
29,230.79
46,266.50
73,230.61
115,909.42
183,461.42
(1.84) 1,042,091.62 1,022,917.13 1,004,095.46
985,620.10
967,484.69
75.94
93,648.57
164,765.29
289,888.06
510,029.04
897,345.10
3.79
321,579.40
333,767.26
346,417.04
359,546.24
373,173.05
2018
6,702,062.56
925,985.01
159,936.01
290,382.74
949,682.97
1,578,788.97
387,316.31
5,817,438.46 6,315,467.59 6,993,261.28 7,917,731.34 9,194,467.08 10,994,154.57
Sumber : Hasil Analisa, 2013
Kerangka Strategi Pembiayaan Infrastruktur Bidang Cipta Karya 5 - 3
Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021
A. Net Public Saving (NPS)
Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan daerah
setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain, NPS
merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar
dana yang dapat dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi APBD,
dapat dihitung NPS dalam 3-5 tahun ke depan untuk melihat kemampuan anggaran
pemerintah berinvestasi dalam bidang Cipta Karya. Adapun rumus perhitungan NPS adalah
sebagai berikut:
Net Public Saving = Total Penerimaan daerah - Belanja Wajib
NPS = (PAD+DAU+DBH+DAK) - (Belanja mengikat + Kewajiban Daerah)
Belanja mengikat adalah belanja yang harus dipenuhi/tidak bisa dihindari oleh
Pemerintah Daerah dalam tahun anggaran bersangkutan seperti belanja Pegawai, belanja
barang, belanja bunga, belanja subsidi, belanja bagi hasil serta belanja lain yang
mengikat sesuai peraturan daerah yang berlaku.
Kewajiban daerah antara lain pembayaran pokok pinjaman, pembayaran kegiatan
lanjutan, serta kewajiban daerah lain sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku.
Tabel 5.3. Perhitungan Net Public Saving Kota Surabaya Tahun 2012
Penerimaan Daerah
Belanja Wajib
PAD
2,279,613.79
B. Pegawai
1,908,805.10
DAU
1,061,625.53
B. Barang
1,210,639.63
DBH
318,214.60
B. Bunga
2,223.62
53,227.56
B. Subsidi
-
309,819.13
B. Bagi Hasil
-
17.47
Belanja Lain
-
DAK
Dana Peneyesuaian dan Otonomi
Khusus
Lain-lain Pendapatan daerah yang
Sah
Pembayaran pokok Pinjaman
Pembayaran Kegiatan
Lanjutan
Kewajiban lain
Jumlah
Net Public Saving
Sumber : Hasil Analisa, 2016
4,022,518.08
Jumlah
32,882.24
3,154,550.59
867,967.48
Net Public Saving Kota Surabaya tahun 2012 menunjukkan angka Rp.
867.967.480.000, dengan kata lain, Pemerintah Kota Surabaya masih memiliki tabungan
pemerintah yang dapat dialokasikan sebagai dana yang tersedia untuk pembangunan.
Kerangka Strategi Pembiayaan Infrastruktur Bidang Cipta Karya 5 - 4
Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021
B. Debt Service Cost Ratio (DSCR)
Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk
menutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas. Pinjaman Daerah
dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga
keuangan bukan bank, dan Masyarakat (obligasi). Berdasarkan PP No. 30 Tahun 2011
Tentang Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak
melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya;
b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman
yang ditetapkan oleh Pemerintah.
c. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.
d. Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah juga wajib
memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang
bersumber dari Pemerintah.
Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan
keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan Debt Service Cost
Ratio (DSCR). Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5. DSCR ini
menunjukan kemampuan pemerintah untuk membayar pinjaman, sekaligus memberikan
gambaran kapasitas keuangan pemerintah. Oleh karena itu, DSCR dalam 3-5 tahun ke depan
perlu dianalisis dalam RPIJM dengan rumus sebagai berikut :
Tabel 5.4. Perhitungan DSCR Kota Surabaya Tahun 2012
PAD
2,279,613.79 Pokok Pinjaman
32,882.24
DAU
1,061,625.53 Bunga
2,223.62
DBH
318,214.60 Biaya Lain
0
DBHDR
0
Jumlah
3,659,453.92
Belanja Wajib
3,121,668.35
Selisih
Jumlah
537,785.57
35,105.86
DSCR
15.31896701
Sumber : Hasil Analisa, 2016
Sedangkan nilai DSCR Kota Surabaya sekitar 15.319, dengan kata lian Kota Surabaya
memiliki DSCR > 2,5. Hal ini menunjukkan bahwa Kota Surabaya memiliki kemampuan
untuk membayar pinjaman, sekaligus memberikan gambaran kapasitas keuangan pemerintah.
Kerangka Strategi Pembiayaan Infrastruktur Bidang Cipta Karya 5 - 5
Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021
5.2.
Potensi Pendanaan APBN
Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab
Pemerintah Daerah, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur
sebagai stimulant kepada daerah agar dapat memenuhi Target 100-0-100. Setiap sektor yang
ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non
Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (Permen PU No. 14 Tahun 2011).
Data dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend
alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut.
Tabel 5.5. Investasi Dana APBN Cipta Karya di Kota Surabaya Tahun 2010-2012
Alokasi Tahun (Rp. Juta)
Sektor
2010
2011
2012
Pengembangan Air Minum
Pengembangan PLP
348.514
6.300
464.400
Pengembangan Permukiman
25.000
83.500
3.500
Penataan Bangunan & Lingkungan
Total
373.514
89.800
467.900
Sumber : Hasil Evaluasi Perencanaan dan Pengendalian Provinsi Jawa Timur, 2013
Proyeksi dana dari pemerintah pusat (APBN) dengan menggunakan asumsi trend
historis maksimal 10% dari tahun sebelumnya. Dengan demikian proyeksi dana dari
pemerintah pusat (APBN) untuk kegiatan Cipta Karya Kota Surabaya dapat dilihat pada
Tabel 9.9.berikut.
Tabel 5.6. Ringkasan Proyeksi Dana APBN untuk Kegiatan Cipta Karya
Proyeksi Pendapatan Daerah
Tahun
Kota Surabaya (Rp. Juta)
2013
514.690
2014
566.159
2015
622.774,9
2016
685.052,4
2017
753.557,6
2018
828.913,4
2019
911.804,7
2020
1.002985,2
Sumber : Hasil Analisa, 2016
5.3. Alternatif Sumber Pendanaan
5.3.1. Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya dalam 5 tahun
Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk
menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligus untuk
menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah
(profit oriented). Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan
Kerangka Strategi Pembiayaan Infrastruktur Bidang Cipta Karya 5 - 6
Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021
bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum, persampahan dan air limbah. Kinerja
keuangan dan investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk melihat kemampuan
perusahaan daerah dalam meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan secara berkelanjutan.
Pembiayaan dari perusahaan daerah dapat menjadi salah satu alternatif dalam
mengembangkan infrastruktur Cipta Karya.
Dalam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak di bidang Cipta
Karya berdasarkan aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek operasi dan aspek sumber daya
manusia. Khusus untuk PDAM, indikator tersebut telah ditetapkan BPPSPAM untuk
diketahui apakah perusahaan daerah memiliki status sehat, kurang sehat atau sakit.
Untuk tahun anggaran 2012 dan 2013, PDAM Kota Surabaya telah mengalokasikan
dananya sebesar Rp. 24.005.000.000,00 dan Rp. 78.010.000.000,00 untuk peningkatan
kualitas air serta perluasan jaringan distribusi air minum.
5.3.2. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari Swasta
Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah,
maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur Cipta Karya
melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang berpotensi costrecovery atau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kegiatan non-cost recovery. Dasar
hukum pembiayaan dengan skema KPS adalah Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang
Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur serta
PermenPPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Sedangkan landasan hukum untuk
pelaksanaan CSR tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT)
dan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Di Kota Surabaya sudah ada pembiayaan alternatif dari swasta, namun belum dapat
teridentifikasi oleh Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya maupun Dinas Cipta
Karya Kota Surabaya. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, seperti bantuan program dari
swasta bukan berupa infrastruktur Cipta Karya, melainkan infrastruktur lain yang dibutuhkan
oleh lingkungan terdekat sebagai bentuk CSR (Corporate Social Responability). Beberapa
kerjasama dengan swsta dalam penyediaan infrastruktur Cipta Karya adalah penyediaan IPA
di beberapa kawasan perumahan real estate, seperti di Pakuwon, Citra Land, dan Royal
Residance.
5.4.
Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya
Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk
memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam
RPIJM, maka Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu set strategi untuk meningkatkan
pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman. Oleh karena itu pada bagian ini,
Satgas RPIJM daerah agar merumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan
infrastruktur bidang Cipta Karya, yang meliputi:
Kerangka Strategi Pembiayaan Infrastruktur Bidang Cipta Karya 5 - 7
Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021
1)
2)
3)
4)
Strategi peningkatan DDUB Kota Surabaya;
Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi pengunaan anggaran;
Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah;
Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan pembangunan
bidang Cipta Karya;
5) Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabiltasi infrastruktur permukiman
yang sudah ada;
6) Strategi pengembangan infrastruktur skala regional.
Kerangka Strategi Pembiayaan Infrastruktur Bidang Cipta Karya 5 - 8