DOCRPIJM 719968247b BAB IIIRPIJM BAB 3 ok

3.1 ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN ARAHAN PENATAAN RUANG

  Infrastruktur permukiman memiliki fungsi strategis dalam pembangunan nasional karena turut berperan serta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi angka kemiskinan, maupun menjaga kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu, Ditjen Cipta Karya berperan penting dalam implementasi amanat kebijakan pembangunan nasional.

3.1.1 ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

3.1.1.1.RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL 2005-2025

  RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun 2007, merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu 2005-2025. Dalam dokumen tersebut, ditetapkan bahwa Visi Indonesia pada tahun 2025 adalah “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur”. Dalam penjabarannya RPJPN mengamanatkan beberapa hal sebagai berikut dalam pembangunan bidang Cipta Karya, yaitu: a.

  Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan melalui pendekatan tanggap kebutuhan (demand responsive approach) dan pendekatan terpadu dengan sektor sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air, serta kesehatan.

  b.

  Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan maka Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi

LAPORAN AKHIR

  diarahkan pada (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi, (2) pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat, (3) penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan profesional, dan (4) penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin.

  c.

  Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah akan lebih difokuskan pada perumusan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana, sementara peran swasta dalam penyediaan sarana dan prasarana akan makin ditingkatkan terutama untuk proyek-proyek yang bersifat komersial.

  d.

  Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap tahapan RPJMN, yaitu:

  • RPJMN ke 2 (2010-2014): Daya saing perekonomian ditingkatkan melalui percepatan pem bangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha dalam pengembangan perumahan dan permukiman.
  • RPJMN ke 3 (2015-2019): Pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh masyarakat terus meningkat karena didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh.
  • RPJMN ke 4 (2020-2024): terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung sehingga terwujud kota tanpa permukiman kumuh.

  Sesuai arahan RPJPN, pembangunan dalam RPJMN ke-3 (2015-2019) ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat. Hal ini untuk memastikan bahwa Indonesia memiliki landasan pembangunan yang mantap sehingga bisa terlepas dari perangkap

LAPORAN AKHIR

  negara menengah, sehingga mulai tahun 2025 dapat memasuki gerbang untuk menjadi negara maju pada 2030.

  Berdasarkan arahan RPJPN 2005-2025, pada periode 2015-2019 daya saing perekonomian Indonesia semakin kuat dan kompetitif, salah satunya melalui terpenuhinya ketersediaan infrastruktur yang didukung oleh mantapnya kerja sama pemerintah dan dunia usaha. RPJPN juga mengarahkan terpenuhinya penyediaan air minum dan sanitasi untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, yang dapat diartikan meningkatkan akses air minum dan sanitasi bagi seluruh penduduk Indonesia (akses 100%). Sejalan dengan itu, pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh. Pengembangan infrastruktur perdesaan juga akan terus dikembangkan, terutama untuk mendukung pembangunan pertanian.

3.1.1.2.RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2015- 2019

  Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 merupakan visi, misi, dan agenda (Nawa Cita) Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015, yang telah ditandatangani pada tanggal 8 Januari 2015.

  VISI PEMBANGUNAN NASIONAL untuk tahun 2015-2019 adalah:

Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan

  

Gotong-royong

  Visi ini diwujudkan melalui 7 (tujuh) MISI PEMBANGUNAN yaitu:

  1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

  2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan negara hukum.

  3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara

LAPORAN AKHIR

  maritim.

  4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera.

  5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

  6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.

  7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan. Salah satu tantangan pokok dalam mewujudkan visi pembangunan 2015-2019 adalah terbatasnya ketersediaan infrastruktur untuk mendukung peningkatan kemajuan ekonomi. Untuk itu, ketersediaan infrastruktur permukiman harus ditingkatkan untuk mendukung agenda pembangunan nasional yang tercantum dalam Nawacita seperti membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, serta meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing ekonomi. Maka dari itu, salah satu arahan kebijakan umum RPJMN 2015-2019 adalah mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan.

  Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan, mempercepat penyediaan infrastruktur dasar (perumahan, air bersih, sanitasi, dan listrik), menjamin ketahanan air, pangan dan energi untuk mendukung ketahanan nasional, dan mengembangkan sistem transportasi massal perkotaan, yang seluruhnya dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan meningkatkan peran kerjasama Pemerintah-Swasta. Adapun sasaran pokok yang ingin dicapai pada tahun 2019 terkait pembangunan perumahan dan kawasan permukiman adalah terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat untuk bertempat tinggal pada hunian yang layak yang didukung oleh prasarana, sarana dan utilitas yang memadai, meliputi akses terhadap air minum dan sanitasi yang layak dan terjangkau dan diprioritaskan dalam rangka meningkatkan standar hidup penduduk 40 persen terbawah.

  Sasaran pembangunan kawasan permukiman yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:

  1. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen; 2.

  Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia;

LAPORAN AKHIR

  Optimalisasi penyediaan layanan air minum; 4. Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan prinsip jaga air, hemat air dan simpan air secara nasional;

Tabel 3.1 Sasaran RPJMN 2015-2019 Bidang Cipta Karya Indikator 2014 (baseline) 2019

  Sumber : RPJMN 2015-2019

  5 Juta

  7,6 Juta

  0 Ha Kekurangan Tempat Tinggal (Backlog) Berdasarkan Perspektif Menghuni

  38.43 1 Ha

  Akses Air Minum Layak 70% 100% Akses Sanitasi Layak 60,9% 100% Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan

  5. Peningkatan efektifitas dan efisiensi pendanaan infrastruktur air minum dan sanitasi.

  5. Penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang mendukung; 6.

  4. Penyelenggaraan sinergi air minum dan sanitasi yang dilakukan di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, dan masyarakat.

  3. Penyediaan infrastruktur produktif dan manajemen layanan melalui penerapan manajemen asset.

  2. Menjamin ketahanan air melalui peningkatan pengetahuan perubahan sikap dan perilaku dalam pemanfaatan air minum dan pengelolaan sanitasi.

  Meningkatkan akses masyarakat berpendapatan rendah terhadap hunian yang layak, aman, dan terjangkau serta didukung oleh penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas yang memadai.

  Arah Kebijakan Pembangunan Perumahan, Air Minum dan Sanitasi 1.

  Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar; 7. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya terhadap lingkungan

LAPORAN AKHIR 3.

3.1.1.3.RENCANA STRATEGIS DITJEN CIPTA KARYA 2015-2019

  Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2015-2019 merupakan turunan dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 13/PRT/M/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019.

  Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, tugas Ditjen Cipta Karya adalah menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Tabel 3.2 Pendekatan Pembangunan Bidang Cipta Karya Pendekatan Strategi Pelaksanaan

  Membangun Sistem

  1. Pembangunan Infrastruktur Permukiman Skala Regional (TPA Regional atau SPAM Regional)

  2. Pembangunan Infrastruktur Permukiman pada kawasan strategis (kawasan perbatasan, KSN, PKN, WPS) atau kawasan khusus (kawasan kumuh perkotaan, kawasan nelayan, kawasan rawan air/perbatasan/pulau terluar)

  3. Mendorong penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan sebagai alat sinergisasi seluruh sektor dalam menata kawasan Fasilitasi Pemda

  1. Pendampingan penyusunan NSPK daerah antara lain Perda Bangunan Gedung, SK Kumuh, dsb.

  2. Penyusunan Rencana Penanganan Kawasan/Induk Sektoral seperti Strategi Sanitasi Kota (SSK), Rencana Induk Sistem Pengembangan Air Minum (RISPAM), dan Rencana Penataan Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

  3. Pembangunan Indrastruktur Permukiman Skala kawsan seperti fasilitasi PDAM, fasilitasi kota hijau dan kota pusaka, penanganan kumuh perkotaan, serta penataan bangunan dan lingkungan. Pemberdayaan

  1. Pembangunan Infrastruktur Permukiman Berbasis Masyarakt melalui Masyarakat kegiatan Pamsimas, Sanimas, dan P2KP.

  2. Bantuan Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat A.

   Kebijakan dan Strategi Pembangunan dan Pengembangan Permukiman

  Kebijakan dan strategi pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman ditetapkan dengan mempertimbangkan kebutuhan pencapaian target berdasarkan prinsip pembangunan permukiman serta peran pemerintah dalam pembangunan permukiman. Kebijakan dan strategi pembangunan dan pengembangan permukiman meliputi kebijakan umum terkait pengaturan, pembinaan dan pengawasan (Tur-Bin- Was) yang berlaku untuk semua tipologi permukiman serta kebijakan khusus meliputi

LAPORAN AKHIR

  pelaksanaan pembanguanan pada tipologi permukiman perkotaan, perdesaan dan kawasan permukiman khusus.

  Kebijakan dan strategi tersebut dibagi menjadi 4 (empat) bagian yaitu:  Kebijakan dan Strategi Umum Pembangunan dan Pengembangan Permukiman;  Kebijakan dan Strategi Implementasi Pembangunan dan Pengembangan Permukiman Perkotaan;  Kebijakan dan Strategi Implementasi Pembangunan dan Pengembangan Permukiman Perdesaan; dan  Kebijakan dan Strategi Implementasi Pembangunan dan Pengembangan Permukiman Khusus.

  

a. Kebijakan dan Strategi Umum Pembangunan dan Pengembangan Permukiman

Kebijakan 1: Penyusunan dan penyiapan landasan penyelenggaraan kawasan permukiman.

  Strategi pelaksanaan kebijakan ini adalah: Menyiapkan peraturan perundang- undangan (PP, Peraturan Menteri, dan lain sebagainya) dan Pedoman Pembangunan dan Pengembangan Permukiman (NSPK) sebagai landasan penyelenggaraan kawasan permukiman. Landasan penyelenggaraan kawasan permukiman ini antara lain juga meliputi:  Regulasi dan aturan main yang harus tersedia sebagai acuan bagi Pemerintah dan terutama pemerintah daerah dalam penyelenggaraan kawasan permukiman;  Landasan kebijakan jangka panjang daerah sebagai dasar bagi pemerintah daerah dalam menyelenggarakan peningkatan kualitas permukiman kumuh, yaitu RPJPD, RTRW, dan RP3KP serta RKP Kumuh Perkotaan;  SK Kepala Daerah mengenai penetapan lokasi kumuh;  Menyusun Pedoman Teknis Penanganan Kawasan Permukiman.

LAPORAN AKHIR

  Kebijakan 2: Peningkatan kapasitas kelembagaan untuk penanganan permukiman.

  Strategi pelaksanaan kebijakan ini adalah: Melakukan peningkatan dan penguatan kelembagaan dan SDM penyelenggara dan pengelola permukiman (pemerintah, lembaga masyarakat, dan masyarakat/individu) melalui pelatihan, pendampingan, bimbingan/bantuan teknis

  Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman membutuhkan dukungan seluruh pelaku yang berjalan dalam sistem yang disepakati bersama. Terkait aspek kelembagaan ini, maka akan dibutuhkan:

  • Kesepahaman bersama antarpelaku;
  • Komitmen dari seluruh pelaku;
  • Kemitraan antar pelaku: antar bidang pembangunan, kemitraan antara pemerintah pusat dengan daerah, kemitraan antara pemerintah
    • – dunia usaha
    • – masyarakat, kemitraan dengan lembaga donor, kemitraan dengan praktisi, dan kemitraan dengan pelaku lainnya. Dalam hal ini, upaya membangun dan memperkuat kapasitas pemerintah daerah dilakukan agar pemerintah daerah mampu menjalankan perannya sebagai nakhoda yang menentukan keberhasilan pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman. Peningkatan kapasitas Pemda dilakukan kepada:

   Kepala daerah yang memiliki visi dan kemampuan menjalankan visinya;  Seluruh SKPD terkait dalam penyelenggaraan kawasan permukiman yang memiliki pengetahuan dan mampu berinovasi.

  

Kebijakan 3: Pengelolaan sistem informasi nasional yang terintegrasi

dengan sistem informasi daerah.

  Strategi pelaksanaan kebijakan ini adalah: Membangun dan mengelola sistem informasi nasional yang terintegrasi dengan sistem informasi daerah dan dimutakhirkan secara berkala. Sistem informasi ini akan dimanfaatkan untuk:

  • Mengukur perkembangan pencapaian target setiap tahun;

LAPORAN AKHIR

  • Pertukaran informasi yang dapat digunakan oleh seluruh pelaku, baik di tingkat pusat maupun daerah;
  • Menjadi sistem informasi komunikasi sebagai alat pengembangan pengetahuan dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan pemerintah daerah, serta sebagai sarana berbagi informasi ketersediaan sumberdaya di antara pelaku.

  Kebijakan 4: Pengawasan secara berkala penyelenggaraan kawasan permukiman di pusat dan daerah.

  Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut: 1.

  Melakukan pengendalian perencanaan melalui monitoring perencanaan dan pemrograman;

  2. Melakukan pengawasan (pemantauan, evaluasi, pelaporan) pembangunan untuk menjamin tercapainya target RPJMN;

3. Memfasilitasi daerah dalam melaksanakan pengendalian pemanfaatan hasil pembangunan.

b. Kebijakan dan Strategi Implementasi Pembangunan dan Pengembangan Permukiman Perkotaan Kebijakan 1: Penanganan permukiman kumuh perkotaan terkait dengan upaya penurunan kumuh perkotaan menjadi 0% melalui upaya peningkatan kualitas lingkungan dan pelayanan prasarana dan sarana dasar permukiman dengan pendekatan kegiatan fisik maupun non-fisik.

  Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah: 1.

  Penanganan komprehensif terhadap 30 kabupaten/kota prioritas kementerian sebagai best practice penanganan permukiman kumuh yang diharapkan menjadi model penanganan komprehensif yang dapat direplikasi dan diterapkan di kota-kota lainnya.

  2. Penanganan permukiman kumuh terhadap kabupaten/kota lainnya dengan tujuan pemenuhan standar pelayanan perkotaan disesuaikan dengan kebutuhan yang diajukan oleh kabupaten/kota.

LAPORAN AKHIR

  Kebijakan 2: Pengembangan permukiman baru dan perkotaan layak huni terkait dengan upaya pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) dan Inkubasi Kota Baru.

  Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah: 1.

  Pemenuhan SPP bagi kawasan permukiman perkotaan yang mengacu pada rencana kawasan permukiman;

  2. Perintisan/inkubasi Kota Baru sebagai best practice kota publik berkelanjutan, meliputi kegiatan pemenuhan SPP, penerapan pendekatan Kota Hijau, dan penerapan Kota Cerdas Berdaya Saing.

c. Kebijakan dan Strategi Implementasi Pembangunan dan Pengembangan Permukiman Perdesaan Kebijakan 1: Percepatan peningkatan pelayanan sarana dan prasarana dasar permukiman perdesaan.

  Adapun strategi dalam mengimplementasikan kebijakan ini adalah: Menyediakan sarana dan prasarana permukiman sesuai dengan SPM Perdesaan. Sarana dan prasarana dasar permukiman ini meliputi penyediaan air minum, pembangunan jalan lingkungan dan drainase lingkungan, penyediaan pelayanan pengeolaan persampahan serta peningkatan akses sanitasi yang layak bagi masyarakat di kawasan perdesaan. Penyediaan ini dilakukan dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat dan dilakukan berdasarkan rencana aksi yang telah disusun sebelumnya.

  Kebijakan 2: Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang berkualitas yang mendukung peningkatan produktivitas kawasan perdesaan.

  Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut:

  1. Menyediakan sarana, prasarana dan fasilitas umum permukiman yang memenuhi SPM, baik melalui pengembangan dan pembangunan kawasan transmigrasi maupun kawasan non-transmigrasi.

LAPORAN AKHIR

  2. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung kegiatan produksi di kawasan perdesaan sesuai dengan komoditas unggulannya. Sarana dan prasarana pendukung kegiatan produksi ini antara lain berupa terminal agro, pasar agro untuk kawasan agropolitan, atau dermaga, tambatan perahu dan tempat pelelangan ikan (TPI) pada kawasan permukiman pesisir/minapolitan.

  3. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung peningkatan konektivitas kegiatan antar desa maupun antar desa-kota. Sarana dan prasarana ini antara lain berupa jalan usaha tani dan jalan poros desa.

B. Kebijakan dan Strategi Pembinaan Penataan Bangunan

  Dalam mendukung Gerakan 100-0-100 yang dicanangkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya, maka bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan memfokuskan kegiatan pada upaya revitalisasi kawasan tematik perkotaan. Dalam mewujudkan kegiatan revitalitasi kawasan tematik perkotaan, didukung oleh tiga komponen utama, yaitu: penyusunan dan impelementasi NSPK, fasilitasi pemerintah daerah, dan pemberdayaan masyarakat. Kegiatan revitalisasi kawasan tematik perkotaan sebagai agenda utama bidang penataan bangnan dan lingkungan memiliki tujuan untuk mencapai perwujudan sustainable city dan juga menggiatkan urban economic development.

  Kebijakan utama dalam bidang penataan bangunan dan lingkungan ialah “Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan yang Andal dan Berkelanju tan”. Kebijakan utama tersebut dapat ditempuh melalui beberapa strategi dan strategi operasional sebagai berikut:

  Kebijakan 1: Memberikan dukungan pembangunan sistem penataan bangunan dan lingkungan dalam mewujudkan kawasan perkotaan yang berkelanjutan

  1. Mendorong penyusunan Rencana Tata Bangunan dam Lingkungan (RTBL) untuk mensinergiskan kepentingan berbagai sektor dalam penataan kawasan;

  2. Mendukung kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan melalui revitalisasi kawasan tematik perkotaan;

LAPORAN AKHIR

  Meningkatkan aspek kualitas perencanaan terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan; 4. Mendukung penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan yang tertib, andal serta ramah lingkungan.

  Kebijakan 2: Melakukan fasilitasi kepada daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, dan kemitraan termasuk pembinaan teknis 1.

  Meningkatkan pendampingan penyusunan Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung oleh Pemerintah kepada Pemerintah Daerah; 2. Meningkatkan pendampingan penyusunan Rencana Tata Bangunan dan

  Lingkungan (RTBL) oleh Pemerintah kepada Penyelenggara (Pemerintah Daerah, Swasta, atau Masyarakat); 3. Meningkatkan pendampingan penyusunan Peraturan Walikota/Bupati tentang

  Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) oleh Pemerintah kepada Pemerintah Daerah; 4. Memberikan pendampingan untuk implementasi peraturan Daerah Bangunan

  Gedung terutama untuk pendataan bangunan gedung, penyusunan Harga Satuan Bangunan Gedung; 5. Mendorong kapasitas dan kompetensi aparatur Pemerintah, Pemerintah

  Daerah; 6. Memperkuat peran dan fungsi Dinas/Instansi Pemerintah Daerah Provinsi dan

  Kabupaten/ Kota di bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan; 7. Mendorong pembentukan dan peningkatan kelembagaan bidang Penataan

  Bangunan dan Lingkungan; 8. Memberdayakan aparatur Pemerintah dan Pemerintah Daerah terkait hak, kewajiban, dan peran dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan;

  9. Memberdayakan aparatur Pemerintah dan Pemerintah Daerah terkait hak, kewajiban, dan peran dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan;

  10. Meningkatkan pemberdayaan dalam pengelolaan Rumah Negara.

LAPORAN AKHIR 3.

  Kebijakan 3: Memberikan dukungan penataan bangunan dan lingkungan melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat 1.

  Mendorong partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan; 2. Mendorong kerjasama bidang Penataan Bangunan dengan masyarakat dan pelaku peduli lingkungan;

  3. Membentuk jejaring dan wadah komunikasi antara pemerintah, masyarakat, swasta, dan ahli profesi secara nasional dan profesional;

  4. Membentuk kontribusi signifikan dalam kegiatan penyebarluasan informasi dan sosialisasi program Penataan Bangunan dan Lingkungan serta revitalisasi;

  5. Membangun jaringan informasi yang mandiri dalam mendukung pembangunan bidang Keciptakaryaan;

  6. Memberikan layanan atas informasi/produk lainnya yang diperlukan perencana, pelaksana, pengusaha, asosiasi profesi, pemerintah, masyarakat maupun kalangan akademis terkait bidang Keciptakaryaan.

7. Membuat contoh Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam rangka menonton film .

  revolusi mental sesuai arahan Nawa Cita Presiden Republik Indonesia

C. Kebijakan dan Strategi Sistem Penyediaan Air Minum

  Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13/PRT/M/2013 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (KSNP-SPAM), maka kebijakan dan strategi pengembangan air minum adalah:

  Kebijakan 1. Peningkatan akses aman air minum bagi seluruh masyarakat di perkotaan dan perdesaan melalui jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi.

  1. Mengembangkan SPAM dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan minimal untuk memperluas jangkauan pelayanan air minum terutama untuk masyarakat berpenghasilan rendah.

  2. Mengembangkan SPAM dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi.

  3. Meningkatkan dan memperluas akses air minum yang aman melalui SPAM bukan jaringan perpipaan terlindungi dan berkelanjutan.

LAPORAN AKHIR

  4. Meningkatkan kualitas air minum yang memenuhi persyaratan baku mutu yang berlaku.

  5. Menurunkan tingkat kehilangan air.

  6. Mengembangkan sistem informasi dan pendataan dalam rangka pemantauan dan evaluasi kinerja pelayanan air minum.

  Kebijakan

  2. Peningkatan kemampuan pendanaan operator dan pengembangan alternatif sumber pembiayaan.

  1. Meningkatkan kemampuan finansial internal Penyelenggara SPAM.

  2. Meningkatkan komitmen Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam pendanaan pengembangan SPAM.

  3. Mengembangkan pola pembiayaan melalui Corporate Social Responsibility (CSR).

  4. Meningkatkan pendanaan melalui perolehan dana non-pemerintah, seperti pinjaman dan hibah dalam dan luar negeri, pinjaman perbankan, pinjaman non-perbankan, dan obligasi perusahaan.

  5.

  percepatan

   Meningkatkan sinergitas antara BUMN-BUMD dalam pengembangan SPAM.

  Kebijakan 3. Peningkatan kapasitas kelembagaan penyelenggaraan pengembangan SPAM.

  1. Memperkuat kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) di tingkat pusat dan daerah dalam pengembangan SPAM.

  2. Memperkuat peran dan fungsi dinas/instansi di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam pengembangan SPAM.

  3. komitmen Pemda untuk lebih memprioritaskan

  Mendorong Pengembangan SPAM 4.

  Menerapkan prinsip Good Corporate Governance untuk Penyelenggara/operator SPAM.

  5. Mengembangkan kapasitas SDM dengan pola Center of Excellent.

LAPORAN AKHIR

  6. Mengembangkan manajemen aset SPAM dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan.

  7. Mengembangkan kapasitas Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan SPAM Regional.

  Kebijakan 4. Pengembangan dan penerapan NSPK di pusat dan di daerah.

  1. Melengkapi produk peraturan perundangan dalam penyelenggaraan pengembangan SPAM.

  2. Menerapkan NSPK yang telah tersedia.

  3. Menyelenggarakan pengembangan SPAM sesuai dengan kaidah teknis.

  Kebijakan 5. Peningkatan penyediaan air baku untuk air minum secara berkelanjutan.

  1. Meningkatkan konservasi wilayah sungai dan perlindungan sumber air baku.

  2. Meningkatkan upaya penyediaan air baku untuk air minum.

  3. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya air melalui pendekatan berbasis wilayah sungai.

  4. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan air baku melalui sistem regional.

  Kebijakan 6. Peningkatan peran dan kemitraan badan usaha dan masyarakat.

  1. Meningkatkan kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan SPAM.

  2. Menciptakan iklim yang kondusif untuk investasi badan usaha dan koperasi.

  Kebijakan 7. Pengembangan inovasi teknologi SPAM 1.

  Mendorong penelitian untuk menciptakan teknologi bidang air minum.

  2. Memasarkan hasil inovasi teknologi.

  3. Menerapkan teknologi tepat guna dalam pengembangan SPAM pada daerah dengan keterbatasan kualitas air baku.

  4. Menyusun rencana implementasi prinsip pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan SPAM.

D. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

   Kebijakan dan strategi penyelenggaraan kegiatan penyehatan lingkungan

  permukiman diarahkan dengan memperhatikan tugas, fungsi dan tanggung jawab

LAPORAN AKHIR

  Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman berdasarkan Permen PUPR No.15/ PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Adapun tugas Direktorat Pengembangan PLP adalah melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan (Tur-Bin-Was) serta fasilitasi pembangunan sistem pengelolaan air limbah, sistem pengelolaan persampahan, dan drainase lingkungan sebagai stimulus bagi pemerintah daerah.

  Kebijakan dan strategi pengembangan penyehatan lingkungan permukiman, sesuai dengan tugas dan fungsinya dibagi menjadi sebagai berikut:

  • Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Air Limbah;
  • Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Persampahan; dan
  • Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Drainase Lingkungan Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Air Limbah

  Kebijakan 1. Pengembangan sistem pengelolaan air limbah sistem setempat dan terpusat

  Kebijakan ini diarahkan untuk meningkatkan akses prasarana dan sarana air limbah melalui sistem setempat dan terpusat. Strategi dalam pengembangan sistem pengelolaan air limbah sistem setempat dan terpusat adalah sebagai berikut:

  1. Pembangunan infrastruktur air limbah sistem setempat melalui hibah dan DAK sanitasi;

  2. Penerapan kriteria infrastruktur air limbah layak dalam pengajuan Izin Mendirikan Bangunan (IMB); 3. Pembangunan dan rehabilitasi Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) terintegrasi dengan program Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT);

  4. Pembangunan infrastruktur air limbah sistem terpusat skala komunal, kawasan dan kota melalui dana APBN.

  5. Peningkatan kapasitas dan skala penanganan sistem pengelolaan air limbah skala komunal dan kawasan;

  6. t.

  Peningkatan teknologi pada sistem pengelolaan air limbah terpusa

LAPORAN AKHIR

  Kebijakan 2. Peningkatkan peran masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam pembangunan air limbah permukiman.

  Arah kebijakan ini adalah untuk meningkatkan peran masyarakat dan dunia usaha/ swasta dalam pembangunan air limbah permukiman yang diterapkan melalui strategi sebagai berikut: 1.

  Peningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan air limbah permukiman melalui pemicuan;

  2. Pelaksanaan pembangunan infrastruktur air limbah berbasis masyarakat; 3.

  Peningkatan kerjasama dengan dunia usaha/swasta dalam pengelolaan air limbah permukiman.

  Kebijakan 3. Pengembangan peraturan perundangan penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman.

  Arah kebijakan ini adalah untuk melengkapi perangkat peraturan perundangan terkait penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman. Strategi dalam pengembangan perangkat peraturan perundangan, antara lain: 1.

  Penyusunan peraturan perundangan penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman;

  2. Penyebarluasan informasi peraturan perundangan terkait penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman;

  3. Penerapan peraturan perundangan.

  

Kebijakan 4. Penguatan kelembagaan pengelolaan air limbah permukiman.

  Kebijakan ini diarahkan untuk memperkuat fungsi regulator dan operator dalam penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman. Strategi dalam penguatan kelembagaan adalah sebagai berikut:

  1. Fasilitasi pembentukan dan perkuatan kelembagaan pengelola air limbah permukiman ditingkat masyarakat;

  2. Mendorong pembentukan dan perkuatan institusi pengelola air limbah permukiman di daerah;

  3. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) pengelola air limbah permukiman;

LAPORAN AKHIR

  4. Peningkatkan koordinasi dan kerjasama antar lembaga; 5.

  Peningkatan kesadaran pemangku kepentingan terhadap pengelolaan air limbah permukiman.

  Kebijakan 5. Peningkatan dan pengembangan alternatif sumber pendanaan pembangunan prasarana dan sarana air limbah pemukiman.

  Arah kebijakan ini adalah untuk meningkatkan alokasi dana pembangunan prasarana dan sarana air limbah permukiman dalam rangka mempercepat pencapaian akses universal air limbah. Strategi dalam peningkatan kapasitas pembiayaan, antara lain: 1. berbagai alternatif sumber pembiayaan untuk

  Mendorong penyelenggaraan air limbah permukiman; 2. bersama pemerintah pusat dan daerah dalam

  Pembiayaan mengembangkan sistem air limbah perkotaan dengan proporsi pembagian yang disepakati bersama.

  3. Peningkatan kemitraan dalam penyelenggaraan pembangunan air limbah permukiman.

   Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Persampahan

  Kebijakan 1. Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya.

  Arah kebijakan ini dimaksudkan untuk mengurangi volume sampah yang harus diangkut dan dibuang ke TPA dan memanfaatkan semaksimal mungkin material yang dapat di daur ulang. Adapun strategi yang diterapkan dalam rangka pengurangan sampah dari sumber adalah sebagai berikut:

  1. Meningkatkan pemahaman masyarakat akan 3R (Reduce-ReuseRecycle); 2.

  Mengembangkan dan menerapkan sistem insentif dan disinsentif dalam pelaksanaan 3R;

  3. Mendorong koordinasi lintas sektor terutama perindustrian dan perdagangan.

LAPORAN AKHIR

  

Kebijakan 2. Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas pengelolaan.

  Arah kebijakan ini dimaksudkan untuk meningkatkan cakupan pelayanan air limbah dan kualitas pengelolaan sehingga dapat mecapai target akses universal bidang persampahan. Adapun strategi yang diterapkan untuk meningkatkan cakupan pelayan serta kualitas pengelolaan persampahan yaitu: 1.

  Meningkatkan pemanfaatan prasarana dan sarana persampahan; 2. Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran pelayanan; 3. Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran pelayanan; 4. Meningkatkan kualitas pengelolaan TPA ke arah sanitary landfill; 5. Mengembangkan Pengelolaan TPA Regional; 6. Menerapkan teknologi penanganan persampahan tepat guna dan berwawasan lingkungan.

  Kebijakan 3. Peningkatan peran aktif masyarakat sebagai mitra pengelolaan.

  Arah kebijakan peningkatan peran aktif masyarakat dimaksudkan untuk menggalang potensi dari masyarakat agar dapat berpartisipasi secara langsung dalam pembangunan sektor persampahan. Adapun strategi yang diterapkan dalam rangka meningkatkan peran aktif masyarakat yaitu :

  1. Meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan sampah sejak dini melalui pendidikan bagi anak usia sekolah;

  2. Menyebarluaskan pemahaman tentang pengelolaan persampahan kepada masyarakat umum;

  3. Meningkatkan pembinaan masyarakat khususnya kaum perempuan dalam pengelolaan sampah;

4. Mendorong pelaksanaan pengelolaan sampah berbasis masyarakat.

  Kebijakan 4. Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundangan.

  Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka strategi yang ditetapkan adalah sebagai berikut:

  1. Meningkatkan status dan kapasitas institusi pengelola; 2.

  Meningkatkan kinerja institusi pengelola persampahan;

LAPORAN AKHIR

  3. Memisahkan fungsi / unit regulator dan operator; 4.

  Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan pemangku kepentingan lain;

  5. Meningkatkan kualitas SDM; 6.

  Mendorong pengelolaan kolektif atas penyelenggaraan persampahan kala regional.

  Kebijakan 5. Pengembangan alternatif sumber pembiayaan.

  Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi yang ditetapkan yaitu:

  1. Mengembangkan sistem insentif dan iklim yang kondusif bagi dunia usaha/swasta

  2. Mendorong peningkatan pemulihan biaya persampahan.  Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Drainase Lingkungan

  Kebijakan 1. Peningkatan keterpaduan penanganan pengendalian genangan berdasarkan keseimbangan tata air

  Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi yang ditetapkan yaitu:

  1. Mendorong rencana induk sistem drainase yang terpadu antara sistem drainase lingkungan dengan sistem drainase utama serta pengaturan dan pengelolaan sungai; 2. Mengembangkan sistem drainase yang berwawasan lingkungan yang mendukung upaya konservasi air;

  3. Meningkatkan koordinasi antar instansi terkait dalam pengelolaan drainase

  Kebijakan 2. Pemanfaatan sistem yang ada, peningkatan/pemeliharaan, pengembangan dan pembangunan baru.

  Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi yang ditetapkan yaitu:

  1. Pengembangan kapasitas operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana sistem drainase yang terbangun;

LAPORAN AKHIR

  2. Penyiapan prioritas optimalisasi drainase lingkungan; 3.

  Pembangunan baru terutama di kawasan strategis perkotaan di kota metropolitan dan besar.

  Kebijakan 3. Peningkatan kapasitas kelembagaan pengelola prasarana dan sarana drainase dan peran serta masyarakat

  Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi yang ditetapkan yaitu:

  1. Mendorong pembentukan institusi pengelola drainase; 2.

  Meningkatkan kinerja institusi pengelola; 3. Melakukan perkuatan kapasitas institusi pengelola; 4. Peningkatan kapasitas SDM Pemda.

  Kebijakan 4. Penguatan peraturan dan perundangan pengelolaan drainase lingkungan

  Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi yang ditetapkan yaitu:

  1. Menyiapkan peraturan dan produk hukum (NSPK) untuk penanganan drainase;

  2. Menyebarluaskan informasi terkait produk hokum (NSPK) pengelolaaan drainase lingkungan;

  3. Mendorong penerapan sanksi hokum untuk pengelolaan drainase lingkungan.

  Kebijakan 5. Pengembangan alternatif sumber pembiayaan

  Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi ditetapkan yaitu:

  1. Meningkatkan pemahaman masyarakat terhadappentingnya pengelolaan drainase lingkungan;

  2. Mendorong pengelolaan drainase lingkungan berbasis masyarakat

LAPORAN AKHIR

ARAHAN PENATAAN RUANG

  3.1.2

3.1.2.1 ARAHAN RTRW NASIONAL

  Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang dijadikan sebagai pedoman untuk: a.

  Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional, b.

  Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional, c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional, d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor, e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi,

f. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan g. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

  Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPI2-JM Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai berikut:

  a. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kabupaten Banyuwangi tidak masuk dalam wilayah Pusat Kegiatan Nasional (PKN) sesuai dengan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN.

  b. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Kabupaten Banyuwangi termasuk dalam wilayah Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) sesuai dengan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN. Sehingga Kawasan Perkotaan Kabupaten Banyuwangi berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN, berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

LAPORAN AKHIR

Tabel 3.3 Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Kabupaten Banyuwangi

NO PROVINSI PKN PKW (1) (2) (3) (4)

  16 JawaTimur Kawasan Perkotaan Probolinggo, Tuban, (Gerbangkertosusila), Kediri, Madiun, Malang Banyuwangi, Jember,

  Blitar, Pamekasan, Bojonegoro, Pacitan

  Sumber :PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN

  c. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Kriteria: Kabupaten Banyuwangi tidak masuk dalam wilayah Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) sesuai dengan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN.

  d. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Kabupaten Banyuwangi tidak termasuk kedalam wilayah Kawasan Strategis Nasional (KSN) sesuai denganPP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN.

3.1.2.2 ARAHAN RTRW PULAU

  Kabupaten Banyuwangi merupakan wilayah yang yang ada pada Provinsi Jawa Timur, termasuk dalam wilayah pulau Jawa-Bali. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Pulaunya mengacu pada RTRW Pulau Jawa-Bali. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor28 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali telah mengatur pembangunan di Pulau Jawa dan Bali sebagai berikut:

  Arahan Pengembangan Pola Ruang dan Struktur Ruang Pulau Jawa dan Bali

  Rencana Struktur Ruang dan Rencana Pola Ruang Pulau Jawa-Bali yaitu terdapat pada Pasal 17 dengan 4 ayatnya yaitu antara lain: (1)

  Rencana struktur ruang dan rencana pola ruang Pulau Jawa-Bali merupakan perangkat operasional RTRWN di Pulau Jawa-Bali yang berupa strategi operasionalisasi perwujudan struktur ruang dan pola ruang. (2)

  Rencana struktur ruang digambarkan dalam peta dengan skala 1:500.000 seb agaimana tercan tu m dalam Lamp iran I yan g merupakan bagian tidak

LAPORAN AKHIR

  terpisahkan dari Peraturan Presiden ini, (3)

  Rencana pola ruang digambarkan dalam peta dengan skala 1:500.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini. (4)

  Peta sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) merupakan gambaran sebaran indikatif lokasi pemanfaatan ruang untuk rencana struktur ruang dan rencana

  .

  pola ruang nasional di Pulau Jawa-Bali

  Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

  Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pulau Jawa-Bali pada RTRW Pulau Jawa- Bali terdapat pada Pasal 69-131, berikut bunyi pasal 69 ayat 1 dan 2 sebagai pembukaan (bagian umum) dari arahan pengendalian pemanfaatan Ruang RTRW Pulau Jawa-Bali.

  (1) Arahan pengendalian pemanfaatan ruang Pulau Jawa-Bali digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang Pulau Jawa-Bali.

  (2) Arahan pengendalian pemanfaatan ruang Pulau Jawa-Bali terdiri atas: a. indikasi arahan peraturan zonasi sistem nasional; b. arahan perizinan; c. arahan pemberian insentif dan disinsentif; dan d. arahan sanksi.

  Strategi Operasionalisasi Rencana Pola Ruang Dan Struktur Ruang bidang Cipta Karya

  Strategi Operasionalisasi Rencana Pola Ruang Dan Struktur Ruang bidang Cipta Karya terdapat pada pasal 18 menjelaskan bagian umum, pasal 37 sampai dengan

  pasal 40 menjelaskan system jaringan sumber daya air, pasal 41 sampai dengan

  pasal 48 menjelaskan kawasan lindung nasional serta pasal 49 sampai dengan

  pasal 67 menjelaskan tenteang kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional. Berikut pasal 18 yang merupakan penjelasan umum tentang strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang bidang cipta karya.

  (1) Strategi operasionalisasi perwujudan struktur ruang terdiri atas strategi operasionalisasi perwujudan: a. sistem perkotaan nasional;

LAPORAN AKHIR

  b. sistem jaringan transportasi nasional;

  c. sistem jaringan energi nasional;

  d. sistem jaringan telekomunikasi nasional; dan e. sistem jaringan sumber daya air. (2) Strategi operasionalisasi perwujudan pola ruang terdiri atas strategi operasionalisasi perwujudan: a. kawasan lindung nasional; dan b. kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional.

3.1.2.3 ARAHAN RTRW PROVINSI