DOCRPIJM 86ee7b63b2 BAB VBAB V Saveguard ok

BAB V PERLINDUNGAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN

5.1 Petunjuk Umum

  Menjaga dan melestarikan lingkungan adalah sudah menjadi tugas dan tanggung jawab bersama manusia sebagai makhluk yang berperan paling besar dalam lingkungan, namun perlu dibarengi dengan sikap pengendalian, pengawasan, pemulihan dan pengembangan. Kegiatan tersebut adalah bagian dari upaya bagaiimana kita mengelola lingkungan yang dilakukan secara bertahap, terpadu dan konsisten. Tindakan dalam melakukaan perencanaan (planning), agar tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan apa yang diinginkan. Perlindungan sosial dan lingkungan pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum memiliki program dan kegiatan yang bertujuan untuk mencapai kondisi masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari pencemaran air limbah permukiman. Air limbah yang dimaksud adalah air limbah permukiman (municipial wastewater) yang terdiri dari atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air limbah permukiman ini perlu dikelola agar tidak menimbulkan dampak seperti mencemari air permukaan dan air tanah, disamping sangat beresiko menimbulkan penyakit seperti diare, thypus, kolera dan lain-lain. Terkait dengan perkembangan penduduk di Kabupaten Malinau khususnya penduduk pendatang (migran), maka hal ini menjadi dasar pertimbangan dalam pengembangan permukiman dan perumahan. Secara umum pengembangan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan pada hakekatnya adalah mewujudkan kondisi perkotaan dan perdesaan yang layak huni (livable), aman, nyaman, damai dan sejahtera serta berkelanjutan. Perkembangan permukiman hendaknya juga mempertimbangkan aspek-aspek sosial budaya masyarakat setempat, agar pengembangannya dapat sesuai dengan kondisi masyarakat dan alam lingkungannya.

  V - 197 R E N C A N A P R O G A M I N V E S T A S I J A N G K A Aspek sosial budaya ini dapat meliputi desain, pola, dan struktur, serta bahan material yang digunakan.

  Dalam bidang Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaaatn ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Visi penataan bangunan dan lingkungan adalah terwujudnya bangunan gedung dan lingkungan yang layak huni dan berjati diri, sedangkan misinya adalah: (1) Memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib, layak huni, berjati diri, serasi dan selaras, dan (2) Memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam penataan lingkungan yang produktif dan berkelanjutan. Sub Bidang Persampahan pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum memiliki program dan kegiatan yang bertujuan untuk mencapai masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bersih dari sampah. Tatanan program yang digunakan adalah sama dengan tatanan program pada Renstra Dep. PU (2004- 2009), Renstra SKPD, dan RPJMD. Pemograman harus mengacu pada kebijakan dan strategi yang dituangkan dalam Renstra di pusat maupun daerah dan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas pengembangan daerah. Sasaran program dan kegiatan pengelolaan persampahan mengacu pada RPJMN 2004-2009 yaitu :

  1) Meningkatkan jumlah sampah terangkut; 2) Meningkatkan kinerja pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang berwawasan lingkungan pada semua kota metropolitan, kota besar dan sedang

  Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP), upaya pencapaian sasaran RPJMN 2004-2009, dapat dilakukan meliputi:

  1. Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya.

  2. Peningkatan peran aktif masyarakat dan usaha/swasta sebagai mitra pengelolaan.

  3. Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan. Secara umum sampah adalah masalah tanggung jawab bersama yang harus dipikirkan dan perlu diselesaikan. Pertimbangan mendasar adalah sebagai antisipasi

  V - 198 R E N C A N A P R O G A M I N V E S T A S I J A N G K A pencemaran lingkungan akibat kurang kesadaran masyarakat akan lingkungan. Tujuan dari penyusunan rencana pembangunan sub bidang drainase adalah untuk memberikan suatu manual yang dapat memberikan arahan khususnya bagi Dinas PU & Kimpraswil Kabupaten/Kota, dan bagi pihak lain yang berkepentingan dalam pengelolaan/ penataan system drainase. Sehingga pada akhirnya dapat diwujudkan suatu sistem drainase yang terintegrasi dan dengan kualitas pelayanan yang memadai.

  Acuan yang dipakai adalah Kepmen PU No. 239/KPTS/1987 tentang fungsi utama saluran drainase sebagai drainase wilayah dan sebagai pengendalian banjir. Sistem drainase tidak dapat berdiri sendiri dan selalu berhubungan dengan sektor infrastruktur lainnya seperti pengembangan daerah, air limbah, perumahan, tata bangunan serta di wilayah perkotaan. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

  1. Perencanaan sistem drainase harus mendukung skenario pengembangan dan pembangunan wilayah, serta terpadu rencana pengembangan prasarana lainnya.

  2. Perencanaan sistem drainase harus mempertimbangkan pengembangan infrastruktur air limbah, karena faktanya menunjukkan bahwa saluran air limbah kebanyakan masih bercampur dengan sistem pembuangan air hujan.

  3. Perencanaan sistem drainase harus dikoordinasikan dengan rencana pengembangan perumahan, terutama dalam kaitannya dengan perencanaan sistem jaringan dan kapasitas prasarana.

  4. Perencanaan drainase yang menjadi satu kesatuan dengan jaringan jalan harus disinkronkan dengan sistem jaringan drainase yang sudah direncanakan oleh istitusi atau lembaga pengelola jaringan drainase. Secara pasti dapat dikatakan bahwa penyelesaian masalah drainase (banjir) di suatu kawasan selain memfokuskan pada penyelesaian masalah kawan internal, juga tidak terlepas dari penyelesaian masalah kawasan eksternal, terutama menyangkut aspek- aspek yang terkait secara langsung dengan permasalahan drainase di Kawasan studi.

  Sub bidang air minum Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya bersama Dinas PDAM Kabupaten Malinau mengembangkan program pembangunan penyediaan air bersih baik untuk skala Kabupaten Malinau, IKK dan wilayah-wilayah Kelurahan terutama untuk wilayah IKK dan Kelurahan yang penduduknya miskin dan berada di kawasan yang sangat rawan air bersih. Program ini bersamaan dengan penguatan sistem kelembagaan dan peningkatan kerjasama dengan pihak swasta dalam berinvestasi guna mewujudkan MDG’s 2015.

  V - 199 R E N C A N A P R O G A M I N V E S T A S I J A N G K A Air merupakan sumber daya alam yang memegang peranan penting di dalam kehidupan umat manusia (makhluk hidup dimuka bumi). Sebagian besar air dimanfaatkan dalam berbagai bidang kehidupan seperti pertanian, peternakan, perikanan, industri, pariwisata dan sebagainya. Fungsi-fungsi strategis tersebut telah menempatkan air sebagai sarana yang vital dalam kehidupan manusia. Namun demikian, kondisi saat ini menunjukkan bahwa kualitas air di alam sudah jauh menurun. Air sudah tercemar sedemikian oleh berbagai macam kontamin seperti logam berat, garam, pestisida, herbisida, bakteri, virus, dan bahan-bahan beracun. Sumber airpun sudah banyak yang rusak sehingga jumlah cadangan air yang layakpun semakin berkurang. Salah satu kontaminan yang banyak dijumpai adalah tingginya kadar besi di dalam air baku. Kebijakan sub bidang penataan bangunan gedung dan lingkunan adalah mewujudkan pembangunan prasarana sarana dan prasarana berkualitas. Kebijakan terkait PBL adalah Meningkatkan penataan kawasan konsisten sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten. Bangunan-bangunan di wilayah Kabupaten Malinau secara umum saat ini diarahkan kepada penataan sesuai dengan fungsi kawasan yang telah direncanakan yaitu perdagangan dan jasa, pemukiman, perkantoran dan pendidikan.

5.1.1 Prinsip Dasar Safeguard

  Prinsi-prinsip dasar perlindungan adalah sebagai berikut ini:

  1. Semua pihak terkait RPIJM wajib memahami, menyepakati dan melaksanakan dengan baik dan konsisten kerangka perlindungan lingkungan dan sosial.

  2. Perkuatan kapasitas lembaga pelaksana diperlukan agar pelaksanaan kerangka perlindungan dapat dilakukan secara lebih efektif.

  3. Kerangka perlindungan harus dirancang sesederhana mungkin, mudah dimengerti, jelas kaitannnya dengan tahap-tahap investasi, dan dapat dijalankan sesuai prinsip dalam kerangka proyek.

  4. Prinsip utama perlindungan adalah untuk menjamin program investasi infrastruktur tidak mengakibatkan dampak negatif yang serius. Bila terjadi dampak negatif maka perlu dipastikan adanya upaya mitigasi yang dapat meminimalkan dampak negatif tersebut, baik pada tahap perencanaanm persiapan maupun tahapan pelaksanaannya.

  5. Diharapkan RPIJM tidak mebiayai kegiatan investasi yang karena kondisi lokal tertentu tidak memungkinkan terjadinya konsultasi perlindungan dengan warga yang

  V - 200 R E N C A N A P R O G A M I N V E S T A S I J A N G K A secara potensial dipengaruhi dampak lingkungan atau (PAP-Potentially Affected People) warga terasing dan rentan (IVP-Isolated and Vlnerable People) atau warga yang terkena dampak pemindahan (DP-Displaced People), secara memadai.

  6. Untuk memastikan bahwa perlindungan dilaksanakan dengan baik dan benar, maka diperlukan tahap-tahap sebagai berikut:

  7. Setiap keputusan, laporan dan draft perencanaan final yang berkaitan dengan kerangka perlindungan harus dikonsultasikan dan didiseminasikan secara luas terutama kepada warga yang berpotensi terkena dampak, harus mendapatkan kesempatan untuk ikut mengambil keputusan dan menyampaikan aspirasi dan/atau keberatannya atas rencana investasi yang berpotensi dapat menimbulkan dampak negatif tau tidak diinginkan bagi mereka.

5.1.2 Lingkup Kerangka Safeguard

  Sesuai dengan karakteristik kegiatan yang didanai dalam rencana program investasi infrastruktur, kerangka perlindungan RPIJM infrastruktur bidang PU / Cipta Karya terdiri dari dua komponen yakni:

  1. Safeguard Lingkungan Kerangka ini dimaksudkan untuk membantu peserta Kabupaten/Kota untuk dapat melakukan evaluasi secara sistematik dalam penanganan, pengurangan dan pengelolaan resiko lingkungan yang tidak diinginkan, promosi manfaat lingkungan, dan pelaksanaan keterbukaan serta konsultasi publik dengan warga yang terkena dampak atau PAP (Potentially Affected People).

Tabel 5.1 Kategori Subproyek menurut Dampak Lingkungan

  Persyaratan Kategori Dampak Pemerintah

Sub Proyek Yang dapat mengakibatkan dampak

lingkungan yang buruk, berkaitan dengan kepekaan ANDAL dan A dan keragaman dampak yang ditimbulkan, upaya RKL/RPL *) pemulihan kembali sangat sulit dilakukan

ub Proyek dengan ukuran dan volume kecil,

B mengakibatkan dampak lingkungan akan tetapi UKL/UPL upaya pemulihannya sangat mungkin dilakukan Sub Proyek yang tidak memiliki komponen konstruksi Tidak diperlukan

  C dan tidak mengakibatkan pencemaran udara, tanah ANDAL atau dan air UKL/UPL V - 201

  R E N C A N A P R O G A M I N V E S T A S I J A N G K A

  R E N C A N A P R O G A M I N V E S T A S I J A N G K A V - 202 Catatan :

  ANDAL Analisis Dampak Lingkungan RPL Rencana Pemantauan Lingkungan UKL Upaya Pengelolaan Lingkungan UPL Upaya Pemantauan Lingkungan

  

Lihat Lampiran 1 bagian III : SK Menteri Lingkungan

Hidup No. 17/2001; SK Menteri PU No.

17/KPTS/M/2003; UU No. 23/1997, Pasal 15(1) dan

PP No. 27/1999 Pasal 5(1)

  2. Safeguard Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali Kerangka ini dimaksudkan untuk membantu peserta Kabupaten/Kota untuk dapat melakukan evaluasi secara sistematik dalam penanganan, pengurangan dan pengelolaan resiko sosial yang tidak diinginkan, promosi manfaat sosial, dan pelaksanaan keterbukaan serta konsultasi publik dengan warga yang terkena dampak atau DP.

Tabel 5.2 Kategori Subproyek Menurut Dampak Kegiatan

  

Pembebasan Tanah dan Permukiman Kembali

Kategori Dampak Persyaratan Pemerintah

A

  Sub Proyek yang tidak melibatkan kegiatan pembebasan tanah

  1 Sub Proyek seluruhnya menempati tanah Negara Surat Pernyaraan dari Pemrakarsa Kegiatan

  2 Sub Proyek Seluruhnya atau sebagian menempati tanah yang telah dihibahkan secara sukarela Laporan Yang disusun oleh Pemrakarsa Kegiatan

  B Pembebasan Tanah secara sukarela : Surat Persetujuan yang disepakati dan ditandatangani bersama antara pemrakarsa kegiatan dan warga yang menghibahkan tanahnya dengan sukarela Hanya dapat dilakukan bila lahan produktif yang dihibahkan <

  10% dan memotong < bidang lahan sejarak 1,5 m dari batas kavling atau < garis sepadan bangunan dan bangunan atau aset tidak bergerak lainnya yang dihibahkan < Rp 1 juta.

  C Pembebasan tanah berdampak pada < 200 orang atau 40 KK atau < 10% dari aset produktif atau melibatkan pemindahan warga sementara selama masa konstruksi

  RTPTPK Sederhana D Pembebasan Tanah berdampak pada > 200 orang atau memindahkan warga > 100 orang

  RTPTPK Menyeluruh Sumber: Analisa RTRW 2012 -2032

5.1.3 Pembiayaan

  Pembiayaan rencana perlindungan sosial dan lingkungan dapat dilaksanakan melalui APBN, APBD Provinsi, dan APBD Kabupaten. ( Lihat kembali Buku Panduan 7 RPIJM Safeguard Lingkungan dan Sosial)

5.2 Komponen Perlindungan

5.2.1 Komponen Perlindungan Sosial

  Komponen perlindungan sosial dalam hal ini terkait pengadaan tanah dan permukiman kembali. Pengadaan tanah dan permukiman kembali biasanya terjadi jika kegiatan investasi berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau sedikitnya memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.

  Pengadaan tanah dan permukiman kembali atau land acquisition and resettlement untuk kegiatan RPIJM mengacu pada prinsip-prinsip sebagai berikut ini:

  1. Transparan: Sub proyek dan kegiatan yang terkait harus diinformasikan secara transparan kepada pihak-pihak yang akan terkena dampak. Informasi harus mencakup, antara lain, daftar warga dan aset (tanah, bangunan, tanaman, dan lainnya) yang akan terkena dampak.

  2. Partisipatif: Warga yang berpotendi terkena dampak/dipindahkan (DP) harus terlibat dalam seluruh perencanaan proyek, seperti: penentuan batas lokasi proyek jumlah dan bentuk kompensasi/ganti tugi, serta lokasi tempat permukiman kembali.

  3. Adil: Pengadaan tanah tidak boleh memperburuk kondisi kehidupan DP. Warga tersebut memiliki hak untuk mendapatkan ganti rugi yang memadai, sepert tanah pengganti dan /atau uang tunai yang setara dengan harga pasar tanah dan asetnya. Biaya terkait lainnya, seperti biaya pindah, pengurusan surat tanah, dan pajak, harus ditanggung oleh pemrakarsa kegiatan. DP harus diberi kesempatan untuk mengkaji rencana pengadaan tanah ini secara terpisah di

  V - 203 R E N C A N A P R O G A M I N V E S T A S I J A N G K A antara mereka sendiri dan menyetujui syarat-syarat dan jumlah ganti rugi dan /atau permukiman kembali.

5.2.2 Komponen Perlindungan Lingkungan

  Seluruh program investasi infrastruktur bidang PU/Cipta Karya yang diusulkan oleh Kabupaten/Kota harus sesuai dan memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut ini.

  1. Penilaian lingkungan (environtment assesment) dan rencana mitigasi dampak sub-proyek, dirumuskan dalam bentuk: a. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Analisis

  Dampak Lingkungan (ANDAL) dikombinasikan dengan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).

  b. Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).

  c. Standar Operasi Baku (SOP) d. Tergantung pada kategori dampak sub proyek yang dimaksud.

  2. AMDAL harus dilihat sebagai alat peningkatan kualitas lingkungan. Format AMDAL atau UKL/UPL merupakan bagian tidak terpisahkan dari analisis teknis, ekonomi, sosial, kelembagaan dan keuangan sub-proyek.

  3. Sejauh mungkin, subproyek harus menghindari atau meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan. Selaras dengan hal tersebut, sub proyek harus dirancang untuk dapat memberikan dampak positif semaksimal mungkin. Sub proyek yang diperkirakan dapat mengakibatkan dampak negatif yang besar terhadap lingkungan, dan dampak tersebut tidak dapat ditanggulangi melalui rancangan dan konstruksi sedemikian rupa harus dilengkapidengan AMDAL.

  4. Usulan program investasi infrastruktur bidang PU/Cipta Karya tidak dapat dipergunakan mendukung kegiatan yang dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap habitat alamiah, warga terasing dan rentan, wilayah yang dilindungi,. Disamping itu dari usulan RPIJM juga tidak membiayai pembelian, produksi atau penggunaan:

  a. Bahan-bahan perusak ozon b. Bahan-bahan mengandung asbes.

  c. Bahan-bahan mengandung B3 d. Pestisida, herbisida, dan insektisida.

  e. Pembangunan bendungan.

  V - 204 R E N C A N A P R O G A M I N V E S T A S I J A N G K A f. Perusakan kekuayaan budaya.

  g. Penebangan kayu.

5.3 Metoda Pendugaan Dampak

5.3.1 Metoda Pendugaan Dampak Sosial

  Prosedur dan tata kerja penilaian oleh Komisi Penilai AMDAL Daerah Kabupaten Malinau adalah sebagai berikut:

  Tahap pertama (pengajuan KA AMDAL)

  1. Pemrakarsa kegiatan/ usaha mengajukan KA. AMDAL kepada komisi penilai AMDAL daeah Kabupaten Malinau sebanyak 25 eksemplar dokumen yang diserahkan melalui Skretariat Komisi Penilai AMDAL Daerah Kabupaten Malinau.

  2. Skretariat memberikan tanda terima dokumen KA. ANDAL yang diketahui oleh Skretaris Komisi Penilai AMDAL Daerah Kabupaten Malinau.

  3. Skreatriat memeriksa kelengkapan dan syarat dokumen KA. AMDAL yang diajukan tersebut, apabila sudah lengkap persyaratannya maka akan diajukan untuk persiapan rapat Tim Teknis Komisi Penilai AMDAL Daerah Kabupaten Malinau, yang selanjutnya hasil masukan dari Tim Teknis Komisi Penilai AMDAL Daerah Kabupaten Malinau tersebut diajukan pada sidang Komisi AMDAL Daerah Kabupaten Malinau. Persyaratan KA. ANDAL tersebut meliputi : Sistematika dokumen harus sesuai dengan pedoman ketentuan yang berlaku Tidak menyimpang dari ketentuan yang ditetapkan baik dari penulisan maupun bahan penunjang lainnya; a. Dokumen yang disampaikan sudah ditanda tangani dan di cap oleh penanggungjawab kegiatan; b. Dokumen ijin/ rekomendasi bahwa lokasi kegiatan tidak menjadi sengketa atau disengketakan, baik dikeluarkan oleh Bupati dan atau instansi/ badan yang berwenang;

  c. Metodologi penelitian harus lengkap dan jelas termasuk jadwal yang diajukan telah selesai (tidak kedaluarsa) d. Data mengenai deskripsi kegiatan harus lengkap, akurat, terbaru dengan disertai gambar yang dapat menjelaskan dari setiap tahapan kegiatan mulai pra tahap pra konstruksi, tahap konstruksi/operasi dan pasca operasi;

  V - 205 R E N C A N A P R O G A M I N V E S T A S I J A N G K A e. Tim penyusun dokumen/ konsultan diketahui oleh seseorang yang telah memiliki sertifikat AMDAL B dan pengalaman lebih dari 5 tahun dibidangnya dengan disertai kelengkapan biodata yang harus dilampirkan

  f. Persyaratan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Apabila tidak memenuhi persyaratan dan kelengkapan sebagaimana terdapat dalam ketentuan diatas, maka Komisi Penilai AMDAL Daerah Kabupaten Malinau berhak menolak dan mengembalikan kepada pemrakarsa kegiatan untuk diperbiki kembali, sehingga memenuhi persyaratan dan kelengkapan sesuai yang ditetapkan.

  Proses penilaian KA. ANDAL dilakukan selambat-lambatnya 75 hari terhitung sejak tanggal diterimanya dokumen KA. ANDAL Tahap kedua (Pengujian andal, RKL dan RPL);

  1. Pemrakarsa kegiatan mengajukan dokumen ANDAL, RKL, dan RPL kepada Komisi Penilai AMDAL Daerah Kabupaten Malinau sebanyak 25 eksemplar yang diserahkan melalui Sekretariat Kimisi Penilai AMDAL Daerah Kabupaten Malinau.

  2. Sekretariat memberikan tanda terima dokumen KA. ANDAL yang diketahui oleh Sekretaris Komisi Penilai ANDAL Daerah Kabupaten Malinau;

  3. Sekretariat memeriksa kelengkapan dan syarat dokumen KA. ANDAL yang diajukan tersebut, apabila sudah lengkap persyaratnnya maka akan diajukan untuk persiapan rapat Tim Teknis Komisi Penilai ANDAL Daerah Kabupaten Malinau, yang selanjutnya hasil masukan dari Tim Teknis Komis Penilai AMDAL Daerah Kabupaten Malinau tersebut diajukan pada sidang Komisi AMDAL Daerah Kabupaten Malinau.

  Persyaratan KA. ANDAL tersebut meliputi :

  a. Sistematika Dokumen harus sesuai dengan pedoman ketentuan yang berlaku;

  b. Tidak menyimpang dari ketentuan yang ditetapkan baik dari penulisan maupun bahan penunjang lainnya; c. Dokumen yang disampaikan sudah ditanda tangani dan dicap oleh

  Penanggung jawab kegiatan;

  V - 206 R E N C A N A P R O G A M I N V E S T A S I J A N G K A d. Dokumen ijin/ rekomendasi bahwa lokasi kegiatan tidak menjadi sengketa atau disengketakan, baik dikeluarkan oleh Bupati dan atau instansi/ badan yang berwenang;

  e. Metodologi penelitian harus lengkap dan jelas termasuk jadwal yang diajukan telah selesai (tidak kedaluarsa); f. Data mengenai deskripsi kegiatan harus lengkap, akurat, terbaru dengan disertai gambar yang dapat menjelaskan dari setiap tahapan kegiatan mulai pra tahap pra konstruksi, tahap konstruksi/operasi dan pasca operasi;

  g. Sumber material yang digunakan harus jelas dan menjelaskan asal meterial tersebut, pengangkutan yang digunakan, jumlahnya, jalan/ rute yang digunakan sebagainya;

  h. Desain teknis yang akan dibangun harus digambarkan secara lengkap dan jelas; i. Jenis bahan yang digunakan, metode kegiatan secara teknis dan dikerjakan sendiri atau dikontrakkan; j. Bahan material yang dipergunakan tergolong dalam B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) perlu dikemukakan dan dirinci kebutuhannya; k. Jumlah tenaga lokal dan tenaga asing yang digunakan dalam kegiatan; l. Tim penyusun dokumen/ konsultan diketahui oleh seseorang yang telah memiliki sertifikat AMDAL B dan pengalaman lebih dari 5 tahun dibidangnya dengan disertai kelengkapan biodata yang harus dilampirkan; m. Persyaratan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

  Apabila tidak memenuhi persyaratan dan kelengkapan sebagaimana terdapat dalam ketentuan diatas, maka Komisi Penilai AMDAL Daerah Kabupaten Malinau berhak menolak dan mengembalikan kepada pemrakarsa kegiatan untuk diperbiki kembali, sehingga memenuhi persyaratan dan kelengkapan sesuai yang ditetapkan.

  V - 207 R E N C A N A P R O G A M I N V E S T A S I J A N G K A Proses penilaian KA. ANDAL dilakukan selambat-lambatnya 75 hari terhitung sejak tanggal diterimanya dokumen KA. ANDAL.

  Tahap Ketiga (Proses Penilaian Presentasi);

  1. Apabila proses tahap I dan II telah dipenuhi, Sekretariat Komisi Penilain AMDAL Daerah Kabupaten Malinau membuat undangan dan jadwal kegiatan rapat Tim Teknis Komisi Penilai AMDAL Daerah Kabupaten Malinau;

  2. Pada tahap awal pembahasan dilakukan oleh Ketua Komisi Penilai AMDAL Daerah Kabupaten Malinau;

  3. Rapat awal oleh Tim Teknis Komisi Penilai AMDAL Daerah Kabupaten Malinau dipimpin oleh Ketua Komisi Penilai AMDAL Daerah Kabupaten Malinau dan/atau sekurang-kurangnya Sekretaris Komisi Penilai AMDAL Daerah Kabupaten Malinau yang juga dihadiri pemrakarsa dan konsultan.

  4. Apabila kegiatan tersebut layak dan telah memenuhi persyaratan dan kelengkapan, maka penilaian lebih lanjut dapat diteruskan ke dalam rapat Pleno Komisi Penilai AMDAL Daerah Kabupaten Malinau;

  5. Hasil penilaian Tim Teknis Komisi Penilai AMDAL Daerah Kabupaten Malinau merupakan acuan bagi perbaikan tahap awal yang disusun dalam bentuk berita acara atau hasil penilaian yang di tanda tangani oleh Koordinator Tim Teknis Komisi Penilai AMDAL Daerah Kabupaten Malinau dengan diketahui oleh Ketua dan Sekretaris Komisi Penilai AMDAL Daerah Kabupaten Malinau;

  6. Rapat Pleno Komisi Penilai AMDAL Daerah Kabupaten Malinau dipimpin oleh Ketua Komisi Penilai AMDAL Daerah Kabupaten Malinau dan/atau sekurang- kurangnya Sekretaris Komisi Penilai AMDAL Daerah Kabupaten Malinau yang juga dihadiri Instansi terkait, pemrakarsa dan konsultan, wakil masyarakat yang terkena dampak, ahli/ pakar lingkungan dan anggota tidak tetap lainnya;

  7. Hasil tanggapan Tim Teknis dan Komisi Penilai AMDAL Daerah Kabupaten Malinau akan disampaikan melalui surat Komisi Penilai AMDAL Daerah Kabupaten Malinau kepada Pemrakarsa Kegiatan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak penilaian rapat dilaksanakan;

  V - 208 R E N C A N A P R O G A M I N V E S T A S I J A N G K A

  8. Dalam melaksanakan rapat pleno Komisi Penilai AMDAL Daerah Kabupaten Malinau pimpinan/ penanggung jawab, pemrakarsa kegiatan wajib hadir dan / atau wakil yang dikuasakan dengan penunjukan surat kuasa;

  9. Semua anggota penyusun / konsultan AMDAL wajib hadir dalam rapat pleno dan tidak diwakilkan.

  Tahap Keempat (Proses Penilaian Oleh Komisi Penilai Amdal Daerah Kabupaten Malinau);

  1. Pengajuan KA.ANDAL, ANDAL, RKL dan RPL oleh pemrakarsa kegiatan kepada Komisi Penilai AMDAL Daerah Kabupaten Malinau;

  2. Sekretariat Komisi Penilai AMDAL Daerah Kabupaten Malinau akan memberikan tanda terima dokumen KA.ANDAL, ANDAL, RKL dan RPL yang diketahui oleh Sekretaris Komisi Penilai AMDAL Daerah Kabupaten Malinau;

  3. Kelengkapan syarat dan bukti penerimaan ditidaklanjuti dengan membuat undangan rapat komisi Penilai AMDAL Daerah Kabupaten Malinau sekaligus jadwal dan mengirimkan undangan beserta dokumen yang akan dinilai. Undangan diberikan meliputi seluruh anggota Komisi Penilai terkena dampak, ahli/ pakar lingkungan dan anggota tidak tetap;

  4. Komisi Penilai AMDAL Daerah Kabupaten Malinau dalam rapat wajib memperhatikan aspirasi dan pendapat semua anggota tanpa terkecuali aspirasi wakil masyarakat yang terkena dampak;

  5. Dalam melaksanakan rapat pleno Komisi Penila AMDAL Daerah Kabupaten Malinau pimpinan/penanggung jawab pemrakarsa kegiatan wajib hadir dan/atau wakil dikuasakan dengan menunjukkan surat kuasa;

  6. Semua anggota penyusun / konsultan AMDAL wajib hadir dalam rapat pleno dan tidak bisa diwakilkan;

  V - 209 R E N C A N A P R O G A M I N V E S T A S I J A N G K A

  7. Dalam kesimpulan rapat Komisi Penilai AMDAL Daerah Kabupaten Malinau apabila tiga perempat dari anggota Komisi Peniali AMDAL Daerah Kabupaten Malinau menyetujui dan sebagian tidak menyetujui maka dilakukan rapat tertutup dan apabila ternya kelayakan kegiatan tersebut lebih besar dari kerugian yang ditimbulkan dan/atau penolakan tidak prinsip dan tidak dikelola/dapat dikelola dengan teknologi, Komisi Penilai AMDAL Daerah Kabupaten Malinau dapat mengambil keputusan untuk memberikan rekomendasi ;

  8. Persetujuan Dokumen KA. ANDAL dilakukan dengan Surat Kesepakatan dengan ditandatangani Ketua Komisi Penilai AMDAL Daerah Kabupaten Malinau;

  9. Persetujuan Dokumen ANDAL, RKL DAN RPL berbentuk Surat Kelayakan akan tetap dilakukan oleh WaliKabupaten Malinau;

  10. Dan apabila ternyata dokumen tersebut perlu perbaikan dari pendapat Komisi Penilai AMDAL Daerah Kabupaten Malinau selanjutnya telah ditanggapi/diperbaiki dengan baik, maka dapatdikeluarkan Surat Kelayakan.

  Metoda pendugaan perlindungan sosial atau pembebasan tanah dan permukiman kembali dirumuskan berdasarkan sejumlah regulasi terkait yang berlaku antara lain sesuai dengan Keputusan Presiden No 55/1993 tentang Pembebasan Tanah untuk Pembangunan Bagi Kepentingan Umum. Prosedur pelaksanaan perlindungan pembebasan tanah dan permukiman kembali terdiri dari beberapa kegiatan utama yang meliputi: penyiapan awal dari usulan kegiatan untuk melihat apakah kegiatan yang bersangkutan memerlukan pembebasan tanah atau kegiatan permukiman kembali atau tidak; pengklasifikasian/kategorisasi dampak pembebasan tanah dan permukiman kembali dari sub proyek yang diusulkan sesuai tabel 5.1; perumusan surat pernyataan bersama (jika melibatkan hibah sebidang tanah secara sukarela) atau perumusan Rencana Tindak Pembebasan Tanah dan Permukiman Kembali (RTPTPK) sederhana atau menyeluruh sesuai kebutuhan didukung SK Bupati.

5.3.2 Metoda Pendugaan Dampak Lingkungan

  Prosedur pelaksanaan AMDAL terdiri dari berbagai kegiatan utama, yakni: pentapisan awal sub proyek sesuai dengan kriteria persyaratan

  V - 210 R E N C A N A P R O G A M I N V E S T A S I J A N G K A perlindungan,evaluasi dampak lingkungan; pengklasifikasian/kategorisasi dampak lingkungan dari sub proyek yang diusulkan (lihat tabel 5.2), perumusan dokumen SOP, UKL/UPL atau AMDAL (KA-ANDAL, ANDAL dan RKL/RPL), pelaksanaan dan pemantauan pelaksanaan. Pendugaan dampak lingkungan juga mengacu pada Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.17/KPTS/M/2003 tentang : Penetapan Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Permukiman dan Prasarana Wilayah Yang Wajib Dilengkapi Dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 5.3 sebagai berikut :

Tabel 5.3 UKL dan UPL Berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah

  No.17/KPTS/M/2003 V - 211

  R E N C A N A P R O G A M I N V E S T A S I J A N G K A

  R E N C A N A P R O G A M I N V E S T A S I J A N G K A V - 212

  b. Kota Sedang >= 2 Ha

  b. Kota Besar (luas)

  

2 Ha s/d 50 Ha

  c. Kota Sedang (luas)

  

2 Ha s/d 100 Ha

  4 Peremajaan Perumahan dan Permukiman Perubahan bentuk lahan, pengaruhnya terhadap lingkungan sosial, ekonomi dan budaya dan pelestarian cagar budaya Perubahan kepadatan penduduk, perubahan tingkat pelayanan prasarana dan sarana perkotaan, perubahan kondisi sosial ekonomi dan budaya, kehilangan bangunan bersejarah atau peningkatan nilai asset bangunan bersejarah a. Kota Metropolitan dan Besar

  >= 1Ha

  c. Revitalisasi kawasan (memfungsikan kembali kawasan) >= 1 Ha

  a. Kota Metropolitan (luas)

  5 Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) dan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Perubahan bentuk lahan, pengaruh proses teknologi terhadap lingkungan fisik, kimiawi, biologi, sosial, ekonomi dan budaya

  Gangguan kesehatan, estetika, bau, perubahan kualitas air tanah maupun air permukaan sekitar

  IPAL/IPLT, perubahan pola mata pencaharian masyarakat sekitar

  a. IPLT < 2 Ha

  b. IPAL < 3 Ha

  6 Pembangunan Sistem Perpipaan Air Limbah (sewerage) Penerapan teknologinya mempengaruhi lingkungan fisik, kimiawi, proses dan hasil kegiatannya Gangguan lalulintas, kerusakan prasarana dan sarana umum, ketidapuasan atas nilai kompensasi

  

2 Ha s/d <25 Ha

  3 Pembangunan Perumahan dan Permukiman Perubahan bentang alam, eksploitasi dan pemanfaatan sumber daya alam yang menimbulkan pemborosan dan kemerosotan, pengaruhnya terhadap lingkungan fisik-kimiawi, biologi, sosial ekonomi dan budaya Perubahan tata guna lahan skala kawasan, perubahan daya dukung dan tingkat pelayanan kota, bangkitan LHR, bangkitan sampah dan limbah, perubahan tingkat konsumsi air bersih, perubahan volume run-off, perubahan kawasan resap air, kesenjangan sosial dengan masyarakat

  No Jenis Usaha/ Kegiatan

Skala

(Besaran)

  2 Persampahan

  Dasar Pertimbangan Alasan Ilmiah Khusus

  1 Normaliasi Sungai

  a. Kota Besar/Metropolitas (panjang atau luas)

  

1 Km s/d < 5

Km, 1 Ha s/d 5 Ha Perubahan bentang alam dan bentuk lahan, pengaruhnya terhadap lingkungan sosial ekonomi dan budaya, pengaruh penerapan teknologi pada lingkungan Perubahan keseimbangan alur sungai, perubahan kondisi sosial ekonomi, masyarakat yang lahannya terpotong proyek b. Kota Sedang (panjang sungai)

  

3 Km s/d < 10

Km

c. Perdesaaan (panjang sungai)

  

5 Km s/d < 15

Km

d. Sodetan Semua Besaran

  a. Tempat Pembuangan Akhir Sampah dengan sistem control landfill atau sanitary landfill

  > 500 M

2

  

(luas < 10 Ha

dan

kapasitas < 10.000

ton)

Perubahan tentang bentang alam dan bentuk lahan, pengaruh penggunaan teknologinya terhadap lingkungan fisik, kimia dan sosial ekonomi budaya, introduksi jenis kawasan

  Gangguan kesehatan, estetika, bau, asap, pembakaran, emisi bio gas (H2S, NOX, Sox, Cox, dixioan), pencemaran air tanah maupun air permukaan leachate (air lindi), gangguan lalat, keluahan penduduk sekitar terhadap keberadaan tempat pembuangan sampah disekitar, dll b. TPA di daerah pasang surut

  

(luas < 5 Ha dan

kapasitas < 50.000

ton)

  Kedalam proses pembusukan, kecuali untuk lokasi yang berada di bantaran sungai Tidak dibangun di sekitar sungai/ berbatasan langsung dengan sungai

  c. Pembangunan Transfer Station (kapasitas operasional)

<1000 ton/ hari

d. Pembangunan incenarator Semua ukuran

  e. Bangunan Komposting dan Daur Ulang (kapasitas sampah baku) >4 ton/ hari

  Kota Besar/ Metropolitan (luas/ layanan) < 500 Ha

  • Drainase Utama (panjang) < 5 Km - Drainase Skunder dan Tertier (panjang)
    • – 5 Km

  • Drainase Utama (panjang) < 10 Km - Drainase Skunder dan Tertier (panjang)
    • ) pembangunan drainase skunder dan tertier di kota sedang kemungkinan melewati permukiman padat

  • – 10 Km*

  Gangguan lalulintas, kecemburuan sosial antar konsumen air bersih, konflik pemakaian sumber daya air, perubahan pasokan air, penurunan muka tanah akibat penyedotan air tanah yang berlebihan, intusi air asin, perubahan kualitas air badan penerima limbah hasil proses pengolahan air.

  b. Atau Luas Lahan Kawasan

  50 KK

  Dipindahkan

  Perubahan tata guna lahan kawasan, ketidakpuasan atas pemberian kompensasi penggantian bangunan, adaptasi dengan penduduk sekitar, perubahan ekosistem kawasan, perubahan daya dukung kawasan (lahan, sumber daya air, pertanian, kehutanan, perkebunan, dll), perubahan koefisien run a. Jumlah Penduduk Pendukung Yang

  10 Pembangunan Kawasan Permukiman Untuk Pemindahan Penduduk dan atau Permukiman Kembali Perubahan bentang alam, eksploitasi sumber daya alam, proses dan hasilnya mempengaruhi lingkungan fisik kimia biologi, mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi sumber daya alam

  d. Pembangunan Instalasi Pengelohan Air Lengkap (debit) < 50 l/d e. Pengmbilan Air Tanah < 5 l/d dan < 50

  Sumber Air Lainnya (debit)

50 l/dt < 250 l/d*

  

2 Km s/d <10

Km

c. Pengambilan Air Baku dan Sungai, Danau dan

  a. Pembangunan Jaringan Distribusi (luas layanan)

100 Ha s/d <

500 Ha b. Pembangunan Jaringan Pipa Transmisi

  9 Air Bersih Perkotaan Penerapan teknologinya mempengaruhi lingkungan fisik, kimia, proses dan hasilnya mempengaruhi lingkungan sosial budaya, eksploiatsi sumberdaya air yang pemanfaatnnya berpotensi menimbulkan pemborosan maupun kerusakan sumber daya alam, ekologi waduk

  (Luas Lantai) < 10.000 m 2

  8 Pembangunan Bangunan Gedung, meliputi apartemen/ perkantran dan rumah sakit kelas A, B, dan C Perubahan bentuk lahan, penerapan teknologinya mempengaruhi lingkungan fisik, kimiawi, proses dan hasilnya mempengaruhi lingkungan sosial, ekonomi dan budaya, flora fauna, perubahan intensitas bangunan gedung terhadap linkungan Gangguan lalulintas, kebisingan, kesehatan, getaran, gangguan genagan lokal, gangguan cahaya, gangguan kebakaran, bangkitan LHR, air limbah, sampah, peningkatan kebutuhan pelayanan prasarana dan sarana perkotaan (air bersih, air limbah, jalan akses, drainase, area parkir), perubahan KDB, KLB, pningkatan emisi gas, bahan bersifat ozon

  c. Pembangunan Saluran di Kota Kecil (panjang) < 5 Km

  2

  b. Pembangunan Saluran di Kota Sedang

  1 Km

  Gangguan lalulintas, kerusakan prasarana dan sarana umum, ketidapuasan atas nilai kompensasi kerusakan property atau kompensasi pembebasan lahan, perubahan kualitas air di bagian hilir saluran

  a. Pembangunan saluran di Kota Besar dan Metropolitan Perubahan bentang alam dan bentuk lahan, penerapan teknologinya mempengaruhi lingkungan fisik, kimiawi, proses dan hasilnya mempengaruhi lingkungan sosial, ekonomi dan budaya

  7 Drainase Permukiman Kota

  • )skala besaran wajib UKL?UPL untuk pengambilan dari mata air > 5 l/dt s/d <50 l/d (khususnya di P. Jawa dan pulaupulau kecil)
  • ) sepanjang belum diatur oleh instansi yang berwenang
    • – 200 KK
    • – 100 Ha

  R E N C A N A P R O G A M I N V E S T A S I J A N G K A V - 213 mempengaruhi lingkungan

  2 Ha off , perubahan KDB, KLB. Catatan

  • ) kedalam kegiatan ini termasuk yang dipersiapkan untuk menampung pengungsi dan memukimkan kembali, penduduk yang dipindahkan akibat pembangunan proyek misalnya waduk, jalan, bencana sosial, dll.

  • Kota Metropolitas : > 1.000.000 jiwa
  • Besar : 500.000
    • – 1.000.000 jiwa

  • Kota Sedang : 200.000
    • – 500.000 jiwa

  • Kota Kecil : 20.000
    • – 200.000 jiwa Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup yang terkait dengan Bidang Pekerjaan Umum Cipta Karya adalah sebagai berikut:

  a. Kota besar/ metropolitas

  

< 10.000 ton)

  b. Dampak potensial berupa pencemaran dari leachate, a. Pembangunan Tempat Pembuangan Akhir Sampah domestik dengan sistem control landfill atau sanitary landfill (luas < 10 Ha dan kapasitas

  a. Dampak potensial adalah pencemaran gas/udara, resiko kesehatan masyarakat dan pencemaran dari leachate

  c. Perdesaaan

  b. Kota sedang >= 10 km

  1 Normalisasi Sungai (termasuk sodetan) dan pembuatan kanal banjir

  No.17/KPTS/M/2003 No Jenis Kegiatan Skala/ Besaran Alasan Ilmiah

Tabel 5.4 UKL dan UPL Berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah

  Beberapa kegiatan pada bidang Pekerjaan Umum untuk mempertimbangkan skal/besaran menggunakan ketentuan berdasarkan jumlah populasi, yaitu :

  Sumber : Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.17/KPTS/M/2003 tentang : Penetapan Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Permukiman dan Prasarana Wilayah Yang Wajib Dilengkapi Dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan.

  • Terjadi timbunan tanah galian kana kiri sungai yang menimbulkan dampak lingkungan, dampak sosial, dan gangguan
  • Mobilisasi alat besar dapat menimbulkan gangguan dampak
  • Panjang >= 5 km
  • Volume pengerukan >= 500.000 m
  • 3<
  • Panjang &gt;= 500.000 m
  • 3<
  • Volume pengerukan
  • Panjang &gt;= 15 km
  • Volume pengerukan &gt;= 500.000 m
  • 3

    2 Persampahan

    b. TPA di daerah pasang surut , (luas land fill < 5 Ha dan

      R E N C A N A P R O G A M I N V E S T A S I J A N G K A V - 214

      No Jenis Kegiatan Skala/ Besaran Alasan Ilmiah kapasitas &lt; 5000 ton) udara, bau, vektor, penyakit dan gangguan kesehatan c. Pembangunan Transfer Station &lt;1000 ton/ hari (kapasitas operasional) c. Dampak potensial berupa pencemaran dari leachate, d. Pembangunan intalasi &gt;= 500 ton/ hari udara, gas beracun, bau, pengolahan sampah terpadu vektor, penyakit dan kapasitas gangguan kesehatan

    e. Pembangunan incenarator >= 500 ton/ hari

      d. Dampak potensial berupa fly

      f. Bangunan Komposting dan &gt;= 100 ton/ hari ash dan bottom ash, Daur Ulang (kapasitas pencemaran udara, emisi sampah baku) biogas, limbah, cooling

      g. Transportasi sampah dengan &gt;= 500 ton/ hari water, bau dan gangguan kereta api kesehatan

      e. Dampak potensial berupa pencemaran dari bau, dan gangguan kesehatan

      3 Pembangunan perumahan/ Besaran untuk masing-masing permukiman tipologi kota diperhitungkan

      a. Kota metropolitan &gt;= ha berdasarkan : Tingkat pembebasan lahan - b. Kota besar &gt;= 50 ha Daya dukung lahan; seperti - c. Kota sedang &gt;= 100 ha daya dukung tanah, kapasitas resapan air tanah, tingkat kepadatan bangunan per hektar Tingkat kebutuhan air sehari- - hari

    • Limbah yang dihasilkan sebagai akibat hasil kegiatan perumahan dan permukiman Efek pembangunan terhadap - lingkungan sekitar (mobilisasi material dan mnusia)
    • KDB dan KLB

    4 Air limbah domestik

      a. Pembangunan instalasi Setara dengan layanan untuk Luas &gt;= 2 ha - 3 /

    pengolahan lumpur tinja Kapasitas 11 m hari 100.000 orang

    (IPLT), termasuk fasilitas Dampak potensial berupa - penunjangnya bau, gangguan kesehatan, lumpur sisa yang tidak diolah dengan baik dan gangguan visual

    • b. Pembangunan instalasi Luas &gt;= 3 ha Setara dengan layanan untuk

      pengolahan air limbah (IPAL) Kapasitas 2.4 ton/ hari 100.000 orang

      limbah domestik termasuk fasilitas penunjangnya

    c. Pembangunan sistem - Luas >= 500 ha Setara dengan layanan untuk

      3

    perpipaan air limbah Kapasitas 16.000 m / hari 100.000 orang

    Setara dengan 20.000 unit - Dampak potensial berupa - gangguan lalulintas, kerusakan prasarana umum, ketidaksesuaian atau nilai kompensasi

    • 5 Pembangunan saluran drainase Berpotensi menimbulkan (primer dan/atau skunder) di gangguan lalulintas, permukiman

      kerusakan prasarana umum,

      a. Kota besar/ metropolitas &gt;= 5 km pencemaran di daerah hilir, perubahan tata air disekitar jaringan, bertambahnya

      b. Kota sedang, panjang &gt;= 10 km aliran puncak dan perubahan perilaku masyarakat disekitar jaringan Pembangunan jaringan - V - 215

      R E N C A N A P R O G A M I N V E S T A S I J A N G K A

    • setara kebutuhan kota sedang
    • Pembebasan lahan
    • Daya dukung lahan
    • Tingkat kebutuhan air sehari-hari
    • Limbah yang dihasilkan
    • Efek pembangunan terhadap lingkungan sekitar (getaran, kebisingan, polusi udara dan lain-lain)
    • KDB dan KLB
    • Jumlah dan jenis pohon yang mungkin hilang Khusus bagi pusat perdagangan/perbelanjaan relatif terkonsentarsi dengan luas tersebut diperkirakan akan menimbulkan dampak penting :
    • Konflik sosial akibat pembebasan lahan (umumnya berlokasi dekat pusat kota yang memiliki kepadatan tinggi)
    • Struktur bangunan bertingkat tinggi dan bassement menyebabkan masalah dewatering dan gangguan tiang-tiang pancang terhadap akuifer sumber air sekitar
    • Bangkitan pergerakan dan kebutuhan permukiman dari tenaga kerja yang besar
    • Bangkitan pergerakan dan kebutuhan perkir pengunjung
    • Produksi sampah
    • Pembebasan lahan
    • Tingkat kebutuhan air
    • Daya dukung lahan; seperti daya dukung tanah, kapasitas resapan air tanah, tingkat kepadatan bangunan per hektar, dan lain-lain

      R E N C A N A P R O G A M I N V E S T A S I J A N G K A V - 216

      No Jenis Kegiatan Skala/ Besaran Alasan Ilmiah skunder di kota sedang yang melewati permukiman padat

      6 Jaringan air bersih di kota besar/ metropolitas Berpotensi menimbulkan dampak hidrologi dan persoalan keterbatasan air

      a. Pembangunan jaringan distribusi &gt;= 500 ha

      b. Pembangunan jaringan transmisi &gt;= 10 km