ANALISIS KELAYAKAN PEMBIAYAAN MIKRO iB DENGAN AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KCP SRAGEN TUGAS AKHIR - ANALISIS KELAYAKAN PEMBIAYAAN MIKRO iB DENGAN AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KCP SRAGEN - Test Repository

  ANALISIS KELAYAKAN PEMBIAYAAN MIKRO iB DENGAN AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KCP SRAGEN

TUGAS AKHIR

  

Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syari’ah (A.Md.E.Sy)

DISUSUN OLEH

SETIANA FATIMAH

NIM: 201-13-051

  

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH D-III

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2016

  

MOTTO

  “Dan janganlah kamu bersikap lemah dan jangan (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang- orang yang beriman”

  (Ali-Imran: 139)

  PERSEMBAHAN

  Untuk Almamaterku IAIN Salatiga, Orang tuaku, para dosenku, saudara-saudaraku,

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq, hidayah, serta inayah Nya kepada kita, salawat serta salam selalu kami sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penulisan tugas akhir ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan program Studi Perbankan Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis banyak melibatkan bantuan- bantuan dalam bentuk bimbingan, keterangan serta dorongan moril maupun materiil, sehingga tugas akhir ini dapat penulis selesaikan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada: 1.

  Untuk itu perkenalkan peneliti menyampaikan ucapan banyak terimakasih kepada Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Dr. Anton Bawono, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.

  3. Bapak Drs. Alfred L., M.Si selaku Ketua Program Studi D3 Perbankan Syariah.

  4. Bapak Qi Mangku Bahjatulloh, Lc., M.S.I selaku dosen pembimbing Tugas Akhir yang berjasa membantu dalam pembuatan Tugas Akhir ini.

  5. Ibu Sri Nastiti Yulandari selaku Kepala Cabang Pembantu, bapak Didik Istianto dan keluarga besar BRI Syariah KCP Sragen yang telah mengizinkan

  6. Kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan do’a, dukungan, serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir.

  7. Teman-teman D3 Perbankan Syariah Angkatan 2013.

  8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

  Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah membantu kelancaran Tugas Akhir ini.

  Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis sadar bahwa tidak ada sesuatu pun yang sempurna kecuali Allah SWT. Oleh karena itu, dengan senang hati penulis menerima kritik serta saran yang bersifat membangun. Semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.

  Salatiga, 25 Juli 2016 Penulis, Setiana Fatimah NIM 20113051

  

ABSTRAK

  Fatimah, Setiana. 2016. Analisis Kelayakan Pembiayaan Mikro iB dengan

  Akad Murabahah di BRI Syariah KCP Sragen. Jurusan Ekonomi dan

  Bisnis Islam. Program Studi D3 Perbankan Syariah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Qi Mangku Bahjatulloh, Lc., M.S.I

  Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui prosedur

pembiayaan mikro iB dengan akad murabahah, kelayakan pembiayaan

mikroiB, dan perkembangan pembiayaan mikro iB di BRI Syariah KCP

Sragen Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode

pengumpulan data menggunakan studi pustaka, observasi, dokumentasi dan

wawancara. Hasil penelitian ini menyimpulkan prosedur pembiayaan mikro

iB dilakukan dengan tahap permohonan, analisis pembiayaan, pemberian

keputusan, pencairan, serta pemantauan pembiayaan. Pada kelayakan

pembiayaan mikro iB dengan akad murabahah menggunakan metode analisis

character, capacity, dan collateral. Perkembangan pembiayaan mikro iB

dalam bulan ke bulan mengalami banyak peningkatan. Selama berdirinya

BRI Syariah KCP Sragen belum pernah mengalami pembiayaan mikro iB

bermasalah.

  Kata Kunci: Kelayakan, Pembiayaan Mikro iB, Akad Murabahah.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ................................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... .. ii LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iii PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................................... iv PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ........................................................ v MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. vi KATA PENGANTAR ................................................................................ vii ABSTRAK ................................................................................................. viii DAFTAR ISI ............................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ........................................................................

  ……. xi DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii DAFTAR GRAFIK .................................................................................... xiv

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................... 7 C. Tujuan dan Manfaat .................................................................... 7 D. Metode Penelitian ........................................................................ 9 E. Sistematika Penulisan ............................................................. … 12 BAB II LANDASAN TEORI A. Telaah Pustaka ........................................................................... 14

  BAB III LAPORAN OBJEK PENELITIAN A. Sejarah BRI Syariah ................................................................... 55 B. Visi dan Misi BRI Syariah ......................................................... 55 C. Identitas BRI Syariah ................................................................. 56 D. Lokasi BRI Syariah .................................................................... 57 E. Struktur Organisasi BRI Syariah ................................................ 58 F. Job Description ........................................................................... 59 G. Produk-produk BRI Syariah ....................................................... 61 BAB IV ANALISIS A. Prosedur pembiayaan mikro iB .................................................. 66 B. Kelayakan pembiayaan mikro iB ................................................ 71 C. Perkembangan penyaluran dana pembiayaan mikro iB .............. 78 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................ 82 B. Saran ........................................................................................... 83 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 85 DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN

  DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Mekanisme Pembiayaan MurabahahGambar 3.1 Peta Kabupaten SragenGambar 3.2 Struktur Organisasi PT. BRI Syariah KCP SragenGambar 4.1 Alur prosedur pembiayaan mikro iB BRI Syariah KCP Sragen

  

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan Murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun

  2015

Tabel 2.1 Kriteria UMKMTabel 4.1 Laporan Tingkat Pembiayaan Mikro iB

DAFTAR GRAFIK

  Grafik 4.1 Prosentase dana pembiayaan mikro iB di BRI Syariah KCP Sragen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan dalam kehidupan suatu negara adalah salah satu agen

  pembangunan (agent of development). Hal ini dikarenakan adanya fungsi utama dari perbankan itu sendiri, yaitu sebagai lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau pembiayaan. fungsi inilah yang lazim disebut sebagai intermediasi keuangan (financial intermediary function ) (Anshori, 2008: 3).

  Tidak dapat dipungkiri ketertarikan masyarakat terhadap ekonomi Islam semakin berkembang pesat. Hal ini ditandai dengan mulai bermunculannya lembaga-lembaga keuangan yang sistem operasinya berazas dan berlandaskan pada hukum Islam. Salah satu lembaga keuangan yang sedang hangat dibicarakan karena perkembangan dan pertumbuhannya adalah bank syariah. Lembaga yang kegiatan usahanya tidak menerapkan sistem bunga seperti bank konvensional lainnya, melainkan sistem bagi hasil atau

  profit sharing . Upaya awal penerapan sistem profit and loss sharing tercatat

  di Pakistan dan Malaysia sekitar tahun 1940-an, yaitu upaya mengelola dana jamaah haji secara non konvensional. Dari situlah kemudian muncul rintisan Institusional lainnya adalah Islamic Rular Bank di Desa Mit Ghamr pada

  Berkembangnya bank-bank syariah di negara-negara Islam berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syariah sebagai pilar ekonomi Islam mulai dilakukan. Para tokoh yang terlibat dalam kajian tersebut adalah Karnaen A. Perwataatmadja, M. Dawam Rahardjo, A.M. Saefuddin, M. Amien Azis, dan lain-lain. Beberapa uji coba pada skala yang relative terbatas telah diwujudkan. Diantaranya adalah Baitut Tamwil-Salman, Bandung yang sempat tumbuh mengesankan. Di Jakarta juga dibentuk lembaga serupa dalam bentuk koperasi, yakni Koperasi Ridho Gusti. Akan tetapi, prakarsa mendirikan bank Islam di Indonesia baru dilakukan pada tahun 1990. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18-

  20 Agustus 1990 menyelenggarakan Lokakarya Bunga Bank dan perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut di Hotel Sahid Jaya Jakarta, 22-25 Agustus 1990. Berdasarkan amanat Munas IV MUI, dibentuk kelompok kerja untuk mendirikan bank Islam Indonesia (Antonio, 2001: 25).

  Faktor lain yang mendukung tumbuh dan berkembang pesatnya bank syariah di dalam negeri adalah mayoritas penduduk Indonesia untuk menjalankan prinsip agamanya di segala aspek kehidupan khususnya dalam segi perekonomian mendorong mereka untuk mulai mencari solusi pemenuhan kebutuhan mereka baik dari segi investasi atau pemenuhan modal dengan cara yang halal atau terbebas dari praktek bunga. Dengan kata lain, kehadiran bank syariah sebagai salah satu solusi alternatif terhadap persoalan pertengahan antara bunga bank dengan riba (Muhammad, 2005: 14).

  Perlu diketahui, bank syariah dan bank konvensional memiliki persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan, syarat-syarat umum memperoleh pembiayaan seperti KTP, NPWP, proposal laporan keuangan dan sebagainya.

  Akan tetapi, terdapat perbedaan mendasar pada keduanya. Perbedaan tersebut menyangkut aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan kerja (Antonio, 2001: 29).

  Dapat diketahui bahwa bank syariah merupakan bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut bank tanpa bunga, adalah lembaga keuangan atau perbankan yang operasionalnya dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-

  Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Dengan kata lain, bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dengan lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasionalannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam (Muhammad, 2005: 1).

  Bank syariah itu sendiri merupakan institusi keuangan yang sangat berbeda dengan konvensional. Bank syariah mengembangkan produknya sangat bervariasi. Seperti halnya dalam produk pembiayaan, bank syariah menawarkan produk-produk yaitu pembiayaan mudharabah, musyarakah,

  murabahah, salam, istishna‟, ijarah dan lain-lain.

  Penjelasan pembiayaan menurut UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah dalam pasal 1 nomor 12, pembiayaan diartikan sebagai transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah; (b) transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah

  

muntahiyah bittamlik; (c) transaksi jual beli dalam bentuk piutang

murabahah, salam, dan istishna‟; (d) transaksi pinjam meminjam dalam

  bentuk piutang qardh; dan (e) transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multi jasa; berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank syariah atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan atau diberi fasilitas dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.

  Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki kebutuhan- kebutuhan yang harus dipenuhi baik kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier. Adakalanya masyarakat tidak memiliki cukup dana untuk memenuhi kehidupan hidupnya. Seperti halnya bank konvensional, bank syariah berfungsi juga sebagai lembaga intermediasi (intermediary institution), yaitu berfungsi menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana- dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk pembiayaan. (Muhammad, 2005: 17).

  Di BRI Syariah KCP Sragen, terdapat berbagai macam produk penghimpunan dana dan penyaluran dana, salah satu produk penyaluran dana yang diminati oleh masyarakat adalah pembiayaan mikro iB, dimana pembiayaan mikro iB sendiri menggunakan akad murabahah yaitu merupakan produk pembiayaan jual beli yang mempunyai batasan maksimal kebawah. Pembiayaan mikro di BRI Syariah KCP Sragen, nasabah yang mengajukan pembiayaan mikro terlebih dahulu mengisi formulir pengajuan pembiayaan, kemudian pihak bank mensurvei apakah calon nasabah tersebut layak diberikan pembiayaan atau tidak. Jika layak maka pihak bank menentukan margin kemudian angsuran bisa dilakukan beberapa bulan sesuai kesepakatan di muka.

  Perlu diketahui murabahah menurut Syafi`i Antonio (2001: 101) dalam bukunya mengartikan bahwa murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini, penjual harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.

  Adapun perkembangan pembiayaan murabahah pada bank umum syariah (BUS) di Indonesia pada tahun 2015 yaitu, sebagai berikut: Tabel 1.1

  Perkembangan Murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2015 Bulan Dana Prosentase Januari Rp. 90.521.000.000 8,23% Februari Rp. 90.507.000.000 8,23% Maret Rp. 91.367.000.000 8,3% April Rp. 91.074.000.000 8,28% Mei Rp. 91.532.000.000 8,32% Juni Rp. 92.223.000.000 8,38% Juli Rp. 91.378.000.000 8,31% Agustus Rp. 91.371.000.000 8,31% September Rp. 92.146.000.000 8,38% Oktober Rp. 91.992.000.000 8,36% November Rp. 92.289.000.000 8,39% Desember Rp. 93.642.000.000 8,51% Jumlah Rp. 1.191.420.000.000 100%

  Dari tabel di atas maka dapat diketahui bahwa perkembangan pembiayaan murabahah pada bank umum syariah di Indonesia pada tahun 2015 sebesar Rp 1.191.420.000.000 dan mengalami banyak kenaikan dari bulan ke bulan yaitu pada bulan Januari, Maret, Mei, Juni, September, November dan Desember. Sehingga dapat disimpulkan bahwa masyarakat memiliki tingkat yang tinggi terhadap pembiayaan murabahah.

  Pada sisi lain untuk mengajukan pembiayaan, nasabah akan diberikan beberapa persyaratan yaitu seperti tujuan pembiayaan, batas minimum dan maksimum usia nasabah, identitas usaha serta ketentuan jaminan. Selain persyaratan-persyaratan tersebut, petugas account office mikro (AOM) juga harus melakukan kajian kelayakan pembiayaan. Jika nasabah tidak memenuhi standar kelayakan pembiayaan, maka pengajuan pinjaman akan ditolak.

  Dalam hal tersebut dikarenakan sikap bank yang sangat berhati-hati dalam memberikan pembiayaan kepada calon nasabah supaya tidak mengalami rugi bahkan sampai terjadi risiko kredit macet. Sehingga, diharapkan calon nasabah dapat memahami tujuan analisis kelayakan pembiayaan tersebut. Banyak calon nasabah pembiayaan mikro beranggapan bahwa bank mudah mencairkan dana untuk pembiayaan yang diajukan dengan proses yang cepat.

  Oleh karena itu, penulis ingin mengkaji lebih lanjut mengenai informasi analisis kelayakan pembiayaan dalam tugas akhir yang berjudul "ANALISIS KELAYAKAN PEMBIAYAAN MIKRO iB DENGAN AKAD

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu, antara lain:

1. Bagaimana prosedur pembiayaan mikro iB dengan akad murabahah di

  BRI Syariah KCP Sragen? 2. Bagaimana analisis kelayakan pembiayaan mikro iB dengan akad

  murabahah di BRI Syariah KCP Sragen? 3.

  Bagaimana perkembangan penyaluran dana pembiayaan mikro iB di BRI Syariah KCP Sragen?

C. Tujuan dan Manfaat

  1. Tujuan Penulisan Dalam penulisan tugas akhir ini, tujuan yang ingin dicapai oleh penulis adalah untuk memperoleh jawaban atas permasalahan yang muncul yaitu: a.

  Untuk mengetahui prosedur pembiayaan mikro iB dengan akad murabahah di BRI Syariah KCP Sragen.

  b.

  Untuk mengetahui analisis kelayakan pembiayaan mikro iB dengan akad murabahah di BRI Syariah KCP Sragen.

  c.

  Untuk mengetahui perkembangan penyaluran dana pembiayaan mikro iB di BRI Syariah KCP Sragen.

  2. Manfaat Hasil penulisan ini diharapkan bermanfaat bagi:

  a. Bagi Penulis 1) Untuk memenuhi salah satu syarat menempuh tugas akhir program DIII jurusan perbankan syariah.

  2) Untuk menambah pengalaman penulis dalam bidang perbankan khususnya tentang kiprah BRI Syariah KCP Sragen.

  3) Untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan informasi dari dunia praktis yang sangat berguna untuk disinkronkan dengan pengetahuan teori yang didapat dari bangku kuliah. 4) Penulis dapat memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang berkaitan dengan pembiayaan mikro iB.

  b. Bagi BRI Syariah KCP Sragen Penulisan penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan pada nantinya untuk meningkatkan kinerja BRI

  Syariah KCP Sragen menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan dalam menjalankan pemberian pembiayaan, sehingga dapat meminimkan risiko tidak tertagihnya pembiayaan mikro iB.

  c. Bagi IAIN 1) Merupakan referensi serta informasi bagi mahasiswa khususnya mahasiswa IAIN Salatiga program studi DIII Perbankan Syariah.

  Salatiga dengan BRI Syariah KCP Sragen.

  d. Bagi Masyarakat Sebagai tambahan informasi bagi peneliti lain ataupun masyarakat untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan BRI Syariah KCP Sragen dan tata cara dalam melakukan permohonan pembiayaan.

D. Metode Penelitian

  Dalam metode penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan deskriptif kualitatif menurut Bungin (2013: 280) yaitu dimana dimulai dari menganalisis berbagai data yang terhimpun dari suatu penelitian, kemudian bergerak kearah pembentukan kesimpulan kategoris atau ciri-ciri umum tertentu. Sedangkan metode penelitian yang digunakan penulis diantaranya sebagai berikut:

  1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di BRI Syariah KCP Sragen Jl. Sukowati, Komplek Plaza Atrium Blok H Sragen - Jawa Tengah.

  2. Sumber data Adapun sumber data menurut Purhantara (2010: 79) terbagi menjadi dua jenis yang dapat digunakan penulis yaitu: a. Data Primer

  Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung dari informasi langsung dengan menggunakan instrumen-instrumen yang telah ditetapkan. Data primer dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Pengumpulan data primer merupakan bagian integral dari proses penelitian bisnis dan yang sering kali diperlukan untuk tujuan pengambilan keputusan. Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, data primer adalah informasi mengenai pembiayaan mikro iB yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi.

  b. Data Sekunder Data sekunder merupakan data atau informasi yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian yang bersifat publik, yang terdiri atas: struktur organisasi data kearsipan, dokumen, laporan-laporan serta buku-buku dan lain sebagainya yang berkenaan dengan penelitian ini. Data sekunder dapat diperoleh dari studi kepustakaan berupa data dan dokumentasi. Data sekunder yang didapat dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah diperoleh dari buku-buku dan studi pustaka yang berkaitan dengan pembiayaan mikro iB.

  3. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data penulis menggunakan beberapa metode yaitu, antara lain: a. Observasi

  Adapun istilah observasi menurut Gunawan (2013: 143) yaitu fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tertentu. Sehingga dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan cara mengamati secara langsung kegiatan kinerja di BRI Syariah KCP Sragen dan mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan pembiayaan mikro iB.

  b. Wawancara Sebagaimana pengertian wawancara yang dijelaskan oleh Bungin (2013: 133) wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai. Dalam hal ini penulis mengajukan pertanyaan seputar sejarah berdirinya BRI Syariah KCP Sragen, produk-produk BRI Syariah serta prosedur dan prinsip pembiayaan mikro iB. Adapun yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah Manajer, Kepala Pembiayaan, Customer Service, Teller dan Nasabah di BRI Syariah KCP Sragen.

  c. Dokumentasi Pengertian dokumentasi menurut Bungin (2013: 153) adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data histori. Metode ini digunakan penulis untuk melihat secara langsung bukti-bukti data yang ada yaitu tentang sejarah, visi dan misi, struktur organisasi, serta perkembangan BRI Syariah KCP Sragen.

E. Sistematika Penulisan

  Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis membagi menjadi 5 (lima) bab dan setiap bab terdiri dari beberapa sub bab, dari bab rencana laporan penelitian diperoleh gambaran yang berurutan dan saling terkait.

  Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab pertama adalah bab pendahuluan dalam bab ini menjelaskan tentang informasi umum yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penelitian.

  Bab kedua adalah landasan teori. Pada bab ini berisi telaah pustaka, landasan-landasan teori yang menguraikan hal-hal yang bersangkutan dengan materi yang akan dibahas dalam penelitian dengan menggunakan dari beberapa sumber dan referensi yang ada dan dasar hukum Al-

  Qur’an. Hal tersebut sebagai acuan dalam melakukan penelitian mengenai kelayakan pembiayaan.

  Bab ketiga adalah laporan objek penelitian. Pada bab ini berisi tentang gambaran objek yang akan diteliti dan data-data yang bersangkutan dengan BRI Syariah KCP Sragen. Gambaran umum ini berisi sejarah berdirinya, visi misi, lokasi, struktur organisasi, dan job description dan produk-produk di BRI Syariah KCP Sragen.

  Bab keempat adalah Analisis. Pada bab ini membahas mengenai analisis yang akan penulis bahas yaitu prosedur pembiayaan, kelayakan

  murabahah di BRI Syariah KCP Sragen.

  Bab terakhir adalah penutup. Pada bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran bagi BRI Syariah KCP Sragen dan disertai lampiran- lampiran yang terkait dengan hasil penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI A. Telaah Pustaka Terkait dengan Tugas Akhir yang akan diteliti oleh penulis, ada

  beberapa telaah pustaka dari penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dibuat sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangkan maupun pembeda bagi penelitian ini, yaitu:

  Ahmad Jaelani (2015), dalam penelitian yang berjudul Analisis

  terhadap Mekanisme Pembiayaan Mikro dengan Akad Murabahah di BSM KCP Semarang Timur. Penelitian ini menghasilkan pelaksanaan mekanisme

  pembiayaan mikro dengan akad murabahah di Bank Syariah Mandiri KCP Semarang Timur yang terdiri atas pembukaan, pelunasan dan penutupan melibatkan antara nasabah pembiayaan dengan karyawan bagian customer dan teller, serta direktur dengan alur yang sederhana

  service, account office,

  dan mudah. Mekaanisme tersebut hampir sama dengan mekanisme yang digunakan oleh bank-bank lain, hanya saja terdapat beberapa perbedaan dan modifikasi. Analisis yang dilakukan BSM KCP Semarang Timur untuk calon nasabahnya yang ingin mengajukan pembiayaan yaitu meliputi: Character,

  Capacity, Capital, Collateral, Condition . Dalam hal ini BSM KCP Semarang

  Timur memiliki prinsip

  syar‟i yang cukup baik, karena pembiayaan

  murabahah yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan calon anggota yang

  Cicin Suryani, Asep Ramdan Hidayati dan Nunung Nurhayati (2015), dalam penelitian yang berjudul Analisis Kelayakan Keputusan Bank

  

Terhadap Pemberian Pembiayaan Modal Kerja (Mikro iB) Kepada Calon

Nasabah Pada Bank BRI Syariah KCP Setiabudi , menyimpulkan bahwa hasil

  dari penelitian menunjukkan kelayakan keputusan bank dilakukan dengan dua tahapan analisa pada umumnya di kenal dengan analisa kualitatif dan analisa kuantitatif, pemberian pembiayaan modal kerja mikro iB dilakukan dengan 6 tahapan analisa pemberian modal kerja. Secara umum penilaian analisa kelayakan keputusan bank terhadap produk pembiayaan mikro iB cukup dirasakan baik, pemberian pembiayaan dirasa tepat sasaran, penilaian resiko untuk usaha pertanian, tidak begitu optimal dilakukan sehingga pada produk mikro iB ini mayoritas nasabah yang terhambat pembayaran angsuran terbanyak, sekaligus menjadi jenis usaha terbanyak yang ada pada BRI Syariah KCP Setiabudi.

  Muslimin Kara (2013), dalam penelitian yang berjudul Konstribusi

  

Pembiayaan Perbankan Syariah Terhadap Pengembangan Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah , menyimpulkan bahwa perkembangan pembiayaan

  perbankan syariah dalam upaya pengembangan UMKM di Kota Makasar selama tahun 2010-2011 mengalami peningakatan yang berfluktuasi. Hal tersebut mencerminkan bahwa peran serta pembiayaan perbankan syariah dalam peningkatan UMKM di Kota Makasar belum optimal. Secara rata-rata perkembangan pembiayaan perbankan syariah selama periode Januari-

  2011 sebesar 18,43%. Meskipun besarnya pembiayaan perbankan syariah yang disalurkan oleh bank syariah yang disalurkan oleh bank syariah di Kota Makassar berfluktuasi namun secara umum tetap memiliki prospek yang cukup signifikan. Konstribusi pembiayaan perbankan syariah dalam upaya pengembangan UMKM di Kota Makassar sangat dibutuhkan karena masih banyak UMKM yang selama ini belum memperoleh fasilitas pembiayaan. sedangkan kendala dan tantangan yang selama ini banyak dihadapi oleh perbankan syariah di Kota Makassar dalam upaya pengembangan UMKM adalah keterbatasan pangsa pasar perbankan syariah dan sumber daya manusia yang kapabel, masih dikejar target BEP, kurangnya sosialisasi dan masih terbatasnya jaringan.

  Novi Fadhila (2015), dalam penelitian yang berjudul Analisis

  

Pembiayaan Mudharabah dan Murabahah Terhadap Laba Bank Syariah

Mandiri , menyimpulkan dari hasil pengujian ditemukan bahwa mudharabah

  tidak berpengaruh terhadap laba Bank Syariah Mandiri, hal ini diakibatkan karena pada pembiayaan mudharabah akan meningkatkan biaya yang dikeluarkan oleh bank sehingga laba yang didapat kemungkinan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sedangkan murabahah berpengaruh positif terhadap laba Bank Syariah Mandiri, disebabkan pengelolaan pembiayaan ini nyaris tanpa resiko. Pengujian secara bersama-sama mudharabah dan murabahah berpengaruh positif terhadap laba Bank Syariah Mandiri. Ditemukan juga bahwa hubungan yang sangat erat antara pembiayaan mudharabah dan penelitian, antara lain hendaknya Bank Syariah Mandiri dapat melakukan efisiensi biaya atas penerapan pembiayaan mudharabah. Hal ini dikarenakan pemanfaatan dana pembiayaan yang rendah perputarannya akibat faktor krisis global, kelangkaan bahan baku, cuaca, musim pancaroba di Indonesia. Laba juga dipengaruhi oleh biaya-biaya yang terjadi, diantaranya biaya operasional atas pengawasan dan evaluasi aktivitas nasabah pada seluruh sektor pembiayaan mudharabah, laba akan meningkat jika bank mampu menekan atau mengurangi biaya tersebut. Bank Syariah Mandiri mampu mempertahankan, bahkan meningkatkan pembiayaan murabahah dengan cara melakukan inovasi pada produk murabahah, sehingga laba yang dihasilkan juga akan semakin meningkat. Hal ini didasarkan atas jenis pembiayaan murabahah yang difokuskan pada aktivitas jual beli.

  Wawan Pambudi (2014), dalam penelitian yang berjudul Analisis

  

Kelayakan Pembiayaan di Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga,

  menyimpulkan bahwa dalam analisis kelayakan pembiayaan yang yang diterapkan di bank syariah mandiri cabang Salatiga sebagian besar sudah sesuai dengan teori, tetapi perlu lebih rinci menggunakan teori tersebut ke dalam praktik. Aspek yang digunakan bank syariah mandiri cabang Salatiga dan sudah sesuai antara lain (1) Aspek yuridis; (2) Aspek manajemen yang ada pada aspek karakter; (3) Aspek pemasaran; (4) Aspek keuangan.

  Sedangkan aspek yang perlu dilakukan lagi secara rinci dalam pemberian pembiayaan adalah (1) Aspek karakter yang ada pada aspek manajemen; (2)

  Dalam penelitian terhadap langkah-langkah yang dilakukan oleh bank syariah mandiri cabang Salatiga untuk memitigasi risiko yang dapat terjadi dalam kelayakan pembiayaan yang diberikan, terdapat langkah-langkah yang sudah sesuai dengan teori yang ada pada bank syariah mandiri cabang Salatiga.

  Dalam penilaian kelayakan pembiayaan bank syariah mandiri cabang Salatigamenggunakan aspek 7A, yang belum dilakukan bank syariah mandiri cabang Salatiga yaitu teori perbankan syariah 5C+1S.

  Berdasarkan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini, analisis pembiayaan yang digunakan berbeda yaitu character, capacity, dan Dan dapat diketahui, penelitian mengenai pembiayaan mikro di collateral. BRI Syariah KCP Sragen sebelumnya belum pernah dilakukan. Dengan demikian, penulis melakukan penelitian yang berjudul Analisis Kelayakan Pembiayaan Mikro iB dengan Akad Murabahah di BRI Syariah KCP Sragen.

B. Kerangka Teoritik 1. Pembiayaan a. Pengertian Pembiayaan

  Pengertian pembiayaan menurut Muhammad (2002: 260) secara luas berarti financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung suatu investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain, sedangkan dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan suatu pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan, seperti bank syariah kepada nasabah.

  Adapun pengertian pembiayaan menurut UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah dalam pasal 1 nomor 12, pembiayaan diartikan sebagai penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: (a) transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah; (b) transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiyah

  bittamlik; (c) transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah,

  dan

  salam, istishna‟; (d) transaksi pinjam meminjam dalam bentuk

  piutang qardh; dan (e) transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multi jasa; berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank syariah atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan atau diberi fasilitas dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.

b. Fungsi Pembiayaan

  Fungsi pembiayaan menurut Muhammad (2005: 19) yang diselenggarakan oleh Bank Syariah secara umum berfungsi untuk: 1)

  Meningkatkan daya guna uang Meningkatkan daya guna uang yaitu para nasabah menabung dengan menyimpan uangnya di bank dalam bentuk giro, ditingkatkan kegunaannya oleh bank guna untuk suatu usaha peningkatan produktivitas. Para pengusaha menikmati pembiayaan dari bank untuk memperluas atau memperbesar usahanya baik untuk peningkatan produksi, perdagangan maupun untuk usaha-usaha rehabilitasi ataupun memulai usaha baru. Secara mendasar melalui pembiayaan terdapat suatu usaha peningkatan produktivitas secara menyeluruh. Dengan demikian dana yang mengendap di bank (yang diperoleh dari para penyimpan uang) tidaklah idle (diam) dan disalurkan untuk usaha-usaha yang bermanfaat, baik kemanfaatan bagi pengusaha maupun masyarakat.

  2) Meningkatkan daya guna barang

  Cara untuk meningkatkan daya guna barang yaitu:

  a) Produsen dengan bantuan pembiayaan dari bank dapat mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi sehingga utility bahan tersebut menjadi meningkat.

  b) Produsen dengan bantuan pembiayaan dapat memindahkan barang dari suatu tempat yang kegunaannya kurang ke tempat yang lebih bermanfaat.

  3) Meningkatkan peredaran uang

  Pembiayaan yang disalurkan melalui rekening-rekening koran pengusaha menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan pembiayaan, peredaran uang kartal maupun giral akan lebih berkembang, karena pembiayaan dapat menciptakan suatu kegairahan berusaha sehingga penggunaan uang akan menjadi bertambah, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Hal ini selaras dengan pengertian bank selaku “Money creator”. Penciptaan uang selain dengan cara substitusi; penukaran uang kartal yang disimpan di giro dengan uang uang giral, maka ada juga exchange of claim yaitu bank memberikan pembiayaan dalam bentuk uang giral. Di samping itu dengan cara transformasi yaitu bank membeli surat-surat berharga dan membayar dengan uang giral.

  4) Menimbulkan kegairahan berusaha

  Pembiayaan yang diterima pengusaha dari bank kemudian digunakan dapat memperbesar volume usaha dan produktivitasnya. 5)

  Stabilitas ekonomi Dalam ekonomi yang kurang sehat, langkah-langkah stabilisasi diarahkan pada usaha-usaha, yaitu: a)

  Pengendalian inflasi

  b) Peningkatan ekspor

  c) Rehabilitasi prasarana

  d) Pemenuhan kebutuhan pokok rakyat untuk menekan arus pembiayaan memegang peranan sangat penting dalam stabilitas ekonomi.

  6) Jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional

  Para usahawan memperoleh pembiayaan untuk meningkatkan usahanya. Peningkatan usaha berarti peningkatan profit.

  Sebagaimana, bila keuntungan ini secara kumulatif dikembangkan lagi dalam arti kata dikembalikan lagi ke dalam struktur permodalan, maka peningkatan akan berlangsung terus menerus. Dengan earings (pendapatan) yang semakin meningkat berarti pajak perusahaan akan menjadi terus bertambah. Di lain pihak, pembiayaan yang disalurkan berfungsi untuk merangsang pertambahan kegiatan ekspor, sehingga akan menghasilkan pertambahan devisa Negara. Di samping itu, dengan semakin efektifnya kegiatan sewa sembada kebutuhan-kebutuhan pokok, berarti akan dihemat devisa keuangan Negara, dan menjadi diarahkan pada usaha-usaha kesejahteraan atau ke sektor-sektor lain yang lebih berguna.

  Dari fungsi di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat yang memiliki uang berlebih dan menitipkan uang tersebut di bank, maka uang tersebut akan dimanfaatkan oleh orang lain yang kekurangan atau membutuhkan dana untuk memenuhi atau meningkatkan usahanya, sehingga mendapatkan hasil. Hasil bagi hasil yang ditentukan oleh nasabah penyimpan dan juga bank sebagai pengelola.

c. Jenis-jenis Pembiayaan di Bank Syariah

  Jenis pembiayaan di bank syariah dijelaskan oleh Karim (2009: 231) adalah sebagai berikut: 1)

  Pembiayaan modal kerja syariah Secara umum, pembiayaan modal kerja syariah adalah pembiayaan jangka pendek yang diberikan kepada perusahaan untuk membiayai kebutuhan modal kerja usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Jangka waktu pembiayaan modal kerja maksimum 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan. Perpanjangan fasilitas pembiayaan modal kerja dilakukan atas dasar hasil analisis terhadap debitur dan fasilitas pembiayaan secara keseluruhan.

  Berdasarkan akad yang digunakan dalam pembiayaan syariah, jenis pembiayaan modal kerja syariah dibagi menjadi 5 macam, yaitu: Pembiayaan modal kerja mudharabah,

  istish‟na, salam , murabahah, dan ijarah.

  2) Pembiayaan investasi syariah

  Secara umum, Pembiayaan investasi adalah pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal beserta semua fasilitas yang berkaitan dengan itu. Sedangkan, memperoleh imbalan atau manfaat atau keuntungan di kemudian hari. Dalam hal ini, untuk pembiayaan investasi diberikan kepada nasabah untuk keperluan investasi. 3)

  Pembiayaan konsumtif syariah Pembiayaan konsumtif diberikan bertujuan untuk keperluan di luar usaha dan umumnya bersifat perorangan yang digunakan berdasarkan dengan prinsip syariah. Menurut jenis akadnya dalam produk pembiayaan syariah, pembiayaan konsumtif dapat dibagi menjadi lima bagian, yaitu: Pembiayaan konsumen akad

  , ijarah muntahia bittamlik, ijarah,

  murabahah istish‟na, dan qard .

  4) Pembiayaan sindikasi

  Pembiayaan sindikasi yaitu pembiayaan yang diberikan oleh lebih dari satu lembaga keuangan bank untuk satu objek pembiayaan tertentu. Pembiayaan sindikasi biasanya diperlukan kepada nasabah korporasi karena nilai transaksinya sangat besar.

  5) Pembiayaan berdasarkan take over

  Pembiayaan take over adalah pembiayaan yang timbul akibat dari take over terhadap transaksi non syariah yang telah berjalan dan dilakukan oleh bank syariah atas permintaan nasabah.

  6) Pembiayaan letter of credit

  Pembiayaan letter of credit adalah pembiayaan yang diberikan dalam rangka untuk memfasilitasi nasabah dalam transaksi import dan eksport.

2. Pembiayaan Murabahah a. Definisi murabahah

  Ulama Syafi’iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa

  murabahah merupakan jual beli yang dilakukan seseorang dengan

  berdasarkan harga beli penjual ditambah keuntungan dengan syarat harus sepengetahuan kedua belah pihak (Afandi, 2009: 85).

  Menurut Syafi’i Antonio (2001: 101) Murabahah adalah jual beli suatu barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam murabahah, penjual harus memberi tahu harga produk yang dibeli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahan kepada pembeli.

b. Landasan hukum

  1) Al-Qur’an

  ْۚ ا ٰىَبِّسل ٱ َمَّسَحَو َع ۡيَب ۡل ٱ ُهَّلل ٱ َّلَحَأَو

  “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (Al-Baqarah: 275). 2)

  Al-Hadist Dari Suhaib ar-Rami r.a. bahwa Rasulullah saw.

  mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR Ibnu Majah).

  3) Fatwa Dewan Syariah Nasional

  Menurut Fatwa DSN MUI Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah, yaitu antara lain: a)

  Ketentuan umum murabahah dalam bank syariah, yaitu: (1)

  Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.

  (2) Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah Islam.

  (3) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya.

  (4) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembeli ini harus sah dan bebas riba.

  (5) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.

  (6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah

  (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukannya.

  (7) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.

  (8) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.

  (9) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli

  murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik bank.

  b) Ketentuan murabahah kepada nasabah, yaitu:

  (1) Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang atau aset kepada bank.

  (2) Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu aset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus menerima atau membelinya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati, karena secara hukum perjanjian tersebut mengikat, kemudian kedua belah pihak harus memenuhi kontrak jual beli.

  (3) Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan.

  (4) Jika kemudian nasabah menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut.

  (5) Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah.

  (6) Jika uang muka memakai kontrak „urbun sebagai alternatif dari uang muka, maka:

  (a) Jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia tinggal membayar sisa harga.

  (b) Jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut dan jika uang muka tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya.

  c) Jaminan dalam murabahah, yaitu:

  (1) Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan pesanannya.

  (2) Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat dipegang.

  d) Utang dalam murabahah, yaitu:

  (1) Secara prinsip, penyelesaian utang nasabah dalam transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut. Jika nasabah menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban untuk menyelesaikan utangnya kepada bank. (2)

  Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya. (3)

  Jika penjual barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah tetap harus menyelesaikan utangnya sesuai kesepakatan awal. Ia tidak boleh memperlambat pembayaran angsuran atau meminta kerugian itu diperhitungkan.

  e) Penundaan pembayaran dalam murabahah, yaitu:

  (1) Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian utangnya.