Menggali semangat pewartaan amos yang menekankan keadilan sosial serta aplikasinya bagi evangelisasi baru dalam gereja dewasa ini - USD Repository

  

MENGGALI SEMANGAT PEWARTAAN AMOS YANG MENEKANKAN

KEADILAN SOSIAL SERTA APLIKASINYA BAGI EVANGELISASI BARU

DALAM GEREJA DEWASA INI

S K R I P S I

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh: Mathilda Eivalig K. NIM: 031124017

  

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini ku persembahkan kepada : mereka semua yang mencintai perdamaian, para pejuang keadilan di manapun mereka berada dan

  Keluarga ku tercinta: Ibu, Ayah, Kak Nona, Din, Welly dan Ciara yang telah mendukung dan memberikan aku semangat dengan doa, cinta, kasih sayang dan perhatian selama ini.

  

MOTTO

  “Lebih baik diasingkan dari pada menyerah pada kemunafikan.” (Soe Hok Gie)

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Mathilda Eivalig K.

  Nomor Mahasiswa : 031124017 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

  

MENGGALI SEMANGAT PEWARTAAN AMOS YANG MENEKANKAN

KEADILAN SOSIAL SERTA APLIKASINYA BAGI EVANGELISASI BARU

DALAM GEREJA DEWASA INI

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupaun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyatan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 15 Maret 2008 Yang menyatakan (Mathilda Eivalig K.)

PERNYATAAN KARYA ASLI

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta 26 Januari 2008 Penulis Mathilda Eivalig K.

  

ABSTRAK

  Judul skripsi MENGGALI SEMANGAT PEWARTAAN AMOS

  

YANG MENEKANKAN KEADILAN SOSIAL SERTA APLIKASINYA BAGI

EVANGELISASI BARU DALAM GEREJA DEWASA INI diangkat berdasarkan

  keprihatinan sosial dalam wujud ketidakadilan yang melanda dunia tempat Gereja hidup dan berkarya. Dunia, kshususnya negara Indonesia, menjadi semakin terpuruk karena masalah ketidakadilan. Oleh karena itu Gereja harus bersuara dan menjadi pelopor dalam menegakkan keadilan sehingga nilai- nilai kerajaan Allah dapat terwujud. Keprihatinan tentang ketidakadilan sebenarnya sudah lama diserukan oleh para nabi melalui protes-protes dan kritik sosial yang tajam untuk memperjuangkan keadilan. Amos merupakan contoh nabi yang menegakkan keadilan pada zamannya. Pewartaan kehendak Allah yang disampaikan Amos akan menjadi kabar gembira bagi mereka yang tertindas jika kabar gembira dinyatakan dalam perjuangan demi keadilan. Berangkat dari keprihatinan tersebut, maka skripsi ini ditulis sebaga i sumbangan pemikiran bagi Evangelisasi Baru yang mengambil semangat pewartaan Amos sebagai inspirasinya.

  Permasalahan pokok dalam skripsi ini adalah bagaimana semangat pewartaan Amos yang menekankan keadilan sosial dapat menjadi inspirasi bagi Evangelisasi Baru dalam Gereja dewasa ini. Untuk menganalisis permasalahan ini diperlukan deskripsi yang cukup memadai mengenai pokok pewartaan Amos dan Evangelisasi Baru. Deskripsi ini diharapkan dapat memberi inspirasi baru bagi para petugas pewartaan dalam Gereja (imam, katekis, dan kita semua umat beriman) untuk terus mencari kebaruan dari evangelisasi, sehingga pewartaan terasa lebih aktual karena berbicara sesuai dengan kebutuhan dan konteks umat. Dengan semangat Amos Gereja diharapkan dapat merefleksikan kembali tugas dan tanggungjawabnya dalam mewartakan keadilan.

  Penulis menggunakan studi pustaka untuk membahas skripsi ini. Seluruh skripsi akan dibagi dalam lima bab. Bab pertama pendahuluan: berisi latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab kedua berisi uraian mengenai pewartaan Amos mencakup: latar belakang umat Israel, situasi zaman Amos, latar belakang pribadi Amos, dan pokok- pokok pewartaan apa saja yang ditekankan Amos pada zamannya. Bab ketiga menguraikan apa yang dimaksud dengan evangelisasi dan Evangelisasi Baru, lahirnya Evangelisasi Baru, maksud kebaruan dari evangelisasi: semangat baru, metode baru, ungkapan baru, unsur-unsur pokok apa saja yang ada dalam Evangelisasi Baru, apa saja tantangan yang dihadapi, syarat-syarat Evangelisasi Baru, serta upaya- upaya dalam mewujudkan Evangelisasi Baru. Bab keempat membahas bagaimana semangat pewartaan Amos yang menekankan keadilan sosial dihidupi dalam Evangelisasi Baru. Bab kelima merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

  

ABSTRACT

  The thesis entitled TO ESCAVATE THE AMOS’ PREACHING

  

SPIRIT WHICH EMPHASIZE SOCIAL JUSTICE WITH ITS APPLICATION

FOR NEW EVANGELIZATION IN THE CHURCH TODAY is presented based

  on social anxiety in the form of injustice that penetrates trough out the word where the Church lives and ministers. The world, especially Indonesia, is going to be sunk away because of injustice. The Church, there for, must voice out and become the forerunner to keep the justice up so that the values of the Kingdom of God may be realized. The anxiety on the injustice, actually, has been shouted by prophet long time ago trough their sharp protests and social criticisms to figh for justice. Amos was the example among prophet who fought for justice in his time. The preaching on the will God preached by Amos would be the good news for they who were oppressed if it was revealed in fighting for justice. Based on the axienty, the thesis was written as a contribution for the new evangelization, which takes the Amos’ preaching spirit as the inspiration.

  The main issue of this thesis is how the Amos’ preaching spirit, which emphasizes the social justice, can be inspiration for the new evangelization in the Church today. To analyze this issue we need adequate description on the core of the Amos’ preaching and the new evangelization. The description, hopefully, can give a new inspiration for preaching ministers in the Church (priests, catechist, and laity) to continue to search the newness of evangelization, so that the preaching can be felt more actual since the preaching tells according to the needs and people’s context. By the Amos’ spirit, the Church is requested to reflect on her tasks and responsibilities in preaching the justice.

  The writer uses the study on literature to describe the thesis. The thesis is divided entirely into five chapters. The first one, the introduction contains the instruction to explain the background, problem formulation, writing direction, the purpose of the writing, writing method, dan the writing system. The chapter two contains the details on Amos’ Preaching which includes: Israelites’ background, the situasion during the Amos’ time, the background of Amos and the points emphasized by Amos during his time. The chapter three analyses what meant by evangelization and new evangelization, the bear of the new evangelization, the purpose newness of the evangelization: new spirit, new method, new term, any main elements in the new evangelization, its challenges to face, the new evangelization’s settlements, and efforts to the new evangelization. The chapter four explains on how the Amos’ preaching spirit which emphasizes social justice is being lived out in the new evangelization. The chapter five is the closing containing the conclusion and the suggestions.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasihNya yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

  

“MENGGALI SEMANGAT PEWARTAAN AMOS YANG MENEKANKAN

KEADILAN SOSIAL SERTA APLIKASINYA BAGI EVANGELISASI

DALAM GEREJA DEWASA INI”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu prasyarat

  kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, tuntunan, dukungan dan perhatian, serta bimbingan dari berbagai pihak.

  Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa syukur dan terimakasih yang sebesar-besarnya dan sedalam-dalamnya kepada:

  1. Romo Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, S.J., M.Ed., sebagai dosen pembimbing akademik dan pembimbing utama yang telah bersedia meluangkan waktu, pikiran, tenaga, penuh kesabaran, setia dan teliti dalam membimbing, memotivasi, dan mengoreksi seluruh skripsi ini. Terimakasih romo untuk cinta dan perhatiannya selama ini.

  2. Romo Drs. H. J. Suhardiyanto, S.J., sebagai dosen penguji dua yang telah membimbing, memberikan informasi dan pengetahuan baru selama penulis belajar di IPPAK. Terimakasih romo untuk pemberian diri secara total kepada kami mahasiswa.

  3. Bapak Drs. L. Bambang Hendarto Y., M.Hum., yang bersedia menjadi dosen penguji tiga dan memberikan perhatian kepada penulis sapaan serta ilmu- ilmu yang diberikan selama penulis belajar di IPPAK.

  4. Segenap staf dosen, staf sekeretariat, staf perpustakaan dan karyawan/wati Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik, menuntun, dan membimbing penulis selama studi di kampus ini.

  5. Ibu, Ayah, kakak dan adikku yang dengan seluruh cinta mendukung, mendampingi, memotivasi penulis di dalam menghadapi proses hidup.

  6. Seluruh staf perpustakaan Kolsani yang dengan ramah dan setia melayani dan menyediakan buku-buku referensi bagi penulis. Terimakasih atas kemurahan hati dan pelayanannya selama ini.

  7. Sahabat-sahabat terbaik penulis: Bibit Nugroho, Sara Lea, Paulina Rahayu, Anton Puji Nugroho, Widi Agung Nugroho, M.M Nining Wijayanti, Nurul Farida yang dengan tulus memberikan perhatian dan cinta selama ini.

  Terimakasih untuk persahabatan yang indah ini.

  8. Rekan-rekan angkatan 2003 yang telah memberi dinamika hidup dan semangat dalam menjalin dan merajut tali persaudaraan dan kekeluargaan dalam membentuk pribadi penulis.

  9. Semua teman-teman yang selalu mendukung dalam kegiatan penulis di kampus juga di HIMKA.

  10. Semua saja yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu, yang selama ini dengan ketulusan hati telah memberikan bantuan dan dorongan hingga terselesaikannya skripsi ini.

  Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempur na. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran maupun kritik yang membangun guna semakin sempurnanya penulisan ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

  Yogyakarta 26 Januari 2008 Penulis Mathilda Eivalig K.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................ iv MOTTO................................................................................................................. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................................................................ vi ABSTRAK............................................................................................................. vii ABSTRACT........................................................................................................... viii KATA PENGANTAR........................................................................................... ix DAFTAR ISI......................................................................................................... xii DAFTAR SINGKATAN....................................................................................... xv

  BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang....................................................................................... 1 B. Rumusan Permasalahan......................................................................... 6 C. Tujuan Penulisan.................................................................................... 7 D. Metode Penulisan................................................................................... 7 E. Sistematika Penulisan............................................................................. 7

BAB II. PEWARTAAN NABI AMOS............................................................... 9

A. Latar Belakang Umat Israel.................................................................... 10

  1. Sejarah Singkat Raja-raja Israel......................................................... 11 a.

  Periode Raja Pertama............................................................... 11

  b. Periode Dua Kerajaan............................................................... 12

  2. Situasi Zaman Amos......................................................................... 15 a.

  Situasi Ekonomi....................................................................... 15

  b. Situasi Politik........................................................................... 16 c.

  Situasi Keagamaan................................................................... 17

  3. Latar Belakang Pribadi Amos........................................................... 19

  B.

  50 4. Pokok-pokok Evangelisasi Baru....................................................

  Sosial dalam Gereja Dewasa ini......................................................... 62 1.

  Semangat Mencari Kebenaran....................................................... 59 2. Pejuang Keadilan........................................................................... 60 B. Evangelisasi Baru Sebagai Salah Satu Jalan Mewujudkan Keadilan

  57 A. Semangat Pewartaan Amos................................................................. 58 1.

  55 BAB IV. SEMANGAT PEWARTAAN AMOS BAGI EVANGELISASI BARU DALAM GEREJA DEWASA INI......................................

  54 6. Upaya Mewujudkan Evangelisasi Baru.........................................

  53 5. Syarat-syarat Evangelisasi Baru....................................................

  49 3. Tantangan Terhadap Evangelisasi Baru........................................

  Pokok-pokok Utama Pewartaan Amos............................................... 21 1.

  49 2. Tujuan Evangelisasi Baru..............................................................

  48 1. Subyek Evangelisasi Baru.............................................................

  Metode Baru..................................... ............................................ 44 3. Ungkapan Baru.............................................................................. 46 C. Unsur- unsur Pokok Evangelisasi Baru...............................................

  1. Semangat Baru.............................................................................. 43 2.

  36 B. Lahirnya Evangelisasi Baru...................................... ......................... 40

  35 A. Beberapa Pengertian Evangelisasi Baru.............................................

  Keadilan Sosial ............................................................................ 22 2. Allah Hakim Segala Bangsa......................................................... 26 3. Kritik Terhadap Ibadat Palsu....................................................... 26 4. Hukuman Tuhan........................................................................... 28 5. Kritik Terhadap Rasa Tenteram yang Palsu................................. 29 6. Himbauan untuk Bertobat............................................................. 32 7. Pengharapan................................................................................. 33 BAB III. EVANGELISASI BARU...............................................................

  Evangelisasi Baru Peka Terhadap Situasi Umat dan Masyarakat.. 65 2. Evangelisasi Baru Peduli Terhadap Masalah Sosial Umat............ 66 3. Evangelisasi Baru yang memihak Kaum Lemah, Miskin, Kecil,

  C.

  Katekese Sosial..................................................................................... 69

  1. Pengertian Katekese Sosial.............................................................. 70

  2. Metode Katekese Sosial.................................................................. 73

  3. Contoh Persiapan Katekese Sosial.................................................. 74 BAB V. PENUTUP......................................................................................

  87 A. Kesimpulan..................................................................................... 87 B. Saran................................................................................................ 88

  

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 91

LAMPIRAN...................................................................................................... 93

  Lampiran 1: Teks Kitab Suci (Amos 5:7-13)........................................ (1) Lampiran 2: Teks Cerita........................................................................ (2)

DAFTAR SINGKATAN A.

  Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

  Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, h. 8.

  B.

  Singkatan Dokumen Resmi Gereja AA : Apostolicam Actuositatem, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kerasulan Awam, 7 Desember 1965.

  AG : Ad Gentes, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kegiatan Misioner Gereja, 7 Desember 1965.

  CA : Centesimus Annus, Seri Dokumen Ajaran Sosial Gereja, Tinjauan terhadap Kenangan Ulang tahun Rerum Novarum (seratus tahun), 1 Mei 1991. CD : Christus Dominus, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Tugas Pastoral Para Uskup dalam Gereja, 28 Oktober 1965.

  CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979. EN : Evangelii Nuntiandi, Anjuran Apostolik Paus Paulus VI tentang

  Evangelisasi dalam Dunia Modern, 8 Desember 1975 GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Gereja di Dunia Dewasa ini, 7 Desember 1965.

  LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Gereja, 21 November 1964.

  PO : Presbyterorum Ordinis, Dekrit Konsili vatikan II tentang Pelayanan dan Kehidupan Para Imam, 7 Desember 1965.

  RM : Redemptoris Missio, Seri Dokumen Gerejani, Ensiklik (Surat Edaran) Bapa Suci Yohanes Paulus II tentang Amanat Misioner Gereja, 7 Desember 1990.

  SRS : Sollicitudo Rei Socialis, Seri Dokumen Ajaran Sosial Gereja tentang Keprihatinan Sosial Gereja, 27 Januari 1987.

  C.

  Singkatan Lain Ansos : Analisis Sosial Art. : Artikel ASG : Ajaran Sosial Gereja Bdk : Bandingkan HAM : Hak Asasi Manusia KBG : Komunitas Basis Gerejani KWI : Konferensi Waligereja Indonesia PAK : Pendidikan Agama Katolik PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan Amos adalah seorang nabi yang aktif di kerajaan Utara, Israel, selama

  pemerintahan raja Yorebeam II (783-743 SM). Tak lama setelah Amos menyampaikan nubuat-nubuatnya, nubuat itu pun mulai dikumpulkan dalam sebuah kitab yang berjudul sesuai dengan namanya. Tetapi kitab ini bukan begitu saja ditulis oleh Amos sendiri dan bukan pula kitab yang segera dibukukan sesudah Amos mengucapkan nubuatnya. Ada sangkaan bahwa beberapa bagian kitab ini ditulis oleh Amos sendiri (yang melukiskan penglihatan-penglihatan Amos) serta bagian lain yang ditulis oleh murid- muridnya, jurutulis Amos dan mereka yang sengaja mengha falkan perkataan Amos kemudian mengumpulkannya dalam satu kitab (Boland, 1966: 4).

  Amos adalah contoh khas tentang seorang nabi yang enggan bernubuat. Tentang dirinya sendiri ia berkata: “Aku bukan seorang nabi” (Am 7:14), maksudnya ialah ia bukan seorang nabi profesional, tetapi hanya seorang nabi penggal waktu. Sebelum Allah memanggilnya, ia adalah seorang petani- gembala di kerajaan Selatan, Yehuda. Panggilan itu tentu saja memerlukan suatu tanda yang sangat meyakinkan tentang kehendak Allah agar ia meninggalkan kawanan domba serta pohon aranya, lalu pergi ke utara, ke Israel sebagai nabi Allah.

  Situasi politik dan militer yang menguntungkan selama pemerintahan Yorebeam II menimbulkan situasi baru di kerajaan Utara: usaha perdagangan pedagang menjadi lebih kaya. Kemewahan semakin bertambah di kota Samaria dan di kota-kota lainnya; bangunan-bangunan baru didirikan di mana- mana; perayaan ibadat menjadi mewah dan hari- hari raya dirayakan secara besar-besaran. Gejala- gejala awal dari masyarakat kapitalis timbul di Israel dan selama periode pemerintahan raja Yerobeam mengalami perkembangan yang paling besar.

  Perkembangan ini membawa sejumlah akibat yang negatif: orang kaya menjadi semakin kaya, orang miskin semakin miskin. Suatu kemakmuran yang merata seperti dalam masyarakat petani kecil dari periode sebelumya menjadi tidak ada lagi; banyak petani yang kehilanga n tanah pusakanya karena hutang, penindasan, perbudakan, dan terutama penyelewengan dalam pengadilan bertambah terus. Periode Yorebeam II ditandai oleh kombinasi: kemewahan tak terbatas dan ketidakadilan yang merajalela.

  Seruan dan protes para nabi terhadap ketidakadilan umumnya lebih dikenal dari pada hukum. Nabi- nabi itu secara keras mencela segala bentuk penindasan dan ketidakadilan, kecurangan-kecurangan, monopoli tanah, penyuapan terhadap hakim- hakim, penurunan martabat manusia ke dalam perbudakan, kekasaran orang kaya, dan sebagainya. Para nabi ini berasal dari berbagai lapisan sosial; dari kalangan rakyat seperti Amos, dari kalangan petani seperti Hosea, dari kalangan keagamaan seperti Yeremia dan Yehezkiel, dan bahkan dari kalangan yang memerintah seperti Yesaya. Walupun mereka mempunyai latar belakang yang berbeda, mereka mempunyai keprihatinan yang sama terhadap keadilan. Diilhami oleh suatu visi mengenai kerajaan Allah, di mana ketidakadilan akan diganti dengan kebebasan dan damai, mereka menilai bahwa masyarakat pada zamannya itu

  Fenomena seperti yang telah diungkapkan di atas merupakan suatu masalah sosial yaitu ketidakadilan yang semakin sering kita dengar. Yang kaya menjadi semakin kaya dan yang miskin menjadi sangat terpuruk oleh kejahatan sosial yang dibuat manusia sendiri. Bertambahnya jumlah pengangguran, rendahnya upah buruh, perkosaan hak- hak kaum miskin oleh pihak yang memegang kekuasaan ekonomi dan politis, pemutlakkan hak-hak milik pribadi yang menguasai hidup banyak orang adalah beberapa wajah dari ketidakadilan tersebut. Sampai sekarang manusia terus merasakan kejahatan sosial (ketidakadilan sosial) yang terus hadir sesuai dengan situasi dan konteks zamannya. Manusia tidak lagi menganggap manusia lain sebagai sesama makhluk Tuhan yang perlu diperjuangkan sebagai manusia seutuhnya.

  Menanggapi realita di atas tentu saja Gereja tidak tinggal diam, dan sebenarnya Gereja selalu memperhatikan masalah sosial dan mempunyai perutusan yang mencakup juga masalah- masalah sosial. Sisi sosial dari Gereja bukan baru nampak dengan adanya Ajaran Sosial Gereja (ASG). Sejak berdirinya Gereja telah melaksanakan kegiatan sosial. Bo leh dikatakan, sejak awal mula berdiri, keprihatinan sosial Gereja sudah ditunjukkan. Gereja sebagai tanda dan sarana keselamatan dari Allah telah menerima Kristus untuk mewartakan amanat Injil, yang mengandung panggilan kepada manusia supaya berbalik dari dosa kembali kepada cinta Bapa, kepada persaudaraan yang universal dan tuntutan konsekuen akan keadilan di dalam dunia. Dan inilah alasan utama mengapa Gereja berhak dan wajib memproklamirkan keadilan pada tingkat nasional dan internasional (SRS 14; 20; 22), serta mengutuk tingkat-tingkat ketidakadilan, apabila hak- hak azasi

  Keadilan adalah tema yang sentral yang dibicarakan dalam ASG (Ajaran Sosial Gereja). Di mana ada ketidakadilan, di sanalah Gereja hadir sebagai yang menyuarakannya. Bahkan Paus Yohanes Paulus II terus bersemangat melanjutkan gagasan Paulus VI, setelah pemilihannya pada bulan Januari 1979, ia menerima identifikasi evangelisasi dengan perutusan Gereja yang dirumuskan Paulus VI.

  Dalam amanat pembukaanya ia mengutip Evangelii Nutiandi, dan menandaskan bahwa perutusan evangelisasi Gereja “terdiri dari karya demi keadilan dan perkembangan manusia” (Piet GO O, 1991: 4). Istilah evangelisasi (=evangelium) diartikan sebagai pewartaan Kabar Gembira (Injil) mengenai Yesus Kristus (Mrk 1:1) kepada semua bangsa (Mat 28:19-20) dan kebudayaan bahwa kerahiman Allah dianugerahkan dengan perantaraan Kristus kepada semua orang yang percaya (O’ Collinns, G. 1996: 76). Oleh sebab itu, evangelisasi sesungguhnya adalah rahmat dan kekhasan dari Gereja sebagai jati diri yang paling mendasar untuk menyebarluaskan kabar keselamatan tentang Yesus Kristus. Evangelisasi juga diartikan sebagai usaha mewartakan kabar gembira tentang Yesus Kristus kepada umat manusia dalam seluruh aspek kehidupannya (EN 14:18). Pewartaan menjadi alasan mengapa Gereja ada dan hadir di dunia. Pewartaan sebagai keharusan yang mutlak dilakukan oleh Gereja yang hidup di tengah umat, merupakan rahmat dari Allah sendiri.

  Pada tahun 1983 di Haiti Paus Yohanes Paulus II untuk pertama kalinya berbicara tentang “evangelisasi baru”. Ia mengatakan meskipun evangelisasi pertama itu secara hakiki telah mewarnai identitas historis dan kultural Amerika Latin, kini dalam menghadapi sekularisasi, korupsi dan kemiskinan yang parah, ada dalam semangat, metode, dan ungkapan maupun tujuannya. Kebaruan dalam semangat dapat dilihat dari spiritualitas yang menghidupinya: kebaruan dalam metode terlihat dari bagaimana sikap dan kesaksian untuk menyampaikan visi baru: dan kebaruan dalam ungkapan terlihat dari praktek realitas transparan dan menampakkan kehadiran Allah (Mester, 1992: 32). Begitu pula dalam penerapannya di tengah Gereja dewasa ini, evangelisasi perlu diperbaharui terus menerus sesuai dengan harapan dan juga kecemasannya.

  Pewartaan Sabda Allah yang telah lama dilakukan oleh para nabi, membawa kita pada suatu masa di mana Allah sendiri yang mewartakan diriNya dengan perantaraan Yesus putraNya. Dan sampai sekarang pun Allah tak pernah lelah untuk mewartakan diriNya (Kabar Gembira) kepada semua orang yang percaya.

  Oleh karena itu, Allah selalu mengajak manusia untuk ikut serta dalam karya keselamatan yang telah berlangsung lama dan terus diperbaharui selama kehidupan dunia berlangsung.

  Atas dasar semuanya itu, penulis merasa tertarik untuk mengajukan suatu sumbangan pemikiran mengenai semangat pewartaan Amos yang menekankan keadilan sosial. Semangat ini akan digali sebagai inspirasi bagi evangelisasi baru dalam Gereja untuk mewartakan keadilan yang akan dibahas dalam bab-bab berikutnya. Evangelisasi yang akan diwartakan kepada semua orang tidak hanya mengutamakan sisi rohaninya saja tetapi pewartaan ke seluruh aspek kehidupan manusia. Evangelisasi baru ini dikuatkan dengan semangat nabi Amos sebagai salah satu tokoh dalam Perjanjian Lama yang memperjuangkan keadilan. Keadilan harus menjadi komitmen yang tegas bagi orang Kristiani untuk memperjuangkan merupakan suatu dimensi pokok di dalam mewartakan Injil. Dan keadilan ini tidak hanya keadilan untuk hidup sebagai ma khluk sosial, tetapi keadilan sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Memperjuangkan keadilan bukan hanya tugas Gereja sebagai aktualisasi sakramen keselamatan yang ada di dunia, tetapi tugas kita semua sebagai makhluk Tuhan yang beriman. Maka dari itu dalam skripsi ini penulis mengambil judul “MENGGALI SEMANGAT PEWARTAAN AMOS YANG MENEKANKAN KEADILAN SOSIAL SERTA APLIKASINYA BAGI

  EVANGELISASI BARU DALAM GEREJA DEWAS A INI”. Penulis berharap tulisan ini mampu memberikan sumbangan dan inspirasi baru bagi kita semua para petugas karya pewartaan dalam Gereja (Imam, awam maupun katekis yang terlibat di dalamnya) sehingga bisa mencari terus kebaruan dari evangelisasi.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang penulisan yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan beberapa masalah yang akan diungkapkan dalam skripsi ini, yaitu: 1.

  Pokok-pokok pewartaan apa saja yang ditekankan oleh Amos pada zamannya?

2. Apa yang dimaksud dengan evangelisasi baru ? 3.

  Bagaimana semangat pewartaan Amos dihidupi dalam evangelisasi baru di zaman sekarang?

C. Tujuan Penulisan

  Berdasarkan permasalahan yang diungkapkan di atas, maka skripsi ini mempunyai tujuan, yaitu:

  1. Untuk mengetahui pokok-pokok pewartaan pada zaman Amos.

  2. Menguraikan gagasan mengenai evangelisasi baru.

  3. Sebagai upaya menggali semangat pewartaan Amos dan aplikasinya untuk pewartaan zaman sekarang.

  4. Untuk memenuhi syarat kelulusan Sarjana Strata Satu (S1) pada Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (Prodi IPPAK) Universitas Santa Dharma (USD) Yogyakarta.

D. Metode Penulisan

  Metode yang digunakan penulis dalam penulisan skripsi ini adalah deskriptif analitis. Penulis berusaha menggambarkan latar belakang historis nabi Amos, menguraikan pokok-pokok pewartaan yang diwartakan oleh Amo s, serta menggali semangat pewartaan Amos dan aplikasinya bagi evangelisasi baru dalam Gereja dewasa ini. Dengan deskripsi ini, penulis mencoba untuk memahaminya dengan menginterpretasikan/ menafsirkannya berdasarkan studi mengenai pokok-pokok pewartaan Amos dan evangelisasi kemudian mengembangkan dengan bahasa penulis serta menggunakan pustaka-pustaka yang mendukung penulisan skripsi ini.

E. Sistematika Penulisan

  Pada BAB I berisi pendahuluan yang di dalamnya mencakup; latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

  BAB II berisi uraian mengenai latar belakang umat Israel; sejarah singkat raja-raja Israel, situasi zaman Amos, latar belakang pribadi Amos, dan pokok-pokok pewartaan apa saja yang ditekankan Amos pada zamannya.

  BAB III berisi uraian mengenai pengertian evangelisasi dan evangelisasi baru, lahirnya evangelisasi baru, apa maksud kebaruan dari evangelisasi: semangat baru, metode baru, ungkapan baru, unsur-unsur pokok apa saja yang ada dalam evangelisasi, apa saja tantangan yang dihadapi, apa syarat evangelisasi, serta upaya- upaya apa saja yang dilakukan dalam mewujudkan evangelisasi baru.

  BAB IV akan membahas bagaimana aplikasi semangat pewartaan Amos bagi evangelisasi baru dalam Gereja dewasa ini, kemudian bagaimana mewujudkan evangelisasi dalam sebuah katekese yang sesuai dengan konteks masyarakat.

  BAB V berisi Penutup yang memuat kesimpulan dan saran.

  

BAB II

PEWARTAAN NABI AMOS Dalam bab II ini penulis akan memaparkan mengenai situasi pewartaan pada

  zaman nabi Amos, di mana telah disinggung sedikit dalam bab I bahwa Amos adalah seorang nabi pejuang keadilan pada zamannya. Penulis akan membagi pembahasan bab II ke dalam dua bagian. Bagian pertama berisi latar belakang historis umat Israel dan bagian kedua dari bab ini berisi pokok-pokok utama pewartaan Amos. Bagian pertama memuat tiga sub pokok bahasan yang mencakup: sejarah singkat raja-raja Israel, situasi zaman Amos, dan latar belakang pribadi nabi Amos. Sejarah singkat raja-raja Israel ini akan dijelaskan melalui beberapa periode, di mana periode ini mencakup periode raja-raja pertama dan periode raja-raja kedua. Untuk situasi zaman Amos penulis akan memaparkan bagaimana pengaruh situasi ekonomi, politik, dan keagamaan dalam masyarakat yang hidup di zaman Amos. Sedangkan untuk latar belakang nabi akan dijelaskan mengenai siapa Amos itu.

  Selanjutnya pada bagian kedua dalam bab II ini, penulis akan menjelaskan beberapa hal yang diperjuangkan Amos menyangkut pokok-pokok pewartaannya.

  Pokok-pokok pewartaan Amos sendiri berisi pewartaan keadilan sosial, Allah hakim segala bangsa, ibadat palsu, hukuman Tuhan, rasa tenteram yang palsu, himbauan untuk bertobat, dan pengharapan.

A. Latar Belakang Umat Israel

  Groenen (1980:46) menggambarkan bahwa setiap bangsa tentu mempunyai latar belakang sejarahnya, demikian pula bangsa Israel sebagai bangsa pilihan Allah. Sejarah yang berawal dari pengalaman pahit ketika Israel ditaklukkan oleh orang-orang Filistin dan ketika suku-suku Israel mulai menetap di Pelestina.

  Israel sebagai suatu bangsa membutuhkan suatu tanah air yaitu tanah sebagai tempat berpijak. Tanah air bagi bangsa Israel ialah Palestina, yang waktu itu disebut Kanaan. Ketika orang-orang Filistin semakin memperluas wilayah kekuasaanya ke pedalaman, timbullah konflik antara Israel dan Palestina. Dengan persenjataan yang melebihi persenjataan orang-orang Israel, orang-orang Filistin berhasil menaklukkan orang Israel.

  Dalam keadaan gawat inilah orang-orang Israel menjadi sadar bahwa mereka harus bersatu untuk melawan bangsa Filistin. Dari keadaan ini, Israel merencanakan membuat suatu pemerintah pusat yang kuat untuk mengkoordinir perlawanan bersama terhadap bangsa Filistin. Israel pun kemudian berkenalan dengan kerajaan tetangga dan membentuk bangsanya dengan pemerintahan berbentuk kerajaan. Pemerintahan berbentuk kerajaan harus dipimpin oleh seorang raja untuk memerint ah dan mengatur semua. Tiga raja pertama memerintah Israel yaitu: Saul, Daud, dan Salomo. Dalam masa pemerintahan ketiga raja tersebut, hanya Daud dan Salomo yang telah berhasil membangun kerajaan Israel mencapai jaman keemasannya. Akan tetapi setelah Salomo pergi, kerajaan Israel yang tadinya kokoh, kuat, dan makmur mulai mengalami kemunduran karena kebijaksanaan politik Salomo yang tidak memperdulikan rasa kesukuan dan tidak menghormati kemerdekaan rakyat yang menjadi warisan suku-suku persatuan (suku badui dan suku setengah petani).

  Akhirnya kerajaan terpecah menjadi dua, yakni kerajaan Israel bagian Utara (sepuluh suku) dengan ibu kota Samaria, dan Kerajaan Yehuda (dua suku) di bagian Selatan yang terus diperintah oleh keturunan Daud. Raja-raja yang memerintah di kedua kerajaan itu pada periode-periode berikutnya mengalami kekacauan dalam bidang sosial, politik, budaya, dan keagamaan. Kekacauan ini terus berlanjut sampai pada zaman pemerintahan Yorebeam II di kerajaan Israel ketika nabi Amos tampil dan bernubuat (Groenen,1980:46).

1. Sejarah Singkat Raja-raja Israel a. Periode Raja-Raja Pertama

  Sekitar tahun 1050 SM, bangsa Israel menjadi sebuah kerajaan. Kerajaan yang baru didirikan ini ternyata banyak mengalami kendala karena dibentuk dalam situasi peperanga n. Hal ini nampak dalam pemerintahan Saul sebagai raja pertama atas Israel. Saul dikatakan bukan raja dalam arti yang sebenarnya karena tidak punya tahta, karena selalu berada di medan perang. Di dalam satu pertempuran melawan orang Filistin, Saul dan putranya Yonatan tewas. Hal ini menunjukkan bahwa kerajaan yang baru dibentuk itu menghadapi banyak rintangan. Dan pada masa pemerintahan Saul, hanya suku-suku Utara yang ia kuasai.

  Pengganti Saul adalah Daud. Daud terkenal dengan julukan “pemimpin militer dan politik” terbesar sejauh yang diceritakan dalam Kitab Suci. Julukan itu pantas diberikan kepada Daud karena pada masa pemerintahannya, ia berhasil beberapa bangsa tetangga. Sumbangan terbesarnya bagi bangsa Israel ialah Daud berhasil mempersatukan semua suku Israel, dan mempertahankan Yerusalem sebagai ibukota kerajaan, serta pusat keagamaan Yahudi (2Sam 5:6-10). Daud juga mendirikan suatu kerajaan Israel yang luas daerahnya terbentang dari perbatasan dengan Mesir di sebelah barat sampai melampaui Damsyik (Suharyo, 1993 : 57-60).

  Dengan terbentuknya kerajaan, tata masyarakat Israel sekali lagi mengalami perubahan. Perubahan ini memperlihatkan bagaimana orang Israel berpikir tentang Allah. Orang Israel mempunyai pandangan bahwa raja Israel yang sebenarnya adalah Allah perjanjian yaitu Allah yang menjanjikan keselamatan bagi Israel. Sedangkan raja manusiawi hanyalah wakil Allah. Sebagai wakil Allah, tugas utama seorang raja ialah menjamin pelaksanaan perjanjian dengan Allah. Dalam konteks ini, posisi seorang raja manusiawi selalu terikat oleh kehendak Allah dalam menjalankan tugasnya. Dengan kata lain raja menjalankan tugasnya sejauh mendapat perintah dari Allah perjanjian. Hal ini berarti pula bahwa hanya kuasa dan kekuatan Allahlah yang menjadikan raja sebagai pemenang dalam setiap peperangan. Maka yang dituntut dari seorang raja ialah seorang yang saleh dan menjalankan roda pemerintahan sesuai dengan kehendak Allah (Groenen, 1980: 44- 45).

b. Periode Dua Kerajaan

  Periode dua kerajaan ini, (kerajaan Utara dan kerajaan Selatan) berlangsung sekitar dua ratus tahun (922-715 SM) diceritakan dalam 1Raj :12 dan

  2Raj :17. Dalam periode ini baik kerajaan Utara maupun kerajaan Selatan seperti Mesir, Asyur, dan Babel. Walaupun terjadi kekacauan di dalam negeri dan dijajah bangsa lain, namun Kitab Suci mencatat bahwa baik kerajaan Utara maupun kerajaan Selatan memiliki raja yang dapat membangun kerajaannya mencapai kemakmuran, seperti raja Yerobeam II yang memerintah di kerajaan Israel sekitar tahun 783-743 SM. Ia berhasil membangun kerajaan Israel yang makmur beberapa puluh tahun sebelum kehancurannya. Pada zaman pemerintahan Yerobeam II inilah Amos tampil dan melaksanakan tugas kenabiannya (Am 1:1) di kerajaan Israel (Suharyo, 1993: 58-60).

  Perpecahan kerajaan Israel menjadi kerajaan Utara dan kerajaan Selatan terjadi karena kebijaksanaan politik Salomo yang tidak sesuai dengan keadaan masyarakat. Sejarah yang berasal dari keturunan Daud ternyata menimbulkan banyak perpecahan. Perpecahan berawal dari pemberontakan Absalom putra Daud (2Sam 3:3). Ternyata Absalom anak yang paling ia cintai memberontak kepadanya (2Sam 15:13-14). Situasi dalam negeri mulai kacau dan mengisyaratkan adanya bahaya perang saudara. Akhirnya Salomo naik tahta dan memerintah kerajaan Israel dari tahun 961-922 SM. Salomo adalah seorang diplomat dan administrator. Ia mempunyai banyak pegawai untuk memikirkan masalah pajak dan perdagangan. Ia mendirikan kenisah dan istana. Dari satu pihak ia sangat dipuji (1Raj 3:5-15), tetapi dari lain pihak ia dicela karena mengijinkan istiri- istri yang diambil dari bangsa lain menyembah dewa-dewi mereka sendiri di gunung Sio n (Suharyo, 1993: 58).

  Untuk memperkokoh kedudukannya, Salomo menjalin kerjasama dengan bangsa-bangsa di sekitarnya. Kerjasama yang meliputi bidang politik dan ekonomi tentu membawa dampak poisitif maupun negatif bagi bangsa Israel. Dampak saling menguntungkan, sistem pertanian dan bercocok tanam dengan mencontoh cara Mesir. Di bidang politik misalnya, Salomo pandai menjalin relasi dengan raja- raja dan panglima perang di kerajaan-kerajaan besar seperti Mesir, Asyur, dan Babel, sehingga stabilitas negara masing- masing aman. Maka tidak mengherankan jika pada masa pemerintaha nnya Israel mencapai zaman keemasan. Dampak negatifnya antara lain menyusup masuknya budaya asing ke dalam negeri Israel. Orang-orang Israel mulai mempraktekkan pola hidup asing, mengikuti upacara- upacara penyembahan kepada dewa-dewi asing, merendahkan hidup moral dan tata susila (bdk. 1Raja-raja 11). Tetapi pemerintahan Salomo juga tidak bertahan lama, karena raja Salomo yang terkenal dengan raja yang bijaksana itu ternyata menerapkan kebijaksanaan politik yang merugikan bangsanya sendiri. Ia tidak menghormati bangsa Israel yang masih menjunjung tinggi rasa kebersamaan, nilai kekeluargaan, dan yang masih memelihara tradisi dengan tetap berpedoman pada hukum Taurat sebagai Undang-undang Dasar.

  Raja juga membebankan macam- macam pajak dan kerja rodi demi kepentingan negara. Penerapan kebijakan politik seperti ini, jelas melukai perasaan suku-suku Israel yang belum siap menerima unsur- unsur baru dari luar, serta sistem-sistemnya yang belum mereka pahami. Akibatnya terjadi pro-kontra antar suku-suku Israel sendiri yang pada akhirnya menimbulkan persaingan untuk tampil berkuasa. Para pembantu dekat Salomo yang tadinya mendukung sistem politiknya, lama kelamaan mulai memanfaatkan kedudukan masing- masing untuk memperkaya diri (Groenen, 1980: 45-46).

2. Situasi Zaman Amos a. Situasi Ekonomi

  Ketika Yerobeam II memerintah, ia berhasil membangun banyak kota dan memajukan perekonomian negara. Kesuksesan menggiatkan perdagangan baik di dalam negeri maupun di luar negeri membuat Yerobeam meningkatkan usaha pertanian dan peternakan, sehingga kerajaan Israel boleh dikatakan makmur, begitu pula dengan Yehuda yang diperintah oleh Yosia juga mengalami banyak kemajuan sebelum direbut dan dihancurkan oleh tentara Babel (Groenen, 1980:48).

  Kemakmuran yang dicapai kedua kerajaan ini, tidak berarti tidak terjadi kemerosotan tertib sosial di bidang ekonomi, sosial politik, dan keagamaan bagi masyarakat Israel. Khususnya tertib sosial di bidang ekonomi, terjadi pergeseran titik tekanan ekonomi dari daerah pedalaman ke kota-kota di mana terdapat pusat perdagangan. Dengan adanya perubahan tata ekonomi ini, perekonomian dikuasai oleh orang-orang kota, “kalangan atas” yang jumlahnya hanya segelintir orang saja, seperti raja, pegawai istana, pedagang besar, yang semakin hari semakin kaya. Kalangan atas tersebut menyalahgunakan kedudukan dan kekuasaan guna memperkaya diri. Dengan mudah mereka mengambil tana h milik suku (tanah marga) untuk dijadikan hak milik mereka.

  Akibatnya, banyak rakyat terutama di desa-desa yang tadinya sebagai pemilik tanah, kini kehilangan hak milik tanah tersebut. Para petani yang semula mengolah tanah milik marga atau milik keluarga dan memetik hasilnya untuk mencukupi kebutuhan keluarga, kini bekerja sebagai buruh (penggarap) di tanah sendiri dengan upah yang minim. Mereka hidup dalam posisi bergantung pada tuan- tuan tanah. Demikian pula nasib yang dialami oleh para buruh, dan pedagang kecil (Hendriks, 1990: 19-22).

  Perubahan baru ini mengakibatkan jurang pemisah antara golongan kaya dan golongan miskin di mana tingkat kedudukan dalam masyarakat diukur menurut status sosialnya. Kenyataan ini berangsur-angsur menghancurkan nilai- nilai kebersamaan (rasa kesukuan, rasa kekeluargaan serta rasa kemerdekaan yang menjadi warisan mereka), dan nilai- nilai keadilan tradisional seperti yang dirumuskan dalam sepuluh perintah Allah. Keadilan tradisional inilah yang mengatur relasi antara Allah dan manusia serta manusia dengan sesamanya. Amos melihat kemakmuran yang dicapai oleh bangsa Israel, ternyata membawa akibat buruk dalam bidang tata masyarakat, khususnya bagi “kaum kecil”, para petani, para buruh, para pedagang kecil yang secara langsung merasakannya. Amos melihat terjadi monopoli dalam bidang perekonomian, di mana hak milik rakyat dirampas oleh para penguasa, ini merupakan contoh praktek ketidakadilan. Untuk itu, Amos juga mengkritik isteri- isteri pejabat yang bergaya hidup mewah (Am 4:1-3), pemuka bangsa dan orang-orang kaya (Am 6:1-14), raja sendiri dan para imamnya (Am 7:9-17).

b. Situasi Politik

  Situasi politik, baik di kerajaan Yehuda maupun kerajaan Israel, turut mempengaruhi nubuat- nubuat nabi Amos. Amos melontarkan kritik-kritik tajam berkaitan dengan sistem politik di Israel yang dianggapnya merugikan bangsa itu sendiri. Memang dikatakan raja Yerobeam II berhasil memperluas kerajaannya (Am yang menguntungkan Israel. Namun, kemakmuran itu ternyata tidak berlangsung lama dan membawa akibat buruk, lebih- lebih di bidang tata masyarakat.

  Sistem politik yang dijalankan dalam negeri, terang-terangan hanya menguntungkan pihak tertentu saja. Para pembantu dekat raja mulai menyalahgunakan kedudukan untuk mencari popularitas, kekayaan, dan berpesta pora (Am 4:1; 6:4-6) bahkan tidak segan-segan memberontak menentang raja.

  Keadaan ini semakin hari semakin menggawat, terlebih setelah pengganti Yerobem

  II berkuasa. Terjadi perebutan kekuasaan, di mana raja yang satu mengganti raja yang lain dengan membunuh pendahulunya. Dalam waktu dua puluh tahun, enam raja silih berganti naik tahta (Groenen, 252-253 : 1980).

  Keadaan politik yang kacau ini memberikan dampak bagi percaturan politik Israel dengan bangsa la in. Bangsa besar seperti Mesir dan Asyur tetap menjadi ancaman dan selalu memanfaatkan kekacauan di dalam negeri untuk menaklukkan dan menjajah Israel. Dan bangsa Israel pada waktu itu selalu mencari dukungan dari bangsa lain apabila melihat posisinya lemah dan dalam bahaya. Nabi Amos melihat keadaan politik yang gawat ini sebagai isyarat bahwa kerajaan Israel akan hancur dan binasa. Maka tidak mengherankan pada awal nubuatnya dengan jelas ia mengingatkan keruntuhan, bahkan kehancuran Israel di bawah serangan Asyur (Am 1:3-2,16).