Lagu pop sebagai media pewartaan iman bagi remaja metropolitan pada jaman audio visual - USD Repository

  

LAGU POP SEBAGAI MEDIA PEWARTAAN IMAN

BAGI KAUM MUDA METROPOLITAN

PADA ZAMAN AUDIO VISUAL

S K R I P S I

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Disusun oleh:

  Sara Lea NIM: 031124009

  PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan kepada seseorang yang telah mengandungku selama sembilan bulan tanpa mengeluh, yang melimpahiku dengan cinta tak bersyarat sepanjang hidup yang telah kujalani, yang telah mendukung pilihan studiku tanpa peduli pandangan orang lain, yang bangga dengan diriku apa adanya aku, yang mampu membagi waktunya antara keluarga, kerja, serta karya bagi Gereja dan sesama, serta menjadi teladan dan inspirasiku sepanjang waktu.

  Ia yang menjadi alasanku berjuang untuk melakukan yang terbaik bagi diriku serta orang-orang di sekitarku.

  Skripsi ini kupersembahkan untuk mama yang sangat aku sayangi.

  

MOTTO

“Kuserahkan segala kehendakku. Kuserahkan segala kemampuanku.

  Kuserahkan segala kekhawatiranku. Kuserahkan segalanya pada Dia.

  Biarlah Dia yang mengatur dan aku pun tidak takut. Aku tidak punya apa-apa. Aku adalah milik-Nya semata”

  (Anton Puji Nugroho, 10 Maret 2005) karena aku tahu … “hanya yang menabur dengan menangis yang tahu arti sebenarnya dari sukacita pada saat ia menuai”

  (Mzm 126: 5) dan aku sungguh percaya bahwa … “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktu-Nya”

  (Pkh 3: 11) maka… “jiwaku memuliakan Tuhan dan hatiku bergembira karena Allah, Juru Selamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus.”

  (Luk 1: 46-49)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Bogor, 8 November 2007 Penulis,

  Sara Lea

  

ABSTRAK

  Judul skripsi LAGU POP SEBAGAI MEDIA PEWARTAAN IMAN

BAGI KAUM MUDA METROPOLITAN PADA ZAMAN AUDIO VISUAL

  dipilih berdasarkan kebutuhan akan sebuah pewartaan iman yang sesuai dengan kaum muda, khususnya kaum muda yang berada di kota-kota metropolitan di Indonesia. Di zaman audio visual ini, kaum muda metropolitan memiliki keleluasaan dan kemudahan dalam mengakses teknologi informasi yang mendukung perkembangan interaksi sosial yang bersifat global dan tidak terikat pada suatu tempat tertentu. Kekhasan pola interaksi dan komunikasi tersebut turut mempengaruhi kekhasan pola pikir dan gaya hidup dari kaum muda itu sendiri. Pengaruh media elektronis yang lahir pada zaman audio visual ini telah merasuki seluruh dimensi hidup kaum muda metropolitan. Dengan kata lain pesona media elektronis telah memenuhi hati mereka sehingga pewartaan iman yang bersifat penyampaian informasi dan dogma-dogma saja tidak lagi sesuai dengan hati mereka. Hal tersebut menjadi sebuah tantangan besar bagi Gereja untuk menemukan pewartaan iman yang sesuai dan dapat diterima oleh kaum muda metropolitan. Berangkat dari keprihatinan tersebut, skripsi ini ditulis sebagai sebuah gagasan atas kegunaan lagu pop sebagai media pewartaan untuk menjawab kerinduan kaum muda metropolitan akan pewartaan iman yang berangkat dari keseharian hidup mereka sendiri.

  Persoalan utama yang perlu dijawab dalam skripsi ini adalah apakah lagu pop sungguh-sungguh dapat digunakan sebagai sebuah media pewartaan iman dan bagaimana menggunakannya dalam pewartaan itu. Untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan tersebut dilakukan studi pustaka untuk memperoleh pengertian- pengertian ilmiah serta data-data yang sesuai dengan tema yang diangkat. Deskripsi yang diperoleh berdasarkan studi pustaka tersebut kemudian dianalisis oleh penulis untuk menemukan gagasan-gagasan dan menguatkan argumen penulis terhadap penggunaan lagu pop sebagai media pewartaan iman yang dapat menunjang efektivitas pewartaan bagi kaum muda metropolitan pada zaman audio visual. Untuk menunjang deskripsi tesebut, disajikan pula analisis dari beberapa contoh lagu pop serta contoh penggunaannya dalam katekese.

  Keseluruhan isi skripsi ini menunjukkan bahwa lagu pop dapat digunakan dalam pewartaan iman Gereja. Lagu pop memiliki keunggulan-keunggulan yang menunjang efektivitas pewartaan bagi kaum muda metropolitan itu sendiri. Kekuatannya sebagai sebuah bahasa metaforis yang menyentuh kedalaman hati kaum muda membuktikan kemampuannya sebagai sebuah media pewartaan iman yang sangat menjanjikan bagi Gereja. Kedekatannya dengan hidup kaum muda membantu kaum muda itu sendiri untuk menumbuhkan iman dalam hidup mereka sehari-hari. Dengan menggunakan lagu pop sebagai media pewartaan iman dapat melebur dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam keseharian hidup kaum muda metropolitan pada zaman audio visual.

  ABSTRACT

  This thesis entitles POPULAR SONG AS MEDIA FOR

  

COMMUNICATING FAITH AMONG THE METROPOLITAN YOUNG

PEOPLE IN AUDIO VISUAL ERA. This topic was chosen based on the need of

  faith communication using an appropriate method for the youth who live in big cities in Indonesia. In audio visual era, the metropolitan youth have freedom and facility to access technology of information. In fact, this technology supports the development of social interaction which tends to be global and untied with a certain place. This characteristic of communication and social interaction influence the way of thinking and the way of life of the youth. The influence of electronic media has already affected all dimension of their life. The fascination of the media fulfilled their heart, so that the informative and dogmatic way of faith communication will not be interesting for them. The Church is challenged to find out the appropriate method of faith communication for the metropolitan young people. Based on this concern, this thesis is written to emphasize that popular song will answer the need of metropolitan young people to have a faith communication based on their daily life.

  The main problem of this thesis is whether popular song can really be used as media for communicating faith and how do we used it. To answer these questions, the writer did a study to find out some scientific understanding and data which are relevant to the topic. Then the description that came out from the study was analyzed to find out some ideas which are supportive toward the argumentation that popular songs can be used as media for communicating faith among the metropolitan young people. The writer also analyzed some related popular songs which later will be used in catechetical meetings.

  The entire content of this thesis indicates that popular songs can be used for communicating faith in the Church. Popular song has superiority which supports the effectiveness of faith communication for metropolitan youth. Its strength as a metaphor touches the deepest heart of the youth. It proves that popular song can be an effective media for faith communication. Its closeness to the youth helps them to strengthen their daily life. By using popular song, faith communication can be integrated as part of daily life among the metropolitan young people in this audio visual era.

KATA PENGANTAR

  Dengan penuh kerendahan hati, penulis menghaturkan segala puji, hormat, juga syukur yang tiada terkira kepada Allah, Sang Pencipta Maha Segala karena rahmat dan kasih-Nya telah memampukan penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul LAGU POP SEBAGAI MEDIA PEWARTAAN IMAN BAGI KAUM

MUDA METROPOLITAN PADA ZAMAN AUDIO VISUAL.

  Diawali dengan kecintaan penulis terhadap dunia musik dan kesadaran sebagai seorang kaum muda, penulis mencoba menggagas tema skripsi ini. Terlahir di sebuah kota yang sangat dekat dengan ibukota Indonesia menjadikan penulis turut mengakrabi gaya hidup di dalamnya. Namun di balik semua itu penulis menyadari bahwa nuansa studi kateketik yang penulis jalani selama empat tahun ini pun sungguh merasuk ke dalam pribadi penulis. Hal tersebut terkadang terasa bagaikan dua sisi mata uang, sehingga penulis merasa hidup di dua dunia yang berbeda: dunia pewartaan iman dan dunia sekuler. Penulis menyakini bahwa banyak kaum muda metropolitan pun merasakan hal yang sama. Oleh karena itu penulis mencoba menyusun skripsi ini untuk menjawab kerinduan tersebut, yaitu membawa dan meleburkan pewartaan iman dalam kehidupan mereka sehari-hari melalui media lagu pop. Selain itu, skripsi ini pun disususn sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Empat tahun sudah penulis bergulat dan berproses dalam kampus IPPAK yang sangat penulis cintai ini. Tak terbilang ilmu yang penulis peroleh, tak terbilang cinta dan perhatian yang penulis alami baik selama studi maupun saat penyusunan skripsi ini. “Every dawn is a new beginning.” Skripsi ini adalah persembahan penulis sebagai puncak akhir studi yang penulis jalani selama empat tahun di kampus

  IPPAK, sekaligus menjadi awal yang baru bagi penulis untuk meraih mimpi dan masa depan dalam proses kehidupan selanjutnya. Layaknya matahari yang tenggelam di ufuk Barat dan akan segera terbit kembali di ufuk Timur. Pada kesempatan ini, izinkan penulis mengucapkan ungkapan terima kasih dan syukur tiada terkira kepada: 1.

  Romo Drs. Y.I. Iswarahadi, SJ, MA. selaku dosen pembimbing utama yang senantiasa memberikan perhatian, meluangkan waktu, serta membimbing penulis selama proses pengerjaan skripsi ini. Khususnya untuk segala kesabaran, pemakluman, serta pengertiannya dalam memberikan izin bagi penulis untuk melaksanakan bimbingan online jarak jauh, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini di tengah-tengah keluarga yang sangat penulis kasihi.

  2. Bapak P. Banyu Dewa H.S, S.Ag, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan begitu banyak perhatian dan pendampingan bagi penulis selama skripsi maupun proses studi yang penulis jalani di kampus ini. Meskipun mungkin pernah terjadi sedikit kesalahpahaman di tengah proses studi, namun penulis menyadari semua itu terjadi semata-mata karena bapak sungguh memperhatikan dan menyayangi penulis. Terima kasih untuk segalanya.

  3. Bapak P. Trijaya Tjok Agung Sudharsana, SFK. selaku dosen penguji skripsi yang selalu memberi dukungan kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Namun lebih daripada itu, terima kasih karena telah menjadi sosok yang demikian dekat dan berarti, layaknya orang tua bagi penulis. Terima kasih untuk semua kesempatan, bimbingan, perhatian, serta kepercayaan yang bapak berikan sehingga penulis dapat menjadi seperti sekarang ini.

  4. Segenap staf dosen, staf sekretariat dan perpustakaan Prodi IPPAK-JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah begitu melimpahi penulis dengan ilmu, perhatian, dukungan, bimbingan serta senyuman yang selalu menguatkan penulis menjalani proses studi di kampus ini.

  5. Sahabat-sahabat mahasiswa, khususnya angkatan 2003/2004 yang telah melimpahi penulis dengan hujanan cinta dan perhatian yang tak terhingga.

  Terima kasih atas warna-warna indah yang kalian berikan dalam hidup penulis. Selamanya akan penulis simpan sebagai kenangan terindah yang menghiasi taman hati penulis. Sampai jumpa di lain kesempatan.

  6. Sahabat-sahabat di Paduan Suara Pradnyawidya yang seiring dalam pelayanan.

  Semua alunan nada itu akan menggema dalam batin selamanya, seolah mengingatkan bahwa terdapat satu masa di mana kita bernyanyi bersama melantunkan ungkapan syukur yang melimpah kepada-Nya.

  7. Paulina Rahayu Setyaningrum dan Mathilda Eivalig Kilaola. Dua sahabat terbaik yang pernah penulis miliki. Terima kasih untuk semua kebersamaan yang telah dilalui bersama, penulis tidak akan mampu menjalani semuanya tanpa bantuan kalian. Semoga hidup mempertemukan kita lagi dalam satu kesempatan.

  8. Iman Sukmana dan Hermawan Pambudi yang pernah mewarnai dan mengisi hidup penulis. Terima kasih atas masa-masa yang pernah ada, terima kasih karena pernah menjadi bagian dalam hidup penulis. Empat tahun studi ini menjadi berarti karena kahadiran kalian. Terima kasih dan maaf untuk semuanya.

  9. Agustinus Budiharto yang telah membuat penulis percaya bahwa segala sesuatu indah pada waktu-Nya bagi segala makhluk yang bersyukur atas kasih-Nya.

  Terima kasih karena telah memaknai cinta penulis dengan sejuta kasih-Nya.

  10. Keluarga yang sangat penulis cintai: Papa, Mama, Nana, Arvin, Nina, dan Indra.

  Andai terdapat kata yang mampu melukiskan betapa kalian sungguh berarti dalam hidup penulis, karena dari kalian semuanya berawal dan kepada kalianlah penulis akan kembali.

  11. Seluruh staf pengajar Seminari Menengah Stella Maris Bogor yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan bagi penulis untuk membagi apa yang penulis miliki meskipun penulis belum memperoleh ijazah S-1.

  12. Michael, Fritz, dan Martin yang telah meluangkan waktu untuk membantu menyelesaikan video presentasi penulis.

  13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selama ini telah menjadi bagian berarti dalam hidup penulis serta memampukan penulis menyelesaikan studi ini.

  Penulis sungguh menyadari bahwa penulis memiliki keterbatasan dalam pengetahuan, pengalaman, serta pemahaman yang menyebabkan penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua yang berkepentingan.

  Bogor, 8 November 2007 Penulis Sara Lea

  DAFTAR ISI

  Halaman JUDUL ………………………………………………………………… i PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………………….. ii PENGESAHAN ……………………………………………………….. iii PERSEMBAHAN ……………………………………………………... iv MOTTO ………………………………………………………………... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………. vi ABSTRAK …………………………………………………………….. vii ABSTRACT …………………………………………………………… viii KATA PENGANTAR ………………………………………………… ix DAFTAR ISI …………………………………………………………... xiii DAFTAR SINGKATAN ……………………………………………… xvi BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………..

  1 A. Latar Belakang Penulisan Skripsi …………………………...

  1 B. Rumusan Masalah …………………………………………..

  4 C. Tujuan Penulisan ……………………………………………

  5 D. Metode Penulisan …………………………………………...

  5 E. Sistematika Penulisan ……………………………………….

  6 BAB II. PENGERTIAN LAGU POP ……….……………………….

  8 A. Musik ………………………………………………………..

  8 1. Definisi Musik …………………………………………..

  8 a. Musik sebagai Peristiwa Bunyi ……………………..

  9 b. Musik sebagai Ungkapan Kejujuran Hati …………..

  10 2. Peranan Musik dalam Berbagai Zaman Kehidupan …….

  11

  3. Musik dalam Dimensi Religius sebagai Sarana

  14 Mendekatkan Diri pada Allah…………………………...

  B. Lagu Pop sebagai Bagian dari Musik ……………………….

  15 1. Definisi Lagu Pop ……………………………………….

  16

  2. Lagu Pop sebagai Apresiasi Musik pada Zaman Audio

  18 Visual ……………………………………………………

  3. Lagu Pop dalam Hidup Sehari-hari ……………………..

  49

  c. Dialog dengan Agama Lain …………………………

  42 d. Katekese …………………………………………….

  43 C. Tantangan Pewartaan bagi Kaum Muda Metropolitan pada Zaman Audio Visual ………………………………………..

  45 1. Definisi Zaman Audio Visual …………………………...

  46

  2. Kendala yang Dihadapi dalam Pewartaan Iman bagi Kaum Muda Metropolitan pada Zaman Audio Visual ….

  3. Pewartaan Iman yang Sesuai bagi Kaum Muda Metropolitan pada Zaman Audio Visual ………………..

  40 b. Homili/Kotbah .……………………………………...

  51 BAB IV . PENGGUNAAN LAGU POP DALAM PEWARTAAN

  IMAN BAGI KAUM MUDA METROPOLITAN PADA ZAMAN AUDIO VISUAL …………………………………

  55 A. Lagu Pop dalam Hidup Kaum Muda Metropolitan …………

  55 B. Lagu Pop dalam Pewartaan Iman bagi Kaum Muda Metropolitan ………………………………………………...

  58

  1. Lagu Pop sebagai Salah Satu Media Pewartaan Iman

  41

  39 a. Pelajaran Agama di Sekolah ………………………...

  20 BAB III. PEWARTAAN IMAN BAGI KAUM MUDA METROPOLITAN ………………………………………….

  27 2. Kekhasan Kaum Muda Metropolitan …………………...

  23 A. Kaum Muda dalam Gereja ………………………………….

  24

  1. Definisi Kaum Muda ……………………………………

  24 a. Batasan Usia Kaum Muda …………………………..

  25 b. Psikologi Perkembangan Kaum Muda ……………...

  26 c. Perkembangan Keagamaan Kaum Muda …………...

  28 3. Tempat Kaum Muda dalam Gereja ……………………..

  4. Macam-macam Model Pewartaan Iman dalam Gereja …

  31 B. Pewartaan Iman dalam Gereja ………………………………

  33

  1. Pewartaan Iman …………………………………………

  34 2. Pewartaan Iman sebagai Kegiatan Komunikasi ………...

  36

  3. Pewartaan Iman melalui Media …………………………

  38

  59

  2. Keunggulan Lagu Pop sebagai Media Pewartaan Iman ...

  84

  96 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….

  95 B. Saran ………………………………………………………...

  95 A. Kesimpulan ………………………………………………….

  90 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………...

  86 b. Katekese II …………………………………………..

  86 a. Katekese I …………………………………………...

  2. Contoh Penggunaan Lagu Pop Dalam Katekese Audio Visual bagi Kaum Muda Metropolitan …………………

  85

  1. Penggunaan Lagu Pop dalam Pelaksanaan Katekese Audio Visual …………………………………………….

  82 C. Penggunaan Lagu Pop sebagai Media Pewartaan Iman bagi Kaum Muda Metropolitan …………………………………..

  62

  e. “You Raise Me Up” …………………………………

  79

  76 d. “Lilin-lilin Kecil” …………………………………...

  73 c. “Karena Cinta” ……………………………………...

  70 b. “Kasih Putih” ………………………………………..

  70 a. “Sandaran Hati” ……………………………………..

  4. Contoh Lagu Pop yang Dapat Digunakan dalam Pewartaan Iman berikut Analisisnya …………………...

  66

  3. Kriteria Lagu Pop yang Dapat Digunakan dalam Pewartaan Iman …………………………………………

  98

DAFTAR SINGKATAN A.

  Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

  Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat . (Dipersembahkan

  kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, h. 8.

  B.

  Singkatan Dokumen Resmi Gereja AG : Ad Gentes , Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kegiatan Misioner Gereja, 7 Desember 1965.

  CT : Catechesi Tradendae , Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979. DV : Dei Verbum , Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi, 18 November 1965.

  EN : Evangelii Nuntiandi , Anjuran Apostolik Paus Paulus VI tentang Evangelisasi dalam Dunia Modern, 8 Desember 1975

  GE : Gravissimum Educationis , Pernyataan Konsili Vatikan II tentang Pendidikan Kristen, 28 Oktober 1965.

  IM : Inter Mirifica , Dekrit Konsili Vatikan II tentang Upaya-upaya Komunikasi Sosial, 4 Desember 1963.

  KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II tanggal 25 Januari 1983

  LG : Lumen Gentium , Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Gereja,

  NA : Nostra Aetate , Pernyataan Konsili Vatikan II tentang Hubungan Gereja dengan Agama-agama bukan Kristiani, 28 Oktober 1965.

  C.

  Singkatan Lain Art. : Artikel Komsos: Komisi Sosial KWI : Konferensi Waligereja Indonesia PAK : Pendidikan Agama Katolik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan Skripsi Kebudayaan manusia merupakan kebudayaan yang berkembang seiring

  perjalanan waktu. Pada awal mulanya, di tengah berbagai keterbatasan yang ada, manusia semata-mata mengandalkan komunikasi yang bersifat lisan dengan mengandalkan sekaligus memaksimalkan fungsi setiap anggota tubuh untuk mengekspresikan emosi dalam menjalin relasi. Memang budaya baca-tulis telah ada, namun umumnya hanya dikuasai oleh segelintir orang-orang tertentu sehingga budaya lisan masih mendominasi berlangsungnya komunikasi. Seiring kemajuan jaman dan perkembangan kemampuan manusia, budaya lisan tersebut digantikan oleh budaya tulisan yang mulai merebak dan meluas mempengaruhi seluruh dunia sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johanes Gutenberg antara tahun 1440 dan 1450 (Babin, 1991:24). Sejak saat itu, budaya tulisan mendominasi komunikasi yang berlangsung dan menggeser karakteristik budaya lisan yang sarat akan emosi personal dalam pengalaman kebersamaan dalam kelompok ke arah karakteristik budaya tulisan yang menekankan pengalaman individual dan kebijaksanaan yang diperoleh dengan mengumpulkan pengetahuan empiris/data-data ilmiah, sehingga terjadi keseragaman pikiran yang bersifat rasional (Babin, 1991:16). Meskipun demikian, perkembangan kebudayaan tidak terhenti sampai di sana semata, karena pada dasarnya manusia selalu terdorong untuk mencari hal-hal baru dan mengembangkan dirinya sendiri. Sarana-sarana modern terus ditemukan dan kian diperkembangkan. Contohnya: penemuan radio pada tahun 1920 yang diikuti dengan

  1956 dan 1957, hingga penemuan-penemuan yang lebih canggih seperti komputer yang diintegrasikan dengan telepon, televisi, dan satelit. Fenomena itulah yang lambat laun menggeser eksistensi budaya tulisan yang telah berakar selama kurang lebih 400 tahun serta mengarahkan pada lahirnya zaman berikutnya yaitu zaman audio visual (Iswarahadi, 2003:17-18). Salah satu ciri zaman audio visual adalah jaringan komunikasi yang mencakup seluruh dunia, di mana manusia dihadapkan pada kenyataan bahwa mereka hidup dalam ‘global village’ yang memungkinkan arus komunikasi mengalir dengan deras tanpa tersekat antarnegara maupun benua, tanpa terhadang laut maupun samudra.

  Aliran informasi itu sendiri tentu saja membawa berbagai tawaran sekaligus kebebasan penuh untuk memilih, termasuk di antaranya berbagai tawaran akan budaya dan nilai-nilai baru seperti sekularisme, individualisme, indiferentisme, konsumerisme, dan lainnya. Hal ini perlu diwaspadai karena nilai-nilai baru ini dapat merasuk ke dalam semua lapisan usia tanpa terkecuali, termasuk kaum muda dan menyebabkan mereka kehilangan arah, makna, dan tujuan hidupnya. Untuk menyikapi hal itu, pihak Gereja perlu bergiat untuk merangkul dan menguatkan iman para kaum muda Kristiani agar tidak terjerumus pada tawaran-tawaran yang menyesatkan. Memang hal tersebut bukanlah merupakan pekerjaan yang mudah, karena Gereja pun tengah berjuang untuk mempertahankan eksistensinya, sebab perkembangan teknologi yang demikian pesat telah meredupkan otoritas Gereja sebagai satu-satunya sumber informasi sekaligus sumber rohani yang dipercaya.

  Gereja mulai dipandang sebagai sesuatu yang tidak dapat dipercaya dan kehilangan otoritasnya yang sejati.

  Meskipun perkembangan teknologi informasi mengancam kaum muda dihindari. Sebagaimana yang termuat dalam Inter Mirifica art 1 dan 2, Gereja Katolik memandang perkembangan teknologi informasi sebagai sesuatu yang mengagumkan dan membuka berbagai peluang baru untuk menyalurkan berbagai informasi, gagasan, serta pedoman-pedoman yang mengarah pada terwujudnya Kerajaan Allah di dunia. Kesulitan yang dihadapi justru menjadi tantangan bagi Gereja untuk menggali dan melaksanakan pewartaan dengan menggunakan berbagai media yang mampu menarik minat kaum muda tersebut. Gereja di zaman audio visual ini perlu mengganti wajah pewartaannya dengan wajah yang baru demi efektivitasnya. Wajah baru ini bukan berarti mengganti atau bahkan menghilangkan roh yang memberdayakan, yakni Yesus Sang Guru, melainkan wajah yang mampu mewartakan Yesus sesuai dengan situasi, keadaan, serta minat kaum muda jaman ini.

  Oleh sebab itu Gereja perlu peka untuk melihat hal-hal apa saja yang menarik bagi mereka .

  Salah satu yang menjadi daya tarik bagi kaum muda, khususnya kaum muda metropolitan di jaman ini ialah musik, khususnya lagu pop. Lagu pop merupakan salah satu bentuk media yang ditawarkan oleh zaman audio visual itu sendiri, di mana lagu tersebut merupakan ekspresi kesenian yang menampilkan realitas dalam kemasan yang menawan. Umumnya lagu pop adalah lagu yang ringan dengan syair yang menyentuh hidup sehari-hari, khususnya bagi kaum muda, sehingga mudah diterima dan dicerna. Kemudahan-kemudahan tersebut menjadikan lagu pop demikian populer dan dekat dengan hidup kaum muda, serta memiliki tempat dan keterikatan dalam hati dan jiwa mereka.

  Oleh sebab itu sesungguhnya dapat digagas bahwa lagu pop merupakan salah satu bentuk media yang dapat dipergunakan oleh Gereja sebagai media pewartaan dan disampaikan dalam rangkaian nada. Bila ungkapan keindahan tersebut memiliki kesesuaian kata dengan nilai-nilai yang diwartakan oleh Gereja dan dilantunkan dalam terang iman, lagu tersebut akan menjadi ungkapan iman yang terwartakan dalam nada dan menyentuh secara langsung kedalaman hati kaum muda yang mendengarkannya.

  “Lagu Pop sebagai Media Pewartaan Iman bagi Kaum Muda Metropolitan pada Zaman Audio Visual” ditulis sebagai sebuah gagasan atas kegunaan dan peran lagu pop yang selama ini telah menjadi bagian dari hidup kaum muda bagi pewartaan iman oleh Gereja. Judul tersebut diangkat atas gagasan bahwa ada lagu-lagu pop tertentu yang memiliki kesesuaian nilai dengan nilai-nilai Kristiani yang hendak diwartakan oleh Gereja , sehingga dapat digunakan sebagai media pewartaan iman yang efektif bagi kaum muda.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas dapat dirumuskan beberapa pokok permasalahan, yaitu:

  1. Apa yang dimaksud dengan lagu pop? 2.

  Apa yang dimaksud dengan zaman audio visual? 3. Bagaimana ciri pewartaan iman pada zaman audio visual? 4. Pewartaan iman macam apa yang efektif bagi kaum muda metropolitan pada zaman audio visual?

  5. Kriteria lagu pop seperti apa yang dapat digunakan dalam pewartaan iman? 6.

  Bagaimana lagu pop berperan dalam pewartaan iman bagi kaum muda metropolitan pada zaman audio visual?

C. Tujuan Penulisan

  Berkenaan dengan beberapa rumusan permasalahan yang ada, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah:

  1. Untuk memberikan gambaran mengenai lagu pop.

  2. Untuk memberikan gambaran mengenai zaman audio visual 3.

  Untuk memberikan gambaran mengenai ciri pewartaan iman dalam zaman audio visual.

  4. Untuk memberikan gambaran mengenai pewartaan iman yang efektif bagi kaum muda metropolitan dalam zaman audio visual.

  5. Untuk mendefinisikan kriteria-kriteria yang harus dipenuhi oleh sebuah lagu pop agar dapat digunakan dalam pewartaan iman.

  6. Untuk memaparkan peranan lagu pop sebagai media dalam pewartaan iman bagi kaum muda pada zaman audio visual.

  7. Untuk memenuhi syarat kelulusan Sarjana Strata Satu (S1) pada Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK) Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta.

D. Metode Penulisan

  Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis berdasarkan studi kepustakaan atau literer yang berkaitan dengan tema yang diangkat penulis. Selain itu, studi kepustakaan tersebut akan dikuatkan oleh analisis penulis terhadap beberapa lagu pop terpilih dan contoh penggunaannya dalam katekese.

E. Sistematika Penulisan

  Penulis memilih judul skripsi “LAGU POP SEBAGAI MEDIA PEWARTAAN

  IMAN BAGI KAUM MUDA METROPOLITAN PADA ZAMAN AUDIO

  VISUAL” yang akan diuraikan dalam lima bab sebagai berikut:

  BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisikan pendahuluan yang meliputi latar belakang penulisan skripsi, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan skripsi.

  BAB II : PENGERTIAN LAGU POP Bab ini membahas pengenalan terhadap lagu pop yang dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama menguraikan musik pada umumnya, memberikan gambaran tentang musik dalam kehidupan sehari-hari dan peranannya dalam dimensi religius. Sedangkan bagian kedua membahas lagu pop secara terperinci.

  BAB III : PEWARTAAN IMAN BAGI KAUM MUDA DI ZAMAN AUDIO VISUAL Bab ini berisikan uraian mengenai pewartaan dalam Gereja bagi kaum muda. Pada bagian pertama akan dijelaskan mengenai siapakah kaum muda metropolitan dan kekhasannya secara garis besar dan tempat mereka di dalam Gereja. Kemudian pada bagian selanjutnya akan disampaikan uraian mengenai pewartaan iman dalam Gereja pada umumnya. Pewartaan iman bagi kaum muda berikut tantangannya akan disampaikan secara khusus pada bagian ketiga.

  BAB IV : PENGGUNAAN LAGU POP DALAM PEWARTAAN IMAN BAGI KAUM MUDA Bab ini berisikan uraian mengenai tempat lagu pop dalam hidup kaum muda dan penggunaannya dalam pewartaan sebagai salah satu bentuk dari budaya media yang menjadi ‘ground’ dalam pewartaan itu sendiri. Untuk itu akan disampaikan kriteria-kriteria lagu pop yang dapat digunakan dalam pewartaan iman bagi kaum muda dan disertai oleh beberapa contoh lagu berikut analisis serta kemungkinan penggunaannya. Pada bagian akhir akan diberikan contoh usulan penggunaan lagu pop dalam katekese audio visual bagi kaum muda.

  BAB V : PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan dan saran.

BAB II PENGERTIAN LAGU POP A. Musik Musik adalah bagian dari seni yang sungguh akrab dengan kehidupan kita,

  layaknya bahasa yang biasa untuk diucapkan. Musik merupakan perwujudan bunyi yang ditangkap oleh indra pendengaran, bukan indra visual. Seiring perjalanan waktu selama ribuan tahun, musik telah menyesuaikan diri dan berkembang serta mengada dalam berbagai zaman dan kebudayaan. Proses penyesuaian itulah yang melahirkan beragam aliran musik yang dikenal masyarakat saat ini: barok, klasik, rock, pop, dll. Namun musik adalah seni yang tidak lekang oleh waktu karena musik dari zaman mana pun masih bisa tetap dinikmati hingga zaman ini. Berkaitan dengan pernyataan tersebut, Karl Edmund Prier (2004: 3) turut menegaskan bahwa “bahasa musik melampaui batas bahasa, kebudayaan, bahkan agama.” Dengan kata lain, musik merupakan suatu bahasa yang bersifat universal.

1. Definisi Musik

  Berbicara mengenai musik berarti mendeskripsikan suatu hal yang abstrak. Ia tidak memiliki wujud visual yang dapat digambarkan dengan kata-kata layaknya seni-seni yang lainnya melainkan hanya dapat didengar serta dirasakan menggunakan telinga serta hati. Mendefinisikan musik berarti berbicara mengenai penangkapan indra pendengaran serta kepekaan hati dalam memaknainya. a. Musik sebagai Peristiwa Bunyi Pada dasarnya, musik adalah sebuah peristiwa bunyi yang dihasilkan dari suatu benda yang bergetar pada frekuensi 20 sampai dengan 20.000 Hz dan ditangkap oleh indra pendengaran manusia. Hal yang membedakan bunyi sebagai musik dengan bunyi sebagai suara gaduh (noize) terletak pada kemampuan pendengaran manusia dalam menangkap bunyi tersebut dan kemampuan persepsi atasnya.

  Setiap orang mempunyai pengalaman dan kemampuan persepsi sensorik yang berbeda-beda dalam mendengarkan bunyi, dan juga setiap orang mempunyai perspektif yang berbeda-beda dalam mempersepsi bunyi itu. Oleh karenanya, dengan pengalaman dan pengetahuan yang memadai memungkinkan orang mampu mempersepsi secara partikular dan dengan pendengarannya ia mampu membedakan aneka ragam bunyi (Tri Harjono, 1999: 43-45).

  Kemampuan persepsi atas penangkapan bunyi tersebut berkaitan dengan penangkapan unsur-unsur khas yang terkandung dalam musik itu sendiri. Unsur- unsur tersebut terdiri atas: nada, irama atau ritme, dan interval. Nada adalah sebuah bunyi yang teratur dan memiliki bilangan getar (frekuensi) tertentu yang diatur dalam sebuah tanda yang menentukan tinggi rendah serta intensitasnya. Tanda yang mengatur ringgi rendah serta panjang pendeknya sebuah nada disebut not atau titinada (Sukohardi, 2001: 1). Sementara itu, irama atau ritme adalah pertentangan bunyi antara bagian yang berat dengan bagian yang ringan yang selalu terulang kembali dengan teratur. Hal tersebut dapat dimengeri karena pada dasarnya, musik merupakan alunan sebuah bunyi yang sifatnya teratur dan mengikuti pola tertentu (Sukohardi, 2001: 6). Sedangkan unsur terakhir dari musik adalah interval atau suara antara yang merupakan “jangka (jarak) dari nada ke nada” (Sukohardi, 2001: 23).

  Suara antara atau interval selalu dibatasi oleh dua nada, dengan nada pertama disebut memiliki karakter dan sifat yang berbeda dalam menentukan bunyi yang dihasilkan. Ketiga unsur itulah yang pada akhirnya menjadikan bunyi sebagai sebuah musik.

  b. Musik sebagai Ungkapan Kejujuran Hati Musik adalah bahasa yang menjadi simbol dari pikiran sekaligus sarana untuk mengungkapkan pikiran melalui nada. Dalam musik nada-nada tersebut mengada dan menjadi simbol presentasi pemikiran terhadap pendengarnya. Layaknya sebuah bahasa yang bersifat metaforis karena tidak mampu melukiskan hal-hal secara langsung, musik pun menggunakan jalan tidak langsung yang sarat akan arti dan makna yaitu melalui melodi, ritme, serta harmoni. Pemilihan ketiga unsur pembentuk musik tersebut disesuaikan dengan apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh penciptanya serta akan menentukan hasil musik yang diciptakan Hal tersebut menjadikan “musik dapat dirasakan namun tidak dapat dipahami, dapat dikenali namun tidak sepenuhnya dapat diterangkan.” (Tri Harjono, 1999: 54-56) Pendengar musik dapat menangkap apa yang hendak disampaikan oleh penciptanya, meskipun tidak sepenuhnya dapat menerangkan maksudnya. Mereka dapat merasakan emosi kesedihan, kebahagiaan, maupun kekecewaan dalam musik yang mereka dengar, namun tidak dapat sepenuhnya memahami. Musik menjadi sebuah bahasa yang dapat dirasakan dalam hati, namun sulit diterangkan dengan logika.

  Keteraturan yang muncul dalam perpaduan unsur-unsur musik tersebut mencerminkan suatu keindahan yang jujur sebagaimana diungkapkan oleh salah satu filsuf Yunani, Aristoteles. Ia memandang bahwa musik adalah seni yang luhur serta mampu mengungkapkan irama jiwa manusia secara langsung, sehingga musik dapat didefinisikan sebagai “suatu tiruan seluk beluk hati dengan menggunakan melodi dan

  Hal senada pun turut diungkapkan oleh filsuf Arthur Schopenhauer sebagaimana yang termuat dalam Budaya Media (Batmomolin, dkk., 2003: 72). Ia mengatakan bahwa “musik adalah bentuk tertinggi dari karya kesenian. Semua bentuk karya seni yang lain hanya merupakan representasi dari esensi utama dari satu hal atau barang, sementara musik adalah esensi itu sendiri. Ia adalah hal atau barang itu sendiri.” Pernyataan tersebut didukung pula oleh pernyataan Schopenhouer sebagaimana dikutip oleh Tri Harjono (1999:42) dalam Musik sebagai Revelasi Ilahi. Di sana tertulis bahwa “musik tidak seperti seni-seni lainnya yang merupakan representasi dari ide-ide, tetapi musik adalah copy of the will itself. Musik mengekspresikan the inner being, the in-itself of the world.”

  Semua pernyataan di atas tersebut pada akhirnya menegaskan kekuatan musik sebagai ungkapan kejujuran hati yang terdalam. Musik menjadi sebuah ekspresi yang menggambarkan emosi manusia sesuai apa adanya serta menggiring pendengarnya untuk masuk dalam pengalaman personal emosional yang intim di dalamnya (Tri Harjono, 1999: 47-48).

2. Peranan Musik dalam Berbagai Zaman Kehidupan

  Sebagai sebuah seni, musik telah mengada dan menjadi bagian dalam kehidupan manusia sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Berbagai monumen, prasasti, dan berbagai peninggalan prasejarah menunjukkan bahwa seni musik berikut alat- alatnya telah ada sejak zaman prasejarah (± 5000 SM) di Mesir, bahkan pada saat itu pun musik telah memainkan peranan besar dalam kehidupan bermasyarakat mereka. Pada masa itu, musik dipandang sebagai karya seni luhur dan indah yang berasal dari sosok Dewa Seni yang bernama Isis. Karena itu musik kemudian digunakan untuk mengendalikan dan menguasai hawa nafsu yang mengakibatkan kecenderungan untuk melakukan suatu hal yang jahat (Prier, 2004: 5-6).

  Sedangkan kebudayaan Yunani zaman klasik (± 500 SM) tidak hanya terbatas pada bidang seni tersebut. Zaman ini merupakan zaman kejayaan ilmu pengetahuan (filsafat) yang kemudian melahirkan beberapa tokoh filsuf Yunani klasik. Beberapa tokoh filsuf tersebut menguraikan teori estetika musik untuk mencoba menerangkan keindahan musik itu sendiri dan peranannya bagi kehidupan masyarakat. Salah satu tokoh filsuf di antara mereka yang bernama Aristoteles (Prier, 2004: 39-41) mengemukakan tiga kemungkinan pengaruh musik pada manusia:

  Sebagai suatu hiburan enak yang mempengaruhi hati manusia seperti halnya yang terjadi pada pelbagai jenis tarian, minuman tertentu, dan lain-lain … Sebagai suatu pembentukan watak manusia, seperti yang dapat terjadi pada kaum muda yang dididik lebih tangkas, berdasarkan gerakan-gerakan badan yang harmonis pada tarian dan gymnastik yang diiringi dengan musik. Sebagai suatu perintang waktu tetapi yang luhur sifatnya, sampai menjadi alat untuk mencapai kemajuan dan kebahagiaan rohani pada manusia.

  Aristoteles memang menilai musik sebagai bentuk hiburan yang paling tinggi di antara seni-seni lainnya, bahkan ia menganggap musik bernilai sama tinggi dengan ilmu pasti dan filsafat.

  Peranan musik sebagai hiburan sekaligus pembentuk watak juga dirasakan di negara Cina. Hal tersebut terungkap dari pernyataan seorang filsuf Cina yang bernama Kongfuce pada tahun ± 500 SM. Beliau berpendapat: “Bila kamu ingin mengetahui apakah sebuah negara mempunyai pemerintahan dan adat istiadat yang baik, lihatlah pada karya seni musiknya.” (Prier, 2004: 61-62). Melalui pendapat tersebut dapat dipahami bahwa pada masa itu, musik dinilai memiliki peran dalam membentuk watak, peradaban bangsa dan rakyatnya. Musik perlu diciptakan oleh mencerminkan kebaikan dan menghubungkan jiwa para pendengarnya dengan seisi surga.

  Seiring perjalanan waktu, pada abad pertengahan (± 375-1400 M) berkembang musik Gregorian yang kemudian berperan dalam perkembangan musik liturgi Gereja. Musik Gregorian dinilai memiliki keindahan yang melebihi keindahan musik-musik lain serta mencerminkan suasana ketenangan dan renungan, sehingga tepat digunakan dalam peribadatan. Peranan lagu Gregorian dalam peribadatan pada masa itu kian ditegaskan berdasarkan kebijaksanaan Paus Gregorius Agung yang kemudian memerintahkan agar lagu-lagu tersebut digunakan sebagai nyanyian resmi dalam ibadat (Prier, 2004: 86-102).

  Musik memang merupakan seni yang telah mengarungi masa ribuan tahun dengan turut berakar dan berperan di dalam perkembangan kehidupan dan kebudayaan manusia pada setiap zaman, bahkan hal tersebut terus berlangsung hingga kini. Pada zaman audio visual ini, musik telah menjadi salah satu bentuk budaya media yang merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam pengungkapan dan penyebarluasan opini. Ia mampu menyentuh hati pendengarnya dan membuat mereka terpesona atasnya. Musik mampu mengemas suatu pesan yang biasa menjadi sesuatu yang baru dan memiliki kesan yang kuat (Batmomolin, dkk., 2003: 72-73).

  Pada prinsipnya lirik lagu dapat mengatakan sesuatu tentang realitas kehidupan ini, realitas yang walaupun amat bermakna namun kering dan apa adanya. Ketika realitas yang sama dikemas dalam musik lalu dipadukan dengan melodi yang menghanyutkan, disertai kata-kata yang indah serta dinyanyikan oleh suara yang merdu, ia menjadi lain. Realitas menjadi sesuatu yang baru, yang lebih menarik dan yang menyentuh hati, bahkan mampu membawa kita berimajinasi (Batmomolin, dkk., 2003: 74)

3. Musik dalam Dimensi Religius Sebagai sarana Mendekatkan Diri pada Allah

  Ketika manusia mencoba mengenal dan mendekatkan diri pada Allah, seringkali manusia jatuh pada berbagai konsep rumusan dogma-dogma teologi serta tradisi. Manusia berusaha serta berupaya untuk memahami Allah melalui ranah kajian teori dan rumusan-rumusan yang ada, sehingga cenderung melupakan bahwa Allah tidak akan terselami oleh keterbatasan akal manusia semata. Berkaitan dengan itu, Tri Harjono (1999: 68) mengungkapkan: