SISTEM PENDIDIKAN TAUHID DI PONDOK PESANTREN DARUL MUTTAQIN DESA BUKATEJA, KECAMATAN BALAPULANG, KABUPATEN TEGAL TAHUN AJARAN 20162017 SKRIPSI

  

SISTEM PENDIDIKAN TAUHID DI PONDOK PESANTREN

DARUL MUTTAQIN DESA BUKATEJA, KECAMATAN

BALAPULANG, KABUPATEN TEGAL TAHUN AJARAN

2016/2017

  

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

  

Oleh:

ANIMATUL AFIYAH

NIM 111-12-185

JURUSAN PENDIDIKAN AGAM ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN

SALATIGA)

2017

  

MOTTO

            

  

  Artinya : “ Dan (Ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau menyekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar- benar kedzaliman yang besar.” (Q.S. Luqman:13).

  

PERSEMBAHAN

  Yang utama dari segalanya. Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih sayang-Mu telah memberikan kekuatan, membekaliku dengan ilmu, serta memperkenalkanku dnegan cinta, atas karunia dan serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.

  Persembahan karya sederhana ini kepada orang-orang yang telah membantu mewujudkan mimpiku:

1. Almarhum kedua orang tuaku tercinta, Bapak Maulud (Alm) dan Ibu

  Patosah (Almh) yang telah memberiku semangat dalam setiap langkah, do‟a-do‟a yang telah menjulang tinggi ke langit untuk kesuksesan putri kecilnya ini, dan kasih sayang yang tentunya tak bisa tergantikan oleh siapapun yang membuatku sekuat dan setabah ini dalam menjalani rintangan yang ada di depanku demi mewujudkan impian yang dulu kalian impikan.

  2. Kakak-kakakku tercinta mbak Khotiroh, kang Marno, mas M.Tauhid, mbak Eli Sosiawati, mas Edi Prayogi, mbak Malia Ari Andriani, mas Teguh Muji Primono, mas Ukhrowiyatul Fauzi yang telah menjadi pengganti peran dari Bapak (Alm) dan Ibu (Almh), yang selalu memotivasi, memberi dukungan dan do‟a yang selalu kalian berikan, serta semangat yang tiada henti dalam meraih cita-cita setinggi mungkin yang kalian berikan kepadaku dalam mengarungi perjalanan hidup ini.

  3. Bapak H. Dr. Sa‟adi, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

  4. Bapak Sri Guno Najib Chaqoqo, M.Ag dan Istrinya Ibu Ukhti Nur Fajariyah, S.Pd yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

  5. Abah Mahfudz Ridwan, Lc dan Ibu Hj. Nafisah beserta keluarga yang senantiasa memberikan petuah, do‟a, dan ilmunya yang patut dijadikan tauladan untuk masa depanku kelak.

  6. Ponakanku Husni Abdani yang selalu memberi semangat.

  7. Kawan-kawanku seperjuangan Indah Asfaradina, S.Pd, Windawati S.Pd, Selvi Alviana Rafida S.Pd, Wahyu Rahma Zulaeha S.Pd, Laili Agustini S.Pd, teman-teman PAI E dan semua teman-teman PAI angkatan 2012 yang selalu memotivasi, membantu serta menjadi sahabat terbaikku hingga 4,5 tahun di kampus tercinta ini.

  8. Keluarga Besar BIDIKMISI IAIN Salatiga angkatan 2012 dan keluarga besar YA BISMILLAH semua angkatan, yang telah menjadi keluarga dan memberikan banyak pengalaman.

  9. Semua adik-adikku kamar 15 PP.Edi Mnacoro yanng selalu memberi semangat dan motivasi.

  10. Adikku Fiki Rizkiyah yang membuatku tertawa dalam setiap hal.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur yang tak lupa ku panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya Islam di dunia ini. Shalawat serta salam selalu terlimpahkan kepada baginda Rasulullah SAW sebagai tauladan bagi kita untuk mencapai kebahagiaan kita di dunia dan di akhirat.

  Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini berkat motivasi, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1.

  Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam.

  4. Bapak H. Dr. Sa‟adi, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

  5. Bapak Sri Guno Najib Chaqoqo, M.Ag dan Istrinya Ukhti Nur Fajariyah yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

  6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak

  7. Bapak, ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.

  8. KH. Mahfudz Ridwan, Lc yang telah memberikan ridho dan bimbingan dalam menuntut ilmu.

  9. Keluarga besar Pondok Pesantren Edi Mancoro, para asatidz dan para santri yang telah mendewasakan penulis setiap harinya dalam warna- warni kehidupan.

  10. Teman-teman Jurusan S1 Pendidikan Agama Islam angkatan 2012, terutama Kelas PAI E yang telah memberikan banyak cerita dan canda selama menempuh pendidikan di IAIN Salatiga.

11. Pondok Pesantren Darul Muttaqin yang telah memberikan izin serta membantu penulis dalam melakukan penelitian skripsi ini.

  12. Keluarga besar Tahfidz Pondok Pesantren Edi Mancoro dan teman- teman Pondok Pesantren Edi Mancoro yang selalu memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.

  Salatiga, 1 Februari 2017 Penulis Animatul Afiyah 111-12-185

  ABSTRAK

  Afiyah, Animatul. 2017. Sistem Pendidikan Tauhid di Pondok Pesantren Darul

  Muttaqin, Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. H.

  Sa‟adi M.Ag.

  Kata kunci: Sistem Pendidikan, Tauhid.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara runtut sistem pendidikan tauhid yang ada di Pondok Pesantren Darul Muttaqin Tahun Ajaran 2016/2017. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana sistem pendidikan tauhid di PP. Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal?, (2) Apa faktor pendukung pendidikan tauhid di PP. Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal?, (3) Apa permasalahan/faktor penghambat yang muncul dalam sistem pendidikan tauhid di PP. Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal?.

  Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan datanya antara lain: observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan analisis data yaitu reduksi data, kategorisasi, dan interpretasi data.

  Temuan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa yaitu (1) sistem pendidikan tauid yang ada di pesantren ini yaitu terdiri dari unsur-unsur dasar pendidikan tauhid, tujuan pendidikan tauhid, masjid, pondok, kurikulum,

  

kyai/ustadz , santri, metode, dan evaluasi. (2) faktor pendukung pendidikan tauhid

  yaitu adanya partisipasi ustadz dan santri dalam mengaji, pengurus, masjid sebagai sentral kegiatan, asrama santri, dan evaluasi. (3) permasalahan/faktor penghambat pendidkan tauhid yaitu adanya kegiatan ekstrakurikuler yang ada di MTS dan kurangnya santri dalam memanage waktu.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ………………………………………............................. i

  HALAMAN BERLOGO.................................................................................... ii HALAMAN NOTA PEMBIMBING................................................................. iii HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN........................................................... v MOTTO....................................................... ....................................................... vi PERSEMBAHAN............................................................................................... vii KATA PENGANTAR........................................................................................ ix ABSTRAK.......................................................................................................... xi DAFTAR ISI...................................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xiv

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...............……………………………….................... 1 B. Fokus Penelitian ………………………………………..................... 7 C . Tujuan Penelitian ……………………………………...................... 7 D. Manfaat Penelitian ……………………………………..................... 8

  E. Penegasan Istilah …………………………………............................ 9

  F. Telaah Pustaka ……………………………………............................. 11 G.

  Metode Penelitian………………………………................................ 12

  H. Sis tematika Penulisan…………………………….............................. 17

  BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sistem Pendidikan Pesantren ………………………........................... 19

  B.

  Sistem Pendidikan Tauhid…............................................................... 26 .

  C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan................................ 34

  BAB III PAPARAN DATA DAN HASIL TEMUAN A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Darul Muttaqin......................... 37 B. Hasil temuan………………………………….................................... 50 BAB IV PEMBAHASAN A. Sistem Pendidikan Tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin....... 66 B. Faktor Pendukung Pendidikan Tauhid ……..................... .................. 74

  C.Permasalahan Yang Muncul/Faktor Penghambat Pendidikan Tauhi.... 76

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………………………………………............................. 79 B. Saran ......... ……………………………............................................... 83

  DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR LAMPIRAN 1.

  Nota Pembimbing Skripsi 2. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian 3. Surat Keterangan Melakukan Penelitian 4. Daftar SKK 5. Lembar Konsultasi 6. Pedoman Wawancara 7. Hasil Wawancara 8. Dokumentasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan salah satu jenis makhluk yang sudah ribuan abad

  lamanya ditakdirkan Allah SWT menjadi penghuni bumi, sebagai satu-satunya planet yang paling sesuai untuk dijadikan tempat tinggalnya (Nawawi, 1993:40).

  Menurut Islam, manusia adalah makhluk ciptaan Allah, ia tidaklah muncul dengan sendirinya atau berada oleh dirinya sendiri. Al-Quran surat al-

  „Alaq ayat 2 menjelaskan bahwa manusia itu diciptakan Tuhan dari segumpal

  darah, Al-Quran surat al-Thariq ayat 5 menjelaskan bahwa manusia dijadikan oleh Allah, Al-Quran surat al-Rahman ayat 3 menjelaskan bahwa Al-Rahman (Allah) itulah yang menciptakan manusia. Masih banyak lagi yang menjelaskan bahwa yang menjadikan manusia adalah Allah. Jadi manusia adalah makhluk ciptaan Allah (Tafsir, 2008:34).

  Allah SWT itu Esa dalam segala penciptaannya. Ia tidak membutuhkan perantara dalam membuatnya. Manusia dalam mengenali Tuhannya harus bertauhid terlebih dahulu yaitu “bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Dia, dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT “.

  Kalimat tauhid mengandung nilai iman. Umat Islam wajib mengimani adanya Allah SWT sebagai sang pencipta. Kalimat tauhid yang telah diucapkan mengandung arti bahwa manusia itu sudah tergolong sebagai umat Islam, yang

  Esensi iman kepada Allah SWT adalah Tauhid yaitu mengesakan-Nya, baik dalam

  zat, asma‟ washifat, maupun af‟al (perbuatan-perbuatan-Nya).

  Secara sederhana Tauhid dibagi dalam tiga tingkatan atau tahapan yaitu: 1.

  

Tauhid Rububiyah (mengimani Allah SWT sebagai satu-satunya Rabb), 2.

Tauhid Mulkiyah (mengimani Allah SWT sebagai satu-satunya Malik), dan 3.

Tauhid Ilahiyah (mengimani Allah SWT sebagai satu-satunya Illah) (Ilyas,

1993:18-19).

  Mengesakan Allah (tauhid) dan menolak penyekutuan (syirik) terhadap- Nya merupakan doktrin terpenting yang mendominasi pemahaman-pemahaman dan ajaran-ajaran samawi. Hal itu juga merupakan asas segala macam ilmu dan ajaran Ilahiyah yang dibawa para Nabi dan Rasul, sebagaimana tercantum dalam kitab-kitab suci yang diwahyukan kepada mereka. Selain itu tauhid dan syirik termasuk di antara masalah-masalah yang disepakati oleh seluruh kaum muslimin (Subhani, 1996: 13).

  Seorang muslim meyakini ketuhanan Allah bagi mereka yang terdahulu dan yang akan datang, ketuhananNya bagi seluruh alam. Bahwasannya tidak ada Tuhan melainkan Allah, tiada Tuhan selain Dia. Oleh karena itu, dia hanya menyembah Allah dengan seluruh penyembahan yang telah disyariatkan Allah kepada hamba-hamba-Nya agar mereka menyembah dengan tata cara tersebut (El-Jazair, 1990: 115).

  Manusia mengenal Allah harus melalui suatu proses pendidikan, yang mana pendidikan itu sangatlah penting untuk menunjang pemahaman manusia dalam segala ilmu pengetahuan terutama dalam mengenal keesaan Allah SWT.

  Dalam suatu pendidikan terdapat sebuah tujuan yang akan dicapai, yaitu sebagaimana dijelaskan dalam bukunya Prof. Dr. Umar Tirtarahardja dan Drs. S. L. La Sulo (2010:37) bahwa, tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan.

  Sebagai suatu komponen pendidikan, tujuan pendidikan menduduki posisi penting di antara komponen-komponen pendidikan lainnya. Dapat dikatakan bahwa segenap komponen dari seluruh kegiatan pendidikan dilakukan semata-mata terarah kepada atau ditujukan untuk pencapaian tujuan tersebut.

  Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi kemanusiaannya.

  Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia (Tirtarahardja & Sulo, 2010:1).

  Fungsi dari peserta didik adalah sebagai objek yang sekaligus sebagai subjek pendidikan. Sebagai objek, peserta didik tersebut menerima perlakuan- perlakuan tertentu, tetapi dalam pandangan pendidikan modern, peserta didik lebih dekat dikatakan sebagai subjek atau pelaksanaan pendidikan (Hasbullah, 2012:123).

  Pendidikan tidak akan berjalan maju tanpa adanya para pendidik (guru). Dalam pengertian yang dimaksud pendidik adalah orang yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik (Tirtarahardja & Sulo, 2010:54).

  Secara umum dikatakan bahwa, setiap orang dewasa dalam masyarakat dapat menjadi pendidik, sebab pendidikan merupakan suatu perbuatan sosial, perbuatan fundamental yang menyangkut keutuhan perkembangan pribadi anak didik menuju pribadi dewasa susila (Hasbullah: 2012:17).

  Pendidik berfungsi sebagai pembimbing pengaruh, untuk menumbuhkan aktivitas peserta didik dan sekaligus sebagai pemegang tanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan (Hasbullah, 2012:124).

  Zaman akan terus berubah dan berkembang, demikian halnya pendidikan. Hal ini dikarenakan pendidikan menyesuaikan dengan keadaan zaman, serta berbagai persoalan yang dihadapinya. Perlu adanya perubahan maupun pergantian kurikulum di Indonesia tentu tidak terlepas dari persoalan perubahan zaman. Sebab, hakikat penyelenggaraan pendidikan adalah untuk menjadi solusi terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi negara. Oleh karena itu, pendidikan perlu diselenggarakan secara optimal supaya menghasilkan lulusan-lulusan berkualitas yang memiliki kompetensi sikap, kemampuan, dan pengetahuan sesuai standar nasional yang telah disepakati.

  Untuk mewujudkan itu semua, salah satu upaya yang dapat dilakukan ialah dengan mengembangkan kurikulum. Karena berhasil dan tidaknya sebuah pendidikan sangat dipengaruhi oleh kurikulum yang ada (Fadillah, 2014:17).

  Kurikulum yang digunakan di pondok pesantren dalam melaksanakan pendidikannya tidak sama dengan kurikulum yang dipergunakan dalam lembaga pendidikan formal, bahkan tidak sama antara satu pondok pesantren dengan pondok pesantren lainnya. Pada umumnya, kurikulum pondok pesantren yang menjadi arah pembelajaran tertentu (manhaj), diwujudkan dalam bentuk penetapan kitab-kitab tertentu sesuai dengan tingkatan ilmu pengetahuan santri (Faiqoh, 2003:10).

  Pondok pesantren pada dasarnya adalah lembaga pendidikan Islam yang dilaksanakan dengan sistem asrama (pondok), kiai atau mushalla sebagai pusat lembaganya. Lembaga ini merupakan salah satu bentuk kebudayaan asli pendidikan nasional, sebab lembaga ini telah lama hidup dan tumbuh ditengah- tengah masyarakat Indonesia yang tersebar diseluruh tanah air dan dikenal dalam kisah serta cerita rakyat Indonesia khususnya di pulau Jawa (Haryanto, 2012:39).

  Pesantren ialah tempat santri-santri atau murid-murid yang belajar ilmu Agama Islam. Pondok ialah tempat penginapan mereka seperti asrama masa sekarang.

  Menurut riwayat yang mula-mula mengadakan pondok pesantren itu ialah Maulana Malik Ibrahim. Di pondok pesantren itulah beliau mendidik guru-guru Agama dan muballigh-muballigh Islam yang menyiarkan agama Islam keseluruh pulau Jawa.

  Biasanya pesantren itu terdiri dari sekumpulan pondok (surau kecil- kecil) yang terletak dekat sebuah masjid. Pondok-pondok itu didirikan dengan uang wakaf atau sedekah yang diberikan oleh orang-orang yang mampu, bahkan ada juga dengan kemauan dan ongkos sendiri dari santri-santri yang datang kesana (Yunus, 1995:231).

  Sejak awal kelahirannya, pesantren tumbuh, berkembang dan tersebar di berbagai pedesaan. Keberadaan pesantren sebagai lembaga keislaman yang sangat kental dengan karakteristik Indonesia ini memiliki nilai-nilai strategis dalam pengembangan masyarakat Indoesia. Realitas menunjukan pada satu sisi sebagian besar penduduk Indonesia terdiri dari umat Islam, dan pada sisi lain mayoritas dari mereka tinggal di pedesaan.

  Berdasarkan realita tersebut, pesantren sampai saat ini memiliki pengaruh cukup kuat pada hampir seluruh aspek kehidupan di kalangan masyarakat muslim pedesaan yang taat (A‟la,2006:1).

  Salah satu upaya seorang ulama dalam mempersiapkan generasi muda yang beriman ialah dengan bagaimana ia mengajak generasi muda tersebut untuk belajar mengenal keesaan Allah SWT melalui pendidikan tauhid. Dengan dibekali tentang ketauhidan diharapkan setiap generasi muda akan lebih mengenali Allah SWT sebagai Tuhan yang Esa.

  Pondok Pesantren Darul Muttaqin merupakan satu-satunya lembaga pendidikan Islam yang berdiri di Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, kabupaten Tegal. Pondok pesantren ini banyak mempelajari berbagai macam kitab salah satunya adalah kajian tentang ketauhidan yang dikaji dari sebuah kitab klasik yaitu kitab Tijanu Durori karya Syaikh Ibrahim Al-Bajuri, kitabus

  

sa‟adah karya „Abdurrahim Manaf, dan kitab Jawahirul Kalamiyah karya

  Syaikh Thahir bin Shalih Al-Jazair dengan metode penyampaiannya

  

bandongan/wetonan . Penerapan metode tersebut diharapkan agar senantiasa

hubungan interaksi antar kiai dan santri terjalin dengan baik.

  Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:

  “Sistem Pendidikan Tauhid Di Pondok Pesantren Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal Tahun Ajaran 2016/201 7”.

B. Fokus Penelitian

  Ada beberapa hal yang menjadi permasalahan dan akan dikaji melalui penelitian ini. Beberapa masalah itu adalah:

  1. Bagaimana sistem pendidikan tauhid di PP. Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal? 2. Apa faktor pendukung pendidikan tauhid di PP. Darul Muttaqin Desa

  Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal ? 3. Apa permasalahan/faktor penghambat yang muncul dalam sistem pendidikan tauhid di PP. Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan

  Balapulang, Kabupaten Tegal ? C.

   Tujuan Penelitian

  Sesuai dengan rumusan masalah yang dikaji, maka peneliti memiliki tujuan antara lain:

  1. Untuk menemukan bagaimana sistem pendidikan tauhid di PP. Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal.

  2. Untuk menemukan faktor pendukung pendidikan tauhid di PP. Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal.

  3. Untuk menemukan permasalahan /faktor penghambat yang muncul dalam sistem pendidikan tauhid di PP. Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal.

D. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.

  1. Manfaat Teoritis a.

  Secara akademik penelitian ini dapat digunakan untuk memperkaya kajian bidang Pendidikan Agama Islam, terutama dalam ruang lingkup ketauhidan di setiap individu muslim.

  b.

  Memberikan informasi yang jelas tentang bagaimana sistem pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal.

  2. Manfaat Praktis a.

  Tulisan ini dapat menjadi masukan bagi semua pihak terkait yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai sistem pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal.

  b.

  Tulisan ini menjadi sumbangan alternatif mengenai sistem pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal.

E. Penegasan Istilah 1.

  Sistem Dalam pengertian umum, yang dimaksud dengan sistem adalah jumlah keseluruhan dari bagian-bagiannya yang saling bekerja sama untuk mencapai hasil yang diharapkan berdasarkan kebutuhan yang telah di tentukan (Hasbullah, 2012:123).

  Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sistem adalah seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas (Dpartemen Pendidikan Naional, 2007: 1076).

  2. Pendidikan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan, mendidik (Departemen Pendidikan Nasional, 2007:263).

  3. Tauhid Asal makna tauhid, ialah:

  ُهَل َكْيِرَش َلاٌدِحاَو َللها َّنَاِبُداَقِتْعِلاَا “Beri‟tikad bahwa Allah itu Esa, tak ada sekutu bagi-Nya” (Ash Shiddieqy, 1971:92).

  Kesesatan yang sering dilakukan manusia bukanlah tidak percaya terhadap keberadaan Allah, tetapi syirik kepada-Nya. Manusia sering menyembah sesuatu atau tuhan selain-Nya. Mereka berpendapat bahwa tuhan-tuhan tersebut bisa mendekatkan mereka kepada Allah atau memberi

  Semenjak zaman dahulu manusia sering jatuh ke dalam “lubang”

  syirik . Syirik adalah kesalahan yang sangat besar. Dengan demikian, hal

  pertama yang dibutuhkan oleh manusia adalah tauhid. Demi tauhidlah Allah mengutus para nabi dan menurunkan kitab suci (Al-Qaradhawi, 2006:11).

4. Pesantren

  Pesantren merupakan lembaga pendidikan agama yang umumnya bersifat tradisional, tumbuh dan berkembang di masyarakat pedesaan (Haedari, 2010:37).

  Pondok pesantren merupakan institusi lembaga pendidikan agama Islam tertua di Indonesia dengan segala keunikan dan kekhasannya tersendiri. Institusi ini selain dikenal dengan lembaga pendidikan Islam, juga menonjol sebagai lembaga sosial keagamaan yang didalamnya terdapat interaksi di antara orang-orang dan menjadi pusat pemberdayaan masyarakat di bidang sosial, budaya, dan ekonomi. Di dalam institusi ini ada kiai sebagai top figure yang memiliki peran signifikan dalam menggerakan semua aktivitas di dalamnya. Sehingga kiai tidak dapat terlepaskan sebagai pusat perhatian maupun suri tauladan di segala aspek kehidupan para santri yang mengitari.

  Keberadaan kiai dan pondok pesantren merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, karena figur ini sangatlah dominan dalam menentukan segala arah kebijakan, pengelolaan, dan pengembangan pondok pesantren (Haryanto, 2012:1).

F. Telaah Penelitian Yang Relevan

  Terkait dengan penelitian ini, yakni dalam pembahasan tentang seputar sistem pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal tahun ajaran 2016/2017, maka peneliti merasa penting untuk menelaah penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini sebagai acuan dan bahan untuk melihat sisi perbedaan dari tulisan-tulisan yang mengulas tentang ketauhidan. Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini.

  Skripsi Siti Sukrilah tentang konsep pendidikan tauhid dalam keluarga

studi analisis Qur‟an surat al-Baqarah ayat 132-133 dalam tafsir Ibnu Katsir.

  Penelitian ini menunjukan bahwa konsep pendidikan tauhid dalam keluarga yang terdapat dalam Al-Quran surat al-Baqarah ayat 132-133 berupa proses membimbing manusia untuk tetap teguh kepercayaannya bahwa, Allah Maha Esa dan hanya tunduk kepada-Nya sampai akhir hayat. Sedangkan konsep pendidikan tauhid dalam keluarga menurut Ibnu Katsir adalah sebuah upaya dalam membina manusia untuk menyerahkan diri secara mutlak kepada Allah SWT dan tidak menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu apapun sepanjang hayatnya pada suatu kelompok dimana manusia hidup dan menetap secara berkesinambungan sampai keturunannya di masa depan kelak.

  Skripsi Sri Imtikhani tentang nilai-nilai ketauhidan dalam Al-Quran

  surat Luqman ayat 12-19 (studi tafsir Al-Quran al- „Adzim Ibnu Katsir dan Al-

Misbah M. Quraish Shihab) skripsi ini menunjukan bahwa, nilai-nilai

  ketauhidan yang terkandung dalam al-Quran surat Luqman ayat 12-19 yaitu untuk mengesakan Allah SWT dan menyuruh untuk menyembahNya, mengandung nilai-nilai tauhid yaitu: tauhid uluhiyah, tauhid rububiyah, dan tauhid ubudiyah.

  Penelitian Siti Nur Rohmawati tentang nilai-nilai tauhid pada mata

  pelajaran sains di SDIT Hidayatulloh Balong Yogyakarta. Penelitian

  menunjukan bahwa, dengan menggunakan verifikasi untuk mengungkapkan hasil-hasil penelitian ilmiah yang menunjang dan membuktikan kebenaran- kebenaran ayat-ayat Al-Quran dan nilai-nilai tauhid yang terkandung didalamnya meliputi tauhid ulu hiyah, tauhid rububiyah, dan tauhid asma‟ wa sifat.

  Dari beberapa penelitian di atas, peneliti terinspirasi untuk meneliti tentang Sistem Pendidikan Tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal tahun ajaran 2016/2017, yang belum pernah diteliti. Dengan demikian masalah yang diangkat dalam penelitian ini merupakan penelitian yang memenuhi unsur peneltian terbaru.

G. Metode Penelitian 1.

  Jenis Penelitian Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Disebut kualitatif karena ditujukan untuk memahami fenomena- fenomena sosial dari sudut atau persepektif partisipan. Partisipan adalah orang-orang yang diajak berwawancara, diobservasi, diminta memberikan data, pendapat, pemikiran, persepsinya.

  Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan multi strategi. Strategi-strategi yang bersifat interaktif, seperti observasi langsung, wawancara mendalam, dokumen-dokumen, teknik-teknik pelengkap seperti foto, rekaman, dan lain-lain (Sukmadinata, 2012:94-95).

  2. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan, sedangkan instrumen pengumpulan data yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat-alat bantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian, namun berfungsi sebagai instrumen pendukung.

  Oleh karena itu, kehadiran peneliti secara langsung di lapangan sebagai tolok ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan atau sumber data lainnya di sini mutlak dilakukan. Peneliti mengadakan komunikasi dengan objek penelitian memakai bahasa Indonesia, yang memungkinkan komunikasi lebih akrab dan mudah dipahami sehingga akan terjalin baik antara peneliti dengan responden.

  3. Lokasi Penelitian Peneliti mengambil lokasi penelitian di Pondok Pesantren Darul

  Muttaqin dengan asuhan Bapak KH. Ahmad Fakhruri dengan alamat di Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal.

4. Sumber Data

  Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Data Primer

  Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung tentang sistem pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal tahun ajaran 2016/2017. Adapun sumber data langsung peneliti dapatkan dari pengasuh, asatidz, dan santri di pondok pesantren tersebut.

  b.

  Data Sekunder Data sekunder yaitu data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, dan notula rapat perkumpulan. Data ini bisa dapat berupa buletin, majalah, publikasi dari berbagai organisasi, hasil-hasil studi, hasil survei, studi historis dan sebagainya. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan para narasumber.

5. Teknik Pengumpulan Data a.

  Observasi Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan itu bisa berkenaan dengan cara guru mengajar, siswa belajar, kepala sekolah yang sedang memberikan pengarahan, personil bidang kepegawaian yang sedang rapat, dsb. Observasi dapat dilakukan secara partisipatif ataupun non partisipatif. Dalam observasi partisipatif (participatory observation) pengamat ikut sebagai peserta rapat atau peserta pelatihan. Sedangkan dalam observasi nonpartisipatif (nonparticipatory observation) pengamat tidak ikut dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan (Sukmadinata, 2012: 220).

  b.

  Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

  Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2005:186).

  Adapun teknik ini peneliti gunakan untuk mencari data tentang sistem pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal tahun ajaran 2016/2017. c.

  Dokumentasi Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto dan sebagainya. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehinga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Teknik ini penulis gunakan untuk memuat data atau gambar tentang sistem pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal tahun ajaran 2016/2017.

6. Analisis Data

  Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya.

  Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data , memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2005:247&248).

  Tahap-tahap penelitian (Moleong, 1988:63-69): a. Reduksi Data

  Reduksi data adalah identifikasi satuan yaitu bagian terkecil yang ditemukan dalam data yang memiliki makna apabila dikaitkan dengan fokus penelitian. Setelah itu langkah berikutnya adalah membuat coding atau pemberian kode pada setiap satuan agar ditelusuri setiap satuan berasal dari mana.

  b.

  Kategorisasi Kategorisasi adalah upaya memilah-milah satuan ke dalam bagian yang memiliki kesamaan. Kategori nama dikodekan dengan tabel.

  c.

  Interpretasi data Interpretasi data adalah menyusun dan merakit unsur yang ada dengan cara merumuskan hubungan baru antar unsur lama, mengadakan projeksi melewati yang ada dan berani bertanya.

H. Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan skripsi merupakan suatu cara menyusun dan mengolah hasil penelitian dari data-data serta bahan-bahan yang disusun menurut susunan tertentu, sehingga menghasilkan kerangka skripsi yang sistematis dan mudah dipahami. Adapun sistematika akan peneliti jelaskan sebagai berikut:

  Bab I Pendahuluan, pada bab ini berisi latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. Bab II membahas tentang kajian pustaka, pada bab ini berisi uraian berbagai pembahasan teori yang menjadi landasan teoritik penelitian yang berkaitan dengan variable penelitian yaitu tentang sistem pendidikan tauhid dan Pondok Pesantren. Diantara sub-sub yang akan di bahas dalam bab ini yaitu: pengertian sistem pendidikan pesantren, sistem pendidikan tauhid, dan faktor pendukung dan penghambat pendidikan.

  Bab III membahas tentang paparan data dan hasil temuan, pada bab ini dilaporkan hasil pengumpulan data yang berkaitan dengan gambaran umum objek penelitian yang meliputi profil Pesantren, serta bagaimana sistem pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqien. Bab IV membahas tentang pembahasan, pada bab ini berisi tentang pembahasan yang merupakan bagian yang menjelaskan temuan peneliti tentang sistem pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqien. Bab V membahas tentang penutup, ada bab ini menguraikan kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran.

  

BAB II

KAJIAN PUSTAKA Dalam bab II ini peneliti lebih fokus kepada pembahasan yang

  bersangkutan dengan sistem pendidikan tauhid. Dimana dalam bab ini peneliti mengutip dari teori-teori yang sesuai dengan sub-sub pembahasan penelitian.

  Diantara sub-sub pembahasan tersebut yaitu sistem pendidikan pesantren dan sistem pendidikan tauhid.

A. Sistem Pendidikan Pesantren 1.

  Sejarah Pesantren di Indonesia Pondok pesantren adalah gabungan dari pondok dan pesantren.

  Istilah pondok, mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab yang berarti rumah penginapan atau hotel. Akan tetapi di dalam pesantren Indonesia, khususnya pulau Jawa, lebih mirip dengan pemondokan dalam lingkungan padepokan, yaitu perumahan sederhana yang dipetak-petak dalam bentuk kamar-kamar yang merupakan asrama bagi santri.

  Pondok pesantren adalah salah satu bentuk lembaga pendidikan dan keagamaan yang ada di Indonesia. Secara lahiriah, pesantren pada umumnya merupakan suatu komplek bangunan yang terdiri dari rumah kiyai, masjid, pondok tempat tinggal para santri dan ruangan belajar (Nasir, 2005:80-81).

  Pesantren atau pondok adalah lembaga yang bisa dikatakan merupakan wujud proses wajar perkembangan sistem pendidikan nasional.

  Dari segi historis pesantren tidak hanya identik dengan makna keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian Indonesia, sebab lembaga yang serupa pesantren ini sebenarnya sudah ada sejak masa kekuasaan Hidu- Budha. Sehingga Islam tinggal meneruskan dan mengislamkan lembaga pendidikan yang sudah ada (Madjid, 1997:3).

  Secara umum pesantren dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni pesantren salaf atau pesantren tradisonal dan pesantren khalaf atau modern.

  Sebuah pesantren disebut pesantren salaf jika dalam kegiatan pendidikannya semata-mata berdasarkan pada pola-pola pengajaran klasik atau lama, yakni berupa pengajian kitab kuning dengan metode pembelajaran tradisional serta belum dikombinasikan dengan pola pendidikan modern. Sedangkan pesantren khalaf atau modern adalah pesantren yang di samping tetap dilestarikannya unsur-unsur utama pesantren, memasukan juga ke dalamnya unsur-unsur modern yang ditandai dengan sistem klasikal atau sekolah dan adanya materi ilmu-ilmu umum dalam muatan kurikulumnya. Pada pesantren ini sistem sekolah dan adanya ilmu-ilmu umum digabungkan dengan pola pendidikan pesantren klasik (Maksum, 2003:7-8).

  Pesantren adalah lembaga pendidikan asli Indonesia (indigenous) yang merupakan lembaga keagamaan. Beberapa peneliti berpendapat bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang merupakan kelanjutan dari tradisi Hindu-Budha (Madjid, 1993:3). Proses transformasi model pesantren, dari Hindu ke Islam berlangsung dalam model yang tidak jauh beda dari sebelumnya, hanya saja muatan pendidikan yang berubah. Model seperti adanya pimpinan kharismatik, tata asrama, gedung tempat ibadah, kelas-kelas untuk pembelajaran, disinyalir sama persis antara model pesantren setelah di-Islamkan dari sebelumnya.

2. Komponen-komponen Pesantren

  Dalam bukunya M. Bahri Ghazali (2003:17) mengajukan delapan komponen pondok pesantren yang melekat atas dirinya yang meliputi: pondok, masjid, pengajaran kitab-kitab klasik, santri dan kiyai, metode dan evaluasi.

  a.

  Masjid Masjid pada hakekatnya merupakan sentral kegiatan kaum muslimin baik dalam dimensi ukhrowi maupun duniawi dalam ajaran

  Islam, karena pengertian yang lebih luas dan maknawi masjid memberikan ciri-ciri sebagai kemampuan seorang abdi dalam mengabdi kepada Allah yang disimbolkan dengan adanya masjid (tempat sujud) (Ghazali, 2003:18).

  Di dunia pesantren masjid dijadikan ajang sentral kegiatan pendidikan Islam. Dalam konteks yang lebih jauh masjidlah yang menjadi pesantren pertama, tempat berlangsungnya proses belajar mengajar adalah masjid (Ghazali, 2003:19).

  b.

  Pondok Setiap pesantren pada umumnya mempunyai pondokan. Pondok dalam pesantren pada dasarnya merupakan dua kata yang sering penyebutannya tidak dipisahkan menjadi

  “pondok pesantren”, yang berarti keberadaan pondok dalam pesantren merupakan wadah penggemblengan, pembinaan dan pendidikan serta pengajaran ilmu pengetahuan (Ghazali, 2003:19-20).

  c. Kurikulum dan Materi Pembelajaran

  Kurikulum adalah rencana tertulis berisi ide dan gagasan yang dirumuskan oleh institusi pendidikan. Kurikulum dapat diartikan sebagai sebuah dokumen perencanaan yang berisi tujuan yang harus dicapai, isi materi, dan pengalaman belajar yang harus dilakukan peserta didik, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam kehidupan nyata. Komponen-komponen kurikulum saling berkaitan dan saling mempengaruhi, terdiri dari tujuan yang menjadi arah pendidikan, komponen pengalaman belajar, komponen strategi pencapaian tujuan, dan komponen evaluasi. Singkatnya kurikulum berfungsi sebagai pedoman yang memberikan arah dan tujuan pendidikan (Fahham, 2015:20-21.

  Secara umum, kurikulum pondok pesantren dapat dipilah menjadi dua, yakni kurikulum studi keagamaan dan kurikulum studi umum.

  Dalam pondok pesantren tradisional, ada pemisahan antara kurikulum pesantren dan kurikulum sekolah dan/atau madrasah. Kurikulum pesantren merupakan kurikulum khas pesantren berupa ilmu-ilmu keagamaan yang terdiri dari sembilan bidang ilmu, yakni: tauhid, fikih, ushul fikih, tafsir, hadits, tasawuf, nahwu/sharaf, dan akhlak serta sirah (sejarah) nabi. Sementara kurikulum sekolah merupakan kurikulum yang berasal dari kementrian pendidikan nasional, jika pesantren tersebut memiliki sekolah semisal SMP dan SMU. Selanjutnya jika pesantren memiliki madrasah semisal Tsanawiyah dan Aliyah, maka ia menggunakan kurikulum yang berasal dari Kementerian Agama.

  Sementara dalam pesantren modern, pada umumnya menggunakan kurikulum terpadu, yakni tidak memisahkan antara kurikulum pesantren yang berupa kurikulum studi keagamaan dan kurikulum sekolah/madrasah yang berupa studi umum.

  Untuk meningkatkan kemampuan santri di bidang-bidang tertentu, selain materi-materi agama, diajarkan juga materi keterampilan khusus yang disesuaikan dengan tujuan dan orientasi pesantren, seperti yang dilaksanakan Pesantren Gontor dengan materi muhadlarah (ceramah), bahasa Arab, dan Inggris (Fahham, 2015:21) .

  d.

  Kiyai Keberadaan kyai dalam pesantren sangat sentral sekali. Suatu lembaga pendidikan Islam disebut pesantren apabila memiliki tokoh sentral yang disebut kiyai. Jadi kiyai dalam dunia pesantren sebagai penggerak dalam mengemban dan mengembangkan pesantren sesuai dengan pola yang dikehendaki. Bahkan kyiai bukan hanya pemimpin pondok pesantren tetapi juga pemilik pondok pesantren (Ghazali, 2003:21). e.

  Santri (Peserta didik) Istilah santri hanya terdapat di pesantren sebagai perwujudan adanya peserta didik yang haus akan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seorang kiyai yang memimpin sebuah pesantren (Ghazali, 2003:22- 23).

  Dalam bukunya Jasa Ungguh Muliawan (2005:154-156) dikatakan bahwa, santri terdiri dari dua kelompok yaitu: 1)

  Santri mukim, yaitu murid-murid yang berasal dari daerah jauh dan menetap dalam pondok pesantren.