T1__BAB VI Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dari Ritual ke Pasar: Pergeseran Makna Saguer pada Masyarakat Halmahera Utara (Studi Kasus pada Masyarakat Desa Gossoma, Halmahera Utara) T1 BAB VI

BAB VI
MAKNA SAGUER DAN PERGESERANNYA DALAM MASYARAKAT
HALMAHERA UTARA

Pada bagian ini penulis membahas tentang makna Saguer dulu dan makna
Saguer sekarang serta melihat pergeserannya dalam Masyarakat Halmahera Utara.
6.1. Makna Saguer dalam Masyarakat Halmahera Utara
Makna Saguer dalam masyarakat Halmahera Utara adalah dari sisi makna
ritual dan makna ekonomi dari kedua makna Saguer ini proses pembentukan nilai
mulai terjadi. Nilai Saguer akan membentuk suatu Habitus masyarakat yang dapat
mendorong kegiatan masyarakat bagaimana tindakan sosial diterapkan melalui
Saguer. Cara berpikir dan bertanya dirancang untuk memahami asal usul struktur
sosial maupun disposisi habitus para agen yang tinggal didalamnya. Dengan
pendekatan teori ini maka teori yang diajukan dianalisis atas kehidupan praktis
penggunaan Saguer dan menawarkan kesanggupan untuk menunjukkan hubungan
saling mempengaruhi antara praktek ekonomi personal dengan dunia sejarah
Saguer dan praktek sosial secara eksternal. Dari runtutan sejarah yang kemudian
membentuk spirit makna melalui arena yang akhirnya membentuk habitus yang
bermuara ke praksis, maka terdapat manfaat sosial budaya dan ekonomi seperti
yang dikemukakan oleh Tokoh Adat Amant Tobelo, Bapak Yessayas Banari
sebagai berikut:


77

“Kalau saguer kan sebenarnya ada dua makna, yang pertama
makna sosial budaya yang kedua manfaat ekonomi. Kalau makna
sosial budaya kan yang seperti tadi saya bilang bahwa dengan
masih dipakainya Saguer itu sebagai minuman tradisionil di
berbagai acara maka itu meyakinkan sekali ke saya bahwa tradisi
orang Tobelo masih cukup kuat begitu. Yang kedua dari sisi
ekonomi, sebenarnya orang juga bisa mengusahakan itu sebagai
pekerjaan tambahan selain dia berusaha di bidang lain. Jadi kalau
di setiap dusun ada pohon Saguer jangan kasih biar begitu saja,
tapi dia kelola dia cari orang buat bikin itu supaya minuman itu
bisa menghasilkan uang untuk dia untuk keluarga .”

Dalam tindakan sosial yang terjadi pergeseran makna Saguer menjadi Cap
Tikus sehingga makna yang ada mulai bergeser dari makna ritual menjadi makna
ekonomi. Di dalam pergeseran makna yang terjadi terbentuk suatu interaksi
penghubung antara makna Saguer dulu dan makna Saguer sekarang. Dalam sisi
pergeseran makna tidak seluruhnya Saguer menjadi Cap Tikus, namun Saguer dan

Cap Tikus seperti dua sisi mata uang, keduanya memiliki dua makna yang sangat
berbeda. Sementara makna sesungguhnya dari minuman Saguer bagi masyarakat
diutarakan oleh Kepala Desa Gosoma, Bapak Daniel Rahayan:
“Budayanya itu Saguer juga dipakai sebagai simbol dari seorang
pengantin laki-laki pada saat acara-acara perkawinan. Jadi dia
kalau menurut kita juga menurut masyarakat Tobelo Saguer tu
hanya merupakan minuman ringan yang dipakai selalu dalam
upacara-upacara adat sebagai minuman utama nah itu. Bagi saya
makna Saguer seperti itu tapi saya melihat Saguer ada manfaat
ekonomi. Makna ekonomi ini dia bisa membantu dalam keluarga
kami. Itu saja. Selain itu karena dia berfungsi sebagai simbol dari
pengantin laki-laki itu.”

Budaya orang Halmahera Utara jika seorang pria hendak melamar wanita
pujaannya, dia beserta keluarganya akan membawa Saguer sebagai seserahan.

78

Saguer menjadi makna simbolik bagi perjuangan seorang laki-laki dalam mencari
nafkah. Proses mendapatkan Saguer dari mulai memanjat pohon seho, dan

mengolahnya dengan ketelitian tinggi menjadi simbol bahwa seorang anak lakilaki dianggap dewasa dan telah siap mengarungi bahtera rumah tangga. Para
distributor dan pedagang Saguer berpendapat bahwa Saguer sangat rutin
digunakan dalam kegiatan acara kebudayaan masyarakat Halmahera Utara.
Bapak Inu Koda sebagai penjual yang telah berpuluh-puluh tahun
mengedarkan Saguer di Halmahera Utara mengakui bahwa minuman Saguer
termasuk minuman ringan dan tidak memabukkan. Pesanan yang datang dari
konsumen rata-rata dalam kuantitas yang banyak mayoritas berasal dari kegiatan
adat kebudayaan. Fungsi Saguer dalam melengkapi setiap acara kebudayan di
Halmahera Utara menggambarkan bahwa Saguer masih lekat dengan habitus
masyarakat yang ada dan tetap berusaha dilestarikan.
Manfaat ekonomi begitu dirasakan oleh keluarga pembuat Saguer dalam
menunjang kehidupan sehari-hari keluarga mereka. Makna ekonomi inilah yang
paling mereka rasakan dikarenakan Saguer telah menjadi tumpuan kehidupan
sebagian besar para produsen. Dalam proses produksi ibu-ibu yang merupakan
istri dari petani Saguer biasanya terlihat membantu dalam hal pengolahan.
Sementara proses produksi lain seperti memanjat pohon, membersihkan batang
daun, mengangkat dan membawa air nira jarang dilakukan oleh perempuan
dikarenakan hal tersebut membutuhkan stamina yang tinggi dan pengalaman yang
umumnya hanya dimiliki oleh laki-laki di Halmahera Utara.
Hantaran Saguer merupakan ciri khas pernikahan di Halmahera Utara.

Hantaran Saguer diartikan sebagai simbol bahwa calon pengantin pria telah
mampu memberikan nafkah lahir batin pada sang calon pengantin wanita (Saguer
sebagai simbolisasi dari pihak pria sebagai bentuk tanggung jawab ke pihak
keluarga wanita). Interaksi sosial

ini menurut teori Bourdieu dibentuk oleh

identitas sosial secara objektif dari setiap elemen masyarkat Halmahera Utara.
Habitus dibentuk oleh masyarakat di dalam identitas sosialnya dalam hal ini
Saguer. Proses struktur sosial terbentuk dari pengalaman pribadi masyarakat yang

79

diwariskan secara turun temurun dari pengalaman pribadi dan interaksi sosial
membentuk pertukaran pengalaman.
Makna Saguer jika dilihat dalam aspek gender terlihat jelas pada acara
budaya Halmahera Utara yaitu Acara Maso Minta, dimana ketika calon mempelai
laki-laki akan melamar calon mempelai perempuan dengan membawa Saguer.
Saguer dijadikan bukti bahwa calon mempelai laki-laki sudah mandiri dan mampu
mengarungi bahtera rumah tangga. Saguer merupakan bukti bahwa calon

mempelai laki-laki sanggup membuktikan kepada calon mempelai perempuan
bahwa dia telah siap menikah. Proses produksi Saguer yang membutuhkan
keuletan, kesabaran serta kerja keras menjadikan makna simbolik Saguer ini
begitu dapat diterima olah keluarga mempelai perempuan.
6.2. Pergeseran Makna Saguer dalam Masyarakat Halmahera Utara
Dalam sub bab ini akan dijelaskan tiga hal tentang pergeseran makna
Saguer dalam masyarakat Halmahera Utara meliputi (1) pergeseran makna dalam
aspek penggunaan, (2) aspek produksi dan (3) aspek distribusi yang diuraikan
sebagai berikut:
6.2.1. Pergeseran Makna Penggunaan Saguer di Halmahera Utara
Ketua adat Amant Tobelo, Bapak Yessayas Banari meyakini bahwa
selama masyarakat menjunjung tinggi nilai-nilai budaya Halmahera Utara Saguer
akan tetap terjaga, seperti yang ia kemukakan.
“Iya itu pergeseran, tapi kalau dalam konteks Saguer dia
masih tetap ada. Karena Saguer itu sampai kapanpun dia tetap
Saguer kecuali dia mau rubah menjadi Cap Tikus dan
sebagainya itu baru banyak dampak secara psikologis tapi
kalau masih sebatas saguer kita kira sampai sekarang dia
masih aktif karena walaupun sudah perkembangan ini kota
dengan modernisasi tetapi nilai-nilai tradisinya itu orang

masih pegang.”

Tokoh Adat Amant Tobelo memang sangat mengharapkan bahwa Saguer
ini tetap menjadi budaya minuman kebanggan Masyarakat Halmahera Utara.

80

Beliau yang sejak remaja memang sangat akrab dengan kebudayaan Halmahera
Utara paham benar tentang makna filosofis Saguer sehingga sangat penting
baginya dan generasi penerus Halmahera Utara agar tetap memegang nilai-nilai
dan tradisi meski

arus modernisasi yang datang akan sangat sulit sekali

dibendung. Para pemuda Tobelo sangat memahami perbedaan antara Saguer dan
Cap Tikus. Pemuda Tobelo memang sangat akrab dengan minuman Saguer dan
Cap Tikus meskipun Cap Tikus memiliki kadar alkohol yang lebih besar,
Saguer diletakkan pada arena pertemuan adat dan Cap Tikus lebih ke
minuman keseharian. Dari hasil observasi di lapangan memang pemuda
Halmahera Utara lebih menyukai Cap Tikus dikarenakan efek dari Cap Tikus

lebih dapat membuat mereka bersemangat dan melepaskan penat untuk
bersenang-senang ketika berkumpul dengan teman-temannya.
Sebagian besar masyarakat Halmahera Utara memang mengharapkan
Saguer sebagai budaya tradisional tidak mengalami pergeseran makna, karena
meminum Saguer bagi Masyarakat Halmahera Utara berpangkal dari pelestarian
amanat leluhur dan sebagai pengukuhan nilai-nilai budaya yang berlaku turun
temurunsecara simbolik. Namun pada kenyataannya, Saguer mengalami
pergeseran makna kesakralannya dikarenakan pelestarian kebudayaan tersebut
hanya semata sebatas meneruskan tradisi. Sebagian masyarakat masih berfikir
bahwa selama perubahan itu baik dan menguntungkan secara ekonomi, maka
tidak menjadi masalah jika budaya yang dimiliki mengalami pergeseran makna.
Pergeseran makna Saguer ini sebenarnya telah dipahami benar oleh
konsumen. Mereka menkonsumsi Cap Tikus karena keberadaannya memang
kurang dikontrol oleh pemerintah seperti diungkapkan oleh Har Dombo, seorang
pemuda Halmahera Utara sebagai berikut:
“Dari pemerintah mereka tidak ada sosialisasi, tapi yang terjadi
orang sudah memanfaatkan Saguer sebagai manfaat ekonomi dan
orang merubah menjadi produk Cap Tikus. Kalau generasi
sekarang kan lebih minum Cap Tikus kan lalu menimbulkan


konflik, ketika mereka mabuk.”

81

Dari pernyataan Har Dombo dapat digambarkan bahwa motivasi
konsumen banyak menggunakan Cap Tikus salah satu faktor terbesarnya karena
adanya kesempatan yang luas. Peredaran Cap Tikus di Halmahera Utara menjadi
sangat bebas dan mudah ditemukan, sehingga dampak dari alkohol tinggi Cap
Tikus sulit dikendalikan. Dalam teori Bourdieu tentang perubahan sosial,
pergeseran sosial makna penggunaan Saguer menjadi Cap Tikus didasarkan
bahwa masyarakat tidak menempatkan habitus dan modal dalam arena konsumsi
yang tepat. Alih-alih ingin melestarikan dalam konsumsi keseharian dari
melimpahnya hasil dari pohon seho, namun mereka tidak dapat melakukan seleksi
terhadap produk yang berdampak negatif seperti Cap Tikus. Meskipun terdapat
pergeseran dari penggunaan Cap Tikus di masyarakat, kepala desa Gosoma
sebagai wakil dari pemerintahan, yaitu Bapak Daniel Rahayan mengungkapkan
bahwa pihaknya tetap selalu berupaya melestarikan minuman Saguer dan
mempertahannya:
“Saya mendukung Saguer karena tidak punya dampak karena
Saguer digunakan dalam acara adat. Saya mendukung kalau

Saguer ini dipertahankan. Kalau Saguer ini diproduksi menjadi
Cap Tikus ini kan berdampak besar bisa mengganggu lingkungan
sekitar Desa Gosoma. Saguer tidak punya dampak karena
dikontrol oleh tokoh-tokoh adat, tokoh-tokoh budaya, tokoh-tokoh
masyarakat.”

Menurut bapak Daniel Rahayan sebagai kepal desa, acara adat di
Halmahera Utara dapat menjadi ajang pendidikan bagi generasi muda dalam
memahami keberadaan Saguer dan keberadaan Cap Tikus. Dampak dari konsumsi
Cap Tikus dikhawatirkan dapat mengganggu ketenteraman dan ketertiban
lingkungan di masyarakat, sedangkan Saguer selalu berupaya dikontrol dan
diawasi selalu keberadaannya oleh berbagai komponen tetua masyarakat di
Halmahera Utara. Ketua Adat Amant Tobelo, Bapak Yessayas Banari
memberikan informasi bahwa masih terdapat pandangan semu masyarakat antara
keberdaan Saguer dan Cap Tikus:

82

“Yang punya dampak yaitu dimana orang memproduksi Cap Tikus.
Nah Cap Tikus ini menimbulkan dampak. Dampak seperti anak

SMP anak SMA ada orang sudah minum Cap Tikus produksi
kadarnya tinggi dibandingkan Saguer nah ketika mereka minum
Cap Tikus ini bisa menimbulkan konflik antara anak remaja dan ini
juga akan merusak masa depan generasi yang baru yang sekarang.
Kalau saya melihat Saguer tidak punya dampak dia punya nilai
budaya, nilai kebersamaan, nilai membangun. Jika ada acara
perkawinan orang butuh Saguer .”

Menurut Ketua Adat Amant Tobelo, Saguer sering dipandang juga
mengandung alkohol tinggi, memabukan serta memberikan dampak buruk bagi
masyarakat. Pandangan ini sering didapati oleh masyarakat yang berada di luar
wilayah Maluku. Bapak Yessayas Banari menekankan bahwa yang memiliki
dampak buruk adalah Cap Tikus, bukan Saguer. Saguer meskipun mengandung
alkohol, namun cara produksinya sangat baik dan dihasilkan dari fermentasi
alami. Perbedaan ini yang perlu diketahui oleh kalangan masyarakat luas akan
keberadaan dua minuman ini di Maluku. Tokoh masyarakat Halmahera Utara,
Bapak Tomy Panyi tidak menampik bahwa banyak produsen di hutan memang
telah banyak yang memproduksi Cap Tikus.

“Orang minum Saguer untuk membangkitkan semangat kerja

mereka. Ah jangan asal ketika orang yang membuat Saguer yang
di tempat-tempat pembuat Saguer yang di hutan sana mereka
sudah berpikir filosofinya sudah makna ekonomi dan mereka
memproduksi menjadi Cap Tikus.”

Di sinilah peran tokoh masyarakat untuk melakukan kontrol peredaran,
menilai dampak negatif Cap Tikus dan mengambil kebijakan strategis untuk
mengurangi pergeseran makna Saguer dalam masyarakat Halmahera Utara sangat
diperlukan. Tokoh masyarakat di Halmahera Utara memang telah mengetahui

83

benar bahwa makna dulu dan makna sekarang Saguer dalam penggunaannya
memang sudah sangat berbeda.
6.2.2. Pergeseran Makna Produksi Saguer di Halmahera Utara
Tokoh Agama Halmahera Utara Mina Rahayan sangat mengkhawatirkan
jika masyarakat di luar Halmahera Utara justru lebih mengenal Cap Tikus
daripada Saguer sebagai asal minuman daerah ini, seperti yang ia katakan.
“Ya pohon Saguer ini pohon aren ini sebenarnya sebagai bahan
pembuat minuman keras dalam bahasa orang maluku minuman ini
bernama Cap Tikus. Jadi minuman ini sebagai minuman adat
istiadat, artinya tiap-tiap masyarakat untuk perkembangannya
Saguer ini tetap digunakan sebagai bahan pembuat minuman keras
yang imbasnya minuman keras ini menjadi ikon karena minuman
ini menjadi salah satu aturan adat istiadat orang Maluku
khususnya di daerah Maluku Utara, khusunya lagi di Halmahera
Utara .”

Sebagai
mengkhawatirkan

tokoh

agama

bahwa

Bapak

konsumsi

Mina

Cap

Rahayan

Tikus

akan

memang
berdampak

sangat
pada

penyimpangan norma dan nilai-nilai agama. Terlebih lagi jika terjadi seperti
kerusuhan dan tawuran antar warga yang notabene memang di Wilayah
Halmahera Utara tinggal berbagai etnis dan agama yang beragam.
Ketika minuman Cap Tikus yang beralkohol tinggi, memabukan serta
dapat mengundang ketidaktenteraman sosial masyarakat namun memiliki nilai
jual yang relatif lebih menguntungkan dibanding Saguer, maka beberapa produsen
lebih suka mengolah Saguer menjadi Cap Tikus. Alasan yang hampir sama dapat
dilihat dari observasi produsen bahwa Bapak Hery Moro mengambil manfaat dari
pergeseran makna Saguer menjadi Cap Tikus. Keuntungan ekonomis memang
dimanfaatkan oleh produsen dalam membuat minuman turunan Saguer tanpa
mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan oleh konsumen. Tokoh masyarakat
Tobelo Bapak Tomy Panyi menambahkan bahwa hampir sebagian besar produk
hulu Saguer lebih diutamakan untuk produksi Cap Tikus.

84

“Jadi satu dia memiliki nilai historis sejarah yang kedua dia
memiliki nilai kebudayaan nilai tradisi. Dari tanggapan saya
barangkali untuk di Desa Gosoma kan tidak tahu persis berapa
jumlah mungkin yang membuat itu tapi kebanyakan kan produk itu
kan dibuat menjadi Cap Tikus iya to. Hanya sebagian kecil yang
dikelola ke produk yang lain misalnya gula merah dan seterusnya .”

Sebenarnya banyak produk yang bisa diolah dari Saguer selain Cap Tikus
seperti kecap dan gula merah, namun memang diakui oleh Bapak Tomy Panyi
bahwa Cap Tikus lebih dipilih oleh produsen Saguer dikarenakan penjualannya
yang cepat serta banyak peminatnya. Pergeseran makna dalam penggunaan
Saguer menjadi Cap Tikus dalam aspek produksi sebenarnya telah disadari pula
oleh produsen.
Jika dikaitkan dengan teori Bourdieu, Cap Tikus merupakan suatu proses
penciptaan ulang dominasi sosial yang telah ada sebelumnya (Saguer). Pergeseran
makna ini menurut Bourdieu bahwa yang terpenting bukanlah apa yang
ternyatakan (eksplisit) baik dalam ajaran maupun aturan moral, melainkan apa
yang tidak ternyatakan (implisit) yang hanya dapat dilihat dalam perilaku seharihari. Sehingga sangat diperlukan kesadaran yang tinggi bagi setiap produsen
dalam mengatur jumlah produksi Cap Tikus yang memang dapat dikhawatirkan
menimbulkan dampak negatif.
6.2.3. Pergeseran Makna Distribusi Saguer di Halmahera Utara
Dalam perayaan adat orang Halmahera Utara, terkadang Saguer dan Cap
Tikus dikonsumsi bersamaan, sehingga hal ini menjadi kesulitan tersendiri dalam
melakukan kontrol dan pengarahannya. Bapak Inu Koda seorang penjual Saguer
dan Cap Tikus mengaku memang ketika ada perayaan bukan hanya Saguer yang
dipesan, namun juga Cap Tikus.
“Iya budaya Tobelo tiap hari kan pasti pakai itu, orang-orang kaya
itu juga masih pakai Saguer dan Cap Tikus nah itu. Jadi polisi
kemarin kan paling cuma dong ambil Saguer sama Cap Tikus.

85

Kalau misalnya pemuka semaso selap manusia ada seribu orang
pakai itu gimana .”

Bapak Inu Koda sebagai produsen dengan latar belakang ekonomi
menengah sebagai petani di Desa Gosoma memang tidak dapat menolak
permintaan pasar akan Cap Tikus. Beliau memiliki istri dan anak yang masih
sekolah yang setiap hari membutuhkan dana operasional sehingga jika hanya
menjual Saguer maka akan sangat kesulitan beliau memenuhi kebutuhan seharihari.
Seperti yang dikatakan oleh Bapak Inu Koda bahwa setiap hari orang
Tobelo memang mengkonsumsi Saguer dan Cap Tikus. Pernah Suatu ketika
aparat kepolisian mengadakan operasi cipta kondisi yang menyita semua
minuman, padahal terdapat minuman Saguer yang memang sudah menjadi
budaya. Namun dalam segi ekonomi Cap Tikus lebih menguntungkan
dibandingkan Saguer, seperti diutarakan oleh penjual Cap Tikus, Bapak Inu Koda:
“Itu satu botol Saguer kira-kira 6 ribu, kalau sudah berubah jadi
Cap Tikus itu kira-kira harganya itu sudah 15 ribu. Kebanyakan
orang datang untuk beli Cap Tikus, karena Cap Tikus ini kadarnya
lebih tinggi dan orang gunakan lebih Cap Tikus daripada orang
beli Saguer, itu.”

Keuntungan dari penjualan Cap Tikus dapat mencapai dua kali lipat dari
Saguer dan konsumen sendiri lebih puas menkonsumsi Cap Tikus daripada
Saguer. Menurut Bourdieu permainan dalam ruang sosial seperti pergeseran
makna Saguer menjadi Cap Tikus dalam hal ini dipengaruhi oleh agen distributor
yang tetap memelihara posisi mereka sebagai penyalur Cap Tikus. Para distributor
mempertaruhkan akumulasi modal dalam ranah baik melalui proses dan produk
Cap Tikus dalam ranah. Posisi pelaku distribusi Cap Tikus dalam arena sosial
Saguer dapat ditentukan oleh jumlah dan bobot modal relatif, salah satunya hal ini
dapat dilihat dari semakin berkurangnya ketersediaan pohon seho. Sehingga
produsen dari hulu memang telah lebih banyak memproduksi Cap Tikus
dibanding Saguer, distributor hanya sebagai penyalur produk. Isu tentang

86

pergeseran makna Saguer menjadi Cap Tikus di Halmahera Utara telah beredar ke
luar Kabupaten, bahkan daerah Halmahera Utara mulai dikenal dengan kapasitas
produksi Cap Tikus yang besar hingga para distributor mulai menjualnya ke
pulau-pulau lain.
Cap Tikus dibawa dari Pelabuhan Tobelo ke Pelabuhan Laut Ahmad Yani
di Kota Ternate menggunakan kapal Pelni. Dari data Kepolisian Resor Halmahera
Utara, pedagang yang terbukti mengedarkan Cap Tikus dalam kapasitas besar,
hanya disita dan diberikan pembinaan serta masuk kategori Tindak Pidana Ringan
(Tipiring), namun penjualan Cap Tikus masih tetap berlangsung hingga sekarang,
hal ini dikarenakan terus bertambahnya permintaan dari konsumen dan penyalur.
Bourdieu dengan teori dominasi simboliknya menjelaskan bahwa bagaimana
kelompok-kelompok masyarakat tertekan yang umumnya kategori ekonomi
rendah (kelompok sublatern) pada akhirnya memeluk budaya dominan dan
mengabaikan budaya mereka sendiri. Keinginan masyarakat di Halmahera Utara
untuk dapat menkonsumsi minuman yang memuaskan namun dengan harga yang
relatif rendah membuat mereka beralih ke Cap Tikus sehingga menjadikan
masyarakat seakan melupakan budaya asli yaitu Saguer. Dalam bahasa lain
Bourdieu (1990) mengungkapkan tentang nilai cultural capital atau modal
budaya. Pergeseran makna Saguer tidak lain adalah karena stratifikasi atau
tingkatan sosial diantara masing-masing masyarakat saling mempengaruhi.
Pengaruh tersebut merupakan kegiatan penerimaan transmisi pengetahuan dari
kelas dominan ke kelas minoritas pengetahuan. Masyarakat yang semakin sedikit
memahami tentang nilai-nilai budaya yang terkandung dalam Saguer sangat
rentan dalam pengaruh pergeseran Cap Tikus.

87