ANALISIS METODE DAN KONSEP PEMBIAYAAN MU (2)

1

ANALISIS METODE DAN KONSEP PEMBIAYAAN MURABAHAH
BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH HASANAH PEKANBARU
MOHD WINARIO
Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Iqra Annisa Pekanbaru
Jl. Riau Ujung No. 73 Pekanbaru-Riau 28282
Website: www.stei-iqra-annisa.ac.id/Email: stei_pekanbaru@yahoo.com
HP. 085264528808 e-mail: mohd_winario@yahoo.com

ABSTRACT
This study was conducted in BPRS Hasanahmetode sampling of this
research by using snowball sampling, by interview, observation and
documentation. This study used qualitative descriptive analysis. Results of this
study can be concluded that the method of determination of the margin
determination method of financing murabaha margin SRB Harikusumo
Pekanbaru using a tiered system of each year a percentage of the principal
financing murabahahnya . Determination margin still take into account the BI
Rate and see the margin applicable in the other bank.
Murabaha financing the implementation of the system at the bank could
start from the administrative requirements, collateral requirements, financing

requirements, ceiling financing, financing period, and fees charged to customers.
In determining the margin murabaha financing still using the inflation rate per
year. The higher the BI rate, the higher the margins taken by banks from
customers.
Keyword: Methods, Determination of Margin Financing Murabaha
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan di BPRS Hasanah, metode pengambilan
sampel penelitian ini dengan menggunakan snowball sampling, dengan cara
interview, observasi dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan analisis
deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Metode
penetapan margin metode penetapan margin pembiayaan murabahah BPRS
Hasanah Pekanbaru menggunakan sistem persentase berjenjang dari tiap tahunnya
dari pokok pembiayaan murabahahnya. Penetapan margin masih
memperhitungkan BI Rate dan melihat margin yang berlaku di Bank lain.
Sistem pelaksanaan pembiayaan murabahah pada bank bisa mulai dari
syarat administrasi, syarat jaminan, syarat pembiayaan, plafond pembiayaan,
jangka waktu pembiayaan, dan biaya yang dibebankan kepada nasabah. Dalam
penetapan margin pembiayaan murabahah masih menggunakan tingkat inflasi pertahunnya. Semakin tinggi BI rate, maka semakin tinggi pula margin yang diambil
oleh bank dari nasabahnya.
Kata Kunci: Metode, Penetapan Margin, Pembiayaan Murabahah


2

A. PENDAHULUAN
Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin (rahmat seluruh alam),
tidak hanya diperuntukkan untuk manusia, juga diperuntukkan untuk hewan,
tumbuhan dan lingkungan, tidak hanya masalah agama, juga masalah politik,
sosial, budaya, hukum, gender, hak asasi manusia, pertahanan dan keamanan,
juga masalah ekonomi. Untuk masalah pencatatan, ekonomi seperti perbankan
juga diatur oleh islam.
Melihat Dewasa ini, salah satu tanda kebangkitan Islam adalah lahirnya
lembaga-lembaga keuangan Islam. Di antara lembaga keuangan Islam yang
lahir adalah Perbankan Islam (Islamic Banking). Sejak pertengahan 1970-an,
perbankan Islam telah meluas dan sudah beroperasi lebih dari 70 negara
meliputi sebagian besar dunia muslim. Pada tahun 1997 aset total bank-bank
yang melaporkan data keuangannya ke Internastional Association of Islamic
Banks (IAIB) sebanyak 176 bank adalah US $ 148 milyar. 1 Berdasarkan
beberapa estimasi tertentu (yang mungkin terlalu optimis) lebih dari setengah
simpanan tabungan dunia Islam di masa mendatang akan dikelola oleh
institusi-institusi keuangan Islam.2

Di Indonesia, gagasan untuk mendirikan bank syariah sebenarnya sudah
muncul sejak pertengahan tahun 1970-an, namun belum terealisasi.Pada
akhirnya gagasan tersebut muncul lagi pada tahun 1988, dan pada tahun 1991
ditanda tanganilah akte pendirian PT. Bank Mu’amalat Indonesia3. Dan setelah
itu, lahirlah bermacam-macam lembaga keuangan syariah baik berbentuk bank
maupun non bank seperti BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah), BMT
(Baitul Mal Watamwil), Kopsyah (Koperasi Syariah), KJKS (Kopersi Jasa
Keuangan Syariah), Pegadaian Syariah, Asuransi Syariah, Leasing Syariah dan
lain-lain dan bahkan bank-bank yang menggunakan sistem bunga pun meng-

1

Latifa M. Al-Gaoud dan Mervyn K. Lewis, Perbankan Syariah Prinsip Praktek Prospek
terj. Burhan Wira Subrata, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2004), hlm. 23-24.
2
Ibrahim Warde, Islamic Finance Keuangan Islam Dalam Perekonomian Global terj.
Andriyadi Ramli, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 1.
3
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi,
(Yogyakarta: Ekonisia, 2004), hlm. 31.


3

invansi-kan sayapnya membuka cabang syariah atau Unit Usaha Syariah

(UUS). Bahkan ada yang langsung langsung menjadi Bank Umum Syariah.
Pada perbankan syariah banyak sekali akad-akad berdasarkan akad
syariah, diantaranya funding (Penghimpunan Dana), financing (Penyaluran
Dana), dan Fee Based Service (Multijasa Perbankan). Funding diantaranya
Wadi’ah dan Mudharabah, Financing yang berbentuk jual beli; Murabahah,
Salam, Istishna, yang berbentuk bagi hasil; mudharabah, musyarakah, dan yang
berbentuk sewa menyewa; ijarah. Sedangkan yang berbentuk fee based
services; hiwalah, rahn, Kafalah, sharf, serta transaksi kartu kredit syariah.
Dan pada perbankan syariah, baik itu bank umum maupun BPRS dalam
akad pembiayaan/penyaluran dana tidak akan terlepas dari akan jual beli atau
murabahah. Bahkan akad murabahah menempati urutan yang terbesar dalam
penyaluran dananya ke nasabah. Selain mudah diterapkan baik bagi pihak bank
maupun nasabahnya.
Jual beli ini dibagi oleh para fuqaha’ ke dalam beberapa pembagian,
adapun berdasarkan pada cara penetapan harga produk jual beli tersebut dibagi

kepada tiga macam yaitu: musawamah, muzayadah dan amanah. Jual beli
amanah dibagi lagi kepada tiga macam yaitu murabahah, tauliyah dan
wadh’iyah. Dengan demikian, pembiayaan murabahah sesungguhnya adalah
salah satu bentuk jual beli.
Namun demikian, kemunculan lembaga-lembaga keuangan syariah hari
ini khusus di Indonesia tidak didukung penuh oleh umat Islam. Di antara alasan
yang banyak dilontarkan adalah keserupaan sistem Bank Syariah tersebut
dengan bank konvensional yang menerapkan sistem bunga. Di antara produk
bank yang dianggap serupa oleh masyarakat adalah pembiayaan Murabahah.
Adapun kritik pokok terhadap pembiayaan ini adalah dengan resiko yang
rendah dan bersifat jangka pendek, bank Islam tidak berhasil memenuhi misi
utama perbankan Islam yaitu Profit and Loss Sharing (PLS). Resiko yang
dijalani oleh bank sangat minim dan margin telah ditentukan di awal. Terlebih
lagi, asset pembelian dijadikan sebagai garansi dan bank juga bisa meminta
nasabahnya untuk memberikan suatu jaminan tertentu. Kombinasi dari

4

keuntungan tetap dan jaminan memastikan bahwa resiko yang ditanggung oleh
bank adalah sangat kecil.

Skema yang digunakan meniru perbankan konvensional dengan
menyamarkan keuntungan melalui permainan kata-kata atau hiyal (tipu
muslihat) lainnya.
Melihat alasan yang disampaikan oleh masyarakat, seolah-olah kita
mendengar ucapan orang-orang kafir di masa turunnya ayat penghalalan jual
beli dan pengharaman riba.Mereka mengatakan, “Sesungguhnya jual beli itu
adalah seperti riba”.
Padahal murabahah adalah salah satu bentuk dari akad jual beli yang
telah disahkan oleh Islam dan telah dipraktekkan sejak lama, dan tidak ada
seorang ulama pun yang mengingkari keabsahannya. Namun, pada zaman dulu
praktek akad murabahah masih dilakukan oleh seorang pembeli kepada
seorang penjual. Sedangkan pada saat ini, akad murabahah berimplementasi
antara seorang nasabah dengan Bank dan bahkan melibatkan pihak ketiga
(supplier/penyedia) karena bank tidak memiliki barang, sehingga terjadi
beberapa akad dan wa'ad (janji) sebelum akad murabahah tersebut terlaksana
yang dalam istilah para ulama kontemporer disebut dengan murabahah
murakkabah.
Dalam konotasi islam, murabahah pada dasarnya berarti penjualan. Satu
hal yang membedakannya dengan cara penjualan yang lain adalah bahwa
penjual dalam model murabahah secara jelas memberi tahu kepada pembeli

berapa nilai pokok barang tersebut dan berapa besar keuntungan yang
dibebankannya pada nilai tersebut. Keuntungan bisa berupa lump sum atau
berdasarkan persentase.4
Dalam penentuan margin murabahah dari setiap bank, bank mempunyai
cara tersendiri, dan relatif tidak ada yang sama antara bank satu dengan bank
yang lain. Melihat kondisi ini penulis mencoba untuk menganalisis, dan seperti
kita ketahui bahwa riau memiliki bank syariah sudah relatif sangat banyak,
4

Adrian Sutedi, Perbankan Syariah: Tinjauan Dan Beberapa Segi Hukum (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2009), Cet. 1, Hlm. 95.

5

diantaranya: Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah,
BRI Syariah, Bank Permata Syariah, Bank Mega Syariah, Bank Riau Syariah,
dan lain, lain. Sedangkan untuk BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah) di
Riau hanya terdapat dua bank, yaitu BPRS Hasanah Pekanbaru dan BPRS
Berkah Dana Fadhlillah Air Tiris. Untuk mempermudah dalam penelitian ini,
penulis mengambil satu bentuk BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah),

dalam hal ini adalah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Hasanah Hasanah.
Selain berdiri sendiri di pekanbaru, kebijakannya sudah berada di pusatnya
yaitu BPRS di pekanbaru.
Adapun omzet PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Hasanah
Pekanbaru dapat dilihat dari tabel 1.1 di bawah ini:
Tabel 1.1
Omzet PT. BPRS Hasanah Pekanbaru
Outstanding Piutang Marjin Piutang Murabahah
Murabahah
Yang Ditangguhkan
2009
6.034.373.000
1.795.437.000
2010
7.503.576.000
2.321.892.000
2011
5.822.244.000
1.776.608.000
2012

6.601.180.910
1.977.043.000
2013
9.439.998.000
2.862.426.000
Sumber: BPRS Hasanah Pekanbaru
Tahun

Selanjutnya PT. BPRS Hasanah menentukan margin pembiayaan
murabahah

untuk individu sebesar 1.6 % Perbulan, jadi selama 1 tahun

nasabah dikenakan margin sebesar 19.20 %. Sedangkan untuk Instansi atau
lembaga yang melakukan kerjasama dengan PT. BPRS Hasanah nasabah
dikenakan 1.5% Perbulan atau 18% Pertahunnya.5
Dalam hal ini PT. BPRS Hasanah Pekanbaru telah melakukan
kerjasama dengan berbagai instansi diantaranya dengan Sekolah Tinggi
Ekonomi Islam Iqra Annisa Pekanbaru. Setelah diadakannya kerjasama margin
perbulan yang dikenakan PT. BPRS Hasanah dikenakan 1.5 % per-bulan atau

18% per-tahun dan berlaku seterusnya.

5

Wawancara dengan Bpk. Edwin Hendra Kepala Bagian Pembiayaan PT. BPRS Hasanah
Pekanbaru, Pada hari Senin tanggal 14 April 2014 Pukul 15.00 di PT. BPRS Hasanah Pekanbaru.

6

Adapun simulasi atau ilustrasi pembiayaan yang dilakukan oleh PT.
BPRS Hasanah dapat dilihat seperti tabel berikut ini:
Tabel 1.2.
Ilusatrasi/Simulasi Angsuran Pembiayaan Murabahah PT. BPRS Hasanah
Pekanbaru
No

Plafond

1
2

3
4
5
6
7
8
9
10

16.000.000
17.000.000
18.000.000
19.000.000
20.000.000
21.000.000
22.000.000
23.000.000
24.000.000
25.000.000

6
2.874.667
3.054.333
3.234.000
3.413.667
3.593.333
3.593.333
3.952.667
4.312.333
4.312.000
4.491.667

12
1.541.333
1.637.667
1.734.000
1.830.333
1.926.667
2.023.000
2.119.333
2.215.667
2.312.000
2.408.333

Jangka Waktu - Bulan
18
24
30
1.096.889 874.667
741.333
1.165.444 929.333
787.667
1.234.000 984.000
834.000
1.302.556 1.038.667 880.333
1.371.111 1.093.333 926.667
1.439.667 1.148.000 973.000
1.508.222 1.202.667 1.019.333
1.576.778 1.257.333 1.065.667
1.645.333 1.312.000 1.112.000
1.713.889 1.366.667 1.158.333

36
652.444
693.222
734.000
774.778
815.556
856.333
897.111
937.889
978.667
1.019.444

Sumber: BPRS Hasanah Pekanbaru

Dan berdasarkan latar belakang tersebut, penulis ingin melakukan
penelitian terhadap metode penentuan margin pembiayaan murabahah pada
BPRS yang dalam penelitian penulis memilih BPRS Hasanah Pekanbaru
dengan judul “Analisis Metode Dan Konsep Pembiayaan Murabahah Pada
BPRS Hasanah Pekanbaru”.
Berdasarkan uraian latar belakang dan batasan masalah di atas, penulis
merumuskan adalah: Bagaimanakah konsep penentuan margin murabahah
pembiayaan murabahah

yang diterapkan BPRS Hasanah Pekanbaru? Dan

bagaimanakah analisis Metode Pembiayaan Murabaha BPRS Hasanah Pekanbaru?

B. KAJIAN TEORITIS
1. Margin
Menurut informasi dari redaksi@tazkiaonline.com Pengertian
margin adalah sebagai berikut:6

6

Redaksi@tazkiaonline.com (17 Desember 2009)

7

Margin adalah kenaikan bersih dari aset bersih sebagai akibat dari

me-megang aset yang mengalami pening-katan nilai selama periode yang
dipilih oleh pernyataan pendapatan. Keuntun-gan juga bisa diperoleh dari
peminda-han saling tergantung insidental yang sah dan yang tidak saling
tergantung, kecuali transfer yang tidak saling ter-gantung dengan pemegang
saham, atau pemegang- pemegang rekening investasi tak terbatas dan yang
setara dengannya.
Pengertian margin berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia
Pusat Bahasa adalah sebagai berikut:7
Margin adalah laba kotor atau tingkat selisih antara biaya produksi

dan harga jual di pasar.
Profit margin adalah presentase spread yang ditetapkan pada
kebijakan pricing pinjaman yang terutama ditujukan untuk memperoleh
ROA (Return on asssets) yang ditargetkan. Cost to service merupakan
persentaase yang dibebankan atas biaya yang dikeluarkan penghimpunan
dana di luar bunga dan administrasi rekening dana dan pinjaman. Credit
premium adalah penambahan persentasi evaluasi risiko industri dan usaha.
Cost of fund adalah komponen utama kebijakan pricing yang dihitung atas
dasar hasil murni suku bunga dana dengan mempertimbangkan aspek dana
yang dipinjamkan.8
Berdasarkan definisi diatas dapat disim-pulkan bahwa margin adalah
tingkat selisih atau kenaikan nilai dari aset yang mengalami peningkatan
nilai dari biaya produksi dan harga jual.

2. Pengertian Bank
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk Simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

7

Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (2008:879)
Bambang Djinarto, Banking Asset Liability Management” Perencanaan, Strategi,
Pengawasan dan Pengelolaan Dana, Jakarta, 2000, hlm 45-56.
8

8

bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat.9
Bank

Umum

Syariah

adalah

Bank

Syariah

yang

dalam

kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.10
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah Bank Syariah
yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.11

3. Murabahah
Murabahah

(‫)م ابحة‬

secara

bahasa

bermakna

pemberian

keuntungan.Kata Murabahah (‫ )م ابحة‬merupakan salah satu contoh dari
wazan ‫مفاعلة‬, yang berasal dari kata ‫ال بح‬.‫ ال بح‬maknanya adalah

‫ال ماء في الت‬

12

(pertumbuhan dalam perdagangan). maka bagi orang Arab seseorang itu
dianggap untung kalau aset dagangannya tumbuh/bertambah, hal ini senada
dengan ayat Al-qur'an;
           

Artinya: “Mereka Itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk,
Maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka
mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 16).

Ketika

disebutkan

pembayaran

produk

ini

adalah

dengan

caramurabahah dimana setiap sepuluh dirham diambil keuntungan satu
dirham atau ketika seseorang berkata saya menjualnya dengan cara
murabahah maka orang tersebut harus menyebutkan keuntungan yang dia

ambil. Oleh sebab itu, dalam akad murabahah penyebutan jumlah
keuntungan yang diambil oleh penjual adalah sebuah kemestian.

9

Undang-undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Pasal 1

Ayat 2.
10

Undang-undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Pasal 1

11

Undang-undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Pasal 1

Ayat 2.
Ayat 9.
12

Ibnu Manzhur, Lisanul Arab, (Beirut : Darul Kutub Al-Ilmiyah, 2005), hlm. 223.

9

Walaupun murabahah berwazan mufa’alah, tetapi tidak bermakna
saling

menguntungkan

karena

dalam

murabahah

yang

mendapat

keuntungan hanya penjual, tetapi murabahah disini bermakna memberikan
keuntungan ( ‫)إربا‬.13
Adapun murabahah secara istilah yaitu jual beli barang dengan
harga perolehan ditambah dengan keuntungan yang ditentukan.Ini adalah
makna yang disepakati oleh para fuqaha’ walaupun mereka berbeda dalam
ungkapan lafadz.14
Dalam kitab Al-Hidayah disebutkan bahwa definisi murabahah
adalah perpindahan sesuatu yang dimiliki dengan akad yang pertama dan
harga

yang

pertama

ditambah

dengan

keuntungan.

15

Al-Kasani

mendefinisikan murabahah yaitu jual beli dengan harga pembelian pertama
ditambah keuntungan.16Dalam kitab Al-Mughny, definisi murabahah adalah
jual beli dengan modal ditambah keuntungan.17
Dalam kitab Al-Majmu’ disebutkan bahwa murabahah adalah akad
yang didasarkan pada harga yaitu harga pertama ditambah keuntungan
misalnya seseorang membeli sebuah barang dengan harga Rp. 100,00
kemudian dia berkata kepada orang lain saya menjual barang ini kepadamu
dengan harga pembelianku ditambah keuntungan 18 . Ulama Malikiyah
mendefinisikan

murabahah

yaitu

penjual

memberitahukan

harga

pembeliannya dan mengambil keuntungan dari harga tersebut baik secara
umum seperti keuntungan satu dinar, terperinci seperti setiap satu dinar beri
keuntungan satu dirham atau dengan ukuran sepersepuluh19.

13

Al-Khursyi, Syarh Al-Muhaqqiq Al-Jihbidz Al-Fadhil Al-Mudaqqiq Sayyidi Abi
Abdillah Muhammad Al-Khursyi ‘alal Mukhtashar Al-Jalil Lil Imam Abidh Dhiya Sayyidi Khalil ,
(Mesir : Al-Mathba’ah Al-Kubra Al-Amiriyah, 1317 H), hlm. 5/171.
14
Muhammad Sholah Muhammad Ash-Showy, Muykitatul Istitsmar … hlm. 198.
15
Al-Marghinany, Al-Hidayah Syarh Bidayatul Mubtadi, (Beirut: Darul Kutub AlIlmiyah, 2000 M), hlm. 2/62.
16
Al-Kasany, Badai’ Ash-Shanai’ fi Tartib Asy-Syarai’, (Kairo: Darul Hadits, 2005), hlm.
7/137.
17
Ibnu Qudamah, Al-Mughny, (Kairo: Darul Hadits, 2005), hlm. 5/362.
18
An-Nawawy, Al-Majmu’ Syarh Al-Muhazdzdab, (Beirut: Darul Fikr, 2004), hlm. 13/3.
19
Kementrian Wakaf dan Urusan Islam, Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah, … hlm.36/ 318.

10

4. Hukum Jual Beli Murabahah
Dalam catatan Imam Muhammad Amin bin Umar yang lebih
popular dengan sebutan Ibnu Abidin, dan catatan Ibnu Hazem bahwa
murabahah adalah sistem jual beli yang diciplak dari negara Persia (salah

satu Negara adidaya disaat itu) oleh masyarakat Arab Islam dalam aktivitas
bisnis mereka pada abad pertama hijriah. 20 Murabahah lebih dikenal
dengan: " ‫"د يا د‬,21, maksudnya: "saya menjual barang kepadamu dengan
keuntungan 1 dirham dari setiap 10 dirham".
Seiring perkembangannya, murabahah akhirnya menjadi sistem jual
beli yang dilegitimasi oleh para ulama klasik, bahkan keabsahannya
merujuk kepada konstitusi ulama (ijma'), Imam Al-Kasani 22 (dari ulama
Hanafi) menjelaskan bahwa sepanjang sejarah semenjak diperaktekan
sistem murabahah dari generasi ke generasi tidak ada segelintir komunitas
muslim dan ulama yang mengingkari akan keabsahanya sistem jualbeli
murabahah. Hal itu dapat dijadikan rujukan sebagai bentuk ijma', disamping

itu ada banyak alasan sistem jual-beli murabahah ini diterima oleh banyak
kalangan.
Jadi, jual beli murabahah termasuk transaksi yan dibolehkan oleh
syariat. Mayoritas ulama, dari kalangan para sahabat, tabi’in dan para Imam
mazhab, juga membolehkan jual beli jenis ini. Adapun dalil jumhur dalam
membolehkan akad murabahah adalah keumuman dalil-dalil tentang
pembolehan akad jual beli baik dari Al-Qur’an maupun hadits.

23

Diantaranya adalah firman Allah SWT :

 
Artinya: “Padahal Allah telah menghalalkan jual
mengharamkan riba” (QS. Al-Baqarah: 275)
20

beli

dan

M. Ilyas Marwal, Rekonstruksi Murabahah Sebuah Ijtihad Solusi Pembiayaan

(makalah).
21

Adalah Bahasa Persia kalau diterjamahkan ke bahasa kita berarti: pada setiap 10
menghasilkan 1
22
Al-Kasany, Badai’ Ash-Shanai’… hal. 7/136
23
Abdul Hamid Mahmud Thahmaz, Al-Fiqhul Hanafy fi Tsaubihil Jadid, (Damaskus:
Darul Qalam, 2001) hlm. 4/185.

11



 
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.
dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. An-Nisa: 29)
Sabda Rasulullah SAW:
(‫إنما البيع عن ت اض )روا ابن ماجه وصححه الباني‬
Artinya: “Sesungguhnya jual beli itu dilandasi oleh saling redho”. (HR. Ibnu
Majah dan dishohehkan oleh Syekh Al-Bany).

Sementara murabahah adalah jual beli yang didasarkan pada saling ridho
antara dua pihak yang bertransaksi.Jumhur ulama juga beralasan bahwa dalam
akad jual beli murabahah ini semua syarat-syarat terpenuhi dan akad ini sangat
dibutuhkan.Karena orang yang bodoh yang tidak paham tentang perdagangan, dia
sangat butuh atas berita dari orang yang paham.Selain itu, murabahah adalah jual
beli barang dengan harga yang jelas.24
Hanya saja, menurut ulama Malikiyah jual beli ini hukumnya khilaful aula
karena memerlukan banyak penjelasan yang kadang-kadang sulit bagi masyarakat
umum sehingga jual beli itu menjadi rusak.Penjual harus menjelaskan barangnya
dan semua biaya yang dikekuarkan untuk mendapatkan barang tersebut (untuk
kemudian diperhitungkan) sebagai tambahan harga; dan tidak mustahil
menimbulkan perselisihan, 25 sedangkan Ibnu Hazam berpendapat murabahah
hukumnya haram dengan alasan bahwa syarat keuntungan harus diberitahukan

24

Wahbah Az-Zuhaily, Al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu, (Damaskus: Darul Fikr, 2004),
hlm. 5/3766-3767.
25
Abdurrahman Al-Jazairy, Kitab Al-Fiqh ‘Ala Al-Mazahib Al-Arba’ah, (Kairo: AlMaktab Ats-Tsaqafy, 2000), hlm. 2/210.

12

adalah syarat yang tidak ada dalam Al-Qur’an, sehingga jual beli ini adalah jual
beli dengan harga yang tidak jelas. Hanya saja beliau membolehkan bagi
seseorang yang berada di suatu negeri dimana tidak ada sistem jual beli kecuali
dengan sistem ini.26
Menurut ulama Hanabilah murabahah hukumnya ada dua macam:27
1. Hukumnya boleh tanpa ada perdebatan, yaitu jika keuntungan itu
disebutkan secara lansung dan tidak ada kaitan dengan modal, seperti
seseorang berkata : aku membelinya dengan harga Rp. 1.000,00 dan aku
jual kepadamu dengan mengambil keuntungan Rp. 100,00.
2. Hukumnya makruh jika keuntungan yang diambil merupakan bagian dari
modal, seperti seseorang berkata: saya mengambil keuntungan Rp. 10,00
pada setiap Rp. 100,0028.
3. Bentuk ini juga dimakruhkan oleh Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Al-Hasan,
Masruq, Ikrimah, Said bin Jubair dan Atha’ bin Yasar. Adapun Alasan
Ibnu Umar dan Ibnu Abbas memakruhkan bentuk ini karena ada
semamcam ketidakjelasan berapa keuntungan yang diambil. Dengan
demikian, jika ketidakjelasan itu bisa dihilangkan maka hukumnya
menjadi boleh29.

ii.

Metode Pengambilan Keuntungan Dalam Murabahah
Metode Penentuan Margin menurut adalah sebagai berikut Metode

penentuan margin terdiri dari:30
1. Mark up Pricing, Mark up pricing adalah penentuan ting-kat harga dengan
me-markup biaya produksi komoditas yang bersangkutan.
2. Target Return Pricing, Target Return Pricing adalah harga jual produk
yang bertujuan mendapatkan tingkat return atas besarnya modal yang

Muhammad Sholah Muhammad Ash-Showy, Musykilatul Istitsmar… hal. 202
Ibid.
28
Abdurrahman Al-Jazairy, Kitab Al-Fiqh ‘Ala Al-Mazahib Al-Arbaah… hal. 211
29
Kementrian Wakaf dan Urusan Islam, Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah… hlm.36/ 319., Ibnu
Qudamah, Al-Mughny… hlm. 5/362, An-Nawawy, Al-Majmu’… hlm. 13/5-6. Lihat juga; AlMawardi, Al-Hawil Kabir, (Libanon: Darul Kutub Al-Ilmiyah, 2009), hlm. 5/279.
30
Muhammad (2005:132)
26

27

13

diinvestasikan. Dalam bahasan keuangan dikenal dengan return on
investment (ROI). Dalam hal ini perusa-haan akan menentukan berapa
return yang akan diharapkan atas modal yang diinvestasikan.

3. Perceived Value Pricing, Received-Value Pricing adalah penen-tuan harga
dengan tidak menggunakan variabel harga sebagai harga jual. Harga jual
didasarkan pada harga produk pesaing dimana perusahaan melakukan
penambahan atau perbaikan unit untuk meningkatkan kepuasan pembeli.
4. Value Pricing, Value Pricing adalah kebijakan harga yang kompetitif atas
barang yang berkualitas tinggi. Dengan ungkapan ono rego ono rupo,
artinya: barang yang baik pasti harganya mahal.

Adapun metode untuk menetapkan keuntungan dalam murabahah ada tiga
macam: 31
2.3.3.1 Keuntungan itu dalam bentuk persentase dari modal, seperti 10 %, 5 %
dan seterusnya. Contoh : Aku jual barang ini kepadamu dengan modal Rp.
1.000,00 ditambah laba 10 % atau 5 % dari jumlah modal.
2.3.3.2 Keuntungan itu dalam bentuk yang terpisah dari modal. Contoh : Aku jual
barang ini kepadamu dengan modal Rp. 1.000,00 ditambah laba Rp.
100,00.
2.3.3.3 Keuntungan itu adalah lump sum (sekaligus) ditambah lagi dengan
persentase tertentu. Contoh: Saya telah membeli barang ini Rp. 1.000,00,
saya jual kepadamu Rp. 2.000,00 dan ditambah laba 10 %.

2.3.4 Syarat-syarat Murabahah
Dalam jual beli murabahah secara umum semua syarat yang ada dalam
akad jual beli juga berlaku padanya. Seperti, barang yang diperjual belikan harus
dimiliki oleh penjual atau diizinkan dalam menjualnya, bentuk barang harus jelas
baik dengan cara melihat secara lansung atau mengetahui sifat-sifatnya, harus bisa
diserahterimakan, harga harus jelas, saling ridho, cakap secara hukum dan
seterusnya.
31

Muhammad Sholah Muhammad Ash-Showy, Musykilatul Istitsmar … hlm. 200.

14

Dalam pembahasan selanjutnya, syarat-syarat yang dibahas hanyalah
syarat-syarat khusus untuk akad murabahah karena itulah tujuan dasar dari
penelitian ini. Dan juga akan dijelaskan tentang biaya-biaya yang bisa dibebankan
kepada modal dan yang tidak bisa dibebankan.

2.3.5 Syarat-syarat Sah Murabahah
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam transaksi murabahah agar
menjadi sah adalah sebagai berikut:
2.3.5.1 Modal harus diketahui atau diberitahukan kepada pembeli.
Karena mengetahui modal adalah syarat sahnya transaksi murabahah
maka jika tidak diketahui oleh pembeli atau tidak diberitahukan oleh
penjual maka transaksi tersebut batal. 32 Hal ini juga yang membedakan
murabahah dengan musawamah.

2.3.5.2 Keuntungan yang diambil penjual harus jelas.
Mengetahui keuntungan yang diambil adalah hal yang sangat penting
dalam transaksi murabahah karena keuntungan adalah bagian dari
harga.Mengetahui harga adalah syarat sahnya transaksi jual beli, maka jika
harga tidak jelas dalam transaksi, murabahah tidak boleh dilakukan.Sama
saja apakah penetapan keuntungan secara lansung dan tersendiri atau
dengan persentase, apakah dibayar secara tunai atau kredit.
2.3.5.3 Modal yang dikeluarkan hendaknya berupa barang mitsliyat.
Modal itu ada dua macam yaitu mitsly atau qimy. Mitsly atau mitsliyat
adalah barang-barang yang tersedia di pasar dan memiliki satu ukuran
yaitu timbangan, takaran atau ukuran, panjang, dan perhitungan dengan
selisih yang tidak beda jauh33. Jika dihitung dengan selisih berbeda jauh,
maka tidak disebut mitsly 34 .Mitsly disebut juga dengan barang yang
mempunyai kesamaan standard, seperti Rupiah, Ringgit atau mata uang
lainnya atau berupa barang yang ditakar atau ditimbang dan dihitung.
Al-Kasany, Badai’ Ash-Shanai’… hlm. 7/138
Nazih Hammad, Mu’jam Al-Mushtholahat Al-Iqtishodiyah fi Lughotil Fu qaha’,
(Riyadh: Ad-Dar Al-Ilmiyah lil Kutub Al-Islamy, 1995), hlm. 298.
34
Abdurrahman Al-Jazairy, Kitab Al-Fiqh ‘Alal Mazahib Al-Arbaah… hlm. 212.
32

33

15

Adapun qimy adalah barang yang tidak memiliki kesamaan standard,
melainkan bersifat taksiran, seperti barang dagangan, hewan, pohon, pakaian,
tanah dan lain-lain atau barang yang tidak memiliki varian serupa35.
Maka jika modalnya mitsly boleh dimurabahahkan dengan harga pertama,
terlepas dari penjualan tersebut dilakukan dengan penjual pertama atau orang lain,
juga terlepas dari apakah keuntungan yang diminta serupa dengan modal pertama
atau tidak (setelah harga pertama dan keuntungan jelas).
Para ulama hanafiyah menjelaskan bahwa jika modal qimy seperti barang
dagangan (arab: ‘urudh36), tidak boleh dimurabahahkan kepada orang yang tidak
memiliki barang dagangan tersebut. Karena murabahah adalah menjual sesuai
dengan harga pertama (harga pembelian), jika harga pertama tidak sama jenisnya
akan terjadi dua kemungkinan, pertama jual beli selain barang dagangan tersebut,
atau kedua jual beli berdasarkan taksiran nilainya sedangkan bendanya tidak dia
miliki. Taksiran nilai setiap orang menaksir akan berbeda-beda, hal ini
menimbulkan ketidakjelasan atau jahalah.
Namun, jika dimurabahahkan kepada orang yang memiliki dan menguasai
barang dagangan, maka dilihat jika keuntungan terpisah dari modal dan jelas
seperti Rp. 1.000,00 atau pakaian tertentu maka hukumnya boleh.Karena harga
pertama dan keuntungan jelas.Jika keuntungan ditetapkan dari bagian modal
seperti 10 % dari modal hukumnya tidak boleh, karena keuntungan tidak jelas37.
Menurut ulama mlikiyah jika harga pertama adalah barang dagangan,
maka ada dua kemungkinan, yaitu:
2.3.5.1 Pembeli tidak memilikinya.
Jika pembeli tidak memiliki barang dagangan tersebut, maka tidak boleh
dimurabahahkan sama saja apakah harga pertama itu mitsly atau qimy, ini
adalah pendapat Asyhab, sedangkan Ibnul Qasim berpendapat jika mitsly
maka boleh dijual dengan murabahah baik pembeli memiliki barang
dagangan tersebut atau tidak.
Ibid., Nazih Hammad, Mu’jam … hlm. 280, Wahbah Az-Zuhaily, Al-Fiqh Al-Islamy…
hlm. 5/3768.
36
Adalah segala sesuatu selain dinar dan dirham.
37
Al-Kasany, Badai’ Ash-Shanai’… hlm. 7/139-140
35

16

2.3.5.2 Pembeli memilikinya.
Jika harga pertama itu berupa qimy, maka Asyhab berpendapat tidak boleh
dimurabahahkan, sedangkan Ibnul Qasim membolehkannya dengan syarat dijual
dengan barang yang sama ditambah keuntungan, dan tidak boleh dijual dengan
cara taksiran38.
Ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa jika seseorang membeli barang
dengan modal barang dagangan dan ingin menjualnya dengan cara murabahah
maka hukumnya sah dengan syarat menggunakan lafadz: Saya jual dengan modal
pembelian saya atau saya jual dengan segala hal yang telah aku lakukan 39.

Jika modal pada transaksi pertama dan barang yang dibeli termasuk
barang-barang ribawi, maka modal dan barang tersebut tidak boleh sejenis.
Harta-harta ribawi menurut ulama malikiyah adalah segala yang dimakan
dan bisa disimpan, menurut ulama syafiiyah adalah setiap yang dimakan,
sedangkan menurut ulama hanafiyah dan hanbilah adalah setiap yang ditakar atau
ditimbang. Semua ulama sepakat bahwa emas dan perak serta uang kertas
termasuk pada harta-harta ribawi.
Maka syarat ini disepakati oleh semua ulama, karena murabahah adalah
penjualan dengan harga pertama ditambah keuntungan, sedangkan tambahan pada
harta-harta ribawi adalah riba bukan keuntungan.Tetapi, jika berbeda jenis maka
boleh dimurabahahkan dengan syarat tunai, seperti seseorang membeli satu dinar
dengan sepuluh dirham, kemudian dia menjualnya dengan murabahah dan
keuntungan yang dia tetapkan adalah satu dirham40.
Transaksi pertama harus sah, jika fasid maka tidak boleh dimurabahahkan.
Para ulama sepakat bahwa hukum jual beli fasid adalah pengembalian artinya
penjual mengembalikan harga dan pembeli mengembalikan barang.Meskipun
ulama hanafiyah berpendapat bahwa jual beli fasid masih memfaedahkan
kepemilikan secara umum, tetapi kepemilikan itu ditetapkan berdasarkan taksiran
harga barang atau semisalnya bukan berdasarkan harga yang telah disebutkan
Al-Khursyi, Al-Khursyi ‘alal Mukhtashar Al-Jalil… hlm. 5/171
Syamsuddin Muhammad bin Al-Khatib Asy-Syarbiny, Mughnil Muhtaj Ila Ma’rifah
Ma’ani Alfadzil Minhaj, (Beirut: Darul Ma’rifah, 1997), hlm. 2/102.
40
Al-Kasany, Badai’ Ash-Shanai’… hlm. 7/140
38

39

17

dalam akad yang telah rusak/fasid dan taksiran adalah sesuatu yang tidak jelas.
Oleh sebab itu, jika akad pertama tidak sah maka tidak boleh di-murabahah-kan
sebab adanya ketidakjelasan/jahalah.

18

C. METODE
1. Tempat Dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di dua bank yaitu BPRS Hasanah
Pekanbaru. Dan waktu penelitian direncanakan ±5 bulan, mulai bulan
Januari 2015-Mei 2015.

2. Populasi Dan Sampel
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari satuan-satuan atau
individu-individu yang karakteristiknya hendak diteliti. Dan satuan-satuan
tersebut dinamakan unit analisis, dan dapat berupa orang-orang, institusiinstitusi, benda-benda, dst.41 Populasi dalam penelitian ini adalah Pimpinan
dan Karyawan BPRS Hasanah Pekanbaru.
Sampel

atau

contoh

adalah

sebagian

dari

populasi

yang

42

karakteristiknya hendak diteliti. Adapun sampel dari penelitian ini adalah
pimpinan kedua BPRS yaitu BPRS Hasanah. Dalam penentuan sampel ini
menggunakan metode snowball sampling.
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula
jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding
yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama
dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum
merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang
lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan
oleh dua orang sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel
semakin banyak.43

4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:

41

Djawranto, 1994, hlm. 420.
Djarwanto, 1994, hlm. 430.
43
Sugiono, Statistika Untuk Penelitian , Bandung: Alfabeta, 2012, Hlm 68.

42

19

a. Teknik Wawancara, adalah dengan cara menanyakan langsung kepada
pimpinan kedua Bank yang berkaitan dengan masalah yang penulis teliti.
b. Pengamatan/Observasi, adalah dengan cara melihat langsung ke lapangan
di kedua Bank tersebut.
c. Teknik Dokumentasi, adalah dengan cara mengumpulkan dokumentasi
dari kedua bank, yang berhubungan dengan penelitian ini.

4. Teknik Analisa Data
Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penulisan penelitian
ini adalah menggunakan metode Penelitian Kualitatif dengan cara
wawancara, observasi langsung ke lapangan, dan dokumentasi. Dan analisa
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa kualitatif.
Dalam penelitian ini data yang sudah dikumpulkan diolah untuk
diklasifikasikan sesuai dengan jenis datanya. Apakah data-data tersebut
termasuk sumber primer atau sumber sekunder.

D. PEMBAHASAN
1. Analisis Metode Penetapan Margin
Dalam metode penetapan margin pembiayaan murabahah ketiga
bank menggunakan persentase flat/tetap, namun ketiga bank menggunakan
persentase berjenjang, tidak setiap tahun margin yang diambil sama,
tergantung dari lamanya pembiayaan, dan semua bank lebih mengutamakan
instansi yang telah melakukan kerjasama dengan bank, seperti instansi
pemerintah maupun swasta.44
Sehingga dapat dijelaskan bahwa, dari ketiga bank syariah yang
paling tinggi atau banyak dalam pengambilan margin/keuntungan adalah
BPRS Hasanah Pekanbaru.

44

Wawancara dengan Bpk Edwin Hendra (BPRS Hasanah pada hari jumat, tanggal 20
Februari 2015 pukul 08.30).

20

2. Analisis Mengikuti Suku Bunga Bank Indonesia
Bank masih mengikuti suku bunga yang berlaku pada BI (Bank
Indonesia), bank ini menentukan margin pembiayaan murabahah masih
menggunakan tingkat inflasi per-tahunnya. Semakin tinggi BI rate, maka
semakin tinggi pula margin yang diambil oleh bank dari nasabah.
BPRS Hasanah mengambil margin sebesar 18% per-tahun untuk
instansi yang melakukan kerjasama dan sebesar 19,2% per-tahun untuk
individu.45

3. Analisis Penggunaan Akad
Dalam pembiayaan, ketiga bank syariah ini, akad yang paling
banyak digunakan akad murabahah, sangat sedikit persentase pembiayaan
selain

murabahah,

seperti

pembiayaan

musyarakah,

pembiayaan

mudharabah, akad ijarah, akad salam, akad istishna dan lain-lain.
Untuk BPRS Hasanah 90% menggunakan akad murabahah, sangat
sedikit menggunakan akad lain.

46

Jadi dapat dijelaskan bahwa persentase

murabahah yang paling besar digunakan pada bank syariah hasanah ini
dibandingkan dengan akad-akad yang lain.

4. Analisis Pembiayaan Menggunakan Jaminan
Dalam pembiayaan tidak semua menggunakan jaminan, BPRS
Hasanah memberikan pembiayaan sebesar Rp. 5.000.000 ke bawah tidak
menggunakan jaminan, namun harus ada kerjasaman antara bank dengan
perusahaan dimana karyawan itu bekerja, sedangkan untuk pembiayaan Rp.
5.000.000 ke atas BPRS Hasanah meminta jaminan kepada nasabah.47
Jadi dapat dijelaskan bahwa rata-rata pembiayaan menggunakan
jaminan, hanya BPRS Hasanah saja yang tidak meminta jaminan kepada
45

Wawancara dengan Bpk Edwin Hendra (BPRS Hasanah pada hari jumat, tanggal 20
Februari 2015 pukul 08.30).
46
Wawancara dengan Bpk Edwin Hendra (BPRS Hasanah pada hari jumat, tanggal 20
Februari 2015 pukul 08.30).
47
Wawancara dengan Bpk Edwin Hendra (BPRS Hasanah pada hari jumat, tanggal 20
Februari 2015 pukul 08.30).

21

nasabah, hal itu pun untuk pembiayaan yang relatif sangat kecil, Rp.
5.000.000 ke bawah, karena kalaupun terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
risikonya lebih kecil.

5. Analisis Jika Nasabah Bangkrut
Dalam menghadapi masalah nasabah yang bangkrut BPRS Hasanah,
mencari solusi eksekusi jaminan, dan jika penjualan jaminan uangnya
berlebih maka akan dikembalikan kepada nasabah. Yaitu dengan menjual
jaminan yang telah dititipkan oleh nasabah kepada bank.48
Sehingga dapat dijelaskan langkah terakhir dari setiap bank adalah
dengan cara mengekskusi atau menjual jaminan yang dititipkan di bank, jika
ada sisa maka, uang tersebut dikembalikan kepada nasabah.

6. Analisis Penggunaan Uang Muka Dalam Pembiayaan Murabahah
Bank menggunakan uang muka, BPRS Hasanah merupakan salah
satu yang tidak menggunakan uang muka. Sehingga dapat dijelaskan hanya
BPRS Hasanah tidak menggunakan uang muka dalam pembiayaan
murabahah. Sedangkan yang lainnya menggunakan uang muka. 49

7. Analisis Pemberian Diskon Dalam Pembiayaan Murabahah
BPRS Hasanah tidak ada memberikan diskon kepada nasabah.50

8. Sanksi Terhadap Nasabah Yang Menunda-nunda
Sanksi terhadap nasabah yang menunda-nunda, bank syariah
hasanah memberikan surat peringatan mulai dari SP1, SP2, SP3, jika tidak
merubah kebiasaan/karakter, maka langkah berikutnya adalah dengan cara
memberikan denda per hari kepada nasabah tersebut, denda per hari itu
48

Wawancara dengan Bpk Edwin Hendra (BPRS Hasanah pada hari jumat, tanggal 20
Februari 2015 pukul 08.30).
49
Wawancara dengan Bpk. Edwin Hendra (BPRS Hasanah pada hari jumat, tanggal 20
Februari 2015 pukul 08.30).
50
Wawancara dengan Bpk. Edwin Hendra (BPRS Hasanah pada hari jumat, tanggal 20
Februari 2015 pukul 08.30).

22

karena bukan termasuk pendapatan bank, maka uang dari denda tersebut
dipergunakan untuk keperluan fasilitas umum, kegiatan-kegiatan sosial,
Corporate Social Responsibility (CSR), dan lain-lain.51

Sehingga dapat dijelaskan bahwa menyelesaikan masalah ketika
nasabah sengaja menunda-nunda pembayaran pembiayaan, yaitu dengan
cara memberikan surat peringatan, mulai dari peringatan pertama,
peringatan kedua, sampai peringatan ketiga, jika masih menunda-nunda,
maka bank memberikan denda kepada nasabah yang bersangkutan.

9. Analisis Jika Nasabah Melunasi Pembiayaan Murabahah Sebelum
Jatuh Tempo
Bank memberikan potongan margin, ketika nasabah melunasi
pembiayaan murabahahnya. 52 Hal ini dapat dijelaskan bahwa semua bank
memberikan potongan berupa pembayaran ditambah margin beberapa bulan
saja, dan sisanya hanya dibayar pokoknya saja.

10. Analisis Penyelesaian Piutang Murabahah Jika Nasabah Tidak
Mampu Membayar
Bank memberikan sanksi bagi nasabah yang tidak sanggup
membayar, berupa surat peringatan pertama, surat peringatan kedua, surat
peringatan ketiga, dan terakhir eksekusi jaminan, namun bank tetap
memberikan kesempatan untuk menjual jaminananya terlebih dahulu, jika
tidak terjual maka jaminan akan dilelang.53
Sehingga dapat dijelaskan bahwa langkah terkhir penyelesaian
piutang murabahah jika nasabah tidak mampu membayar adalah menjual
jaminannya.

51

Wawancara dengan Bpk Edwin Hendra (BPRS Hasanah pada hari jumat, tanggal 20
Februari 2015 pukul 08.30).
52
Wawancara dengan Bpk Edwin Hendra (BPRS Hasanah pada hari jumat, tanggal 20
Februari 2015 pukul 08.30).
53
Wawancara dengan Bpk Edwin Hendra (BPRS Hasanah pada hari jumat, tanggal 20
Februari 2015 pukul 08.30.

23

11. Analisis Rescedulling Bank Terhadap Nasabah
Ketiga bank memberikan rescedulling (penjadwalan kembali) atas
nasabah yang tidak sanggup membayar, tanpa menambah margin. Bank
juga memberikan restructuring (penstruktur kembali) dan reconditioning
(pengkondisian kembali) terhadap nasabah sesuai dengan kesepakatan.54
Sehingga dapat dijelaskan bahwa bank memberikan kesempatan
kepada nasabah untuk bernegosiasi melakukan rescedulling angsuran
pembiayaan.

E. PENUTUP
Berdasarkan uraian bab sebelumnya, sebagaimana judul penelitian ini
pada bab terdahulu, penulis mengambil beberapa intisari sebagai kesimpulan
dari uraian penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Metode

penetapan

margin

metode

penetapan

margin

pembiayaan

murabahah BPRS Hasanah Pekanbaru menggunakan sistem persentase
berjenjang dari tiap tahunnya dari pokok pembiayaan murabahahnya.
Penetapan margin masih memperhitungkan BI Rate dan melihat margin
yang berlaku di Bank lain.
2. Sistem pelaksanaan pembiayaan murabahah pada bank bisa mulai dari
syarat

administrasi,

syarat

jaminan,

syarat

pembiayaan,

plafond

pembiayaan, jangka waktu pembiayaan, dan biaya yang dibebankan kepada
nasabah.
a. Dalam penetapan margin pembiayaan murabahah masih menggunakan
tingkat inflasi per-tahunnya. Semakin tinggi BI rate, maka semakin
tinggi pula margin yang diambil oleh bank dari nasabahnya.
b. Bank menggunakan sistem wakalah dalam pembiayaan murabahah dan
bank tidak menyediakan barang dagangan. Bank hanya melakukan
kerjasama kepada penyedia barang dan ada juga nasabah diminta mencari
dahulu penyedia barang.
54

Wawancara dengan Bpk Edwin Hendra (BPRS Hasanah pada hari jumat, tanggal 20
Februari 2015 pukul 08.30).

24

c. Bank

memberikan

potongan

margin,

ketika

nasabah

melunasi

pembiayaan murabahahnya.
d. Bank tidak hanya menggunakan akad murabahah, selain murabahah bank
juga menggunakan akad musyarakah, dan mudharabah, dan porsi yang
paling besar adalah akad murabahah.
e. Bank menggunakan jaminan dalam melakukan pembiayaan murabahah
dan Bank tidak menggunakan uang muka dalam melakukan pembiayaan
murabahah. Bank juga memberikan sanksi bagi nasabah yang tidak
sanggup membayar, berupa surat peringatan pertama, surat peringatan
kedua, surat peringatan ketiga, dan terakhir eksekusi jaminan, namun
bank tetap memberikan kesempatan untuk menjual jaminananya terlebih
dahulu, jika tidak terjual maka jaminan akan dilelang.
f. Bank memberikan rescedulling (penjadwalan kembali) atas nasabah yang
tidak sanggup membayar, tanpa menambah margin.

Bank juga

memberikan restructuring dan reconditioning terhadap nasabah sesuai
dengan kesepakatan.
g. Hendaknya bank syariah di Pekanbaru lebih banyak mencari referensi
lagi, terutama dari negara yang telah eksis baik bank maupun lembaga
keuangan syariah lainnya, sebagai acuan bagi pengembangan industri
keuangan syariah di pekanbaru khususnya, dan di Indonesia umumnya.
h. Hendaknya bank syariah di Pekanbaru lebih menerapkan bisnis syariah,
tidak hanya bisnis profit oriented saja, namun juga perlu memikirkan
usaha kecil menengah dan masa depan umat Islam. Karena penulis
melihat bank syariah masih relatif ekslusif bagi masyarakat awam.
i. Hendaknya bank syariah lebih inten lagi mensosialisasikan ke
masyarakat tentang pentingnya menggunakan jasa-jasa keuangan syariah.
Mulai dari funding maupun financing.
j. Hendaknya semua pengusaha

muslim tidak lagi menggunakan bank

konvensional, karena bank syariah di Pekanbaru sudah relatif sangat
banyak, pengusaha tinggal pilih bank yang diinginkan. Bank syariah
bukan lagi alternatif bagi pengusaha, tetapi yang perlu diutamakan untuk

25

membantu syiar Islam dan membantu umat Islam dan perkembangan dan
pengembangan perbankan islam di Indonesia.
k. Hendaknya untuk kalangan akademis (mahasiswa, dosen, karyawan) juga
profesional tidak lagi menggunakan jasa keuangan bank konvensional
dalam penempatan dananya, maupun pembiayaannya. Karena bank
syariah di indonesia, terutama di Pekanbaru sudah sangat banyak.

F. DAFTAR PUSTAKA
Al-Jazairy, Abdurrahman, 2000, Kitab Al-Fiqh ‘Ala Al-Mazahib Al-Arba’ah,
Kairo: Al-Maktab Ats-Tsaqafy.
Al-Marghinany, 2000, Al-Hidayah Syarh Bidayatul Mubtadi, (Beirut: Darul
Kutub Al-Ilmiyah..
Al-Kasany, 2000, Badai’ Ash-Shanai’ fi Tartib Asy-Syarai’, Kairo: Darul
Hadits.
An-Nawawy, 2004, Al-Majmu’ Syarh Al-Muhazdzdab, Beirut: Darul Fikr
Qudamah,Ibnu,(2005), Al-Mughny, Kairo: Darul Hadits.
Anatonio, Syafii, Muhammad, 2001, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktek,
Jakarta: Gema Insani Press.
Az-Zuhaily, Wahbah, 2004, Al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu, Damaskus: Darul
Fikr.
Ibrahim Warde, 2009, Islamic Finance Keuangan Islam Dalam Perekonomian
Global terj. Andriyadi Ramli,Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Latifa M. Al-Gaoud dan Mervyn K. Lewis, 2004, Perbankan Syariah Prinsip
Praktek Prospek terj. Burhan Wira Subrata,Jakarta : PT. Serambi Ilmu
Semesta.
Nazih Hammad, 1995, Mu’jam Al-Mushtholahat Al-Iqtishodiyah fi Lughotil
Fuqaha’, Riyadh: Ad-Dar Al-Ilmiyah lil Kutub Al-Islamy.
Rodoni, Ahmad Dan Hamid, Abdul, 2008, Lembaga Keuangan Syariah,
Jakarta: Zikrul Hakim.
Sudarsono, Heri, 2004, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan
Ilustrasi, Yogyakarta: Ekonisia.
Suharsimi Arikunto, 2009, Prosedur Penelitian, Jakarta: PT Rineka Cipta.

26

Suhendi, Hendi, 2002, Fiqih Muamalah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Syamsuddin, Muhammad bin Al-Khatib Asy-Syarbiny, 1997, Mughnil Muhtaj
Ila Ma’rifah Ma’ani Alfadzil Minhaj, Beirut: Darul Ma’rifah.
Thahmaz, Mahmud, Hamid, Abdul, 2001, Al-Fiqhul Hanafy fi Tsaubihil Jadid,
Damaskus: Darul Qalam.
Undang-undang Republik Indonesia No.21 Tahun 2008, Tentang Perbankan.