PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (2)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6
ISSN 2354-614X

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA
KELAS IV SD INPRES 2 PARIGIMPUU
Ristina¹; Bustamin dan Dewi Tureni²
Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako
ABSTRACT
The problem of the research was that the learning outcomen on natural
science subject was still low caused by the lack of variation method in the
teaching learning process. I general, the teaching learning model was still
dominated by speech method, asking question, and assignment method mode the
student passive in the classroom. The goal of the research was to improve
student’s learning outcomes through applying STAD cooperative learning type on
natural science subject of the grade IV SD Impres 2 Parigimpuu. This research wa
classroom action research (CAR) consisted of two cycles. Each cycles consisting
of four stages namely: Planning, action , observation and reflection. The results of
the research showed that there is an increase from cycle I to cycle II by using
STAD cooprative learning type. The test results on cycle I was obtained classsical

mastery 58.3 %. The classical achievement on cycle I was 64.88 %. The result on
cycle II was obtained classical mastery 91.6 %. The classical achievement on
cycle II was 80.25 % The results of the research showed that there is an increase
on natural science lerning outcomes. It can be concluded that the learning
outcomes on natural science subject of the grade IV student’s at SDN inpres 2
parigimpuu can be increased through STAD cooperative lerning type.
Keywords: Natural Science Learning Outcomes, STAD Cooperative Learning
Type Model.

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6
ISSN 2354-614X

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA
KELAS IV SD INPRES 2 PARIGIMPUU
Abstrak

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil
balajar siswa pada mata pelajaran IPA, disebabkan antara lain kurangnya variasi
dalam penyampaian materi pemelajaran di kelas. Pada umumnya model

pembelajaran yang digunakan dalam proses balajar mengajar IPA masih
didominasi oleh model pembelajaran ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas.
Akbatnya proses pembelajaran yang terjadi memposisikan siswa sebangai
pendengar. Siswa jaran dilibatkan dalam proses pembelajaran, akibatnya proses
pembelajaran cenderung membosankan dan menjadikan siswa hanya menghayal
atau melamun. Tujuan yang ingin dicapai untuk meningkatkan hasil belajar siswa
melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran
IPA kelas IV Inpres 2 Parigimpuu. Jenis menelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) dengan hasil observasi aktivitas siswa berkisar 67,85% dan hasil
observasi aktivitas guru berkisar 73,75%. Dengan menggunakan dua siklus. Setiap
siklis terdiri dari empat tahap yaitu : Perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi dan refleksi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan dari siklus I ke siklus II dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD. Tes hasil tindakan pada siklus I diperoleh ketuntasan
klasikal adalah 58.5 % selanjutnya pada siklus II diperoleh ketuntasan klasikal
91.6 % dan daya serap klasikal pada siklus I sebesar 64.88 % dan pada siklus II
sebesar 80.25 %. Al ini menunjukkan peningkatan pada hasil pembelajaran IPA.
Maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas
IV Inpres 2 Parigimpuu dapat ditingkatkan dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Kata Kunci

: Hasil Belajar IPA, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6
ISSN 2354-614X

PENDAHULUAN
Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingka laku
sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya ( slameto 2010:2). Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan
untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang
dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung
terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal ( Gagne dan Briggs 1979:3).
Salah satu faktor penyebab rendahnya hasil belajar siswa pad mata pelajaran
IPA adalah kurangnya variasi dalam meyampaian materi pembelajaran di kelas.
Pada umumnya model pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar
mengajar IPA masih didominasi oleh model pembelajaran ceramah, tanya jawab
dan pembelajaran tugas. Beberapa kelemahan dari model pembelajaran ceramah
membuat siswa pasif, mengandung unsur paksaan kepada siswa, menghalangi

daya kritis siswa, anak didik yang lebih tanggap dari visik visual akan menjadi
rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya,
sukar mengontrol sejauh mana pemerolehan belajar anak didik, kegiatan
pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata), bila terlalu lama
membosankan.
Berdasarkan hasil obsevasi dengan Guru IPA kelas IV di SD Inpres 2
Parigimpuu diperoleh data nilai rata-rata hasil belajar IPA selama tiga tahun
terakhir seperti pada Tabel 1menunjukan perolehan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPA untuk tahun ajaran 2008 sampai dengan 2011.
Tabel 1. Daftar Nilai Siswa Selama Tiga Tahun Terakhir
No.

Tahun ajaran

Kelas/Semester

Nilai Rata-Rata
Siswa

Kreteria Ketuntasan

Minimal (KKM)

1

2008/2009

IV/II

5,5

7

2

2009/2010

IV/II

6


7

3

2010/2011

IV/II

6

7

Sumber data: daftar nilai siswa kelas IV Semester I SD 2 Parigimpuu
Dari tabel 1 terliat hasil belajar siswa pada mata pelajaran ini semuanya
berada dibawah standar kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang berlaku SD
inpres 2 parigimpuu yaitu 7 atau 70%. Salah satu penyebab rendahnya hasil
belajar ini diduga karena pada pembelajaran berpusat pada Guru (teacher
centered). Guru masih mendominasi pembelajaran dengan metode yang
digunakan adalah metodeh ceramah sehingga proses pembelajaran yang terjadi
memposisika siswa sebagai pendengar. Siswa kurang dilibatkan dalam proses

pembelajaran, akibatnya proses pembelajaran cenderung membosankan dan
menjadikan siswa hanya menghayal atau melamun. Untuk mengatasi hal tersebut,
maka peneliti dan bersama beberapa Guru sepakat untuk menerapkan suatu

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6
ISSN 2354-614X

tindakan alternatif, berupa penerapan model pembelajaran lain yang lebih
mengutamakan keaktifan dan kreatifitas siswa, kerja kelompok dan memberi
kesempatan siswa untuk mengembangkan potensi secara maksimal. Salah satu
model pembelajaran yang membangun kreatifitas dan mengembangkan potensi
anak secara maksimal adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Dalam model pembelajaran kooperatir ini siswa dapat meningkatkan
partisipasi dalam belajar. Model pembelajaran ini juga memfasilitasi
diperkenalkannya benda-benda konkrit yang ada dilingkungan sekolah yang
berkaitan pembelajaran. Siswa diminta bekerja sama dalam kelompok
heterogen.kemudian pelajaran diakhiri dengan kuis dimana pada saat kuis dimana
pada saat kuis siswa itu bekerja sendiri-sendiri. Pada pembelajaran ini siswa diberi
kesempatan untuk melakukan kolaborasi dengan teman sebaya dalam bentuk
diskusi kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan” (Arindawati, 2004:

83-) berdasarkan atar belakang dan permasalahan diatas penulis terdorong untuk
melakukan penelitian ini dengan judul
“penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa di kelas
IV SD Inpres 2 Parigimpuu.
Bertitik tolak dari latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut, Tujuan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah
untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Inpres 2
parigimpuu dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

METODE PENELITIAN
Kegiaatan penelitian ini mengunakan rancangan penelitian tindaakan kelas
(PTK). Dengan harapan agar diperoleh data yang akurat dan diambil tindakan
yang tepat. Indentifikasi masalah bembelajaran kelas ditemukan bahwa siswasiswa kelas IV SD Impres Parigimpuu kurang berminat belaajar IPA dan hasil
belajar mereka masi rendah, berdasarkan masalah tersebut disusun perencanaan
pembelajaran tentang bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya dengan
mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pendekatan yang
dikunakan adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif menghasilkan data
secara tertilis maupun lisan dari aktifitas atau perilaku subyek yang diamati pada
proses pembelaajaran berlangsung. Adapun rancangan penelitian ini meliputi:

Mengacu pada model penelitian yang ditemukan oleh Kemmis dan
Mc.Tnggart yang terdiri dari 4 komponen yaitu perencanaan (planning),
pelaksanaan tindaakan (action), observasi (observation) dan refleksi (reflection).
Selama proses pembelajaran dilakukan observasi dan pengukuran hasil
pembelajaran sebagai bahan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di SD Inpres 2
parigimpuu berjumlah 24 siswa, terdiri atas 9 siswa perempuan dan 15 siswa lakilaki paada tahun ajaran 2013/2014. Kesuluruhan subyek penelitian dalam
kelompok belajaar bersifat heterogen.
Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tindakan
pembelajaran yang dilaksanakan dalam dua siklus dengan empat kali pertemuan
dan setiap tindakan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6
ISSN 2354-614X

Penelitian ini dilaksanakan di SD Inpres 2 parigimpuu yang menja objek
penelitian adalah 24 siswa kelas IV yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 9 siswa
perempuan dengan kemampuan belajar yang berbeda antara satu dan yang
lainnya. Subjek penelitian adalah siswa yan mempunyai hasil belajar rendah
dibawah ketuntasan minimum yang ditentukan oleh sekolah yaitu tuntas individu
apabila mendapatkan nilai belajar ≥ 70.

Observasi aadaalah mengumpulkan data yang dilakukan melalui
pengamata langsung proses pembelajaran sekitar aktivitas siswa dan guru,
terutama yang berkenan dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan menggunakan lembar observasi siswa dan guru
yang telah disiapkan. Data tentang kemampuan siswa baik secara individual
maupun secara klasikal diperoleh dengan memberikan tes kepada siswa. Hasil
pekerjaan siswa dalam mengerjakan soal-soal IPA yang diberikan melalui tes
pratindakan (tes awal) dan tes akhir setiap tindakan. Hasil opservasi yang
membuat catatan mengenai kegiatan pembelajaran baik yang berkain dengan guru
(peneliti) maupun yang berkaitan dengan siswa.
Guru, data yang diperoleh dari hasil observasi saat proses pembelajaran
berlangsung. Siswa, data yang diperoleh dari hasil observasi dan nilai hasil tes.
Instrumen penelitian adalah alat tes hasil belajar yang berupa tes awal dan tes
akhir tindakan. Memberikan tes awal kepada siswa (subyek penelitian) pada mata
pelajaran IPA. Pembentukan kelompok belajar. Pelaksanaan tindakan ini
direncanaka berlangsuk lebih dari satu siklus dan setiap siklus terdiri dari 4 fase,
yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, (4) reflesi.
1) Daya serap individu
Daya serap individu =


S

ya

S

wa

a

=%

Seorang siswa dikantakan tuntas belajar secara individu jika persentase
daya serap indivitu sekurang-kurangnya 70%
1) Ketuntasan belajar klasikal
PTK =

J

a

J

a

wa ya

wa

a

=%

Suatu kelas yang dikatakan tuntas belajar secara klasikal jika sekurangkurangnya 80% ssiswa telah tuntas (Sumber KKD SD Inpres 2 parigimpuu).
Teknik analisis data dilakukan setelah pengumpulan data. Analisis data
ini mengacu pada mode Miles dan Huberman yang diperoleh Sugiono (2009:91).
Mereduksi kata adalah merangka hal-hal yang pokok dan penting. Dengan
demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan
mempermudah penelitia untuk mengumpulkan dan mencari data selanjustnya.
Menyajian data dilakukan dalam bentuk narasi. Melalui penyajian data, maka
data akan terorganisasikan, tersusun denan pola hubungan sehingga lebih mudah
memahami dan merencanakan langka selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami. Langka terakhir dalam analisi data adalah penarikan dari hasil evaluasi

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6
ISSN 2354-614X

dan merupakan pengungkapan akhir dari hasil tindakan. Analisis data hasil
observasi terhadap aktivitas siswa dan pengelolaan pembelajaran oleh
guru/penelitia menggunakan analisis persentase skor. Untuk indikator kurang
diberi skor 4. Selanjutnya dihitung persentase rata-rata dengan rumus (Depdiknas,
2004) sebangai berikut:
J
a
Nilai rata-rata =
=
%
S
a
a
Kriterial taraf keberhasilan tindakan dapat daapat ditentukan sebagai berikut:
90% ≥ NR ≤ 100% : Sangat baik
80% ≥ NR < 90%
: Baik
70% ≥ NR < 80%
: Cukup
60% ≥ NR < 70%
: Kurang
0% ≥ NR < 60%
: Sangat kurang
Indikator kualitatif pembelajaran dalam penelitian ini dapat dilihat dari
dua aspek yaitu hasil observasi aktivitas siswa dan pengelolaan oleh guru.
Penelitian ini dinyatakan berhasil, jika kedu aspek tersebut telah berada dalam
kategori baik atau sangat baik. Indikator kuantitatif pembelajaran dalam penelitian
ini dinyatakan berhasil, apabilah hasil belajar IPA siswa IV Inpres 2 parigimpuu,
mencapai daya serap individu 70% (sesuai standar SD Inpres 2 parigimpuu) dan
ketuntasan belajar klasikal mencapai 80%. (Depdiknas, 2004:37).
HASIL PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan 2 siklus dengan hasil sebagai
berikut. Sebelum penelitian mengadakan tindakan, siswa terlebih dahulu diberikan
tes awal untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Tes dilakukan pada hari senin
tanggal 08 bulan 06 tahun 2015 yang diikuti oleh 24 orang siswa kelas IV SD
Inpres 2 Parigimpuu dan materi yang diajarkan yaitu sifat bahan dan
kegunaannya, bentuk tes yaitu soal pilihan ganda yang berjumlah 10 soal. Adapun
deskripsi tes awal pada pra tindakan dapat dilihat pada Tabel 2 dan hasil
selengkapnya dapat dilihat lampiran dibawah ini.
Tabel 2. Hasil Analisis Tes Awal Siswa

No
1
2
3
4
5

Aspek Perolehan
Skor Tertinggi
Skor Terendah
Nilai Rata-rata
Banyaknya Siswa yang Tuntas
Ketuntasan Belajar Klasikal

Hasil
80
30
57,2
9 Orang
36%

Berdasarkan Tabel 2 hasil analisis dari 24 orang siswa yang memngikuti
tes awal, hanya 9 orang siswa yang tuntas, dengan ketuntasan belajar klasikal
sebesar 36% hasil ini menujukkan bahwa ketuntasan belajar klasikan belum

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6
ISSN 2354-614X

mencapai persentase ketuntasan belajar klasikal yang ditetapkan oleh sekolah
yang sebesar 70%.
Dalam sisklus I dilaksanakan sesuai dengan langka-langka yaitu
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Rencana tindakan yang
dilakukan pada siklus dan refleksi. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) materi bagian-bagian Gaya dan Fungsinya. Membuat scenario
pembelajaran. Membuat lembar observasi aktivitas guru dan siswa.
Mempersiapkan tes akhir. Membuat susunan kelompok, dilakukan dengan
mengacu pada RPP yang telah dipersiapakan sebelumnya. Pelaksanaan tindakan
ini dilakukan selama dua kali pertemuan. Pada pertemuan pertama dilaksanakan
pada hari senin tanggal 06 bulan 07 tahun 2015 dan pertemuan kedua
dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 10 bulan 07 tahun 2015 dengan alokasi
waktu 2 x 35 menit untuk tiap pertemuan.
Ketika pelaksanaan tindaakan siklus I berakhir, kegiatan selajutnya adalah
memberikan tes akhir untuk mengetahui hasil belajar siswa. Kegiatan tes
dilaksanakan pada akhir pembelajaran siklus I pertemuan kedua dengan bentuk
soal uraian dan berjumlah lima butir soal. Adapun deskripsi akhir tindakan siklus
I daapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Analisis Tes Akhir Siklus I

No
1
2
3
4
5

Aspek Perolehan
Skor Tertinggi
Skor Terendah
Nilai Rata-rata
Banyaknya Siswa yang Tuntas
Ketuntasan Belajar Klasikal

Hasil
90
23
69,16
16 Orang
64%

Pada Tabel 3 presentase ketuntasan klasikal belum mencapai indikator
keberhasilan yang diharapkan yaitu minimal 80 %. Hasil ini menandakan masih
banyak siswa belum mampu mengerjakan soal dengan baik. Observasi pada siklus
I dilakukan dengan mengamati aktivitas guru dan siswa di kelas yang dilakukan
pada saat kegiatan pembelajaran berlangsuk. Onservasi ini dilakukan oleh guru
kelas IV Inpres 2 Parigimpuu dengan cara mengisi lembar obsetvasi yang telah
disediakan peneliti.
Pelaksanaan siklus II ini juga mengikuti tahap-tahap berupa perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan refleksi. Rencana kegiatan yang dilakukan pada siklus
II adalah. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi bagianbagian Gaya dan Fungsinya, memuat scenario pembelajaran, membuat lembar
observasi aktivitas guru dan siswa, mempersiapkan tes akhir, membuat susunan
kelompok. pelaksanaan tindakan pada siklus 2 dilakukan dengan mengacu pada
RPP yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pelaksanaan tindakan siklus II ini
dilakukan saam dua kali pertemuan. Pada pertemuan dilaksanakan pada hari senin
tanggal 03 bulan 08 tahun 2015 dan hari kamis tanggal 06 bulan 08 tahun 2015
dengan alokasi 2 x35 menit untuk tiap pertemuan.

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6
ISSN 2354-614X

ketika pelaksanaan tindakan siklus 2 berakhir, kegiatan selajutnya
meberikan tes akhir untuk mengetahui hasil belajar siswa. Adeapun hasil tes akhir
tindakan siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Analisis Tes Akhir Siklus 2

No
1
2
3
4
5

Aspek Perolehan
Skor Tertinggi
Skor Terendah
Nilai Rata-rata
Banyaknya Siswa yang Tuntas
Ketuntasan Belajar Klasikal

Hasil
100
61
89,28
24 Orang
96%

Observasi pada siklus 2 juga mlihat aktivitas guru dan siswa di kelas pada
saat proses pembelajaran berlangsung dengan mengisi lembaran observasi siklus
II dan dibantu oleh guru yang sama.

PEMBAHASAN
Analisis hasil belajar pada siklus I diperoleh jumlah siswa yang tuntas 16
siswa dari 24 siswa dengan daya serat klasikal mencapai 69,16% dan hasil
tersebut menunjukan bahwa ketuntas klasikal belum mencapai indikator
keberhasilan yang ditargetkan. Berarti sebagai siswa belum mampu memahami
materi yang diajarkan.
Berdasarkan hasil analisis siswa pada siklus I diketahui bahwa penyebab
kelemahan dalam proses pembelajaran yaitu siswa masih takut dan malu untuk
menjawab pertanyaan dari guru, sebagai siswa yang duduk paling belakang hanya
bercerita dan bermain, siswa belum terbiasa dengan guru baru dan masih merasa
takut untuk melakukan pertanyaan, siswa banyak bertanya pada teman sesamanya
tentang soal dan jawaban yang tidak mengerti, dan siswa takut dimarahin guru
karna belum mengerti.
Untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh guru tersebut maka hal-hal
yang harus dilakukan oleh guru yaitu guru harus memberikan motivasi dan
penghargaan terhadap siswa yang menjawab agar siswa tidak takut dan malu, guru
menjelaskan informasi dengan cara berjalan dan mengontol siswa, guru harus
mendekatkan diri kepada siswa, guru harus menjelaskan soal dan berjalan
mengontrol siswa yang sedang mengerjakan LKS, kemudian selanjutnya guru
memberikan penghargaan bagi belum mengerti dan berani bertanya tentang materi
yang belum dipahami menurut Hamalik (2003:155) hasil belajar adalah sebagai
terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan
diukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat di
artikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik
sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu.
Dengan demikian maka perlu diadakan perbaikan pada siklus 2 dengan
tujuan memperbaiki kekurangan pada siklus I. Dalam pelaksanaan tindakan siklus
2 sudah masuk dalam kategori sangat baik, ini dapat dilihat dari persentase

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6
ISSN 2354-614X

aktivitas guru pada siklus I sebesar 73,75% dan meningkat menjadi 91,25% dan
meningkat menjadi 80,35% pada siklus II.
Adapun sebab dari meningkatnya pelaksanaan tindakan siklus II ini yaitu
karena membaiknya penguasaan kelas atau pengelolaan pembelajaran oleh guru
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran, bimbingan
guru pada siswa sudah merata, pendekatan yang dilakukan oleh guru terhadap
siswa juga sudah baik sehingga siswa sudah terbiasa dengan guru dan tidak takut
atau malu menanyakan hal-hal yang belum di pahami, setiap siswa yang
mengalami kesulitan belajar dapat dibantu oleh guru. Pengelolaan waktu oleh
guru sudah baik, sebangian besar siswa mampu menyelesaikan tugas yang
diberikan tepat waktu. Menurut Slavin (2005:107). Belaajar kooperatif adalah
suatu model pembelajaran dimana peserta didik belajar dan bekerja sama dalam
kelompok kecil saling membantu untuk mempelajari suatu materi. Sedangkan
Sunal dan Hasn (2000:18) mengemukakan, “Model cooperatif learning yaitu
suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk
memberikan dorongan kepada peserta didik agar berkerja sama berlangsungnya
prose pembelajaran.
Hasil refleksi pada siklus 2 terlihat bahwa penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa
karena proses pembelajaran berpusat pada siswa dan siswa terlihat langsung
dalam pembelajaran. Walaupun pada awalnya siswa belum memiliki kesiapan
untuk menerima model pembelajaran ini karena masih asing bagi siswa ataupun
belum pernah diterapkan sebelumnya sehingga hasil belajar belum belum
mencapai terget yang ingin dicapai. Namun, setelah model pembelajaran ini
diterapakan secara berulang yakni pada siklus 2, terlihat sudah mampu merubah
hasil belajar siswa sehingga prose pembelajaran berlangsung dengan baik dan
hasil belajar pun terjadi peingkatan.
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan bawhwa hasil dari penerapan
model pembelajaran tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Ha ini
dapat dilihat dari hasil obsevasi kegiatan guru dimana guru lebih mudah
memantau yang bermain kemudian guru juga dapat membimbing dan memotivasi
siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Hasil observasi kegiatan guru
juga menunjukkan hasil yang baik yaitu sebesar 91,25%. Kemudian pada hasil
obsevasi kegiatan siswa juga mengalami perubahan yaitu siswa lebih senang
menerima materi pembelajaran karena siswa dibagi dalam kelompok belajar yang
heterogen sehingga siswa aktif dalam pembelajaran. Dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan
mengenai sustu masalah, siswa juga dapat mengembangkan bakat kepemimpinan
dan mengajarkan keterampilan kepada teman kelompoknya yang masih sulit
dalam memahami materi tersebut. Dalam observasi kegiatan siswapun mengalami
peningkatan yaitu dari siklus I yang hanya mencapai 67,85% dengan kategori
cukup meningkat menjadi 80,35% pada siklus 2 dengan kategori baik. Kemudian
hasil belajar siswa terlihat meningkat dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD. Hal ini terbukti dari siswa yang tuntas sebelumnya hanya
16 siswa dengan daya serap klasikal 69,16% dan tuntas klasikal 64% pada siklus I

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6
ISSN 2354-614X

meningkat menjadi 24 orang siswa yang tuntas dengan daya serapp klasikal
89,28% dan tuntas klasikal 96% pada siklus 2.
Setelah melihat hasil yang dicapai pada siklus 2, tentunya dapat dipastikan
bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam
pembelajaran khususnya mata pelajaran IPA dengan mencapaian meningkatkan
dari siklus I ke siklus II sebesar 20,12%. Dengan hasil tersebut kegiatan penelitian
ini juga tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Wilda (2013)
yang menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif TIPE STAD Dikelas IV SD
Inpres 3 Lai yang mengatakan bahwa hasil penelitiannya pada siklus I diperoleh
nilai rata-rata 65,95 dan ketuntasan klasikal 38,09% dan tindakan siklus II
diperoleh nilai rata-rata 85,47% dan ketuntasan klasikal 100%. Demikian juga
dengan Mariam (2013) yang juga merupakan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD dikelas IV SDN Inti Loru yang mengemukakan hasil penelitiannya
yaitu hasil ketuntasan belajar klasikal pada siklus I adalah 64% dan siklus 2
ketuntasan belajar klasikal sebesar 92% dari siklus I ke siklus 2 mencapai
ketuntasan belajar yaitu 28%. Hal dari persentase daya serap klasikal siklus I
diperoleh 67,52% dan siklus 2 persentase daya serap klasikal diperoleh 78,72%.
Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian ini maka dapat
disimpulkan bahwa:
Hasil belajar siswa menunjukkan peningkatan yang signifikan pada siklus
I persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 58.3 % dengan daya serap klasikal
sebesar 64.88 % dan jumlah siswa yang tuntas yaitu 14 dari 24 siswa. Kemudian
pada siklus II persentase ketuntasan belajar klasikal mencapai 91.6 % dengan
daya serap klasikal sebesar 80.25 % dan jumlah siswa yang tuntas 22 siswa dari
24 siswa. Hal ini menunjukkan peningkatan hasil belajar yang segnifikan yaitu
sebesar 20,12 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaan kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa
kelas IV SD Inpres 2 Parigimpuu.
Saran
1) Untuk melatih siswa berkerjasama, terbiasa dalam menyampaikan ide dan
gagasan, serta meningkatkan hasil belajar maka model pembelajaran yang tepat
adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2) Model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dapat diginakan sebangai bahan
pertimbangan guru-guru dalam memiliki model pembelajaran yang sesuai dan
efektif khususnya untuk mengajarkan mata pelajaran IPA.
3) Dengan adanya penelitian ini peneliti berharap agar dewan guru yang berada di
kecamatan parigi moutong khususnya untuk SD Inpres 2 Parigimpuu agar
mampu menerapkan model-model pembelajaran agar siswa tidak merasa jenuh
dan bosan dalam melakukan kegiatan pembelajaran.

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6
ISSN 2354-614X

DAFTAR PUSTAKA
Arindawati. (2004). Model pembelajaran STAD . www . google. com. Diakses 13
Mei 2013
Carin.(1993). Teaching modern Science Sixth edition. Newyork: Merrill publisher
Departemen Pendidikan Nasional. (2013). Undang-undang RI Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistim pendidikan Nasiona l.jakarta:Depdiknas
Dapertemen Pendidika Nasional.(2004). Penilaian Pembelajaran Matematika
Berbasis Kompetensi. jakarta:Dirjen Pend.Dasar dan Menengah
Dess. (1991). “The Role of Cooperative in Increasing”
Mariam. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team
Achievement Division (STAD) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Dalam Mata Pelajaran Sains Dikelas IV SDn Inti Loru . Skripsi Sarjana
pada FKIP Universitas Tadulako. Tidak Diterbitkan.
Nurasma. (2006). Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional
Purwanto, N. (2011). Psikologi Pendidikan: PT. Remaja Karya
Roestiyah, N. k. (2001). Strategis Belajar Mengajar . Jakarta: Rineka Cipta

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN PUTUSAN REHABILITASI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENGGUNA NARKOTIKA (STUDI KASUS PUTUSAN NO : 130/Pid.B/2011/PN.LW)

7 91 58

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

EVALUASI ATAS PENERAPAN APLIKASI e-REGISTRASION DALAM RANGKA PEMBUATAN NPWP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANJUNG KARANG TAHUN 2012-2013

9 73 45

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62