PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS. pdf

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. JUDUL PENELITIAN

  “Penerapan Permainan Mengarang Gotong Royong Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Sederhana Siswa Kelas III SDN. Sukaraja I Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang”

B. BIDANG KAJIAN

  Bidang kajian yang menjadi fokus penelitian tindakan kelas adalah masalah dalam pembelajaran menulis karangan berdasarkan pengalaman sendiri di kelas III SDN Sukaraja I Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang dengan menggunakan permainan mengarang gotong royong. Dengan alat bantu dan media yang digunakan adalah gambar seri yang sekaligus sebagai sumber belajar. Prosedur penilaian yang digunakan adalah hasil belajar dengan bentuk penilaian tulisan dan sebagai alat penilaianya menggunakan format penilaian.

C. PENDAHULUAN

  Dengan bahasa, seseorang dapat menjadikannya sebagai alat untuk berinteraksi dengan sesamanya dan bisa mengungkapkan keinginan, perasaannya, kehendaknya, pendapatnya, dan lain-lain. Melihat peran bahasa Dengan bahasa, seseorang dapat menjadikannya sebagai alat untuk berinteraksi dengan sesamanya dan bisa mengungkapkan keinginan, perasaannya, kehendaknya, pendapatnya, dan lain-lain. Melihat peran bahasa

  

  Mata Pelajaran Bahasa Indonesia diajarkan di semua jenjang pendidikan formal. Adapun tujuan utamanya adalah siswa mampu berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia secara lisan maupun tertulis. Selain itu, siswa dapat mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, motif serta menumbuh kembangkan setiap penghargaan terhadap budaya, nilai-nilai dan hasil karya bangsa sendiri (Depdiknas, 2006).

  Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar tidak hanya diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan saja, namun sebagai suatu upaya untuk meningkatkan keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa yang dimaksud, yaitu keterampilan menyimak, bebicara, membaca, dan menulis. Dalam hal ini siswa dituntut untuk menggunakan Bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tulisan dengan baik dan benar.

  Setiap keterampilan berbahasa berhubungan dengan proses-proses yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktek dan banyak latihan.’Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir’, menurut Dawson (Tarigan, 19801981 : 2).

  Pengajaran Bahasa Indonesia dalam aspek membaca dan menulis sebagaimana tercantum dalam kurikulum sekolah dasar Tahun 2006, salah satunya adalah “Siswa mampu menyampaikan informasi secara lisan dan tertulis sesuai dengan konteks dan keadaan”. (Depdiknas, 2006: 19). Sedangkan Haryadi (1997: 75) mengatakan bahwa, “Menulis memiliki peranan penting dalam rangka meningkatkan aktivitas komunikasi dan mengembangkan ilmu pengetahuan”. Hal ini berarti cukup menjelaskan kemampuan berbahasa, khususnya keterampilan membaca dan menulis merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh siswa sekolah dasar, baik dalam rangka meningkatkan aktivitas komunikasi maupun untuk mengembangkan ilmu pengetahuan pada jenjang pendidikan berikutnya.

  Meskipun menulis merupakan suatu keterampilan yang sulit dan kompleks, tetapi keterampilan menulis sangatlah penting untuk dikuasai oleh siswa. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting selain dari tiga keterampilan berbahasa lainnya seperti menyimak, berbicara dan membaca. Kegiatan menulis berperan penting dalam pengembangan kemampuan berbahasa seseorang terutama para siswa. Pembelajaran menulis bukan semata-mata penyajian materi dengan menuliskan segala sesuatu informasi, melainkan ada proses pemahaman yang harus dikembangkan.

  Seperti yang diungkapkan oleh Suriamiharja (Djuanda,2008: 180) mengemukakan bahwa ”menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Menulis juga dapat diartikan berkomunikasi Seperti yang diungkapkan oleh Suriamiharja (Djuanda,2008: 180) mengemukakan bahwa ”menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Menulis juga dapat diartikan berkomunikasi

  Salah satu pembelajaran menulis di Sekolah Dasar adalah menulis fiksi, yang di dalamnya terkandung mengarang. Pada dasarnya mengarang sudah diajarkan semenjak kelas rendah (mengarang permulaan). Syarat-syarat mengarang dapat diajarkan berangsur-angsur, yang penting siswa secara spontan dan timbul keberaniannya untuk menyatakan isi hatinya dalam bentuk tulisan.

  Di dalam menulis karangan diharapkan siswa tidak hanya dapat mengembangkan kemampuan membuat karangan, tetapi memiliki kemampuan untuk menuangkan ide atau gagasan dengan cara membuat karangan yang menarik untuk dibaca. Selain itu siswa pun dalam menulis sebuah karangan memiliki kemampuan dalam penggunaan kata-kata yang baik dan benar tentunya sesuai dengan ejaan yang telah dibakukan (EYD). Sehingga siswa secara tidak langsung dapat melatih kemampuan berbahasanya dalam bentuk tulisan dan kesalahan dalam berbahasa yang sering dijumpai di sekolah dasar dapat diminimalisir.

  Dalam pembelajaran menulis karangan, guru harus dapat menyediakan, menunjukkan, membimbing dan memberikan motivasi kepada siswa agar siswa mampu berkreasi dan mengungkapkan gagasan serta idenya dengan berbagai sumber yang ada karena dengan begitu siswa dapat mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Selain itu, guru harus Dalam pembelajaran menulis karangan, guru harus dapat menyediakan, menunjukkan, membimbing dan memberikan motivasi kepada siswa agar siswa mampu berkreasi dan mengungkapkan gagasan serta idenya dengan berbagai sumber yang ada karena dengan begitu siswa dapat mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Selain itu, guru harus

  Keterampilan menulis memang harus diterapkan kepada siswa sekolah dasar dikelas rendah, sehingga siswa terlatih kemampuan menulisnya dan lebih siap untuk menulis karangan di kelas tinggi. Namun dalam pembelajaran keterampilan menulis karangan yang ada di Sekolah Dasar, sering ditemukan berbagai hambatan, terutama tentang kurang tepatnya penggunaan teknik maupun model dalam pembelajaran mengarang. Demikian juga, pada pembelajaran mengarang di kelas III SDN Sukaraja 1. Penulis menemukan ada beberapa kendala atau masalah yang ditimbulkan baik oleh guru maupun siswanya, serta dalam penggunaan strategi, teknik, media dan evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran mengarang.

  Penulisan ejaan yang digunakan pada masa sekarang adalah ejaan yang berdasarkan pada keputusan menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor : 0543au1987, tanggal 9 September 1987 yaitu Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan.

  Ejaan menurut Suriamiharja (1997: 80) adalah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang distandarisasikan yang lazimnya mempunyai tiga aspek yaitu aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad; aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfem, aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca.

  Dengan demikian, pada awal siswa mulai menulis sudah dituntut untuk mampu menggunakan ejaan, kosakata, membuat kalimat dan menghubung-hubungkan kalimat yang runtut dan dalam satu paragraf mereka Dengan demikian, pada awal siswa mulai menulis sudah dituntut untuk mampu menggunakan ejaan, kosakata, membuat kalimat dan menghubung-hubungkan kalimat yang runtut dan dalam satu paragraf mereka

  Berdasarkan hasil penelitian awal yang diperoleh dari lapangan, penulis menemukan adanya permasalahan yang dihadapi oleh siswa kelas III SDN Sukaraja I dalam menulis karangan sederhana dengan memperhatikan pemilihan kata dan penggunaan ejaan.

  Siswa yang dinyatakan tuntas dalam pembelajaran menulis karangan sederhana jika dipersentasekan sebanyak 11 sedangkan yang belum tuntas sebanyak 89. Dimana siswa yang mendapatkan skor 3 untuk pemilihan kata sebannyak 8, yang mendapatkan skor 2 sebanyak 89, dan yang mendapatkan skor 1 sebanyak 3. Dan untuk siswa yang mendapatkan skor 3 untuk penggunaan huruf capital diawal kalimat sebanyak 11, skor 2 sebanyak 36, dan skor 1 sebanyak 53. Serta siswa yang mendapatkan skor 3 untuk ketepatan dalam menempatkan tanda titik di akhir kalimat sebanyak 5, skor 2 sebanyak 31, dan skor 1 sebanyak 64. Hal tersebut membuktikan bahwa kemampuan siswa dalam menulis karangan sederhana perlu ditingkatkan kembali terutama dalam hal pembelajarannya.

  Dalam pembelajaran ini, guru menggunakan teknik secara klasikal sehingga perhatian siswa kurang terpokus pada pembelajaran dan media yang digunakan hanya terpaku pada buku paket saja, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menulis karangan pengalaman yang pernah dialami. Padahal Dalam pembelajaran ini, guru menggunakan teknik secara klasikal sehingga perhatian siswa kurang terpokus pada pembelajaran dan media yang digunakan hanya terpaku pada buku paket saja, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menulis karangan pengalaman yang pernah dialami. Padahal

  

  Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru tersebut dirasakan kurang tepat, karena dalam pembelajaran menulis karangan diperlukan metode dan teknik yang sangat mendukung serta penggunaan media untuk mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan indikator. Berkaitan dengan masalah di atas maka penulis mencoba mengatasi masalah tersebut yang terjadi pada siswa kelas III SDN Sukaraja I Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang Tahun 20102011.

  Dalam menulis karangan, guru memegang peranan penting bagi keberhasilan proses dan hasil pembelajaran, karena keberhasilan proses belajar banyak dipengaruhi oleh faktor kemampuan guru itu sendiri dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dalam upaya meningkatkan pembelajaran menulis karangan pengalaman sendiri, guru sebaiknya menggunakan teknik dan media yang tepat untuk melatih keterampilan menulis karangan. Dalam proses pelaksanaan pembelajaran menulis karangan pada siswa kelas III SDN Sukaraja I Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang masih ditemukan berbagai kendala, terutama yang berkaitan dengan teknik dan media yang tepat dalam pembelajaran menulis karangan sederhana sesuai dengan gambar seri.

  Permainan bahasa mengarang gotong royong dapat membantu siswa dalam meminimalisir kesalahan dalam pemilihan kata. Penggunaan kata yang

  kurang baik dan benar tentunya dikarenakan siswa kurang memiliki kosakata atau pembendaharaan kata yang cukup. Untuk itu dengan mengarang gotong royong siswa akan dilatih dalam membuat kalimat yang akan menjadi sebuah paragraf dalam karangan. Permainan gotong royong tentunya akan dikemas dalam kegiatan menulis proses. Dimana siswa dalam kegiatan menulis proses akan mengalami kegiatan pembelajaran editing, dimana siswa akan saling mengoreksi hasil karangan dengan teman-temannya. Tahapan ini tentunya dapat membantu siswa dalam meminimalisir terjadinya kesalahan penggunaan ejaan dalam menulis sebuah karangan sederhana. Serta bantuan media gambar seri dan LKS sebagai sumber ajar dapat membantu siswa untuk melatih pemilihan kata yang sesuai dengan EYD yang telah dibakukan.

D. PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH

  1. Perumusan Masalah

  Peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas dengan permasalahan, yaitu kesulitan siswa dalam menulis karangan sederhana dengan memperhatikan penggunaan pilihan kata yang sesuai dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, penggunaan huruf kapital di awal kalimat dengan tepat, serta penempatan tanda titik di akhir kalimat dengan tepat di kelas III SDN. Sukaraja I Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang, yang didasarkan pada hasil observasi, wawancara yang dilakukan pada siswa dan guru, dan hasil belajar siswa, yang menunjukan Peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas dengan permasalahan, yaitu kesulitan siswa dalam menulis karangan sederhana dengan memperhatikan penggunaan pilihan kata yang sesuai dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, penggunaan huruf kapital di awal kalimat dengan tepat, serta penempatan tanda titik di akhir kalimat dengan tepat di kelas III SDN. Sukaraja I Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang, yang didasarkan pada hasil observasi, wawancara yang dilakukan pada siswa dan guru, dan hasil belajar siswa, yang menunjukan

  a. Bagaimana perencanaan permainan mengarang gotong royong dalam meningkatkan kemampuan pemilihan kata yang sesuai dengan bahasa indonesia yanng baik dan benar dalam menulis karangan sederhana. Pada siswa kelas III SDN Sukaraja I Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang?

  b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran menulis karangan sederhana dalam permainan mengarang gotong royong untuk meningkatkan kemampuan penggunaan ejaan (penggunaan huruf kapital di awal kalimat dan penempatan tanda titik di akhir kalimat) dengan tepat dalam menulis karangan sederhana. Pada siswa kelas III SDN Sukaraja I Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang?

  c. Bagaimana peningkatan aktifitas siswa dalam pembelajaran menulis karangan sederhana dalam permainan mengarang gotong royong untuk meningkatkan kemampuan penggunaan ejaan (penggunaan huruf kapital di awal kalimat dan penempatan tanda titik di akhir kalimat) dengan tepat dalam menulis karangan sederhana. Pada siswa kelas III SDN Sukaraja I Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang?

  Berdasarkan hasil penelitian awal yang diperoleh dari lapangan,

  penulis menemukan adanya permasalahan yang dihadapi oleh siswa kelas III SDN Sukaraja I dalam menulis karangan sederhana dengan memperhatikan pemilihan kata dan penggunaan ejaan.

  Siswa yang dinyatakan tuntas dalam pembelajaran menulis karangan sederhana jika dipersentasekan sebanyak 11 sedangkan yang belum tuntas sebanyak 89. Dimana siswa yang mendapatkan skor 3 untuk pemilihan kata sebannyak 8, yang mendapatkan skor 2 sebanyak 89, dan yang mendapatkan skor 1 sebanyak 3. Dan untuk siswa yang mendapatkan skor 3 untuk penggunaan huruf capital diawal kalimat sebanyak 11, skor 2 sebanyak 36, dan skor 1 sebanyak 53. Serta siswa yang mendapatkan skor 3 untuk ketepatan dalam menempatkan tanda titik di akhir kalimat sebanyak 5, skor 2 sebanyak 31, dan skor 1 sebanyak 64. Hal tersebut membuktikan bahwa kemampuan siswa dalam menulis karangan sederhana perlu ditingkatkan kembali terutama dalam hal pembelajarannya.

  2. Pemecahan Masalah

  Dalam pembelajaran menulis cerita atau karangan banyak digunakan berbagai media dan metode yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar menulis cerita atau karangan. Permasalahan yang ditemukan di lapangan. Memerlukan suatu pemecahan masalah yang tepat, yaitu dengan menggunakan permainan bahasa mengarang gotong Dalam pembelajaran menulis cerita atau karangan banyak digunakan berbagai media dan metode yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar menulis cerita atau karangan. Permasalahan yang ditemukan di lapangan. Memerlukan suatu pemecahan masalah yang tepat, yaitu dengan menggunakan permainan bahasa mengarang gotong

  Tahapan dalam menulis proses menurut Tomkins (Djuanda, 2008: 184) ada beberapa tahapan, yaitu.

  1) Pra Menulis (Pre Writing)

  Pada tahap pra menulis siswa berusaha mengemukakan apa yang akan mereka tulis. Dalam hal ini guru dapat menggunakan berbagai strategi untuk membantu siswa memperoleh gagasan untuk dituliskan dan memilih tema tulisan. Pra menulis sebagai satu tahapan dari rangkaian proses akan tampak ketika penulis mengenali, menggali, memahami dan menyeleksi pengetahuan awalnya (Prior Knowledge) sesuai dengan topik tulisannya. Dengan memulai aktivitas-aktivitas tersebut siswa dapat mengeksplorasi gagasan dan dapat memilih atau menentukan.

  2) Penyusunan dan Pemaparan Konsep (Drafting)

  Tahap ini siswa membuat karangannya dalam bentuk kasar. Dalam tulisan kasar inilah penulis berupaya untuk menarik pembaca dengan tulisannya. Dengan demikian konsep tulisan yang masih kasar ini lebih mengutamakan isi bukan hal-hal yang bersifat mekanis. Siswa dibiarkan menuangkan gagasannya sebebas mungkin, tidak harus terikat dengan ejaan, tanda baca, kesalahan berbahasa, atau kerapihan tulisan. Biarkan siswa menumpahkan gagasan yang ada di kepalanya. Hal ini bertujuan agar siswa tidak ragu-ragu, karena pada tahap merevisi akan diperbaiki, diubah, dan disusun ulang. Untuk membantu siswa mengembangkan ide dan menyusun konsep tulisannya, dapat dilakukan dengan pemetaan pikiran yang sudah dibuatnya pada langkah pra menulis.

  3) Merevisi (Revising)

  Pada tahap perbaikan siswa membaca kembali tulisannya untuk selanjutnya menambah, mengganti, atau menghilangkan sebagian ide berkaitan dengan penggarapan tulisannya. Siswa diberi kesempatan untuk merevisi kekeliruan yang dibuatnya. Perbaikan tersebut bisa hasil pemikirannya atau hasil diskusi dalam kelompok, balikan dari teman- teman kelompoknya. Siswa bertukar hasil pikirannya berupa draf kasar dengan temannya.

  4) Mengedit (Editing)

  Mengedit merupakan tahap penyempurnaan tulisan sebelum dipublikasikan. Pada tahap ini siswa mengedit kesalahan mekanikal yang dibuatnya pada menulis draf kasar. Pengeditan lebih diarahkan pada ejaan, tanda baca, dan kesalahan mekanikal lainnya. Dapat dilakukan melalui kelompok. Tulisan siswa bisa diedit oleh siswa lain baik dalam kelompok maupun dalam kelas. Pelaksanaan pengeditan ini siswa bisa dibekali buku-buku teori yang terikat dengan ejaan, misalnya. Ejaan Yang Disempurnakan. Yang terpenting dari ini, siswa harus menyadari kesalahannya sendiri hasil mengoreksinya.

  5) Publikasi (Publishing)

  Sebagai tahap akhir adalah publikasi, dapat dilakukan melalui kegiatan penugasan untuk membacakan hasil karangan atau ditempel pada majalah dinding sekolah atau di depan kelas. Jadi, publikasi yang dimaksud ialah menyampaikan hasil tulisannya kepada audien, teman, dan orang tua sehingga memperoleh kesadaran bahwa ia adalah pengarang, bahwa apa yang ditulisnya bisa dibaca dan dinikmati orang lain.

  Melalui penerapan metode permainan mengarang gotong royong diharapkan dapat mengatasi permasalahan siswa dalam menulis karangan sederhana sehingga kemampuan menulis karangan pada siswa kelas III SDN Sukaraja I meningkat. Dimana kemampuan siswa mengenai pilihan kata, penggunaan huruf kapital, tanda titik, dan tanda koma dalam menulis karangan sederhana di kelas III SDN Sukaraja I dianggap sudah tuntas.

E. TUJUAN PENELITIAN

  Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kegiatan pembelajaran menulis karangan sederhana dengan penerapan metode permainan mengarang gotong royong dalam meningkatkan kemampuan penggunaan ejaan yaitu huruf capital diawal kalimat dan tanda titik diakhir kalimat serta penggunaan media gambar seri dalam meningkatkan kemampuan pemilihan kata bahasa indonesia yang baik dan benar dalam menulis karangan sederhana pada siswa kelas III SDN Sukaraja I Kecamatan sumedang Selatan Kabupaten Sumedang. Sedangkan secara khusus bertujuan untuk.

  1. Mengetahui perencanaan permainan mengarang gotong royong dalam

  meningkatkan kemampuan pemilihan kata yang sesuai dengan bahasa indonesia yanng baik dan benar dalam menulis karangan sederhana. Pada siswa kelas III SDN Sukaraja I Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang?

  2. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran menulis karangan sederhana dalam

  permainan mengarang gotong royong untuk meningkatkan kemampuan penggunaan ejaan (penggunaan huruf kapital di awal kalimat dan penempatan tanda titik di akhir kalimat) dengan tepat dalam menulis karangan sederhana. Pada siswa kelas III SDN Sukaraja I Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang?

  3. Mengetahui peningkatan aktifitas siswa dalam pembelajaran menulis

  karangan sederhana dalam permainan mengarang gotong royong untuk karangan sederhana dalam permainan mengarang gotong royong untuk

F. MANFAAT HASIL PENELITIAN

  Dengan diadakannya penelitian tindakan kelas (PTK) ini, diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut.

1. Bagi Siswa

  Dapat mengeluarkan idegagasan, pikiran, perasaan, kepada orang lain atau dirinya dengan minat dan kebebasannya, membiasakan untuk menulis karangan pengalaman yang pernah dialamai, belajar mengoreksi kesalahan orang lain pada menulis karangan, dapat mengetahui kesalahan tulisan sendiri, dan dapat meningkatkan kemampuan penggunaan pilihan kata dan ejaan pada kalimat dalam menulis karangan dengan baik dan benar. Dapat bekerja sama dalam membuat sebuah karangan sederhana.

2. Bagi Guru

  Dapat menjadi alternatif metode pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan sederhana. Sehingga dalam pembelajaran mengarang tidak monoton.

3. Bagi Lembaga

  Dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di tingkat pendidikan.

4. Bagi Peneliti

  Sebagai bahan data atau informasi tentang penerapan metode kolaborasi dalam memecahkan masalah pembelajaran menulis karangan sederhana.

G. Batasan Istilah

  Batasan istilah perlu dicantumkan agar tidak ada salah persepsi antara penulis dan pembaca serta sebagai penjelas makna kalimat yang dipakai dalam judul proposal penelitian ini. Berikut istilah-istilah yang dipakai dalam penelitian ini.

  a. Penerapan adalah proses, cara perbuatan menerapkan, perihal mempraktekkan. (Depdiknas, 2005: 1180)

  b. Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut. (Suriamiharja, dkk., 1997: 1)

  c. Mengarang adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami. (The Liang Gie, 2002: 3).

  d. Mengarang gotong royong menurut Djuanda (Kopendas.2009). Tempatkan beberapa benda ke dalam tas atau kotak. Buatlah kelompok belajar. Suruhlah salah seorang siswa pertama wakil dari kelompok mengambil satu benda, dan dia harus membuat kalimat yang berkaitan dengan benda tersebut. Bantulah bila siswa membutuhkan bantuan guru. Kemudian siswa yang lain dalam kelompok yang sama membuat sebuah kalimat dari benda tersebut dan terus sampai siswa yang terakhir dalam kelompok terebut. Permainan ini tentunya melatih keterampilan menulis (menyusun gagasan) dan membuat kalimat.

  e. Meningkatkan adalah usaha untuk menaikkan kemampuan, yakni menaikkan kemampuan siswa dalam menulis karangan sederhana.

H. KAJIAN PUSTAKA

a. Kajian Pustaka

  Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal dua macam cara berkomunikasi, yaitu komunikasi langsung dan komunikasi tidak langsung. Komunikasi langsung yaitu kegiatan berbicara dan mendengar. Sedangkan komunikasi tidak langsung yaitu kegiatan menulis dan membaca.

  Bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa didik dan merupakan penunjang Bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa didik dan merupakan penunjang

  Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan bersastra yang meliputi aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. (Depdiknas, 2006: 13). Menulis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa Sekolah Dasar. Dengan memiliki kemampuan menulis seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan gagasan untuk mencapai maksud dan tujuan. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa pengertian menulis menurut para ahli.

a. Pengertian Menulis

  Pengertian menulis menurut Djuanda(2008: 180) “menulis adalah suatu proses dan aktivitas melahirkan gagasan, pikiran, perasaan, kepada orang lain atau dirinya melalui media bahasa berupa tulisan”.

  Sedangkan menurut Robert Lado (Suriamiharja, 1997 : 1) mengungkapkan bahwa ”Menulis adalah menempatkan simbol-simbol Sedangkan menurut Robert Lado (Suriamiharja, 1997 : 1) mengungkapkan bahwa ”Menulis adalah menempatkan simbol-simbol

  Selanjutnya Sabarti Akhaidah, dkk(1996 : 8). mengemukakan bahwa menulis adalah.

  Merupakan suatu bentuk komunikasi

  Merupakan suatu proses pemikiran yang dimulai dengan

  pemikiran tentang gagasan yang akan disampaikan 1.3)

  Adalah bentuk komunikasi yang berbeda dengan

  bercakap-cakap, dalam tulisan tidak terdapat intonasi ekspresi wajah, gerakan fisik, serta situasi yang menyertai percakapan

  Merupakan suatu ragam komunikasi yang perlu

  dilengkapi dengan ”alat-alat penjelas serta aturan ejaan dan tanda baca 1.5)

  Merupakan bentuk komunikasi untuk menyampaikan

  gagasan penulis kepada khalayak pembaca yang dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu.

  Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu bentuk komunikasi untuk menyampaikan gagasan, pikiran, dan perasaan seseorang agar dapat dipahami oleh pembaca.

b. Fungsi Menulis

  Menurut Tarigan (Djuanda, 2008: 181) menulis memiliki bermacam- macam fungsi yaitu sebagai berikut.

  a. Fungsi Penataan Pada saat seseorang mengarang terjadi penataan terhadap gagasan, pikiran pendapat, imajinasi, dan yang lainnya, serta terhadap penggunaan bahasa untuk mewujudkannya secara tersusun dengan runtut.

  b. Fungsi Pengawetan Mengarang mempunyai fungsi untuk mengawetkan pengutaraan sesuatu dalam wujud dokumen tertulis yang sangat berharga, b. Fungsi Pengawetan Mengarang mempunyai fungsi untuk mengawetkan pengutaraan sesuatu dalam wujud dokumen tertulis yang sangat berharga,

  c. Fungsi Penciptaan Dengan mengarang dapat menciptakan sesuatu yang mewujudkan fungsi penciptaan. Begitu pula karangan filsafat dan keilmuan.

  d. Fungsi Penyampaian Penyampaian terjadi bukan saja kepada orang yang berdekatan saja, akan tetapi dengan orang yang berjauhan juga. Dengan demikian fungsi menulis selain sebagai alat untuk berkomunikasi juga berfungsi sebagai penataan, pengawetan, penciptaan, dan penyampaian.

c. Manfaat Menulis

  Menurut Akhadiah, dkk. (Djuanda, 2008: 182) ada delapan kegunaan atau manfaat dari menulis, yaitu.

  a. Menulis dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya, dengan menulis penulis dapat mengetahui sampai di mana pengetahuannya tentang suatu topik.

  b. Penulis dapat terlatih dalam menggunakan berbagai gagasan. Dengan menulis, penulis terpaksa bernalar, menghubungkan, serta membanding-bandingkan fakta untuk mengembangkan berbagai gagasannya.

  c. Penulis dapat lebih banyak menyerap, mencari serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis. Kegiatan menulis dapat memperluas wawasan penulisan secara teoritis mengenai fakta- fakta yang berhubungan.

  d. Penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara tesurat.

  e. Penulis dapat meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara objektif.

  f. Dengan menulis sesuatu di atas kertas, penulis akan lebih mudah memecahkan permasalahannya, yaitu dengan menganalisanya secara tersurat dalam konteks yang lebih konkret.

  g. Dengan menulis, penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif. Penulis menjadi penemu sekaligus pemecah masalah, bukan sekedar menjadi penyadap informasi dari orang lain.

  h. Dengan kegiatan menulis yang terencanakan membiasakan penulis berfikir serta berbahasa secara tertib dan benar.

d. Proses Menulis (Writing Process) Dalam Pembelajaran Menulis

  Menurut Tomkins (Djuanda, 2008: 184) ada beberapa tahapan dalam proses menulis yaitu.

  a. Pra Menulis (Pre Writing)

  Pada tahap pra menulis siswa berusaha mengemukakan apa yang akan mereka tulis. Dalam hal ini guru dapat menggunakan berbagai strategi untuk membantu siswa memperoleh gagasan untuk dituliskan dan memilih tema tulisan. Pra menulis sebagai satu tahapan dari rangkaian proses akan tampak ketika penulis mengenali, menggali, memahami dan menyeleksi pengetahuan awalnya (Prior Knowledge) sesuai dengan topik tulisannya. Dengan memulai aktivitas-aktivitas tersebut siswa dapat mengeksplorasi gagasan dan dapat memilih atau menentukan.

  b. Penyusunan dan Pemaparan Konsep (Drafting)

  Tahap ini siswa membuat karangannya dalam bentuk kasar. Dalam tulisan kasar inilah penulis berupaya untuk menarik pembaca dengan tulisannya. Dengan demikian konsep tulisan yang masih kasar ini lebih mengutamakan isi bukan hal-hal yang bersifat mekanis. Siswa dibiarkan menuangkan gagasannya sebebas mungkin, tidak harus terikat dengan ejaan, tanda baca, kesalahan berbahasa, atau kerapihan tulisan. Biarkan siswa menumpahkan gagasan yang ada di kepalanya. Hal ini bertujuan agar siswa tidak ragu-ragu, karena pada tahap merevisi akan diperbaiki, diubah, dan disusun ulang. Untuk membantu siswa mengembangkan ide dan menyusun konsep tulisannya, dapat dilakukan dengan pemetaan pikiran yang sudah dibuatnya pada langkah pra menulis.

  c. Merevisi (Revising)

  Pada tahap perbaikan siswa membaca kembali tulisannya untuk selanjutnya menambah, mengganti, atau menghilangkan sebagian ide berkaitan dengan penggarapan tulisannya. Siswa diberi kesempatan untuk merevisi kekeliruan yang dibuatnya. Perbaikan tersebut bisa hasil pemikirannya atau hasil diskusi dalam kelompok, balikan dari teman-teman kelompoknya. Siswa bertukar hasil pikirannya berupa draf kasar dengan temannya.

  d. Mengedit (Editing)

  Mengedit merupakan tahap penyempurnaan tulisan sebelum dipublikasikan. Pada tahap ini siswa mengedit kesalahan mekanikal yang dibuatnya pada menulis draf kasar. Pengeditan lebih diarahkan pada ejaan, tanda baca, dan kesalahan mekanikal lainnya. Dapat dilakukan melalui kelompok. Tulisan siswa bisa diedit oleh siswa lain baik dalam kelompok maupun dalam kelas. Pelaksanaan pengeditan ini siswa bisa dibekali buku-buku teori yang terikat dengan ejaan, misalnya. Ejaan Yang Disempurnakan. Yang terpenting dari ini, siswa harus menyadari kesalahannya sendiri hasil mengoreksinya.

  e. Publikasi (Publishing)

  Sebagai tahap akhir adalah publikasi, dapat dilakukan melalui kegiatan penugasan untuk membacakan hasil karangan atau ditempel pada majalah dinding sekolah atau di depan kelas. Jadi, publikasi yang dimaksud ialah menyampaikan hasil tulisannya kepada audien, teman, dan orang tua sehingga memperoleh kesadaran bahwa ia adalah pengarang, bahwa apa yang ditulisnya bisa dibaca dan dinikmati orang lain.

e. Macam-macam Menulis

  Menurut Djuanda (2008:183) macam-macam menulis yang dapat diajarkan di sekolah dasar berdasarkan tingkatannya, isibentuknya, dan susunannya adalah sebagai berikut:

  a. Menurut Tingkatannya

  a)

  Menulis permulaan (kelas 1 dan 2)

  b)

  Menulis lanjut (kelas 3 dan 6)

  b. Menurut IsiBentuknya

  b.i.1. Karangan Verslag (laporan), umumnya diberikan di kelas rendah; misalnya menceritakan kembali (secara tertulis) apa yang dialami dalam pengajaran lingkungan.

  b.i.2. Karangan fantasi; mengeluarkan isi jiwa sendiri (ekspresi jiwa), misalnya : ”Cita-citaku setelah tamat SD”, ”Seandainya Aku Jadi Presiden”.

  b.i.3. Karangan reproduksi, umumnya bersifat menceritakan menguraikan suatu perkara yang telah dipelajari atau dipahami.

  b.i.4. Karangan argumentasi; karangan berdasarkan alasan tertentu. Siswa dibiasakan menyatakan pendapat ataupun pikirannya berdasarkan alasan yang tepat.

  c. Menurut Susunannya

  c.i.1. Karangan terikat

  c.i.2. Karangan bebas c.i.2. Karangan bebas

f. Mengarang

  a.i.a.1)

  Pengertian Mengarang

  Untuk memulai mengembangkan diri agar dapat mengarang sesuatu melalui tulisan, setiap peminat perlu terlebih dahulu mengerti dan memahami pengertian tentang mengarang.

  The Liang Gie(2002:3)menjelaskan bahwa “Mengarang adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami”.

  Berdasarkan kutipan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa setiap gagasan yang disampaikan melalui tulisan dapat disebut sebagai kegiatan mengarang. Hasil perwujudan gagasan yang tertulis tersebut disebut karangan, dan penulis karangannya disebut sebagai pengarang.

  a.i.a.2)

  Unsur-unsur Mengarang

  Mengarang sebagai kegiatan mengungkapkan gagasan-gagasan melalui bahasa tulis meliputi 4 unsur sebagai berikut :

  a) Gagasan

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:326), “Gagasan adalah hasil pemikiran atau ide”.

  Gagasan tersebut dapat berupa pendapat, pengalaman, atau pengetahuan yang ada dalam pikiran seseorang.

  b) Tuturan

  Tuturan adalah bentuk pengungkapan gagasan agar karangan dapat dipahami pembaca. Adapun bentuk-bentuk pengungkapan tersebut, dimana keempat unsur tersebut harus saling terkait untuk mewujudkan karangan yang runtut. (The Lian Gie, 2002:4-5), yakni sebagai berikut :

  (1.a.a) Penceritaan

  Bentuk pengungkapan yang menyampaikan sesuatu peristiwapengalaman dalam kerangka urutan waktu kepada pembaca dengan maksud untuk meninggalkan kesan tentang perubahan atau gerak sesuatu dari awal sampai akhir.

  (1.a.b) Pelukisan

  Bentuk pengungkapan yang menggambarkan berbagai cerapan pengarang dengan segenap inderanya yang bermaksud menimbulkan citra yang sama dalam diri pembaca. Melalui pelukisan itu, pembaca diharapkan dapat mencerap atau mengalami macam-macam hal yang berada dalam susunan ruang (misalnya pemandangan indah, lagu merdu, bunga harum, mangga manis, atau sutra halus).

  (1.a.c) Pemaparan

  Bentuk pengungkapan yang menyajikan fakta-fakta secara teratur, logis, dan terpadu dengan maksud untuk memberi penjelasan kepada pembaca mengenai suatu ide, persoalan, proses, atau peralatan.

  (1.a.d)

  Perbincangan Bentuk pengungkapan dengan maksud meyakinkan pembaca

  agar mengubah pikiran, pendapat, atau sikapnya sesuai dengan yang diharapkan oleh pengarang.

  c) Tatanan

  Tatanan ialah tertib pengaturan dan penyusunan

  gagasan dengan mengindahkan berbagai asas, aturan, dan teknik sampai merencanakan rangka dan langkah.

  d).Wahana

  Wahana ialah sarana penghantar gagasan berupa bahasa tulis yang terutama menyangkut kosa kata, gramatika, dan retorika (seni memakai bahasa secara efektif). Untuk dapat menyampaikan gagasan secara lincah dan kuat, seorang penulis perlu memiliki perbendaharaan kata yang memadai, terampil menyusun kata-kata itu menjadi aneka kalimat yang jelas, dan mahir memakai bahasa secara efektif.

  a.i.a.3)

  Tahap-tahap Pembelajaran Mengarang

  Menurut Haryadi, dkk. (19961997) proses pembelajaran mengarang melalui berbagai tahapan, yaitu.

  a). Mencontoh

  Mencontoh merupakan aktivitas mekanis, tetapi bukan berarti murid-murid tidak belajar apa-apa. Keuntungan yang dapat diperoleh lewat kegiatan mencontoh, misalnya berlatih menulis dengan tepat sesuai dengan contoh, belajar mengeja dengan tepat, dan membiasakan dan menggunakan bahasa yang baik.

  b). Mereproduksi

  Kegiatan reproduksi yaitu menulis apa yang telah dipelajari secara lisan dan tulisan. Kegiatan ini diawali dengan kegiatan menyimak atau membaca, dan hasilnya dituangkan dalam bentuk karangan yang disusun dengan kata-katanya sendiri.

  c). Rekombinasi dan Transformasi

  Rekombinasi merupakan latihan menggabungkan beberapa karangan menjadi satu karangan. Sedangkan transformasi ialah mengubah salah satu bentuk karangan ke dalam bentuk karangan yang lain.

  d) Mengarang Terpimpin Mengarang terpimpin atau menulis terpimpin dapat dilakukan

  dengan bantuan gambar dan kerangka karangan. e). Mengarang Bebas

  Mengarang bebas merupakan karangan yang ditulis secara bebas. Sebagai tahap akhir dari pengajaran mengarang dengan cara memberi tugas kepada siswa untuk membuat karangan secara bebas. Namun ada baiknya apabila judul karangan atau tema dan jumlah kata ditentukan oleh guru.

  a.i.a.4) Macam-macam Karangan

  a) Karangan Deskripsi

  Karangan deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, dan merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisnya. Karangan ini bertujuan untuk menyampaikan kesan-kesan tentang sesuatu, dengan sifat dan gerak-geriknya atau sesuatu yang lain kepada pembaca. Karangan deskripsi merupakan karangan yang disusun untuk melukiskan sesuatu dengan maksud untuk menghidupkan kesan dan daya khayal mendalam pada si pembaca.

  b). Karangan Narasi

  Karangan narasi adalah suatu bentuk karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa menurut urut kejadian atau kronologis dengan Karangan narasi adalah suatu bentuk karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa menurut urut kejadian atau kronologis dengan

  Tujuan menulis narasi adalah untuk:

  (1) Memberikan informasiwawasan dan memperluas pengetahuan

  pembaca. (2) Memberikan pengalaman estetis kepada pembaca.

  c) Karangan Eksposisi

  Karangan eksposisi adalah suatu bentuk karangan yang bertujuan untuk memberitahu, mengupas, menguraikan atau menerangkaan sesuatu. Dalam karangan eksposisi sesuatu yang dikomunikasikan itu adalah informasi berupa.

  (1) Data faktual, tentang sesuatu kondisi yang benar terjadi. (2) Suatu analisis atau penafsiran yang objektif terhadap

  seperangkat fakta. (3) Fakta tentang pendirian yang khusus dari seseorang.

  Gagasan disusun secara teratur sehingga mudah dipahami. Agar karangan eksposisi lebih jelas, disertakan pula gambar, denah, peta dan angka-angka.

  d)

  Karangan Argumentasi

  Karangan argumentasi adalah karangan yang terdiri atas paparan alasan dan penyintesisan pendapat untuk membangun Karangan argumentasi adalah karangan yang terdiri atas paparan alasan dan penyintesisan pendapat untuk membangun

  e)

  Karangan Persuasi

  Karangan persuasi adalah karangan yang berisi paparan berdaya bujuk, berdaya ajuk, ataupun berdaya himbau yang membangkitkan ketergiuran pembaca untuk meyakini dan menuruti himbauan penulis. Karangan persuasi dimaksudkan bertujuan untuk mempengaruhi pembaca atau mengarahkan pembaca melakukan sesuatu atau sikap tertentu. (Resmini, dkk., 2006)

  a.i.a.5) Susunan Karangan

  Suriamiharja (1997) mengemukakan bahwa untuk menyusun tulisan diperlukan pengetahuan tentang;

a) Kata

  (1) Kata dan Pilihan Kata

  Kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa. Kata merupakan salah satu unsur dasar bahasa yang sangat penting. Dengan kata-kata kita berpikir, menyatakan perasaan, serta gagasan.

  Pilihan Kata

  Untuk menyampaikan gagasan, pikiran dan perasaan dalam tulisan diperlukan pemilihan kata.

  Ada dua hal yang harus diperhatikan sebagai persyaratan pokok dalam memilih kata, yaitu ketepatan dan kesesuaian.

  (3) Penggolongan Kata

  Kaitannya dengan pilihan kata, kosakata bahasa indonesia dapat digolongkan.

  Makna Kata

  Secara garis besar makna kata dapat dibedakan atas makna denotasi dan makna konotasi. Makna denotasi ialah konsep dasar yang didukung oleh suatu kata, sedangkan makna konotasi adalah nilai rasa atau gambaran tambahan yang ada di samping denotasi.

b) Kalimat

  Kalimat ialah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa. Kalimat juga turut membangun karangan.

  Kalimat efektif dalam bahasa tulis harus.

  Secara tepat dapat mewakili gagasan penulis.

  Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pembaca seperti yang dipikirkan penulis.

c) Paragraf

  Pengertian Paragraf ’’Paragraf adalah satuan bahasa yang mengandung satu tema perkembangannya” (Kridalaksana, 1984: 140). ”Paragraf merupakan bagian dari satu karangan (biasanya mengandung satu ide pokok dan dimulai penulisannya dengan garis baru), alinea, tanda” (Muliono (ed.), 1990: 648). ”Paragraf merupakan satu model karangan yang terkecil” (Parera, 1984: 13). ”Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam bentuk karangan” (Akhadiah, dkk., 1991: 144).

g. Metode Pembelajaran

1) Pengertian Metode

  Menurut T. Raka Joni (1993) dalam Abimanyu, dkk. (2008: 2-5) mengartikan metode sebagai cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan tertentu. Metode dapat juga diartikan sebagai cara atau jalan menyajikan atau melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan.

2) Macam-macam Metode Pembelajaran

  (a.i.a.5.i.a)

  Metode Ceramah Sumantri dan Permana (19981999) dalam Abimanyu, dkk. (2008) menyatakan bahwa metode ceramah adalah ”cara mengajar yang paling popular dan banyak dilakukan oleh guru. Disajikan dengan cara memberikan penjelasan secara lisan kepada siswa”.

  (a.i.b) Metode Tanya Jawab

  Metode tanya jawab adalah cara penyampaian suatu pelajaran melalui interaksi dua arah dari guru kepada siswa atau dari siswa kepada guru agar diperoleh jawaban kepastian materi melalui jawaban lisan guru atau siswa.

  (a.i.c) Metode Diskusi

  Sanjaya (2006), dan Sumantri dan Permana (19981999) dalam Abimanyu, dkk. (2008) menyatakan bahwa metode diskusi dapat diartikan sebagai siasat untuk menyampaikan bahan pelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis.

  (d) Permainan Bahasa

  Permainan merupakan suatu aktifitas untuk memperoleh

  suatu keterampilan tertentu dengan cara menggembirakan. Masalah permaianan hampir tidak terpisahkann dari kehidupan manusia. Dengan jalan bermain, kita memperoeh suatu kegembiraan dan kesenangan. Kegembiraan tersebut bukan saja karena kita dapat menjadi pemenang dalam sebuah permainan namun ketika permainan itu berlangsung kita memperoleh kegembiraan juga. Waktu untuk seorang anak bermain tentunya sebanding dengan waktu orang dewasa bekerja. Untuk itu bagaimana kita mengemas suatu keterampilan tertentu dengan cara menggembirakan. Masalah permaianan hampir tidak terpisahkann dari kehidupan manusia. Dengan jalan bermain, kita memperoeh suatu kegembiraan dan kesenangan. Kegembiraan tersebut bukan saja karena kita dapat menjadi pemenang dalam sebuah permainan namun ketika permainan itu berlangsung kita memperoleh kegembiraan juga. Waktu untuk seorang anak bermain tentunya sebanding dengan waktu orang dewasa bekerja. Untuk itu bagaimana kita mengemas

  a. Macam-macam permainan.

  1) Bisik berantai, Dimana setiap pemain secara berurutan harus

  membisikan suatu kalimat kepada pemain berikutnya. Kalimat yang dibisikan itu adalah kalimat yang dibisikkan pemain laiinnya. Tujuan permainan ini adalah untuk melatih anak didik menyimak.

  2) Perintah bersyarat, dalam permainan ini pemain harus

  mengikuti suatu perintah yang diberikan oleh guru dengan syarat-syarat tertentu. Permainan ini bertujuan untuk melatih keterampilan menyimak.

  3) Sambung Suku, yang dapat dilaksanakan secara lisan dan

  tertulis. Dalam permainan ini pemain disuruh menyambung suatu akhir suatu kata yanng menjadi kata baru. Tujuan dari permainan ini adalah untuk memupuk penguasaan kosakata.

  4) Mengarang gotong royong menurut Djuanda (Kopendas.2009).

  Tempatkan beberapa benda ke dalam tas atau kotak. Buatlah kelompok belajar. Suruhlah salah seorang siswa pertama wakil dari kelompok mengambil satu benda, dan dia harus membuat kalimat yang berkaitan dengan benda tersebut. Bantulah bila siswa membutuhkan bantuan guru. Kemudian siswa yang lain Tempatkan beberapa benda ke dalam tas atau kotak. Buatlah kelompok belajar. Suruhlah salah seorang siswa pertama wakil dari kelompok mengambil satu benda, dan dia harus membuat kalimat yang berkaitan dengan benda tersebut. Bantulah bila siswa membutuhkan bantuan guru. Kemudian siswa yang lain

h. Media

  a.i.1.a.i.1.1) Pengertian Media

  Istilah media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari “medium” yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Makna umumnya adalah segala sesuatu yang dapat meyakinkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Terdapat beberapa pengertian media, diantaranya :

  a) Mc.Luhan dalam Basuki Wibawa (19921993: 7), menjelaskan

  bahwa “Media adalah semua saluran pesan yang dapat digunakan sebagai sarana komunikasi dari seseorang ke orang lain yang tidak ada di hadapannya”.

  b) Menurut Rimoszowski dalam Basuki Wibawa (19921993: 8),

  “Media ialah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan (yang dapat berupa orang atau benda) kepada penerima pesan”.

  c) AECT (dalam Rahardi, 2003: 9) mengatakan bahwa “media

  adalah segala sesuatu yang digunakan orang dalam meyakinkan pesan”.

  d) Angkowo, Robertus, dkk. (2007: 10) menjelaskan bahwa :

  Media dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat terdorong terlibat dalam proses pembelajaran.

  Dari berbagai batasan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa media adalah merupakan segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyampaikan pesan hingga dapat merangsang pikiran, dapat membangkitkan semangat, perhatian, dan kemauan siswa dalam proses pembelajaran.

  a.i.1.a.i.1.2)

  Manfaat Media Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih efektif dan efisien. Tetapi secara lebih khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci. Kemp dan Dayton (1985: 15), misalnya mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran, yaitu.

  a.i.1.a.i.a) Penyampaian materi pembelajaran dapat

  diseragamkan. a.i.1.a.i.b) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan

  menarik. a.i.1.a.i.c) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif.

  a.i.1.a.i.d) Efisiensi dalam waktu dan tenaga. a.i.1.a.i.e) Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. a.i.1.a.i.f)

  Media memungkinkan proses belajar dapat

  dilakukan di mana saja dan kapan saja. a.i.1.a.i.g) Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa

  terhadap materi dan proses belajar. a.i.1.a.i.h) Merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan

  produktif.

  a.i.1.a.i.1.3)

  Jenis-jenis Media Ada beberapa jenis media pembelajaran yang dapat dipergunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, yaitu

  a.i.1.a.i.1) Media Audio

  Media ini terdiri dari perangkat keras yang berupa alat perekam (tape recorder) dan perangkat lunak yang berupa program dalam pita rekaman. Media ini sangat sesuai untuk melatih keterampilan ekspresi lisan dan menyimak, contohnya radio, tape recorder dan pita audio.

  a.i.1.a.i.2) Media Visual

  Media visual artinya media pembelajaran yang dapat dilihat dengan indera penglihatan, misalnya : gambar datar, media proyeksi diam, media grafis. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 1262) Media visual artinya media pembelajaran yang dapat dilihat dengan indera penglihatan, misalnya : gambar datar, media proyeksi diam, media grafis. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 1262)