this PDF file ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK SEWA KAMAR DENGAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM (ABC SYSTEM) | Haneda | Jurnal Administrasi Bisnis 1 PB

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK SEWA KAMAR DENGAN ACTIVITY
BASED COSTING SYSTEM (ABC SYSTEM)
(Studi pada Guest House Hasanah Buring Kota Malang Tahun 2016)
Nivo Haneda
Devi Farah Azizah
Fakultas Ilmu Administrasi
Univеrsitas Brawijaya
Malang
Еmail: nivo922@gmail.com
ABSTRACT
More accurate determining of cost is important as a basis for decision-making for the management of
service company. During this time Hasanah Buring Guest House isn’t use special method in determining the
rate of rent room. Rate of rent room is determined by the owner and manager by doing simple calculations,
that way can make distorted calculations. One method that can be used to calculate cost of the rent room is
by using Activity Based Costing System, so that researchers interested in making the research under the title
"Cost Calculation Analyzes of Rent Room with Activity Based Costing System” This research used
descriptive method and case study approach with two research problems, they were How to cost of rent
room by the management of Hasanah Buring? How to calculate cost of rent room in Hasanah Buring by
using Activity Based Costing System? Data sources obtained from internal data, that was financial data of
Hasanah Buring. Data analyzes used three stages: The calculation of the cost of rent room in Hasanah
Buring; Calculating the cost of renti room by using the ABC System method; Conducting comparison

between the calculation of the cost rent room currently used by Hasanah Buring and the calculation that
used the ABC System method.
Kеywords: Service Company, Guest House, Rent Room
АBSTRАK
Penentuan harga pokok yang lebih akurat penting bagi manajemen perusahaan jasa sebagai dasar untuk
pembuatan keputusan. Selama ini Guest House Hasanah Buring belum menggunakan metode khusus dalam
menentukan tarif sewa kamar. Tarif sewa kamar tersebut ditentukan oleh owner dan manajer dengan
melakukan perhitungan yang sederhana, namun cara tersebut dapat menghasilkan perhitungan yang
terdistorsi. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menghitung harga pokok sewa kamar adalah
dengan menggunakan Activity Based Costing System (ABC System), sehingga peneliti tertarik untuk
mengangkat judul “Analisis Perhitungan Harga Pokok Sewa Kamar dengan Activity Based Costing
System(ABC System).” Penelitian ini menggunakan metode deskriptif pendekatan studi kasus dengan dua
rumusan masalah, yaitu (1) Bagaimana harga pokok sewa kamar menurut manajemen Hasanah Buring? (2)
Bagaimana perhitungan harga pokok sewa kamar pada Hasanah Buring dengan menggunakan Activity Based
Costing System (ABC System)?. Sumber data diperoleh dari data internal yaitu data keuangan yang diperoleh
dari Hasanah Buring. Analisis data menggunakan 3 tahap yaitu (1) Perhitungan harga pokok sewa kamar
pada Hasanah Buring; (2) Melakukan perhitungan harga pokok sewa kamar menggunakan metode ABC
System; (3) Melakukan perbadingan antara perhitungan harga pokok sewa kamar yang saat ini digunakan
oleh Hasanah Buring dengan perhitungan menggunakan metode ABC System.
Kаtа Kunci: Perusahaan Jasa, Guest House, Sewa Kamar


Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

48

PЕNDАHULUАN
Penentuan harga pokok produk yang lebih
akurat penting bagi manajemen sebagai dasar
untuk pembuatan keputusan. Secara umum, harga
pokok produk adalah biaya-biaya yang timbul
karena adanya aktivitas produksi. Proses produksi
suatu perusahaan akan mengeluarkan biaya-biaya
yang akan digunakan untuk menghasilkan barang
atau jasa. Harga pokok produk bisa ditentukan
berdasarkan akuntansi biaya tradisional maupun
menggunakan metode Activity Based Costing
System (ABC System). Menurut Bastian dan
Nurlela (2009:23), biaya tradisional adalah dimana
biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja

langsung, biaya overhead pabrik baik yang bersifat
variabel maupun tetap menjadi biaya produk.
Dalam
perhitungan
sistem
tradisional
memfokuskan pengendaliannya terhadap biaya
dengan manajer yang mempunyai wewenang atas
terjadinya biaya yang menyebabkan banyak biaya
overhead pabrik yang tidak berhubungan dengan
volume produk yang diproduksi. Akibatnya, sistem
akuntansi biaya tradisional dapat menghasilkan
perhitungan yang terdistorsi. Dengan adanya
kelemahan dalam perhitungan biaya tradisional
tersebut, sistem akuntansi baru yaitu metode
Activity Based Costing System (ABC System) dapat
memberikan solusi dalam menentukan harga
pokok produk.
Firdaus
dan

Wasilah
(2012:320)
menyatakan bahwa sebagai pendekatan yang baru
dalam penentuan harga pokok produk, ABC System
dapat menghasilkan informasi biaya produk yang
lebih akurat dan dapat dipercaya dibandingkan
dengan sistem penentuan biaya atau harga pokok
yang sudah ada sebelumnya, oleh karena sistem ini
mengunakan jenis pemicu biaya (cost driver) yang
lebih banyak, sehingga dapat mengukur secara
lebih tepat sumber daya yang dikonsumsi oleh
produk. Agar tidak terjadi distorsi penentuan harga
pokok per unit, banyak perusahan yang
menggunakan sistem penentuan harga pokok
berbasis aktivitas (ABC System) dengan harapan
manajemen melakukan analisis profitabilitas,
mendorong perbaikan proses, mengembangkan
ukuran kinerja yang lebih inovatif, dan dapat
berpartisipasi dalam perencanaan yang strategis.
Sistem informasi ini dapat diterapkan pada

perusahaan manufaktur, dagang, dan jasa seperti
jasa akomodasi. Maraknya pertumbuhan jumlah
akomodasi per tahunnya menuntut setiap
perusahaan untuk bisa bersaing secara kompetitif.
Salah satu strateginya yaitu dengan persaingan
penawaran harga. ABC System dapat digunakan

sebagai perhitungan harga pokok untuk
mendapatkan perhitungan yang lebih akurat.
Kota Malang tidak hanya pusat segala
kegiatan ekonomi, bisnis, perdagangan dan industri
tetapi juga sebagai tempat persinggahan sementara
bagi sebagian pengunjung. Melihat potensi yang
dimiliki, kota Malang dimungkinkan menjadi kota
modern sehingga memerlukan fasilitas-fasilitas
pendukung seperti sarana akomodasi. Dengan
adanya peluang tersebut maka jumlah akomodasi
di Kota Malang semakin meningkat setiap
tahunnya.
Kota Malang memiliki peningkatan yang

pesat baik pada hotel berbintang, hotel melati, dan
akomodasi lain. Meningkatnya jumlah akomodasi
menyebabkan berbagai jenis akomodasi di Kota
Malang harus dapat mengembangkan penawaranpenawaran dalam berbagai aspek agar dapat
meningkatkan kunjungan hotel dan kepuasan bagi
konsumen. Hal yang membedakan dari ketiga jenis
akomodasi tersebut adalah harga, kenyamanan,
serta kelengkapan fasilitas yang didapatkan.
Salah satu akomodasi yang dibutuhkan
diantaranya adalah Guest House. Guest House
merupakan sejenis fasilitas baik milik perorangan
maupun perusahaan yang diperuntukkan khusus
bagi tamu yang menginap. Fasilitas yang
ditawarkan Guest House cukup sederhana meliputi
AC, TV, Wifi, Laundry, serta keperluan makanan
dan minuman. Ciri khas yang menjadi perbedaan
antara Guest House dan hotel berbintang adalah
pada tarif yang ditetapkan, penetapan tarif Guest
House cenderung lebih murah dari hotel. Untuk
dapat bersaing dengan baik, suatu Guest House

harus dapat mengambil keputusan dan tindakan
yang tepat untuk memperoleh keuntungan. Salah
satu cara yang dapat dilakukan Guest House dalam
menentukan harga pokok sewa kamar adalah
dengan menggunakan metode Activity Based
Costing System (ABC System).
Hasanah
Guest
House
merupakan
perusahaan yang bergerak di bidang akomodasi.
Guest House ini adalah salah satu Guest House di
Malang Raya yang banyak diminati oleh
wisatawan karena fasilitas, kenyamanan, serta
pelayanan yang ramah. Di Kota Malang Hasanah
Guest House tersebar di empat tempat dan satu
sama lain memiliki konsep yang berbeda-beda.
Namun dalam penelitian ini, peneliti hanya fokus
kepada satu Guest House. Guest House tersebut
berlokasi di Jalan Buring No. 9 Malang dan biasa

disebut dengan nama Hasanah Buring. Hasanah
Buring merupakan penginapan yang didirikan
pertama kali oleh Hasanah Guest House. Memiliki
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

49

kamar berjumlah 17 dengan 4 tipe yaitu 1 kamar
Suite, 2 kamar Deluxe, 10 kamar Superior, dan 4
kamar Standart. Dari tahun ke tahun jumlah guest
pada Hasanah Buring selalu mengalami
peningkatan.
Pada dasarnya dalam menentukan tarif
sewa kamar Hasanah Buring belum menggunakan
metode Actvity Based Costing System (ABC
System). Tarif sewa kamar tersebut ditentukan oleh
owner dan manajer Hasanah dengan cara yang
sederhana yaitu menyesuaikan harga yang
ditawarkan oleh pesaing yang berlokasi di sekitar

Hasanah Buring. Berdasarkan latar belakang
diatas, untuk menentukan harga pokok sewa kamar
dan meningkatkan kualitas pengambilan keputusan
yang lebih akurat, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul Analisis
Perhitungan Harga Pokok Sewa Kamar dengan
Activity Based Costing System (Studi pada Guest
House Hasanah Buring Kota Malang Tahun 2016).
KАJIАN PUSTАKА
Activity Based Costing System (ABC System)
Menurut Blocher, Chen dan Lin (2000:120)
ABC System adalah pendekatan penentuan biaya
produk yang membebankan biaya ke produk atau
jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang
disebabkan karena aktivitas. Dasar pemikiran
pendekatan penentuan biaya ini adalah bahwa
produk atau jasa perusahaan dilakukan oleh
aktivitas dan aktivitas yang dibutuhkan tersebut
mengunakaan sumber daya yang menyebabkan
timbulnya biaya. Sumber daya dibebankan ke

aktivitas, kemudian aktivitas dibebankan ke objek
biaya berdasarkan penggunaannya. ABC System
memperkenalkan hubungan sebab akibat antara
cost driver dengan aktivitas.
Penentuan Harga Pokok menggunakan ABC
System
Menurut Siregar., et al (2013:233) langkah
pengaplikasian sistem ABC adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi biaya sumber daya dan
aktivitas
Tahap pertama adalah melakukan
analisis aktivitas untuk mengidentifikasi biaya
sumber daya dan aktivitas di perusahaan.
Setelah aktivitas diidentifikasi dan diketahui
biayanya, sering kali didapatkan aktivitas yang
jumlahnya puluhan bahkan ratusan. Oleh
karena itu, untuk memudahkan dalam

pengelolaan, termasuk dalam perhitungannya,
aktivitas-aktivitas yang dianggap memiliki

karakteristik konsumsi sumber daya yang
sama akan dijadikan satu kelompok aktivitas
yang disebut pool. Pengelompokkan ke dalam
pool dilakukan dengan beberapa langkah.
Pertama, aktivitas yang memiliki level
aktivitas sama dikumpulkan menjadi satu.
Kedua, aktivitas dibagi ke dalam pool-pool
aktivitas
berdasarkan
kesamaan
rasio
konsumsi aktivitas oleh setiap produk yang
sama.
Identifikasi biaya sumber daya untuk
berbagai macam aktivitas dapat dilakukan
dengan
cara
membedakan
aktivitas
berdasarkan cara aktivitas mengkonsumsi
sumber daya. Dengan cara ini, aktivitas
dikelompokkan menjadi empat level aktivitas
sesuai dengan tingkatan yang dilakukan
aktivitas tersebut.
1) Aktivitas level unit (unit-level activity)
adalah aktivitas yang dilakukan dalam
rangka menghasilkan satu unit individual
dari produk atau jasa.
2) Aktivitas level batch (batch-level activity)
adalah aktivitas yang dilakukan untuk
menghasilkan setiap batch atau grup dari
produk atau jasa.
3) Aktivitas level produk (product-level
activities) adalah aktivitas yang dilakukan
untuk mendukung produksi dari satu tipe
produk atau jasa yang spesifik.
4) Aktivitas level fasilitas (facility-level
activities) merupakan aktivitas pendukung
operasi secara umum.
b. Mengalokasikan biaya ke dalam objek biaya
ABC menggunakan dasar pemicu
konsumsi biaya sumber daya dalam
mengalokasikan biaya sumber daya ke produk.
Biaya sumber daya dapat dialokasikan
kedalam aktivitas berdasarkan estimasi atau
penelusuran langsung. Penelusuran langsung
membutuhkan
pengukuran
penggunaan
sumber daya yang sesungguhnya.
c. Mengalokasikan biaya aktivitas ke dalam
objek biaya
Langkah
terakhir
adalah
mengalokasikan biaya aktivitas ke dalam
objek biaya berdasarkan pemicu biaya
aktivitas yang sesuai. Pemicu biaya aktivitas
harus dapat menjelaskan naik turunnya biaya.
Pengalokasian biaya aktivitas kedalam objek
biaya dilakukan dengan menggunakan tarif
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

50

pembebanan. Tarif pembebanan dapat
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Pool Rate = Anggaran biaya overhead per pool aktivitas
Cost Driver

Satu kelompok dapat berisi beberapa
aktivitas sekaligus sehingga perhitungan tarif
dapat dipilih salah satu aktivitas tertentu dalam
pool tersebut. Penggunaan aktivitas yang
berbeda akan menghasilkan tarif yang berbeda
pula, tetapi nantinya biaya yang dibebankan
akan tetap sama karena kesamaan rasio
aktivitas. Oleh karena itu, dalam satu fasilitas
produksi sangat dimungkinkan untuk memiliki
banyak tarif pembebanan overhead. Langkah
pembebanan
biaya
overhead
dihitung
menggunakan rumus berikut:
Overhead dibebankan = Pool Rate x Unit Cost Driver yang
digunakan

ABC System pada Perusahaan Jasa
Karakteristik jasa berdasarkan sifat tidak
terwujudnya. Jasa tidak terpisah dari pelanggan
dan tidak dapat disimpan. Sistem akuntansi
tradisional
menekankan
manufaktur
dan
mengabaikan jasa. Sekarang berbeda dengan
sebelumnya, pendekatan ini tidak digunakan lagi.
Manajer harus mampu untuk menelusuri biaya jasa
yang diserahkan sama akuratnya dengan mereka
menelusuri harga pokok produksi (Hansen dan
Mowen, 2000:135).
Menurut Hansen dan Mowen (2000:325),
organisasi jasa sekarang menekankan penghilangan
limbah, meningkatkan produktivitas, teknologi
baru, manajemen mutu terpadu, dan pengurangan
biaya. Dengan adanya informasi biaya secara teliti
dapat menjadikan organisasi untuk merubah
campuran jasa dan membantu mengurangi biaya
jasa yang akan ditawarkan. ABC dapat berguna
bagi organisasi jasa. Semua organisasi jasa
mempunyai kegiatan dan keluaran yang
menempatkan kebutuhan akan kegiatan-kegiatan
ini. Namun ada beberapa perbedaan dasar antara
organisasi jasa dan produksi. Kegiatan dalam
organisasi produksi cenderung menjadi jenis yang
sama dan dilaksanakan dengan cara yang serupa.
Hal yang sama tidak dapat dikatakan untuk
organisasi jasa. Untuk perusahaan manufaktur,
keluaran mudah ditentukan (produk-produk nyata
yang diproduksi), tetapi untuk organisasi jasa,

pendefinisian keluaran lebih sulit. Keluaran untuk
organisasi jasa kurang nyata. Keluaran harus
didefinisikan sehingga keluaran dapat dihitung
harganya.
MЕTODE PЕNЕLITIАN
Pеnеlitian ini mеrupakan mеtodе pеnеlitian
dеskriptif dеngan pеndеkatan Studi kasus.
Pеnеlitian ini mеnggambarkan adanya suatu
variabеl, gеjala atau kеadaan. Tеknik mеtodе ini
lеbih sеsuai dan mampu mеnjawab pеrmasalahan
yang ditеliti. Pеnеlitian ini diharapkan mampu
mеmbеrikan hasil dan jawaban yang jеlas.
Fokus Pеnеlitiаn
1. Harga pokok sewa kamar menurut manajemen
Hasanah Buring.
2. Perhitungan harga pokok sewa kamar pada
Hasanah Buring dengan menggunakan Activity
Based Costing System (ABC System).
Lokаsi Pеnеlitiаn
Pеnеlitian ini dilakukan di Hasanah Guest
House Malang yaitu sebuah perusahaan yang
bergerak di bidang jasa akomodasi. Hasanah Guest
House yang dipilih dalam penelitian ini
beralamatkan di Jalan Buring No. 9 Malang dan
biasa disebut dengan nama Hasanah Buring.
Lokasi penelitian ini dipilih karena Hasanah
Buring masih menggunakan perhitungan sederhana
dalam menentukan tarif sewa kamar
HАSIL DАN PЕMBАHАSАN
Perhitungan Pendapatan Jasa Kamar Hasanah
Buring
Hasanah Buring memiliki dua tipe harga yang
berbeda yaitu pada waktu weekday dan weekend.
Berikut perhitungan pendapatan jasa kamar pada
Hasanah Buring.
Tabel 1. Pendapatan Penjualan Jasa Kamar
Hasanah Buring Tahun 2016
No.
1.

Jenis
Harga Jual
Lama Hari
Kamar
Kamar
Menginap
(1)
(2)
(3)
Pendapatan Penjualan Jasa Kamar Weekday
Rp
Standart
841
175.000,00

Pendapatan Jasa
Kamar
(4)=(2)x(3)
Rp
147.175.000,00

Superior

Rp
260.000,00

1579

Rp
410.540.000,00

Deluxe

Rp
340.000,00

186

Rp
63.240.000,00

Suite

Rp
365.000,00

103

Rp
37.595.000,00

Total Pendapatan Jasa Kamar Weekday

Rp

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

51

658.550.000,00
Pendapatan Penjualan Jasa Kamar Weekend
Rp
Standart
408
220.000,00

2.

Rp
89.760.000,00

Superior

Rp
290.000,00

962

Rp
278.980.000,00

Deluxe

Rp
365.000,00

173

Rp
63.145.000,00

Suite

Rp
390.000,00

90

Rp
35.
100.000,00

Total Pendapatan Jasa Kamar Weekend
Total Pendapatan Penjualan Jasa Kamar

Rp
466.985.000,00
Rp
1.125.535.000,00

Sumber: Data Diolah

Berdasarkan
tabel
diatas
diketahui
pendapatan penjualan jasa kamar Hasanah Buring
tahun 2016 sebesar Rp 1.125.535.000,00.
Perhitungan Persentase Pendapatan Penjualan
Jasa Kamar Hasanah Buring
Persentase
pendapatan
dapat
dihitung
berdasarkan pendapatan jasa kamar tiap tipe
dengan total pendapatan jasa kamar secara
keseluruhan. Berikut merupakan perhitungan
persentase pendapatan penjualan jasa kamar pada
Hasanah Buring:
Tabel 2. Persentase Pendapatan Penjualan Jasa
Kamar Hasanah Buring Tahun 2016
Jenis
Kamar

Pendapatan Jasa
Kamar

Persentase Pendapatan Jasa
Kamar

Standart

Rp

236.935.000,00

21%

Superior

Rp

689.520.000,00

61%

Deluxe

Rp 126. 385.000,00

11%

Suite

Rp

7%

Jumlah

Rp 1.125.535.000,00

72.695.000,00

100%

menjumlahkan beberapa elemen biaya. Elemenelemen biaya tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Rincian Elemen-Elemen Biaya dalam
Menentukan Harga Pokok Sewa Kamar Hasanah
Buring Tahun 2016
No.

Elemen Biaya
Biaya Gaji Tetap Tidak
Langsung
Biaya Listrik
Biaya Air (PDAM)
Biaya Telepon
Biaya Bahan Bakar
Biaya Konsumsi
Biaya Laundry
Biaya Perawatan
Biaya Penyusutan Gedung
Jumlah

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Perhitungan Harga Pokok Sewa Kamar
Hasanah Buring
Pada dasarnya penentuan tarif sewa kamar di
Hasanah Buring ditentukan oleh owner dan
manajer dengan cara yang sederhana yaitu

Rp

236.571.693,00

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

65.995. 698,00
659.000,00
6.404.221,00
3.564.858,00
122.945.465,00
19. 830.000,00
5.483.000,00
60.913.889,00
522.367.824,00

Sumber: Hasanah Buring, 2016

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa,
semua
elemen-elemen
ditambahkan
untuk
menentukan harga pokok sewa kamar. Elemenelemen tersebut meliputi biaya gaji tetap tidak
langsung, biaya listrik, biaya air, biaya telepon,
biaya bahan bakar, biaya konsumsi, biaya laundry,
biaya perawatan, dan biaya penyusutan gedung.
Penambahan elemen tersebut menghasilkan jumlah
sebesar Rp 522.367.824,00.
Setelah melakukan penambahan pada
tingkat unit, Hasanah Buring menentukan biaya
operasional setiap kamar berdasarkan persentase
pendapatan yang diterima tiap kamar. Adapun
biaya operasional untuk setiap tipe kamar adalah
sebagai berikut:
Tabel 4. Biaya Operasional tiap Kamar Hasanah
Buring Tahun 2016
Jenis
Kamar

Persentase
Pendapatan
Jasa Kamar

(1)

(2)

Standart

21%

Superior

61%

Sumber: Data Diolah

Berdasarkan tabel 2 persentase pendapatan
tertinggi terdapat pada kamar tipe Superior yaitu
memiliki persentase 61%, sedangkan persentase
pendapatan jasa terendah terdapat pada tipe kamar
Suite yang hanya memiliki persentase 7%.

Jumlah

Total Biaya
Operasional

Biaya Operasional
tiap Tipe Kamar

(3)

(4) = (2) x (3)
Rp 109.697.243,00
Rp 318.644.372,60

Rp 522.367.824,00
Deluxe

11%

Rp

57.460.460,64

Suite

7%

Rp

36.565.747,68

Jumlah

100%

Rp 522.367.824,00

Rp 522.367.824,00

Sumber: Data Diolah
Pada tabel 4 dimaksudkan untuk mengetahui
biaya yang dibutuhkan oleh setiap kamar, yang
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

52

selanjutnya akan ditentukan harga pokok sewa
kamar. Harga pokok sewa kamar Hasanah Buring
didapatkan melalui pembagian antara biaya
operasional dengan jumlah lama hari menginp atau
Long of Stay. Berikut dicantumkan pada tabel 19
harga pokok sewa kamar Hasanah Buring tahun
2016.

3)

Tabel 5. Harga Pokok Sewa Kamar Hasanah Buring
Tahun 2016
No.
(1)

Tipe
Kamar

Biaya Operasional
per Tipe Kamar

(2)

(3)

Lama
Hari
Mengi
nap

Harga Pokok Sewa
Kamar per Hari

4)
(5) = (3) : (4)

(4)
1.

Standart

Rp 109.697.243,00

1249

Rp

87.828,05

2.

Superior

Rp 318.644.372,60

2541

Rp

125.401,16

3.

Deluxe

Rp 57.460.460,64

359

Rp

160.056,99

4.

Suite

Rp 36.565.747,68

193

Rp

189.459,83

5)

Sumber: Data Diolah

Penentuan Harga Pokok Sewa Kamar
Menggunakan Metode ABC System
Mengidentifikasi Biaya Sumber Daya dan
Aktivitas
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
pada Hasanah Buring, aktivitas-aktivitas biaya
yang ada di Hasanah Buring meliputi:
1) Pembayaran Gaji Tetap Tidak Langsung
2) Pemakaian Listrik
3) Pemakaian Telepon
4) Pemakaian Air (PDAM)
5) Pemakaian Bahan Bakar
6) Konsumsi (F&B)
7) Laundry
8) Perawatan
9) Penyusutan Gedung
Berikut ini dijelaskan mengenai elemen biaya di
atas sebagai berikut:
1) Biaya Gaji Tetap Tidak Langsung
Biaya gaji bersifat tetap karena jumlah rupiah
yang dikeluarkan relatif tetap dan tidak
tergatung pada banyak atau sedikitnya tingkat
hunian kamar. Aktivitas ini dikategorikan
sebagai unit-level activity cost.
2) Biaya Listrik
Semua tipe kamar Hasanah Buring
membutuhkan tenaga listrik untuk penerangan
kamar atau menjalankan aktivitas lainnya yang
membutuhkan energi listrik. Aktivitas listrik
ini dikategorikan sebagai unit-level activity

6)

7)

8)

9)

cost karena biaya bisa berubah sesuai dengan
pemakaian listrik yang terpakai.
Biaya Air
Pada Hasanah Buring air di dapat dari dua
saluran yaitu melalui sumur dan PDAM.
Setiap harinya Hasanah Buring memakai air
dari sumur dan menggunakan PDAM hanya
saat sumur bermasalah. Sehingga Hasanah
Buring hanya mengeluarkan biaya air PDAM
sebesar Rp 659.000,00 pada tahun 2016.
Aktivitas air ini dikategorikan sebagai unitlevel activity cost.
Biaya Telepon
Hasanah Buring mengeluarkan biaya telepon
sebesar Rp 6.404.221,00 untuk memberikan
kemudahan para tamu dalam hal komunikasi
dengan teman ataupun pihak hotel. Aktivitas
biaya telepon ini dikategorikan sebagai unitlevel activity cost.
Biaya Bahan Bakar
Hasanah Buring mengeluarkan biaya bahan
bakar sebesar Rp 3.564.858,00. Biaya bahan
bakar dikategorikan sebagai facility-level
activity cost.
Biaya Konsumsi
Biaya konsumsi tamu yang dikeluarkan oleh
Hasanah Buring pada tahun 2016 adalah
sebesar Rp 122.945.465,00. Aktivitas biaya
konsumsi ini dikategorikan sebagai unit-level
activity cost.
Biaya Laundry
Aktivitas laundry mempunyai hubungan
secara tidak langsung terhadap aktivitas
operasional kamar yang menyediakan linen
bersih seperti sprei, selimut, sarung bantal, dan
korden. Biaya laundry yang dikeluarkan
sebesar Rp 19.830.000,00 dan termasuk dalam
kategori facility- level activity cost.
Biaya Perawatan
Biaya perawatan adalah biaya yang
dikeluarkan oleh pihak Hasanah Buring untuk
menyelenggarakan servis peralatan dan
fasilitas-fasilitas
lainnya.
Biaya
yang
dikeluarkan oleh Hasanah Buring selama
tahun 2016 sebesar Rp 5.483.000,00. Biaya ini
termasuk dalam kategori facility- level activity
cost.
Biaya Penyusutan Gedung
Biaya penyusutan gedung sebesar Rp
60.913.889,00. Aktivitas ini dikategorikan
sebagai facility-level activity cost.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

53

Membebankan Biaya Sumber Daya pada
Aktivitas
Langkah selanjutnya dalam penerapan
Activity Based Costing System (ABC System)
adalah
membebankan
biaya-biaya
yang
mengkonsumsi sumberdaya pada aktivitasnya.
Aktivitas
biaya
pada
Hasanah
Buring
diklasifikasikan kedalam dua kelompok yaitu unitlevel activity dan facility-level activity. Unit-level
activity merupakan aktivitas yang dilakukan setiap
hari saat tamu menginap di Hasanah Buring,
aktivitas yang termasuk dalam kategori ini adalah
biaya gaji tetap tidak langsung, biaya listrik, biaya
air, biaya telepon, dan biaya konsumsi. Sedangkan
facility-level activity adalah aktivitas yang
berhubungan dengan mempertahankan fasilitas
yang dimiliki oleh Hasanah Buring. Aktivitas ini
meliputi biaya laundry, biaya bahan bakar, biaya
perawatan, dan biaya penyusutan gedung.
Tabel 6. Klasifikasi Aktivitas Biaya Sewa Kamar
pada Kelompok Aktivitas Hasanah Buring Tahun
2016
Level Activities
Unit Level Activity
Pool 1
Pembayaran Gaji Tetap
Tidak Langsung
Pemakaian air (PDAM)
Pemakaian Telepon
Konsumsi
Jumlah
Pool 2
Pemakaian Listrik
Facility Sustaining
Activity
Pool 3
Laundry
Perawatan
Jumlah
Pool 4
Pemakaian Bahan Bakar

Cost
Driver

Menentukan Tarif Kelompok (Pool Rate)
Tabel 7. Penentuan Tarif per Cost Pool Kamar
Hasanah Buring dengan Menggunakan Metode
ABC System

Cost Pool

Cost Pool

Total Cost Pool

Cost Driver

Cost Pool Rate

(1)

(2)

(3)

(4) = (2) : (3)

LOS

Rp

LOS
LOS
LOS

Rp
659.000,00
Rp
6.404.221,00
Rp 122.945.465,00
Rp 366.580.379,00

1

Rp 366.580.379,00

2

Rp

3

Rp

KWH

LOS
LOS

236.571.693,00

65.995.698,00

Rp
Rp
Rp

19.830.000,00
5.483.000,00
25.313.000,00

Jumlah
Tamu

Rp

3.564.858,00

Luas
Kamar

Rp

60.913.889,00

Pool 5
Penyusutan Gedung

1. Aktivitas biaya gaji tetap tidak langsung
menggunakan long of stay (LOS) sebagai cost
driver.
2. Aktivitas listrik menggunakan kilo watt hours
(KWH) sebagai cost driver.
3. Aktivitas air menggunakan long of stay (LOS)
sebagai cost driver.
4. Aktivitas telepon menggunakan long of stay
(LOS) sebagai cost driver.
5. Aktivitas konsumsi menggunakan long of stay
(LOS) sebagai cost driver.
6. Aktivitas laundry menggunakan long of stay
(LOS) sebagai cost driver.
7. Aktivitas bahan bakar menggunakan jumlah
tamu menginap sebagai cost driver.
8. Aktivitas perawatan menggunakan long of stay
(LOS) sebagai cost driver.
9. Aktivitas penyusutan gedung menggunakan
luas tiap kamar (m²) sebagai cost driver.

Sumber: Data Diolah

Diketahui pada tabel 6 yaitu cost driver yang
akan datang dibebankan pada setiap aktivitas biaya
dalam menentukan harga pokok kamar hotel. Cost
driver yang digunakan yaitu long of stay (LOS),
kilo watt hours (Kwh), jumlah tamu menginap, dan
luas kamar (m²).
Identifikasi cost driver yang digunakan pada
Hasanah Buring ditunjukkan sebagai berikut:

4.342

Rp

84.426,61

65.995.698,00

13.400

Rp

4.925,05

Rp

25.313.000,00

4.342

Rp

5.829,80

4

Rp

3.564.858,00

8.684

Rp

410,51

5

Rp

60.913.889,00

225

Rp

270.728,39

Sumber: Data Diolah

Menentukan Biaya Aktivitas pada Produk dan
Jasa dengan Menggunakan Cost Pool Rate dan
Ukuran Aktivitas
Tabel 8. Rekapitulasi Biaya FOH pada Setiap Tipe
Kamar Hasanah Buring Tahun 2016 dengan ABC
System
Cost
Pool

Standart

Superior

Deluxe

Suite

1

Rp
105.448.835,9

Rp

214.528.016

Rp
30.309.152,99

Rp
16.294.335,73

2

Rp
13.790.140

Rp

34.475.350

Rp
11.820.120

Rp
5.910.060

3

Rp
7.281.420,2

Rp 14.813.521,8

Rp
2.092.898,2

Rp
1.125.151,4

4

Rp
1.025.453,98

Rp 2.086.211,82

Rp
294.746,18

Rp
158.456,86

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

54

5

Rp
13.265.691,11

Total
Biaya
Jumlah
Hari
Pakai
Harga
Pokok
per
Hari

Rp 24.365.555,1

Rp
13.536.419,5

Rp
9.746.222,04

Rp
140.811.541,2

Rp 290.268.654,7

Rp
58.053.336,87

Rp
33.234.226,03

1.249

2.541

359

193

114.234,02

Rp
161.708,45

Rp
172.198,06

Rp
112.739,42

Rp

Sumber: Data Diolah

Berdasarkan tabel 8 diketahui harga pokok
dengan ABC System pada tipe kamar Standart
sebesar Rp 112.739,42; Superior Rp 114.234,02;
Deluxe Rp161.708,45; dan Suite Rp 172.198,06.
Perbandingan Harga Pokok Sewa Kamar
Menurut Hasanah Buring dengan Harga Pokok
Sewa Kamar Menggunakan Metode ABC
System
Tabel 9. Perbandingan Harga Pokok Sewa Kamar
per Hari Hasanah Buring dengan Harga Pokok
Sewa Kamar Menggunakan Metode ABC System
Harga
Pokok
Kamar per
Hari
Hasanah
Buring
(2)

Harga
Pokok
Kamar per
Hari dengan
Metode ABC
System
(3)

Selisih
(4) = (2) –
(3)

Analisis
(5)

Standart

Rp
87.828,05

Rp
112.739,42

(Rp
24.911,37)

Undercosted

Superior

Rp
125.401,16

Rp
114.234,02

Rp
11.167,14

Overcosted

Deluxe

Rp
160.056,99

Rp
161.708,45

(Rp
1.651,46)

Undercosted

Suite

Rp
189.459,83

Rp
172.198,06

Rp
17.261,77

Overcosted

Tipe
Kamar
(1)

Sumber: Data Diolah

Berdasarkan tabel 9 diketahui adanya
perbedaan antara harga pokok sewa kamar yang
telah ditentukan oleh manajemen Hasanah Buring
dengan perhitungan harga pokok menggunakan
metode Activity Based Costing System (ABC
System). Dari hasil tersebut jika dibandingkan
dengan perhitungan menggunakan metode ABC
System, selisih pada kamar tipe Standart sebesar
Rp 24.911,37 dan Deluxe sebesar Rp 1.651,46
sehingga selama ini Hasanah Buring menghitung
harga pokok sewa kamar lebih rendah
(undercosted). Sedangkan selisih untuk tipe
Superior Rp 11.167,14 dan Suite sebesar

Rp17.261,77 sehingga selama ini Hasanah Buring
menghitung harga pokok sewa kamar yang lebih
besar (overcosted).
Terjadinya selisih harga pada metode ABC
System dengan metode perhitungan yang
digunakan oleh Guest House Hasanah Buring.
Perhitungan harga pokok sewa kamar yang
digunakan oleh Guest House Hasanah Buring
dihitung berdasarkan persentase pendapatan yang
dikalikan dengan total biaya operasional.
Sedangkan pada metode ABC System dibebankan
pada banyak cost driver. Cost driver yang
digunakan meliputi LOS, KWH, Jumlah Tamu,
dan Luas Kamar. Sehingga dalam metode ABC
System mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke
setiap kamar secara tepat berdasarkan konsumsi
masing-masing aktivitas. Penerapan metode ABC
System dalam menetapkan harga pokok sewa
kamar menggunakan pembebanan biaya tidak
langsung akan menghasilkan perhitungan yang
lebih akurat.
KЕSIMPULАN DАN SАRАN
Kеsimpulаn
1. Harga pokok sewa kamar yang telah
ditetapkan oleh pihak manajemen Hasanah
Buring ditentukan dengan mengalokasikan
biaya operasional yang terjadi pada setiap tipe
kamar dengan persentase pendapatan. Harga
pokok sewa kamar menurut manajemen
Hasanah Buring yaitu, tipe Standart Rp
87.828,05 ; Superior Rp 125.401,16 ; Deluxe
Rp 160.056,99 ; dan Suite Rp 189.459,83.
2. Perhitungan harga pokok
sewa kamar
menggunakan metode Activity Based Costing
System (ABC System) yaitu, Standart
112.739,42 ; Superior Rp 114.234,02 ; Deluxe
Rp 161.708,45 ; dan Suite Rp 172.198,06.
Dengan demikian terdapat selisih antara hasil
perhitungan harga pokok dari manajemen
Hasanah Buring dengan perhitungan metode
ABC System tipe kamar Standart dan Deluxe
menghasilkan perhitungan harga pokok yang
lebih rendah (undercosted) yaitu sebesar Rp
24.911,37 dan Rp 1.651,46, sedangkan pada
tipe kamar Superior, dan Suite menghasilkan
perhitungan harga pokok yang lebih tinggi
(overcosted) sebesar Rp 11.167,14 dan Rp
17.261,77.
Sаrаn
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti
memberikan saran terkait hasil penelitian yang
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

55

dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi
manajemen Hasanah Buring, saran yang dapat
diberikan sebaiknya manajemen Hasanah Buring
dapat menerapkan metode Activity Based Costing
System (ABC System) dalam menentukan harga
pokok sewa kamar karena dapat menghasilkan
perhitungan secara lebih akurat.

DАFTАR PUSTАKА
Blocher, Edward J., Kung H. Chen, dan Thomas
W. Lin. 2000. Manajemen Biaya: Dengan
Tekanan Stratejik. Jakarta: Salemba Empat.
Bustami, Bastian dan Nurlela. 2009. Akuntansi
Biaya: Melalui Pendekatan Manajerial.
Jakarta: Mitra Wacana Media.
Dunia, Firdaus Ahmad dan Wasilah Abdullah.
2009. Akuntansi Biaya Edisi 2. Jakarta:
Salemba Empat.
______. 2012. Akuntansi Biaya Edisi 3. Jakarta:
Salemba Empat.
Hansen, Don R dan Maryanne M. Mowen. 2000.
Manajemen
Biaya:
Akuntansi
dan
Pengendalian. Jakarta: Salemba Empat.
Siregar, Baldric., et al. 2013. Akuntansi
Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

56