Gerakan Sosial Pedagang Kaki Lima Menentang Kebijakan Pemerintah Daerah Kota Medan Terkait Dengan Implementasi Perda No. 8 Tahun 2000

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Pedagang kaki lima merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam sektor informal. Kehadiran
pedagang kaki lima menimbulkan berbagai persoalan dengan ruang publik, terutama dengan
masalah kebersihan, keramaian, dan ketertiban(Hariyono,2007).
Masalah kebersihan yang muncul disebabkan penyediaan pengelolaan sampah yang kurang
baik sehingga terlihat kumuh dan semrawut karena tidak terarah dengan baik. Masalah
keramaian yang muncul juga disebabkan menjamurnya keberadaan PKL ( Pedagang kaki
lima)yang tidak tertata dan cenderung membuat kemacetan lalu lintas. PKL yang berjualan
dipinggir jalan mengganggu ketertiban umum dan keindahan kota. Berdasarkan pertimbangan
tersebut, maka pemerintah mengambil tindakan tegas terhadap setiap pelaku sektor informal,
yakni dengan cara menggusur atau menyingkirkan usahanya yang berada di pinggir jalan.

Penertiban dan penggusuran yang dilakukan oleh pemerintah kota selalu diwarnai bentrok
fisik antara satuan polisi pamong praja (satpol PP) dengan pedagang kaki lima dalam proses
penertiban.Beberapa Kasus perlawanan PKL yang terjadi pada saat penertiban di kota

Medan,salah satunya di pasar tradisional Sei Sikambing, jalan Kapten Muslim, Medan.
Penertiban dilakukan petugas satpol PP mendapat perlawanan dari pedagang kaki lima yang
didominasi oleh kaum ibu atau di sebut “inang inang”. Petugas satpol PP melakukan
penertiban terhadap PKL, karena mereka melanggar peraturan dan separuh badan jalan
digunakan untuk lapak berjualan.Sehingga mengganggu kelancaran arus lalu lintas, mulai
sejak pagi sampai menjelang malam. Penertiban yang dilakukan dengan cara mengangkut
10
Universitas Sumatera Utara

semua barang dagangan PKL oleh petugas, tidak hanya sayuran dan ikan basah, tetapi juga
meja, ember, payung serta tenda milik pedagang juga diangkut.Sehingga, membuat para
pedagang semakin emosi. Para pedagang pun selanjutnya melawan dengan melontarkan caci
maki, dan melempari petugas dengan batu, kayu dan broti.Medan, (beritasumut.com)
Menurut data kependudukan di kota Medan, sektor perdagangan merupakan salah
satu mata pencaharian terbesar. Sejumlah 20.424 jiwa dari 2.983.868 jiwa penduduk kota
Medan mencari nafkah di sektor ini, mereka tersebar di 21 kecamatan di seluruh kota Medan
dan juga terpusat di beberapa tempat yang disebut dengan sebutan pasar atau yang biasa
dikenal dengan “pajak”. Luas pasar atau pajak penduduknya adalah 170.587,67M² dan pasar
ini terbagi atas 55 pasar yang tergolong kecil, sedang dan besar (PD Pasar kota Medan,
2013).


Foto 1 : Penertiban PKL: di Pasar Suka Ramai

11
Universitas Sumatera Utara

Foto 2 : Bentuk perlawanan PKL, tolak relokasi dan penggusuran

Foto 3 : Penertiban pedagang kaki lima Pasar Petisah

Sebagai pertimbangan diatasPemerintah kota Medan yang merupakan salah satu ibu kota
Provinsi Sumatera Utara telah memiliki aturan yang ditunjukan kepada pedagang kaki lima
(PKL). Peraturan tersebut dibuat denganPeraturan Daerah No.8 Tahun 2000 tentang
pembinaan umum, ketertiban, keamanan, kebersihan, kesehatan, dan kerapian dalam wilayah
kota Medan. Peraturan daerah tersebut melarang pedagang kaki lima berjualan pada fasilitas
publik seperti halnya di trotoar. Pasal yang mengatur tentang ketertiban umum yang

12
Universitas Sumatera Utara


melibatkan masalah keberadaan pedagang kaki lima tentang larangan mempergunakan
fasilitas umum, tertulis jelas bahwa:
1. Dilarang mempergunakan jalan umum atau trotoar atau pada teras depan bangunan
pertokoan jalan umum oleh pedagang kaki lima atau usaha lainnya kecuali pada tempat
tempat yang ditentukan atau ditunjuk oleh Walikota.
2. Dilarang mempergunakakan pasar atau bangunan komplek pertokoan yang tidak
bertingkat atau lantai 1(satu) sebagai tempat bermukim.
3. Dilarang mempergunakan halaman parkir pada komplek pasar/pertokoan/plaza untuk
tempat menetap kendaraan atau grobak dagangan.
Peraturan daerah inilah yang kemudian menjadi dasar hukum bagi pemerintah kota
Medan untuk melaksanakan penertiban terhadap pedagang kaki lima di berbagai jalan di
lingkungan pasar maupun trotoar jalan wilayah kota Medan. Tetapi langkah penertiban yang
dilakukan oleh pemerintah kota medan justru mendapat perlawanan dari pedagang kaki lima
yang tetap mempertahankan tempat jualan mereka dengan berbagai cara dan aksi. Hal ini
menyiratkan bahwa pedagang kaki lima pun memiliki kekuatan untuk melawan penguasa.
Aksi protes atau demonstrasi dengan tetap berjualan ditengah ancaman penertiban dan
penggusuran. Selanjutnya pedagang kaki lima melebur dan membentuk menjadi satu kedalam
sebuah wadah organisasi menjadi tanda bahwa mereka yang dinamakan pedagang kaki lima
mempunyai kekuasaan yaitu, perlawanan baik secara terbuka maupun secara laten dan ini lah
yang dikatakan sebagai gerakan sosial baru (new social movment) .

Beberapa kasus perlawanan PKL di kota lain di Indonesia yang berhadapan dengan
satpol PP sebagai berikut:
1. Perlawanan dari PKL di kota Surabaya. PKL di lingkungan

Semolowaru menjadi

permasalahan bagi pemerintah kota dalam melakukan penataan kota Surabaya. Kehadiran
PKL yang berserakan dimana - mana hampir di setiap sudut pinggiran jalan, seperti di

13
Universitas Sumatera Utara

emperen toko, tanah kosong, dan sebagainya yang berada di lingkungan jalan
Semolowaru. Itulah sebabnya, selalu saja muncul fenomena penggusuran dengan alasan
penertiban kepada setiap PKL yang dianggap melanggar ketertiban umum terutama
menjadi penyebab macetnya jalan di Semolowaru. Fenomena tersebut kemudian
berimplikasi bagi lahirnya berbagai perlawanan PKL terhadap upaya untuk menertibkan
kehadiran PKL. Perlawanan tersebut bisa saja dilakukan secara kolektif maupun secara
individual oleh PKL. Fenomena ini menjadi klasik dan berulang terus menerus.
Meskipundilakukan penertiban terus-menerus oleh petugas Satpol PP, tapi hal ini tidak

membuat pedagangkaki lima jera. Justru sebaliknya,pedagang kaki lima semakin banyak
dan kembali lagi berjualan.
Bentuk perlawanan antara PKL dengan satpol PP di kota Surabaya tanggal 12 mei 2009.
Dalam penertiban pedagang kaki lima (PKL) pada pembersihan sebuah gerobak bakso
milik seorang PKL,Para PKL membuat sebuah kelompok perlawanan dengan cara aksi
memberontak serta adu kekerasan dengan petugas penertiban.Sehingga terjadinya
kericuhan dan saat itu salah satu dari PKL tersiram dengan kuah panas dengan keadaan
kritis,yang dilakukan oleh petugas penertiban .

2.

Perlawanan dari PKL di kota Bandung.Kericuhan terjadi pada saat melakukan penertiban
lapak pedagang kaki lima (PKL) di seputaran komplek terminal terpadu subulussalam
yang dilakukan tim personel satpol PP. Para PKL terlibat adu kekuatan dengan satpol PP
sehingga terjadinya kericuhan pada saat penertiban. Para PKL marah dan tidak terima
karena lapaknya ditertibkan. Sedangkan personel satpol PP meminta pedagang untuk
memindahkan dagangannya. Jika para PKL tidak pindah tempat yang sudah di siapkan,
maka petugas akan melakukan pembongkaran lapak. Pedagang pun akhirnya marah

14

Universitas Sumatera Utara

karena lokasi jualan yang sudah di tetapkan oleh pemerintah , menurut PKL tidak layak
dikarenakan sunyi dan jarang orang-orang yang membeli barang dagangannya.
Berdasarkan keterangan yang dihimpun, keadaan mulai memanas saat sapol PP
melakukan penertiban, barang dagangan yang dijual disita oleh petugas satpol PP. Para
PKL tidak terima dengan perlakuan tersebut , PKL melakukan perlawanan menolak
dilakukan penggusuran dan bahkan tiba tiba pedagang langsung emosi memecahkan kaca
mobil petugas dengan batu serta mencaci maki para personel satpol PP. Satpol PP juga
melakukan perlawanan dengan PKL sehingga kondisi lapangan menjadi ricuh , namun
satpol PP kalah jumlah dengan PKL hal ini dikarenakan sebagian jumlah PKL di
dominasi oleh ibu-ibu.`
Cara paling efektif untuk mencegah bentrokan ini adalah menertibkan pelanggaran
sesuai perda yang sudah ditetapkan untuk PKL yang berjualan di trotoar, kemudian membuat
satu bentuk penjagaan ketentraman dan ketertiban di lokasi PKL tersebut bertujuan untuk
mengamankan PKL yang tidak tertib.
Ada beberapa catatan Konflik Satpol PP dengan PKL di kota lain di Indonesia
Tanggal Bulan /tahun
14


Januari 2008

Catatan Konflik
Penertiban pedagang kaki lima di kota Bandung. Sempat
terjadi perlawanan, tetapi tidak berakhir dengan bentrokan.

17

Januari 2008

Penggusuran bangunan liar kawasan stasiun Angke, Tambora,
Jakarta barat. Satu petugas satpol PP terluka akibat dari adanya
kericuhan yang terjadi oleh PKL

14

Maret 2008

Bentrokan antara pengunjuk rasa dan satpol PP di balaikota.
kendari, sulawesi tenggara, saat terjadi unjuk rasa ratusan PKL

menolak penggusuran tempat mereka berjualan di pasar sentral

15
Universitas Sumatera Utara

wua wua, pasar sentral kota, dan pasar ondonohu.
10

September 2008 Penertiban PKL yang dianggap melanggar perda di taman KB
kota Semarang . Kehadiran PKL tidak mengikuti aturan yang
sudah ditetapkan oleh Pemerintah menenai larangan tentang
PKL yang berjualan di taman kota Semarang.

12

September 2008 Penertiban dan relokasi PKL dihalangi oleh ratusan PKL,
tukang becak, dan tukang ojek di jalan Mataram, kota
Magelang.

Dari peristiwa di atas maka penelitian ingin mengkaji tentang gerakan sosial pedagang kaki

lima di kota Medan, yang meliputi proses hegemoni dan resistensi di antara pemerintah kota
Medan dan pedagang kaki lima yang berada di Pasar Petisah, Suka Ramai, danPasar
Komplek MMTC.

1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka peneliti membuat rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:
1. Bagaimana bentuk gerakan sosial yang dilakukan pedagang kaki lima melawan
kebijakan perda no. 8 Tahun 2000 di kota Medan?
2. Bagaimana reaksi pemerintah menghadapi gerakan sosial pedagang kaki lima di Pasar
Petisah, Pasar Suka Ramai, dan Pasar Komplek MMTC ?
3. Bagaimana penanganan dan penyelesaian dari permasalahan tersebut?

16
Universitas Sumatera Utara

1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui:
1. Menganalisis gerakan sosial yang dilakukan oleh pedagang kaki lima di pasar

petisah,pasar suka ramai,dan pasar komplek MMTC.
2. Untuk mengetahui gerakan apa saja yang dilakukan pedagang kaki lima melawan
kebijakan perda No.8 tahun 2000.
3. Untuk mengetahui Kekuatan di antara negara, local government (Pemerintah Kota
Medan),dan pedagang kaki lima (PKL)

1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki 2 manfaat yaitu:
1.4.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini memiliki manfaat secara teoritis yaitu untuk memperkaya penelitianpenelitian sejenis yang telah ada yang dapat dijadikan perbandingan dengan penelitianpenelitian selanjutnya dan menambah khazana kajian sosiologi .

1.4.2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini berguna untuk:
Para Pedagang kaki lima lain agar dapat mengetahui tentang begitu pentingnya peraturan
perkotaan dan mampu menjalankan ketertiban terkait pada implementasi perda No.8 tahun
2000 tentang pembinaan umum, ketertiban, keamanan, kebersihan, kesehatan, dan kerapian.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dan saran terhadap pembuatan kebijakan
serta para pedagang kaki lima yang masih semerawut .

17

Universitas Sumatera Utara

1.5 Defenisi Konsep
a. Gerakan Sosial (Social movement)
Gerakan sosial adalah aktivitas sosial berupa gerakan sejenis tindakan sekelompok
yang merupakan kelompok informal berbentuk organisasi, berjumlah besar atau individu
yang secara spesifik berfokus pada suatu isu isu social atau politik dengan melaksanakan,
menolak atau mengkampanyekan sebuah perubahan sosial.

Macam -Macam Gerakan Sosial
1. Gerakan Protes.
Gerakan protes adalah gerakan yang bertujuan mengubah atau menentang sejumlah
kondisi sosial yang ada. Ini adalah jenis yang paling umum dari gerakan sosial di
sebagian besar negara industri. Di Amerika Serikat, misalnya, gerakan ini diwakili oleh
gerakan hak-hak sipil, gerakan feminis, gerakan hak kaum gay, gerakan antinuklir,
gerakan perdamaian.
Gerakan protes sendiri masih bisa diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
(1) Gerakan reformasi. Gerakan reformasi merupakan upaya untuk memajukan
masyarakat tanpa banyak mengubah struktur dasarnya. Gerakan ini, misalnya,
menuntut adanya kebijaksanaan baru di bidang lingkungan hidup, politik luar
negeri, atau perlakuan terhadap kelompok etnis, ras, atau agama tertentu. Gerakan
mahasiswa 1998 di Indonesia termasuk dalam kategori ini. Sebagian besar gerakan
protes adalah gerakan reformasi, karena tujuannya hanyalah untuk mencapai
reformasi terbatas tertentu, tidak untuk merombak ulang seluruh masyarakat
(2) Gerakan revolusioner.Sedangkan gerakan revolusioner adalah bertujuan merombak
ulang seluruh masyarakat, dengan cara melenyapkan institusi-institusi lama dan
mendirikan institusi yang baru. Gerakan revolusioner berkembang ketika sebuah

18
Universitas Sumatera Utara

pemerintah berulangkali mengabaikan atau menolak keinginan sebagian besar
warganegaranya atau menggunakan apa yang oleh rakyat dipandang sebagai caracara ilegal untuk meredam perbedaan pendapat. Seringkali, gerakan revolusioner
berkembang sesudah serangkaian gerakan reformasi yang terkait gagal mencapai
tujuan.

Dari beberapa penjelasan di atas mengenai gerakan protes, adapun yang sudah
dilakukan oleh sekelompok masyarakat /pedagang kaki lima dalam aksi protes kepada
pemerintah kota (PEMKO) mengenai isi perda no. 8 tahun 2000, baik secara gerakan
reformasi maupun gerakan revolusioner.
Beragam model perlawanan pedagang kaki lima (PKL) dalam menyikapi penataan
penertiban terpadu. Pemerintah kota Medan khususnya di kawasan pasar Suka Ramai, pasar
MMTC, dan pasar Petisah. Pedagang kaki lima (PKL) melakukan aksi gerakan protes dengan
membentuk kelompok masyarakat dengan tujuan melakukan penolakan adanya penggusuran
dan relokasi tempat berjualan.Para pedagang kaki lima (PKL) membuat beberapa macam aksi
di antaranya adalah :
1. Membakar ban di tengah jalan raya.
2. Berteriak, serta mencaci maki para petugas satpol PP
3. Melempari petugas dengan barang dagangannya. Seperti tomat busuk, air cabai
yang sudah disiapkan, dan lainnya.
4. Membuat spanduk penolakan relokasi dan penggusuran

Dari beberapa bentuk perlawanan di atas, pemerintah terus melakukan penertiban dan
keamanan PKL dengan cara pengamanan yang ketat dan petugas penertiban (satpol PP) turun

19
Universitas Sumatera Utara

langsung ke lokasi dengan tujuan berjaga-jaga, agar para PKL tidak melakukan aksi protes
kembali.

2. Gerakan Perpindahan
Gerakan perpindahan adalah gerakan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat yang
menentang suatu aturan/peraturan dengan cara perlawanan.
Perlawanan yang dilakukan seperti, kembali lagi berjualan di tempat lokasi yang sama.
Meskipun petugas penertiban sudah melarang mereka, tetapi tetap saja melanggar aturan
tersebut.
Aksi perpindahan ini juga dilakukan oleh pedagang kaki lima (PKL), sebenarnya
mereka menuntut pemerintah untuk merevisi kembali isi perda yang berkaitan tentang
larangan berjualan di pasar tersebut. Para PKL tidak terima dengan adanya relokasi, karena
tempat yang di pilih oleh pemerintah tidak sesuai kebutuhan pedagang kaki lima. Tempat
lokasi baru yang ditentukan oleh pemerintah, biasanya keberadaan lokasi selalu sepi tidak
ada pembeli dan membuat kerugian yang sangat besar bagi PKL, karena barang
dagangannya banyak yang tidak laku.

3. Gerakan Regresif
Gerakan regresif ini adalah gerakan sosial yang bertujuan membalikkan perubahan
sosial seperti semula dan menentang sebuah aksi tersebut. Hal ini juga terjadi pada PKL yang
tetap mempertahankan tempat berjualan mereka. Meskipun petugas satpol PP telah membuat
aksi penggusuran, tetapi para PKL menolak aksinya dan menentang isi perda serta membuat
perlawanan dan serangan balik kepada petugas satpol PP.
Perlawanan yang dilakukan PKL merupakan salah satu bentuk aksi yang menunjukan
adanya kekuatan dari mereka untuk menolak adanya perubahan dalam penataan PKL dengan

20
Universitas Sumatera Utara

merelokasi PKL ke tempat yang sudah di sediakan oleh Pemerintah kota. Gerakan yang
dilakukan PKL terhadap satpol PP, sebelumnya mereka sudah membentuk kelompokkelompok kecil untuk melawan penguasa. Perlawanan yang dilakukan seperti, melempari
batu-batu kecil, melempari dengan kayu dan broti, yang akhirnya menjadi kericuhan di
antaranya.
Gerakan inilah yang menjadi dasar permasalahan bagi pemerintah kota dalam
melaksanakan penertiban PKL. Para PKL selalu melakukan perlawanan,sehingga sampai
sekarang permasalahan PKL tidak dapat di atasi atau diamankan dengan tertib.

1.5.1

Pedagang Kaki Lima
Pedagang kaki lima (PKL) merupakan aktivitas ekonomi sektor informal, yang didalam

usahanya menggunakan sarana dan perlengkapan yang mudah dibongkar pasang/dipindahkan
dan mempergunakan tempat usaha yang menempati tanah yang dikuasai pemerintah daerah
atau pihak lainnya dalam arti usahanya tidak resmi (informal) serta berskala kecil. Pedagang
kaki lima membuka usahanya dengan mempergunakan bagian jalan atau trotoar dan
tempattempat kepentingan umum yang bukan di peruntukan untuk usaha/ berjualan.
Sektor informal memiliki dua sifat. Pertama, bersifat permanen. Biasanya menggunakan
bangunan yang dindingnya terbuat dari batu bata, tembok, kayu atau papan yang dibangun
secara kuat diatas suatu lahan. Kedua, bersifattidak permanen biasanya menggunakan tikar
tanpa perlindung di atasnya dan mudah berganti tempat di keramaian .
Sektor informal dengan sarana usaha permanen dan semipermanen sebenarnya bukan
sarana usaha yang dibenarkan karena, 1) telah ada peraturan yang menentukan bahwa
sektor infolmal biasanya harus memiliki sarana usaha tidak permanen , 2) Kegiatan sektor
informal dilakukan diruang publik diatas lahan milik pemerintah kota sehingga sewaktu

21
Universitas Sumatera Utara

waktu usaha tersebut harus dapat dipindahkan, 3) Kehadiran sarana usaha sektor informal
khususnya PKL dapat mengganggu keindahan kota. (Mirsel, 2004)

1.5.2

Kebijakan Peraturan daerah
Pedagang kaki lima (PKL) sudah lama menjadi perhatian serius pemerintah Pusat dan

Daerah, termasuk kota Medan. Masalahnya bukan tingkat kebijakan, tetapi terkait dengan
pelaksanaanya, didalam pelaksanaan selalu diwarnai dengan bentrok fisik antara petugas
dengan PKL. Pemerintah Menteri dalam Negri Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2012
tentang pedoman penataan dan pemberdayaan pedagang kaki lima (PKL), berbagai kota besar
telah menuangkan dengan berbagai bentuk Peraturan Daerah salah satunya Perda No. 8 tahun
2000 tentang pembinaan umum, ketertiban, keamanan, kebersihan, kesehatan, dan kerapian
dalam wilayah kota Medan .

Untuk melakukan kegiatannya, PKL diwajibkan (pasal 7, perda no.11 tahun 2000
tentang pengaturan dan pembinaan PKL).
1. Memelihara kebersihan, keindahan, ketertiban, keamanan dan kesehatan lingkungan.
2. Menempatkan, menata barang dagangan dan peralatanya dengan tertib dan teratur
serta tidak menggangu lalu lintas dan kepentingan umum.
3. Menenpati sendiri tempat usaha Pedagang kaki lima sesuai izin yang dimiliki
4. Melaksanakan kewajiban lain yang diterapkan oleh pemerintah daerah.

Setiap pedagang kaki lima (PKL) mempunyai hak (pasal, 6 Perda no 11 tahun 2000 tentang
pengaturan dan pembinaan pedagang kaki lima.
1. Mendapatkan Pelayanan perizinan
2. Penyediaan lahan pedagang kaki lima

22
Universitas Sumatera Utara

3. Mendapatkan pengaturan dan pembinaan

Terkait pada implementasi Perda No.8 tahun 2000, pemerintah memiliki program
kebijakan serta tantangan, di antara lain ialah:

Kebijakan

Tantangan


Kurang Sosialisasi



Isi perda yang banyak merugikan rakyat

Peraturan Daerah

PKL


Peraturan daerah bersifat Searah



Pemerintah

harus

permasalahan
masyarakat,

mampu

yang
sehingga

memprediksi

muncul
mampu

dalam
membuat

kebijakan yang bersifat prefentif.


Dengan mekanisme botom up dan melalui
mekanisme

penjaringan

aspirasi

maka

pemerintah akan mampu membuat kebijakan
yang sesuai dengan harapan bersama.


Tempat yang baru kurang strategis. Sehingga
berpotensi banyaknya PKL yang gulung tikar

Relokasi PKL



Tempat yang baru mahal.



Fasilitas tidak memadai.



Protes dari PKL



Untuk menciptakan tempat PKL murah dan

23
Universitas Sumatera Utara

strategis

harus

mampu

merangkul

perusahaan besar


Pemerintah harus memberikan penyuluhan
dan modal yang banyak menguras anggaran.



Pemerintah
lapangan

harus

mampu

pekerjaan

baru,

memberikan
yang

dapat

mengentaskan mereka dari keterpurukan
Memberikan lapangan pekerjaan baru

ekonomi.


Pemerintah memberikan kelonggaran kepada
investor yang ingin berinvestasi di wilayah
tersebut sehingga mampu menyerap tenaga
lebih banyak,dan pemerintah tidak banyak
mengeluarkan

dana

untuk

mengatasi

kemiskinan.
Penertiban PKL secara paksa



Akan banyak gelombang protes dari PKL



Timbulnya kerusuhan.

24
Universitas Sumatera Utara