Tingkat Pengetahuan Mahasiswi Fakultas Kedokteran Usu Terhadap Gangguan Haid Dan Siklusnya Pada Tahun 2015
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Masa remaja atau masa ‘adolescence’ yang merupakan suatu fase tumbuh
kembang yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan
periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai dengan
percepatan perkembangan seperti timbul ciri-ciri seks sekunder dan perubahan
emosional (Ali & Asrori, 2010). Pertumbuhan dan perkembangan manusia
menjadi dewasa mengalami suatu tahap yang disebut dengan masa pubertas.
Remaja perempuan mengalami masa pubertas lebih cepat dibandingkan dengan
laki-laki. Pubertas pada remaja perempuan juga ditandai dengan Menarche yaitu
mendapatkan menstruasi atau haid pada pertama (Waryana, 2010).
Menstruasi atau sering disebut dengan haid adalah suatu proses ilmiah yang
terjadi pada perempuan. Penelitian faktor resiko dari variabilitas siklus menstruasi
adalah pengaruh dari berat badan, aktifitas fisik, serta proses ovulasi dan
adekuatnya fungsi luteal. Perhatian khusus saat ini ditekankan pada perilaku diet
dan stress. Gangguan menstruasi dapat menimbulkan risiko patologis apabila
dihubungkan dengan banyaknya kehilangan darah, menganggu aktifitas seharihari, adanya indikasi inkompatibel ovarium pada saat konsepsi atau indikasi
tanda-tanda kanker. (Kusmiran, 2011).
Pada perempuan-perempuan yang sedang mengalami perdarahan haid,
biasanya mengeluhkan gejala-gejala yang terjadi dalam dua hari pertama, yang
mungkin pada awal perdarahan haid tidak menampakkan gejala-gejala PMS-nya.
Kebanyakan gejala-gejala tersebut yang timbul pada PMS (Premenstrual
Syndrome) adalah ketidakstabilan emosi seperti mudah marah, sakit kepala,
lemas, tidak bergairah hidup, nafsu makan menurun, aktivitas sehari-harian
terganggu. Sifat dan itensitas dari gejala PMS tersebut mungkin bervariasi pada
setiap siklus haidnya (Hendrik, 2006).
Menurut Riskesdas, 2010 (Riset Kesehatan Dasar) persentase remaja putri
yang mendapatkan haid pertama pada usia 15-16 tahun di provinsi Sulawesi
2
tenggara yaitu sebanyak 22,8 %. Manakala persentase perempuan usia 10-59
tahun di provinsi Sulawesi tenggara yang mengalami haid tidak teratur yaitu
8,7%. Persentase yang terendah haid tidak teratur adalah di provinsi Sulawesi
Tenggara yaitu 8,7%. Sedangkan, persentase perempuan menurut siklus haid di
Indonesia yang teratur sebanyak 68%, hamil atau nifas 2,5%, haid yang tidak
teratur sebanyak 13,7 % manakala yang belum haid sebanyak 7,8% (Riskesdas,
2010).
Penelitian berdasarkan Isnaeni, (2010) tentang hubungan tingkat stress
dengan siklus menstruasi pada wanita usia 20-29 pada tahun 2006 di Kelurahan
Sidoarjo Kecamatan Pacitan didapatkan bahwa sebagian besar responden (64,9%)
memiliki siklus menstruasi yang normal dan sebanyak 35,1% mengalami
gangguan menstruasi yaitu polimenore 23,1%, oligomenore 69,2% dan amenore
7,7%. Responden yang cenderung mengalami gejala stress berat yaitu sebanyak
44,6% sehingga tidak dapat berkonsentrasi sepenuhnya dalam pelajaran.
Menurut data badan kesehatan dunia (World Health Organization) pada tahun
2007, sebesar 20% dari 515.000 kematian diseluruh dunia disebabkan anemia dan
penderita lebih banyak adalah wanita dibandingkan oleh pria, yang salah satu
penyebabnya adalah gangguan haid atau siklus haid yang tidak normal. Pemicu
terjadinya anemia seperti hipermenore, polimenire dan metroragia yang dapat
menyebabkan sindroma polistik pada wanita dengan berat badan kurang atau lebih
60%-70% dan 40-50% pada wanita dengan berat badan normal (Depkes, 2009).
Tambahan, penelitian yang dilakukan di sejumlah negara termasuk negara-negara
berkembang lainnya, mengungkapkan bahwa gangguan menstruasi merupakan
masalah yang cukup banyak dihadapi oleh wanita, terutama pada usia remaja dan
ini telah menjadi satu alasan tidak dapat berkonsentrasi pada pelajaran (Sianipar,
2009).
Cakir M et al, (2007) dalam penelitiannya di turki menemukan bahwa
dismenorea merupakan gangguan menstruasi dengan prevalensi terbesar (89,5%),
diikuti oleh ketidakteraturan menstruasi (31,2%), serta perpanjangan durasi
menstruasi (5,3%). Mengenai gangguan lainnya, Bieniasz J et al, (2007) Wroclaw
University di Polondia mendapatkan prevalensi amenorea primer sebanyak 5,3 %,
3
amenorea sekunder 18,4 %, oligomenorea 50%, polimenorea 10,5 %, dan
gangguan campuran sebanyak 15,8%. Selain itu, gangguan haid merupakan alasan
utama yang menyebabkan remaja perempuan absen. Sindrom pramentruasi
didapatkan pada 40% perempuan,dengan gejala berat pada 2-10% penderita
(Sianipar, 2009).
Beberapa studi, menyatakan bahwa prevalensi pada populasi wanita usia 1855 tahun mengalami gangguan dengan menstruasinya dan juga dari hasil
penelitian pelajar lebih sering menunjukkan variasi menstruasi yang bermasalah,
seperti menstruasi tidak teratur (Sianipar, 2009). Kelainan haid biasanya terjadi
karena ketidakseimbangan hormon-hormon yang mengatur menstruasi, namun
dapat juga disebabkan oleh kondisi medis lainnya (Dewi, 2012).
Dari data dan fakta di atas, jelas bahawa gangguan haid terutama di kalangan
remaja telah menjadi masalah yang perlu diperhatikan. Hal ini mungkin, karena
kurangnya tingkat pengetahuan serta informasi yang dimiliki sebagian besar
perempuan tentang gangguan haid dan siklusnya dalam masa reproduksi.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai tingkat pengetahuan Mahasiswi Fakultas Kedokteraan USU terhadap
gangguan haid dan siklusnya.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimanakah tingkat pengetahuan Mahasiswi Fakultas Kedokteraan USU
terhadap gangguan haid dan siklusnya ?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
pengetahuan Mahasiswi Fakultas Kedokteraan USU terhadap gangguan haid dan
siklusnya.
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
4
1. Mendapatkan
informasi
tentang
pengetahuan
Mahasiswi
Fakultas
Kedokteraan USU terhadap gangguan haid dan siklusnya.
2. Untuk mengetahui perbandingan tingkat pengetahuan Mahasiswi Fakultas
Kedokteran USU tentang gangguan haid dan siklusnya berdasarkan stambuk
2012, stambuk 2013 dan stambuk 2014.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Kepada para mahasiswi sendiri tentang pengetahuan mereka terhadap
gangguan haid dan siklusnya.
2. Kepada orang tua untuk membantu memberikan pengetahuan tentang
gangguan haid dan siklusnya kepada anak perempuan setelah haid pertama.
3. Kepada penelitian sendiri dan juga penelitian yang lain untuk dijadikan bahan
informasi untuk penelitian lanjutan terhadap gangguan haid dan siklusnya.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Masa remaja atau masa ‘adolescence’ yang merupakan suatu fase tumbuh
kembang yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan
periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai dengan
percepatan perkembangan seperti timbul ciri-ciri seks sekunder dan perubahan
emosional (Ali & Asrori, 2010). Pertumbuhan dan perkembangan manusia
menjadi dewasa mengalami suatu tahap yang disebut dengan masa pubertas.
Remaja perempuan mengalami masa pubertas lebih cepat dibandingkan dengan
laki-laki. Pubertas pada remaja perempuan juga ditandai dengan Menarche yaitu
mendapatkan menstruasi atau haid pada pertama (Waryana, 2010).
Menstruasi atau sering disebut dengan haid adalah suatu proses ilmiah yang
terjadi pada perempuan. Penelitian faktor resiko dari variabilitas siklus menstruasi
adalah pengaruh dari berat badan, aktifitas fisik, serta proses ovulasi dan
adekuatnya fungsi luteal. Perhatian khusus saat ini ditekankan pada perilaku diet
dan stress. Gangguan menstruasi dapat menimbulkan risiko patologis apabila
dihubungkan dengan banyaknya kehilangan darah, menganggu aktifitas seharihari, adanya indikasi inkompatibel ovarium pada saat konsepsi atau indikasi
tanda-tanda kanker. (Kusmiran, 2011).
Pada perempuan-perempuan yang sedang mengalami perdarahan haid,
biasanya mengeluhkan gejala-gejala yang terjadi dalam dua hari pertama, yang
mungkin pada awal perdarahan haid tidak menampakkan gejala-gejala PMS-nya.
Kebanyakan gejala-gejala tersebut yang timbul pada PMS (Premenstrual
Syndrome) adalah ketidakstabilan emosi seperti mudah marah, sakit kepala,
lemas, tidak bergairah hidup, nafsu makan menurun, aktivitas sehari-harian
terganggu. Sifat dan itensitas dari gejala PMS tersebut mungkin bervariasi pada
setiap siklus haidnya (Hendrik, 2006).
Menurut Riskesdas, 2010 (Riset Kesehatan Dasar) persentase remaja putri
yang mendapatkan haid pertama pada usia 15-16 tahun di provinsi Sulawesi
2
tenggara yaitu sebanyak 22,8 %. Manakala persentase perempuan usia 10-59
tahun di provinsi Sulawesi tenggara yang mengalami haid tidak teratur yaitu
8,7%. Persentase yang terendah haid tidak teratur adalah di provinsi Sulawesi
Tenggara yaitu 8,7%. Sedangkan, persentase perempuan menurut siklus haid di
Indonesia yang teratur sebanyak 68%, hamil atau nifas 2,5%, haid yang tidak
teratur sebanyak 13,7 % manakala yang belum haid sebanyak 7,8% (Riskesdas,
2010).
Penelitian berdasarkan Isnaeni, (2010) tentang hubungan tingkat stress
dengan siklus menstruasi pada wanita usia 20-29 pada tahun 2006 di Kelurahan
Sidoarjo Kecamatan Pacitan didapatkan bahwa sebagian besar responden (64,9%)
memiliki siklus menstruasi yang normal dan sebanyak 35,1% mengalami
gangguan menstruasi yaitu polimenore 23,1%, oligomenore 69,2% dan amenore
7,7%. Responden yang cenderung mengalami gejala stress berat yaitu sebanyak
44,6% sehingga tidak dapat berkonsentrasi sepenuhnya dalam pelajaran.
Menurut data badan kesehatan dunia (World Health Organization) pada tahun
2007, sebesar 20% dari 515.000 kematian diseluruh dunia disebabkan anemia dan
penderita lebih banyak adalah wanita dibandingkan oleh pria, yang salah satu
penyebabnya adalah gangguan haid atau siklus haid yang tidak normal. Pemicu
terjadinya anemia seperti hipermenore, polimenire dan metroragia yang dapat
menyebabkan sindroma polistik pada wanita dengan berat badan kurang atau lebih
60%-70% dan 40-50% pada wanita dengan berat badan normal (Depkes, 2009).
Tambahan, penelitian yang dilakukan di sejumlah negara termasuk negara-negara
berkembang lainnya, mengungkapkan bahwa gangguan menstruasi merupakan
masalah yang cukup banyak dihadapi oleh wanita, terutama pada usia remaja dan
ini telah menjadi satu alasan tidak dapat berkonsentrasi pada pelajaran (Sianipar,
2009).
Cakir M et al, (2007) dalam penelitiannya di turki menemukan bahwa
dismenorea merupakan gangguan menstruasi dengan prevalensi terbesar (89,5%),
diikuti oleh ketidakteraturan menstruasi (31,2%), serta perpanjangan durasi
menstruasi (5,3%). Mengenai gangguan lainnya, Bieniasz J et al, (2007) Wroclaw
University di Polondia mendapatkan prevalensi amenorea primer sebanyak 5,3 %,
3
amenorea sekunder 18,4 %, oligomenorea 50%, polimenorea 10,5 %, dan
gangguan campuran sebanyak 15,8%. Selain itu, gangguan haid merupakan alasan
utama yang menyebabkan remaja perempuan absen. Sindrom pramentruasi
didapatkan pada 40% perempuan,dengan gejala berat pada 2-10% penderita
(Sianipar, 2009).
Beberapa studi, menyatakan bahwa prevalensi pada populasi wanita usia 1855 tahun mengalami gangguan dengan menstruasinya dan juga dari hasil
penelitian pelajar lebih sering menunjukkan variasi menstruasi yang bermasalah,
seperti menstruasi tidak teratur (Sianipar, 2009). Kelainan haid biasanya terjadi
karena ketidakseimbangan hormon-hormon yang mengatur menstruasi, namun
dapat juga disebabkan oleh kondisi medis lainnya (Dewi, 2012).
Dari data dan fakta di atas, jelas bahawa gangguan haid terutama di kalangan
remaja telah menjadi masalah yang perlu diperhatikan. Hal ini mungkin, karena
kurangnya tingkat pengetahuan serta informasi yang dimiliki sebagian besar
perempuan tentang gangguan haid dan siklusnya dalam masa reproduksi.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai tingkat pengetahuan Mahasiswi Fakultas Kedokteraan USU terhadap
gangguan haid dan siklusnya.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimanakah tingkat pengetahuan Mahasiswi Fakultas Kedokteraan USU
terhadap gangguan haid dan siklusnya ?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
pengetahuan Mahasiswi Fakultas Kedokteraan USU terhadap gangguan haid dan
siklusnya.
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
4
1. Mendapatkan
informasi
tentang
pengetahuan
Mahasiswi
Fakultas
Kedokteraan USU terhadap gangguan haid dan siklusnya.
2. Untuk mengetahui perbandingan tingkat pengetahuan Mahasiswi Fakultas
Kedokteran USU tentang gangguan haid dan siklusnya berdasarkan stambuk
2012, stambuk 2013 dan stambuk 2014.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Kepada para mahasiswi sendiri tentang pengetahuan mereka terhadap
gangguan haid dan siklusnya.
2. Kepada orang tua untuk membantu memberikan pengetahuan tentang
gangguan haid dan siklusnya kepada anak perempuan setelah haid pertama.
3. Kepada penelitian sendiri dan juga penelitian yang lain untuk dijadikan bahan
informasi untuk penelitian lanjutan terhadap gangguan haid dan siklusnya.