Tingkat Pengetahuan Mahasiswi Fakultas Kedokteran Usu Terhadap Gangguan Haid Dan Siklusnya Pada Tahun 2015

5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pengetahuan

2.1.1. Definisi Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari “Tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh mulai mata dan
telinga. Pengetahuan atau kognitif yang merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan itu ialah kesatuan subyek yang mengetahui dan obyek yang
diketahui. Satu kesatuan dalam mana obyek itu dipandang oleh subyek sebagai
diketahui. Pengetahuan manusia itu adalah hasil dari berkontaknya dua macam
besaran yaitu, benda atau yang diperiksa, diselidiki, dan akhirnya diketahui,
manusia yang melakukan berbagai pemeriksaan, penyelidikan dan akhirnya

mengetahui (mengenal) benda (Jalal, 2010).

2.1.2. Tingkatan Pengetahuan
Domain tingkat pengetahuan kognitif mempunyai enam tingkatan, meliputi:
mengetahui, memahami, menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan
mengevaluasi. Ciri pokok dalam taraf pengetahuan adalah ingatan tentang sesuatu
yang diketahuinya baik melalui pengalaman, belajar, ataupun informasi yang
diterima dari orang lain (Notoatmodjo, 2010).
Menurut Notoatmodjo (2010), tingkat pengetahuan terdiri dari 6 (enam)
tingkatan, yaitu :
a. Know (Tahu)
Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Yang
termasuk mengingat kembali (recall) tahap suatu yang spesifik dari
keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan.

6

b. Comprehension (Memahami)
Memahami diartikan sebagai sutau kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut

secara benar.
c. Application (Aplikasi)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan suatu materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya (real). Aplikasi disini
dapat diartikan penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan lain
sebagainya dalam konteks atau situasi lain.
d. Analysis (Analisa)
Analisa adalah kemampuan untuk menjabarkan materi suatu objek ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih ada kaitnya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja.
e. Synthesis (Sintesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun suatu
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluation (Evaluasi)
Evaluasi berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan penelitian terhadap
suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.


2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), ada 6 antara lain :
a. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi
perubahan perilaku positif yang meningkat.

7

b. Informasi
Seorang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai
pengetahuan yang lebih luas.
c. Budaya
Tingkah laku manusia atau kelempok manusia dalam memenuhi kebutuhan
meliputi sikap dan kepercayaan.
d. Pengalaman
Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang
sesuatu yang bersifat informal.
e. Sosial Ekonomi
Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Semakin
tinggi tingkat ekonomi akan menambah pengetahuan.

f. Umur
Jumlah tahun yang dilalui ibu sejak kelahiran hingga ulang tahun terakhir.

2.2

Remaja Putri

2.2.1. Definisi Remaja Putri
Remaja putri adalah tahapan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa
yang menunjukkan masa dari awal pubertas sampai tercapai kematangan pada
usia 12 tahun (Proverawati dan Misaroh, 2009).

2.2.2. Ciri Perkembangan Fisik
Sebagai makhluk yang lambat perkembangan, masa pematangan fisik ini
berjalan lebih kurang 2 tahun dan biasanya dihitung haid yang pertama yang
disebut sebagai menarche (Sarlito, 2004).
Menurut Asrinah (2011), perubahan fisik yang akan terjadi pada perempuan
yang menginjak masa remaja adalah perubahan hormonal/menurut cirri
perkembangan zat-zat yang ada dalam tubuhnya yakni menjadi aktif. Hormon


8

sangat berpengaruh terutama adalah estrogen dan progesterone. Antara perubahan
yang terlihat pada perempuan adalah :
a) Keringat menjadi tambah banyak
b) Tangan dan kaki bertambah besar
c) Bertambahnya panjang dan lebar tulang-tulang wajah, sehingga tidak tampak
seperti anak kecil
d) Pantat menjadi lebih lebar
e) Kulit dan rambut berminyak
f) Bertambah besarnya indung telur
g) Payudara bertambah besar
h) Muka cenderung tumbuh jerawat
i) Vagina mulai mengeluarkan cairan yang halus dijaga kebersihan
j) Setiap bulan akan mengalami menstruasi (haid)

2.3

Haid dan Siklusnya


2.3.1. Definisi Haid dan Siklusnya
Haid atau sering disebut dengan menstruasi adalah perdarahan secara periodik
dan siklik dari uterus, disertai pelepasan endometrium (Prawirohardjo, 2009).
Menurut Ganong (2003), menstruasi adalah suatu keadaan fisiologis atau normal,
merupakan peristiwa pengeluaran darah, lendir dan sisa-sisa sel secara berkala
yang berasal dari mukosa uterus dan terjadi relatif teratur mulai dari menarche
sampai menopause, kecuali pada masa hamil.
Menarche adalah menstruasi pertama yang berlangsung sekitar umur 10-11
tahun (Suryasaputra Manuaba et al, 2009). Usia gadis remaja pada waktu pertama
kalinya mendapat haid (menarche) bervariasi lebar, yaitu antara 10-16 tahun,
tetapi rata-ratanya 12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menarche
dipengaruhi oleh faktor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umum.
Semmelweiss menyatakan bahwa 100 tahun yang lampau usia gadis-gadis Vienna
pada waktu menarche berkisar antara 15-19 tahun. Menurut Brown, menurunnya
usia waktu menarche itu sekarang disebabkan oleh keadaan gizi dan kesehatan

9

umum yang membaik, dan berkurangnya penyakit menahun (Prawirohardjo,
2009).

Menarche terjadi di tengah-tengah masa pubertas, yaitu masa peralihan dari
anak-anak ke dewasa. Sesudah masa pubertas, wanita memasuki masa reproduksi,
yaitu masa di mana ia dapat memperoleh keturunan. Masa reproduksi ini
berlangsung 30-40 tahun dan berakhir pada masa mati haid atau juga dikatakan
menopause (Prawirohardjo, 2009).
Rangsangan pancaindra ; korteks serebi, hipofisis (ovarial aksis) dan
endrogan (uterus endometrium dan alat seks sekunder) diblok pubertas inhibitor
(nukleus amigdale) melalui stria terminalis, menuju hipothalamus sehingga
terhindar dari pubertas prekoks. Pada usia 8-9 tahun terdapat estrogen rendah dan
pengeluaran FSH minimal. Estrogen rendah berfungsi untuk tumbuh kembang alat
seks sekunder dan mempersiapkan uterus (endometrium) lebih matang untuk
menerima rangsangan. Pada usia 10-11 tahun terjadi perdarahan lucut
endometrium,tanpa disertai ovulasi untuk lebih mematangkan uterus dengan
endometrium dan alat seks sekunder (Suryasaputra Manuaba et al, 2009).
Dalam ovarium terjadi tumbuh-kembang folikel primordial tanpa disertai
ovulasi sehingga terdapat peningkatan estrogen untuk merangsang nukleus
supraoptikal (praoptikus), mengeluarkan luteinizing hormone surge (tinggi) yang
berperan untuk ovulasi. Menstruasi yang disertai ovulasi terjadi selang beberapa
bulan sampai dua atau tiga tahun setelah menarke yaitu sekitar usia 17-18 tahun.
Pubertas prekoksius terjadi bila menarke terjadi di bawah 10 tahun. (Suryasaputra

Manuaba et al, 2009).
Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan
mulainya haid berikut. Haid mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus.
Karena jam mulainya haid tidak diperhitungkan dan tepatnya waktu keluar haid
dari ostium uteri eksternum tidak dapat diketahui, maka panjang siklus
mengandung kesalahan lebih atau kurang satu hari. Panjang siklus haid yang
normal atau dianggap sebagai siklus haid yang klasik ialah 28 hari, tetapi
variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita
yang sama. Juga pada kakak beradik bahkan saudara kembar, siklusnya tidak

10

terlalu sama. Panjang siklus haid dipengaruhi oleh usia seseorang (Prawirohardjo,
2009).
Dari pengamatan Hartman pada kera ternyata bahwa hanya 20% saja panjang
siklus haid 28 hari. Panjang siklus yang biasa ialah 25-32 hari, dan kira-kira 97%
wanita yang berovulasi siklus haidnya berkisar antara 18-42 hari. Jika siklusnya
kurang dari 18 hari atau lebih dari 42 hari serta tidak teratur, biasanya siklusnya
tidak berovulasi (anovulatoar). Lama haid biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-2
hari diikuti darah sedikit-sedikit kemudian, dan ada yang sampai 7-8 hari. Pada

setiap wanita biasanya lama haid tetap. Jumlah darah yang keluar rata-rata 33,2
yang lebih kurang 16 cc. Pada wanita yang lebih tua biasanya darah keluar lebih
banyak. Jumlah darah lebih dari 80 cc dianggap patologik (Prawirohardjo, 2009).

2.3.2. Mekanisme Haid dan Siklusnya

Gambar 2.1: Siklus Menstruasi
Dikutip dari : Moore et al, (2001)
Menurut Moore et al, (2001), siklus menstruasi normal dapat dibagi menjadi
2 segmen yaitu, siklus ovarium dan siklus uterus. Siklus ovarium terbagi lagi
menjadi 2 bagian , yaitu fase folikular dan fase luteal sedangkan siklus uterus
dibagi menjadi fase menstruasi, fase proliferatif (pertumbuhan) dan fase sekresi.

11

Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah :
1. FSH (follicle stimulating hormone) yang dikeluarkan hipothalamus untuk
meransgang hipofisis mengeluarkan FSH.
2. LH (luteinizing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang
hipofisis mengeluarkan LH.

3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk
mengeluarkan prolaktin.
Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis
merangsang perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium. Pada umumnya
hanya 1 folikel yang dapat merangsang namun dapat perkembangan dapat
menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf
yang membuat estrogen (Moore et al, 2001).
Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan
hormon yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada di
bawah pengaruh releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis
(Moore et al, 2001).
Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh
LH, folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi
terjadi, akan membentuk korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di
bawah pengaruh hormon LH (Moore et al, 2001).
Korpus luteum akan menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka korpus
luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan
progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan,
dan pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut sebagai haid atau menstruasi.

Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut
dipertahankan (Moore et al, 2001).
Menurut Moore et al, 2001 pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu:
1. Fase menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu
endometrium (selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan
hormon-hormon ovarium berada dalam kadar paling rendah.

12

2. Fase proliferatif dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah
menstruasi

berakhir,

dimulailah

fase

proliferasi

dimana

terjadi

pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk
perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari
ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur (disebut
ovulasi).
3. Fase sekresi. Fase sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon
progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium
untuk membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke
rahim).

Menurut Moore et al,2001 siklus ovarium :
1. Fase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel
telur yang berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus
dan siap untuk proses ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur).
Waktu rata-rata fase folikular pada manusia berkisar 10-14 hari, dan
variabilitasnya mempengaruhi panjang siklus menstruasi keseluruhan.
2. Fase luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan
jangka waktu rata-rata 14 hari.

Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di
dalam siklus menstruasi normal (Moore et al, 2001) :
1. Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH,
LH) berada pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari
fase luteal siklus sebelumnya.
2. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah
akhir dari korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase
folikular. Hal ini merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan
endometrium.
3. Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang
menyebabkan terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian.

13

Ovulasi adalah penanda fase transisi dari fase proliferasi ke sekresi, dari
folikular ke luteal.
4. Kadar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi
sampai fase pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi
dari korpus luteum.
5. Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda
bahwa sudah terjadi ovulasi.
6. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup
korpus luteum dan kemuadian menurun untuk mempersiapkan siklus
berikutnya.

2.3.3. Perubahan-perubahan Selama Menstruasi
1) Perubahan Histologik pada Ovariun dalam Siklus Haid
Ovarium mengalami perubahan-perubahan dalam besar, bentuk dan
posisinya sejak bayi dilahirkan hingga masa tua seorang wanita. Di
samping itu, terdapat perubahan-perubahan histologik yang disebabkan
oleh rangsangan berbagai kelenjar endokrin. Pada masa pubertas
ovarium berukuran 2,5-5 cm panjang, 1,5-3 cm lebar, dan 0,6-1,5 tebal.
Pada salah satu pinggirnya terdapat hilus,tempat keluar-masuknya
pembuluh-pembuluh darah dan serabut-serabut saraf (Prawirohardjo,
2009).
Pada

masa

kanak-kanak

ovarium

boleh

dikatakan

masih

beristhirahat dan baru pada masa pubertas mulai menuaikan faalnya.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada ovarium pada siklus haid
sebagai berikut. Di bawah pengaruh FSH beberapa folikel mulai
berkembang akan tetapi hanya satu yang tumbuh terus sampai menjadi
matang. Pada folikel ini, mula-mula sel-sel sekeliling ovum berlipat
ganda akan kemudian di antara sel-sel itu timbul suatu rongga yang
berisi cairan yang disebut likuor folikuli (Prawirohardjo, 2009).
Ovum sendiri terdesak ke pinggir, dan terdapat di tengah tumpukan
sel yang menonjol ke dalam rongga folikel. Tumpukan sel dengan ovum

14

di dalamnya itu disebut sebagai kumulus ooforus. Antara ovum dan selsel sekitarnya terdapat zona pellusida. Sel-sel lainnya yang membatasi
ruangan folikel yang disebut membrane granulosa (Prawirohardjo,
2009).
Dengan tumbuhnya folikel, jaringan ovarium sekitar folikel tersebut
terdesak ke luar dan membentuk dua lapisan, yaitu teka interna yang
banyak mengandung pembuluh darah dan teka eksterna terdiri dari
jaringan ikat yang padat. Dengan bertambah matang folikel hingga
akhirnya matang benar, dan oleh karena pembentukan cairan folikel
makin bertambah, maka folikel makin terdesak ke permukaan ovarium,
malahan menonjol ke luar. Sel-sel pada permukaan ovarium menjadi
tipis, dan pada suatu waktu oleh mekanisme yang belum jelas betul,
folikel pecah dan keluarlah cairan dari folikel bersama-sama ovum yang
dikelilingi sel-sel kumulus ooforus (Prawirohardjo, 2009).

2) Perubahan Histologik pada Endometrium dalam Siklus Haid
Menurut Prawirohardjo (2009), pada masa reproduksi dan dalam
keadaan tidak hamil, selaput lendir uterus mengalami perubahanperunahan siklik yang berkaitan erat dengan aktivitas ovarium. Dapat
dibedakan 4 fase endometrium dalam siklus haid, yaitu :
a) Fase menstruasi atau deskuamasi
Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai
perdarahan.Hanya stratum basale yang tinggal utuh. Fase ini
berlangsung 3-4 hari (Prawirohardjo, 2009).
b) Fase pascahaid atau fase regenerasi
Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar
berangsur-angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lender baru
yang tumbuh dari sel-sel epitel endometrium. Pada waktu ini tebal
endometrium ± 0,5 mm. Fase ini telah mulai sejak fase menstruasi dan
berlangsung ± 4 hari (Prawirohardjo, 2009).
c) Fase intermenstruum atau fase proliferasi

15

Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm. Fase
ini berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid. Fase
proliferasi dapat dibagi atas 3 subfase, yaitu (Prawirohardjo, 2009) :
1) Fase proliferasi dini (early proliferation phase), berlangsung antara
hari ke-4 sampai hari ke-7.
2) Fase proliferasi madya (mid proliferation phase), fase ini
berlangsung antara hari ke-8 sampai hari ke-10.
3) Fase proliferasi akhir (late proliferation phase), fase in
berlangsung pada hari ke-11 sampai hari ke-14.
d) Fase prahaid atau fase sekresi
Fase ini mulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke-14 sampai
hari ke-28. Pada fase ini endometrium kira-kira tetap tebalnya tetapi
bentuk kelenjar berubah menjadi panjang dan mengeluarkan getah,
yang makin lama makin nyata. Dalam endometrium telah tertimbun
glikogen dan kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk
telur yang dibuahi (Prawirohardjo, 2009).

2.4. Gangguan Haid dan Siklusnya
2.4.1. Definisi Gangguan Haid dan Siklusnya
Gangguan haid dikatakan dengan kelainan yang terjadi pada saat wanita yang
sudah mengalami menstruasi. Gangguan tersebut dapat berupa pada gangguan
pada siklus, banyaknya darah dan lamanya waktu menstruasi (Asrinah, 2011).

2.4.2. Klasifikasi Gangguan Haid dan Siklusnya
1) Jenis-jenis Gangguan Haid
Menurut Prawirohardjo (2009), gangguan haid dan siklusnya khususnya dalam
masa reproduksi dapat digolongkan dalam :
a) Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid:
Hipermenorea atau menoragia dan Hipomenorea.
b) Kelainan siklus: Polimenorea; Oligomenorea; Amenorea
c) Perdarahan di luar haid: Metroragia

16

d) Gangguan lain yang ada hubungan dengan gangguan haid : Premenstrual
tension (ketegangan prahaid); Mastodinia; Mittelschmerz (rasa nyeri pada
ovulasi) ; dismenorea
2) Menurut Proverwati dan Misaroh (2009), adapun beberapa gangguan dalam
menstruasi adalah sebagai berikut :
a) Dismenorrhea
Dismenorrhea adalah nyeri pada daerah panggul akibat menstruasi dan
produksi zat prostaglandin. Seringkali dimulai segera setelah mengalami
menstruasi pertama (menarche). Nyeri berkurang setelah menstruasi, namun pada
beberapa wanita nyeri bias terus dialami selama periode menstruasi dibagi dua
kategori, yaitu nyeri menstruasi primer dan sekunder (Proverwati dan Misaroh,
2009).
Faktor penyebab nyeri menstruasi primer belum diketahui dengan pasti.
Tetapi untuk nyeri menstruasi sekunder, hampir sebagian besar disebabkan oleh
kelainan rahim sampai dengan penggunaan alat kontasepsi dalam rahim.Cara
untuk mengurangi dismenorrea (Proverwati dan Misaroh, 2009) :
1) Latihan aerobic, seperti berjalan kaki, bersepeda, berenang, membantu
memproduksi bahan alami yang dapat memblok rasa sakit.
2) Pakai kompres panas atau dingin pada daerah perut jika nyeri terasa.
3) Pastikan tidur yang cukup sebelum dan selama periode menstruasi.
4) Orgasme dapat meringankan kram menstruasi pada beberapa perempuan.
5) Latihan relaksi atau yoga, dapat membantu menanggulangi sakit.
Obat-obat yang lazim digunakan untuk meredakan nyeri menstruasi,
diantaranya : Pereda nyeri (analgesic) golongan Non Steroid Anti Inflamasi
(NSAI), misalnya; parasetamol atau asetamonofen (Panadol), ibuprofen
(Ribunal,Ostarin), metampiron (Pyronal, Novalgin) dan obat-obat pereda
nyeri lainnya (Proverwati dan Misaroh, 2009).
b) Hipermenorea atau Menoragia
Hipermenorea atau juga dikenali dengan menoragia adalah perdarahan haid
yang lebih banyak dari normal, atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari).
Sebab bias berasal dari rahim berupa mioma uteri dengan permukaan

17

endometrium lebih luas dari biasa, polip endometrium, gangguan pelepasan
endometrium pada waktu haid (irregular endometrial shedding) dan sebagainya
(Proverwati dan Misaroh, 2009).
c) Hipomenorea
Merupakan perdarahan haid yang lebih pendek dan/atau lebih kurang dari
biasa. Hipomenorea disebabkan oleh kesuburan endometrium kurang akibat
kurang gizi, penyakit menahun maupun gangguan hormonal.Pengobatan diberikan
berdasarkan kausa. Jika ditemukan kelainan pada organ seperti mioma maka
penyebabnya harus dihilangkan (diangkat). Untuk kelainan hormon dapat
diberikan progesterone seperti MPA 10 mg/hari (merk : provera atau prothyra)
pada hari ke 16-25 siklus menstruasi. Atau berikan kombinasi esterogenprogesteron (pil KB) hari ke 16-25 siklus menstruasi (Proverwati dan Misaroh,
2009).
d) Polimenorea
Pada polimenorea siklus haid lebih pendek dari biasa (kurang dari 21 hari).
Perdarahan kurang lebih sama atau lebih banyak dari haid biasa. Hal yang terakhir
ini diberikan nama polimenoragia atau epimenoragia.Polimenorea dapat
disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi, atau
menjadi pendeknya masa luteal (Proverwati dan Misaroh, 2009).
e) Oligomenorea
Di sini siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari. Biasanya perdarahan pada
oligomenorea berkurang. Disebabkan oleh fase folikuler memanjang (Proverwati
dan Misaroh, 2009).
f) Amenorea
Amenorea adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan
berturut-turut. Lazim diadakan pembagian antara amenorea primer (usia 18 tahun
ke atas tidak pernah dapat haid) dan amenorea sekunder (penderita pernah
mendapat haid,tetapi kemudian tidak dapat lagi) Penyebab umum amenorea
adalah (Proverwati dan Misaroh, 2009). :
1) Kelaianan kromosom
2) Gangguan hipotalamus

18

3) Penyakit pituitary
4) Kelainan organ reproduksi
5) Pubertas terlambat
6) Kegagalan dari fungsi indung telur
Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorea yang
dialami, apabila penyebab adalah dari obesitas maka diet dan olahraga adalah
terapinya. Belajar untuk mengatasi stress dan menurunkan aktifitas fisik yang
berlebihan juga dapat membantu. Terapi amenorea diklasifikasikan berdasarkan
penyebab saluran reproduksi atas dan bawah, penyebab indung telur dan
penyebab susunan saraf pusat (Proverwati dan Misaroh, 2009).
g) Metrorrhagia
Perdarahan yang tidak teratur dan tidak menurut siklus, perdarahan irregular
yang terjadi diantara 2 waktu menstruasi (Proverwati dan Misaroh, 2009).
h) Premenstrual Syndrome
PMS adalah berbagai gejala fisik, psikologis, dan emosional ; yang terkait
dengan perubahan hormonal karena siklus menstruasi.
Ada beberapa jenis perawatan yang dapat dijalani untuk mengatasi sindrom
pra-menstruasi (Proverwati dan Misaroh, 2009). :
1) Mengkonsumsi pil kontrasepsi oral
2) Obat anticemas : Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs) yang dapat
digunakan setipa hari atau selama 14 hari sebelum menstruasi
3)

Obat nyeri over-the-counter (OTC) , yaitu obat-obatan penghilang nyeri
seperti asam asetilsalisilat,asetaminofen,dan obat antiinflamasi nonsteroid.
Obat-obatan ini dapat membantu menyembuhkan gejala fisik yang sifatnya
sedang,seperti nyeri oto atau sakit kepala.

4) Melakukan diet, seperti mengurangi kafein (mengurangi rasa tertekan, mudah
tersinggung, dan gelisah), garam, termasuk kandungan sodium pada makanan
kemasan, mengkonsumsi lebih banyak karbohidrat kompleks dan serat ;
seperti roti, gandum, pasta, buah dan sayuran yang menambah asupan protein
pada menu makanan mengkonsumsi makanan kaya vitamin dan mineral

19

mengurangi gula dan lemak (meningkatkan energi dan menstabilkan mood),
dan menghentikan konsumsi alcohol.
5) Kalau bisa lakukan olahraga seperti aerobik selama 30 menit selama empat
hingga enam kali seminggu. Aerobik melatih otot besar yang membantu
meredakan ketegangan saraf dan kecemasan, serta merentasi cairan yang
menyebabkan perut terasa penuh.
6) Makan teratur, tidur cukup dan olahraga. Lakukan relaksasi seperti pijat atau
hal lain yang membuat nyaman.
7) Lakukan terapi alternatif lain. Misalnya, mengkompres perut dengan bantal
panas.
i) Pre Menstrual Tension (Tegangan prahaid)
Ketegangan sebelum haid terjadi beberapa hari sebelum haid bahkan sampai
menstruasi berlangsung. Terjadi karena ketidakseimbangan hormon esterogen dan
progesterone menjelang menstruasi. Premenstruasi tension terjadi pada umur 3040 tahun. Gejala klinik dari premenstrual tension adalah gangguan emosional,
gelisah, susah tidur, perut kembung, mual muntah, payudara tegang dan sakit,
terkadang merasa tertekan. Terapi, olahraga, perubahan diet (tanpa garam, kopi
dan alcohol), mengurangi stress, konsumsi antidepressant bila perlu, menekan
fungsi ovulasi dengan kontrasepsi oral, progestin, konsultasi dengan tenga ahli,
KIEM untuk pemeriksaan lebih lanjut (Proverwati dan Misaroh, 2009).
j) Mastodinia atau Mastalgia
Adalah rasa tegang pada payudara menjelang haid. Disebabkan oleh dominasi
hormon esterogen, sehingga terjadi retensi air dan garam yang disertai hyperemia
didaerah payudara (Proverwati dan Misaroh, 2009).
k) Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi)
Adalah rasa sakit yang timbul pada wanita saat ovulasi, berlangsung beberapa
jam sampai beberapa hari dipertengahan menstruasi. Hal ini karena pecahnya
folikel Graf (Proverwati dan Misaroh, 2009).

20

2.4.3. Penyebab Gangguan Haid dan Siklusnya
Menurut Proverwati dan Misaroh (2009), terdapat banyak penyebab kenapa
terdapat gangguan menstruasi dan siklusnya menjadi panjang atau sebaliknya ;
a) Fungsi hormon terganggu
Menstruasi terkait erat dengan sistem hormon yang diatur otak, tepatnya di
kelenjar hipofisa. Sistem hormon ini akan mengirim sinyal ke indung telur untuk
menproduksi sel telur. Bila sistem ini terganggu, otomatis siklus menstruasi akan
terganggu (Proverwati dan Misaroh, 2009).
b) Kelainan sistemik
Berdasarkan tubuhnya sangat gemuk atau kurus. Hal ini biasanya
mempengaruhi siklus menstruasinya karena sistem metabolisme di dalam
tubuhnya tidak berkerja dengan baik. Juga pada penderita dengan penyakit
diabetes, akan mempengaruhi sistem metabolisme sehingga siklus menstruasi
tidak teratur (Proverwati dan Misaroh, 2009).
c) Stres
Stres adalah salah satu sebab menganggu sistem metabolisme didalam tubuh.
Bisa saja karena stress, mudah lelah, berat badan menurun drastic, bahkan sakitsakitan, sehingga metabolismenya terganggu maka siklus menstruasi ikut
terganggu (Proverwati dan Misaroh, 2009).
d) Kelenjar Tiroid
Terganggunya fungsi kelenjar tiroid biasa menyebabkan tidak teratur siklus
menstruasi. Gangguan bias berupa produksi kelenjar tiroid yang terlalu tinggi
(hipertiroid) maupun terlalu rendah (hipotiroid). Pasalnya sistem hormonal tubuh
ikut terganggu (Proverwati dan Misaroh, 2009).
e) Horman Prolaktin Berlebihan
Pada ibu yang menyusui, produksi hormon prolaktin cukup tinggi. Hormon
prolaktin ini sering kali membuat ibu tak kunjung menstruasi karena memang
hormone ini akan menekan tingkat kesuburan ibu. Pada kasus ini tak masalah,
justru sangat baik untuk memberikan kesempatan pada ibu guna memelihara
organ reproduksinya. Sebaliknya, jika tidak sedang menyusui, hormon prolaktin

21

bisa tinggi, biasanya disebabkan oleh kelainan pada kelenjar hipofisis yang
terletak didalam kepala (Proverwati dan Misaroh, 2009).