Tingkat Pengetahuan Mahasiswi Mengenai Faktor Resiko Terjadinya Kanker Serviks di Fakultas Kedokteran Gigi USU Tahun 2007

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI MENGENAI

FAKTOR RESIKO TERJADINYA KANKER SERVIKS DI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA TAHUN 2007

Oleh :

PRAKASH KANAYASAN

070100268

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI MENGENAI

FAKTOR RESIKO TERJADINYA KANKER SERVIKS DI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA TAHUN 2007

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan

Sarjana Kedokteran

Oleh :

PRAKASH KANAYASAN

070100268

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

MEDAN

2010

LEMBAR PENGESAHAN

Tingkat Pengetahuan Mahasiswi Mengenai Faktor Resiko

Terjadinya Kanker Serviks di Fakultas Kedokteran Gigi USU

Tahun 2007

Nama : Prakash Kanayasan

NIM : 070100268

Pembimbing Penguji I

(dr. T. Ibnu Alferally Sp,PA) (dr. Rina Amelia, MARS)

Penguji II

Tanda Tangan

(dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc. CM-FM, MPd.Ked)

Medan, Nopember 2010

Dekan

Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH)

NIP : 19540220 198011 1001


(4)

ABSTRAK

Kanker seviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel skuamosa. Sebelum terjadinya kanker, akan didahului oleh keadaan yang disebut lesi prakanker atau neoplasia intraepitel serviks (NIS). Kanker ini merupakan penyebab kematian utama kanker pada wanita di negara-negara berkembang termasuk indonesia.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi Angkatan 2007 mengenai faktor resiko terjadinya kanker serviks. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain descriptive cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan dengan memberi kuesioner pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi USU angkatan 2007. Penelitian ini dilakukan dalam tempoh 2 bulan yaitu dari bulan Juli sehingga September 2010

Dari keseluruhan responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 50 responden, terdapat 17 responden dengan persentase 34% mempunyai persepsi yang baik mengenai faktor resiko terjadinya kanker serviks. Sedangkan mayoritas responden,yaitu 33 orang dengan persentase 66% mempunyai persepsi yang sedang mengenai faktor resiko terjadinya kanker serviks.

Kesimpulannya, terdapat 17 responden dengan persentase 34% mempunyai tingkat pengetahuan yang baik mengenai faktor resiko terjadinya kanker serviks. Sedangkan mayoritas responden, yaitu 33 orang dengan persentase 66% mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang mengenai faktor resiko terjadinya kanker serviks. Dapat dilihat bahawa tingkat pengetahuan mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi angkatan 07 mengenai faktor resiko terjadinya kanker serviks dan kesadaran tentang kejadian kanker serviks masih dalam lingkungan bagus.


(5)

ABSTRACT

Cervical cancer is a malignant tumor originating from primary squamous epithelial cells. Prior to the occurrence of cancer, will be preceded by a condition called pre-cancerous lesions or cervical intraepithelial neoplasia (NIS). This cancer is the leading cause of cancer death in women in developing countries including Indonesia.

The purpose of this study was to determine the level of knowledge of the female students of Faculty of Dentistry class 2007 on a risk factor for cervical cancer. This study is a descriptive cross-sectional descriptive design. The data was collected by giving questionnaire to the students of Faculty of Dentistry, USU class of 2007. This research was conducted in the duration of 2 months which was from July to September 2010.

Of the total sample of respondents in this study of 50 respondents, there were 17 respondents with the percentage of 34% have a good perception of the risk factor for cervical cancer. While the majority of respondents, 33 people with the percentage of 66% have an average perception of the risk factor for cervical cancer.

In conclusion, there are 17 respondents with the percentage of 34% have a good knowledge level of the risk factor for cervical cancer. While the majority of respondents, 33 people with the percentage of 66% have an average knowledge level of the risk factor for cervical cancer. It can be seen that the student knowledge level in Faculty of Dentistry year 2007 on cervical cancer risk factors and awareness about the incidence of cervical cancer is still in good.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dalam rangka memenuhi kewajiban untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Rasa hormat, cinta dan terima kasih yang dalam saya persembahkan kepada kedua orang tua saya, serta adik saya atas doa dan dukungannya selama ini kepada saya selama menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Saya mengucapkan terima kasih kepada dr. T. Ibnu Alferally, Sp.PA. selaku dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah ini yang telah menyediakan waktu, tenaga, pemikiran dan kesabarannya sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik. Dalam penelitian Karya Tulis Ilmiah ini, saya juga mendapatkan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dosen penguji seminar proposal dan hasil penelitian dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc.CM-FM, MPd.Ked dan dr.Rina Amelia, MARS

2. Dekan Fakultas Kedokteran USU dan seluruh staf pengajar FK USU. 3. Mahasiswi angkatan 07 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera

Utara yang telah memberikan kerjasama dengan mengisi kuesioner yang diberikan.

4. Mugin, Loga, Baran, Radha dan Dinesha yang sudah sangat membantu baik moral atau materi, memberikan masukan serta motivasi demi selesainya Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Teman-teman angkatan 2007 FK USU yang telah membantu dalam penyusunan dan pengumpulan data Karya Tulis Ilmiah ini.

Saya menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun bahasanya. “Tak ada gading yang tak retak”. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi


(7)

menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini di masa yang akan datang. Akhirnya peneliti mengharapkan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat membawa manfaat terutama bagi peneliti sendiri dan para pembaca sekalian.

Medan, Nopember 2010

Prakash Kanayasan NIM : 070100268


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK... iv

ABSTRACT... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan Penelitian... 3

1.3.1 Tujuan Umum ………. 3

1.3.2 Tujuan Khusus ………. 3

1.4 Manfaat Penelitian... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 4

2.1 Kanker Serviks 2.1.1 Definisi Kanker Serviks ………. 4

2.2 Gejala Kanker Serviks ……… 4

2.3 Penyebab Kanker Serviks ……….. 5

2.3.1 2.3.2 2.4 Stadium Kanker Serviks ……… 7

2.5 Faktor Resiko kanker Serviks ……… 7

2.6 Deteksi Kanker Serviks ……… 8

2.7 Kanker Serviks Tahap Dini ……….. 11

2.7.1 Kapan Melakukannya ………... 11

2.7.2 Bagaimana Pemeriksaan Dilakukan ……….. 11

2.7.3 Dimana pemeriksaan dapat Dilakukan ………. 12


(9)

2.9 Pencegahan ……… 13

2.9.1 Apa yang harus anda lakukan untuk menghindari kanker leher rahim………. 14

2.9.2 Apakah artinya jika 'Pap Smear' anda abnormal ... 14

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 16

3.1 Kerangka Konsep ……… 16

3.2 Definisi Operasional ………... 16

3.2.1 Tingkat pengetahuan ……… 16

3.2.2 Gambaran ………. 17

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 18

4.1 Rancangan Penelitian ……… 18

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ……… 18

4.2.1 Lokasi Penelitian ……… 18

4.2.2 Waktu Penelitian ……… 18

4.3 Populasi dan Sampel Populasi ……….. 18

4.3.1 Populasi penelitian ………18

4.3.2 Sampel Penelitian ……… 19

4.4 Metode Pengumpulan Data ……… 20

4.4.1 Uji validitas ……… 20

4.4.2 Uji reliabilitas………21

4.5 Instrumen penelitian……… 22

4.6 Metode analisis data……….22

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 24

5.1 Hasil penelitian………. 24

5.1.1 Deskriptif lokasi penelitian……… 24

5.1.2 Deskripsi karekteristik responden……….. 25

5.1.3 Persepsi mahasiswa……… 26


(10)

5.2.1 Persepsi mahasiswa……… 32

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……… 37

6.1 Kesimpulan……… 37

6.2 Saran……… 37

DAFTAR PUSTAKA……… 38


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1 Hasil uji validitas dan reliabilitas 22

5.1 Distribusi nilai skala pengukuran Pratomo 25 5.2 Karakteristik responden berdasarkan umur 26

5.3 Persepsi mahasiswa berdasarkan umur 27


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 3.1 Kerangka konsep tentang tingkat pengetahuan mahasiswi 16

DAFTAR LAMPIRAN

1. Riwayat Hidup Peneliti 41 2. Informed Consent 42

3. Kuesioner Penelitian 43


(13)

ABSTRAK

Kanker seviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel skuamosa. Sebelum terjadinya kanker, akan didahului oleh keadaan yang disebut lesi prakanker atau neoplasia intraepitel serviks (NIS). Kanker ini merupakan penyebab kematian utama kanker pada wanita di negara-negara berkembang termasuk indonesia.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi Angkatan 2007 mengenai faktor resiko terjadinya kanker serviks. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain descriptive cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan dengan memberi kuesioner pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi USU angkatan 2007. Penelitian ini dilakukan dalam tempoh 2 bulan yaitu dari bulan Juli sehingga September 2010

Dari keseluruhan responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 50 responden, terdapat 17 responden dengan persentase 34% mempunyai persepsi yang baik mengenai faktor resiko terjadinya kanker serviks. Sedangkan mayoritas responden,yaitu 33 orang dengan persentase 66% mempunyai persepsi yang sedang mengenai faktor resiko terjadinya kanker serviks.

Kesimpulannya, terdapat 17 responden dengan persentase 34% mempunyai tingkat pengetahuan yang baik mengenai faktor resiko terjadinya kanker serviks. Sedangkan mayoritas responden, yaitu 33 orang dengan persentase 66% mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang mengenai faktor resiko terjadinya kanker serviks. Dapat dilihat bahawa tingkat pengetahuan mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi angkatan 07 mengenai faktor resiko terjadinya kanker serviks dan kesadaran tentang kejadian kanker serviks masih dalam lingkungan bagus.


(14)

ABSTRACT

Cervical cancer is a malignant tumor originating from primary squamous epithelial cells. Prior to the occurrence of cancer, will be preceded by a condition called pre-cancerous lesions or cervical intraepithelial neoplasia (NIS). This cancer is the leading cause of cancer death in women in developing countries including Indonesia.

The purpose of this study was to determine the level of knowledge of the female students of Faculty of Dentistry class 2007 on a risk factor for cervical cancer. This study is a descriptive cross-sectional descriptive design. The data was collected by giving questionnaire to the students of Faculty of Dentistry, USU class of 2007. This research was conducted in the duration of 2 months which was from July to September 2010.

Of the total sample of respondents in this study of 50 respondents, there were 17 respondents with the percentage of 34% have a good perception of the risk factor for cervical cancer. While the majority of respondents, 33 people with the percentage of 66% have an average perception of the risk factor for cervical cancer.

In conclusion, there are 17 respondents with the percentage of 34% have a good knowledge level of the risk factor for cervical cancer. While the majority of respondents, 33 people with the percentage of 66% have an average knowledge level of the risk factor for cervical cancer. It can be seen that the student knowledge level in Faculty of Dentistry year 2007 on cervical cancer risk factors and awareness about the incidence of cervical cancer is still in good.


(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker merupakan salah satu jenis penyakit yang sudah tak asing lagi ditelinga. Belakangan ini mulai sering terdengar berita-berita mengenai kanker serviks. Kanker serviks (cervical cancer) adalah kanker yang terjadi pada area leher rahim atau serviks. Serviks merupakan bagian rahim yang berhubungan dengan vagina. Kanker serviks merupakan kanker nomor dua yang paling sering menyerang perempuan di seluruh dunia. Dan juga merupakan kanker kedua yang paling sering menyebabkan kematian.

Di Indonesia sendiri, diperkirakan setiap harinya terjadi 41 kasus baru kanker serviks dan 20 perempuan meninggal dunia karena penyakit tersebut. Menurut perkiraan Departemen Kesehatan saat ini ada sekitar 200 ribu pasien setiap tahunnya.

Penderita kanker mulut rahim di Indonesia ternyata jumlahnya sangat banyak. Menurut perkiraan Departemen Kesehatan saat ini ada sekitar 100 kasusn per 100 ribu penduduk atau 200 ribu kasus setiap tahunnya. Selain itu, lebih dari 70 persen kasus yang datang ke rumah sakit ditemukan dalam keadaan stadium lanjut. Tingginya angka ini biasanya disebabkan oleh rendahnya pengetahuan dan kesadaran akan bahaya kanker serviks. Kanker serviks cenderung muncul pada perempuan berusia 35-55 tahun, namun dapat pula muncul pada perempuan dengan usia yang lebih muda.

Menurut para ahli kanker, kanker leher rahim adalah salah satu jenis kanker yang paling dapat dicegah dan paling dapat disembuhkan dari semua kasus kanker. Tetapi, biarpun demikian, di wilayah Australia barat saja, tercatat sebanyak 85 orang wanita didiagnosa positif terhadap kanker leher rahim setiap tahun. Dan pada tahun 1993 saja, 40 wanita telah tewas menjadi korban keganasan kanker ini.


(16)

Penyebab dari kanker ini adalah virus yang dikenal sebagai Human papilloma virus (HPV), yaitu sejenis virus yang menyerang manusia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), infeksi ini merupakan faktor risiko utama kanker leher rahim. Menurut Dr. Bambang Dwipoyono SpOG dari divisi Kanker Ginekologik RS Kanker Dharmais Jakarta, berdasarkan data RS Kanker Dharmais, pasien yang menderita kanker serviks pada stadium lanjut pada tahun 1993-1997 sebanyak 710 kasus baru. Sebesar 65 persen pasien datang pada stadium lanjut (IIB-IV). Angka ketahanan hidup dalam dua tahun stadium lanjut tersebut berkisar 53,2 persen dan untuk stadium awal hampir 90 persen.

Terdapat 100 tipe HPV di mana sebagian besar tidak bahaya, tidak menimbulkan gejala yang terlihat dan akan hilang dengan sendirinya. Infeksi HPV paling sering terjadi pada kalangan dewasa muda (18-28 tahun). Perkembangan HPV ke arah kanker serviks pada infeksi pertama tergantung dari jenis HPV-nya. HPV tipe risiko rendah atau tinggi dapat menyebabkan kelainan yang disebut pra kanker. Tipe HPV yang berisiko rendah hampir tidak berisiko, tapi dapat menimbulkan genital warts (penyakit kutil kelamin). Walaupun sebagian besar infeksi HPV akan sembuh dengan sendirinya dalam 1-2 tahun karena adanya sistem kekebalan tubuh alami, namun infeksi yang menetap yang disebabkan oleh HPV tipe tinggi dapat mengarah pada kenker serviks. Dan dapat berkembang tanpa terkontrol dan dapat menjadi tumor.

Saya memilih Fakultas Kedokteran Gigi USU karena ianya secara sepenuh hanya menyelenggarakan proses belajar mengajar yang berorientasi pada perkembangan IPTEK dan kebutuhan masyarakat dalam bidang kesehatan gigi dan mulut untuk menghasilkan Sarjana Kedokteran Gigi dan Dokter Gigi yang berpengetahuan. Jadi ini memudahkan saya melihat sama ada mahasiswi yang tidak mempelajari mengenai kanker serviks mempunyai kesadaran terhadap faktor resiko terjadinya kanker serviks.

Saya memilih untuk melakukan penilitian ini atas dasar kesadaran saya berkenaan tingginya kasus Penyakit Kanker Serviks di Indonesia ini. Saya juga memilih untuk melakukan penelitian ini untuk melihat tahap kesadaran sekumpulan mahasiswi terhadap faktor resiko terjadinya kanker serviks.


(17)

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah tingkat pengetahuan mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi angkatan 2007 mengenai faktor resiko terjadinya kanker serviks?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswi FKG USU angkatan 2007 mengenai faktor resiko terjadinya kanker serviks.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan dan tahap kesadaran mahasisiwi FKG USU angkatan 07 mengenai jenis-jenis faktor resiko yang menyebabkan terjadinya kanker serviks di kalangan wanita seperti kebiasaan merokok, multiple sexual partner, melakukan hubungan seksual pada usia muda dan sebagainya.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Pada masyarakat, penelitian ini bermanfaat agar masyarakat khususnya masyarakat wanita dapat berhati-hati agar terelakkan terjadinya Penyakit Kanker Serviks.

b. Dalam bidang kesehatan, penelitian ini bermanfaat supaya tenaga kesehatan dapat mengawal dan member amaran agar pasien Kanker Serviks dapat terkontrol supaya terhindar terjadinya penyakit ini.

c. Penelitian ini juga memberi manfaat kepada mahasiswa kedokteran gigi dalam mengetahui kesemua faktor resiko Kanker Serviks yang menyebabkan terjadinya penyakit ini khusus dalam membantu proses pembelajaran mahasiswa.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kanker Serviks

2.1.1 Definisi Kanker Serviks

Kanker leher rahim adalah tumor ganas yang tumbuh di daerah leher rahim (serviks), yaitu suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dan liang senggama (vagina). (Jundi Muhammad, 2010)

2.2 Gejala kanker Serviks

Gejala kanker serviks termasuk keputihan, perdarahan pada saat hubungan seksual dan ulkus pada porsio. Pada stadium lanjut terjadi fistel (hubungan) antara rektum dan vagina, terjadi perpindahan jauh. Gejala yang sering timbul pada stadium lanjut antara lain adalah pendarahan sesudah melakukan hubungan intim dan juga pendarahan sesudah mati haid (menopause).

Berkurangnya nafsu makan, penurunan berat badan, kelelahan, nyeri pinggul, punggung dan tungkai yang berlebihan, keluarnya air kemih dan tinja dari vagina, patah tulang, bahkan keputihan yang berlebihan atau sakit perut yang biasa terjadi pun bisa menjadi gejala, karena itu artinya ada yang salah di dalam rahim anda. Karena menurut survei itu adalah suatu kondisi yang tidak boleh terjadi, meskipun banyak wanita yang mengatakan itu adalah hal biasa. Namun sekali lagii ditekankan, yang menjadikan penyakit itu biasa di antara wanita-wanita Indonesia adalah penggunaan produk lokal yang tidak berkualitas bahkan cenderung merusak organ penting. (Puguh A. M. 2010)

Kanker mulut rahim, menurut catatan Kompas, menempati peringkat pertama kanker pada perempuan di Indonesia. Ada 15.000 kasus baru per tahun dengan kematian 8000 orang per tahun. Angka harapan hidup lima tahun jika kanker ini diketahui dan diobati pada stadium I adalah 70 – 75%, pada stadium 2 adalah


(19)

60%, pada stadium 3 tinggal 25%, dan pada stadium 4 penderita sulit diharapkan bertahan. (Kompas, 2007)

2.3 Penyebab Kanker Serviks

Umumnya kanker serviks mulai menyerang dari leher rahim ( bagian dari uterus atau rahim) dan kemudian mencapai vagina. Tumor tersebut tumbuh dengan menyebar ke arah atas menuju ke endometrial cavity, ke arah bawah menuju ke vagina dan ke sisi menuju ke arah dinding pelvis. Kanker tersebut juga bisa menginvasi pundi kencing dan rectum secara terus. (Agustin A Garcia, MD 2010) Lokasi yang sering kali terjadinya metastasis adalah bahagian noda limpa ekstrapelvik, hati, paru dan tulang.

Kanker ini akan menyebar secara bertahap bila tak terdeteksi secara dini dan diberikan pengobatan.

Lalu apa penyebab terjadinya kanker pada leher rahim? Penyebab paling umum adalah serangan virus HPV (human papillomavirus). Ada 100 tipe virus HPV yang teridentifikasi dan kebanyakan tidak berbahaya serta tidak menunjukkan gejala. Sebanyak 40 tipe HPV dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Sasarannya adalah alat kelamin dan digolongkan menjadi dua golongan yaitu tipe HPV penyebab kanker dan HPV beresiko rendah. (Garcia Agustin A, 2010)

Terdapat 15 jenis tipe yang menyebabkan kanker yang dapat mengarah kepada kanker serviks, yakni HPV 16, 18, 45 dan 31 yang merupakan penyebab lebih dari 80 persen kasus kanker di Asia Pasifik dan dunia. (Puguh A. M. 2010)

2.3.1

HPV merupakan virus heterogenus yang mengandungi DNA kembar bulat yang tertutup. Genom virus tersebut mempunyai 6 jenis protein yaitu (, E1, E2, E3, E4, E6, E7), yang dimana berfungsi sebagai protein regulatori dan 2 lagi protein ( L1, L2), yang membentuk kapsid virus tersebut.

Sehingga hari in 77 genotip HPV yang berlainan telah dijumpai dan telah diklonisasi yang dimana diantaranya tipe 6, 11, 16, 18, 26, 31, 33, 35, 39, 42, 43,


(20)

44, 45, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 58, 59, 66, dan 68 mempunyai sifat untuk menginfeksi tisu anogenital. (Garcia Agustin A, 2010)

HPV yang menginfeksi servik manusia tergolong dalam dua kelompok. Tipe resiko rendah, HPV 6b dan 11, yang terkait dengan SIL tahap rendah tetapi tidak pernah dijumpai dalam kanker invasif. Tipe HPV resiko tinggi, HPV 16 dan 18, dijumpai dalam 50-80% kasus SIL dan dalam 90% kanker invasive. Walaupun jarang, tipe 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68, 73, dan 82 perlu dilihat dalam kumpulan karsinogenik. (Garcia Agustin A, 2010)

Perbedaan yang ketara diantara kedua tipe ini kelihatan selepas infeksi, tipe resiko rendah berada dalam keadaan DNA episomi ekstrakromosomal dan tipe resiko tinggi memasuki ke dalam DNA sel host. Proses rekombinasi ini sering menyebabkan E6 dan E7 mengikat secara terus dengan promoter virus yang menyebabkannya untukk memindahkan karakteistiknya selepas integrasi. Oleh karena E7 mengikat dan menginaktivasi protin Rb protein manakala E6 mengikat p53 dan menyebabkan berlaku degradasi, kehilangan fungsional TP53 dan RB menyebabkan resistensi pada apoptosis yang seterusnya menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak terkawal setelah DNA rusak. Ini seterusnya mengakibatkan terjadinya malignancy. (Garcia Agustin A, 2010)

2.3.2

Peran infeksi virus HIV dalam patogenesiss kanker servikal tidak dapat dipahami dengan sepenuhnya. Studi menunjukkan wanita HIV-seropositine mempunyai prevalensi yang lebih tinggi daripada wanita serogenotive dan juga prevalensi HPV berakibat terus terhadap immunosupresi yang diukur dengan menggunakan kiraan CD-4. (Garcia Agustin A, 2010)

Penyebab lain terjadinya kanker serviks adalah merokok, hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini, berganti-ganti pasangan seksual, gangguan sistem kekebalan tubuh, pemakaian pil KB, infeksi atau pemakaian bahan kimia secara menahun, penggunaan pembalut yang kualitasnya rendah, penggunaan bahan kimia yang terlalu berlebihan untuk vagina dan pembiaran atau cuek


(21)

terhadap masalah-masalah berlebihan contohnya keputihan yang berlebihan (Jundi Muhammad, 2010)

2.4 Stadium Kanker Serviks

Stadium 1 : sel tumor masih terbatas di daerah serviks

Stadium 2 : sel tumor telah keluar dari serviks dan mencapai daerah 2/3 bagian atas vagina namun belum mencapai dinding panggul

Stadium 3 : sel tumor telah mencapai 1/3 bagian bawah vagina dan telah mencapai dinding panggul

Stadium 4 : sel tumor telah mencapai kandung kencing atau mukosa rektum atau sel tumor telah berpindah jauh atau sel tumor telah keluar dari panggul kecil (Jundi Muhammad, 2010)

2.5 Faktor Resiko kanker Serviks

1. Mulai melakukan hubungan seksual pada usia muda.

Faktor ini merupakan faktor risiko utama. Semakin muda seorang perempuan melakukan hubungan seks, semakin besar risikonya untuk terkena kanker serviks. Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai resiko 3 kali lebih besar daripada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun. (Singgasana Pencari Ilmu 2010)

2. Sering berganti-ganti pasangan seksual.

Perilaku seksual berupa gonta-ganti pasangan seks akan meningkatkan penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti infeksi human papilloma virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks, penis dan vulva. Resiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang atau lebih. Di samping itu, virus herpes simpleks tipe-2 dapat menjadi faktor pendamping. (Singgasana Pencari Ilmu 2010)


(22)

3. Merokok.

Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir serviks pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di dalam rokok. Zat-zat tersebut akan menurunkan daya tahan serviks di samping meropakan ko-karsinogen infeksi virus. (Singgasana Pencari Ilmu 2010)

4. Defisiensi vitamin A, C, E.

Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi asam folat dapat meningkatkan risiko terjadinya displasia ringan dan sedang, serta mungkin juga meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada wanita yang makanannya rendah beta karoten dan retinol (vitamin A). (Singgasana Pencari Ilmu 2010)

5. Menggunakan pil-pil pengontrol kelahiran untuk suatu waktu yang lama

Menggunakan pil-pil pengontrol kelahiran untuk suatu waktu yang lama (5 tahun

atau lebih) dapat meningkatkan risiko

dengan infeksi HPV. ( Kanker Leher rahim, Eleancer.co)

Faktor resiko yang lain juga termasuk sering menderita infeksi di daerah kelamin, trauma kronis pada serviks dan melahirkan banyak anak. (Yuliandi-nasir Rachmad, 2009)

2.6 Deteksi kanker serviks

Bagaimana cara mendeteksi bahwa seorang wanita terinfeksi HPV yang menyebabkan kanker serviks? Gejala seseorang terinfeksi HPV memang tidak terlihat dan tidak mudah diamati. Cara paling mudah untuk mengetahuinya dengan melakukan pemeriksaan sitologis leher rahim. Pemeriksaan ini saat ini populer dengan nama pap smear atau Papanicolaou smear yang diambil dari nama dokter Yunani yang menemukan metode ini yaitu George N. Papanicolaou. Namun, ada juga berbagai metode lainnya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV dan kanker serviks seperti berikut:


(23)

1. IVA

IVA yaitu singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat. Metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher rahim dengan asam asetat. Kemudian diamati apakah ada kelainan seperti area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks. Anda dapat melakukan di Puskesmas dengan harga relatif murah. Ini dapat dilakukan hanya untuk deteksi dini. Jika terlihat tanda yang mencurigakan, maka metode deteksi lainnya yang lebih lanjut harus dilakukan. (Menteri Hukum dan HAM, 2009)

2. Pap smear

Metode tes Pap smear yang umum yaitu dokter menggunakan pengerik atau sikat untuk mengambil sedikit sampel sel serviks atau leher rahim. Kemudian sel-sel tersebut akan dianalisa di laboratorium. Tes itu dapat menyingkapkan apakah ada infeksi, radang, atau sel-sel abnormal. Menurut laporan sedunia, dengan secara teratur melakukan tes Pap smear telah mengurangi jumlah kematian akibat kanker serviks. (Menteri Hukum dan HAM, 2009)

3. Thin prep

Metode Thin prep lebih akurat dibanding Pap smear. Jika Pap smear hanya mengambil sebagian dari sel-sel di serviks atau leher rahim, maka Thin prep akan memeriksa seluruh bagian serviks atau leher rahim. Tentu hasilnya akan jauh lebih akurat dan tepat. (Menteri Hukum dan HAM, 2009)

4. Kolposkopi

Jika semua hasil tes pada metode sebelumnya menunjukkan adanya infeksi atau kejanggalan, prosedur kolposkopi akan dilakukan dengan menggunakan alat yang dilengkapi lensa pembesar untuk mengamati bagian yang terinfeksi. Tujuannya untuk menentukan apakah ada lesi atau jaringan yang tidak normal pada serviks atau leher rahim. (Menteri Hukum dan HAM, 2009)


(24)

a. Apakah kolposkopi itu?

Kolposkopi adalah suatu prosedur pemeriksaan vagina dan leher rahim oleh seorang dokter yang berpengalaman dalam bidang tersebut. Dengan memeriksa permukaan leher rahim, dokter akan menentukan penyebab abnormalitas dari sel-sel leher rahim seperti yang dinyatakan dalam pemeriksaan 'Pap Smear'. (Menteri Hukum dan HAM, 2009)

b. Cara pemeriksaan kolposkopi

Dokter akan memasukkan suatu cairan kedalam vagina dan memberi warna saluran leher rahim dengan suatu cairan yang membuat permukaan leher rahim yang mengandung sel-sel yang abnormal terwarnai.. Kemudian dokter akan melihat kedalam saluran leher rahim melalui sebuah alat yang disebut kolposkop. Kolposkop adalah suatu alat semacam mikroskop binocular yang mempergunakan

sinar yang kuat dengan pembesaran yang tinggi.

Jika area yang abnormal sudah terlokalisasi, dokter akan mengambil sampel pada jaringan tersebut (melakukan biopsi) untuk kemudian dikirim ke lab guna pemeriksaan yang mendetail dan akurat. Pengobatan akan sangat tergantung sekali pada hasil pemeriksaan kolposkopi. (Menteri Hukum dan HAM, 2009)

c. Pemeriksaan lanjutan sesudah selesainya pengobatan

Pemeriksaan lanjutan sesudah selesainya masa pengobatan adalah mutlak diperlukan untuk mendapatkan kepastian bahwa area yang telah diobati telah sembuh sama sekali. Biarpun metode pengobatan yang didapatkan sangat efektif, sel-sel yang abnormal kadang-kadang dapat kambuh lagi, bahkan dapat berkembang dengan derajat keparahan yang lebih tinggi. Jadi deteksi dini adalah hal yang sangat esensial sekali. Selama dua tahun pertama masa pengobatan,disarankan untuk menjalani pemeriksaan 'Pap Smear' setiap tiga bulan atau enam bulan sekali. Jika setelah tiga kali pemeriksaan berturut-turut hasil 'Pap Smear' normal, ini berarti seseorang wanita tersebut telah dapat dinyatakan sembuh, dan dapat melakukan pemeriksaan 'Pap Smear' tersebut setiap tahun sekali secara kontinyu (Menteri Hukum dan HAM, 2009)


(25)

Jika ada yang tidak normal, biopsi — pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh — dilakukan dan pengobatan untuk kanker serviks segera dimulai. (Riono Yohanes, 2010)

2.7 Kanker Serviks Tahap Dini

Kanker serviks dapat dikenali pada tahap pra kanker, yaitu dengan cara melakukan antara lain pemeriksaan SKRINING, artinya melakukan pemeriksaan tanpa menunggu keluhan. Beberapa medote skrining telah dikenal, yaitu antara lain: PAP SMEAR dan IVA. PAP SMEAR Kanker serviks dimulai dari tahap pra kanker. Jika kanker dapat ditemukan pada tahap awal ini, akan dapat disembuhkan dengan sempurna.

Pemeriksaan PAP SMEAR Adalah cara untuk mendeteksi dini kanker serviks. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cepat, tidak sakit dengan biaya yang relatif terjangkau dan hasilnya akurat. (Yuliandi- nasir Rachmad, 2009)

2.7.1 Kapan melakukannya

Pemeriksaan PAP SMEAR dilakukan kapan saja, kecuali pada masa haid atau sesudah petunjuk dokter. Bagi perempuan yang sudah menikah atau sudah melakukan hubungan seksual, lakukanlah pemeriksaan PAP SMEAR setahun sekali. Segera mungkin melakukan pemeriksaan PAP SMEAR dan jangan menunggu sampai timbul gejala. (WHO 2009)

2.7.2 Bagaimana pemeriksaan dilakukan

Pemeriksaan PAP SMEAR dilakukan di atas kursi periksa kandungan oleh dokter atau bidan yang sudah dilatih, dengan menggunakan alat untuk membantu membuka kelamin wanita. Ujung leher diusap dengan spatula untuk mengambil cairan yang mengandung sel-sel dinding leher rahim. Usapan ini kemudian diperiksa jenis sel-selnya di bawah mikrosop. Apabila hasil pemeriksaan posirif (terdapat sel-sel yang tidak normal), harus segera dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan pengobatan oleh dokter ahli kandungan.


(26)

IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) yaitu pemeriksaan leher rahim dengan cara melihat langsung leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5 %. Bila setelah pulasan asam asetat 3-5% ada perubahan warna, yaitu tampak bercak putih, maka kemungkinan ada kelainan tahap pra kanker serviks. (Yuliandi- nasir Rachmad, 2009)

2.7.3 Dimana pemeriksaan dapat dilakukan

Pemeriksaan PAP SMEAR/IVA dapat dilakukan di berbagai tempat, seperti : rumah sakit, rumah bersalin, pusat atau klinik deteksi dini kanker, praktek dokter spesialis kandungan, puskesmas, praktek dokter umum dan bidan yang telah mempunyai peralatan untuk melakukan pemeriksaan PAP SMEAR.

Vaksin HPV lebih dari 95 % kanker serviks berkaitan erat dengan infeksi HPV (Human Papilloma Virus) yang dapat ditularkan melalui aktivitas seksual. Saat ini sudah ada vaksin untuk mencegah infeksi HPV khususnya tipe 16 dan 18 yang diperkirakan menjadi penyebab 70% kasus kanker serviks di Asia. Pencegahan dilakukan dengan mengurangi faktor resiko serta dengan melakukan vaksinasi HPV khususnya tipe 16 dan 18. (Yuliandi- nasir Rachmad, 2009)

2.8 Bagaimanakah Tanda-tanda Kanker Serviks

Perubahan awal yang terjadi pada sel leher rahim tidak selalu merupakan suatu tanda-tanda kanker. Pemeriksaan Pap smear test yang teratur sangat diperlukan untuk mengetahui lebih dini adanya perubahan awal dari sel-sel kanker.

Perubahan sel-sel kanker selanjutnya dapat menyebabkan perdarahan setelah aktivitas sexual atau diantara masa menstruasi. Adanya perubahan ataupun

keluarnya cairan (discharge) ini bukanlah suatu hal yang normal, dan pemeriksaan yang teliti harus segera dilakukan walaupun seseorang wanita tersebut baru saja melakukan Pap smear test. Biarpun begitu, pada umumnya, setelah dilakukan pemeriksaan yang teliti, hasilnya tidak selalu positip kanker. (Yuliandi-nasir Rachmad, 2009)

Seperti layaknya kanker, jenis kanker ini juga dapat mengalami penyebaran (metastasis). Penyebaran kanker serviks ada tiga macam, yaitu :


(27)

1 Melalui pembuluh limfe (limfogen) menuju ke kelenjar getah bening lainnya. 2 Melalui pembuluh darah (hematogen)

3 Penyebaran langsung ke parametrium, korpus uterus, vagina, kandung kencing dan rectum.

Penyebaran jauh melalui pembuluh darah dan pembuluh limfe terutama ke paru-paru, kelenjar getah bening mediastinum dan supraklavikuler, tulang dan hati. Penyebaran ke paru-paru menimbulkan gejala batuk, batuk darah, dan kadang-kadang nyeri dada. Kadang disertai pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula terutama sebelah kiri. (Sudirman, 2010)

2.9 Pencegahan

Resiko terjadinya kanker serviks dapat dilakukan dengan menghindari infeksi HPV. HPV menyebar melalui kontak kulit dengan bagian badan yang terinfeks – tidak hanya dengan hubungan seks. Menggunakan kondom setiap melakukan hubungan dapat mengurangi resiko terkena infeksi HPV.

Sebagai tambahan dari penggunaan kondom, cara terbaik untuk mencegah kanker serviks yaitu :

• Menghindari hubungan sex pada umur muda. • Memiliki partner seks tunggal

• Menghindari merokok

Vaksniasi HPV. Suatu vaksin baru disebut Gardasil memberikan perlindungan dari tipe HPV yang paling berbahaya. The national Advisory Committee on Immunization Practices merekomendasikan vaksinasi pada wanita umur 11 dan 12 tahun, sebagaimanapula pada wanita umur 13 hingga 26 tahun jika mereka belum menerima vaksin. Vaksin ini paling efektif diberikan sebelum wanita aktif secara seksual.

Walaupun vaksin dapat mencegah hingga 70 % kasus kanker serviks, vaksin ini tidak dapat mencegah infeksi dari virus lain yang dapat juga menyebabkan kanker serviks. Pap Smear secara rutin untuk skrining kanker serviks lah yang paling penting. (Johns Hopkins, William Obstetric)


(28)

2.9.1 Apa yang harus dilakukan untuk menghindari kanker leher rahim

Yang pertama, jika pernah melakukan hubungan seksual, harus dilakukan Pap smear test secara teratur setiap dua tahun dan ini dilakukan sampai berusia 70 tahun. Pada beberapa kasus mungkin dokter menyarankan untuk melakukan Pap smear test lebih sering.

Hal yang ke dua adalah melaporkan adanya gejala-gejala yang tidak normal seperti adanya perdarahan, terutama setelah coitus (senggama).

Hal yang ke tiga adalah tidak merokok. Data statistik melaporkan bahwa resiko terserang kanker leher rahim akan menjadi lebih tinggi jika wanita merokok. Tidak semua penampakan sel-sel yang abnormal melalui ‘Pap Smear’ berarti kanker. Memang 'Pap Smear' dapat mendeteksi kelainan-kelainan perubahan sel-sel leher rahim secara dini. Paradigma yang harus diingat adalah semakin awal ditemukannya kelainan-kelainan pada pemeriksaan 'Pap Smear', maka akan semakin mudah pula diatasi masalahnya. (Johns Hopkins, William Obstetric)

2.9.2 Apakah artinya jika 'Pap Smear' abnormal.

Hasil 'Pap Smear' dikatakan abnormal jika sel-sel yang berasal dari leher rahim ketika diperiksa di bawah mikroskop akan memberikan penampakan yang berbeda dengan sel normal. Kejadian ini biasanya terjadi 1 dari 10 pemeriksaan 'Pap Smear'. Beberapa faktor yang dapat memberikan indikasi diketemukannya penampakan 'Pap Smear' yang abnormal adalah:

1. Unsatisfactory 'Pap Smear'

Pada kasus ini, berarti pegawai di Lab tersebut tidak bisa melihat sel-sel leher rahim dengan detail sehingga gagal untuk membuat suatu laporan yang

komprehensive kepada dokter. Jika kasus ini menimpa seseorang, disarankan agar sebaiknya wanita tersebut datang lagi untuk pemeriksaan 'Pap Smear' pada waktu yang akan ditentukan oleh dokter. (Johns Hopkins, William Obstetric)

2. Jika ada infeksi atau inflamasi

Kadang-kadang pada pemeriksaan 'Pap Smear' memberikan penampakan terjadinya inflamasi. Ini berarti bahwa sel-sel di dalam leher rahim mengalami


(29)

suatu iritasi yang ringan sifatnya. Memang kadang-kadang inflamasi dapat dideteksi melalui pemeriksaan 'Pap Smear', biarpun tidak merasakan keluhan-keluhan karena tidak terasanya gejala klinis yang ditimbulkannya. Sebabnya bermacam-macam. Mungkin telah terjadi infeksi yang dikarenakan oleh bakteri, atau karena jamur. (Johns Hopkins, William Obstetric)

3. Atypia atau Minor Atypia

Yang dimaksud dengan keadaan ini adalah jika pada pemeriksaan 'Pap Smear' terdeteksi perubahan-perubahan sel-sel leher rahim, tetapi sangat minor dan penyebabnya tidak jelas. Pada kasus ini, biasanya hasilnya dilaporkan sebagai 'atypia'. Biasanya terjadinya perubahan penampakan sel-sel tersebut dikarenakan adanya peradangan, tetapi tidak jarang pula karena infeksi virus. Karena untuk membuat suatu diagnosa yang definitif tidak memungkinkan pada tahap ini, dokter mungkin akan merekomendasikan untuk menjalani pemeriksaan lagi dalam waktu enam bulan. Pada umumnya, sel-sel tersebut akan kembali menjadi normal lagi. Jadi, adalah sangat penting bagi melakukan 'Pap Smear' lagi untuk memastikan bahwa kelainan-kelainan yang tampak pada pemeriksaan pertama tersebut adalah gangguan yang tidak serius. Jika hasil pemeriksaan menghasilkan hasil yang sama maka mungkin disarankan untuk menjalani kolposkopi. (Johns Hopkins, William Obstetric)


(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Gambar 3.1 Kerangka konsep

3.2 Definisi Operasional

Variabel yang akan diteliti adalah tingkat pengetahuan mahasiswi FKG angkatan 07 USU dan gambaran kesadaran tentang kejadian kanker serviks.

3.2.1. Tingkat pengetahuan diukur daripada mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi

angkatan 07 Universitas Sumatera Utara (USU). Tingkat pengetahuan mahasiswi mengenai faktor resiko terjadinya kanker serviks seperti gangguan sistem kekebalan tubuh yang berulang, trauma kronis pada bahagian serviks dan juga sikap wanita yang menyebabkan resiko mengenai kanker serviks bertambah seperti merokok, berganti ganti pasangan seksual, dan juga bersama dengan faktor resiko lain yng menyebabkan terjadinya kanker serviks akan dinilai.

Gambaran kesadaran tentang kejadian Kanker Serviks

Pengetahuan mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

-Faktor resiko kanker seviks.


(31)

3.2.2. Gambaran kesadaran tentang kejadian kanker serviks dinilai daripada

tingkat pengetahuan mahasiswi mengenai faktor resiko terjadinya kanker serviks dan juga bersama dengan faktor resiko lain yng menyebabkan terjadinya kanker serviks akan dinilai. Gambaran kesadaran tentang kejadian kanker serviks dinilai daripada jawaban yang diberi oleh para mahasiswi FKG angkatan 07 Universitas Sumatera Utara (USU)

3.2.3 Cara ukur : Wawancara

3.2.4 Alat ukur : Kuesioner, pertanyaan yang diajukan sebanyak 20 pertanyaan

dengan dua pilihan jawaban:

* jawaban yang benar diberi skor 1

* jawaban yang salah diberi skor 0 Kategori :

Skor 75% - 100% adalah nilai baik Skor 40% - 75% adalah nilai memuaskan Skor dibawah 40% adalah nilai buruk

Skala pengukuran : ordinal


(32)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang akan melihat gambaran Tingkat Pengetahuan Mahasiswi Mengenai Faktor Resiko Terjadinya Kanker Serviks di Fakultas Kedokteran Gigi USU Tahun 2007. Desain yang digunakan adalah descriptive cross sectional Ini dilakukan dengan memberi kuesioner pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi USU angkatan 2007.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, Medan. Ini adalah karena untuk melihat apakah mahasiswi yang berada dalam jurusan lain selain kedokteraan mempunyai kesadaran terhadap faktor resiko yang menyebabkan kanker serviks.

4.2.2 Waktu penelitian

Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Juli sehingga September 2010

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi penelitian

Populasi penelitian adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara angkatan 2007 yaitu sebanyak 150 orang. Penentuan angkatan berdasarkan pertimbangan bahwa mahasisiwi angkatan tersebut sudah seharusnya mempunyai pengetahuan mengenai faktor resiko kanker serviks.


(33)

Mahasiswi yang menderita kanker serviks

4.3.2. Sampel penelitian

Tingkat pengetahuan dinilai daripada kuesioner yang diedarkan kepada mahasiswa (sampel). Sebanyak 20 soalan atau pertanyaan akan diajukan dengan 2 pilihan jawaban iaitu jawaban “ya” atau “tidak”. Jawaban “ya” diberi skor 1 dan jawaban “tidak” diberi skor 0. Pengukuran tingkat pengetahuan mahasiswi mengenai faktor resiko terjadinya kanker serviks dilakukan berdasarkan jawaban yang diberikan responden menggunakan skala pengukuran Pratomo (1990) maka dapat dibahagi menjadi tiga kategori yaitu:

a) Tingkat pengetahuan baik apabila jawaban responden benar lebih dari 75% dari nilai maksimum.

b) Tingkat pengetahuan sedang apabila jawaban responden benar antara 40% sampai 75% dari nilai maksimum.

c) Tingkat pengetahuan buruk apabila jawaban responden benar kurang dari 40% dari nilai maksimum.

Dengan demikian, penilaian terhadap persepsi responden berdasarkan sistem skoring, yaitu:

a) Skor 16 hingga 20 : Baik b) Skor 8 hingga 15 : Sedang c) Skor dibawah 8 (<8) : Kurang

Perkiraan besar sampel yang minimal pada penelitian ini diambil berdasarkan rumus dibawah ini, dimana tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 95% dan tingkat ketepatan relatif 10% (Sastroasmoro dan Ismael, 2008). Maka diperoleh 43 sampel. Jumlah sampel ini dibulatkan menjadi 50 sampel:

Besar sampel : Besar sampel data nomimal pada sampel tunggal untuk estimasi proporsi suatu populasi dihitung dengan rumus:


(34)

N = d² (Zα)² pq Keterangan rumus :

N = jumlah/besar sampel

Α = tingkat kemaknaan. Dalam penelitian ini, tingkat kemaknaan yang digunakan ialah α = 0,05, sehingga Zα yaitu kesalahan tipe I penelitian ini sebesar 1,96. p = proporsi keadaan yang akan dicari = 0,5

q = 1– p = 0,5

d = tingkat ketepatan absolute yang dikehendaki. Dalam penelitian ini, ditetapkan d = 0,15

Angka-angka yang di atas dimasukkan kembali ke rumus besar sampel : N =

0,15²

(1,96)² (0,5)(0,5)

= 43 orang ≈ 50 orang

4.4 Metode Pengumpulan Data

Cara memilih sampel:Responden dipilih secara systematic random sampling yaitu responden diberi kuesioner dan disuruh menjawab kuesioner tersebut dan dinilai mengikut jawaban yang diberikan.

4.4.1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Kuesioner yang telah selesai disusun akan diuji validitasnya dengan SPSS 17.0 (Statistical Products and Service Solutions). Kuesioner penelitian ini yang telah disusun sebelumnya dengan jumlah pertanyaan sebanyak 25 , kemudian dilakukan uji validitas dan didapati sebanyak 20 soal yang valid. Pengujian ini menggunakan perangkat lunak SPSS 17.0. Uji validitas ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2010.


(35)

Uji validitas dilakukan dengan korelasi Pearson, skor yang didapat dari setiap pertanyaan dikolerasikan dengan skor total untuk setiap variabel. Setelah semua korelasi untuk setiap pertanyaan dengan skor total diperoleh, nilai-nilai tersebut dibandingkan dengan nilai r tabel. Nilai r tabel untuk jumlah responden 20 orang dengan taraf signifikasi 0.1 adalah 0.444. Jika nilai koefisien korelasi Pearson dari suatu pertanyaan tersebut berada di atas nilai r tabel, maka pertanyaan tersebut valid.

4.4.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan indeks yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan kuesioner yang telah selesai disusun akan diuji reliabilitasnya dengan menggunakan SPSS 17.0. Kuesioner penelitian ini yang disusun sebelumnya telah dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 17.0. Uji reliabilitas ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2010. Uji reliabilitas dilakukan pada seluruh pertanyaan yang valid dengan koefisien Reliabilitas Alpha pada aplikasi SPSS 17.0. Jika nilai alpha lebih besar dari nilai r tabel, maka pertanyaan tersebut reliabel.


(36)

Tabel 4.1

Hasil uji validitas dan reliabilitas untuk tiap pertanyaan dalam kuesioner

Variabel Nomor Pertanyaan

Total

Pearson Correlation

Status Alpha Status

Tingkat pengetah uan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 0.471 0.480 0.685 0.453 0.453 0.524 0.471 0.599 0.572 0.663 0.538 0.480 0.685 0.480 0.572 0.524 0.453 0.545 0.453 0.663 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

0.913 Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel

4.5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang akan saya gunakan pada penelitian saya adalah kuestioner jenis tertutup.

4.6. Metode Analisis Data

Pengolahan data hasil penelitian dilakukan secara manual dan menggunakan program komputer untuk mempermudah analisis data. Data yang diperoleh akan dianalisis dengan melalui beberapa tahapan. Tahap pertama editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk. Tahap kedua adalah proses coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada


(37)

kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisis. Tahap ketiga adalah entry data yaitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam program komputer dengan menggunakan program SPSS. Tahap keempat adalah melakukan cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah dientry untuk mengetahui adanya kesalahan atau tidak. Hasil penelitian akan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.


(38)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kampus Universitas Sumatera Utara yang terletak di Jalan Dr. T. Mansyur No.9 Medan. Pada tanggal 20 November 1957, USU diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Dr. Ir. Soekarno menjadi universitas negeri yang ketujuh di Indonesia. Kampus USU Padang Bulan sebagai kampus utama berlokasi di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru. Kampus ini mulai digunakan sejak tahun 1957, sebelumnya beberapa fakultas di lingkungan USU menggunakan sejumlah gedung yang tersebar di kota Medan termasuk di antaranya berlokasi di Jalan Seram, Jalan Cik Ditiro, Jalan Sempali, dan Jalan Gandhi.

Kampus Padang Bulan yang pada awalnya terdapat di pinggiran kota Medan, kemudian dengan perkembangan kota Medan sehingga sekarang berada di tengah – tengah kota. Kampus ini memiliki luas sekitar 122 Ha, dengan zona akademik seluas sekitar 100 Ha yang berada di tengahnya. USU memiliki 12 fakultas yaitu : Fakultas Kedokteran, Hukum, Psikologi, Farmasi, Kesehatan Masyarakat, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Sastra, Kedokteran Gigi, Teknik dan Pertanian.

Pada tahun 2003, USU berubah status dari suatu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) menjadi suatu perguruan tinggi Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Perubahan status USU dari PTN menjadi BMHN merupakan yang kelima di Indonesia. Sampel penelitian diambil dari mahasiswi angkatan 07 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.


(39)

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Jumlah responden yang terlibat dalam studi ini adalah sebesar 50 responden yang merupakan mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi Angkatan 2007 USU. Jumlah sampel ini adalah sama dengan jumlah sampel yang diperlukan yaitu 50 orang. Responden yang terpilih adalah perempuan dengan persentase 100% atau 50 orang. Responden dipilih secara rawak di antara seluruh mahasiswi FKG angkatan 2007.

Setiap soal yang dijawab dengan betul diberi 1 markah dan setiap soal yang dijawab salah diberi 0. Penilaian dibuat dengan menggunakan skala pengukuran Pratomo (1966). Distribusi nilai dapat dilihat pada Tabel 5.1 Berdasarkan umur, mayoritas responden berusia 21 dan 22 tahun dengan persentase 26%. Sedangkan usia responden dengan jumlah yang paling kecil adalah 19 dan 20 tahun atau hanya 2% saja, seperti terlihat pada Table 5.1. Usia responden yang termuda adalah 19 tahun dengan persentase 2% dan usia responden tertua adalah 24 tahun dengan persentase 20%.

Tabel 5.1. Distribusi nilai skala pengukuran Pratomo

Tingkat pengetahuan

Nilai Skala

pengukuran Pratomo (%)

Frekuensi

Baik 16-20 75-100 17

Sedang 8-15 40-75 33


(40)

Tabel 5.2. Karakteristik responden berdasarkan umur

Umur Frekuensi Persen (%)

19-20 1 2

20-21 1 2

21-22 13 26

22-23 13 26

23-24 12 24

24-25 10 20

Total 50 100

5.1.3 Tingkat Pengetahuan Mahasiswa

Dari keseluruhan responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 50 responden, terdapat 17 responden dengan persentase 34% mempunyai tingkat pengetahuan yang baik mengenai faktor resiko terjadinya kanker serviks. Sedangkan mayoritas responden,yaitu 33 orang dengan persentase 66% mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang mengenai faktor resiko terjadinya kanker serviks. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.3.


(41)

Tabel 5.3. Tingkat pengetahuan mahasiswi berdasarkan umur

TINGKAT PENGETAHUAN Umur

respon

den Baik Sedang Total

19-20 0 1 1

20-21 1 0 1

21-22 1 12 13

22-23 6 7 13

23-24 6 6 12

24-25 3 7 10

Total 17 33 50

Penelitian telah dibuat di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara (USU), Medan. Mayoritas responden mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang. Sedangkan minoritas responden mempunyai tingkat pengetahuan yang baik. Tiada responden yang mempunyai tingkat pengetahuan yang buruk terhadap faktor resiko terkenanya kanker serviks. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden

NO PERTANYAAN

JAWAPAN

YA TIDAK

F % F %

1.

Penyebab paling umum terjadinya kanker serviks adalah terinfeksi virus HPV (human papillomavirus)

48 96 2 4

2.

HPV 6b dan 11, yang terkait dengan SIL tahap rendah tetapi tidak pernah dijumpai dalam kanker invasif.

34 68 16 32

3.

Virus herpes simpleks tipe-2 tidak dapat menjadi faktor pendamping bagi

terkenanya kanker serviks

21 42 29 48

4.

HPV tipe 16, 18, 45 dan 31 yang

merupakan penyebab kanker serviks yang paling umum pada wanita


(42)

5. Trauma kronis pada bahagian serviks tidak

bisa menyebabkan kanker Serviks 25 50 25 50 6. Infeksi pada daerah vagina dapat

menyebabkan terjadinya kanker serviks 32 64 18 36

7.

Ada dua macam penyebaran kanker serviks yaitu :

Melalui pembuluh limfe (limfogen) menuju ke kelenjar getah bening lainnya dan

Melalui pembuluh darah (hematogen)

26 52 24 48

8.

Kombinasi obat paling aktif yang

digunakan untuk mengatasi kanker serviks semuanya mengandung cisplatin. Agen tersebut paling sering digunakan bersama bleomycin.

40 80 10 20

9.

Kanker Serviks tidak menyebabkan penyebaran langsung ke parametrium, korpus uterus dan vagina

42 84 8 16

10.

Penyebaran ke paru-paru menimbulkan gejala batuk, batuk darah, dan kadang-kadang nyeri dada.

47 94 3 6 11. Pemeriksaan PAP SMEAR adalah cara

untuk mendeteksi dini kanker serviks. 45 90 5 10 12. Kanker serviks tidak bisa menginvasi

kandung kemih dan rectum secara terus. 13 26 37 74 13.

Gangguan sistem kekebalan tubuh yang berulang bisa menyebabkan kanker serviks pada wanita

28 56 22 44

14.

Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia tua bisa menyebabkan kanker serviks pada wanita

16 32 34 68

15.

Wanita yang merokok mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk terkena kanker serviks berbanding dengan wanita biasa

36 72 14 28

16.

Perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai resiko 3 kali lebih besar daripada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun.

40 80 10 20

17.

Wanita yang berganti-ganti pasangan seksual tidak mempunyai resiko mengenai kanker serviks yang lebih tingi.

8 16 42 84

18.

Wanita yang melahirkan banyak anak mempunyai resiko menderita kanker serviks yang lebih tinggi berbanding


(43)

dengan wanita yang mempunyai anak sedikit

19.

Penggunaan bahan kimia yang terlalu berlebihan untuk rahim/vagina tidak bisa menyebabkan kanker serviks

17 34 33 66 20. Penggunaan kondom merupakan cara

terbaik untuk mencegah kanker serviks 13 26 37 74 Daripada 50 responden yang mengambil bahagian, sebanyak 33 responden atau dengan persentase 66% mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang terhadap faktor resiko terkenanya kanker serviks. Sedangkan sisanya yaitu 17 responden dengan persentase 34% mempunyai tingkat pengetahuan yang baik terhadap faktor resiko terkenanya kanker serviks

Sebanyak 48 responden atau dengan persentase 96% menyatakan penyebab paling umum terjadinya kanker serviks adalah terinfeksi virus HPV (human papillomavirus).

Sebanyak 29 responden atau dengan persentase 48% menyatakan bahwa virus herpes simpleks tipe-2 dapat menjadi faktor pendamping bagi terkenanya kanker serviks. Sedangkan 21 orang lagi dengan persentase 42% mengatakan ia tidak dapat menjadi faktor pendamping bagi terkenanya kanker serviks.

Setengah responden yang mengambil bahagian dalam penelitian, yaitu 25 orang dengan persentase 50% mengatakan trauma kronis pada bahagian serviks dapat menyebabkan terjadinya kanker serviks. Sedangkan sisanya 25 orang lagi dengan persentase 50% mengatakan trauma kronis pada bahagian serviks tidak dapat menyebabkan terjadinya kanker serviks. Daripada 50 responden yang mengambil bahagian, sebanyak 45 responden atau dengan persentase 90% mengetahui bahwa pemeriksaan PAP SMEAR adalah cara untuk mendeteksi dini kanker serviks. Sedangkan sisanya yaitu 5 responden dengan persentase 10% mempunyai tidak mengetahui bahwa PAP SMEAR merupakan cara untuk mendeteksi dini kanker serviks.

Sebanyak 22 orang responden dengan persentase 44% mengatakan gangguan sistem kekebalan tubuh yang berulang tidak dapat menyebabkan


(44)

kanker serviks pada wanita. Sedangkan 28 orang lagi dengan persentase 56% mengatakan kanker serviks dapat disebabkan karena terjadinya gangguan sistem kekebalan tubuh yang berulang.

Sebanyak 16 responden, yaitu dengan persentase 32% mengatakan bahwa hubungan seksual pertama dilakukan pada usia tua bisa menyebabkan kanker serviks pada wanita. Sedangkan 34 orang lagi dengan persentase 68% mengatakan yang sebaliknya,yaitu hubungan seksual pertama dilakukan pada usia tua tidak bisa menyebabkan kanker serviks pada wanita.

Daripada 50 responden yang mengambil bahagian, sebanyak 36 responden atau dengan persentase 72% mengatakan wanita yang merokok mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk terkena kanker serviks berbanding dengan wanita biasa. Sedangkan sisanya yaitu 14 responden dengan persentase 28% mengatakan sebaliknya

Sebanyak 40 responden, yaitu persentase 80% mengatakan perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai resiko 3 kali lebih besar daripada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun. Manakala sisanya 10 responden, dengan persentase 20% mengakui bahwa ia bukan merupakan satu faktor resiko terjadinya kanker serviks. Sebanyak 42 responden, yaitu persentase 84% mengatakan wanita yang berganti-ganti pasangan seksual mempunyai resiko mengenai kanker serviks yang lebih tinggi. Manakala sisanya yaitu 16% ataupun 8 responden mengatakan yang sebaliknya.

Sebanyak 36 responden, yaitu dengan persentase 72% mengatakan bahawa wanita yang melahirkan banyak anak mempunyai resiko menderita kanker serviks yang lebih tinggi berbanding dengan wanita yang mempunyai anak sedikit. Sedangkan sisanya 28% mengatakan bahawa ini bukan merupakan faktor resiko terkenanya kanker serviks.

Sebanyak 33 responden, yaitu dengan persentase yang tinggi 66% mengakui bahwa penggunaan bahan kimia yang terlalu berlebihan untuk rahim/vagina bisa menyebabkan kanker serviks. Sedangkan 17 responden


(45)

lagi, dengan persentase 34% mengatakan penggunaan bahan kimia yang terlalu berlebihan untuk rahim/vagina tidak bisa menyebabkan kanker serviks. .

Sebanyak 37 responden dengan persentase 74% mengatakan penggunaan kondom merupakan cara terbaik untuk mencegah kanker serviks. Sedangkan sisanya pula mengatakan penggunaan kondom bukan merupakan cara terbaik untuk mencegah kanker serviks.

5.2. Pembahasan

5.2.1 Tingkat Pengetahuan Mahasiswi

Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian adalah berjumlah 50 orang yaitu sama dengan jumlah sampel minimum penelitian yaitu 50 orang. Berdasarkan Tabel 5.2, dapat kita lihat bahwa umur responden sebagian besar yaitu 26% berusia 21 dan 22 tahun. Hal ini dikarenakan usia mahasiswa yang masih aktif rata-rata berusia 19-22 tahun. Pada usia ini, mahasiswa sudah biasa dengan penelitian-penelitian seperti ini dan akan memberikan kerjasama yang baik jika dibandingkan dengan mahasiswa yang baru masuk universitas dan tidak begitu selesa dengan kuesioner dan penelitian.

Berdasarkan Tabel 5.2, wanita berusia 22 dan 23 tahun lebih memberi persepsi yang baik mengenai faktor resiko terkenanya kanker serviks. Hal ini dikarenakan wanita dalam lingkungan usia ini lebih prihatin dan mengetahui tentang cara-cara menghindarkan diri mereka dari terkenanya kanker serviks.

Jumlah mahasiswa yang member persepsi baik adalah kurang, yaitu 17 orang dengan persentase 34% dan mayoritas mahasiswa dengan persepsi baik datangnya dari lingkungan usia 22-23 tahun.

Sebanyak 48 responden mengatakan bahwa penyebab paling umum terjadinya kanker serviks adalah terinfeksi virus HPV (human papillomavirus). Ini jelas menunjukkan bahwa mahasiswi mengenali


(46)

penyebab utama terkenanya kanker serviks. Terdapat 15 jenis tipe HPV yang menyebabkan kanker yang dapat mengarah kepada kanker serviks, yakni HPV 16, 18, 45 dan 31 yang merupakan penyebab lebih dari 80 persen kasus kanker di Asia Pasifik dan dunia. (Dr. A. M. Puguh 2010). Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Pakistan, 78% sadar bahwa infeksi adalah penyebab paling umum kanker serviks, dari 62% mengatakan virus yang menyebabkan dan 61% responden tahu bahwa virus Human Papilloma Virus (HPV). (Syed Ali, Faizan 2010)

Setengah responden yang mengambil bahagian dalam penelitian, yaitu 25 orang dengan persentase 50% mengatakan trauma kronis pada bahagian serviks dapat menyebabkan terjadinya kanker serviks. Erosi serviks disebabkan karena trauma (hubungan seksual, penggunaan tampon, benda asing di vagina, atau terkena speculum). Erosi serviks adalah hilangnya sebagian / seluruh permukaan epitel squamous dari serviks. Jaringan yang normal pada permukaan dan atau mulut serviks digantikan oleh jaringan yang mengalami inflamasi dari kanalis serviks. Jaringan endoserviks ini berwarna merah dan granuler, sehingga serviks akan tampak merah, erosi dan terinfeksi. Erosi serviks dapat menjadi tanda awal dari kanker serviks. (Sidohutomo, Ananto)

Beberapa penelitian tentang tingkat pengetahuan mahasiswi mengenai faktor resiko terjadinya kanker serviks juga dilakukan di negara yang lain seperti di Afrika Selatan, Cina dan Pakistan. Dari hasil penelitian E Hoque, Dosen / statistik, Mangosuthu University of Technology, Afrika Selatan, kurang dari separuh (42,9%) peserta telah mendengar tentang kanker serviks dan ini, 26 (15,6%) tidak tahu ada faktor risiko untuk kanker serviks, sementara 96 (58,6%) dari 164 peserta yang tahu faktor risiko, tidak tahu bahwa kanker serviks dapat dicegah. Di Pakistan pula, 1,8% tidak mengetahui kanker serviks sebagai penyakit. Hanya 23,3% responden menyadari bahwa kanker serviks merupakan penyebab paling umum dari


(47)

kanker ginekologi dan 26% tahu itu peringkat kedua di dalam mortalitas. Hanya 26% dari populasi penelitian menyadari satu atau lebih faktor risiko. Sedangkan 37% mengakui Pap smear sebagai tes skrining untuk deteksi dini kanker serviks. (Hoque M 2009)

Ini berbeda dengan penilitian yang dilukan di kalangan mahasiswi FKG angkatan 07 USU di mana mayoritas yaitu, 90% mengetahui PAP SMEAR sebagai cara untuk mendeteksi dini kanker serviks. Pap smear merupakan suatu metode pemeriksaan sel cairan dinding leher rahim dengan menggunakan mikroskop (Mardiana, 2004). Pap smear merupakan pemeriksaan sitolog. (Pro Health 2010)

Di Negara Cina, lebih dari separuh responden mengidentifikasi faktor risiko yang lebih tua (75,2%), memiliki penyakit menular seksual (62,4%), memiliki banyak mitra seksual (59%), atau memiliki aktivitas seksual dengan orang yang memiliki banyak pasangan seksual (52,7%). Namun, hanya 42,3% mengidentifikasi kurangnya tahunan tes noda-3. Sekitar sepertiga dari peserta mengakui berikut sebagai faktor risiko: infeksi papillomavirus manusia, merokok, atau hubungan yang pada usia dini. Hanya sekitar satu dari lima dianggap yang melahirkan banyak anak (20,9%) atau menggunakan pil kontrasepsi (17,1%) perempuan diletakkan pada risiko tinggi untuk kanker serviks. (The New Zealand Medical Journal- 2008)

Mahasiswi FKG angkatan 07 USU mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi juga. Ini karena, berdasarkan soal 14, 68% menyatakan bahwa hubungan seksual pertama pada usia tua dapat menyebabkan kanker serviks pada wanita. 72% daripada mahasiswi mengatakan bahwa merokok boleh meningkatkan resiko untuk terkena kaner serviks. Wanita sebaiknya tidak merokok, karena dapat merangsang timbulnya sel-sel kanker melalui nikotin dikandung dalam darah. Risiko wanita perokok terkena kanker mulut rahim adalah 4-13 kali lebih besar dibandingkan wanita bukan perokok. (Appleby P, Beral V, Berrington de Gonzalez A, Colin D, Franceschi S, et al- 2006) Karsinoma serviks Diperkirakan nikotin memberikan efek toksik pada sel


(48)

epitel, sehingga memudahkan masuknya mutagen virus. (Dian Nugraha, Boyke).

Selain itu, 80% daripada mahasiswi mengatakan hubungan seks pada usia muda dapat menigkatkan faktor resiko terjadinya kanker serviks. Sebanyak 72% mahasiswi juga mengatakan bahwa wanita yang melahirkan banyak anak mempunyai resiko menderita kanker serviks yang lebih tinggi berbanding dengan wanita yang mempunyai anak sedikit.

Wanita yang divonis kanker leher rahim akan memiliki dampak fisik, psikologis serta dampak sosial. Umumnya sebelum kanker meluas atau merusak jaringan disekitarnya, penderita tidak merasakan adanya keluhan ataupun gejala biasanya penyakitnya sudah kronis baru diketahui oleh si penderita Penyebab yang diduga kuat dapat menimbulkan kanker leher rahim (serviks) adalah sperma yang mengandung komplemen histon (sejenis protein) yang nantinya bereaksi dengan unsur DNA sel leher rahim, air mani yang bersifat alkalis sehingga menimbulkan perubahan pada sel rahim. Terdapatnya sejenis bakteri seperti Mycoplasma,Ehlamydla, Virus Herpes Simpleks tipe 2, Virus Papiloma. Dimana gejala awal yang sering terjadi dan dialami oleh penderita kanker rahim adalah terjadinya keputihan, keputihan berbau busuk terkadang disertai darah. Pendarahan bercak, setitik setelah bersetubuh, keluar cairan encer berbau busuk dan sipenderita mengalami keluhan tidak khas didaerah perut bawah dan panggul

Salah satu penyebab serviks adalah karena penyimpangan seksual dan ini merupakan faktor resiko yang sangat tinggi berpengaruh pada terkenanya seseorang penyakin serviks. Faktor lain yang dianggap merupakan faktor resiko adalah hubungan seksual pertama kali paada usia muda, berganti-ganti pasangan. Penyakit serviks ini sering melanda pada wanita terutama pada wanita berusia 20 hingga 30 tahun (suarakarya.com). Disisi lain, penderita kanker leher rahim seringkali menghadapi tekanan psikologis karena kanker leher rahim menimbulkan implikasi seperti rasa sakit, ketergantungan pada orang lain, ketidakmampuan dan ketidakberdayaan,


(49)

hilangnya fungsi-fungsi tubuh, dan sebagainya. Penderita kanker leher rahim mengalami rasa takut, cemas, shock, putus asa, marah, serta depresi. Perasaan timbul pada diri penderita kanker leher rahim justu akan bedampak negatif.

Penderita kanker mulut rahim di Indonesia ternyata jumlahnya sangat banyak. Menurut perkiraan Departemen Kesehatan saat ini ada sekitar 100 kasusper 100 ribu penduduk atau 200 ribu kasus setiap tahunnya. Selain itu, lebih dari 70 persen kasus yang datang ke rumah sakit ditemukan dalam keadaan stadium lanjut.

Dari keseluruhan responden yang mengambil bahagian, responden yang berusia 22 dan 23 tahun paling tinggi persentasenya yaitu 26% masing-masing Dengan demikian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden mengenai terkenanya kanker serviks adalah sangat bagus.


(50)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :

1. Kesimpulannya, terdapat 17 responden dengan persentase 34% mempunyai tingkat pengetahuan yang baik mengenai faktor resiko terjadinya kanker serviks. Sedangkan mayoritas responden, yaitu 33 orang dengan persentase 66% mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang mengenai faktor resiko terjadinya kanker serviks. Dapat dilihat bahawa tingkat pengetahuan mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi angkatan 07 mengenai faktor resiko terjadinya kanker serviks dan kesadaran tentang kejadian kanker serviks masih dalam lingkungan bagus.

6.2. Saran

1. Masih rendahnya persepsi yang baik mengenai faktor resiko terjadinya kanker serviks. Ini menunjukkan masih perlunya penyuluhan tentang faktor resiko terjadinya kanker serviks kepada para mahasiswi.

2. Sebaiknya para mahasiswi membaca dan mengetahui lebih mengenai faktor resiko terkenanya kanker serviks dan juga cara- cara menghindari diri daripada terinfeksi.

3. Sebagai seorang mahasiswi yang memiliki pengetahuan akan kanker serviks, harusnya lebih memperhatikan aspek keselamatan dan pencegahan yang sesuai untuk menghindari dari terkenanya kanker serviks.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Appleby P, Beral V, Berrington de Gonzalez A, Colin D, Franceschi S, et al:. (2006) Karsinoma serviks dan tembakau merokok reanalisis kolaborasi data individual pada 13.541 wanita dengan karsinoma serviks dan 23.017 perempuan tanpa karsinoma the cervix from 23 epidemiological studies. Int J Cancer 118: 1481–1495

Camilleri, M., Murray, J.A., 2008. Oncology and Haematology, Part 6. In. Fauci, A.S., et al Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th edition. New York: The McGraw-Hill Companies. 608

Carol Mattson Porth, Glenn Matfin, Pathophysiology Concepts of Altered Health States, 8th Edition, Lippincott Williams and Wilkins, Risk Factor of Cervical Cancer

Dr. Yohanes Riono ,Dept of Surgery Holywood Hospital. Available from

Fakta Kanker Serviks. Available from :

http://female.kompas.com/read/xml/2009/03/27/13235013/13.fakta. kanker.serviks.1 [Accesed 15 April 2010]

Goldsmith MR, Bankhead CR, Kehoe ST, Marsh G, Austoker J (2007) Informasi dan skrining serviks: penelitian kualitatif, pemahaman kesadaran perempuan dan kebutuhan informasi tentang HPV. J Med Screen 14: 29– 33.

Husnul Mubarak,S.Ked Artike dari Cervical Cancer dari MayoClinic.com, the The Johns Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics 2nd edition , dan William Obstetric,. Available from


(52)

April 2010]

Kanker leher Rahim. Available from

Available from :

2010 ]

Khasbiah Beberapa Faktor resiko kanker Serviks Uteri, Available from :

Kumar Vinay, Abbas Abul K, Fausto Nelson, Mitchell Richard N, Robbins Basic Pathology, 8th Edition, Philadelphia, USA, Saunders Elsevier 2007,

Chapter 22 The Female Genital Tract : 1072-1079

Nicholas A. Boon, Nicki R. Colledge, Brian R. Walker Davidson’s Principles and Practice of medicine, 20th edition, Churchill Livingstone Elsevier Chapter 11, Oncology, page 254

Seksfile- Kanker Leher Rahim Bisa Dicegah. Available from :

dicegah/ [Accesed 18 april 2010]


(53)

Singgasana Pencari Ilmu. Available from

19 April ‘10]

Stark A, Gregoire L, Pilarski R, Zarbo A, Gaba A, et al. (2008) Human papillomavirus, kanker leher rahim dan itu pengetahuan perempuan. Deteksi Kanker Prev 32:. 15-22

Tebeu PM, Mayor AL, Rapiti E, Petignat P, Bouchardy C, et al Kamerun. (2007) Sikap dan pengetahuan kanker serviks Kamerun oleh perempuan; klinis survei yang dilakukan di Maroua, ibukota Provinsi Far North. Int J Gynecol Cancer.


(54)

LAMPIRAN 1 : RIWAYAT HIDUP PENELITI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Prakash Kanayasan Tempat / Tanggal Lahir : Ipoh / 2 Juni 1988 Agama : Hindu

Alamat : Tasbi 2, Blok 6/74, Medan Riwayat Pendidikan : SK Convent, Pahang, Malaysia

SMK Sultan Ahmad Shah, Pahang, Malaysia


(55)

LAMPIRAN 2

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

“Informed Consent”

JUDUL PENELITIAN: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI FKG USU ANGKATAN 2007 MENGENAI FAKTOR RESIKO TERJADINYA KANKER SERVIKS.

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :……….

Umur :……….

Alamat :……….

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap dari peneliti tentang Penelitian “Tingkat Pengetahuan Mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Angkatan 2007 Mengenai Faktor resiko Terjadinya Kanker Serviks”, serta memahaminya, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini. Demikianlah surat perjanjian ini saya perbuat tanpa paksaan dan apabila di kemudian hari saya mengundurkan diri, kepada saya tidak akan dituntut apapun.

Medan, ……… 2010 Yang membuat pernyataan


(56)

LAMPIRAN 3

KUESIONER PENELITIAN

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI FKG USU ANGKATAN 07 MENGENAI FAKTOR RESIKO TERJADINYA KANKER SERVIKS

Nama mahasiswi : ________________________

Nim : _________________

Umur : ___________

Menghidapi kanker serviks :

YA TIDAK

Terdapat 20 soalan di bawah, setiap soalan mempunyai 2 pilihan jawaban.

Tandakan (√) untuk jawaban Ya ataupun (X) untuk jawaban Tidak pada kotak yang disediakan

Pengetahuan mahasiswi mengenai faktor resiko Kanker Serviks

1. Penyebab paling umum terjadinya kanker serviks adalah terinfeksi virus HPV (human papillomavirus).

2. HPV 6b dan 11, yang terkait dengan SIL tahap rendah tetapi tidak pernah dijumpai dalam kanker invasif.

4. Virus herpes simpleks tipe-2 tidak dapat menjadi faktor pendamping bagi terkenanya kanker serviks

5. HPV tipe 16, 18, 45 dan 31 yang merupakan penyebab kanker serviks yang paling umum pada wanita.


(57)

6. Trauma kronis pada bahagian serviks tidak bisa menyebabkan kanker Serviks

6. Infeksi pada daerah vagina dapat menyebabkan terjadinya kanker serviks

7. Ada dua macam penyebaran kanker serviks yaitu :

Melalui pembuluh limfe (limfogen) menuju ke kelenjar getah bening lainnya dan melalui pembuluh darah (hematogen)

8. Kombinasi obat paling aktif yang digunakan untuk mengatasi kanker serviks semuanya mengandung cisplatin. Agen tersebut paling sering digunakan bersama bleomycin.

9. Kanker Serviks tidak menyebabkan penyebaran langsung ke parametrium, korpus uterus dan vagina

10. Penyebaran ke paru-paru menimbulkan gejala batuk, batuk darah, dan kadang-kadang nyeri dada.

11. Pemeriksaan PAP SMEAR adalah cara untuk mendeteksi dini kanker serviks.

12. Kanker serviks tidak bisa menginvasi kandung kemih dan rectum secara terus.

13. Gangguan sistem kekebalan tubuh yang berulang bisa menyebabkan kanker serviks pada wanita


(58)

Pengetahuan mahasiswi mengenai sikap wanita yang menyebabkan resiko mengenai kanker serviks bertambah

14. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia tua bisa menyebabkan kanker serviks pada wanita

15. Wanita yang merokok mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk terkena kanker serviks berbanding dengan wanita biasa

16. Perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai resiko 3 kali lebih besar daripada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun.

17. Wanita yang berganti-ganti pasangan seksual tidak mempunyai resiko mengenai kanker serviks yang lebih tingi.

18. Wanita yang melahirkan banyak anak mempunyai resiko menderita kanker serviks yang lebih tinggi berbanding dengan wanita yang mempunyai anak sedikit

19. Penggunaan bahan kimia yang terlalu berlebihan untuk rahim/vagina tidak bisa menyebabkan kanker serviks


(59)

Setiap soal yang dijawab dengan betul 1 Setiap soal yang dijawab dengan salah 0 Persentase pengetahuan

Persentase – 75%-100 % (baik)

Persentase – 40 %- 75 % (memuaskan) Persentase - < 40 % ( jelek)


(60)

LAMPIRAN 4 Tabel Frekuensi Umur Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 19 1 2.0 2.0 2.0

20 1 2.0 2.0 4.0

21 13 26.0 26.0 30.0

22 13 26.0 26.0 56.0

23 12 24.0 24.0 80.0

24 10 20.0 20.0 100.0

Total 50 100.0 100.0


(61)

PERTANYAAN 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 2 4.0 4.0 4.0

Benar 48 96.0 96.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

PERTANYAAN 2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 16 32.0 32.0 32.0

Benar 34 68.0 68.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

PERTANYAAN 3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 21 42.0 42.0 42.0

Benar 29 58.0 58.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

PERTANYAAN 4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 10 20.0 20.0 20.0

Benar 40 80.0 80.0 100.0


(62)

PERTANYAAN 5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 25 50.0 50.0 50.0

Benar 25 50.0 50.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

PERTANYAAN 6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 18 36.0 36.0 36.0

Benar 32 64.0 64.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

PERTANYAAN 7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 26 52.0 52.0 52.0

Benar 24 48.0 48.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

PERTANYAAN 8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 10 20.0 20.0 20.0

Benar 40 80.0 80.0 100.0


(63)

PERTANYAAN 9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 8 16.0 16.0 16.0

Benar 42 84.0 84.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

PERTANYAAN 10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 3 6.0 6.0 6.0

Benar 47 94.0 94.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

PERTANYAAN 11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 5 10.0 10.0 10.0

Benar 45 90.0 90.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

PERTANYAAN 12

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 13 26.0 26.0 26.0

Benar 37 74.0 74.0 100.0


(64)

PERTANYAAN 13

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 22 44.0 44.0 44.0

Benar 28 56.0 56.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

PERTANYAAN 14

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 16 32.0 32.0 32.0

Benar 34 68.0 68.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

PERTANYAAN 15

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 14 28.0 28.0 28.0

Benar 36 72.0 72.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

PERTANYAAN 16

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 10 20.0 20.0 20.0

Benar 40 80.0 80.0 100.0


(65)

PERTANYAAN 17

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 8 16.0 16.0 16.0

Benar 42 84.0 84.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

PERTANYAAN 18

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 14 28.0 28.0 28.0

Benar 36 72.0 72.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

PERTANYAAN 19

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 17 34.0 34.0 34.0

Benar 33 66.0 66.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

PERTANYAAN 20

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 13 26.0 26.0 26.0

Benar 37 74.0 74.0 100.0


(66)

PERSEPSI PENGETAHUAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Memuaskan 33 66.0 66.0 66.0

Baik 17 34.0 34.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

UMUR RESPONDEN * PERSEPSI PENGETAHUAN Crosstabulation

Count

PERSEPSI PENGETAHUAN

Total

Memuaskan Baik

UMUR RESPONDEN 19 1 0 1

20 0 1 1

21 12 1 13

22 7 6 13

23 6 6 12

24 7 3 10


(67)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 8.762a 5 .119

Likelihood Ratio 10.255 5 .068

Linear-by-Linear Association 1.060 1 .303

N of Valid Cases 50

a. 8 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .34.

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0

Excludeda 0 .0

Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.913 25

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(1)

PERTANYAAN 13

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 22 44.0 44.0 44.0

Benar 28 56.0 56.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

PERTANYAAN 14

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 16 32.0 32.0 32.0

Benar 34 68.0 68.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

PERTANYAAN 15

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 14 28.0 28.0 28.0

Benar 36 72.0 72.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

PERTANYAAN 16

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 10 20.0 20.0 20.0

Benar 40 80.0 80.0 100.0


(2)

PERTANYAAN 17

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 8 16.0 16.0 16.0

Benar 42 84.0 84.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

PERTANYAAN 18

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 14 28.0 28.0 28.0

Benar 36 72.0 72.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

PERTANYAAN 19

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 17 34.0 34.0 34.0

Benar 33 66.0 66.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

PERTANYAAN 20

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 13 26.0 26.0 26.0

Benar 37 74.0 74.0 100.0


(3)

PERSEPSI PENGETAHUAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Memuaskan 33 66.0 66.0 66.0

Baik 17 34.0 34.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

UMUR RESPONDEN * PERSEPSI PENGETAHUAN Crosstabulation Count

PERSEPSI PENGETAHUAN

Total Memuaskan Baik

UMUR RESPONDEN 19 1 0 1

20 0 1 1

21 12 1 13

22 7 6 13

23 6 6 12

24 7 3 10


(4)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 8.762a 5 .119

Likelihood Ratio 10.255 5 .068 Linear-by-Linear Association 1.060 1 .303

N of Valid Cases 50

a. 8 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .34.

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0 Excludeda 0 .0

Total 20 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.913 25

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items 12.2000 46.379 6.81021 25


(5)

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

Pertanyaan1 .4000 .50262 20

Pertanyaan2 .7000 .47016 20

Pertanyaan3 .4000 .50262 20

Pertanyaan4 .5500 .51042 20

Pertanyaan5 .5500 .51042 20

Pertanyaan6 .5000 .51299 20

Pertanyaan7 .5000 .51299 20

Pertanyaan8 .4000 .50262 20

Pertanyaan9 .6000 .50262 20

Pertanyaan10 .1500 .36635 20 Pertanyaan11 .3000 .47016 20 Pertanyaan12 .6500 .48936 20 Pertanyaan13 .7000 .47016 20 Pertanyaan14 .4000 .50262 20 Pertanyaan15 .4500 .51042 20 Pertanyaan16 .9000 .30779 20 Pertanyaan17 .7000 .47016 20 Pertanyaan18 .1500 .36635 20 Pertanyaan19 .5000 .51299 20 Pertanyaan20 .5500 .51042 20 Pertanyaan21 .2500 .44426 20 Pertanyaan22 .7000 .47016 20 Pertanyaan23 .5500 .51042 20 Pertanyaan24 .3000 .47016 20 Pertanyaan25 .3500 .48936 20


(6)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Pertanyaan1 11.8000 42.379 .573 .909

Pertanyaan2 11.5000 43.632 .407 .912

Pertanyaan3 11.8000 40.905 .812 .904

Pertanyaan4 11.6500 44.239 .277 .915

Pertanyaan5 11.6500 44.239 .277 .915

Pertanyaan6 11.7000 43.063 .453 .911

Pertanyaan7 11.7000 41.379 .718 .906

Pertanyaan8 11.8000 42.695 .522 .910

Pertanyaan9 11.6000 42.358 .576 .909

Pertanyaan10 12.0500 43.524 .563 .910

Pertanyaan11 11.9000 41.358 .794 .905

Pertanyaan12 11.5500 43.629 .388 .912

Pertanyaan13 11.5000 42.895 .530 .910

Pertanyaan14 11.8000 41.221 .760 .905

Pertanyaan15 11.7500 42.724 .509 .910

Pertanyaan16 11.3000 45.695 .142 .915

Pertanyaan17 11.5000 43.316 .459 .911

Pertanyaan18 12.0500 44.366 .385 .912

Pertanyaan19 11.7000 42.642 .518 .910

Pertanyaan20 11.6500 43.397 .405 .912

Pertanyaan21 11.9500 42.366 .660 .907

Pertanyaan22 11.5000 45.000 .184 .916

Pertanyaan23 11.6500 41.713 .668 .907

Pertanyaan24 11.9000 43.042 .505 .910