Pengaruh Faktor – Faktor Fundamental Perusahaan pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Saham

Saham merupakan tanda penyertaan modal pada suatu perseron terbatas (Anoraga, 2003). Saham adalah tanda pernyataan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas (Darmadji, 2011). Saham merupakan bukti tanda kepemilikan atas suatu perusahaan (Husnan, 2001). Berdasarkan pengertian – pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa saham adalah tanda penyertaan modal atau tanda bukti pengambilan bagian atau pemilik dalam suatu perusahaan yang berupa perseroan terbatas.

Secara garis besar, saham suatu perusahaan dapat dibedakan atas hak tagih atau klaim, berdasarkan peralihan hak, dan berdasarkan kinerja saham itu sendiri. Berdasarkan hak tagih atau klaim, saham dibagi menjadi :

1. Saham Biasa

Saham biasa adalah saham yang tidak memperoleh haki stimewa. Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memperoleh deviden sepanjang perseroan memperoleh keuntungan.

2. Saham Preferen

Saham preferen merupakan saham yang diberikan atas hak untuk mendapatkan deviden dan atau bagian kekayaan lebih dahulu pada saat


(2)

perusahaan dilikuidasi daripada saham biasa. Di samping itu saham preferen mempunyai preferensi untuk mengajukan usul pencalonan direksi/komisaris.

Berdasarkan peralihan hak dibagi menjadi : 1. Saham Atas Tunjuk (Bearer Stock)

Saham jenis ini tidak menyertakan nama pemilik dengan tujuan agar saham tersebut dengan mudah dipindah tangankan atau dengan mudah berganti pemilik dengan siapapun yang memegang saham tersebut secara sah menjadi pemilik saham tersebut dan berhak ikut dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham).

2. Saham Atas Nama (Registered Stock)

Saham ini mencantumkan nama dari pemilik saham pada lembar sahamnya. Saham ini dapat dipindah tangankan tetapi harus melalui prosedur tertentu.

Berdasarkan kinerja saham, maka saham dibagi menjadi : 1. Blue Chip Stock

Merupakan saham unggulan karena diterbitkan oleh perusahaan yang memiliki kinerja baik, dapat membagikan deviden secara stabil dan konsisten. Perusahaan yang menerbitkan saham ini biasanya perusahaan yang memiiki pangsa pasar yang tetap.

2. Growth Stock

Jenis saham yang telah diterbitkan perusahaan yag memiliki pertumbuhan pendapatan tertinggi.


(3)

3. Income Stock

Saham yang memiliki deviden progresif atau besarnya deviden yang dibagikan lebih tinggi dari rata – rata deviden tahun sebelumnya.

4. Counter Cylical Stock

Perusahaan yang menerbitkan saham ini, operasionalnya tidak banya dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro. Perusahaan ini biasanya bergerak di bidang jasa vital.

5. Speculative Stock

Saham ini menghasilkan deviden yang idak tetap karena perusahaan yang menerbitkan memiliki pendapatan yang berubah – ubah dan ada kemungkinan memilki prospek yang bagus di masa depan.

2.1.2 Analisis Saham

Dalam konteks teori, dalam melakukan analisis dan memilih saham terdapat dua pendekatan dasar, yaitu :

1. Analisis Teknikal

Analisis teknikal merupakan upaya unuk memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham tersebut (kondisi pasar) di waktu yang lalu (Husnan, 2001). Informasi tentang harga dan volume perdagangan merupakan alat utama dalam analisis ini. Analisis teknikal lebbih menekankan pada tingkah laku pemodal di masa yang akan datang berdasarkan kebiasaan di masa lalu. Pada dasarnya analisis teknikal merupakan upaya untuk menentukan kapan akan membeli atau menjual saham dengan memanfaatkan indikaor –indikator teknis.


(4)

2. Analisis Fundamental

Analisis fundamental merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi faktor – faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan menerapkan hubungan variabel – variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham (Husnan, 2001).

Analisis fundamental lebih menekankan pada penentuan nilai intrinsik dari suatu saham. Dalam melakukan analisis ini, perlu untuk memahami variabel – variabel yang mempengaruhi nilai intrinsik saham. Nilai inrinsik inilah yang akan diestimasi oleh investor, dan gasil dari estimasi akan dibandingkan dengan nilai pasar sekarang (current market price)

sehingga dapat diketahui saham – saham yang overprice ataupun yang

underprice.

Tahapan – tahapan dalam melakukan analisis fundamental adalah : 1. Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi menyangkut penilaian umum perekonomian dan pengaruh potensialnya terhadap sekuritas.

2. Analisis Industri

Pemahaman tentang sifat dan operasi dari suatu industri yang dapat digunakan untuk memperkirakan prospek pertumbuhan industri perushaan – perusahaan di dalamnya serta prestasi saham – sahamnya diketahui dalam analisis industri.


(5)

Analisis kondisi spesifik perusahaan menyangkut tentang penilaian keadaan keuangan perusahaan. Analisis laporan keuangan merupakan alat yang dgunakan dalam analisis ini.

2.1.3 Harga Saham

Harga saham adalah harga pasar, yaitu harga yang terbentuk di pasar jual beli saham, baik sebelum maupun sesudah tanggal neraca (Sitompul, 2011). Harga saham yang termasuk dalam penelitian ini adalah harga yang terbentuk di pasar jual beli saham sesudah tanggal Neraca. Nilai suatu saham dibagi atas tiga jenis, yaitu (Anoraga, 2003) :

1. Par Value (Nilai Nominal) /Stated Value / Vase Value

Adalah nilai yang tercantum untuk tujuan akuntansi (Ketentuan UU PT No. 1/1995.

a. Nilai nominal dicantumkan dalam mata uang RI. b. Saham tanpa nilai nominal tidak dapat dikeluarkan. 2. Base Price (Harga Dasar)

Harga perdana (untuk menentukan harga dasar), dipergunakan dalam perhitungan indeks harga saham. Harga dasar akan berubah sesuai dengan aksi emiten. Untuk saham baru, harga dasar merupakan harga perdananya.

3. Market Price (Harga Pasar)

Market Price merupakan harga pasar riil, dan merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada saat pasar sedang berlangsung atau jika pasar sudah tutup.


(6)

Sebelum investor memutuskan untuk membeli atau menjual saham, nilai buku saham yang bersangkutan harus terlebih dahulu diperhatikan dan daibandingkan dengan harga yang ditawarkan. Karena nilai buku saham sangat mempengaruhi harga pasar saham yang bersangkutan. Nilai buu saham mencerminkan nilai perusahaan, dan nilai perusahaan tercermin dalam nilai kekayaan bersih ekonomis yang dimilikinya.

Nilai buku perlembar saham biasa adalah nilai kekayaan bersih ekonomis dibagi dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar. Kekayaan bersih ekonomis adalah selisih total aktiva dengan total kewajiban. Sedangkan harga pasar adalah harga yang terbentuk di pasar jual beli saham. Sementara itu nilai intrinsik adalah nilai saham yang seharusnya terjadi (Halim, 2005).

Apabila suatu saham mengalami kenaikan permintaan, maka harga saham tersebut akan naik juga, demikian pula sebaliknya jika terjadi penurunan permintaan akan cenderung menurun.

2.1.4 Faktor Fundamental

Faktor fundamental adalah faktor yang berkaitan langsung dengan kinerja emiten itu sendiri. Semakin baik ninerja emiten maka semakin besar pengaruhnya terhadap keanaikan harga saham, begitu pula sebaliknya. Untuk memastikan apakah kondisi emiten dalam posisi baik atau buruk kita bisaa melakukan pendekatan analisis rasio keuangan (Arifin, 2004).

Adapun faktor – faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham adalah:


(7)

1. Earnings Per Share (EPS)

Earnings Per Share (EPS)adalah jumlah laba yang menjadi hak

untuk setiap pemegang satu lembar saham biasa. Earnings Per Share

(EPS) hanya dihitung untuk saham biasa. Earnings Per Share (EPS) dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut (Ang, 1997):

EPS menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa sehingga investor sering memusatkan perhatiannya terhadap Earnings Per Share (EPS) dalam melakukan analisis. Para calon investor tertarik dengan EPS yang besar karena ini merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan.

EPS yang besar menunjukkan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham. EPS menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan kemakmuran para investor, dan dari hasil tersebut akan mendorong investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan dan itu akan mengakibatkan kenaikan laba yang pada akhirnya ada kecenderungan kenaikan harga saham, begitu juga sebaliknya (Sitompul, 2011).


(8)

Price Earnings Ratio (PER) merupakan rasio harga dengan penghasilan atau sering digunakan untuk mebandingkan peluang investasi. Suatu rasio harga dan penghasilan saham dihitung dengan membagi harga pasar per lembar saham (market price share) dengan penghasilan per lembar saham (Rahardjo, 2003). Price Earnings Ratio

(PER) ini menunjukkan perbandingan antara harga saham di pasar atau harga perdana yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima. Formula yang digunakan untuk menghitung PER adalah (Harahap, 2002) :

3. Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio yang menunjukkan

persentase penyedia dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka panjangnya (Darsono, 2005).

Secara matematis, Debt to Equity Ratio (DER) dapat dirumuskan sebagai berikut (Toto Prihadi, 2010):


(9)

Debt to Equity Ratio (DER) digunakan untuk menguur kemampuan perusahaan dalam menutup sebagian atau seluruh hutang – hutangnya baik jangka panjang maupun jangka pendek dengan dana yang berasal dari total modal dibandingkan besarnya hutang. Oleh karena itu, semakin rendah Der akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seuruh kewajibannya. Semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula jumlah kewajibannya (Prihantoro, 2003).

4. Net Profit Margin (NPM)

Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio keuangan yang

mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan Net Income

dari kegiatan operasional. Net Profit Margin (NPM) berfungsi untuk mengukur tingkat kembalian keuntungan berih terhadap penjualan bersihnya (Putri, 2012). Secara sistematis, Net Profit Margin (NPM) dirumuskan sebagai berikut (Soedijono, 1993) :

Net Profit Margin (NPM)menunjukkan perbandingan antara laba

bersih dengan penjualan (Halim, 2005). Rasio ini digunakan untuk menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan yang bersangkutan dalam menghasilkan laba bersih ditinjau dari total penjualannya.


(10)

Beberapa tinjauan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh faktor – faktor fundamental terhadap harga saham antara lain :

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu Tahun

Penelitian

Peneliti Judul Hasil Penelitian

2003 Vera

Anggraini D

Pengaruh fator – faktor fundamental terhadap Harga Saham pada

perusahaanyang Go Public di BEJ

Dalam penelitian ini, hanya variabel BVS yang berpengaruh secara parsial terhadap harga saham. Sedangkan secara simultan, semua variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. 2006 Ageng

Setyawan

Faktor – faktor fundamental yang mempengaruhi Harga Saham di Bursa Efek Jakarta

Dari kelima variabel yang digunakan, yaitu DER, ROI, EPS, ROE, dan NPM hanya tiga variabel bebas yang


(11)

2011 Korpri Sitompul

(Studi Kasus pada Saham LQ45)

Analisis faktor – faktor fundamental terhadap harga saham perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

terdiri dari DER, ROI, dan EPS yang

mempengaruhi harga saham. Sedangkan variabel lainnya tidak berpengaruh terhadap harga saham.

Dalam penelitian ini, secara simultan variabel EPS, BVS, PER, DER, ROA, ROE

berpengaruh terhadap harga saham,

sedangkan secara parsial hanya EPS, BVS, dan PER yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Vera Anggraini D. melakukan penelitian berjudul “Pengaruh Faktor – Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang Go Public di BEJ” pada tahun 2003. Dengan menggunakan variabel independen EPS, BVS, DPR, DER, dan ROI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, hanya variabel BVS


(12)

yangberpengaruh secara parsial terhadap Harga Saham. Sedangkan secara simultan semua variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.

Ageng Setyawan melakukan penelitian yang berjudul “Faktor – Faktor Fundamental yang Mempengaruhi Harga Saham di Bursa Efek Jakarta (Studi Kasus pada Saham LQ45” pada tahun 2006. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa, dari kelima variabel yang digunakan yaitu DER, ROI, EPS, ROE, dan NPM hanya tiga variabel bebas yang terdiri dari DER, ROI, dan EPS yang berpengaruh terhadap Harga Saham. Sedangkan yang lainnya tidak mempengaruhi Harga Saham.

Korpri Sitompul melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor – Faktor Fundamental terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Ekek Indonesia” pada tahun 2011. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dari keenam variabel independen yang digunakan yaitu EPS, BVS, PER, DER, ROA, ROE hanya terdapat tiga variabel bebas yaitu EPS, BVS, dan PER yang berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen yaitu harga saham.

2.3 Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan, penelitian, dan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya maka hubungan antar variabel dalam penelitian ini dapat dinyatakan dalam sebuah kerangka konseptual.


(13)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Dapat dikatakan bahwa untuk memperkirakan harga saham dapat menggunakan analisa fundamental yang menganalisa kondisi keuangan dan ekonomi perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Analisanya dapat meliputi

trend penjualan dan keuntungan perusahaan, kualitas produk, posisi persaingan perusahaan di pasar, hubungan kerja pihak perusahaan dengan karyawan, sumber bahan mentah, peraturan – peraturan perusahaan dan beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai saham tersebut (Anastasia, 2003).

Earning Per Share (EPS) menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh

untuk setiap lembar saham biasa sehingga investor sering memusatkan perhatiannya terhadap Earnings Per Share (EPS) dalam melakukan analisis. Para calon investor tertarik dengan EPS yang besar karena ini merupakan salah satu

Earning Per Share (EPS)

Price Earnings Ratio (PER)

Debt to Equity Ratio (DER)

Net Profit Margin (NPM)

H1

H2

H3

H4

H5

Harga Saham (Y)


(14)

indikator keberhasilan perusahaan. Dengan demikian, perusahaan dengan

Earnings Per Share (EPS) yang tinggi akan membuat harga saham juga tinggi.

Price Earnings Ratio (PER) merupakan rasio harga dengan penghasilan atau sering digunakan untuk mebandingkan peluang investasi. Suatu rasio harga dan penghasilan saham dihitung dengan membagi harga pasar per lembar saham

(market price share) dengan penghasilan per lembar saham (Rahardjo, 2003).

Price Earnings Ratio (PER) ini menunjukkan perbandingan antara harga saham di pasar atau harga perdana yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima.

Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio yang menunjukkan persentase

penyedia dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka panjangnya (Darsono, 2005).

Net Profit Margin (NPM)menunjukkan perbandingan antara laba bersih

dengan penjualan (Halim, 2005). Rasio ini digunakan untuk menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan yang bersangkutan dalam menghasilkan laba bersih ditinjau dari total penjualannya. Jika laba bersih naik, maka diharapkan juga dapat menaikkan harga saham.

2.4 Hipotesis

Hipotesis adalah “hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan preposisi yang dapat diuji secara empiris” (Erlina, 2011).


(15)

Bedasarkan kerangka konseptual diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 :Faktor fundamental yang diukur dengan Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap Harga Saham.

H2 : Faktor fundamental yang diukur dengan Price Earnings Ratio (PER) berpengaruh terhadap Harga Saham.

H3 : Faktor fundamental yang diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap Harga Saham.

H4 : Faktor fundamental yang diukur dengan Net Profit Margin (NPM) berpengaruh terhadap Harga Saham.

H5 : Faktor fundamental yang diukur dengan Earning Per Share (EPS), Price Earnings Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), dan Net Profit Margin


(1)

Beberapa tinjauan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh faktor – faktor fundamental terhadap harga saham antara lain :

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu Tahun

Penelitian

Peneliti Judul Hasil Penelitian

2003 Vera

Anggraini D

Pengaruh fator – faktor fundamental terhadap Harga Saham pada

perusahaanyang Go Public di BEJ

Dalam penelitian ini, hanya variabel BVS yang berpengaruh secara parsial terhadap harga saham.

Sedangkan secara simultan, semua variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. 2006 Ageng

Setyawan

Faktor – faktor fundamental yang mempengaruhi Harga Saham di Bursa Efek Jakarta

Dari kelima variabel yang digunakan, yaitu DER, ROI, EPS, ROE, dan NPM hanya tiga variabel bebas yang


(2)

2011 Korpri Sitompul

(Studi Kasus pada Saham LQ45)

Analisis faktor – faktor fundamental terhadap harga saham perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

terdiri dari DER, ROI, dan EPS yang

mempengaruhi harga saham. Sedangkan variabel lainnya tidak berpengaruh terhadap harga saham.

Dalam penelitian ini, secara simultan variabel EPS, BVS, PER, DER, ROA, ROE

berpengaruh terhadap harga saham,

sedangkan secara parsial hanya EPS, BVS, dan PER yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Vera Anggraini D. melakukan penelitian berjudul “Pengaruh Faktor – Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang Go Public di BEJ” pada tahun 2003. Dengan menggunakan variabel independen EPS, BVS, DPR, DER, dan ROI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, hanya variabel BVS


(3)

yangberpengaruh secara parsial terhadap Harga Saham. Sedangkan secara simultan semua variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.

Ageng Setyawan melakukan penelitian yang berjudul “Faktor – Faktor Fundamental yang Mempengaruhi Harga Saham di Bursa Efek Jakarta (Studi Kasus pada Saham LQ45” pada tahun 2006. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa, dari kelima variabel yang digunakan yaitu DER, ROI, EPS, ROE, dan NPM hanya tiga variabel bebas yang terdiri dari DER, ROI, dan EPS yang berpengaruh terhadap Harga Saham. Sedangkan yang lainnya tidak mempengaruhi Harga Saham.

Korpri Sitompul melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor – Faktor Fundamental terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Ekek Indonesia” pada tahun 2011. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dari keenam variabel independen yang digunakan yaitu EPS, BVS, PER, DER, ROA, ROE hanya terdapat tiga variabel bebas yaitu EPS, BVS, dan PER yang berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen yaitu harga saham.

2.3 Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan, penelitian, dan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya maka hubungan antar variabel dalam penelitian ini dapat dinyatakan dalam sebuah kerangka konseptual.


(4)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Dapat dikatakan bahwa untuk memperkirakan harga saham dapat menggunakan analisa fundamental yang menganalisa kondisi keuangan dan ekonomi perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Analisanya dapat meliputi

trend penjualan dan keuntungan perusahaan, kualitas produk, posisi persaingan perusahaan di pasar, hubungan kerja pihak perusahaan dengan karyawan, sumber bahan mentah, peraturan – peraturan perusahaan dan beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai saham tersebut (Anastasia, 2003).

Earning Per Share (EPS) menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa sehingga investor sering memusatkan perhatiannya terhadap Earnings Per Share (EPS) dalam melakukan analisis. Para calon investor tertarik dengan EPS yang besar karena ini merupakan salah satu

Earning Per Share (EPS)

Price Earnings Ratio (PER)

Debt to Equity Ratio (DER)

Net Profit Margin (NPM)

H1

H2

H3

H4

H5

Harga Saham (Y)


(5)

indikator keberhasilan perusahaan. Dengan demikian, perusahaan dengan

Earnings Per Share (EPS) yang tinggi akan membuat harga saham juga tinggi.

Price Earnings Ratio (PER) merupakan rasio harga dengan penghasilan atau sering digunakan untuk mebandingkan peluang investasi. Suatu rasio harga dan penghasilan saham dihitung dengan membagi harga pasar per lembar saham

(market price share) dengan penghasilan per lembar saham (Rahardjo, 2003).

Price Earnings Ratio (PER) ini menunjukkan perbandingan antara harga saham di pasar atau harga perdana yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima.

Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio yang menunjukkan persentase penyedia dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka panjangnya (Darsono, 2005).

Net Profit Margin (NPM)menunjukkan perbandingan antara laba bersih dengan penjualan (Halim, 2005). Rasio ini digunakan untuk menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan yang bersangkutan dalam menghasilkan laba bersih ditinjau dari total penjualannya. Jika laba bersih naik, maka diharapkan juga dapat menaikkan harga saham.

2.4 Hipotesis

Hipotesis adalah “hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan preposisi yang dapat diuji secara empiris” (Erlina, 2011).


(6)

Bedasarkan kerangka konseptual diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 :Faktor fundamental yang diukur dengan Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap Harga Saham.

H2 : Faktor fundamental yang diukur dengan Price Earnings Ratio (PER) berpengaruh terhadap Harga Saham.

H3 : Faktor fundamental yang diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap Harga Saham.

H4 : Faktor fundamental yang diukur dengan Net Profit Margin (NPM) berpengaruh terhadap Harga Saham.

H5 : Faktor fundamental yang diukur dengan Earning Per Share (EPS), Price Earnings Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), dan Net Profit Margin