PENGARUH PENILAIAN DIAGNOSTIK TERHADAP PENGUASAAN KOMPETENSI MENSINTESISKAN KEWENANGAN LEMBAGA LEMBAGA NEGARA MENURUT UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 | Wirasini | 11086 23282 1 SM

PKn Progresif, Vol. 12 No. 1 Juni 2017

453

PENGARUH PENILAIAN DIAGNOSTIK TERHADAP PENGUASAAN
KOMPETENSI MENSINTESISKAN KEWENANGAN LEMBAGA LEMBAGA
NEGARA MENURUT UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 19451
Oleh:
Arni Wirasini DKD, Machmud Al Rasyid & Winarno2
Alamat Email : arniwirasinidkd@gmail.com
ABSTRACT
The aim of the study is to test the effect of the Diagnostic Assessment For
Basic Competencies Mastery synthesizing the State Institution Authority
according to the Constitution of Indonesia Year 1945. The population of this
study were students from X class of SMA Batik 1 Surakarta. The sample were X
MIPA 4 class as the experiment class which use the Diagnostic Assessmentand X
MIPA 3 class which use the conventional assessment through cluster random
sampling technique. This research used experimental method with trueexperimental design. The data collection was conducted by using test
techniques to measure the basic competencies mastery, observations in the
Diagnostic Assessment and document analysis techniques to gather the data on
the PPKn RPP to complete the data. The data analysis using two differentation

in T-test sample, while requirement test analysis using normality test and
homogeneity test. The results of this research is there are differences in basic
competencies mastery of students in the experimental class in the X MIPA 4
class with a basic competencies mastery of students in the control class in the X
MIPA 3 class. The score of basic competencies mastery obtained from the
average grade of 84.15 in experimental class and 72.35 in control class. It can
be shown in the calculation of t_hitung amounted to 5,558. T_tabel then
compared with the significance level of 5% amounting to 1,992 and obtained
t_hitung > t_tabel, namely 5.558 > 1.992. in conclusion t_hitung > t_tabel, so
H_0 rejected and H_a accepted. Therefore, it can be concluded that there are
significant differences in the influence of the Diagnostic Assessment to the basic
competencies mastery on synthesizing the State Institution Authority according
to the Constitution of Indonesia Year 1945.
Keywords: Diagnostic Assessment, Mastery of basic competencies
1

Artikel Penelitian

2


Program Studi PPKn FKIP UNS Surakarta

454

Arni, Machmud & Winarno: pengaruh penilaian diagnostik . . .

PENDAHULUAN
Menurut UU Sikdiknas Nomor
20 Tahun 2003 bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar
peserta
didik
secara
aktif
mengembangakan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan,
pengendalian

diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya,
masyarakat,
bangsa
dan
negara.
Melalui
pendidikan
diharapkan
siswa
menjadi pribadi yang mampu
menembus batas mimpi, menjadi
pioner kebaikan dan menjadi rujukan
ilmu
pengetahuan.
Pendidikan
diawali dengan keadilan dan dengan
nilai nilai asasi, yang didalamnya ada

proses pemberdayaan siswa menjadi
lebih baik. Pendidikan mampu
membudayakan kebiasaan baik dan
pendidikan tercermin keteladanan
dan pengembangan inovasi dan daya
kreatifitas.
Pendidikan kewarganegaraan
bisa dikategorikan sebagai pelajaran
yang menjunjung moral yang baik
serta
perkembangannya
yang
dinamis. Selain itu pendidikan
kewarganegaraan merupakan mata
pelajaran yang wajib dimuat dalam
kurikulum
di
setiap
jenjang
pendidikan. Sekolah Indonesia di luar

negeri pun harus mengajarkan
pendidikan kewarganegaraan karena
didalamnya mengandung pendidikan

moral serta pengenalan secara
khusus tentang Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Berdasarkan
Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 Tahun 2003 pada
Bab X tentang Kurikulum, khususnya
Pasal 37 (2) yang menegaskan bahwa
Kurikulum Pendidikan Tinggi wajib
memuat: 1) Pendidikan Agama, 2)
Pendidikan Kewarganegaraan dan 3)
Bahasa Indonesia. Pada penjelasan
Pasal 37 (2) dijelaskan bahwa
Pendidikan Kewarganegaraan (PPKn)
dimaksudkan untuk membentuk
peserta didik menjadi manusia yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta

tanah
air. Pendidikan
kewarganegaraan
merupakan
pendidikan yang sangat penting bagi
siswa
serta
masyarakat
pada
umumnya.
Pendidikan
kewarganegaraan menjadi sarana
pembelajaran wajib yang harus
diajarkan kepada siswa disetiap
jenjang pendidikan baik SD, SMP,
SMA
serta
perguruan
tinggi.Pendidikan kewarganegaraan
memiliki komponen utama yaitu

pengetahuan kewarganegaraan (civic
knowledge),
ketrampilan
kewarganegaraan (civic skill) dan
sikap
kewarganegaraan
(civic
disposition).
Ketiga
komponen
kewarganegaraan menurut Winarno
(2013:26) berkaitan erat dengan
sasaran pembentukan pribadi warga
negara. Warga negara yang memiliki
pengetahuan
dan
sikap
kewarganegaraan akan menjadi

PKn Progresif, Vol. 12 No. 1 Juni 2017

warga negara yang percaya diri (civic
confidence), warga negara yang
memiliki
pengetahuan
dan
keterampilan kewarganegaraan akan
menjadi
yang
mampu
(civic
competence), warga negara yang
memiliki sikap dan keterampilan
kewarganegaraan akan menjadi
warga negara yang komitmen (civic
commitment) dan pada akhirnya
warga
negara
yang
memiliki
pengetahuan, sikap dan keterampilan

kewarganegaraan akan menjadi
warga negara yang cerdas dan baik
(smart and good citizenship). Melalui
pembelajaran
pendidikan
kewarganegaraan
sesungguhnya
siswa telah dididik menjadi pribadi
yang cerdas baik pengetahuannya,
karakternya
maupun
keterampilannya. Tumbuh menjadi
masyarakat yang bertanggung jawab,
berkomitmen dan aktif dalam setiap
jalan kebaikan untuk membangun
bangsa dan negara. Ketiga komponen
utama tersebut terangkum dalam
materi pembelajaran atau bahan ajar
(instructional
materials)

untuk
mencapai kompetensi yang telah
ditentukan.
Hasil
pengamatan
pembelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan siswa SMA Batik 1
Surakarta
menunjukkan
bahwa
kemampuan penguasaan materi
siswa masih rendah. Terutama pada
mata
pelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan yang lebih banyak
bersifat teoritis. Guru di SMA Batik 1

455


mengambil nilai siswa ketika ujian
tengah semester dan ujian akhir
semester yang notabene penilaian
tersebut lebih mengarah ke hasil
daripada proses. Penilaian guru yang
hanya tertuju pada hasil saja dan
tidak melihat proses siswa saat
mengikuti pelajaran,jika seperti itu
akan semakin kesulitan siswa yang
belum paham dalam pelajaran karena
tidak
ada
penilaian
proses.
Keterbatasan waktu pula yang
menyebabkan
tidak
adanya
indentifikasi kesulitan penguasaan
siswa. Hal itu menyebabkan siswa
kurang menguasai terhadap materi
yang disampaikan.
Selanjutnya pada panduan
penilaian untuk Sekolah Menengah
Atas kurikulum 2013 (2015:1) bahwa
penilaian dengan adanya feedback
dan sebagai fungsi diagnostik untuk
mengetahui pemahaman siswa serta
meningkatkan pengetahuan terhadap
kompetensi dan materi pelajaran bisa
melalui assesment for learning.
Penilaian pengetahuan mengetahui
pencapaian
ketuntasan
belajar
(mastery
learning)
juga
mengidentifikasikan kelemahan dan
kekuatan penguasan materi pada
siswa dalam proses pembelajaran
(diagnostic). Untuk itu dengan
adanya umpan balik (feedback)
antara siswa dan guru merupakan hal
yang sangat penting, sehingga hasil
penilaian dapat digunakan untuk
perbaikan mutu pembelajaran pada
materi yang diajarkan.

456

Arni, Machmud & Winarno: pengaruh penilaian diagnostik . . .

Penilaian
Diagnostik
merupakan
mengidentifikasikan
kelemahan dan kekuatan penguasan
materi pada siswa dalam proses
pembelajaran kompetensi dan materi
pelajaran bisa yang telah diuji
cobakan ke beberapa penelitian akhir
pada bidang pelajaran tertentu yaitu
pelajaran Kimia yang berjudul
Instrumen Alternatif untuk Penilaian
Keterampilan Proses Sains (KPS) dan
Berfungsi Diagnostik pada Aspek
Pengetahuan (Sulistyo Saputro :
2015). Kemudian pada pelajaran
Matematika
yang
berjudul
Implementasi Asesmen Diagnostik
dalam Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika di SD Kota
Banjarbaru
Kalimantan
Selatan
(Darmiyati : 2007) dan Penelitian
pada pelajaran Sains yaitu berjudul
Penerapan Jurnal Kegiatan Siswa
untuk Diagnosis Kesulitan Siswa
dalam
Menguasai
Keterampilan
Proses pada Praktikum Pencemaran
Air (Velly Yulian H : 2013). Kemudian
peneliti menguji cobakan pada
bidang
pelajaran
Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan pada
siswa kelas X SMA Batik 1.
Berdasarkan paparan di atas,
maka peneliti memfokuskan pada
penelitian yang berjudul, Pengaruh
Penilaian
Diagnostik
terhadap
Penguasaan
Kompetensi
Dasar
MensintesiskanKewenanganLembaga
-Lembaga Negara menurut UUD
Negara Republik Indonesia Tahun
1945 . Penelitian ini merupakan

penelitian kuantitatif eksperimen
pada kelas X SMA Batk 1 Surakarta
dengan materi pokok Kewenangan
Lembaga-Lembaga Negara Menurut
UUDNegara
Republik
Indonesia
Tahun
1945 .
Penelitian
ini
mempunyai tujuan penelitian yaitu
untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh
Penilaian
Diagnostik
terhadap Penguasaan Kompetensi
Dasar Mensintesiskan Kewenangan
Lembaga-Lembaga Negara menurut
UUD
1945
Negara
Republik
Indonesia Tahun 1945. Manfaat
penelitian ini secara teoritis adalah
dapat menambah wawasan keilmuan
bagi penulis secara langsung maupun
tidak langsung dan
memberikan
sumbangan
pemikiran
tentang
penilaian
pada
saat
proses
pembelajaran yaitu implementasi
dari Penilaian Diagnostik. Selain itu,
hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat praktis adalah
menambah
wawasan
dan
kemampuan penguasaan materi.
METODE PENELITIAN
Peneliti dalam penelitian ini
menggunakan desain penelitian trueexperimental design yang merupakan
eksperimen yang sebenarnya, karena
dalam desain ini peneliti dapat
mengontrol semua variabel luar yang
mempengaruhi
jalannya
eksperimen.Populasi yang diterapkan
dalam penelitian ini yaitu siswa kelas
X SMA Batik 1 Surakarta Tahun
ajaran 2016/2017.

PKn Progresif, Vol. 12 No. 1 Juni 2017

457

untuk
mengetahui
perbedaan
Sampel yang diambil secara
Penguasaan
Kompetensi
Dasar
acak dalam penelitian ini adalah kelas
X MIPA 3 dan X MIPA 4 SMABatik 1
Mensintesiskan
Kewenangan
Surakarta. Satu kelas sebagai kelas
Lembaga-Lembaga Negara menurut
eksperimen yakni kelas X MIPA 4
UUD Negara Republik Indonesia
yang berjumlah 40 siswa, sedangkan
Tahun 1945 pada kelas eksperimen
satu kelas sebagai kelas kontrol yakni
dengan Penguasaan Kompetensi
kelas X MIPA 3 dengan jumlah 40
Dasar Mensintesiskan Kewenangan
siswa. Teknik pengambilan sampel
Lembaga-Lembaga Negara menurut
yang digunakan dalam penelitian ini
UUD Negara Republik Indonesia
adalah teknik cluster sampling (Area
Tahun 1945pada kelas kontrol.
Sampling). Teknik cluster sampling
Pengujian ini menggunakan uji
dipilih, karena populasi penelitian
perbedaan dua sampel dengan uji Tyang akan digunakan terdiri atas
Test. Uji persyaratan analisis yaitu uji
kelompok-kelompok yang berupa
normalitas dan uji homogenitas.
kelas-kelas.
Instrumen
yang
digunakan dalam penelitian ini
HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah observasi, tes dan analisis
Hasil Penelitian
dokumentasi. Uji validitas butir soal
a.
Hasil Observasi Penilaian
tes dengan menggunakan rumus
Diagnostik
korelasi Product Moment dari
Teknik pengumpulan data
Pearson. Dalam penelitian ini, untuk
yang pertama adalah menggunakan
mengukur reliabilitas instrumen
teknik
observasi
menggunakan
angket
dengan
rumus
Alpha
lembar observasi. Berdasar observasi
Cronbach. Pengujian hipotesis dalam
yang telah dilaksanakan didapatkan
penelitian ini dilakukan bertujuan
hasil sebagai berikut:
Tabel 1 Hasil Observasi Penilaian Diagnostik
Observer I
Observer II
Observer III
Total
Rata-Rata

Skor
80,76
82,69
82,69
246,14
82,04

Sumber: Data Primer Peneliti, 2016
Berdasarkan hasil observasi
dengan langkah-langkah penilaian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa
diagnostik.
penilaian diagnostik yang dilakukan
b. Hasil Analisis Dokumentasi
oleh peneliti di kelas eksperimen
Teknik pengumpulan data
sudah terlaksana dengan baik sesuai
yang kedua adalah menggunakan

458

Arni, Machmud & Winarno: pengaruh penilaian diagnostik . . .

teknik
analisis
dokumen
telah dilaksanakan didapatkan hasil
menggunakan
lembar
analisis
sebagai berikut:
dokumen. Berdasar analisis yang
Tabel 2. Hasil Analisis Dokumen RPP
Observer I
Observer II
Observer III
Total
Rata-Rata

Skor
78,94
789,4
81,5
949,84
83,3

Sumber: Data Primer Peneliti, 2016
Skor Penguasaan Kompetensi Dasar
Berdasarkan hasil analisis
terendah yang diperoleh siswa adalah
dokumen
tersebut,
dapat
74, sedangkan skor tertinggi yang
disimpulkan bahwa RPP yang peneliti
diperoleh siswa adalah 100. Standar
buat sesuai dengan langkah-langkah
deviasi secara keseluruhan dari kelas
yang terdapat dalam penilaian
eksperimen dan kelas kontrol adalah
diagnostik.
sebesar 4,76 sedangkan variannya
Data tentang Tes Uraian Siswa
sebesar 22,6709. Data motivasi
Kelas
X
pada
Penguasaan
belajar siswa kelas eksperimen dan
Kompetensi Dasar
kelas kontrol terangkum dalam tabel
Data Penguasaan Kompetensi
3 sebagai berikut:
Dasardalam kelas eksperimen dan
kelas kontrol masing-masing didapat
rata-rata sebesar 84,15 dan 72,35.
Tabel 3 Rangkuman Data tentang Tes Uraian Siswa Kelas X pada
Penguasaan Kompetensi Dasar
Kelompok
Jumlah
Skor
Skor
Rata-rata Standar
Tertinggi Terendah
Deviasi
Eksperimen
40
100
65
84,15
9,84
Kontrol
40
90
55
72,35
9,60
(Sumber: Data Primer,2016)
Penguasaan
Kompetensi
skor tertinggi adalah 100 dan skor
Dasarsiswa pada kelas eksperimen
terendah adalah 65. Rata-rata
dengan jumlah responden sebanyak
perolehan
skor
pada
kelas
40 siswa. Hasil perhitungan data dari
eksperimen
adalah
84,15.
Penguasaan Kompetensi Dasarsiswa
Penguasaan Kompetensi Dasar siswa
pada kelas eksperimen diperoleh
pada kelas eksperimen secara lebih

PKn Progresif, Vol. 12 No. 1 Juni 2017

459

rinci dapat dilihat dalam tabel sebagai
berikut:
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Data Penguasaan Kompetensi Dasar
Siswa pada Kelas Eksperimen
No Kelas Interval
1
65-70
2
71-76
3
77-82
4
83-88
5
89-94
6
95-100

Xi
67,5
73,5
79,5
85,5
91,5
97,5

F
5
5
7
6
11
6
40

xi2
4556,25
5402,25
6320,25
7310,25
8372,25
9506,25

fxi
fxi2
337,5
22781,25
367,5
27011,25
556,5
44241,75
513
43861,5
1006,5
92094,75
585
57037,5
3366
287028
(Sumber: Data Primer, 2016)
Berdasarkan tabel di atas,
94 dengan frekuensi 11 responden,
dapat diketahui bahwa distribusi
sedangkan yang paling sedikit
frekuensi variabel (Y) Penguasaan
terdapat pada rentangan 71-76
Kompetensi Dasar Siswa pada mata
dengan frekuensi 5 responden.
Pelajaran PPKn di kelas eksperimen
Dengan instrumen tes seperti
yaitu dikelas X MIPA 4SMA Batik 1
pada
kelas
eksperimen.
Data
Surakarta Tahun Ajaran 2016/2017
mengenai Penguasaan Kompetensi
dapat diketahui bahwa jumlah nilai
Dasar siswa dari kelas kontrol dapat
terbanyak berada pada rentangan 89dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Penguasaan Kompetensi Dasar Siswa
pada Kelas Kontrol
Kelas
interval
Xi
F
xi2
Fxi
fxi2
1
55-60
57,5
6
3306,25
345
19837,5
2
61-66
63,5
6
4032,25
381
24193,5
3
67-72
69,5
7
4830,25
486,5
33811,75
4
73-78
75,5
10
5700,25
755
57002,5
5
79-84
81,5
6
6642,25
489
39853,5
6
85-90
87,5
5
7656,25
437,5
38281,25
40
2894
212980
(Sumber: Data Primer, 2016)
Data Penguasaan Kompetensi
kontrol perolehan skor Penguasaan
Dasar siswa yang dipaparkan dalam
Kompetensi Dasar tertinggi adalah
Tabel 5 menggambarkan Penguasaan
90.
Kompetensi Dasar siswa pada kelas
Variabel
Penguasaan
kontrol dengan jumlah responden
Kompetensi Dasar pada kelas kontrol
sebanyak 40siswa. Data di atas
telah dijelaskan dalam tabel distribusi
menunjukkan bahwa pada kelas
frekuensi di atas. Penguasaan

460

Arni, Machmud & Winarno: pengaruh penilaian diagnostik . . .

Kompetensi Dasar Siswa pada mata
Pelajaran PPKn di kelas kontrol yaitu
kelas X MIPA 3 di SMA Batik 1
Surakarta Tahun Ajaran 2016/2017
dapat diketahui bahwa jumlah nilai
terbanyak berada pada rentangan 7378 dengan frekuensi 10 responden,
sedangkan yang paling sedikit
terdapat pada rentangan 85-90
dengan frekuensi 5 responden.
Hasil Uji Persyaratan Analisis
a. Hasil Uji Normalitas
1) Kelas Eksperimen
Berdasarkan uji normalitas
yang telah dilakukan, hasil yang
adalah 6,63.
didapat yaitu
Kemudian, apabila dikonsultasikan
dengan tabel uji statistik Normalitas
dengan N=40 dan taraf nyata 5%
didapat X2 tabel adalah 11,7. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa
X2 hitung X2 tabelyaitu 6,63

5,558>1,992.
,

maka

diterima. Oleh karena

dari
itu, dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan antara motivasi

PKn Progresif, Vol. 12 No. 1 Juni 2017
belajar siswa kelas eksperimen
dengan Penguasaan Kompetensi
Dasarsiswa kelas kontrol.
PEMBAHASAN
Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui apakah ada
pengaruh implementasi Penilaian
Diagnostikterhadap
Penguasaan
Kompetensi Dasar Mensintesiskan
Kewenangan
Lembaga-Lembaga
Negara menurut UUD 1945 Negara
Republik Indonesia tahun 1945 pada
kelas X SMA Batik 1 Surakarta Tahun
Ajaran 2016/2017. Penelitian ini
menggunakan sampel yang terdiri
dari dua kelas yaitu kelas X MIPA 4
dan X MIPA 3. Kedua kelas tersebut
mendapat perlakuan atau tindakan
yang berbeda, kelas X MIPA 4 sebagai
kelas eksperimen menggunakan
Penilaian Diagnostiksedangkan kelas
X MIPA 3 sebagai kelas kontrol
menggunakan
penilaian
secara
konvensional.
Penelitian ini menggunakan
dua variabel yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas (X)
dalam penelitian ini adalah Penilaian
Diagnostiksedangkan
variabel
terikatnya (Y) adalah Penguasaan
Kompetensi Dasar Mensintesiskan
Kewenangan
Lembaga-Lembaga
Negara menurut UUD Negara
Republik Indonesia tahun 1945.
Penelitian ini dimulai dengan
melakukan uji coba tes berupa tes
subyektif atau tes uraian yang akan
digunakan. Uji coba ini bertujuan
untuk mengetahui validitas dan

461

reliabilitas tes yang akan digunakan
dalam penelitian. Uji coba dilakukan
terhadap 39 siswa diluar sampel. Uji
coba menggunakan soal tes uraian
yang berjumlah 10 butir dan hasilnya
terdapat 9 butir soal yang valid
sedangkan 1 butir soal lainnya invalid
namun yang digunakan dalam
penelitian adalah 5 item yang
mewakili
indikator
pada
tes
penguasaan
Kompetensi
Dasar
Mensintesiskan
Kewenangan
Lembaga-Lembaga Negara. Kemudian
langkah
berikutnya
untuk
menyempurnakan uji validitas yaitu
dilakukan uji reliabilitas dengan hasil
koefisien alpha 0.911 untuk soal
uraian
(subyektif),
reliabilitas
tersebut termasuk dalam kategori
tinggi
karena
berada
pada
interpretasi antara 0,800 sampai
dengan 1,000.
Berdasarkan
perhitungan
keputusan uji hasil analisis data
dengan menggunakan uji T-Test
dengan taraf signifikasi 5% diperoleh
thitung sebesar 5,558 sedangkan ttabel
sebesar 1,992 sehingga H0 ditolak
karena thitung >ttabel. Maka dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan pengaruh antara
kelas eksperimen yang menggunakan
penilaian
dengan
Penilaian
Diagnostikdengan kelas kontrol yang
tidak
menerapkan
Penilaian
Diagnostik.
Kegiatan pembelajaran di
kelas X MIPA 4 sebagai kelas
eksperimen menggunakan Penilaian

462

Arni, Machmud & Winarno: pengaruh penilaian diagnostik . . .

Diagnostik. Penilaian Diagnostik
memiliki empat langkah penilaian
yaitu meliputi :
1. Dirancang
untuk
mendeteksi
kelemahan belajar siswa
2. Dikembangkan
berdasarkan
analisis terhadap sumber-sumber
kesalahan
3. Menggunakan soal bentuk uraian
atau jawaban
4. Tindak lanjut yang sesuai dengan
kesulitan yang teridentifikasi
Penilaian
Diagnostikdapat
menjadikan
siswa
mampu
mengetahui
kekurangan
dalam
menguasai kompetensi dalam materi
yang diajarkan. Hal ini bisa dilihat ada
analisis kesalahan terhadap penilaian
yang dilakukan berbeda dengan
penilaian sumatif yang tidak ada
umpan balik setelahnya.
Penilaian diagnostik bertujuan
untuk
mengidentifikasikan
kelemahan dan kekuatan penguasaan
materi pada siswa dalam proses
pembelajaran.
Keterbatasan waktu dalam
penelitian ini menjadikan tujuan
penilaian yang disampaikan oleh
Kusaeri dan Suprananto (2012:9)
hanya mengarah pada poin b yaitu
pengecekkan (checking - up), untuk
mengecek
adakah
kelemahankelemahan yang dialami oleh siswa
selama menemukan hal-hal yang
menyebabkan terjadinya kelemahan
dan
kesalahan
dalam
proses
pembelajaran. Penilaian ini masih
tahap awal yaitu pengecekan belum

sampai
tahap
penyimpulan
penguasaan siswa karena belum ada
tindak lanjut secara mendalam dalam
penelitian ini.
Penilaian Diagnostik di kelas X
MIPA SMA Batik 1 Surakarta sebagai
kelas eksperimen dalam penelitian
ini, lebih mampu mengetahui
kesulitan pada Kompetensi Dasar
Mensintesiskan
Kewenangan
Lembaga-Lembaga Negara menurut
UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Pada pelaksanaannya
siswa mencari dan menafsirkan
bukti-bukti untuk digunakan untuk
mencapai kinerja dalam meraih
prestasinya. Penyajian materi dalam
penelitian ini pada KD 3.3 yaitu
Mensintesiskan
Kewenangan
Lembaga-Lembaga Negara menurut
UUD NRI Tahun 1945. Materi dan soal
yang disampaikan kepada siswa
terdiri dari tingkatan kognitif C2
sampai yang paling tinggi yaitu C6
yang terdiri dari menciptakan. Total
soal yang diberikan berjumlah 5 soal.
Berdasarkan
penjelasan
tersebut, bahwa pengaruh Penilaian
Diagnostikterhadap
Penguasaan
Kompetensi Dasar Mensintesiskan
Kewenangan
Lembaga-Lembaga
Negara menurut UUD Negara
Republik Indonesia tahun 1945
menguatkan teori belajar menurut
Jerome Bruner yang berpendapat
bahwa kegiatan belajar akan berjalan
baik dan kreatif jika siswa dapat
menemukan sendiri suatu aturan
atau kesimpulan tertentu. Dalam hal

PKn Progresif, Vol. 12 No. 1 Juni 2017
ini Bruner membedakan menjadi tiga
tahap. Ketiga tahap itu adalah:
1. Tahap informasi, yaitu tahap awal
untuk memperoleh pengetahuan
atau pengalaman baru.
2. Tahap transformasi, yaitu tahap
memahami,
mencerna
dan
menganalisis pengetahuan baru
serta ditransformasikan dalam
bentuk baru yang mungkin
bermanfaat untuk hal-hal yang
lain.
3. Evaluasi, yaitu untuk mengetahui
apakah hasil tranformasi pada
tahap kedua tadi benar atau tidak.
Teori
kognitif
yang
dikemukakan oleh Jerome Bruner
menekankan tentang menemukan
sendiri (discovery learning)suatu
kesimpulan dan pentingnya ada
evaluasi
dalam
pembelajaran.Selanjutnya menurut
Asri Budiningsih (2008:34) bahwa
teori
belajar
kognitif
lebih
mementingkan proses dari pada hasil
belajarnya. Di dalam penelitian yang
dilakukan ini menggunakan Penilaian
Diagnostik, untuk mendapatkan hasil
tes penguasaan materi yang lebih
baik dari penilaian lain karena ada
partisipasi aktif dari siswa dan
dilakukan secara berulang-ulang
dalam
penilaiannya.
Untuk
mendapatkan
hasil
identifikasipenguasaan materi di
dalam
penelitian
memerlukan
Penilaian
Diagnostikyang
lebih
mementingkan prosesnya dari pada
hasilnya.

463

Kemudian menurut penjelasan
dari Suyono dan Hariyanto (2014:75)
bahwa pendidikan menurut teori
belajar kognitif lebih mementingkan
proses belajar daripada hasil belajar.
Asri
Budiningsih
(2008:40-41)
menambahkan bahwa Proses belajar
akan berjalan dengan baik dan kreatif
jika guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan
suatu konsep, teori, aturan atau
pemahaman melalui contoh-contoh
yang
ia
jumpai
dalam
kehidupannya .Pada penelitian ini,
guru memberikan materi disertai
contoh contoh kewenangan dan
penyalahgunaan
dari
lembagalembaga
negara
kemudian
memberikan
pertanyaan
untuk
memacu
siswa
menemukan
jawabannya.
Jerome Bruner mengatakan
bahwa dalambelajar guru perlu
memperhatikan empat hal sebagai
berikut:
1. Mengusahakan agar setiap siswa
berpartisipasi aktif, minatnya
perlu ditingkatkan, kemudian
perlu dibimbing untuk mencapai
tujuan tertentu.
2. Menganalisis struktur materi yang
akan diajarkan dan perlu juga
disajikan
secara
sederhana
sehingga mudah dimengerti oleh
siswa.
3. Menganalisis
sequence.
Guru
mengajar berarti membimbing
siswa
melalui
urutan-urutan
pernyataan-pernyataan dari suatu

464

Arni, Machmud & Winarno: pengaruh penilaian diagnostik . . .

masalah,
sehingga
siswa
memperoleh pengertian dan dapat
men-transferapa yang sedang
dipelajari.
4. Memberi reinforcement dan umpan
balik (feed-back), penguatan yang
optimal terjadi pada waktu siswa
mengetahui bahwa ia menemukan
jawabannya. (Slameto, 2010:12)
Teori belajar kognitif ini
menekankan
terhadap
upaya
partisipasi aktif dari siswa dan
terjadinya
umpan
balik
yang
dilakukan guru terhadap siswanya.
Pada penelitian yang sudah
dilakukan,
bahwa
implementasi
Penilaian
Diagnostikdapat
berpengaruh terhadap kepahaman
penguasaan
Kompetensi
Dasar
Mensintesiskan
Kewenangan
Lembaga-Lembaga Negara menurut
UUD Negara Republik Indonesia
Tahun
1945
yang
diukur
menggunakan tes uraian. Nilai ratarata hasil tesPenguasaan Kompetensi
Dasar Mensintesiskan Kewenangan
Lembaga-Lembaga Negara menurut
UUD Negara Republik Indonesia
tahun 1945 kelas eksperimen lebih
tinggi dibandingkan dengan kelas
. Hasil
kontrol yaitu (
dari kelas eksperimen lebih luas,
penguasaan terhadap materinya
bagus dan lebih variasi sedangkan
hasil dari kelas kontrol sangat singkat
namun tidak padat dan kurang
menguasai materi.
Berdasarkan
pada
pembahasan bahwa kesimpulan dari

penelitian ini adalah Penilaian
Diagnostik. Penilaian diagnostik yang
bertujuan untuk mengidentifikasikan
kelemahan dan kekuatan penguasaan
materi pada siswa dalam proses
pembelajaran. Penelitian
ini
membuktikan
bahwa
Penilaian
Diagnostikmerupakan salah satu
penilaian yang dapat mengetahui
posisi siswa ketika belajar dan
mempengaruhi
penguasaan
kompetensi dasar pada siswa kelas X.
Implementasi
Penilaian
Diagnostikmemiliki
pengaruh
terhadap Penguasaan Kompetensi
Dasar Mensintesiskan Kewenangan
Lembaga-Lembaga Negara menurut
UUD 1945 Negara Republik Indonesia
tahun 1945.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan
pada
data
lapangan dari penelitian dan hasil
analisis yang telah dibahas pada bab
sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan
bahwa
terdapat
pengaruh
antara
Penilaian
Diagnostikterhadap
Penguasaan
Kompetensi Dasar Mensintesiskan
Kewenangan Lembaga Lembaga
Negara menurut UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 pada
siswa kelas X SMA Batik 1 Surakarta
Tahun Ajaran 2015/2016. Pengaruh
ini terjadi karena adanya perbedaan
rata-rata antara kelas eksperimen
yang
menggunakan
model
pembelajaran penilaian diagnostik
sebesar
lebih
tinggi

PKn Progresif, Vol. 12 No. 1 Juni 2017
dibandingkan skor rata-rata kelas
kontrol yang tidak menggunakan
penilaian diagnostikyaitu sebesar
72,35. Hal ini dapat ditunjukkan dari
hasil
perhitungan
dengan
menggunakan uji T-Test dengan taraf
signifikasi 5% diperoleh thitung sebesar
5,558 sedangkan ttabelsebesar1,992
atau thitung >ttabelsehingga H0 ditolak
dan Ha diterima. Maka dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa
kelas yang menggunakan penilaian
diagnostik penguasan kompetensi
dasarnya lebih bagus daripada kelas
yang tidak menggunakan penilaian
diagnostik.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian
dan
pembahasan
yang
telah

465

dipaparkan
sebelumnya,
maka
peneliti mengajukan saran sebagai
berikut: 1) Bagi Siswa diharapkan
selalu aktif dan jujur dalam proses
pembelajaran
yang
sedang
berlangsung
serta
memahami
instruksi yang disampaikan oleh guru
dengan baik, 2) Bagi Guru, agar siswa
menguasai materi dan lebih percaya
diri
dalam
menyampaikan
pendapatnya dan menjadi salah satu
alternatif
penilaian
yang
diimplementasikan oleh guru dalam
proses pembelajaran, 3) Bagi peneliti
lain
hendaknya
dapat
menindaklanjuti dengan melakukan
penilaian
diagnostik
terhadap
kompetensi dasar yang lain.

DAFTAR PUSTAKA
Budingsih, Asri. (2008). Belajar dan Pembelajaran.PT Rineka Cipta : Jakarta
Depdiknas (2007). Tes Diagnostik. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMP pada
Direktorat Jenderal Managemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran. Jakarta: AV Publisher
Gunawan, Rudy. (2014).Pengembangan Kompetensi Guru IPS. Bandung: Alfabeta
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia
Panduan Penilaian untuk Sekolah Menengah Atas (2015). Departemen
Pendidikan Nasional: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
Slameto. (2010) Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. PT Rineka
Cipta : Jakarta
Suyono dan Hariyanto. (2014). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Rosdakarya
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Winarno. (2013). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan: Isi, Strategi, dan
Penilaian. Jakarta: Bumi Aksara.
Zainal Arifin. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH DIMENSI KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DI CAFE MADAM WANG SECRET GARDEN MALANG

18 115 26