Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih Chapter III VI

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif.Penelitian
kualitatif tidak mewajibkan untuk membuat generalisasi dari penelitiannya, oleh
karena itu pada penelitian kualitatif ini tidak terdapat adanya populasi dan sampel.
Prosedur penelitian mendasarkan pada logika berpikir induktif sehingga
perencanaan penelitiannya bersifat sangat fleksibel. Penelitian ini harus melalui
prosedur dan tahap-tahap penelitian yang telah ditetapkan walaupun bersifat
fleksibel (Suyanto dan Sutinah, 2008:170). Penelitian kualitatif dapat diartikan
sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan
maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang
diteliti.Taylor dan Bogdan (dalam Suyanto dan Sutinah, 2011:166). Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif
dilakukan peneliti untuk menjawab sebuah atau beberapa pertanyaan mengenai
keadaan objek atau subjek amatan secara rinci (Suyanto dan Sutinah, 2008:171).
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba
Medan Plus Laucih beralamat di jalan Jamin Ginting Km 13 Kelurahan Laucih
Kecamatan Medan Tuntungan, dan Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf (PSPP
Insyaf) Sumatera Utara, pada awalnya PSPP Insyaf didirikan di kota Medan

tepatnya di jalan Pancing Medan. Namun karena ada beberapa permasalahan dan
pertimbangan lokasi yang saat ini tidak memungkinkan sebagai Panti rehabilitasi
sosial korban penyalahgunaan Napza karena berada di pusat kota. Maka lokasi

Universitas Sumatera Utara

PPSP Insyaf berpindah ke Jalan Berdikari No.37 Desa Lau Bakery Kecamatan
Kutalimbaru Deli Serdang pada bulan juli 2008 hingga sekarang.
3.3 Informan Penelitian
Informan penelitian atau dapat disebut subjek penelitian yang telah
tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian ini
menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan
selama proses penelitian (Suyanto dan Sutinah, 2011:171). Adapun yang menjadi
informan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Informan kunci (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki
berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Informasi kunci
dalam penelitian ini adalah Program Manager Klinik Pemulihan Adiksi
Narkoba Medan Plus Laucih dan Kepala Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf
Sumatera Utara.
2. Informan utama, yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial

yang diteliti. Informan utama dalam penelitian ini adalah 2 orang residen
relapse di Manager Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Laucih, dan
2 orang residen relapse di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan.
3. Informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun
tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti. Informan tambahan
dalam penelitian ini adalah 2 orangtua, atau kerabat, dan teman dari pecandu
narkoba relapse.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian kualitatif, prosedur penelitian tidak distandardisasi dan
bersifat fleksibel. Jadi, yang ada adalah petunjuk yang dapat dipakai, tetapi bukan

Universitas Sumatera Utara

aturan. Menurut Suyanto dan Sutinah ada beberapa metode pengumpulan data
yang dikenal dalam penelitian kualitatif , walaupun demikian dapat dikatakan
bahwa metode yang paling pokok adalah pengamatan atau observasi dan
wawancara mendalam atau in-depth interview. Dan metode tambahan yaitu
Penelaahan terhadap dokumen tertulis.
1. Observasi langsung, Menurut Marshall dan Rossman (dalam suyanto dan
Sutinah, 2011:172) yaitu deskripsi secara sistemis tentang kejadian dan tingkah

laku dalam setting sosial yang dipilih untuk diteliti Marshall dan Rossman.
Data yang didapat melalui observasi langsung terdiri dari pemberian rinci
tentang kegiatan, perilaku, tindakan orang-orang, serta juga keseluruhan
kemungkian interaksi interpersonal, dan proses penataan yang merupakan
bagian dari pengalaman manusia yang dapat diamati.
2. Wawancara mendalam, Menurut Marshall dan Rossman (dalam Suyanto dan
Sutinah, 2011:172) yaitu teknik pengumpulan data yang didasarkan pada
percakapan secara intensif dengan suatu tujuan. Data yang diperoleh terdiri
dari kutipan langsung dari orang-orang tentang pengalaman,pendapat,
perasaan, dan pengetahuannya.
3. Penelaahan terhadap dokumen tertulis, yaitu teknik pengumpulan data dengan
menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada dilokasi penelitian serta
sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan teknik deskriptif. Penelitian ini akan mengkaji data yang telah
diperoleh secara mendalam dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari

Universitas Sumatera Utara


berbagai sumber data yang terkumpul. Mempelajari data, menelaah, menyusun,
dalam satuan yang kemudian dikatgorikan pada tahp berikutnya, dan memeriksa
keabsahan data serta memaparkan dengan menggambarkan fakta dan fenomena
secara mendalam dengan analisis yang sesuai dengan kemampuan daya peneliti
untuk membuat kesimpulan (Moleong, 2007:247).

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Medan Plus Laucih
Medan Plus berdiri di Kota Medan pada tanggal 23 September 2003 oleh 4
(empat) orang mantan pecandu narkoba yang beberapa diantaranya terinfeksi
HIV. Organisasi berbasis komunitas ini didirikan agar dapat menjadi wadah
komunitas Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) dan korban Narkoba untuk
berdaya. Medan Plus juga memberikan layanan bagi masyarakat untuk
mendapatkan informasi yang benar tentang HIV AIDS dan Narkoba.
4.1.1 Letak/Kedudukan Lembaga Medan Plus Laucih
Medan Plus adalah sebuah organisasi berbasis komunitas ODHA dan
pengguna Narkoba. Organisasi ini berkantor pusat di Kota Medan tepatnya di

Jalan Bunga Wijaya KesumaNo.108Kecamatan Medan Selayang , dengan wilayah
kerja di Sumatera Utara. Sejak tahun 2003 sampai sekarang sudah menggagas
pembentukan 27 Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) di 11 Kabupaten/Kota.
KDS tersebut memiliki tujuan yang sama dengan Medan Plus dan cakupan
pelayanannya berada di 23 Kabupaten/Kota yang ada di Sumatera Utara, yaitu :
Medan, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Simalungun, Pematang Siantar, Toba
Samosir, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Padang Sidempuan, Tapanuli
Selatan, Tapanuli Tengah, Sibolga, Gunung Sitoli, Labuhan Batu, Labuhan Batu
Selatan, Labuhan Batu Utara, Binjai, Langkat, Tanah Karo, Dairi, Asahan,
Tanjung Balai dan Batu Bara.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.1
Peta Pusat Pelayanan Medan Plus di berbagai daerah
4.1.2 Klasifikasi ,Peranan, dan Fungsi Lembaga Medan Plus Laucih
Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba dan HIV/AIDS Medan Plus merupakan
Lembaga non pemerintah yang berafiliasi pada Kesejahteraan Sosial Medan Plus
berfokus pada pelayanan Rehabilitasi / pemulihan Penyalahgunaan Narkoba dan
penghapusan stigma serta peningkatan motivasi diri terhadap penderita

HIV/AIDS, baik melalui rawat inap (langsung) maupun rawat jalan (tidak
langsung).
Medan Plus melakukan kegiatan pemulihan terhadap penyalahguna
narkoba dan penyandang HIV/AIDS di fasilitas (tempat/rumah) rehabilitasi dan ,
membentuk kelompok-kelompok dukungan sebaya, konseling sebaya, fasilitas
rumah singgah, dan pelayanan pendampingan bagi ODHA.

Universitas Sumatera Utara

4.1.3 Falsafah Lembaga Medan Plus Laucih
Tujuan
1. Memberikan pelayanan kepada klien ODHA dan korban penyalahgunaan
narkoba
2. Memberikan pelatihan keterampilan bagi klien sebagai bekal ketika
kembali ke masyarakat
3. Membekali klien dengan pembinaan bio, psyco, sosial, dan spiritual
sehingga menjadi insan yang beriman dan bermanfaat bagi keluarga dan
bangsa.
Sesuai Visi dan Misi nya adapun falsafah Lembaga antara lain :
Visi

“ Menghapuskan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA dan Korban
Narkoba “
Misi
1. Meningkatkan mutu ODHA dan korban penyalahgunaan narkoba
2. Mendorong terciptanya lingkungan yang kondusif bagi ODHA dan korban
penyalahgunaan narkoba.
4.1.4 Latar Belakang Berdirinya Lembaga Medan Plus Laucih
Organisasi ini berdiri di kota Medan pada tanggal 23 September 2003 oleh
4 orang komunitas korban narkoba yang beberapa diantaranya terinfeksi HIV.
Latar belakang berdirinya organisasi ini karena adanya keprihatinan akan
persoalan narkoba dan HIV/AIDS, khususnya masih tingginya stigma dan

Universitas Sumatera Utara

diskriminasi pada orang-orang yang terlanjur terkena narkoba maupun terinfeksi
HIV.
Medan Plus lahir karena peran dan kerja sama beberapa organisasi, yaitu ;
Yayasan Kolam Bethesda Medan , Yayasan Galatea Medan dan Yayasan Spiritia
Jakarta. Ketiga yayasan tersebut memiliki andil masing-masing sesuai dengan isu
dan wilayah kerjanya. Medan Plus berubah dari sebuah Kelompok Dukungan

Sebaya (KDS) menjadi organisasi yang berbadan hukum sejak Juni 2006 dengan
bentuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan diperbaharui dengan nama
Yayasan Medan Plus pada bulan Januari tahun 2016.
Organisasi berbasis komunitas Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) dan
Korban

Narkoba

ini

merubah

strategi

pemberdayaan

komunitas

dari


mendukungnya secara individu dengan menjadi penggagas/inisiator pembentukan
organisasi berbasis komunitas lainnya di berbagai wilayah di Sumatera Utara dan
Nanggroe Aceh Darussalam.
4.1.5 Legalitas Lembaga Medan Plus Laucih
1. SK KEMENKUMHAM No.AHU-0001607.AH.01.04 Tahun 2016
2. Akte Notaris dari WANDA LUCIA, SH No.65 tanggal 24 November 2014
3. Terdaftar di Dinas Kesejahteraan Sosial Sumatera Utara dengan
No.466.3/926/DTSKM/2014
4.1.6 Pola Pendanaan Medan Plus Laucih
Klinik Pemulihan Adiksi Penyalahguna Narkoba dan Pendampingan
ODHA Medan Plus mendapat donasi baik bantuan yang bersifat materil maupun

Universitas Sumatera Utara

perencanaan program oleh pemerintah melalui program dari Kementerian Sosial ,
Kementerian Hukum dan HAM ,Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik
Indonesia , lembaga swadaya masyarakat yang berkedudukan di Indonesia yaitu
Spiritia , dan lembaga internasional antara lain, United Nations Children's Fund
(UNICEF) salah satu lembaga yang ada di Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) ,
United States Agency For International Development (USAID), dan Australian

AID.
4.1.7 Struktur Lembaga Medan Plus Lau Cih
Dewan Pembinaa

Badan Pengawas
Medan Plus

Badan Pengurus

Direktur Program
Rehabiitasi
Penyalahguna Narkoba

Direktur Program
Pelayanan
Pendampingan ODHA

Program Manajer

Staff


Bagan 4.1
Struktur Lembaga Medan Plus Lau Cih

Universitas Sumatera Utara

4.1.8 Hubungan Lembaga Medan Plus Laucih dengan Masyarakat
Hubungan lembaga dengan masyarakat sekitar sangat baik. Terlebih malah
lembaga membangun jaringan dan kegiatan terlebih dahulu disekitar Fasilitas
rehabilitasi penyalahguna narkoba , menjalin kerjasama dengan pemerintahan
setempat , baik itu camat maupun lurah yang berdekatan dengan lembaga , dengan
kegiatan penyuluhan anti Narkoba pada masyarakat sekitar, dan di Lembaga
Pemasyarakatan Lubuk Pakam.
4.1.9 Kedudukan lembaga Medan Plus Laucih dalam jaringan kerjasama
antar lembaga-lembaga kesejahteraan sosial
Melalui Pusat pemulihan ketergantungan narkoba dan Panti Rehabilitasi
Medan Plus, juga bersinergi dengan Kementrian Sosial dan Badan Narkotika
Nasional Indonesia serta Badan Kesbangpol dan Linmas untuk melakukan
layanan rehabilitasi baik rawat inap maupun rawat jalan. Rehabilitasi menjadi hal
yang sangat

baik

untuk

dilakukan karena

pengguna

narkotika

dapat

mengakibatkan gangguan fisik, otak dan perilaku.
4.1.10 Pengkajian Masalah
Dalam rangka pengkajian masalah, Medan Plus melakukan kegiatan
pendekatan terhadap klien yang merupakan bentuk kegiatan yang mengawali
keseluruhan proses rehabilitasi sosial melalui penyampaian informasi program
rehabilitasi sosial untuk mendapatkan data awal korban penyalahgunaan narkotika
sesuai dengan syarat yang telah ditentukan.

Universitas Sumatera Utara

4.1.11 Alur Pelayanan dan Kegiatan

PENERIMAAN AWAL :
Wawancara Awal
Pengisian Formulir
Penerimaan
Pemeriksaan diri dan
barang bawaan

PRA REHABILITASI
Orientasi :
Pengenalan Program dan
Skrining
Detoksifikasi dan Pemulihan
Fisik

Layanan Rujukan
MK
VCT, IMS, Tes
CD4, TB,
Pendampingan, dll

TAHAP INTENSIF
(Rawat Inap + 1 Bulan)
Assesment (PraPasca)
Manajemen Kasus
(Tx Plan)
Konseling Individu
Terstruktur
Seminar dan Terapi
Jurnal dan
Penugasan Pribadi
Kelompok Dukungan
Rekreasi
Rohani

PASCA RAWATAN
Fase Awal (1 Minggu Pertama)
Klien sudah
selesai menjalani
program

TAHAP REGULER (Rawat Jalan
/ Rawat Inap + 5 Bulan)
Klien ada yang
sudah pulang
kerumah / tinggal di
facility
Konseling, Seminar,
Terapi Kelompok,
Kelompok
Dukungan,
Kelompok Bantu
Diri, Vokasional, dll

Fase Akhir (Minggu ke 4 - 5)
Pemantapan
Rencana Rawatan
Pencegahan
Kekambuhan
Keterampilan Hidup
Kelompok Bantu Diri
Assesment Akhir
(WHO QoL)
Persiapan Pelepasan
/ Lanjutan Rawatan

Assesment Awal
(ASI)
Manajemen KasusRencana Rawatan
Pemahaman Adiksi
Pendidikan
Kesehatan Diri
Pengenalan Diri
Fase Madya (Minggu ke 2 - 3)
Assesment Awal
(ASI)
Manajemen KasusRencana Rawatan
Pemahaman Adiksi
Pendidikan
Kesehatan Diri
Pengenalan Diri

Bagan 4.2
Bagan Alur Pelayanan dan Kegiatan di Medan Plus Lau Cih

Universitas Sumatera Utara

4.1.12 Pengukuran/Evaluasi
Evaluasi dilakukan setiap hari disetiap selesai melakukan kegiatan.
Evaluasi melibatkan Program manager beserta seluruh Staff di Klinik Pemulihan
Adiksi Penyalahguna Narkoba Medan Plus.
4.1.13 Rencana Program dan Proses Pemecahan Masalah
A. Program Jangka Panjang
1. Medan Plus berupaya memastikan adanya bantuan hukum bagi anak yang
berkonflik dengan dengan hukum, disamping itu YPI juga melakukan tindakan
rehabilitasi, reintegrasi bagi anak korban kekerasan dan ekspolitasi.
2. Berkontribusi untuk membangun lingkungan yang memahami dan sensitive
terhadap keadilan untuk anak melalui kegiatan klinik hukum bekerja sama
dengan Fakultas Hukum di Sumatera Utara.
3. Memastikan penyalahguna narkoba terdampak dapat kembali menata
kehidupan mereka paska rehabilitasi melalui perbaikan bio, psikososial, dan
spiritual.
4. Berupaya mengembangkan budaya keselamatan dan ketangguhan serta
memelihara lingkungan sebagai upaya meningkatkan kualitas hidup dan
keseimbangan lingkungan
5. Pendirian Klinik PAPI ( Pemulihan Adiksi & Penyakit Infeksi ) dalam waktu
dekat ini akan segera beroperasi yang mana klinik tersebut diutamakan
melayani komunitas ODHA dan korban narkoba serta tidak menutup
kemungkinan bagi kalangan masyarakat umum.Klinik PAPI ini diciptakan

Universitas Sumatera Utara

melayani dengan ramah dan tanpa ada stigma dan diskriminasi bagi ODHA
dan korban narkoba
6. Banyak ODHA yang masih belum dapat di terima di keluarga ataupun di
lingkungan mereka tinggal sehingga perlu adanya rumah singgah sementara
bagi ODHA baik yang sedang melakukan rawat jalan khususnya dari luar kota
ataupun yang sedang mendapat stigma dan diskriminasi baik di keluarga
ataupun di lingkungan.
B. Program Jangka Pendek
1. Masih banyak Penyalahguna Narkoba dan ODHA ataupun OHIDHA yang
belum dapat sepenuhnya dapat menerima status HIV nya sehingga perlu
adanya konseling sebaya agar dapat saling menguatkan dan dapat memberikan
dukungan serta support bagi ODHA.
2. Medan Plus berupaya membantu ODHA baru yang mengetahui status HIVnya
dan ODHA lama yang ingin mendapatkan dukungan pendampingan terkait
HIV AIDS dapat di dampingi oleh para pendamping dari Medan Plus yang ada
di beberapa Rumah sakit yang ada di Kota/kabupaten yang sudah berdiri
kelompok dukungan Sebayanya.
3. Berkontribusi untuk menciptakan lingkungan kondusif bagi ODHA dengan cra
sosialisasi di kelurahan/kecamatan untuk mengurangi stigma dan diskriminasi
terhadap ODHA di masyarakat
C. Proses Pemecahan Masalah
Dalam menjalankan rehabilitasi , lembaga memiliki pilihan pelayanan
kepada klien, yaitu rawat ina dan rawat jalan :

Universitas Sumatera Utara

1. Rawat Inap
Program ini di desain berdasarkan kebutuhan klien dengan jangka waktu
yang di sesuaikan dengan metode yang di terapkan oleh masing-masing fasilitas
rehabilitasi. Jika menggunakan metode Teuropatic community (TC) jangka waktu
yang di perlukan selama 6 bulan rawat inap sedangkan metode Narcotic
Anonymus (NA) atau dapat juga disebut dengan Pemulihan Adiksi Berbasis
Masyarakat (PABM) hanya selama 2 bulan rawat inap , klien menjalani berbagai
macam kegiatan terapi, antara lain Morning Meeting , Seminar dua kali setiap
hari, konseling individu, konseling sebaya, aktifitas (Vokasional, Function, ,
aktivitas rohani dan kegiatan teraupetik lainnya.
2. Rawat Jalan
Program ini juga dapat menjadi program lanjutan dari rawat inap intensif.
Program ini di desain dengan tetap mempertimbangkan kebutuhan primer.
Program dilakukan melalui beragam program detoksifikasi, terapi medis,
holestik, tusuk jari, dan obat herbal, sesi individu (konseling), kelompok hingga
bersama pasangan atau keluarga, kelompok bantu diri, kegiatan olahraga dan
kegiatan lainnya.
Program yang di desain khususnya untuk masalah gangguan zat yang
masih dalam taraf menengah atau belum mengalami kebutuhan (adiksi).
4.1.14 Prosedur Penerimaan Klien
1. Calon Rehabilitasi diantar langsung oleh orang tua/wali;
2. Rujukan dari Dinas Sosial Provinsi/Kab/Kota;

Universitas Sumatera Utara

3. Rujukan dari pengadilan yng memutuskan mengikuti program rehabilitasi
sosial;
4. Rujukan dari IPWL (Institusi Penerima Wajib Lapor) berdasarkan hasil
assesment yang bersangkutan harus direhabilitasi sosial.
4.1.15 Syarat Penerimaan
1. Korban Penyalahgunaan NAPZA;
2. Laki-laki berumur 14-35 tahun;
3. Menyerahkan foto copy KK yang masih berlaku;
4. Menyerahkan fotocopy KTP yang masih berlaku;
5. Menyerahkan fotocopy KTP istri (bagi yang sudah menikah);
6. Menyerahkan fotocopy orang tua;
7. Menyerahkan fotocopy ijazah pendidikan terakhir;
8. Menyerahkan fotocopy akte kelahiran;
9. Menyerahkan surat keterangan domisili dari lurah/kepala desa tempat
bersangkutan tinggal;
10. Mengisi formulir pendaftaran, surat permohonan , dan pernyataan;
11. Menyerahkan keterangan/rekomendasi dari Dinas Sosial;
12. Menyerahkan surat izin/rekomendasi rehabilitasi sosial atasan langsung
bagi PNS/TNI/POLRI dan Swasta;
13. Calon penerima ,anfaat rujukan dari pengadilan harus dibuktikan dengan
surat keputusan pengadilan untuk mendapatkan rehabilitasi sosial;
14. Menyerahkan pas foto 3x4 berwarna, latar biru sebanyak 6 lembar;
15. Semua Persyaratan dimasukkan kedalam map warna biru;
16. Sanggup dan bersedia menaati peraturan dan tata tertib yang berlaku.

Universitas Sumatera Utara

4.1.16 Mengidentifikasi Masalah yang Ditangani
Dalam rangka pengkajian atau identifikasi masalah, Medan Plus
melakukan kegiatan pendekatan terhadap klien yang merupakan bentuk kegiatan
yang mengawali keseluruhan proses rehabilitasi sosial melalui penyampaian
informasi program rehabilitasi sosial untuk mendapatkan data awal korban
penyalahgunaan narkotika sesuai dengan syarat yang telah ditentukan.
4.1.17 Perencanaan dan Tahap-tahap Pelayanan klien
A. Assesment
Tahap pengungkapan dan pemahaman masalah merupakan serangkai
keseluruhan proses untuk menelaah kasus atau masalah yang dialami korban serta
potensi sumber-sumber yang dimiliki serta diterima saat menjadi penerima
manfaat.
B. Treatment
Treatment dapat dilakukan melalui :
1. Upaya pengobatan medis/detoks
2. Penggunaan obat-obatan herbal
3. Pemulihan non medis (alternatif), upaya urut totok saraf. Holestik dan bantuan
ahli supranatural
4. Bimbingan fisik dan kesehatan yang bertujuan untuk mengembalikan
kepedeulian kepulihan fisik dan menjaga pola hidup sehat bagi klien

Universitas Sumatera Utara

5. Bimbingan

mental

spiritual,

yang

bertujuan

untuk

memahami,

mengembangkan dan meningkatkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai
agama dan norma yang ada di masyarakat
6. Bimbingan sosial menerapkan program dengan menggunakan metode
theraputic community (TC) dan Narcotics Anonymus (NA) yang bertujuan
sebagai sarana atau media untuk menumbuhkan dan meningkatkan kapasitas
psikososial manfaat eks korban penyalahguna narkotika untuk pencapaian
perubahan dan pemulihan
7. Bimbingan keterampilan yang dikembangkan.
C. Resosialisasi/Reintegrasi
Program ini dilakukan untuk menyiapkan klien, keluarga, untuk
direhabilitasi dari lingkungan sosial dimana ia tinggal. Hal ini dilakukan untuk
menumbuhkan kemauan dan kemampuan keluarga/lingkungan untuk menerima
eks korban Narkotika. Diharapkan klien dapat berintegrasi ditengah kehidupan
keluarga/lingkungan masyarakat setelah mendapatkan rehabilitasi sosial dan
mencegah kekambuhan(relapse).
D. Terminasi
Merupakan kegiatan berakhirnya pemberian pelayanan dan rehabilitasi
sosial kepada penyalahgunaan Narkotika untuk kembali ke masyarakat dengan
mempersiapkan keterampilan pekerjaan.

Universitas Sumatera Utara

E. Pembinaan Lebih lanjut
Merupakan tahap untuk memelihara dan memantapkan kondisi kepedulian
eks rehabiliasi dari ketergantungan terhadap Narkotika setelah selesai menjalani
pelayanan rehabilitasi sosial di panti.
F. Monitoring dan Evaluasi
Dilakukan untuk mengetahui perkembangan dan kondisi eks rehabilitasi
setelah selesai melaksanakan program rehabilitasi sosial, serta untuk mengetahui
sejauh mana eks rehabilitasi tersebut dapat melaksanakan tugas dan fungsi
sosialnya dalam masyarakat.
4.2 Gambaran Umum PSPP “Insyaf” Sumatera Utara
4.2.1 Sejarah Berdirinya
Pertengahan tahun 1970 dilaksanakan rapat koordinasi pemda Tk. I
Sumatera Utara, salah satu hasil rapat tersebut untuk mendirikan Panti Sosial bagi
Anak Nakal dan Korban Narkotika.
Untuk mewujudkan
Utara menyediakan

impian

sebidang

tersebut,

tanah

8.960

pihak
m

Kepolisian

(128x70

m)

Sumatera
di

jalan

Pancing Medan, sedangkan dana pembangunan berasal dari kanwil Depsos
Provinsi Sumatera Utara tahun anggaran 1976. Seiring dengan meningkat dan
meluasnya korban penyalahgunaan NAPZA dari tahun
dimensi

yang

sangat

beragam

seingga

ke

tahun

dengan

membutuhkanpenanganan secara

menyeluruh dan utuh. Lokasi PSPP “Insyaf” Medan saat ini tidak memungkinkan

Universitas Sumatera Utara

sebagai Panti Rehabilitasi Sosial korban Penyalahgunaan NAPZA karena
berada di pusat kota.
Untuk mendapatkan solusi atas permasalahan di atas dilakukan rapat
koordinasi antara Departemen Sosial RI dan Pemerinta Provinsi Sumatera
Utara tahun 2006 tentang pemindahan lokasi PSPP “Insyaf” Medan ke Desa
LauBakeri Kecamatan Kutalimbaru-Deli Serdang.
Panti Sosial Pamrdi Putra (PSPP) “Insyaf”merupakan Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA
yang didirikan pada thun 1977, yang kemudian resmi beroperasi pada tahun 1979.
Pada mulanya panti ini bernama Panti Rehabilitasi Sosial Anak Nakal dan Korban
Narkotika (PRS ANKN). Pada tahun 1994 kemudian berubah namanya menjadi
Panti Sosial Pamardi Putra “Insyah” dengan dikeluarkannya surat keputusan
Direktorat Jenderal Bina Rehabilitasi Sosial Depsos RI nomor 06/KEP/IV/1994.
Tanggal 26 April 1994.
Pada awal pendiriannya hingga tahun 2008 PSPP “ Insyaf “ beralamat di
Jl. Willem Iskandar No.377 Medan. Dalam keputusan Menteri Sosial No.
09/HUK/2008 tanggal 23 januari 2008, dilakukan pemindahan lokasi PSPP
“Insyaf” ke Desa Lau Bakeri, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang.
Hal ini dilakukan untuk menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif dalam
proses rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan NAPZA.

Universitas Sumatera Utara

4.2.2 Visi dan Misi Lembaga
1. Visi
Sebagai sebuah organisasi yang memberikan pelayanan rehabilitasi sosial
bagi korban penyalahgunaan narkoba. PSPP “ Insyaf “ Sumatera Utara memiliki
visi memberikan pelayanan yang berkualitas dan profesional.
2. Misi
Untuk mencapai visi sebagaimana yang tersebut diatas PSPP “ Insyaf “
Sumatera Utara memiliki Misi sebagai berikut :
a. Menetapkan standarisasi pelayanan dan rehabilitasi sosial korban
penyalahgunaan Narkoba.
b. Legislasi pelayanan dan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan Narkoba.
c. Mengembangkan alternatif intervensi di bidang pelayanan dan rehabilitasi
sosial korban penyalahgunaan narkoba.
d. Meningkatkan kemampuan dan kompetensi pekerja sosial.
e. Membangun jaringan.
4.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Lembaga
Berdasarkan Peraturan Menteri Sosial RI Nomor : 106/HUK/2009 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial di lingkungan Departemen Sosial.
Menyebutkan PSPP “ Insyaf “ Sumatera Utara merupakan Unit Pelaksana Teknis
yang memiliki tugas :

Universitas Sumatera Utara

1. Memberikan bimbingan, pelayanan dan rehabilitasi sosial yang bersifat kuratif,
rehabilitatif, promotif dalam bentuk bimbingan pengetahuan dasar pendidikan,
fisik, mental, sosial, keterampilan.
2. Resosialisasi bimbingan lanjut bagi eks korban narkotika dan program
prikotropika sindroma ketergantungan agar mampu mandiri dan berperan aktif
dalam kehidupan bermasyarakat.
3. Pengkajian dan penyiapan standar pelayanan dan rujukan.
Mengacu pada peraturan diatas, dalam pelaksanaan tugas dimaksud, panti
sosial atau yang disebut dengan pusat rehabilitasi mempunyai fungsi :
1. Pelaksanakan penyusunan rencana program, evaluasi dan laporan.
2. Pelaksanaan registrasi, observasi, identifikasi, diagnosa sosial dan perawatan.
3. Pelaksanaan pelayanan dan rehabilitasi yang meliputi bimbingan mental,
sosial, fisik dan keterampilan.
4. Pelaksanaan resosialisasi, penyaluran, dan bimbingan lanjut.
5. Pelaksanaan memberikan informasi dan advokasi.
6. Pelaksanaan pengkajian dan peniapan standart pelayanan dan rehabilitasi
sosial.
7. Pelaksanaan urusan tata usaha.
4.2.4 Tujuan
Korban Penyalahgunaan Napza dapat melaksanakan fungsi sosialnya
meliputi kemampuan dalam melaksanakan peran, memenuhi kebutuhan,
memecahkan masalah yang dihadapi, dan aktualisasi diri.

Universitas Sumatera Utara

4.2.5 Status
Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara merupakan rujukan
regional dengan jangkauan pelayanan Daerah Kabupaten/Kota pada wilayah
Sumatera dan Kalimantan Barat
4.2.6 Fasilitas Lembaga
Luas tanah 46.962 M2, luas bangunan 8.103 M2, yang terdiri dari kantor,
Aula, Ruang Pendidikan, Gedung Olahraga, Ruang Keterampilan, Ruang
Perpustakaan, Ruang Assesment, Ruang Data dan Informasi, Ruang Konseling,
Asrama, Poliklinik, Showroom, Masjid, Kendaraan Dinas, Akses Internet,
Lapangan Volley, Lapangan Bulu Tangkis, Tenis dsb.
4.2.7 Fasilitas Pelayanan
1. Selama berada di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara,
penerima manfaat mendapat fasilitas : Konsumsi, Pakaian Olahraga, Sepatu
dan pakaian praktek keterampilan, pakaian seragam batik, perlengkapan
belajar, perlengkapan mandi dan bantuan stimulan.
2. Penerima manfaat yang telah selesai mengikuti program rehabilitasi dan telah
memiliki usaha, akan diajukan untuk mendapat bantuan usaha ekonomi
produktif dari Kementerian Sosial secara langsung. Dana tersebut digunakan
untuk penambahan peralatan sesuai jenis usahanya.

Universitas Sumatera Utara

4.2.8 Prosedur dan Syarat Penerimaan Klien
A. Prosedur Penerimaan
1. Calon penerima manfaat diantar langsung oleh orangtua/wali
2. Rujukan dari dinas sosial Provinsi/Kabupaten/Kota
3. Rujukan dari pengadilan yang memutuskan untuk mengikuti program
rehabilitasi sosial
4. Rujukan dari IPWL (Institusi Penerima Wajib Lapor) berdasarkan hasil
assesment yang bersangkutan harus direhabilitasi sosial.
B. Syarat Penerimaan
1. Laki-laki umur 14 – 40 Tahun
2. Bisa baca tulis
3. Fotokopi KTP.KK yang masih berlaku
4. Fotokopi KTP orangtua
5. Fotokopi KTP Istri (bagi yang sudah menikah)
6. Surat keterangan domisili dari Lurah/Kepala Desa
7. Surat keterangan sehat jasmani dan rohani dari dokter
8. Surat izin/rekomendasi rehabilitasi sosial dari atasan langsung bagi
PNS/TNI/POLRI dan swasta
9. Surat keputusan pengadilan untuk mendapatkan rehabilitasi sosial di PSPP
“Insyaf” Sumatera Utara bagi calon penerima manfaat rujukan dari pengadilan
10.

Menyerahkan kartu peserta asuransi kesehatan seperti BPJS kesehatan,

Sunlife, dan lain sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

4.2.9 Alur Pelayanan dan Kegiatan

Orientasi

Assesment

Rencana
Intervensi

Intervensi

Terminasi

Binjut
Metode TC

Bimbingan Fisik
Pangan
Pakaian
Pengasrama
an
Kesehatan
Olahraga

Bimbingan
Mental
Religi
Budi
Pekerti

Bimbingan
Sosial
Konseling
Group
Seminar
Confrontati
on
Fungtion
Outing
Probe

Bimbingan
Keterampilan
Montir
mobill
Montir
sepeda
motor
Elektronika
LAS
Desain
grafis
Peternakan

Moneva
Resosialisa
si/PBK
Bantuan
ToolKit
FSG
Parenting
skill
Home Visit

Bagan 4.3
Alur Pelayanan dan Kegiatan PSPP “Insyaf” Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

BAB V
ANALISA DATA
Pada bab ini akan dibahas mengenai data-data yang diperoleh dari
penelitian yang

dilakukan

di

lapangan

melalui

wawancara

dengan

informan penelitian. Peneliti mengumpulkan data dari dua informan kunci yaitu
Program Manajer Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Laucih dan
Kepala Panti atau yang diwakili oleh Program Manajer Panti Sosial Pamardi Putra
Insyaf, empat informan utama yang terdiri dari dua residen dari Klinik Pemulihan
Adiksi Narkoba Medan Plus Laucih dan dua orang residen Panti Sosial Pamardi
Putra Insyaf Sumatera Utara serta dua informan tambahan yaitu keluarga atau
kerabat dari dua orang residen yang menjadi informan utama.
Dari penelitian yang telah dilakukan di lapangan, diperoleh berbagai
data-data melalui observasi dan wawancara mendalam dengan informan.
Untuk melihat gambaran yang lebih jelas dan rinci, maka penulis mencoba
menguraikan petikan wawancara dengan informan serta narasi penulis tentang
data-data tersebut.

Universitas Sumatera Utara

5.1 Hasil Temuan
5.1.1 Informan Utama
A. Residen Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara
Informan I
Nama

: Rendy Syahputra Harahap

Jenis Kelamin

: Laki-Laki

Usia

: 32 Tahun

Alamat

: Jalan Pasar Merah Menteng

Pendidikan

: SMA

Suku

: Mandailing

Asal

: Medan

Pekerjaan

: Wiraswasta

Agama

: Islam

Informan pertama dalam penelitian ini adalah Rendy Syahputra Harahap,
seorang residen di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara yang
berumur 32 tahun. Informan beralamat di Menteng Raya, Jalan Pasar Merah,
Medan.
Informan pertama kali mengenal narkoba sejak tahun 1997 dimana pada
saat itu informan masih duduk di bangku kelas 3 SMP. Informan mengaku bahwa
awal penggunaan narkoba didasari oleh rasa ingin coba-coba dan di dorong
dengan pengaruh lingkungan pergaulan dikalangan teman sekolahnya. Rasa ingin
tahu khas seorang remaja mendorong informan mencari tahu dan mencoba
menggunakan narkoba. Karena rasa ingin mencoba itu,berdasarkan informasi

Universitas Sumatera Utara

yang ia dapat dari temannya, informan tak segan-segan datang langsung ke bandar
narkoba untuk langsung membeli narkoba tersebut.
Jenis narkoba yang dipakai adalah ganja. Namun ternyata setelah
wawancara mendalam, menurut pengakuan informan sebelum memakai ganja,
informan sudah beberapa kali menghisap lem kambing yang merupakan salah satu
jenis napza/narkoba, karena salah satu yang terkandung didalam lem kambing
atau lem Aica aibon adalah zat Lysergic acid diethylamide (LSD) yang jika zat
tersebut terhirup 20-30 mg (mikrogram) saja sudah bisa menyebabkan efek
psikoaktif pada manusia. Setelah itu informan juga menggunakan narkoba
jenisRohypnol. Hingga informan mulai meningkatkan jenis dan dosis penggunaan
narkobanya, sampai menggunakan sabu-sabu dan kemudian putaw.
Sebelum pertama kali menjalani rehabilitasi pada tahun 2010, informan
mengaku intensitas penggunaan narkoba jenis putaw yang digunakan dengan
menggunakan media suntik satu hari bisa sampai tiga kali pakai dengan dosis 0,1
gram per pemakaian, namun dosis tersebut terus meningkat. Awalnya informan
hanya menggunakan 1 paket putaw perhari dengan harga pada tahun 2000 masih
Rp 25.000, kemudian naik Rp50.000, Rp75.000, Rp100.000, hingga terakhir
Rp150.000. Informan mengaku menggunakan putaw yang biasa di pakainya 3
paket dalam satu hari. Jika di kalkulasikan informan bisa menghabiskan
Rp450.000/hari. Namun informan berhenti memakai putaw di tahun 2015 karena
pada saat itu hingga sekarang tidak ada lagi tersedia putaw di Indonesia. Informan
mengatakan alasan menggunakan putaw karena ingin merasakan ketenangan dan
kenyamanan.Saat menggunakan putaw, informan sesekali juga menggunakan
sabu-sabu ketika tidak ada putaw. Namun setelah ketersediaan putaw sudah tidak

Universitas Sumatera Utara

ada lagi barulah secara rutin informan menggunakan sabu-sabu, yang di
konsumsinya 0,5 ji sampai 1 ji (gram) perhari.
Dahulu pada saat masih menjadi pelajar dan mahasiswa, informan
membeli putaw dan sabu-sabu menggunakan uang saku sehari-hari yang di
berikan oleh orang tua, dan jika uang saku tersebut kurang informan mengaku
bahwa segala cara bisa dilakukan untuk mendapat uang demi membeli
narkoba/napza tersebut. Informan tidak berhasil lulus dari kuliahnya karena
ketergantungannya trhadap narkoba, namun kemudianinforman sempat bekerja di
kantor orang tuanya sebagai pegawai honor. Dari situlah informan mendapat uang
untuk membeli narkoba/napza, dan jika masih kurang uang yang dibutuhkan,
informan tidak ragu untuk melakukan tindakan kriminal.
Orang tua informan pertama kali tahu bahwa informan menggunakan
narkoba pada pertengahan tahun 2006 setelah mendengar cerita orang tentang
informan. Lalu orang tua informan memutuskan untuk memecat informan dari
kantor. Setelah itu, di tahun 2007 informan mencoba untuk berhenti menggunakan
narkoba/napza yang pada saat itu masih mengonsumsi putaw dengan cara
menggunakan jarum suntik dengan menjalani pengobatan ke dokter di kawasan
setia budi, kemudian bergabung di komunitas Galatea dimana komunitas tersebut
adalah tempat berkumpulnya para pecandu narkoba jarum suntik yang ingin
berusaha bebas dari kecanduan dan ketergantungannya terhadap narkoba/napza.
Kemudian terapi metadon di Rumah sakit umum Adam Malik Medan.
Berdasarkan pengakuan dari informan, saat menjalani pengobatan dan
terapi tersebut informan masih merasakan candu terhadap narkoba/napza, terbukti

Universitas Sumatera Utara

ketika informan tertangkap oleh aparat dari BNN saat menggunakan narkoba.
Lalu, karena informan dinilai adalah hanya pengguna narkoba/napza, informan
lalu langsung dikirim ke Lido untuk mendapatkan rehabilitasi pada tahun 2010.
Hal tersebut sesuai dengan Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang
narkotika pada pasal 54 yang isinya “Pecandu narkotika dan korban
penyalahgunaan narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi
sosial”.
informanmenjalani rehabilitasi di Panti rehabilitasi narkoba Lido Bogor
selama 7 (tujuh) bulan. Awal menjalani rehabilitasi di Lido, informan sempat
tidak menerima atau berontak. Karena pada saat di masukkan ke panti rehabilitasi
Lido, informan baru saja menggunakan narkoba sehingga kecanduan yang
dirasakan masih sangat tinggi dan belum ada niatan lagi untuk berhenti. Selama di
dalam panti rehabilitasi Lido, informan sering kali membuat kesalahan, seperti
mencuri makanan, memberontak, dan bahkan sempat split atau melarikan diri dari
panti rehabilitasi, sebelum akhirnya tertangkap oleh masyarakat sekitar panti dan
juga satpam panti rehabilitasi Lido Bogor. Namun lama kelamaan informan mulai
menerima program, dan mulai dapat berfikir bahwa hal tersebut merupakan
konsekuensi dari apa yang telah ia perbuat. Walaupun program tersebut informan
terima dan jalani namun itu semua di rasa hanya formalitas saja, sehingga tidak
terlalu berpengaruh dalam diri informan untuk melepas ketergantungannya dari
narkoba.
Setelah selesai masa rehabilitasi yang informan jalani di panti rehabilitasi
narkoba Lido Bogor. Informan langsung kembali ke Medan, sesampainya di
bandara Kualanamu Deli Serdang, informan mengaku rindu terhadap teman-

Universitas Sumatera Utara

temannya dan mencoba untuk bertemu dengan teman-temannya tersebut.
Kemudian informan menghubungi temannya untuk mencari tahu dimana lokasi
teman-temannya berada. Setalah tahu, informan langsung bergegas ke lokasi
tanpa terlebih dahulu pulang kerumah. Maka, setelah sampai dilokasi , informan
langsung di sambut oleh teman-temannya yang pada saat itu sedang menggunakan
narkoba/napza. Maka tak menunggu lama teman-temannya langsung menggoda
informan untuk menggunakan narkoba kembali. Tak lama setelah itu, informan
pun merasakan suggesti untuk kembali memakai narkoba.
Setelah itu, informan menjalani rehabilitasi kembali di Yayasan Caritas
pada tahun 2012 awal dan hanya menjalani rehabilitasi selama satu bulan, lalu
informan split (melarikan diri). Kemudian sempat masuk ke salah satu pesantren
di daerah Pematang Siantar selama satu bulan juga karena informan tidak betah
lama-lama berada disana.Dan kemudian menjalani pemulihan di Panti Sosial
Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara pada tahun 2016 hingga saat ini dengan
masa rehabilitasi selama 9 (sembilan) bulan.
Berdasarkan pengakuan informan sebenarnya lembaga rehabilitasi sangat
membantu bagi pemulihan seorang pecandu narkoba. Informan mengatakan hanya
di panti rehabilitasi ia bisa bersih dari narkoba. Informan juga mengatakan bahwa
sebenarnya seorang pecandu narkoba itu banyak yang memiliki kesadaran untuk
berubah , namun untuk memulai perubahan itu harus ada keberanian dan ada yang
membantu yaitu komunitas di lingkungan yang positif. Namun kebanyakan dari
pecandu yang sudah menjalani pemulihan di panti rehabilitasi kembali
menggunakan narkoba secara rutin atau dalam dosis yang sama atau lebih

Universitas Sumatera Utara

(relapse) akibat ketidakmampuannya bertahan dari suggesti narkoba yang sudah
tertanam di fikirannya.
Informan juga telah memahami apa itu yang dinamakan relapse. Informan
juga mengaku telah mengalami relapse. Infroman mengatakan faktor yang
menyebabkan relapse, diantaranya yaitu pertama tidak adanya kemampuan untuk
mengantisipasi perasaan bosan. Kedua,Kurangnya kemampuan pengendalian diri
ketika menghadapi masalah.Ketiga, faktor lingkungan pergaulan“partner in
crime” dan informan memang sulit untuk meninggalkan lingkungan pergaulannya
tersebut. Keempat, stigma dari keluarga dan masyarakat yang masih
mengucilkannya ketika keluar dari panti rehabilitasi, Dan yang terakhir yaitu yang
disebut oleh informantes power atau mencoba kemampuan bertahan terhadap
narkoba dengan cara mendekati kembali lingkungan tersebut walau tidak ada lagi
niatan untuk menggunakan narkoba kembali.
Informan mengatakan bahwa ketika informan kembali relapse, keluarga
menjadi acuh dan tidak mau tahu lagi dengan keadaan informan. Dan dari itu juga
informan semakin menyesali kesalahannya dalam hal penyalahgunaan narkoba,
dan mengatakan bahwa inilah yang terakhir informan menyusahkan keluarganya,
kedepannya informan berharap bisa bertahan dan bebas dari narkoba.
Informan juga berharap ketika selesai masa rehabilitasi, ia bisa
menemukan komunitas aman dimana ia bisa memberi manfaat kepada orang lain
dan sekaligus menjaga pemulihannya. Misalnya menjadi konselor bagi pecandu
narkoba di lembaga rehabilitasi. Namun jika tidak ada, informan akan tetap
berusaha melakukan kegiatan yang positif di luar dari panti rehabilitasi dan jika

Universitas Sumatera Utara

informan nantinya merasa tidak mampu bertahan di lingkungan tempat tinggal
saat ini ia juga berencana pindah ke daerah lain, dengan harapan bisa terhindar
dari narkoba.
Berdasarkan pengakuan informan, di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf
penanganan khusus terhadap penyalahguna relapse narkoba belum efektif. Masih
ada penyamaan dan penggabungan penanganan dengan residen lainnya yang
belum menjalani rehabilitasi sebelumnya, dan yang membedakan hanya waktunya
yang lebih singkat untuk di tahap primery. Informan juga menilai bahwa perlu
dilakukan penanganan khusus terhadap penyalahguna narkoba yang sudah
relapse. Karena menurut informan, mereka yang sudah relapse tidak perlu lagi
diberikan treatment yang sudah dijalani sebelumnnya di panti rehabilitasi sebelum
ia mengalami relapse. Menurut informan, yang perlu dilakukan adalah digali
kembali pola pikir agar bisa lebih membuka pikiran dan lebih banyak menggali
pemahaman dan pengetahuan tentang dunia adiksi narkoba, memberikan support
berupa dukungan moril dari komunitas yang juga mengalami relapse, jadi harus
dibedakan penanganannya antara yang baru pertama kali melakukan upaya
pemulihan atau menjalani rehabilitasi (new add) dengan yang sudah mengalami
relapse (second add).

Universitas Sumatera Utara

Informan II
Nama

: Roni Yusuf Pulungan

Jenis Kelamin

: Laki-Laki

Usia

: 31 Tahun

Alamat

:Jalan Pendidikan III Dusun 6 Sei Rotan Medan
Tembung

Pendidikan

: SMA

Suku

: Mandailing

Asal

: Medan

Pekerjaan

: Wiraswasta

Agama

: Islam

Informan kedua dalam penelitian ini adalah Roni Yunus Pulungan.
Seorang residen di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara yang berusia
31 tahun. Dan sudah menjalani pemulihan di panti rehabilitasi PSPP Insyaf
Sumatera Utara selama 6 (enam) bulan. Informan beralamat di Jalan Pendidikan
III Dusun 6 Sei Rotan Kecamatan Medan Tembung. Informan juga merupakan
seorang pegawai di salah satu Badan usaha milik daerah (BUMD). Sebelum
akhirnya menjalani rehabilitasi karena kecanduan narkoba, dan setelah itu bekerja
sebagai konselor di Badan narkotika nasional (BNN).
Informan mengaku menggunakan narkoba sejak tahun 2008. Faktor utama
yang mempengaruhi informan menggunakan narkoba dalah karena permasalahan
rumah tangga. Informan mengaku bahwa di kawasan tempat tinggalnya banyak
sekali pecandu narkoba dan sangat mudah mencari narkoba yaitu jenis sabu-sabu,
namun ia tidak pernah terpengaruh dengan lingkungannya tersebut. Hingga saat ia
mengalami permasalahan dengan istrinya, dan istrinya mulai mengajak untuk

Universitas Sumatera Utara

bercerai, disitulah ia mulai merasa depresi. Dan secara kebetulan ada seorang
teman kantor yang mengajaknya untuk ke diskotik. Ketika di diskotik itu lah
pertama kali informan menggunakan narkoba jenis inex dan sabu-sabu.
Berdasarkan pengakuan informan, saat pertama kali memakai sabu-sabu ia
tidak langsung merasakan efek kecanduan karena pemakaian pada saat itu tidak
terlalu banyak, hanya kurang dari 0,5 gram di bagi menjadi dua dengan temanya.
Begitu juga dengan pemakaian kedua,ketiga,keempat hingga kelima, efek dari
sabu-sabu itu tidak membuat kecanduan. Hanya karena informan di ajak pada saat
informan merasakan depresi dan sab-sabu itu juga di berikan secara gratis oleh
rekannya. Dalam jangka waktu beberapa minggu kemudian, barulah informan
membeli sabu-sabu sendiri dari seorang bandar yang notabene adalah juga teman
sekantor informan, dan menawarkan diri untuk menjadi agen.
Ketika menjadi agen penjual narkoba, informan mengaku menjual narkoba
dengan cara menawarkannya langsung ke orang-orang yang ia kenal juga
mengguakan narkoba atau menjualnya dirumah dan menjadikan rumahnya sebaga
tempat untuk menggunakan narkoba.
Infroman sendiri intensitas dan banyaknya penggunaan narkoba tidak
tentu, bisa tiga hingga lima kali pakai setiap harinya. Barang tersebut ia dapat dari
dengan mudah karena ia telah mejadi agen, dan kapan saja informan butuh
barang/narkoba tersebut informan bisa langsung mengambilnya dari bandar. Dan
terdapat pula jatah penggunaan bagi informan sebagai agen. Informan mengaku
setiap 1 gram sabu-sabu yang ia bawa, setoran yang harus dibayarkan kepada
bandar adalah Rp 900.000. Masalah keuntungan bagi informan, informan sendiri

Universitas Sumatera Utara

yang mengaturnya, tergantung berapa harga ketika informan menjual sabu-sabu
tersebut kepada para pembeli. Namun berdasarkan pegakuannya, ia lebih sering
mengalami kerugian dikarenakan kecanduannya terhadap narkoba, jadi ia gunakan
sendiri dengan jumlah yang banyak dan hanya sedikit yang dijual.Dalam kondisi
seperti itu, ia menanggulanginya dengan uang pribadi dan terkadang ketika masih
kurang ia tidak segan untuk membohongi atau menipu keluarga dan melakukan
tindak kejahatan lainnya di masyarakat.
Informan mengalami perubahan sikap yang sangat drastis. Orang tua
informan juga perlahan mencurigai informan bahwa informan telah menggunakan
narkoba. Hingga informan sendiri yang memberi tahunya pada tahun 2012. Di
tahun itu juga orang tua informan sudah berencana untuk memasukkan informan
ke panti rehabilitasi Lido Bogor dan sudah mendaftarkan nama informan disana.
Namun pada saat itu informan tahu dan menolak. Karena informan merasa bahwa
perubahan itu harus dimulai dari kemauan. Kemudian informan memohon diberi
kesempatan untuk bisa berubah dengan sendirinya.
Pada tahun yang sama, mulai ada harapan untuk informan bisa terhindar
dari narkoba dan melakukan perubahan terhadap dirinya agar tidak lagi
bergantung terhadap narkoba. Hal tersebut dikarenakan dirinya di mutasi oleh
kepala cabang tempat ia bekerja ke lokasi yang baru, dimana lokasi itu masih
menjadi daerah yang asing bagi dirinya. Namun ternyata niatannya tersebut
terganggu oleh temannya yang juga pecandu narkoba juga dipindahkan ke tempat
yang sama dengan informan. Awalnya informan bisa menahan diri untuk tidak
terpengaruh kembali menggunakan narkoba. Namun lama kelamaan karena

Universitas Sumatera Utara

kecanduan itu masih terasa di diri informan, informan pun kembali menggunakan
narkoba tersebut.
Pada tahun 2014 informan mulai menyerah, dan merasa bahwa lingkungan
luar memang tidak bisa membuatnya berubah dan lepas dari kecanduan terhadap
narkoba. Disitulah informan dengan sendirinya meminta untuk di rehabilitasi di
Lido Bogor. Tepatnya tanggal 14 bulan agustus 2014 informan mulai menjalani
rehabilitasi di Lido Bogor sampai tanggal 14 bulan februari 2015. Kemudian
informan lanjut mengikuti program pasca rehabilitasi di Lido Bogor yaitu rumah
damping dan sekolah konselor, dimana setelah lulus dari sekolah tersebut yang di
jalani selama enam bulan. Informan langsung di pekerjakan sebagai konselor dan
di tempatkan di Badan Narkotika Nasional (BNN) Sumatera Barat dan kemudian
ditempatkan di salah satu Instansi Penerima Wajib Lapor (IPWL) atau panti
rehabilitasi narkoba di Sumatera Barat.
Berdasarkan pengakuan informan, ketika bertugas menjadi konselor di
salah satu panti rehabilitasi di Sumatera Barat tersebut, ia tertarik dengan salah
satu residen disana. Hubungan antara informan dan residen wanita di panti rehab
tersebut pun semakin dekat setiap harinya. Hingga pada suatu hari, informan
membawa lari residen tersebut dan kemudian menikahinya. Namun karir informan
di Badan Narkotika Nasional (BNN) tetap berlanjut. Informan dipindahkan ke
Badan Narkotika Nasional (BNN) Lampung dan membawa serta istri yang baru
dinikahinya setelah ia bawa kabur dari panti rehabilitasi. Namun pernikahan
keduanya juga tidak berlangsung lama. Informan melihat sikap yang mulai aneh
dari pasangannya dan mereka pun terlibat pertengkaran. Kemudia informan

Universitas Sumatera Utara

memutuskan untuk kembali ke Medan, dan istrinya tersebut juga kembali ke
Padang.
Berdasarkan pengakuan informan, karena permasalahan tersebut, informan
kembali merasakan depresi dan kembali menggunakan narkoba pada bulan maret
tahun 2016. Dan pada bulan juni di tahun yang sama, informan kembali masuk ke
panti rehabilitasi narkoba atas kemuannya sendiri, tepatnya di panti sosial pamardi
putra Insyaf Sumatera Utara hingga sekarang.
Alasan informan kembali masuk ke panti rehabilitasi karena ia pada
dasarnya telah jauh hari sadar bahwa narkoba itu tidak baik untuk dirinya. Dan
informan menyadari bahwa hanya di dalam program rehabilitasi yang dapat
membantunya untuk pulih dan terhindar dari narkoba. Karena menurut
pengakuannya berusaha sendiri untuk pulih itu sangat sulit.
Informan mengatakan bahwa faktor yang menyebabkan seseorang relapse
lebih di dasari oleh kemauan dari dalam diri seseorang tersebut. Dan kemudian
tidak adanya tindak lanjut terhadap pemulihannya, baik itu yang berasal dari
lembaga, keluarga, lingkungan masyarakat dan dari dalam dirinya sendiri (tidak
memiliki strategi bertahan dari narkoba). Informan juga mengaku kelemahan
dirinya untuk bertahan agar terhindar dari narkoba adalah permasalahan hubungan
dan berkaitan dengan wanita, serta lebih kepada ketidakmampuannya untuk
mengelola perasaan. Ketika informan relapse keluarga merasakan kekecewaan,
namun disamping itu keluarga juga mengerti tentang permasalahan yang menjadi
pemicu informan kembali menggunakan narkoba (relapse).

Universitas Sumatera Utara

Informan mengatakan perlu penanganan khusus terhadap penyalahguna
relapse narkoba. Karena informan menganggap bahwa fungsi program yang telah
dijalani sebelumnya tidak akan maksimal dijalankan terhadap seorang pecandu
narkoba yang relapse. Dan pecandu relapse narkoba juga seharusnya ditempatkan
di tempat yang berbeda dengan pecandu yang baru menjalani rehabilitasi. Dalam
arti harus ditangani bersama komunitas pecandu yang mengalami relapse.
Informan juga menyarankan agar penanganan terhadap pecandu relapse narkoba
harus lebih mengarah kepada terapi terhadap pola pikir dan sikap. Salah satunya
juga yang terpenting lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.
B. Residen Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih
Informan III
Nama

: Edy Syahputra Sembiring

Jenis Kelamin

: Laki-Laki

Usia

: 26 Tahun

Alamat

:Kelurahan Sigara-gara, Kecamatan Patumbak
Kabupaten Deli Serdang

Pendidikan

: SMA

Suku

: Karo

Asal

: Deli Serdang

Pekerjaan

: Wirausaha

Agama

: Islam

Informan ketiga dalam penelitian ini adalah Edy Syahputra Sembiring,
seorang residen di Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih yang
berusia 26 tahun. Informan beralamat di Kelurahan Sigara-gara, Kecamatan
Patumbak, Deli Serdang.

Universitas Sumatera Utara

Informan pertama kali menggunakan narkoba pada tahun 2006. Informan
mengaku faktor yang mendorong informan menggunakan narkoba adalah karena
kedua orang tuanya berpisah/bercerai. Dari situ lah informan mulai terjerumus ke
pergaulan lingkungan pengguna narkoba. Pada saat itu juga, informan mulai
sering bolos sekolah karena dirinya merasa malu dan kesal atas perpisahan kedua
orang tuanya.
Informan mengaku pada saat menggunakan narkoba pertama kali, ia masih
duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP). Informan mengaku setiap
ingin membeli n

Dokumen yang terkait

Gambaran Pola Konsumsi Pangan dan Status Gizi Pada Pecandu Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara Tahun 2014

5 61 114

Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan

0 43 248

Peran Pekerja Sosial dalam Rehabilitasi Sosial Penyalahguna Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra (Pspp) “Galih Pakuan Bogor

17 112 140

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih

8 116 152

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih

0 0 16

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih

0 2 2

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih

0 0 9

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih

0 1 37

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih

0 1 2

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih

0 0 8