Peran Pekerja Sosial dalam Rehabilitasi Sosial Penyalahguna Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra (Pspp) “Galih Pakuan Bogor

(1)

PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM REHABILITASI SOSIAL

PENYALAHGUNA NARKOBA DI PANTI SOSIAL PAMARDI PUTRA

(PSPP) “GALIH PAKUAN BOGOR

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos)

Oleh RISDIYANTO 1110054100047

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H / 2014


(2)

PERAN

PEKERJA SOSIAL DALAM REHABILTTASI SOSIAL

PENYALAHGUNA NARKOBA

DT

PANTI SOSIAL PAMARDI

PUTRA

(PSPP)

"GALIH

PAKUAN BOGOR

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos)

Oleh

RISDIYANTO NIM: 108054100004

BUDI RAI{MAN HAKIM. MSW

NIP: 1976fi212001121001

PROGRAM

STUDI

KESEJAHTBRAAN SOSIAL

F'AKULTAS

ILMU

DAKWAH

DAN

ILMU

KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGBRI

SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435Ht2014M

Pembimtring


(3)

Penyalahgua Narkobn di Panti Sosial Pamardi Putra ESPP) "Galih

Bogoro'telah diujikan dalam sidang Munaqosyah Fakultas ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 23 Desember 2014.

Skipsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Starata Satu

(s-1) Sariana sosial (S.sos) padaProgram studi Kesejahteraan Sosial.

Ciputat, 23 Desember 2014

Sidang Munaqosyalt

Ketua Merangkap Anggota Sckretaris MerangkaP Anggota

Ahmad Zakv. M.Si

NIP: 19771127 200710 1001 Anggota

Penguji

I

Ismet Firdaus. M'Si

Il{P: 19751227 2007fi 1001 1001

Budi Rahman Hnkim. NISW NIP: 19761021 200112 1001


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 23 Desember 2014


(5)

i

Sosial Pamardi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor

Dampak globalisasi telah merambah ke seluruh peradaban bangsa-bangsa di dunia, dan berjalan dengan begitu cepatnya. Hal ini berpengaruh pada perubahan di berbagai lini kehidupan. Salah satu akibat dari kemajuan teknologi tersebut adalah meningkatnya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Penyalahgunaan narkoba juga dapat menimbulkan dampak buruk yang multidimensi di kalangan masyarakat. Hal ini sudah tentu akan menimbulkan kerawanan sosial tentunya harus segera diwaspadai keberadaannya. Bahaya dari penyalahgunaan narkoba tidak hanya terhadap kesehatan fisik saja, tetapi juga terhadap kesehatan mental dan kehidupan

Penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi mengenai peran Pekerja Sosial dalam rehabilitasi sosial penyalahguna narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor. Untuk karena itu peneliti membuat perumusan masalah yang berkaitan dengan pembatasan masalah diatas, yaitu bagaimana peran Pekerja Sosial dalam rehabilitasi Sosial di PSPP “Galih Pakuan” Bogor? Peneliti menggunakan metode pendekatan kualitatif-deskriptif sehingga didapat hasil penelitian yang menyajikan data yang akurat dan digambarkan secara jelas seperti kondisi yang sebenarnya. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, catatan lapangan, dan dokumen resmi.

Peran Pekerja Sosial dalam rehabilitasi sosial memiliki beberapa peran yaitu, peran sebagai perantara, peran sebagai pendorong, peran sebagai penghubung, peran sebagai advokasi, peran sebagai perunding, peran sebagai pelindung, peran sebagai fasilitator, peran sebagai negosiator. Peran yang paling menonjol dari peran tersebut adalah peran sebagai pendorong dan peran sebagai fasilitator, dan yang menonjol dari PSPP “Galih Pakuan” Bogor adalah rehabilitasi sosialnya yang menerapkan penuh pembinaan mental, sosial, dan fisik tanpa menggunakan obat-obatan pemulihan kecanduan narkoba.


(6)

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puja dan puji senantiasa penulis panjatkan atas segala karunia allah SWT, yang telah menciptakan makhluk-Nya dengan penuh cinta dan kasih serta mengajarkan manusia untuk mencintai sesama manusia hanya karena allah semata. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan besar kita yakni Nabi Muhammad SAW, para keluarga yang suci, para sahabatnya yang mulia serta para umatnya yang isnya Allah hingga kini terus mencintainya.

Skripsi dengan judul “Peran Pekerja Sosial Dalam Rehabilitasi Sosial Penyalahguna Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor”. merupakan salah satu wujud upaya penulis dalam memberikan sedikit pengetahuan mengenai peran Pekerja Sosial dalam rehabilitasi sosial yang dilaksanakan di dalam Panti yang dimiliki oleh Kementrian Sosial (KEMENSOS).

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan yang penulis miliki. oleh karena itu segala kritikan dan masukan yang bertujuan membangun sungguh merupakan suatu masukan yang sangat berharga dan membantu penulis dalam membuat skripsi ini. Karenanya, sudah sepantasnya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:


(7)

iii

Bapak. Ahmad Zaky, MSi selaku Sekretaris Jurusan Kesejahteraan Sosial. 3. Bapak Budi Rahman Hakim, MSW selaku Dosen pembimbing skripsi

yang telah berkenan dan bersabar membimbing penulis selama ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan sumbangan wawasan keilmuan dan membimbing penulis selama melaksanakan perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Iwan Nurcandra S.Sos. yang telah memberikan izin dan memfasilitasi peneliti untuk melakukan penelitian di PSPP “Galih Pakuan” Bogor.

6. Bapak Ahmadin, S.Pdi M.Si. dan Bapak Sutrisno, S.Pd. yang telah memberikan masukan dan arahan dalam menyelesaikan penelitian yang peneliti lakukan.

7. Alm. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan segalanya yang terbaik untuk pendidikan peneliti.

8. Saudari Lola yang telah membantu peneliti baik tenaga maupun pikiran selama peneliti mengerjakan skripsi ini.

9. Teman-teman tercinta kessos angkatan 2010 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis selama ini. Maju terus pantang mundur. Semangat.


(8)

iv

10.Semua pihak yang tidak bisa diesbutkan, yang telah membantu selesainya skripsi ini.

Peneliti tidak mempu memberikan balasan apa-apa atas segala jasa yang diberikan, dan hanya mampu menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya dengan iringan do’a semoga segala pengorbanan dan bantuan dari semua pihak dapat dicatat sebagai amal ibadah di sisi Allah SWT.

Akhirnya, penulis berharap semoga karya ini mampu memberikan manfaat, baik bagi penulis, mahasiswa kesejahteraan sosial juga pembaca lainya. Ridha dan keikhlasan dari para dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi selalu penulis harapkan, semoga ilmu yang diberikan kepada kami dapat bermanfaat untuk pengabdian di masyarakat.

Ciputat , 23 Desember 2014 Penulis


(9)

v

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR BAGAN ... vii

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ... 5

1. Pembatasan Masalah ... 5

2. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1. Tujuan Penelitian ... 6

2. Manfaat Penelitian ... 6

D. Metodologi Penelitian ... 7

1. Metode Penelitian... 7

2. Teknik Pengumpulan Data ... 8

3. Tempat dan Waktu Penelitian ... 9

4. Subjek dan Informan ... 10

5. Teknik Sampling ... 11

6. Sumber Data ... 11

7. Teknik Analisa Data ... 11

8. Keabsahan Data ... 13

9 Tinjauan Pustaka ... 13

10. Teknik Penulisan ... 15

E. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II: LANDASAN TEORI A. Peran Sosial 1. Definisi Peran Sosial ... 17

B. PekerjaSosial 1. PengertianPekerjaSosial ... 20

2. Peran Pekerja Sosial ... 22

3. Prinsip Pekerja Sosial ... 25

C. Rehabilitasi Sosial 1. Pengertian Rehabiitasi Sosial ... 26

2. Tahapan Pelayanan Rehabilitasi Sosial ... 28

3. Sarana dan Prasarana rehabilitasi Sosial ... 31 4.


(10)

vi D. PenyalahgunaNarkoba

1. Pengertian Penyalahguna Narkoba ... 34

2. Pengertian Narkoba ... 35

3. Jenis-Jenis Narkoba... 36

4. Narkoba yang Disalahgunakan ... 37

5. Akibat Penyalahgunaan Narkoba ... 44

BAB III : PROFIL LEMBAGA A. Sejarah Berdirinya PSPP “GalihPakuan” Bogor... 47

B. Visi dan Misi Lembaga ... 47

C. Tugas Pokok dan Fungsi ... 49

1. Tugas Pokok ... 49

2. Fungsi ... 48

D. Struktur Organisasi ... 50

E. Sarana dan Prasarana... 52

1. Fasilitas Utama ... 52

2. Fasilitas Pendukung ... 52

3. Fasilitas Kendaraan ... 52

4. Kapasitas Tampung ... 53

5. SDM Pelaksana ... 53

6. Kapasitas Residen ... 54

7. Waktu Pelaksanaan ... 55

8. Fasilitas Pelayanan ... 56

F. Prosedur Penerimaan Residen ... 56

1. Prosedur Penerimaan... 56

2. Persyaratan Residen ... 57

G. Upaya yang dijalankan PSPP “Galih Pakuan” Bogor dalam Rehabililitasi Sosial Penyalahguna Narkoba. ... 58

1. Program Rehabilitasi sosial yang Berjalan di PSPP “Galih Pakuan” Bogor………. 60

BAB IV : TEMUAN DAN ANALISA A.. Peran pekerja Sosial dalam Rehabilitasi Sosial Penyalahguna Narkoba di PSPP “Galih Pakuan” Bogor ... 84

1. Peran sebagai Perantara (broker roles) ... 85

2. Peran sebagai Pendorong (enabler roles) dan Peran sebagai Fasilitator (facilitator roles) ... 86

3. Peran sebagai Penghubung (mediator roles) ... 87

4. Peran sebagai Advokasi (advocator roles)....………... 88

5. Peran sebagai Perunding (conference roles)………. 89

6. Peran sebagai Pelindung (guardian roles)………...….. 89

7. Tanggapan Residen terhadap Rehabilitasi Sosial yang Dilaksanakan Pekerja Sosial di PSPP “Galih Pakuan” Bogor………. 90


(11)

vii

DAFTAR PUSTAKA ... . 97

LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR BAGAN Bagan 3.1 Struktur Organisasi ……… 51

DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Data Informan………..……….... 11

Tabel 3.1 Fasilitas Kendaraan………..……….... 52

Tabel 3.2 Kapasitas Daya Tampung………..……….. 53

Tabel 3.3 SDM Pelaksana……… 53

Tabel 3.4 Jumlah Residen………...……. 55


(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dampak globalisasi telah merambah ke seluruh peradaban bangsa-bangsa di dunia, dan berjalan dengan begitu cepatnya. Hal ini berpengaruh pada perubahan di berbagai lini kehidupan. Salah satu akibat dari kemajuan teknologi tersebut adalah meningkatnya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Hal ini berdampak terhadap terhambatnya proses pembangunan dan memperlemah peradaban tersebut. Selain itu, aspek negatif lain adalah timbulnya keresahan di dalam masyarakat dan semakin memperburuk kualitas kesehatan.1

Penyalahgunaan narkoba juga dapat menimbulkan dampak buruk yang multidimensi di kalangan masyarakat. Hal ini sudah tentu akan menimbulkan kerawanan sosial tentunya harus segera diwaspadai keberadaannya. Bahaya dari penyalahgunaan narkoba tidak hanya terhadap kesehatan fisik saja, tetapi juga terhadap kesehatan mental dan kehidupan.2

Narkoba merupakan salah satu kejahatan extra ordinary selain kejahatan Korupsi dan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia, ini membuktikan sangat buruknya dampak narkoba bagi individu dan masyarakat

1

A. Kadarmanta, Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa, (Jakarta: PT. Forum Media Utama, 2010), h. 1.

2

A. Kadarmanta, Mencegah Narkoba di Sekolah, (Jakarta: PT. Forum Media Utama, 2010), h. 85.


(13)

dalam berbangsa dan bernegara. Oleh sebab itu diperlukan juga perhatian yang extra ordinary dalam memberantas masalah ini.

Dari pandangan agama Islam,. Al Quran dengan tegas mengharamkan khamar dan sejenisnya termasuk narkotika-psikotropika seperti tercantum dalam surat Al Maidah; 90-91

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (minum) khamar, berjudi,, (berkorbanuntuk) berhala, mengadu nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jahuilah perbuatan-perbuatan keji itu agar kamu mendapat keberuntungan.”

“Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) kahamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan itu).”

Dari ayat tersebut, Allah SWT mengingatkan manusia untuk menjauhi barang haram yang berhubungan dengan makanan dan minuman yang keji


(14)

3

dan kotor. “Allah mematangkan atas kamu dari makanan yang keji dan kotor”.3

Narkoba sebagai musuh bersama, setiap saat dapat menghancurkan sendi dan tatanan sosial kemasyarakatan serta kehidupan berbangsa.Ditinjau dari sudut pandang manapun, permasalahan narkoba di Indonesia menunjukan keadaan serius, dan cenderung gawat. Tingkat pengguna narkoba dari tahun ke tahun semakin mengkhawatirkan, terutama dikalangan remaja.

Menurut data dari Badan Narkotika Nasional (BNN), pengguna narkoba tahun 2013 sudah mencapai 3,8 juta. Jumlah ini meningkat dibanding tahun sebelumnya sebesar 3,6juta. 22% diantaranya, berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Narkoba jenis ganja,ekstasi maupun shabu-shabu menjadi favorit di kalangan ini.4

Fakta ini menunjukan setiap tahunnya angka pengguna narkoba semakin hari semakin banyak, tidak tanggung-tanggung peningkatanya hampir 50% per-tahunnya, korban terus berjatuhan dan peran dari semua pihak sangat diperlukan untuk memberantas peredaran narkoba, penyebab remaja terlibat dalam penyalahgunaan narkoba berasal dari remaja sendiri terdorong oleh rasa ingin tahu, ingin mencoba, mencari identitas serta gampang menerima tawaran teman sebaya karena ingin diakui atau diterima

3

Ahmad Sanusi Musthofa, Problem Narkotika dan HIV-AIDS, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2002) h. 21.

4


(15)

oleh kelompok sebaya, selain itu terdapat pula faktor dari lingukngan yang juga mempengaruhi remaja untuk menyalahgunakan narkoba.

Jika dilihat dari konsumennya, korban narkoba kini bukan lagi dominan pada golongan dewasa lagi, tetapi sudah menjamah hampir seluruh lapisan masyarakat, terutama pada usia remaja. Di usia ini perasaan yang selalu ingin tahu, dan ingin coba-coba sesuatu yang baru membuat mereka terkadang terjerumus kepada hal yang negatif, salah satunya adalah narkoba.

Secara umum ciri remaja yang tergolong beresiko tinggi sebagai pengguna narkoba, antara lain, rendah diri, tertutup, mudah murung dan tertekan, mengalami hambatan psiko-sosial, agresif destruktif, suka sensasi dan melakukan hal-hal yang berbahaya, sudah merokok di usia muda, serta kehidupan keluarga atau pribadi kurang harmonis.5

Mengingat begitu besar bahaya yang ditimbulkan dari penyalahgunaan narkoba, maka diperlukan suatu tindakan yang nyata terhadap penanganannya, maka dalam UU No.35 Tahun 2009 disebutkan bahwa pengedar dan Bandar haruslah dihukum penjara, sedangkan mereka yang dikategorikan sebagai pecandu atau penyalahguna narkoba dan sudah terbukti dipengadilan haruslah melakukan pemulihan dan rehabilitasi terhadap efek buruk dari narkoba.

Oleh karena itu dalam rangka Usaha Kesejateraan Sosial (UKS) sangatlah penting adanya tempat pemulihan dan pusat rehabilitasi narkoba.

5

Hari Sasangka, Narkoba dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana, (Bandung: Mandar Maju, 2003), h. 11.


(16)

5

Salah satu pusat rehabilitasi narkoba bagi penyalahguana narkoba adalah Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” yang terletak di Bogor.

PSPP “Galih Pakuan” Bogor adalah salah satu panti yang dimiliki Kemenetrian Sosial, panti ini merupakan panti percontohan yang mempunyai fasilitas yang sangat yang memadai, program yang sudah terencana, dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ahli dibidangnya masing-masing seperti Pekerja Sosial, Psikolog, Perawat, dan Dokter.

Pekerja Sosial sendiri merupakan garda terdepan dari kegiatan rehabilitasi sosial yang dijalankan, Pekerja Sosial bertugas menjalankan program yang sudah tersusun dan di implementasikan kepada Residen, oleh karena itu sangatlah penting peran seorang Pekerja Sosial.

Berdasarkan paparan di atas, penulis melakukan penelitian lebih mendalam dan menjadikan pembahasan dalam skripsi dengan judul “Peran Pekerja Sosial Terhadap Rehabilitasi Sosial Penyalahguna Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Untuk memfokuskan pembahasan, maka peneliti membatasi penelitian ini pada Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor sebagai suatu lembaga yang memberikan rehabilitasi sosial bagi yang meliputi: pembinaan fisik, mental, sosial, pelatihan keterampilan, resosialisasi, terminasi serta bimbingan lanjut bagi penyalahguna narkoba. Pada penelitian ini penulis


(17)

akan lebih fokus pada Peran Pekerja Sosial dalam Rehabilitasi Sosial di Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor.

2. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini.

a. Bagaimana peran Pekerja Sosial dalam rehabilitasi sosial penyalahguna narkoba di PSPP “Galih Pakuan” Bogor?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui peran pekerja sosial dalam rehabilitasi sosial remaja penyalahguna narkoba di PSPP Galih Pakuan Bogor.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat akademis

1) Untuk pengembangan ilmu pegetahuan diharapkan penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi dan meningkatkan wawasan akademi dalam bidang kesejahteraan sosial khususnya yang terkait dengan rehabilitasi sosial bagi remaja penyalahguna narkoba.

2) Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan masukan bagi Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor dalam merancang dan memperbaiki rehabilitasi yang sedang berjalan untuk kedepan yang lebih baik.

3) Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat diketahui masyarakat umum. Baik masyarakat yang ada disekitar PSPP “Galih Pakuan” ataupun


(18)

7

berbagai kalangan yang tertarik terhadap rehabilitasi sosial penyalahguna narkoba.

b. Manfaat Praktis

1) Menginformasikan hasil yang dicapai dari rehabilitasi sosial bagi penyalahguna narkoba di PSPP “Galih Pakuan” Bogor.

2) Memberikan pemahaman dan masukan untuk penelitian-penelitian lebih lanjut dan juga praktisi di lembaga.

D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan strategi umum yang dipakai dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab permasalahan yang dihadapi.Penggunaan metodologi ini dimaksudkan untuk menentukan data yang valid, akurat dan signifikan dengan permasalahan, sehingga dapat digunakan untuk mengungkapkan masalah yang diteliti. Penelitian ini bersifat deskriptif. Deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih.6 Tujuannya adalah peneliti ingin mendeskripsikan data-data, analisis dan menginterpretasikan data-data yang diperoleh dari objek atau responden ke dalam sebuah hasil penelitian.

6

Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), h. 35.


(19)

Untuk dapat mengetahui seberapa besar peran Pekerja Sosial dalam rehabilitasi sosial bagi penyalahguna narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor, maka penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif.7 Penggunaan pendekatan kualitatif ini mempunyai beberapa alasan yakni salah satunya adalah bersifat luwes dan fleksibel, menyajikan secara langsung hakikat hubungan anatara penulis dengan penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data

Adapun untuk pelaksanaan penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara:

a. Observasi

Observasi adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indra lainnya seperti telingan, penciuman, mulut, dan kulit.8 Penulis mengadakan pengamatan secara langsung mengenai pelaksanaan konseling di PSPP Galih Pakuan Bogor.Observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang pengaruh konseling terhadap kesehatan mental pecandu narkotika, dengan mengamati pelaksanaan konseling di Panti Sosial Pamardi Putra Galih Pakuan Bogor.

7

http://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_kualitatif, diakses 10 Februari 2014. 8


(20)

9

b. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa pedoman (guide).9 Dilakukan guna memperoleh data yang berhubungan dengan masalah penelitian yang akan penulis teliti. Wawancara dilakukan dengan caramengajukan pertanyaan sekitar gambaran di PSPP Galih Pakuan Bogor. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data tentang kondisi PSPP “Galih Pakuan” Bogor dan proses pelaksanaan konseling yang berlangsung di Panti tersebut.

c. Dokumenter

Dokumenter adalah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial. Pada intinya metode dokumenter adalah metode yang dugunakan untuk menelusuri data historis.10 Peneliti berusaha mengumpulkan, membaca, dan mempelajari berbagai bentuk data tertulis yang ada di lapangan serta data-data lain yang didapat dari buku, majalah, surat kabar, artikel, kliping,dan lain-lain.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dimulai 14 Mei 2014 dan Penelitian ini berakhir pada tanggal 18 November 2014. Adapun tempat penelitian adalah di Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor.

9

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana, 2009, cet. Ke-3) h. 108. 10


(21)

4. Subjek dan Informan

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, dalam memilih informan ini dipilih secara sengaja, dan berdasarkan kebutuhan dari peneliti.Subjek penelitian disini adalah peran dari Pekerja Sosial terhadap rehabilitasi sosial penyalahguna narkoba di PSPP “Galih Pakuan” Bogor.

Informan yang akan dipilih ada beberapa informan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Pekerja Sosial yang merupakan pihak utama yang peneliti teliti, selian itu ada special function, yang merupakan Residen senior atau alumni panti yang membantu kerja dari Pekerja Sosial di lapangan, dan sumber yang lain adalah Resdiden, pemilihannya dikarenakan untuk mengetahui respon korban penyalahguna narkoba yang mengikuti rehabilitasi sosial di pamti. Secara terperinci informan peneliti adalah sebagai berikut::

a. Koodinator Pekerja Sosial PSPP “Galih Pakuan” Bogor. 1) Sutrisno S.Pd. (Pekerja Sosial Madya)

b. Pekerja Sosial PSPP “Galih Pakuan” Bogor. 1) Mulyana S.pd.i (Pekerja Sosial Muda)

c. Special function, yaitu Residen atau mantan Residen yang mempunyai fungsi membantu Pekerja Sosial menkoordinator asrama PSPP “Galih Pakuan” Bogor.

1) “B” (mantan Residen yang menjadi Special Function) d. Residen PSPP “Galih Pakuan” Bogor.

1) “N” (Penyalahguna narkoba) 2) “S” (Penyalahguna narkoba)


(22)

11

Tabel. 1.1 Data Informan

Informan Jumlah

Koodinator Pekerja Sosial PSPP “Galih

Pakuan” Bogor 1 orang

Pekerja Sosial PSPP “Galih Pakuan” Bogor 2 orang Special function PSPP “Galih Pakuan” Bogor 1 orang Residen PSPP “Galih Pakuan” Bogor 2 orang

5. Teknik Sampling

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.11 Teknik yang digunakan dalam penentuan sampel adalah purposive sampling (sample bertujuan).

6. Sumber Data

Sumber data penelitian ini penulis kategorikan sebagai berikut: a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh melalui hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku, majalah, brosur dan literatur yang berjaitan dengan tema penelitian.

7. Teknik Analisis Data

Dilihat dari tujuan analisis, maka ada dua hal yang ingin dicapai dalam analisis kualitatif, yaitu:

11

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: CV. Alfabeta, 2010), h. 81.


(23)

a. Menganalisa proses berlangsungnya suatu fenomena sosial dan memperoleh suatu gamabaran yang tuntas terhadap proses tersebut

b. Menganalisis makna yang ada dibalik informasi, data, dan proses suatu fenomena sosial.

Setelah terkumpulnya data dan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan permasalahan penelitian, maka selanjutnya penulis melakukan analisis terhadap data dan informasi tersebut.Dalam menulis data tersebut penulis menggunakan analisis deskriptif, yaitu mendeskripsikan hasil temuan penelitian secara sistematis, faktual dan akurat yang disertai dengan petikan hasil wawancara.

Huberman dan Miles mengajukan model analisis data yang disebutnya sebagai model interaktif. Model interaktif ini terdiri dari tiga hal utama, yaitu: (1) reduksi data; (2) penyajian data; (3) penarikan kesimpulan atau verifikasi. Ketiga kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis (Miles dan Heberman, 1992):12

a. Reduksi Data

Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada peyedarhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dari lapangan.13 Pada proses awal analisa dimulai dengan menelaah data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari hasil wawancara dengan informan. Data yang didapat masih

12

Muhammad Idrus, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Erlangga, 2009) h. 148. 13


(24)

13

berupa kesimpulan kata-kata yang masih mentah, dan perlu dibaca, dipelajari, dan ditelaah lebih lanjut.Untuk mengubah kata-kata mentah tersebut menjadi bermakna, maka oleh karena itu peneliti menggunakan reduksi data.

b. Penyajian Data

Proses penyajian data adalah aktivitas-aktivitas yang terkait langsung dengan proses analisis data model interaktif. Disini peneliti melakukan analisa dengan mengombinasikan berbagai kasus, yang selanjutnya data tersebut dijadikan panduan untuk menjawab semua pertanyaan yang terdapat pada perumusan masalah dengan cara menganalisanya dalam bentuk yang bersifat deskriptif sehingga tujuan dari penelitian ini dapat terjawab.

c. Penarikan Kesimpulan

Sedangkan pada tahap akhir, data yang tersaji pada analisa antar kasus khususnya yang berisi jawaban atas tujuan peneltian kualitatif diuraikan secara singkat, sehingga mendapat kesimpulan mengenai peran Pekerja Sosial dalam rehabilitasi sosial penyalahguna narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor.

8. Keabsahan Data

Untuk memperoleh keabsahan data, penulis mempergunakan teknik triangulasi, cara ini untuk menguji kejujuran, subjektivitas, dan kemampuan merekam data oleh pribadi di lapangan.

Triangulasi dilakukan dengan membandingkan dan mengecek baik derajat keperrcayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang


(25)

berbeda dalam metode kualitatif yang dilakukan dengan (Paton, 1987): (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, (2) membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi peneitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu, (4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pendapat orang lain seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada dan orang pemerintahan, (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yag berkaitan. Hasil dari perbandingan yang diharapkan adalah berupa kesamaan atau alasan-alasan terjadinya perbedaan (Moleong, 2006: 330, Bardiansyah, 2006: 145). 9. Tinjauan Pustaka

Untuk membandingkan maka peneliti mamaparkan skripsi peneliti dengan skripsi yang berjudul:

a. Judul : Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar

Disusun Oleh : Fitriyah (107054103245)

Jurusan / Fakultas : Jurusan Kesejahteraan Sosial/Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Lulus : 2011

b. Judul : Peran Pekerja Sosial Rumah Perlindungan Sosial Wanita Mulya Jaya Pasar Rebo Dalam Melakukan


(26)

15

Perlindungan dan Pelayanan Terhadap korban Trafficking

Disusun Oleh : Siti Maryamah (105054002057)

Jurusan/Fakultas : Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam/Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Lulus : 2009 10. Teknik Penulisan

Untuk tujuan mempermudah, teknik penulisan yang dilakukan dalam skripsi in merujuk pada buku “Pedoman Penulisa Karya Ilmiah” yang diterbitkan oleh CeQda UIN Jakarta 2007.

E. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis membagi dalam lima bab, masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab secara sistematis sebagai berikut: BAB I, PENDAHULUAN, mengemukakan: Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II, LANDASAN TEORI, meliputi: Peran (Pengertian Peran, Pembagaian Peran) Rehabilitasi Sosial (Pengertian Rehabilitasi Sosial, Tahapan Pelayanan Rehabilitasi Sosial, Prinsip-Prinsip Pekerja Sosial), Penyalahguna Narkotika (Pengertian Penyalahguna Narkoba, Pengertian Narkoba, Jenis-jenis Narkoba, Akibat dari Penyalahgunaan Narkoba).


(27)

BAB III, DESKRIPSI LEMBAGA, meliputi Sejarah berdirinya PSPP “Galih Pakuan” Bogor, Visi dan Misi Lembaga, Tugas Pokok dan Fungsi, Struktur Organisasi, Fasilitas Sarana dan Prasarana, Prosedur Penerimaan Residen, Upaya yang dijalankan PSPP “Galih Pakuan” dalam Rehabililitasi Sosial Penyalahguna Narkoba.

BAB IV, HASIL PENELITIAN, meliputi: Temuan dan Analisa Data. BAB V, PENUTUP, meliputi: Kesimpulan dan Saran-Saran.


(28)

17 BAB II PEMBAHASAN A. Peran Sosial

Berbicara tentang peran merupakan pembicaraan yang berkaitan dengan segala aspek dan elemen yang ada, dia biasa menyentuh segala aspek baik itu aspek individu maupun sosial. Berikut definisi peran menurut ahli:

1. Definisi Peran Sosial

Teori peran (Role Theory) adalah teori yang merupakan perpaduan antara teori, orientasi, maupun disiplin ilmu. Selain dari psikokogi, teori peran berawal dari sosoiologi dan antropologi (Sarwono, 2002). Dalam ketiga ilmu tersebut, istilah “peran” diambil dari dunia teater. Dalam teater, seorang aktor harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu dan dalam posisinya sebagai tokoh itu ia diharapkan untuk berperilaku secara tertentu, atau diluar kepribadian aslinya. Posisi aktor dalam teater (sandiwara) itu kemudian dianologikan dengan posisi seseorang dalam masyarakat. Sebagaimana halnya dalam teater, yaitu bahwa perilaku yang diharapkan dari dirinya tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam kaitan dengan adanya orang-orang lain yang berhubungan dengan atau aktor tersebut. Dari sudut pandang inilah disusun teori-teori peran.

Linton (1936, dalam Cahyono, 2008) seorang antropolog, telah mengembangkan teori peran. Teori peran menggambarkan interaksi sosial dalam


(29)

terminologi aktor-aktor bermain sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh budaya. Sesuai dengan teori ini, harapan-harapan peran merupakan pemahaman bersama.1

Selain itu Kahn (Ahmad dan Taylor, 2009) juga mengenalkan teori peran pada literatur perilaku organisasi. Mereka menyatakan bahwa sebuah lingkunagan organisasi dapat mempengaruhi harapan setiap individu mengenai perilaku peran mereka. Harapan tersebut meliputi norma-norma atau tekanan untuk bertindak dalam cara tertentu. Individu akan menerima pesan tersebut, meninterprestasikannya, dan merespon dalam berbagai cara. Masalah akan muncul ketika pesan yang dikirim tersebut tidak jelas, tidak secara langsung, tidak diinterprestasikan secara mudah, dan tidak sesuai dengan daya tangkap si penerima pesan. Akibatnya, pesan tersebut dinilai ambigu atau mengandung unsure konflik. Ketika hal itu terjadi, individu akan merespon pesan tersebut dalam cara tidak diharapkan oleh si pengirim pesan.2

Peran sosial sendiri adalah suatu tingkah laku yang diharapkan dari individu sesuai dengan status sosial yang disandangnya, sehingga peran dapat berfungsi pula untuk mengatur perilaku seseorang. Peran sosial pada seseorang dapat berbeda-beda ketika sesorang menyandang status yang berbeda.

Tidak ada peran tanpa kedudukan dan tidak ada kedudukan tanpa peran. Setiap orang mempunyai peran tertentu sesuai dengan status sosial yang

1

Anis Chariri, “Pengaruh Konflik Peran dan Ambiguitas Peran terhadap Komitmen Inndependensi Auditor Internal Pemerintah Daerah (Studi Emiris pada Inspektorat Kota Semarang), h. 5.

2


(30)

19

disandangnya. Hal ini dikarenakan peran sosial merupakan dinamika dari status sosial.

Dalam peran sosial terdapat tentang hak dan kewajiban dari status sosial. Peran memiliki fungsi mengatur perilaku individu yang berhubungan dengan status sosialnya. Status sosial yang berbeda menyebabkan terjadinya peran sosial yang berbeda pula.3

Jadi kesimpulan yang peneliti ambil dari pendapat ahli diatas, peran sosial adalah kumpulan dari serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara informal yang dijalankannya.

Berikut adalah dua bentuk teori peran sosial menurut Malcolm Payne: 1. Teori peran struktural fungsional

Mengasumsikan bahwa manusia memiliki kedudukan dalam struktur sosial. Setiap posisi memiliki peran yang diasosiasikan dengan posisi seseorang dalam struktur masyarakat. Bagaimana kita melihat peran mempengaruhi seberapa baik mengelola perubahan. Howard dan Johnson (1985) memberikan contoh keluarga dengan orang tua tinggal. Peneliti Amerika Serikat menemukan bahwa seseorang dengan asumsi tradisional mengenai ketepatan peran yang harus diemban dalam kehidupaan rumah tangga normal akan sulit

3


(31)

dilakukan dalam rumah tangga jenis orang tua tinggal, karena mereka tidak terbiasa dengan penggantian peran tersebut.

2. Teori peran dramaturgical

Melihat peran sebagai penjembatan dari harapan sosial yang dilekatkan dalam status sosial. Orang akan melebeli seseorang dalam interaksi sosialnya, kita mempengaruhi pandangan orang lain terhadap kita dengan cara mengelola informasi yang kita berikan kepadanya. Performa memberikan kesan yang tidak sesuai, performa kita terkadang diidealisasikan sehingga ia akan menyesuaikan dengan harapan sosial.4

B. Pekerja Sosial

Perkerja sosial merupakan salah satu profesi yang bergerak di bidang sosial, yang tugasnya menolong individu atau komunitas agar bisa lebih berdaya di dalam masyarakat ataupun komunitas.

1. Pengertian Pekerja Sosial

Profesi pekerja sosial adalah suatu profesi yang diakui secara internasional dan mempunyai jaringan organisasi praktik dan pendidikan internasional. Profesi ini pada dasarnya merupakan profesi pertolongan terhadap mereka yang rentan terhadap permasalahan keberfungsian sosial, baik itu individu, kelompok maupun masyarakat. Hal tersebut sesuai yang dikemukan oleh Charles Zastrow (1982),

4

Siti Napsiyah Ariefuzzaman dan Lisma Diawati Fuaida, Belajar Teori Pekerjaan Sosial,


(32)

21

yang menyatakan bahwa pekerjaan sosial merupakan profesi pertolongan. Pertolongan tersebut ditujukan kepada individu, kelompok dan masyarakat, agar mereka dapat meningkatkan kemampuan keberfungsian sosialnya dan dapat mencapai tujuan hidupnya.5

Pekerjaan Sosial dapat dimaknai baik sebagai disiplin akademis, maupun profesi kemanusiaan. Sebagai disiplin akademis, pekerjaan sosial merupakan studi yang memfokuskan perhatiannya pada interelasi person-invironment berdasarkan pendekatan holistic yang dibangun secara eklektik dari ilmu-ilmu perilaku manusia dan sistem sosial, terutama psikologi, sosiaologi, antropologi, ekonomi, dan politik. Sebagai profesi kemanusiaan, pekerjaan sosial menunjuk pada ‘seni’ pertolongan dan keahlian professional untuk memperbaiki atau meningkat keberfungsian sosial (social functioning) individu, kelompok, keluarga dan masyarakat sehingga memiliki kapasitas dalam menghadapi goncangan dan tekanan (shocks and stresses) yang menerpa kehidupan.6

Pekerjaan Sosial yang menurut Pincus dan Minahan (1977:17) adalah suatu bidang keahlian yang mempunyai tanggung jawab untuk memperbaiki dan atau mengembangkan interaksi-interaksi diantara orang dengan lingkungan sosial sehingga orang ini memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas kehidupan mereka, mengatasi kesulitan-kesulitan, serta mewujudkan aspirasi-aspirasi dan nilai-nilai mereka dapat memberikan sumbangnnya. Dalam hal ini

5Ainur Rosidah, “

Pengaruh Keadilan Organisasi dengan Mediasi Strategi Koping terhadap

Burnoutpada Pekerja Sosial Dinas Sosial”, Procceding PESAT, Vol.5 Oktober 2013, h. 6.

6


(33)

orangnya disebut Pekerja Sosial. Pincus dan Minahan (1979:65) mengemukakan bahwa Pekerja Sosial adalah orang yang mempunyai keahlian dan ketrampilan untuk meningkatkan kemampuan keberfungsian sosial individu-individu. Dalam upaya tersebut Pekerja Sosial dapat melakukan berbagai peran.7

Profesi pekerjaan sosial [dikutip dari pertemuan “Federasi Pekerja Sosial Internasional” di Montreal-Kanada, Juli 2000] mempromosikan terciptanya perubahan sosial, serta pemberdayaan dan pembebasan manusia pada relasi manusia, serta pemberdayaan dan pembebasan manusia untuk mencapai derajat kehidupan yang lebih baik. Upaya tersebut dilakukan dengan menggunakan teori-teori perilaku manusia dan sistem sosial. Pekerjaan sosial mengintervensi ketika seseorang berinteraksi dengan lingkunagnnya. Prinsip-prinsip hak asasi manusia dan keadilan sosial merupakan hal yang fundamental bagi pekerjaan sosial.8

2. Peran Pekerja Sosial

Adapun peran Pekerja Sosial yang dapat dilakukan dalam intervensi Pekerjaan Sosial sebagaimana dikemukakan oleh Bradford W. dan Charles R. Horejsi (2003) dalam Suharto (2011:155):9

7

Sri Dwiyantari, “Peran Pekerja Sosial dalam Pemberdayaan pada Keluarga (Suatu Kajian Mengenai Pemberdayaan Pada keluarga yang Terputus Hubungan Kerjanya (Ter-PHK)”, (Februari 2005) h. 2.

8

Isbandi Rukminto Adi, “Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial”, 2nd ed.,(Depok: FISIP UI Press, 2005), h. 12

9

Sri Dwiyantari, “Penguatan Peran Pekerja Sosial Untuk Efektivitas Pelayanan Pekerja Sosial: Kajian Dengan Pendekatan Tujuh Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif dariStephen R. Covey”, INSANI, No.14 (Juni 2013), h. 3.


(34)

23

a. Peran sebagai perantara (broker roles)

Pekerja Sosial bertindak di antara Klien atau penerima layanan dengan sistem sumber yang ada dibadan atau lembaga pelayanan. Pekerja Sosial juga berupaya membentuk jaringan kerja dengan organisasi pelayanan sosial untuk mengontrol kualitas pelayanannya.

b. Peran sebagai pendorong (enabler roles)

Peran ini paling sering digunakan karena peran ini diilhami oleh konsep pemberdayaan dan difokuskan pada kemampuan, kapasitas dan kompetensi Klien untuk menolong dirinya sendiri.

c. Peran sebagai penghubung (mediator roles)

Dalam hal ini Pekerja Sosial bertindak untuk mencari kesepakatan yang memuaskan dan untuk berintervensi pada bagian-bagian yang sedang konflik, termasuk di dalamnya membicarakan segala persoalan dengan cara kompromi dan persusiasi.

d. Peran sebagai advokasi (advocator roles)

Peranan sebagai advokat biasanya terlihat sebagai juru bicara Klien, memaparkan dan beragumentasi tentang masalah Klien apabila diperlukan, membela kepentingan korban untuk menjamin sistem sumber, juga dalam hal menyediakan pelayanan yang dibutuhkan dan mengembangkan program. e. Peran sebagai perunding (conferee roles)

Peranan yang diasumsikan ketika Pekerja Sosial dan Klien mulai bekerjasama. Ini merupakan kolaborasi antara Klien dengan Pekerja Sosial


(35)

yang menggunakan pendekatan pemecahan masalah. Ketrampilan yang diperlukan sosial yaitu ketrampilan mendengarkan, penguatan dan lain-lainnya.

f. Peran sebagai pelindung (guardian roles)

Profesi Pekerja Sosial dapat mengambil peran melindungi Klien dan orang-orang kebernyaman untuk mengutarakan masalahnya, beban dalam pikirannya terlepas dan merasa bahwa masalahnya dapat dirahasiakan oleh Pekerja Sosial.

g. Peran sebagai fasilitasi (facilitator roles)

Peran ini dilakukan oleh Pekerja Sosial untuk membantu Klien agar dapat berpartisipasi, berkontribusi, mengikuti keterampilan baru dan menyimpulkan apa yang tercapai oleh Klien. Peran ini sangat penting untuk membantu meningkatkan keberfungsian sosial.

h. Peran sebagai negosiator (negotiator roles)

Peran ini ditunjukan pada Klien yang mengalami konflik dan mencari penyelesaian dengan kompromi sehingga mencapai kesepakatan kedua belah pihak. Posisi negosiator berbeda dengan posisi mediator. Seorang negosiator berada pada salah satu posisi yang konflik.

kedudukan Pekerja Sosial adalah sebagai pelaksana teknis fungsional, yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial pada instansi pemerintah maupun badan ataupun organisasi sosial lainnya yang bertujuan


(36)

25

untuk meningkatkan kapasitas seseorang agar lebih berdaya dan dapat berperan dalam kehidupan bermasyarakat.10

3. Prinsip Pekerja Sosial

a. Penerimaan merupakan prinsip Pekerja Sosial yang fundamental, yaitu dengan menunjukkan sikap toleran terhadap keseluruhan dimensi klien (plant,1970).

b. Tidak memberikan penilaian, hal ini berarti Pekerja Sosial menerima klien dengan apa adanya disertai prasangka atau penilaian.

c. Individualisasi berarti memandang dan mengapresiasi sifat unik dari klien (Bistek,1957). Setiap klien memiliki karakteristik kepribadian dan pemahaman yang unik, yang berbeda dengan setiap individu yang lain. d. Menentukan sendiri, adalah memberikan kebebasan mengambil keputusan

oleh klien.

e. Tampil apa adanya, berarti Pekerja Sosial sebagai seorang manusia yang berperan apa adanya, alami, tidak memakai topeng, pribadi yang asli dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

f. Mengontrol keterlibatan emosional, berati Pekerja Sosial mampu bersikap objektif dan netral.

10Sri Dwiyantari, “Penguatan Peran Pekerja Sosial Untuk Efektivitas Pelayanan Pekerja Sosial: Kajian Dengan Pendekatan Tujuh Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif dari Stephen R. Covey”, INSANI, No.14 (Juni 2013), h. 3.


(37)

g. Kerahasiaan, Pekerja Sosial harus menjaga kerahasiaan informasi seputar identitas, isi pembicaraan dengan klien, pendapat proffesional lain atau catatan-catatan kasus mengenai diri klien.11

C. Rehabilitasi Sosial

Rehabilitasi sosial merupakan salah cara untuk memulihkan korban penyalahguna narkoba agar bisa pulih dan dapat hidup normal kembali di masyarakat (Pengantar Rehabilitasi sosial)

1. Pengertian Rehabilitasi Sosial

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Rehabilitasi diartikan sebagai suatu pemulihan kedudukan (keadaan,nama baik) yang dahulu (semula), atau dalam arti yang lain rehabilitasi berarti perbaikan anggota tubuh yang cacat dan sebagainya atas individu (misalnya pasien rumah sakit, korban bencana) supaya menjadi manusia yang berguna dan memiliki tempat dl masyarakat.12

Pada abad pertengahan di masyarakat feudal istilah rehabilitasi diartikan sebagai restoration yang mengandung pengertian perbaikan atau pemulihan hak, pangkat, kehormatan raja atau bangsawan yang hilang atau dihapusakan. Beberapa waktu kemudian istilah rehabilitasi dimaknakan semakin luas yang mencakup perbaikan atau pemulihan nama baik (reputasi) seseorang dengan cara

11

http://www.wikipedia.co.id/pekerjasosial, diakses pada tangga l 8 Agustus 2014. 12


(38)

27

membersihkan dari tuntutan-tuntutan yang tidak adil atau tidak mendasar, dan menetapkan kembali nama baiknya.

Sejalan dengan munculnya pemikiran dan praktek pekerhaan sosial modern, penggunaan istilah rehabilitasi berkembang terus. Pemaknaan istilah rehabilitasi berkembang menjadi perbaikan atau pemulihan (restoration) kepasitas seseorang, khusnya kapasitas fisik atau mental, ke dalam keadaan sebenarnya. Namun, dalam perkembangan selanjutnya pemaknaan istilah rehabilitasi berkembang tidak hanya merupakan upaya pemulihan saja, akan tetapi juga merupakan upaya mengembangkan potensi yang ada.

Hakekat rehabilitasi adalah interaksi, saling ketergantungan, dan saling berhubungan diantara banyak disiplin ilmu, pasien atau klien, keluarga, sumber yang dapat membantu atau mendukung, komunitas, dan pemerintah

Sementara itu, tujuan dari proses rehabilitasi adalah membuat seseorang menyadari potensi-potensinya dan selanjutnya melalui sarana dan prasarana yang diberikan kepadanya berusaha mewujudkan atau mengembangkan potensi-potensi tersebut secara maksimal untuk dapat melaksanakan fungsi sosialnya pada taraf yang optimal.13

Sedangkan rehabilitasi sosial sendirimerupakan upaya yang bertujuan untuk mengintegrasikan seseorang yang mengalami masalah sosial ke dalam kehidupan masyarakat dimana dia berada. Pengintegrasian tersebut dilakuakan melalui

13

Edi Suharto (ed.), Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi, (Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial, 2004), h. 183-185.


(39)

upaya peningkatan penyesuaian diri, baik terhadap keluarga, komunitas maupun pekerjaannya. Dengan demikian, rehabilitasi sosial merupakan pelayanan sosial yang utuh dan terpadu, agar seseorang dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara optimal dalam hidup bermasyarakat. Pada jenis rehabilitasi sosial ini, profesi pekerjaan sosial memegang peran utama. Profesi-profesi lain, sesuai dengan kebutuhan sebagai pendukung.14

2. Tahapan Pelayanan Rehabilitasi Sosial

Kegiatan pelayanan dan rehabilitasi sosial dilaksanakan dengan tahap yang baku atau standar, meliputi :

a. Pendekatan Awal

Pendekatan awal adalah kegiatan yang mengawali keseluruhan proses pelayanan dan rehabil it asi social yang dil aksanakan dengan penyampaian informasi program kepada masyarakat, instansi terkait, dan organisasi sosial (lain) guna memperoleh dukungan dan data awal calon klien/ atau residen dengan persyarat an yang telah ditentukan.

b. Penerimaan

Pada tahap ini dilakukan kegiatan administrasi untuk menentukan apakah diterima atau tidak dengan mempert imbangkan hal-hal sebagai berikut:

14

Edi Suharto (ed.), Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi, (Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial, 2004), h. 186.


(40)

29

1) Pengurusan administrasi surat menyurat yang diperl ukan untuk persyaratan masuk panti (seperti surat keterangan medical check up, test urine negative, dan sebagainya).

2) Pengisian formulir dan wawancara dan penentuan persyaratan menjadi klien atau residen.

3) Pencatatan klien atau residen dalam buku registrasi. c. Asessment

Asessment merupakan kegiatan penelaahan dan pengungkapan masalah untuk mengetahui seluruh permasalahan klien residen, menetapkan rencana dan pelaksanaan intervensi, Kegiatan asessmen diantaranya meliputi :

1) Menelusuri dan mengungkapkan latar belakang dan keadaan klien atau residen.

2) Melaksanakan diagnosa permasalahan. 3) Menentukan langkah-langkah rehabilitasi.

4) Menentukan dukungan pelatihan yang diperlukan.

5) Menempatkan klien atau residen dalam proses rehabilitasi. d. Bimbingan Fisik

Kegiatan ini ditujukan untuk menjaga kondisi fisik klien atau residen agar tetap fit dan sehat dalam mengikuti kegiatan rehabilitasi sosial, meliputi pelayanan kesehatan, peningkatan gizi, baris berbaris dan olah raga.


(41)

e. Bimbingan Mental dan Sosial

Bimbingan mental dan sosial meliputi bidang keagaman atau spiritual, budi pekerti individual dan sosial atau kelompok dan motivasi klien atau residen (psikologis).

f. Bimbingan Orang tua dan Keluarga

Bimbingan bagi orangtua atau keluarga dimaksudkan agar orang tua atau keluarga dapat menerima keadaan klien atau residen memberi support, dan menerimaklien atau residen kembali dirumah pada saat rehabilitasi telah selesai.

g. Bimbingan Ketrampilan

Bimbingan ketrampilan berupa pelatihan vokalisasi dan keterampilan usaha (survival skill), sesuai dengan kebutuhan klien residen agar nantinya bisa menjadi bekal Residen dal mencari pekerjaan didunia kerja.

h. Resosialisasi atau Reintegrasi

Kegiatan ini merupakan komponen pelayanan dan rehabilitasi yang diarahkan untuk menyiapkan kondisi klien atau residen yang akan kembali kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini meliputi :

1) Pendekatan kepada klien atau residen untuk kesiapan kembali ke lingkungan keluarga dan masyarakat tempat tinggalnya.

2) Menghubungi dan memotivasi keluarga klien atau residen serta lingkungan masyarakat untuk menerima kembali klien atau residen.


(42)

31

3) Menghubungi lembaga pendidikan bagi klien yang akan melanjutkan sekolah.

i. Penyaluran dan Bimbingan Lanjut (Aftercare)

Dalam penyaluran dilakukan secara berkala dalam rangka pencegahan kambuh atau relapse bagi klien dengan kegiatan konseling, kelompok dan sebagainya. Bimbingan lanjut dilakukan secara berkala dalam rangka pencegahan kambuh atau relapse bagi klien dengan kegiatan konseling, kelompok dan sebagainya.

j. Terminasi

Kegiatan ini berupa pengakhiran pemutusan program pelayanan dan rehabilitasi bagi klien atau residen yang telah mencapai target program dan dinyatakan berhasil.15

3. Sarana dan Prasarana Rehabilitasi Sosial

Sarana dan prasarana rehabilutasi yang merupakan alat untuk mengatasi masalah-masalah ketidakmampuan atau cacat (disability) dapat dibagi dalam empat kategori, yaitu program, pelayanan (services), sumber daya manusia (personnel), dan fasilitas serta peralatan

15

http://bnn.go.id/portalbaru/portal/file/artikel_trithab/STANDAR%20MINIMAL%20DAN% 20PEDOMAN%20PELAYANAN%20DAN%20REHABILITASI%20SOSIAL%20PENYALAHG UNAAN%20NARKOBA.pdf, diakses 20 Mei 2014


(43)

a. Program Rehabilitasi

Digambarkan sebagai suatu rencana prosedur yang bersifat luas yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh kelompol-kelompok orang. Rencana tersebut tidak berkaitan langsung dengan hal-hal yang sangat rinci dalam hal pelayanan rehabilitasi khusus, namun lebih pada perencanaan dan pengorganisasian rehabilitasi secara umum dan komperhensif. Program rehabilitasi berbeda dalam hal jangkauan (scope),organisasi, tujuan, dan praktek operasionalnya. Jangkauan program dlam meliputi lingkup nasional, regional, dan lokal, organisasi suatu program dapat dikategorikan ke dalam organisasi pemerintah (public) atau swasta (private).

Tujuan suatu program dapat dihubungkan dengan salah satu tipe masalah sosial, dan dapat dihubungkan dengan kategori atau kelompok kecacatan atau masalah sosial yang lebih umum atau luas. Praktek operasiomal suatu program rehabiltasi dapat dilaksanakan melaui berbagai kegiatan program, mdiantaranya pengadaan pelayanan, informasi dan publikasi, koordinasi kegiatan-kegiatan, pertukaran idea atau pemikiran antar profesi atau disiplin ilmu, pengumpulan dana, penelitian dan pendidikan. Sebagaian besar rehabitasi kombinasi dari kompenen diatas.

b. Pelayanan

Rehabiltasi sosial diorganisasikan untuk kepentingan langsung para penyandang masalah sosial. Salah satu definisi mengenai pelayanan adalah yang dikemukan oleh Webster yang menyatakan bahwa pelayanan adalah


(44)

33

setiap hasil kerja bermanfaat yang tidak berbentuk barang atau sebagai perilaku yang memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi yang lain atau orang-orang lain.

c. Sumber Daya Manusia (SDM)

Personel yang melakukan pelayanan rehabilitasi disesuaikan dengan persyaratan keterampilan pada masing-masing bidang pelayanan. Dengan demikian sumber daya manusianya terdiri dari orang-orang dari berbagi profesi yang memiliki keterampilan-keterampilan khusus seperti dokter, perawat, psikolog, pekerja sosial, pekerja sosial medis, konselor vokasional, ahli terapi bicara dan mendengar, ahli terapi fisik dan sebagainya.

Selain personel tersebut, terdapat bagian dari masyarakat yang memberikan kontribusi pada seluruh prosedur rehabilitasi, diantaranya adalah volunteer atau sukarelawan, pencari dana, pekerja sosial dan kesehatan masyarakat, pengusaha, organisasi persaudaraan, kelompok orang tua, kelompok keagamaan dan sebagainya.

d. Fasilitas Penunjang Rehabilitasi

Merupakan sesuatu yang mempelancar setiap tindakan, pelaksanaan atau kegiatan medis, psikolog, and pekerja rehabilitasi vokasional. Fasilitas yang dibutuhkan tersebut dapat berupa rumah sakit, lembaga atau pusat rehabilitasi, sheltered workshops, pusat latihan kerja, lembaga atau sekolah luar biasa.


(45)

Yang dipergunakan merupakan bagian penting dari kelengkapan kegiatan rehabilitasi untuk kelancaran proses rehabilitasi. Sifat dari peralatan dapat manual atau menggunakan teknologi tinggi. Jenis dan jumlahnya tergantung pada banyaknya profesi yang terlibat dalam proses rehabilitasi.16

D. Penyalahguna Narkoba

1. Pengertian Penyalahguna Narkoba

Penyahgunaan narkoba adalah pemakaian narkoba diluar indikasi medis, tanpa petunjuk atau resep dari dokter, secara teratur atau berkala sekurang-kurangnya selama 1 bulan. Pemakaian secara teratur tersebut menimbulkan gangguan fisik dan mental.

Karena narkoba berpengaruh ke otak, setelah menggunakan narkoba dapat timbul rasa nikmat seperti rasa rileks, rasa senang, tenang, dan perasaan “high”. Perasaan itulah yang dicari oleh pemakainnya yang menyebabkan narkoba disalahgunakan. Namun sesudah mengalami perasaan “high”, terjadi perasaan “down” atau pengaruh sebaliknya seperti cemas, gelisah, nyeri otot, dan sulit tidur. Untuk menghilangkan persaan buruk itu, orang menggunakan narkoba lagi. Jika digunakan berulang kali, terjadi kebiasaan dan kehidupan menjadi bagaikan “roller coaster” dan hidup hanya demi memperloh perasaan “high” dari

16

Edi Suharto (ed.), Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi, (Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial, 2004), h. 187-189.


(46)

35

narkotika. Jika sudah demikan, tidak ada lagi rasa nikmat akan tetapi rasa sakit dan penderitaan.17

Pada sebagian remaja, penyalahguna obat merupakan alat interaksi sosial, yaitu agar diterima oleh teman sebaya atau merupakan perwujudan dari penentangan terhadapa orangtua dalam rangka membentuk identitas diri dan supaya diaanggap sudah dewasa.18

Oleh karena itu perlu peran perhatian dari semua elemen masyarakat untuk dapat mengenali remaja yang berisiko rentan oleh narkoba, dan bisa membantu dalam mengarahkan remaja kedalam kegiatan yang positif dan berguna untuk masa depannya.

2. Pengertian Narkoba

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat atau bahan berbahaya. Selain "narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif.19

Narkoba juga merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dapat menimbulkan ketergantungan yang dibedakan ke dalam

17

Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi

Remaja, (Jakarta: Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, 2011) h. 13-14.

18

Subagyo Partodiharjo, Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya, (Erlangga), h. 11.

19


(47)

golongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang ini atau yang kemudian ditetapkan sebagaimana Keputusan Menteri Kesehatan.20

3. Jenis-Jenis Narkoba

Karena bahaya ketergantungan, penggunaan, dan peredaran narkoba diatur undang-undang, yaitu UU No. 22 Tahun 1997 tentang narkotika dan UU No. 1997 tentang psikotropika. Karena itu, menurut undang-undang, narkoba dibagi ke dalam narkotika dan Psikotropika.

a. Narkotika

Menurut potensi yang menyebabkan ketergantungannya, naekoba dikelompokan menjadi:

1) Narkotika golongan I: berpotensi sangat tinggi menyebabkan ketergantungan dan tidak digunakan untuk terapi. Contoh: heroin, kokain, ganja, dan putaw. 2) Narkotika golongan II: berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan dan

digunakan pada terapi pilihan terakhir. Contoh: morfin dan petidin.

3) Narkotika golongan III: berpotensi ringan menyebabkan ketergantungan dan banyak digunakan dalam terapi: Contoh kodein.

b. Psikotropika

1) Psikotropika golongan I: amat kuat menyebabkan ketergantungan dan tidak digunakan dalam terapi. Contoh: MDMA (ekstasi), LSD, dan STP.

20

Hadiman, Pengawasan serta Peran Aktif Orang Tua dan Aparat dalam Penanggulangan


(48)

37

2) Psikotropika golongan II: Kuat menyebabkan ketergantungan, banyak digunakan pada terapi secara terbatas. Contoh: amfetamin, metamfetamin (sabu), fensiklidin, (PCP), dan retalin.

3) Psikotropika golongan III: Potensi sedang menyebabkan ketergantungan, banyak digunakan dalam terapi, contoh: pentobarbital dan flunitrazepam. 4) Psikotropika golongan IV: potensi ringan menyebabkan ketergantungan dan

sangat luas digunakan dalam terapi, contoh: diazepam dan klobazam. c. Zat Adiktif

Zat adiktif lain yang tidak tercantum dalam undang-undang, tetapi banyak disalahgunakan, yaitu:

1) Alkohol, yang terdapat pada minuman keras;

2) Inhalusia atau Solven, yaitu gas atau zat yang mudah menguap; 3) Nikotin, yang terdapat pada tembakau;

4) Kafein, pada kopi, minuman penambah energi, dan obat sakit kepala tertentu.21

4. Narkoba yang Sering Disalahgunakan a. Opioda (morfin, heroin, dan lain-lain)

Segolongan zat dengan daya kerja serupa, ada yang alami, sintetik, dan semisintetik. Opioda alami berasal darietah opium poppy (opiat) seperti morfin, opium, kodein. Contoh opioda semisintetik adalah heroin/putaw dan

21

Lydia Harlina Martono, dkk., Membantu Pemulihan Pecandu Narkoba dan Keluarganya,


(49)

hidromorfin. Contoh opioda sintetik adalah maperidin dan metadon fentanyl (china white).

Potensi menghilangkan nyeri dan menyebabkan ketergantungan heroin adalah sepuluh kali lipat disbanding morfin dan kekuatan opioda sintetik 400 kali lipat dari kekuatan morfin. Cara pemakaiannya adalah disuntikan ke dalam pembuluh darah atau di hisap melalui hidung setelah dibakar.

Pengaruh jangka pendek memakai opioda adalah hilangnya rasa nyeri, ketegangan berkurang, munculnya rasa nyaman (eforik) diikuti perasaan seperti mimpi dan rasa mengantuk, dan pemakai dapat meninggal karena overdosis.

Pengaruh jangka panjangnya adalah ketergantungan (gejala putus zat, toleransi). Dapat timbul kompilasi, seperti sembelit, gangguan menstruasi, dan impotensi. Karena pemakaian jarum suntik tidak steril timbul abses, hepatitis B / C yang merusak hati, dan penyakit HIV/AIDS yang merusak system kekebalan tubuh, sehingga mudah terserang infeksi dan akhirnya menyebabkan kematian.

b. Ganja (marijuana, cimeng, gelek, hasis)

Ganja mengandung THS (tetrahydro-cannabinol) yang bersifat psikoaktif. Ganja yang biasanya dipakai berupa tanaman kering yang dirajang,


(50)

39

dilinting, dan disulut seperti rokok. Menurut Undang-undang, ganja tergolong narkotika golongan I.

Efek jangka pendek pemakaian ganja adalah muncul cemas, rasa gembira, banyak bicara, tertawa cekikikan, halusinasi, dan berubahnya perasaan waktu (lama dikira sebentar) dan ruang (jauh dikira dekat), peningkatan denyut jantung, mata merah, mulut dan tenggorokan kering, dan selera makan meningkat.

Pengaruh jangka panjang ganja adalah daya piker berkurang, motivasi belajar turun, perhatian ke sekitarnya berkurangnya, daya tahan tubuh terhadap infeksi menurun, mengurangi kesuburan, peradangan jalan napas, aliran darah ke jantung berkurang dan terjadi perubahan pada sel-sel otak.

c. Kokain (kokain, crack, daun koka, pasta koka)

Kokain berasal dari tanaman koka, tergolong stimulansia (meningkatnya aktivitas otak dan organ tubuh lain). Menurut Undang-undang, kokain termasuk golongan I. kokain berbentuk Kristal putih. Nama jalanannya adalah koka, happy dust, charlie, srepet, snow/salju putih. Diguanakan dengan cara disedot melalui hidung, dirokok, atau disuntikan. Kokain dengan cepat menyebabkan ketergantungan.

Pengaruh jangka pendek pemakaian kokain adalah rasa percaya diri meningkat, banyak bicara, rasa lelah hilang, kebutuhan tidur berkurang, minat


(51)

seksual meningkat, halusinasi visual dan taktil (seperti ada serangga merayap),dan curiga (paranoid). Pengaruh jangka panjangnya adalah kurang gizi, anemia, sekat hidung rusak, dan terjadi gangguan jiwa (psikotik).

d. Alkhohol

Alkhohol terdapat pada minuman keras, yang kadar etanolnya berbeda-beda. Minuman keras golongan A berkadar etanol 1-5%, contoh: bir, minuman keras golongan B (5-20%), (berbagai jenis minuman anggur, minuman keras golongan C (20-45%) (vodka, rum, gin, Manson House, TKW). Alkhohol menekan kerja otak (depresansia). Setelah diminum, alkhohol akan diserap oleh tubuh dan masuk ke dalam pembuluh darah.

Alkohol menyebabkan mabuk, jalan sempoyongan, bicara cadel, kekerasan/perbuatan meruasak, ketidakmampuan belajar dan mengingat, dan kecelakaan (karena mengendarai dalam keadaan mabuk). Pemakaian jangka panjang menyebabkan kerusakan pada hati, lambung, sarah tepi, otak, gangguan jantung, meningkatkan resiko kankerr, dan bayi lahar cacat dari ibu pecandu alkhohol.

e. Golongan Amfetamin: amfetamin, ekstasi, dan sabu.

Golongan amfetamin termasuk stimulansia susunan saraf pusat. Disebut juga upper, amfetamin sering digunakan untuk menurunkan berat badan


(52)

41

karena dapat mengurangi rasa lapar, atau mengurangi kantuk karena harus begadang. Amfetamin cepat menyebabkan ketergantungan.

Golongan amfetamin adalah MDMA (ekstasi, XTC, ineks),dan metamfetamin (sabu), amfetamin disebt disainer drug karena dibuat di laboratorium gelap, yang kandungannya adalah campuran berbagai jenis zat. Remaja orang dewasa muda dari berbagai kalangan menggunakan ekstasi dan sabu untuk bersenag-senang.

Cara pemakainnya adalah diminum (ekstasi), dihisap melalui hidung (sabu), atau disuntikan dan dihisap memakai sedotan. Pengaruh jangka pendeknya adalah tidak tidur (terjaga), rasa riang, perasaan melambung (fly), rasa nyaman, dan meningkatkan keakraban. Akan tetapi, setelah itu, muncul rasa tidak enak, murung, nafsu makan hilang, berkeringat, haus, rahang kaku dan bergerak-gerak, dan badan gemetar. Dapat terjadi gangguan jiwa. Pengaruh jangka panjangnya adalah kurang gizi, anemia, penyakit jantung, dan gangguan jiwa psikotik.

f. Golongan Halusinogen: Lysergic Acid (LSD)

LSD menyebakan halusinasi (khayalan), dan termasuk psikotropika golongan I. Nama yang sering diguanakan adalah acid, red dragon, blue heaven, sugar cubes, trips, tabs. Bentuknya seperti kertas berukuran kotak kecil sebesar seperempat perangko dalam banyak warna dan gambar, atau


(53)

berbentuk pil dan kapsul. Cara pemakainnya adalah dengan meletakan LSD pada lidah.

Pengaruh LSD tidak dapat diduga, sensasi dan perasaan berubah secara dramatis, denan mengalami flashbacks, atau bad trips (halusinasi / penglihatan semu) berulang tanpa peringatan sebelumnya. Pupil melebar, tidak bisa tidur, selera makan hilang, suhu tubuh meningkat, berkeringat, denyut nadi dan tekanan darah naik, koordinasi otot terganggu, dan tremor. Data merusak sel otak, gangguan daya ingat dan pemusatan perhatian yang diikuti memningkatnya resiko kejang, serta kegagalan pernapasan dan jantung.

g. Sedativa dan Hipnotika (obat penenang, obat tidur)

Contoh sedativa dan hipnotika adalah lexo, nipam, pil BK, MG, DUM, dan rohyp, yang termasuk golongan III dan IV dan digunakan dalam pengobatan dengan pengawasan. Tidak boleh diperjualbelikan tanpa resep dokter. Penyalahguna minum obat tidur atau pil penenang untuk menghilangkan stress atau gangguan tidur. Memang stress berkurang atau hilang sementara, tetapi persoalan tetap saja ada.

Pengaruhnya sama dengan alkhohol, yaitu menekan kerja otak dan aktivitas organ tubuh lain (depresan). Jika diminum bersama alkhohol akan meningkatkan pengaruhnya, sehingga dapat menjadi kematian.


(54)

43

Segera setalah pemakaian muncul perasaan tenang dan otak-otak mengendur. Pada dosis lebih besar, bisa menyebabkan gangguan bicara (pelo), persepsi terganggu, dan jalan sempoyongan. Dosis lebih tinggi membuat efek tertekannya pernapasan, koma, dan kematian. Dalam jangka panjang akan membuat ketergantungan.

h. Solven dan Inhalusia

Zat pelarut ini mudah menguap dan gas berupa senyawa organik untuk berbagai keperluan rumah tangga, kantor, dan pabrik. Contoh: tiner, aceton, lem, aerosol, spray, dan bensin.

Sering digunakan anak 9-14 tahun dan anak jalanan, dengan cara dihirup (ngelem) itu sangat berbahaya karena begitu dihisap, zat akan masuk kedalam darah dan segera masuk ke otak. Pengaruh jangka pendeknya adalah seperti pengaruh pemakaian alkhol, dapat berakibat mati mendadak karena kekurangan oksigen, atau karena ilusi, halusinasi, dan persepsi salah, (merasa bisa terbang sehingga mati ketika terjun dari tempat tinggi. Pengaruh jangka panjangnya adalah kerusakan otak, sumsum tulang, dan jantung.

i. Nikotin

Nikotin terdapat pada tembakau (stimulansia), selain nekotin, tembakau mengandung tar dan CO yang berbahaya, serta zat lain, seluruhnya tak kurang


(55)

dari 4.000 senyawa. Jika nikotin adalah penyebab ketergantungan. Maka tar menjadi penyebab kanker.

Survey menunjukan bahwa merokok pada anak atau remaja adalah pintu gerbang masuk kepada pemakaian ganja, heroin, ekstasi, dan sabu yang banyak disalahgunakan. Oleh karena itu, pencegahan penyalahgunaan narkoba harus dimulai dengan mencegah merokok atau menunda usia merokok.

j. Kafein

Kafein terdapat pada kopi, beberapa obat penghilang rasa nyeri, minuman penyegar, minuman kola, dan teh.22

5. Akibat Penyalahgunaan Narkoba

a. Gangguan Kesehatan

Yaitu kerusakan atau gangguan fungsi organ tubuh seperti hati, jantung, paru, ginjal, kelenjar, endrokin, sistem reproduksi, infeksi hepatitis B / C, HIV / AIDS, penyakit kulit dan kelamin, kurang gizi, dan gigi berlubang.

22

Lydia Harlina Martono, dkk., Membantu Pemulihan Pecandu Narkoba dan Keluarganya,


(56)

45

b. Gangguan perilaku atau mental-sosial

Seperti mudah tersinggung, marah, sulit mengendalikan diri, dan hubungan dengan keluarga dan sesame terganggu. Terjadi gangguan mental seperti paranoid, psikosis.

c. Merosotnya nilai-nilai

Seperti nilai-nilai kehidupan agama, sosial budaya, sopan santun hilang, menjadi asosial dan tidak peduli dengan orang lain.

d. Mengakibatkan kejahatan, kekerasan dan keriminalitas.

Narkoba berkaitan dengan kejahatan sedikitnya dalam tiga hal:

1) Kepemilikan narkoba merupakan pelanggaran kriminal

2) Karena narkoba seperti kokain dan heroin sangat mahal, para pecandu sering kali berpaling pada kejahatan untuk membiayai kebiasaan mereka.

3) Dampak narkoba itu sendiri dapat mengarah pada kegiatan kriminal dan tindakan kekerasan. Kokain, khususnya bila dicampurkan dengan alcohol dapat menimbulkan perilaku penuh kekerasan dalam diri seseorang yang mungkin berwatak lembut.


(57)

e. Bagi keluarga dan masyarakat

1) kehidupan keluarga tidak berfungsi normal

Mungkin kerusakan paling parah akibat narkoba adalah dalam keluarga. Seringkali, kehidupan keluarga tidak berfungsi normal lagi berkaitan erat dengan penyalahgunaan narkoba.

2) kerugian besar bagi negara Indonesia

Menyadari bahwa sebagian besar pengguna narkoba adalah generasi muda dan berada dalam usia produktif, menunujukan kerugian besar bagi Negara Indonesia. Komponen biaya ekonomi yang dikeluarkan antara lain adalah biaya konsumsi narkoba, biaya terapi dan rehabilitasi, biaya produktifitas yang hilang, kematian akibat narkoba dan tindakan kriminalitas.23

23

Lydia Harlina Martono, dkk., Membantu Pemulihan Pecandu Narkoba dan Keluarganya,


(58)

47 BAB III

DESKRIPSI LEMBAGA

A. Sejarah Berdirinya Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor

Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” berdiri sejak tahun 1982 dan mulia beroperasi pada tahun 1983 berdasarkan surat keputusan Direktorat Jenderal Bina Rehabilitasi Sosial Nomor: KEP.007/PRS-4/1983, dengan nama Panti Rehabilitasi Sosial Narkotika Putat Nutug. Tanggal 28 februari 1989 panti ini ditetapkan sebagai panti tipe “A” berdasarkan Kepmensos Nomor: 6/HUK/1989 dengan berdasarkan surat keputusan Direktorat Jendral Bina Rehabilitasi Sosial Nomor: 06/KEP/BRS/IV/1994 Panti ini dinamakan Panti Sosial Pamardi Putra.

Panti ini berlokasi di jalan H. Mi'ing no. 71 Desa Putat Nutug Kecamatan Ciseeng kabupaten Bogor 16330. Luas tanah panti ini adalah 71.540 m2 dengan luas bangunan 19,251 m2.1

B. Visi dan Misi Lembaga

PSPP “Galih Pakuan” Bogor adalah Panti sosial milik Pemerintah yang merupakan salah satu pusat pemulihan penyalahguna narkoba yang mempunyai visi dan misi dalam menjalankan kegiatannya.

1


(59)

Visi

Adapun visinya yaitu sebagai panti pusat pelayanan, perlindungan dan rehabilitasi sosial korban penyalahguna narkoba berstandar nasional, professional, berkualitas tahun 2014.

Misi

Untuk mendukung visi berjalan dengan baik maka diperlukan adanya misi, yaitu:

1. Menyelenggarakan pelayanan dan rehabilitasi sosial penyalahgunaan narkoba dalam sistem panti dengan menggunakan pendekatan multi disipliner, teknik pelayanan yang unggul dan menjujung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

2. Menyelenggarakan pengkajian model pelayanan dan rehabilitasi sosial penyalahgunaan narkoba.

3. Memfasilitasi tumbuh kembangnya motivasi dan usaha masyarakat dalam penanggulangan penyalahgunaan narkoba.

4. Menyelenggarakan kegiatan pengembanagan SDM dalam rangka meningkatkan pelayanan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan narkoba yang berkualitas.2

2


(60)

49

C. Tugas Pokok dan Fungsi

Sesuai Surat Keputusan Menteri Sosial RI Nomor. 59/HUK/2003, tentang Organisasi dan Tata kerja Panti Sosial di lingkungan Departemen Sosial, PSPP “Galih Pakuan” Bogor mempunyai tugas dan fungsi, sebagai berikut:

1. Tugas Pokok

Memberikan pelayanan dan rehabilitasi sosial yang bersifat preventif, kuratif, rehabilitatif, promotif, dalam bentuk bimbingan fisik, mental, sosial, dan ketrampilan, resosialisasi serta bimbingan lanjut bagi korban penyalahguna narkoba agar mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, serta pengkajian dan penyiapan dan pengkajian standar pelayanan dan rujukan.3

2. Fungsi

a. Penyusunan rencana program, evaluasi dan laporan.

b. Pelaksanaan registrasi, observasi, identifikasi, diagnosa sosial dan perawatan.

c. Pelaksanaan pelayanan rehabilitasi yang meliputi bimbingan fisik, mental, sosial dan ketrampilan.

d. Pelayanan resosialisasi, penyaluran dan bimbingan lanjut.

3


(61)

e. Pelaksanaan pemberian informasi dan advokasi.

f. Pelaksanaan pengkajian dan penyiapan standar pelayanan dan rehabilitasi sosial.

g. Pelaksanaan urusan tata usaha.

h. Pusat pengembangan, penyebaran dan pelayanan kesejahteraan sosial

i. Pusat pemberdayaan dan pengembangan kesempatan kerja klien.

j. Pusat latihan keterampilan.

k. Pusat advokasi dan informasi kesejahteraan sosial.

l. Pusat laboratorium rehabilitasi sosial.4

D. Struktur Organisasi

Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” sebagai salah satu Unit Kerja Eselon III dilingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, struktur organisasinya berdasarkan Peraturan Menteri Sosial RI Nomor. 86/HUK/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial terdiri dari tiga Unit Kerja eselon IV dengan uraian tugas dan fungsi sebagai berikut:

4


(62)

51

Bagan 3.1

Struktur Organisasi

Panti Sosial Pamardi Putra Galih Pakuan Bogor5

Koordinator Pekerja Sosial adalah Pekerja Sosial yang mempunyai tugas menjembatani aspirasi dari Pekerja Sosial yang lain dengan struktur di bidang lain di dalam panti dan dalam struktur Panti seorang Pekerja Sosial langsung dibawah tanggung jawab Kepala Panti.


(63)

E. Sarana dan Prasarana

Agar semua kegiatan dapat berjalan dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien maka disediakan sarana dan prasarana sebagai fasilitas penunjaang sebagai berikut:

1. Fasilitas Utama

Pos jaga, aula utama, poliklinik, ruang data dan informasi, wisma, ruang konferensi, dua asrama primary, dua asrama re-entry, dapur dan ruang makan, Mushola, ruang keterampilan, ruang dinas, dan pagar keliling.

2. Fasilitas Pendukung

Gedung rekreasi, ruang perpustakaan, lapangan bulu tangkis, lapangan voli, enam pendopo , ruang fitnes, meja billiard dan peralatan kesenian.

3. Fasilitas Kendaraan

Tabel 3.1

Fasilitas Kendaraan

No Jenis Kendaraan Jumlah Unit

1 Roda 2 3

2 Roda 4 5


(1)

hanya ada 14 Peksos, tapi begitulah

keadaannya. Jadi kita optimalkan saja SDM yang ada.

8. Apa ada perbedaan

tingkatan Peksos di dalam rehabilitasi sosial Pak?

Pembagiannya berdasarkan tingkatan, ada Peksos madya, penyelia, dan juga muda, tetapi di dalam lapangan kami sama saja.


(2)

TRANSKIP WAWANCARA

Informan : S (Pekerja Sosial)

Waktu Wawancara : Kamis, 18 September 2014 09:45-10:30 WIB Tempat Wawancara : Saung Primary 3

No. Pertanyaan Jawaban

1. Apa tujuan rehabilitasi sosial bagi penyalahguna narkoba di PSPPPak ?

Tujuannya adalah untuk merubah prilaku, yang tadinya menggunakan narkoba menjadi tidak lagi menggunakan narkoba dengan metode-metode tertentu yang berkaitan dengan rehabilitasi sosial

2. Apa yang dimaskud pendekatan awal dalam rehabilitasi sosial di panti Pak?

Tahap dimana panti mengenalkan program-program yang ada, dan memberikan motivasi agar para penyalahguna narkoba bisa ikut dalam rehabilitasi sosial di sini, yang nantinya akan diregistrasi dan diseleksi

3. Siapa sajakah yang melakukan pendekatan awal disini?

Peksos sebagai pemberi motivasi dan

pengenalan panti,,, yang dibantu oleh Pas dan Rehsos untuk administrasinya

4. Apa di sini hanya korban narkoba saja yang ikut rehabilitasi sosial pak?

Iya, hanya narkoba. Tetapi banyak yang belum paham tentang apa itu narkoba. Dia pikir narkoba adalah sabu-sabu, putauw, dan kokain. Padahal salah, ngelem, ngejamur, dan ganja juga masuk kedalam narkoba, karena mengakibatkan kecanduan

5. Lalu, Apa adakah perbedaan penanganan dalam kasus korban penyalahguna narkoba di panti yang masih taraf ringan dan yang berat?

Tidak, karena kami menggunakan TC jadi kami tidak membeda-bedakan perlakukan dalam kesehariannya, tetapi secara individual juga pasti ada seperti treatman, karena

konsepnya kebersamaan

6. Apakah Residen yang mengikuti rehabilitasi sosial di panti langsung putus obat, atau

Suatu metode untuk menyembukan

penyalahguna narkoba dengan terapi secara komunitas, jadi mereka bersama-sama menjalankan program, saling membantu dan mengingatkan tentang suatu tanggung jawab


(3)

bertahappemutusan ketergantungan narkobanya?

ada pada residen tersebut.

7. Menurut Bapak, Apa Yang dimaksud dengan TC pak?

Suatu metode untuk menyembukan

penyalahguna narkoba dengan terapi secara komunitas, jadi mereka bersama-sama menjalankan program, saling membantu dan mengingatkan tentang suatu tanggung jawab ada pada residen tersebut.

8. Lalu apakah Jabatan status older terus-

menerus atau bergantian?

Iya gantian, agar mereka semua bisa merasakan enak atau tidaknya menjadi kru atau chief. Jadi dia bisa intropeksi sendiri tentang kelakuan mereka dalam asrama 9. Bagaimana cara

pendampingan peksos terhadap residen dalam lingkungan asrama Pak?

Pekerja mendampingi Klien dalam sebuah grup, namanya adalah static, disana peksos melihat perkembangan yang didapat dari residen pada kesehariannya, dan juga laporan dari chief mereka.

10. Dalam penanganan residen apakah peksos tetap memegang Klien tersebut atau bergantian diantara peksos Pak?

Tidak bergantian, peksos memeganag Klien tersebut dalam satu tahun. Dan memang berperan sebagai orang tua

11. Lalu apakah ada perbedaan tingkatan tingakatan dari ruangan yang dibagi? Seperti primary 1, 2, dan 3. Dan juga yang di re-entry?

Tidak ada, itu hanya pembagian kelas, bukan tingkatan dalam rehabilitasi sosial

12 Apa semua residen baru harus masuk ke tahap primarydahulu Pak?

Tergantung,,, kalau berat langsung masuk ke primary, tetapi kalau masih coba-coba kami akan pertimbangkan dia ke kelas re-entry 13. Apa residen boleh izin

pulang kalo ada keperluan?

Boleh bila sudah bisa diberi kepercayaan, itu pun bertahap, dari 12 jam, dan 24 jam. Tetapi pada awalnya didampingi oleh seniornya, soalnya mereka masih rawan


(4)

14. Apa keterampilan hanya ada pada tahap primary? Atau hanya ada di tahap re-entry?

Hanya ada re-entry, tetapi primary sudah mulai dicoba yang ringan-ringan saja. Seperti menggambar

15. Apa ada batasan lamanyamenjalani rehabilitasi sosial bagi Residen pak?

Tidak ada, tetapi pada prakteknya juga harus switch, karena mereka tidak mungkin selama disini,

16. Apa peran peksos dalam resosialisasi disini Pak?

Berperan sebagai supervisor mereka, dimana memonitor perkembangan yang terjadi di sana bila masih kurang bagus kami peksos akan memberikan motivasi

17. Apa Residen diberi uang saku dalam PBK

dilapangan pak?

Ada, tapi hanya ada untuk uang transportasi dan uang makan

18. Apa indikator residen sudah bisa selesai menjalani rehabilitasi sosial dipanti?

Pola pikirnya sudah baik, sudah menjalanjkan perannya, dan juga telah menyelesaikan tahapan rehabilitasi selama di panti

19. Bagaimana jika residen yang sudah kembali ke rumah, kembali

melakukan

penyalahgunaan narkoba?

Kita clean up, kita cari penyebabnya dan cari jalan keluarnya dan memperbaikinya,


(5)

TRANSKIP WAWANCARA

Informan : S (Residen)

Waktu Wawancara : Jumst, 19 September 09:45-10:30 WIB Tempat Wawancara : Saung Primary 2

No. Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana kamu mendapatkan informasi tentang adanya

rehabilitasi sosial bagi penyalahguna narkoba di PSPP Galih Pakuan Bogor?

Pertama kali datang ke sini saya ngerasa dibatesin biasa ngelakuin apa-apa bebas di rumah, pas di sini mau ngapa-ngapain di batesin, mesti ngikutin aturan yang ada, pokoknya beda banget. Tapi pas udah agak lama saya jadi terbiasa

2. Bagaimana kesan kamu setelah mengikuti

rehabilitasi sosial di sini?

Betah, cuman kadang-kadang capek, soalnya kegiatannya padat,

3. Bagaimana kesan anda tentang pekerja sosial dan teman anda selama mengikuti rehabilitasi narkoba?

Pekerja Sosial sangat membantu kami dalam mengikuti rehabilitasi sosial. Orangnya baik-baik dan juga saya anggap orang tua kami

4. Apa manfaat yang didapat dan perubahan setalah mengikuti rehabilitasi disini?

Pikiran jadi tenang, ngga mikirin yang aneh-aneh kalo disini soalnya banyak teman dan kegiatan

5. Apa harapan anda setelah selesai mengikuti

rehabilitasi disini?

Kerja, jadi orang yang bener, ngga lagi deh make yang begitu-begitu lagi


(6)

TRANSKIP WAWANCARA

Informan : N (Residen)

Waktu Wawancara : Jumat, 19 September 09:45-10:30 WIB Tempat Wawancara : Saung Primary 2

No. Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana kamu mendapatkan informasi tentang adanya

rehabilitasi sosial bagi penyalahguna narkoba di PSPP Galih Pakuan Bogor?

Dari orang tua, awalnya gak betah, dibetah-betahin saya bang percuma juga dirumah di marahin mulu, udah pengen jadi orang yang bener saya, jadi saya ngikutin aja program yang ada disini , biar jadi berguna nantinya

2. Bagaimana kesan kamu setelah mengikuti

rehabilitasi sosial di sini?

Program disini sangat berguna buat kita biar cepat pulih, bisa ke kontrol emosi, juga mlatih mental kita

3. Bagaimana kesan anda tentang pekerja sosial dan teman anda selama mengikuti rehabilitasi narkoba?

Baik, Pekerja Sosial selalu membantu kalo kami ada masalah, mencari jalan keluar kalo kami ada masalah

4. Apa manfaat yang didapat dan perubahan setalah mengikuti rehabilitasi disini?

Bisa lebih teratur, dulumah gak pernah bangun pagi, beres-beres, sekarang wajib bangun subuh, dan beres-beres pagi. 5. Apa harapan anda setelah

selesai mengikuti rehabilitasi disini?

saya mah pengennya pulang ke rumah, bisa banggain orang tua, bisa punya teman yang baik, gak kaya kemarin. Juga bisa bekerja nantinya


Dokumen yang terkait

Prevalensi Manifestasi Oral Pengguna Narkoba di Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) Insyaf Sumatera Utara

7 89 71

Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan

0 43 248

Peran peer counselor dalam rehabilitasi korban napza di Panti Sosial Pamardi Putra Galih Pakuan Bogor

3 49 122

Evaluasi Proyek Rehabilitasi Sosial Mantan Pecandu Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif ( Kasus Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra " Galih Pakuan" Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)

1 17 97

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih

8 116 152

PEMBERDAYAAN PEMUDA MELALUI PROSES REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI LEMBAGA PANTI SOSIAL PAMARDI PUTRA (PSPP) YOGYAKARTA.

0 2 154

PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROSES REHABILITASI PENYALAHGUNAAN NARKOBA DENGAN METODE THERAPEUTIC COMMUNITY (TC) DI PANTI SOSIAL PAMARDI PUTRA (PSPP) YOGYAKARTA.

1 3 178

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih

0 0 16

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih

0 2 2

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih

0 0 9