Jilid-06 Depernas 24-Bab-83

BAB 83. PERGURUAN SWASTA
§ 988.

Keadaan Perguruan Swasta

Perguruan Swasta sudah ada sebelum ada kemerdekaan. Dizaman
pendjadjahan sekolah 2 swasta jang terkenal ialah Taman Siswa, Muhammadijah, Kaju Taman, Protestant dan Katolik, sedang banjak pula
berkembang sekolah 2 partikelir jang tidak mempunjai ideologi.
Sekolah 2 swasta itu dizaman kemerdekaan bertambah banjak
djumlahnja sampai melebihi djumlah sekolah 2 pemerintah. Menurut
perbandingan sbb.: S.M.A. 5 lawan 1, S.M.P. ditaksir setjara kasar
djuga 5 lawan 1. Perbandingan djumlah sekolah kedjuruan swasta
dan negeri terbalik, 1 lawan 5, oleh karena sekolah kedjuruan mahal sekali
biajanja, lagi pula murid 2 dengan persetudjuan orang 2 tuanja
lebih menjukai pergi kesekolah umum dengan maksud supaja anak 2nja,
dapat menempuh peladjaran universiter (perbandingan jang teliti lihat
Statistik 2 jang termuat dalam laporan mengenai Pendidikan Umum &
Kedjuruan).
Menurut faham Sosialisme, negara berkewadjiban menjelenggarakan pendidikan, terutama dilingkungan sekolah. Pasal 31 ajat (2) dari
U.U.D. 1945 menjebutkan djuga bahwa „Pemerintah mengusahakan
dan menjelenggarakan suatu sistim pengadjaran nasional, jang diatur

dengan undang-undang”. Namun tidak usahlah Pemerintah memegang
monopoli atas persekolahan. Djika menurut Manifesto Politik dan
Amanat Presiden kepada Depernas, dibidang ekonomi, usaha swasta
dapat diikut-sertakan djuga dalam pembangunan semesta, maka dibidang pendidikan dan pengadjaranpun bagi swasta ada kesempatan
untuk ikut-serta sedangkan Pemerintah memberi bantuan, bimbing
dan pengawasan.
§ 989.

Keadaan jang mendjadi tudjuan

Perguruan Swasta dalam rangka Pembangunan.
Berhubung pembangunan semesta jang kita hadapi membutuhkan
tenaga ahli jang sebanjak-banjaknja, maka bantuan pemerintah hendaknja diutamakan untuk sekolah kedjuruan.
Untuk itu disediakan Anggaran Belandja dari Dana Depernas.
Adapun untuk sekolah bukan-kedjuruan hanja disediakan Anggaran
Belandja routine dalam lingkungan Departemen P.P. & K. terutama
untuk keperluan sekolah-sekolah jang telah ada.
Kita melihat kenjataan bahwa perguruan Swasta makin berkembang. Agar Pemerintah dapat membimbing inisiatif dan usaha Perguruan Swasta, sehingga Perguruan tsb. berkembang dengan wadjar,
ialah bukan hanja tidak merugikan masjarakat, melainkan djuga bermanfaat sebesar-besarnja, perlulah :
a. Dikeluarkan Undang-undang tentang Perguruan Swasta ;

b. Bagian Subsidi Departemen P.P. dan K. diubah baik bentuk dan
budgetnja.

1376

ad. a. Undang-undang tentang Perguruan Swasta.
Hingga kini Perguruan Swasta diatur oleh Ordonansi Pengawas an Pengadjaran Partikelir, Ordonansi tsb. tidak lagi sesuai de -ngan
alam kemerdekaan. Maka harus ditjabut dan diganti dengan
Undang-undang jang sesuai dengan tjita-tjita kehidupan nasional
dalam negara kesatuan jang menudju masjarakat adil dan makmur dengan memakai sistim sosialisme Indonesia.
Undang-undang tentang Perguruan Swasta, harus menegaskan
bimbingan dan pengawasan serta mengatur ketertiban, melindungi kepentingan peladjar, guru, orang tua murid, masjarakat dan
negara, dan mengakui hak serta orang tua murid terhadap
pengusaha perguruan swasta. Lagi pula menekankan kewadjiban
perguruan swasta untuk melaksanakan program peladjaran minimal jang ditetapkan oleh Departemen P.P. dan K , agar pen didikan dan pengadjaran disekolah pemerintah maupun disekolah swasta mempunjai pokok 2 sama jang mendjamin kesatuan
bangsa.
ad. b. Biro Perguruan Swasta.
Bagian Subsidi Dep. P.P. & K. dalam keadaannja jang sekarang
mendjalankan tugas jang terlalu berat baginja. Permohonan 2
jang dapat dilajani hanja sedikit sedangkain permohonan tsb. hanjalah sebagian dari djumlah jang belum dilandjutkan oleh

Inspeksi kepada Bagian Subsidi. Oleh karena itu Bag. Subsidi
Dep. P.P. dan K. memerlukan perubahan.
Bentuk.
Bagian Subsidi hendaknja didjadikan Biro Perguruan Swasta,
jang terdiri alas Dewan dan tiga Bagian, ialah :
1. Dewan Bimbingan Swasta : diketuai oleh Kepala Biro dengan
dibantu oleh :
(a). Staf ahli tata-usaha : para Kepala dari ketiga Bagian.
(b). Staf ahli pendidikan: para Kepala Inspeksi dari Djawatan-djawatan Pendidikan.
(c). Staf penjaran: para Kepala dari Perguruan Swasta jang
perguruannja meliputi wilajah Indonesia, ialah Taman
Siswa, Muhammadijah, Kristen, Katolik.
Tugas Dewan : dengan djalan bermusjawarah mentjapai penjempurnaan pendidikan dan pengadjaran pada sekolah 2
swasta.
Staf Tata-usaha terutama penting untuk merumuskan dan
menjalurkan pikiran 2 jang terbentuk dalam Dewan sebagai
instruksi atau patokan 2 pemerintah.
Staf Pendidikan terutama penting karena pengalaman sehariharinja kontak langsung dengan sekolah negeri dan sekolah
swasta.
Staf Pen]aran terutama penting untuk menjampaikan pendapat-pendapat swasta dan untuk dapat lekas menjalurkan

keputusan 2 Dewan kepada lingkungan mereka:
1377

2. Bagian A : untuk Urusan Umum ; meliputi tiga Seksi, ialah :
(a). Seksi I : Penerangan dan Dokumentasi.
(b). Seksi II : Pertanggungan-djawab : mengurus pertanggungan-djawab jang dikirim oleh Perguruan
Swasta ; dan menjelesaikan perselisihan antara guru atau pegawai dan Jajasan.
(c). Seksi III : Ekspedisi dan Rumah Tangga.
3. Bagian B :
untuk Urusan Kepegawaian meliputi tiga Seksi,
ialah :
(a). Seksi I : Sekolah Kedjuruan: menjelenggarakan beslit-beslit pengangkatan, pemindahan, kenaikan tingkat, pemberhentian dsb. bagi guru
dan pegawai Sekolah Kedjuruan Swasta.
(b). Seksi II : Sekolah Umum : idem bagi guru dan pegawai Sekolah Umum Swasta.
(c). Seksi III: Pensiun dan Tundjangan
4. Bagian C : untuk Urusan Kebendaan ; meliputi tiga Seksi,
ialah :
(a). Seksi I : Sokongan Sekolah: menjelenggarakan beslit
sokongan, bantuan dan sumbangan bagi Sekolah-sekolah Swasta.
(b). Seksi II : Barang dan Bangunan: menjelenggarakan

beslit sokongan mengenai barang dan bangunan bagi sekolah dan asrama swasta.
(c).Seksi III : Usaha Kebudajaan dan Perguruan Tinggi:
menjelenggarakan beslit sokongan bagi usaha swasta pada bidang Kebudajaan dan Perguruan Tinggi

1378

Budget.
1. Budget dirantjang oleh Biro Perguruan Swasta berdasarkan
kegiatan dan kebutuhan perguruan swasta dalam perkembangannja.
2. Dipergunakan hanja untuk usaha swasta, bukan untuk objek
semi-pemerintah atau objek jang direntjanakan untuk dioperkan kepada pemerintah.
3. Pemberian sokongan berdasarkan nilai onderwijs-technisch
menurut norma 2 pemerintah jang tertentu.
4. Sekolah Umum tidak diberi sokongan untuk alat-alat, tetapi
dalam hal ini harus selfsupporting.
Maka sokongan jang diberikan kepada Sekolah Umum hanja
berupa gadji dan tundjangan guru dan pegawai serta perawatan gedung jang substantiil, bukan perawatan jang accidentil.
5. Sokongan untuk Sekolah Kedjuruan dibiajai dari Dana De pernas. Berdasarkan perkiraan Djawatan Kedjuruan Dep.
P.P. & K. (vide Almanak 1960 halaman 174), biaja ditaksir
sbb.:

Djikalau untuk tahun 1961 diadakan sekolah 2 kedjuruan partikelir pendidikan teknik :
untuk 1.000 murid, angg. belandjanja: Rp.
1.500.000,(1961)
untuk 5.000 „
,,
,,
,,
7.500.000,(1962)
untuk 10.000 ,,
,,
,,
,,
15.000.000,(1963)
untuk 20.000 „
,,
,,
,,
30.000.000,(1964)
untuk 50.000 „
,,

,,
,,
75.000.000,(1965)
untuk 100.000 „
,,
,,
,,
150.000.000,(1966)
A. B. 1961—1966 untuk 186.000 murid : Rp. 279.000.000,Dengan tjatatan bahwa pemberian sokongan menurut tjaratjara jang lazim.
6. Guru dan pegawai subsidi diberi beslit perseorangan. Per aturan-peraturan pensiun sama dengan peraturan 2 pensiun
bagi guru dan pegawai negeri.
7. Permohonan sokongan disampaikan melalui Inspeksi jang
bersangkutan dengan satu copy langsung ke Biro Perguruan
Swasta. Inspeksi hanja menilai onderwijs-technisch.
Keputusan terachir ditentukan oleh Biro dalam djangka
waktu enam bulan atau lebih singkat.
1379

1380