Jilid-06 Depernas 24-Bab-81

BAB 81. USUL - USUL
§ 960. Usul 2 mengenai keseluruhan pendidikan
Rentjana pembaharuan sistima kearah sistima Indonesia (Sistima
Nasional Pantja Sila) didasarkan kepada bahan 2 jang berikut:
a. Perkembangan didalam lingkungan Departemen P.P. dan K.
1. Mengenai pendidikan umum :
sebagai jang termuat didalam :
(a). Laporan Tahun Peladjaran 1956—1957 Djawatan Pendidikan Umum Kementerian P.P. dan K. Bab IV Beberapa
Masalah Chusus, Pasal 4: Kearah Pembaharuan Pendidikan dan Pengadjaran (hal. 122), jang memuat perihal :
— Science Teaching Centre
— Teaching-Aid Centre
— Pilot project S.G.B., S.G.A. Tasikmalaja
— Bagian Research dari Djawatan Pendidikan Umum
— Comprehensive School
— dll.
(b). Buku jang memuat 11 Pikiran 2 dalam pembaharuan
PENDIDIKAN DISEKOLAH — Djawatan Pendidikan
Umum Kementerian P.P. dan K., chususnja jang mengenai pembaharuan pendidikan guru dan S.M.P. sebagai
„Comprehensive School” (hal. 67).
(c). Risalah KONPERENSI DIREKTUR-DIREKTUR S.M.A.
SELURUH INDONESIA (Negeri, Subsidi, Bantuan dan

Partikelir lainnja), tanggal 26 Pebruari sampai dengan
1 Maret 1955 di Malang Djawatan Pengadjaran P.P. dan K.,
terutama tentang „Kedudukan S.M.A. dalam sistim
persekolahan kita” oleh Saudara Ali Marsaban, Kepala
Inspeksi S.M.A. jang mendjadi Ketua Konperensi (hal.
32) dan seterusnja, dan Keputusan Konperensi jang mengenai Bentuk dan Organisasi S.M.A. (hal. 178) dan seterusnja.
2. Mengenai Pendidikan Kedjuruan, sebagai jang termuat dalam
Almanak 1960 Djawatan Pendidikan Kedjuruan Departemen
P.P. dan K.
3. Brosure berupa Memorandum mengenai Kementerian P.P. dan K.
jang dikarang oleh Saudara M. Hutasoit sewaktu meletakkan
djabatannja sebagai Sekdjen. Kementerian P.P. dan K. pada
tanggal 20 April 1959.
b. Perkembangan dari faham-faham baru mengenai pendidikan dan
persekolahan diluar negeri sebagai jang termuat didalam buku 2 :
— Adolph E. Meyer, Ph. D. : The Development of Education in
the Twentieth Century
1333

- Francis J. Brown

- John S. Brubacher
- Karl Mannheim

c.

: Educational 'Sociology
: Modern Philisophies of Education
: Man and Society in an Age of
Reconstruction
- Karl Mannheim
: Diagnosis of Our Time
- Karl Mannheim
: Freedom Power and Democratic
Planning.
(terutama buku Karl Mannheim: Diagnosis of Our Time).
Buku-buku mana menundjukkan kearah pembaharuan jang diadakan didalam lingkungan Departemen P.P. dan K. tersebut diatas.
Untuk djelasnja dapat dikemukakan, bahwa perubahan-perubahan
insidentil didalam lingkungan Kementerian P.P. dan K. sebagai jang
disebutkan diatas djika ditjakup dan difikirkan lebih landjut, kita
akan tiba setjara principiil kearah rentjana pendidikan nasional.

Oleh karena sempitnja waktu, sehingga tidak dapat menelaah setjara
mendalam sistima nasional tersebut diatas, maka disarankan bahwa
sistima baru tadi dipergunakan sebagai dasar pembitjaraan didalam
lingkungan nasional jang lebih luas. Pembahasan tadi dapat diada kan dalam masa pembangunan 8 tahun pertama dari Depernas,
oleh karena didalam masa tadi jang dipentingkan adalah pemba haruan insidentil kearah perbaikan jang ada dan pengadjaran ke tinggalan didalam rentjana Kementerian P.P. dan K.

§ 961. Sistim Pendidikan Nasional
Meskipun sedjak proklamasi 17 Agustus 1945 sampai sekarang sudah banjak perubahan-perubahan dalam rentjana pendidikan dan
pengadjaran jang menudju kearah pendidikan kebangsaan, tetapi karena
perubahan 2 itu terlalu lambat djalannja terutama karena biaja jang
disediakan untuk pendidikan terlalu sedikit, maka hasilnja belum
memenuhi kebutuhan bangsa Indonesia.
Pendidikan dan Pengadjaran adalah landasan utama bagi pembangunan semesta, pendidikan baru memperoleh makna dan tudjuan
jang tepat, bila ia diintegrasikan kedalam dan didjadikan dasar bagi
usaha pembangunan semesta.
Djadi pendidikan harus mempunjai funksi berbakti, jakni menghasilkan pembangunan2, menghasilkan tenaga2 jang turut membangun.
Dalam pada itu usaha pembangunan itu harus berentjana, bila
tidak maka pendidikanpun akan mendjadi katjau dalam memenuhi
fungsinja.
Terlebih-lebih dinegara kita, dimana funksi pembangunan itu ialah

untuk melenjapkan penderitaan bangsa dalam waktu jang sesingkatsingkatnja, maka benar-benar merupakan suatu sjarat mutlak, bahwa
pendidikan harus setjara rasionil dihubungkan dengan usaha pemba ngunan.
Karena jang akan kita bangun ialah masjarakat Pantjasila, maka
pendidikan dalam segala kegiatannja harus didjiwai Pantjasila, dengan
tidak melupakan unsur 2 kebudajaan Indonesia.
1334

Tudjuan pendidikan adalah membentuk manusia jang berkepribadian Indonesia (berdjiwa Pantjasila) :
a. mempunjai rasa ketuhanan dan menghormati agama
b. berperikemanusiaan
c. tjinta tanah-air, Bangsa dan kebudajaannja
d. berdjiwa demokrasi Indonesia
e. mempunjai rasa tanggung-djawab sosial, dan sanggup melaksana kan
tjita 2 masjarakat adil dan makmur dengan keberanian bakti
dan pengabdian disertai kedjudjuran jang seichlas-ichlasnja.
Untuk mentjapai tudjuan tersebut dan agar pendidikan memenuhi
kebutuhan-kebutuhan bangsa Indonesia, maka pendidikan itu harus mempunjai sifat 2 seperti berikut:
1. Disesuaikan dengan keperluan seluruh rakjat Indonesia dan bersifat membangun.
2. Menudju kepada kewadjiban beladjar untuk setiap anak Indonesia.
3. Bersifat pembinaan Bangsa sesuai dengan isi Undang 2 Pokok Pendidikan (nation-building).

4. Ditudjukan kepada tertjapainja kemakmuran seluruh Bangsa.
5. Mengutamakan djenis 2 sekolah2 kedjuruan dalam setiap lapangan,
karena memerlukan tenaga ahli.
6.. Mengembangkan segala segi kepribadian, jakni segi intelek (pe ngetahuan), kemauan (daja tjipta) dan perasaan, sehingga tertjapainja didikan harmonis.
7. Bersifat praktis dan berguna bagi masjarakat (bersifat sosial) dan
mengutamakan perbuatan 2 (rieel praktis).
8. Menimbulkan daja kritis, daja tjipta, daja inisiatip, daja kerdja,
rasa tanggung-djawab.
9. Melenjapkan perbedaan penghargaan (diskriminasi) antara djenis
pekerdjaan „kasar” dan „halus” (sifat demokrasi).
10. Menanamkan rasa tjinta kepada Rakjat dan Negara dan Kebudajaannja (djiwa patriotisme) dan rasa persatuan (Bhineka Tunggal
ika).
11. Menjatu-ragakan diri dengan masjarakat (integrasi) Pendidikan
jang dernikian Ika dinamakan Pendidikan Nasional.
§ 962. Apakah pendidikan Nasional ?
Bukanlah mudah, malahan sangat sulit untuk mendjawab pertanjaan ini setjara singkat atau untuk membuat sesuatu ketentuan singkat
jang dengan tjepat merumuskan apakah sebenarnja jang dimaksud
dengan Pendidikan Nasional itu.
Walaupun demikian, mengelakan kesulitan begitu sadja dengan
pengakuran diatas, tidaklah pula pada tempatnja. Karena itu, telah

dipilih salah satu ketentuan dari sekian banjak perumusan jang pernah
dikemukakan, jaitu sebagai berikut:
1335

„jang disebut pendidikan nasional ialah Pendidikan jang memenuhi
kebutuhan Bangsa Indonesia”.
§ 963.

Apakah sebabnja, maka Pendidikan Nasional itu belum djuga
terwudjud ?
Jang merupakan penghemat pelaksanaan Pendidikan Nasional
ialah :
a. Anggaran Belandja untuk Kementerian P.P. dan K. terlalu amat
ketjil. Dengan anggaranjang hanja k.l. 5% itu tidaklah mungkin
Pendidikan Nasional diwudjudkan dengan sempurna. Bila kita
berbitjara tentang usaha pembangunan hendaknja beranilah kita
meninggikan A.B. untuk Kementerian P.P. dan K. sampai 25%
dari budget Negara.
b. Gadji guru2 sebagai pegawai negeri tidak seimbang dengan tugasnja
sebagai pembina bangsa, untuk tidak berbitjara tentang tjukupnja

untuk penghidupan jang sederhana.
Kebanjakan guru 2 terpaksa membanting-tulang sehari penuh untuk
mentjukupi kehidupan mereka, sehingga kurang ada terdapat kegembiraan bekerdja ; pada hal kegembiraan bekerdja adalah sjarat
mutlak untuk dapat mendidik angkatan baru.
c. Bermeradjalelanja hal 2 diluar sekolah jang menghantjurkan usaha 2
kita. Usaha kita dengan susah pajah mendidik sedikit-dikitnja di ruangan sekolah, kemudian dihantjurkan kembali oleh madjalah 2,
gambar 2, poster 2 dan film 2 tjabul dll. Sebagai illustrasi beberapa
tjontoh :
— dibeberapa negeri Eropa beberapa madjalah 2 tidak diperbolehkan diimport, tetapi dinegara kita ini pada permulaannja diimport banjak 2.
— film „Rock around the clock ” dilarang permutarannja dibeberapa negara Bagian Amerika, di Inggris dsb.; tetapi di
Djakarta film ini diputar berminggu-minggu terus-menerus.
d. Alam fikiran asing umumnja, Belanda chususnja, masih tetap bertjokol dengan kuatnja.
Ada masanja pula, djika kita tidak berbahasa Belanda, kita akan
kurang mendapat ladenan atau perhatian. Djuga ada masanja, kuliah Ilmu Pendidikan dan sedjarah diberikan, seakan-akan kita
berkuliah di Amsterdam ataupun tempat2 lain di Negeri Belanda.
Hal2 tersebut sudah tentu menghambat pembentukan djiwa kebangsaan pada siswa2. Djuga dalam berbagai lapangan hidup lainnja
alam fikiran ini masih bertjokol kuat,
e
Susunan Organisasi Kementerian P.P. dan K. belum sempurna, sehingga
kelantjaran usaha belum dapat ditjapai.

f
Seluruh usaha Pendidikan dan Pengadjaran tidak ditempatkan setjara rasional (tepat) dalam rentjana pembangunan
Kita ketahui, bahwa rentjana Pembangunan memerlukan :
(1) ketjakapan
(2) sifat2 kepribadian
(3) material
(4) dan lain-lain.
1336

Persiapan faktor pertama jaitu ketjakapan dan kepribadian adalah
tugas Pendidikan dan Pengadjaran sebagai pembentukan Kader;
sudah tentu setiap Rentjana Lima Tahun tanpa pembentukan kader
akan gagal.
g. Orientasi kita pada umumnja berat sebelah, terlampau banjak ke
Barat. Padahal kita semestinja harus lebih banjak dan terutama
berorientasi kenegara-negara tetangga, Asia-Afrika, sebab masalah
jang kita hadapi mempunjai titik 2 persamaan dan ada kalanja dapat
dikatakan analoog benar-benar. Kita hanja perlu memperhatikan
peranan bangsa 2 India, Tiongkok dan Djepang dalam dunia penghidupan ekonomi kita untuk dengan segera dapat mengalami arti
orientasi kenegeri tetangga kita.

h. Pemerintah masih belum berhasil menarik masjarakat kedalam
kantjah Pendidikan. Hendaknja serikat guru dapat mengusahakan
kerdjasama jang baik antara badan 2 pendidikan. P.O.M.G., ter-utama
dalam sifat 2 pendidikan.
i. Susunan Sekolah (bentuk), tjara dan bahan pendidikan dan pengadjaran (isi) dan organisasi pendidikan dan pengadjaran jang
sesuai dengan keadaan tahun 1941 merupakan penghalang jang ter besar jang perlu segera dan tjepat dirubah; dan banjak segi 2 ini
masih terdapat didunia perguruan kita sekarang.
Demikianlah antara lain 9 hal jang pokok sebagai penghambat
usaha perwudjudan Pendidikan Nasional.
§ 964. Bagaimanakah bentuk persekolahan jang kita inginkan jang
sesuai benar dengan Pendidikan Nasional itu ?
Susunannja dan djenisnja perlu dengan tegas kita berikan, agar
pembahasan kita djangan merupakan teori belaka. Sudah tentu dalam
zaman merdeka ini segala keadaan gandjil jang tidak sesuai dengan
keinginan negara kita dan jang merugikan, haruslah kita lenjapkan.
Segala bentuk susunan sekolah jang berdasarkan zaman dan azas 2
kolonial harus tjepat-tjepat kita hilangkan.
Setjara umum kita berkehendak, supaja sekolah 2 kita itu segera
mungkin menghasilkan tenaga 2 ahli untuk keperluan pembangunan
jang telah direntjanakan. Dalam menjusun persekolahan kita harus

berpegang kepada 3 buah prinsip, jaitu:
a. prinsip kedjuruan
b. prinsip ketrampilan dan kemasjarakatan
c. prinsip progressi.
§ 965. Prinsip kedjuruan
Berpegang kepada prinsip ini, maka segala sekolah 2 umum dalam
bentuk jang sekarang (S.M.P., S.M.A.) harus dirobah; sekolah 2 umum
ini tidaklah mendidik kepada sesuatu keachlian, melainkan banjak
menghasilkan orang 2 jang kurang ada gunanja bagi masjarakat.
Perubahan sekolah 2 umum ini tidaklah berarti memutuskan djalan bagi
pemuda 2 kita untuk memasuki sekolah 2 tinggi (fakultas 2, Univer1337

sitas, akademi 2) sebab dalam sistim pendidikan nasional ini tamatan
Sekolah 2 Umum tetap bisa melandjutkan peladjarannja ke Sekolah
Tinggi. Tetapi kalau mereka tidak bisa melandjutkan peladjarannja
ke Sekolah Tinggi, mereka sudah mempunjai sesuatu keachlian, jang
dipergunakan dimasjarakat. Begitu pula tamatan Sekolah 2 Kedjuruan
harus dapat pula melandjutkan peladjarannja ke Sekolah Tinggi
Dalam pada itu guru jang memberi vak umum, sekarang masih
terus memegang vaknja ditiap-tiap sekolah kedjuruan, sebab tiap 2 Sekolah kedjuruan harus mendapat mata-peladjaran Bahasa Indonesia,

Sedjarah dan Ilmu Bumi disamping mata-peladjaran 2 jang dikehendaki
oleh kedjuruannja, supaja djangan hanja mendjadi petugas jang ahli
kelak, tetapi djuga warganegara dan patriot Indonesia jang baik.
Bukan sadja di-sekolah 2 kedjuruan menengah, tetapi sampai 2 kesekolah tinggi mata-peladjaran 2 kulturil ini diharuskan bagi tiap 2
mahasiswa. Dengan demikian pemerintah akan mendapat petugas 2 jang
tjakap dan berdjiwa nasional.
Kita djuga telah melihat bahwa ratusan, bahkan ribuan tamatan
sekolah-sekolah umum menganggur. Kalaupun mereka bekerdja, ter njata, bahwa ilmu jang mereka peroleh disekolah tidak begitu dapat
dipergunakan dalam pekerdjaan.
Misalnja :
- tamatan S.M.A. djurusan A (Bahasa) belumlah dapat bekerdja sebagai penterdjemah.
- tamatan S.M.A. djurusan B (Pasti Alam) belum pula tjukup
berpengetahuan Ilmu Pasti dan Ilmu Alam untuk dapat dipergunakan pada sesuatu perusahaan teknik dan lain jang sehubungan dengan itu.
- tamatan S.M.A. djurusan C (Ekonomi) belum Pula sanggup
mendjadi pekerdja 2 jang tjakap dalam lapangan ekonomi, ka-rena
pengetahuannja adalah semata-mata teori belaka.
Kesimpulan dari uraian ini ialah : Sekolah jang semata-mata
bersifat umum dalam masa pembangunan ini tidak memenuhi kebutuhan Masjarakat, karenanja perlu mendapat perubahan.
§ 966. Prinsip ketrampilan
Arti ketrampilan jang kita maksudkan ialah memiliki keachlian
jang dapat bermanfaat bagi masjarakat.
Setiap djenis sekolah (diatas sekolah dasar) atau bagian 2nja harus
menghasilkan „achli”.
Misalnja :
S.M.A.-A harus diubah sedemikan rupa, sehingga benar 2 dapat
menghasilkan tenaga bahasa jang tjakap dan tenaga jang
dapat dipergunakan.
S.M.A.-B harus diubah sehingga benar menghasilkan tenaga Ilmu
Pasti dan Ilmu Alam jang segera dapat dipergunakan
dalam praktek.
S.M.A.-C harus diubah sedemikian, sehingga menghasilkan tenaga
ekonomi jang achli menurut tarafnja.
1338

§ 967. Prinsip progressi
Setiap tamatan sekolah kedjuruan harus mendapat kesempatan
jang sama untuk melandjutkan peladjaran kedjuruannja sampai kesekolah 2 jang setinggi-tingginja.
Tidaklah lagi sesuai dengan masa sekarang, bahwa seorang tamatan
S.T.M. tidak diperbolehkan melandjutkan peladjarannja ke S.T.T.
Karena itu susunan persekolahan serta isi rentjana peladjaran S.T.M.
dan S.T.T. umpamanja harus merupakan suatu kesatuan jang continue.
Demikianlah dalam garis besarnja susunan sekolah kita, jakni berdasarkan 3 prinsip sbb.:
- Setiap djenis sekolah diatas Sekolah Dasar adalah sekolah prakedjuruan dan kedjuruan (prinsip kedjuruan).
- Setiap djenis sekolah harus menghasilkan ahli (prinsip ketrampilan), jang bermanfaat bagi pembangunan.
- Setiap tamatan sekolah berhak menuntut ilmu lebih landjut (prinsip progressi).
Dengan susunan sekolah berdasarkan prinsip 2 diatas Seksi berpendapat, bahwa masalah bentuk pendidikan Nasional sudah dipetjahkan. Disamping susunan sekolah jang berdasarkan ketiga prinsip diatas, sudah tentu djumlah setiap djenis sekolah harus pula mentjukupi.
§ 968. Bagaimanakah isi atas djiwa pendidikan Nasional itu ?
a. Sesuai dengan prinsip kedjuruan, setiap anak harus mempeladjari
hal 2 jang praktis dan berguna bagi masjarakat. Bangsa kita sedang
menghadapi pembangunan jang segera harus terlaksana, dan sedang
„mengedjar ” bangsa 2 lain: oleh karena itu warisan dari azas
mendidik masa pendjadjahan jaitu „algemene ontwikkeling ” sadja
atau „pengetahuan umum” semata-mata sangat tidak tepat bagi
bangsa kita.
pengetahuan umum menjebabkan seseorang mengetahui satu hal
dari segala sesuatu (one thing about every thing). Bangsa jang
sedang mulai membangun memerlukan warga-negara 2 jang mengetahui dan menguasai setjara praktis segala sesuatu tentang satu
hal (everthing about one thing).
Djadi jang merupakan masalah pokok dalam lapangan pengadjaran
ialah: Bagaimana memperoleh pengadjaran kedjuruan jang meng hasilkan ahli 2 jang praktis.
b. Soal pokok berikut dalam lapangan pendidikan ini ialah soal in tellectualisme. Kita mengetahui, bahwa sebenarnja kepribadian ma nusia itu tidak mungkin dapat di-bagi 2 dalam kotak 2, tetapi sekedar
memberi gambaran dapatlah kita buat pembagian dalam beberapa
seginja, jaitu segi pengetahuan (fikiran), segi perasaan dan segi
kemauan.
Sudah tentu manusia itu mendjadi pintjang ataupun hilang kese imbangannja, bila hanja satu seginja sadja dikembangkan. Karena
itu sedapat-dapatnja ketiga segi itu harus sama 2 dikembangkan
setjara harmonis.
1339

e.
1.

2,
3.

Intellectualisme semata-mata mengembangkan pengetahuan, segi
intellek, dan segi perasaan dan kemauan kurang sekali mendapat
perhatian.
Bahaja inilah harus segera kita djauhkan dengan didikan harmonis.
Djadi soalnja bukanlah „melenjapkan” pendidikan pengadjaran
pengetahuan (intellectualisme), melainkan mengimbangi intellectualisme ini dengan segi kepribadian jang lain sehingga selaras
atau harmonis.
Perasaan dan kemauan, rasa tjinta kepada tanah air, Bangsa dan
kebudajaannja, rasa susila, djiwa demokratis, semangat kesederhanaan, rasa tanggung-djawab terhadap kesedjahteraan masjarakat
dan sebagainja, kemauan jang pokok dengan daja tjipta jang bermanfaat wadjib dikembangkan dan dipupuk sebaik mungkin.
Bagaimanakah tjaranja ?
Tjaranja ialah dengan perbuatan, rasa tanggung-djawab itu tidak
dapat kita pidatokan, karena dengan demikian kita mengadjarkan
pengetahuan tentang tanggung-djawab, sehingga jang ditanamkan
bukanlah rasa tanggung-djawab (sifat intellectualisme).
Jang dimaksud dengan „berbuat” bukanlah berbuat asal berbuat
(seperti „doeschool” dimasa lampau), melainkan melakukan per buatan jang bermaksud jang mempunjai fungsi dan tudjuan tertentu menudju kepada perwudjudan untuk pokok pendidikan.
Dapat kita njatakan, bahwa dimana merdeka ini berbagai sekolah
mempraktekkan setjara berentjana didikan dengan perbuatan jang
bermakna itu, antara lain S.G.B. di Tasikmalaja, Sumedang dll.
Nama jang pernah disebut untuk S.G.B . 2 tersebut ialah S.G.B.
„Perintis ” ada pula disebut-sebut nama 2 „Pilot Projek”, namanama jang lebih tepat kuranglah merupakan soal jang begitu prinsipieel. Pokoknja ialah didikan dengan perbuatan jang bermakna
telah dimulai.
Sudah barang tentu usaha itu belum sempurna, tetapi sudah pasti
hal jang menundjukkan kesadaran pentjiptanja dan penjelenggara 2nja.
Harapan kita tentu agar sebanjak mungkin sekolah 2 kita (kalau
dapat semuanja) mengambil teladan dari S.G.B. 2 tersebut.
Rentjana Peladjaran di-sekolah2 kedjuruan hendaknja disesuaikan
dengan Rentjana Pembangunan jang setjara konkrit.
kita memerlukan segera pembangunan 2 rumah2, djembatan2,
dan djalan2, oleh karena itu hendaknja ada djurusan dalam
sekolah2 Teknik jang chusus mendidik ahli 2 perumahan, arsitek-arsitek, mantri 2 ukur dsb. jang dengan bahan 2 jang murah,
tetapi kelak dengan tjepat dapat membangun keperluan 2 jang
disebut diatas.
kita memerlukan ribuan ahli 2 pengobat dan bidang. Hendaknja
ada sekolah2 kedjuruan setjara berentjana chusus mempersiapkan tenaga2 jang diperlukan itu.
kita memerlukan perluasan sawah. Hendaknja ada sekolah 2
kedjuruan jang segera mempersiapkan ahli 2 pengairan, ahli
ukur2, dan ahli lainnja jang diperlukan chusus untuk itu.

1340

Demikianlah beberapa tjontoh sjarat 2 apa jang harus dipenuhi oleh
Rentjana Peladjaran Sekolah 2 Kedjuruan.
d. Bagaimana halnja dengan Peladjaran di Sekolah Dasar.
Tudjuan Sekolah Dasar ialah semata-mata :
1. memberikan pendidikan djiwa (mental education)
2. memberikan pengadjaran ketjakapan dasar (fundamental education).
Jang dimaksud dengan Pendidikan Djiwa ialah: mendidik djiwa
tjinta kepada bangsa dan tanah air, rasa tanggung-djawab, ketekunan,
tata-tertib, kebersihan, toleransi, demokrasi ; kedjuruan 2 dsb. (Semuanja
ini harus diperoleh melalui perbuatan, bukan melalui pengadjaran jang
bersifat kuliah).
Jang dimaksud dengan ketjakapan dasar ialah: ketjakapan mem batja, menulis, berhitung, berbahasa/berkebudajaan Indonesia, bahasa
Daerah dan pengetahuan tentang kesehatan, dasar/Bumi dan Sedjarah
Tanah Air. Ilmu Ketjakapan Dasar ini harus dimiliki setiap anak 2 diseluruh Indonesia. Oleh karena itu rentjana Peladjaran untuk ketjakapan dasar ini harus ditentukan setjara central, dengan tidak meninggalkan sifat 2 demokrasi. Jang ditentukan oleh daerah ialah pendidikan
djiwa, dan pengetahuan tambahan jang disesuaikan dengan keperluan
daerah. Tentu bahasa-daerah termasuk dalamnja.
Pengetahuan tambahan didaerah-daerah perikanan, pertambangan,
pelajaran, pertanian, perkebunan, industri, peternakan, kota, kampung
dsb. tentu berlainan satu sama lain. Disinilah terletak tanggung-djawab
pemimpin2 dan pemerintahan didaerah untuk benar 2 mengenal segala
seluk-beluk kejakinan, kekurangan, keperluan dan keadaan lainnja
didaerahnja, untuk dapat mengembangkan dan membangun daerah
tersebut sesuai dengan segi-segi rieel jangmenguntungkan daerah ter sebut.
Djadi fungsi Sekolah Dasar ialah memberikan pendidikan dasar
dalam segi djiwa maupun segi ketjakapan sehingga tamatan sekolah
dasar dapat mendjadi warganegara jang baik serta dengan darahdaging mentjintai tanah airnja dengan sungguh 2, dan siap pula dalam
tarap2 jang sesuai untuk mengikuti pendidikan kedjuruan ataupun prakedjuruan. Bahwasanja pendidikan djiwa dititik-beratkan disekolah
dasar bukanlah berarti bahwa pendidikan djiwa di Sekolah Landjutan
kelak akan diabaikan. Sekali-kali tidak, sebab kita tetap/menginginkan
ahli-ahli dan sebagainja jang tidak berdjiwa kebangsaan; kita tidak
menginginkan „manusia 2 robot”. Tidak pula berarti, bahwa rentjana
peladjaran disekolah kedjuruan harus semata-mata meliputi vak 2 kedjuruan, sebab kita tidak menghendaki orang 2 jang berpendidikan terlampau „tunggal segi” (eenzijdig), dalam ketjakapan dan pengetahuannja; kita menghendaki negara 2 jang mempunjai kemasjarakatan jang
politis dewasa, jang mempunjai social understanding. Oleh karena itu
harus pula antara lain ditentukan bahan-minimum pengetahuan umum
jang harus dipeladjari dan dimiliki peladjar 2 sekolah landjutan ; misalnja sadja segala sesuatu mengenai Tanah Air (Bahasa, Kebudajaan,
Sedjarah, Ilmu Bumi, Kewarganegaraan) sampai taraf 2 tertentu harus
setjara merata dimiliki oleh peladjar 2 Sekolah Landjutan.
1341

§ 969. Bagaimana organisasinja untuk menjelenggarakan maksud
pembaharuan pendidikan itu ?
Soal organisasi adalah penting, malahan mempunjai persoalan 2 jang
beraneka-ragam, prinsipil ialah: Siapakah jang akan menjelenggarakan
sekolah kedjuruan, Kementerian P.P. dan K.-kah atau Kementerian
jang bersangkutan ?
Ada tiga kemungkinan :
Pertama:
Tetap seperti keadaan jang ada, jaitu Sekolah 2 Kedjuruan diselenggarakan oleh tiap 2 Kementerian, umpama :
— Sekolah Pelajaran oleh Kementerian Pelajaran,
Sekolah Pertanian oleh Kementerian Pertanian,
— Sekolah 2 Djuru Rawat oleh Kementerian Kesehatan,
— Sekolah Pradjurit dan Perwira oleh Kementerian Pertahanan dan
sebagainja.
Disamping itu Kementerian P.P. dan K. menjelenggarakan beberapa
djenis Sekolah Kedjuruan jang tidak diselenggarakan oleh Ke menteriankementerian jang bersangkutan.
Kedua:
Setiap djenis Sekolah Kedjuruan diselenggarakan oleh Kementerian
P.P. dan K. Ada dua pendapat mengenai kemungkinan ini :
a. jang menjetudjui, malahan jang menjatakan seharusnja demikian
dengan alasan supaja Koordinasi dan Organisasi Sekolah 2 tersebut
terdjamin oleh karena berada disatu tangan.
b. kebalikannja ada jang menganggap, bahwa djustru kalau seluruh
sekolah-sekolah kedjuruan itu diselenggarakan oleh Kementerian
P.P. dan K., maka tidak akan ada lagi „overzicht” karena terlalu
banjak dan berbagai ragam.
Ketiga:
Djenis Sekolah Kedjuruan diselenggarakan oleh Kementerian 2
jang bersangkutan dan Kementerian P.P. dan K. hanja menjelenggara kan
Sekolah 2 dasar dan Sekolah 2 Guru.
Djuga mengenai hal ini ada dua pendapat :
1. jang tidak menjetudjui menjatakan:
kalau sekolah 2 kedjuruan diselenggarakan oleh Kementerian 2
masing 2, maka jang dipentingkan kelak hanja segi ketjakapan
(skill), sedangkan segi pendidikan (mental) akan diabaikan se hingga sekolah 2 kedjuruan akan merupakan „manusia jang tunggal
segi” ataupun dengan kata-kata lain „manusia mesin” (robot).
Dan lagi tidak akan dapat terselenggara koordinasi dan kerdjasama antara sekolah kedjuruan jang satu dengan jang lain, sehingga
usaha Rentjana Lima Tahun akan terlambat.
2. aliran jang menjetudjui kemungkinan ketiga ini mengemukakan
alasan, bahwa hanja kementerian 2 jang bersangkutanlah jang lebih
djelas mengetahui keperluan 2nja sesuai dengan rentjana pemba-

1342

ngunannja, berapa kader jang diperlukan dan ketjakapan apa jang
harus dimilikinja, sehingga dengan njata 2 pendidikan itu di-integrasikan dalam Rentjana Lima Tahun. Lagi pula setiap sekolah 2
kedjuruan jang diselenggarakan oleh tiap-tiap Kementerian hingga
dewasa ini memberi hasil jang memuaskan.
Setelah dibahas setjara mendalam, maka ternjata perlu diadakan
koordinasi dari kemungkinan pertama dan ketiga sebagai berikut :
Kementerian P.P. dan K. menjelenggarakan :
 Sekolah Dasar,
 Sekolah Pra Kedjuruan,
 Sekolah Kedjuruan jang bersifat umum,
 Sekolah Pendidikan Guru,
 Universitas-universitas,
 Research jang bersifat keseluruhan dalam bidang pendidikan.

q

s

Kementerian lainnja menjelenggarakan:

dalam garis besarnja sekolah kedjuruan chusus
(spesialistis) dalam bidangnja masing 2 dari taraf ke-I sampai keakademinja.

Sekolah Pendidikan Guru keachlian chusus.
Disamping itu ada pula bahagian Research jang bersifat spesifik.
Demikian persoalan dan kesimpulan tentang hal „siapa jang akan
menjelenggarakan persekolahan kita”.
Seperti telah terlebih dahulu dikatakan diatas, persoalan sekitar
organisasi ini berbagai djenis.
Persoalan lainnja ialah : Persoalan P.O.M.G.
Menarik Masjarakat agar mereka langsung turut berusaha menjelenggarakan dan merentjanakan dan paling penting djuga membiajai
persekolahan 2, adalah suatu faktor penting dalam pembangunan sesuatu
bangsa.
Masjarakat kita harus mendjadi „education-minded”, harus turut
memikirkan dan membiajai langsung pendidikan anak 2 kita.
Untuk inilah perlu diadakan P.O.M.G. (Persatuan Orang Tua Murid
dan Guru).
Kita merasa sjukur, bahwa segi ini telah berhasil baik. Banjak
P.O.M.G. 2 telah membuktikan hasil 2 baiknja, kesanggupan materi dan
buah fikiran.
Hasil jang utama ialah: masjarakat kita sudah benar 2 mulai memasuki Kantjah Pendidikan, walaupun masih belum merata benar
sampai keseluruh Tanah Air. Keinsjafan masjarakat tentang pentingnja pendidikan adalah suatu bukti, betapa dalamnja mulai meresap
djiwa kemerdekaan tanah air. Didjaman pendjadjahan masjarakat
umumnja hanja menunggu-nunggu apa kelak akan „diberikan” pemerintahnja. Keinsjafan jang mulai tumbuh ini, wadjib kita pupuk sehebat 2nja.
Persoalan ketiga dari organisasi jang perlu dikemukakan lagi,
ialah : persoalan bagian research (penjelidikan), Inspeksi, bagian ma djalah, bagian kursus 2 dll., djadi organisasi dalam tubuh Djawatan
Pendidikan.

1343

Sekalian Badan 2 dan Bagian 2 itu seakan-akan merupakan „pulau ”
dalam organisasi Pendidikan dan Pengadjaran. Sekaliannja amat pen ting, dan turut menentukan sifat dan isi Pendidikan dan Pengadjaran.
Oleh karena itu diusahakan lebih tegas Koordinasi antara segala bagian 2
tersebut. Achirnja satu persoalan lagi sekitar organisasi jang perlu
diperhatikan, jaitu: Persoalan Koordinasi antara Djawatan dsb. dalam
tubuh Departemen P.P. dan K. sendiri. Djawatan 2 itu benar 2 harus
merupakan badan 2 kokoh teratur dan berkoordinasi satu sama lain
dengan pembagian tugas jang konkrit.
Kita ketahui bahwa pendidikan itu dimulai didalam rumah jang
kita sebut lingkungan I (diluar sekolah).
Djawatan Pendidikan Umum dan Kedjuruan sudah djelas mengusahakan pendidikan dan pengadjaran sekolah 2 dan kursus (sebutkan
itu lingkungan II).
Djawatan Kebudajaan sesuai dengan namanja, terutama melaksanakan politik Kebudajaan (kultur-politik) jang langsung berhubungan
dengan usaha pendidikan. Sehubungan dengan pemakaian istilah ling kungan I dan II diatas, maka tugas Djawatan Kebudajaan adalah di dalam dan diluar sekolah, sehingga kebudajaan itu meresap kepada
djiwa anak-anak.
Djawatan Kebudajaan itu harus melenjapkan pengaruh 2 dan unsur 2
kebudajaan jang dapat merusak hasil pendidikan dilingkungan I dan II
dan berdasarkan pengaruh 2 dan unsur 2 jang mengembangkan pendidikan.
Dengan demikian Djawatan Kebudajaan harus pula. bekerdja-sama
dengan sekolah 2; kesan, terlampau banjak mengerdjakan tari 2an (serimpi, serampang duabelas dll.), untuk pertundjukan kepada orang 2
besar ataupun tamu dari luar negeri, hendaknja segera dilenjapkan
dengan tjara bekerdja seperti/lingkungannja seperti Djawatan Kebu dajaan.
Dalam rangka susunan persekolahan jang kita rentjanakan kelak,
Djawatan Pendidikan Masjarakat bertugas membuka kursus 2 masjarakat
untuk mendjadi tukang sepatu, tukang bubut, tukang pangkas, montir
radio, sopir, montir listrik, mobil, djuru 2 tik, seteno dsb.
Sehingga setjara masal mulai dari tenaga 2 rendahan tetapi ahli,
terbentuk soal-soal administrasi dalam organisasi perlu disederhanakan,
sehingga sifat birokrasi hendaknja dikurangi.
§ 970. Sistim pendidikan nasional
Sistim, Pendidikan Nasional hendaknja mempunjai Tiga Dasar :
Panama, dasar sosiologis :
Pendidikan harus mendjadi fondamen bagi setiap usaha pembangunan.
Kedua, dasar psiologis:
Setiap manusia harus merupakan pemakai dan penghasil dalam
bidang materiil ataupun kulturil.
Ketiga, dasar filosofis :
Sistim pendidikan kita harus lahir dart filsafat jang dianut Negara
(Pantjasila).
1344

Jang kita lukiskan diatas, djuga Djawatan Pendidikan Masjarakat mempunjai :
a. Dasar Sosiologis :
Pendidikan merupakan fondamen bagi pembangunan.
Pendidikan baru memperoleh makna dan tudjuan jang tepat, bila
ia diintegrasikan kedalam dan didjadikan dasar bagi usaha pembangunan masjarakat.
Djadi pendidikan mempunjai fungsi berbakti, jakni menghasilkan
pembangunan-pembangunan.
Dalam pada itu usaha pembangunan itu harus berentjana, djika
tidak, maka pendidikan akan mendjadi katjau dalam memenuhi
fungsinja.
Sebagai misal: bila hendak mendirikan sebuah gedung tanpa
merentjanakan tenaga-tenaga ahli apa jang kita perlukan, dan
djumlah berapa, maka mungkinlah kita kekurangan tukang tembok,
tetapi kelebihan tukang batu dan sebagainja.
Dewasa ini kita melihat timbulnja urut pengangguran beribu-ribu
ditengah-tengah djutaan rakjat jang masih buta-huruf jang haus
akan pendidikan ; hal ini berarti mendirikan sekolah-sekolah guru
tidak lebih dahulu dengan pembangunan jang berentjana.
Terlebih-lebih seperti Indonesia dimana fungsi pembangunan itu
ialah untuk melenjapkan penderitaan bangsa dalam waktu jang
se-singkat 2nja, maka benar-benar merupakan sjarat mutlak, bahwa
pendidikan harus setjara rasionil dihubungkan dengan usaha pem bangunan.
Dengan djalan demikian seluruh bangsa Indonesia dengan tjepat
dapat didjadikan suatu totalitet manusia jang bekerdja kearah suatu
tjita-tjita.
Achli sosiologi Karl Mannheim dengan tegas berkata dalam bukunja
bahwa : FONDAMEN DARI PEMBANGUNAN IALAH PENDIDIKAN, dalam lain perkataan, pembangunan tanpa pendidikan
pasti akan gagal.
Kita berikan beberapa tjontoh :
Pertama:
Kesehatan bangsa masih sangat perlu segera dibina dan mendapat
perhatian sungguh 2 dari Pemerintah, karena itu kita memerlukan
dalam djumlah puluhan ribu ahli-ahli kesehatan bukan sadja dokter-dokter jang memerlukan Pendidikan jang agak pandjang, tetapi
ter-lebih 2 ahli-ahli kesehatan tingkat II. Umpama : Djururawat 2,
Bidan2, Mantri2, jang pendidikannja lebih singkat tetapi mentjukupi.
Andaikata sepertiga sadja penganggur 2 tamatan S.M.A. dewasa ini
adalah ahli 2 kesehatan tingkat II, maka terang kesehatan bangsa
kita akan lebih baik terpelihara.
Kedua:
Negara kita jang mempunjai daerah air (lautan) jang sangat luas
itu memberi kemungkinan banjak untuk penghidupan sebagai
nelajan-nelajan. Andaikata sepertiga sadja tamatan S.M.A. itu adalah nelajan-nelajan jang terlatih baik, maka kekurangan proteine
jang begitu vital bagi bangsa kita sebagian besar terpenuhi.

1345

Selandjutnja andaikata ratusan ribu tamatan S.R. jang tidak dapat
melandjutkan peladjarannja, pernah mempeladjari sesuatu ketram pilan sosial dalam lapangan pertanian, peternakan, pertukangan
dsb. selama dia sekolah di S.R., maka pastilah daja produksi ber kepala sangat tinggi.
Banjaklah lagi tjontoh 2 seperti jang diberikan diatas jang dapat
menundjukkan adanja kepintjangan-kepintjangan pada sistim pendidikan pengadjaran kita, jang harus segera murigkin kita atasi.
b. Dasar Psikologis:
Setiap manusia adalah manusia penghasil dan pemakai.
Pembangunan masjarakat mempunjai segi 2 materiil dan kulturil.
Karena setiap orang Indonesia harus kita usahakan supaja mendjadi penghasil (pentjipta) dan pemakai (penikmati) dalam segisegi materiil dan kulturil itu.
Tjontoh untuk mendjelaskan maksud istilah-istilah tersebut diatas
ialah :
Seorang jang membeli mobil adalah pemakai materiil;
Seorang jang menikmati hasil lukisan 2 jang indah adalah pemakai
kulturil;
Seorang jang menukangi sesuatu adalah penghasil materiil ;
Seorang jang menggubah pantun 2, sjair-sjair jang indah adalah
penghasil kulturil.
Orang jang semata-mata dipersiapkan untuk sesuatu kedjuruan
mendjadi penghasil jang baik, tetapi ia bukan pemakai, dan kulturil
djiwanja miskin. Sebaliknja orang 2 jang hanja menerima pendidikan umum hanja pemakai belaka. Ia bukanlah penghasil. ,
Kedua djenis pendidikan tersebut jaitu jang hanja mendidik untuk
pengetahuan umum mengakibatkan struktur masjarakat jang tegang dan pintjang.
Menurut pengalaman kita, didikan sematjam inilah jang pernah
kita alami dalam masa2 pendjadjahan. Djika kita djudjur mengakuinja banjak ahli-ahli teknik jang menganggap sjair 2 dan pantun2
indah, chajal belaka. Sebaliknja banjak seniman2 jang dapat menikmati hasil dari teknik2 dan sebagainja.
Segi penghasil (Pentjipta) itu dapat dikatakan identik dengan
keachlian, ketrampilan pembaktian kepada kesedjahteraan masjarakat, djadi segi sosial.
Segi pemakai adalah identik dengan segi kesedjahteraan diri sendiri maupun kulturil ataupun materiil. Untuk mendjamin keseimbangan antara kedua segi tersebut kita harus mendidik setjara
individuil dan djuga setjara sosial. Segi sosial ini harus mendapat
perhatian jang sungguh.
Pendidikan sosial itu dapat diwudjudkan dalam bentuk, methodeprojek, tetapi bukan methode projek jang dipusatkan kepada se suatu mata peladjaran, melainkan jang berpokok kepada masalah
bangsa, konkritnja projek Desa.
Projek-projek itu harus sedemikian sehingga:
1. Peladjaran2 kita dapat memahami masalah bangsa kita dalam
lapangan politis, ekonomis, sosial/dan kulturil (segi mengenal).
1346

2. Peladjar 2 harus merasakan masalah 2 bangsa kita dalam lapangan-lapangan tersebut (segi perasaan).
3. Pada peladjar harus timbul kemauan untuk mentjurahkan
tenaganja memetjahkan masalah 2 tersebut sehingga rakjat dilepaskan dari penderitaan (segi kemauan).
4. Peladjar harus dapat bekerdja-sama dan berorganisasi dalam
projek-projek itu (segi koperasi dan organisasi).
Projek jang kita maksud harus meliputi segala lapangan hidup,
tidak seperti projek 2 John Dewey jang hanja bersifat sosioekonomis.
Selandjutnja projek 2 itu harus ditudjukan kepada menanamkan hasrat mengubah masjarakat dewasa ini mendjadi masjarakat jang berdjiwa Pantja-Sila sesuai dengan U.U.D. Negara
kita.
(Lain halnja dengan projek 2 John Dewey jang ditudjukan kepada menjesuaikan diri kepada masjarakat, dan bukan mena namkan hasrat untuk mengubah masjarakat itu).
Sifat 2 mengenai teknik dan tjara mendidik jang sangat sesuai
dengan pendidikan nasional ialah :
(a) Sifat expresi dan keaktipan.
(b) Sifat kerdja-sama dan bergotong-rojong.
(c) Sifat beladjar dengan berbuat.
(d) Sifat2 pendidikan berlangsung dengan ikut-serta dalam
hidup masjarakat.
Sifat psikologis dan filosofisnja a l ialah:
(1) sifat watak dibentuk dalam kegiatan 2 sosial jang konkrit,
djangan bukan melalui chotbah 2 sosial tentang kesusilaan.
(2) tugas pendidikan ialah menemukan dan mengembangkan
pembawaan dan bakat-bakat.
c. Dasar Filosofis :
Sistim pendidikan kita harus lahir dari dan sesuai dengan filsafah
jang dianut negara.
Undang-undang pokok pendidikan menegaskan, bahwa pendidikan
kita harus berdasarkan Pantja-Sila.
Sebenarnja uraian diatas tentang dasar sosiologis dan psikologis
sudah sesuai dengan beberapa sifat 2 (segi 2) pendidikan dan berdasarkan Pantja-Sila, jaitu :
1. Sosiologis : Pendidikan harus merupakan fondamen bagi
pembangunan masjarakat.
2. Psikologis : Setiap manusia harus merupakan penghasil dan
pemakai dalam keseimbangan jang harmonis.
§ 971. Struktur Persekolahan
Dasar sosiologis dan psikologis jang diterangkan diatas dengan
sendirinja mempunjai akibat terhadap susunan (struktur) persekolahan.
a. Menurut dasar psikologis, dengan sendirinja sekolah 2 jang hanja
menghasilkan djuru 2 sadja (djadi hanja penghasil), tidak sesuai.
1347

b.
c.

Sebaliknja, sekolah 2 jang hanja memberikan pengetahuan 2 umum
tanpa melatihnja dalam satu 2 hal keahlian, djuga tidak sesuai,
karena hanja menghasilkan pemakai.
Dasar psikologis menginginkan pendidikan jang harmonis, karena
itu ada dua kemungkinan terhadap struktur sekolah, jaitu :
Pertama:
A. dalam sekolah 2 umum jang ada sekarang diberi didikan
tambahan dalam sesuatu djurusan bakat anak didik.
B. dalam sekolah kedjuruan jang ada diberikan pengadjaran
tambahan pengetahuan umum dengan teratur dan intensif.
Kedua:
Direntjanakan sesuatu struktur persekolahan jang baru.
1.
Menurut dasar sosiologis, sekolah 2 harus menghasilkan pembangun-pembangun dalam kwalitet dan kwantitet jang diperlukan untuk pembangunan tanah air (negara dan masjarakat).
2. Kita ketahui setiap negara muda seperti kita ini memerlukan
tenaga 2 ahli sebanjak mungkin dalam waktu jang setjepat
mungkin pula.
3. Akibat 2 dari pasal 2 diatas terhadap struktur persekolahan kita
adalah sebagai berikut:
Pertama:
Susunan sekolah kita harus segera mungkin dipusatkan kepada
kedjuruan dalam pada itu kita harus memperhatikan hasi1 2 ilmu
djiwa jang dapat memberikan petundjuk 2 pada kita, sedjak umur
berapa seseorang anak dapat dianggap telah tjukup „matang ” untuk
„mengenal ” bakatnja untuk diperkembangkan selandjutnja.
Kedua:
Dalam keadaan sekarang ini kita harus memperbanjak sekolah 2
kedjuruan sadja seperti jang ada sekarang.
Ketiga:
Kita menjusun struktur persekolahan jang baru.
Setelah memberikan pendjelasan 2 diatas, kita tidak bisa melepaskan diri dari kenjataan, antara lain :

hingga taraf mana dapat kita wadjibkan sekolah
seseorang warga negara (batas kewadjiban beladjar).

hingga mana ekonomis dapat kita pertanggungdjawabkan, sehingga batas waktu dapat kita tentukan.

hingga mana kesanggupan kita menghapus atau
mengubah struktur jang ada, karena rentjana chajalan dalam
masa pembangunan jang malahan mendjadi penghalang segala
usaha 2 kemadjuan.
Menghapuskan begitu sadja sesuatu sekolah jang telah ada, tetapi
tidak tjotjok lagi dalam struktur jang kita inginkan, pasti tidak
mungkin dengan tidak menggunakan masa peralihan.

1348

§ 972. Tudjuan Sekolah Taman Kanak-kanak
Sekolah taman kanak-kanak:
Sekolah taman kanak 2 merupakan suatu bagian jang terintegrasi
dalam keseluruhan sistim pendidikan: ada jang menganggap, bahwa
Sekolah T.K. ini adalah suatu luxe dan hanja teruntuk anak 2 orang
jang punja. Pendidikan ini amat kita sesalkan, karena djustru masa jang
dialami anak didik pada S.T.K. dapat memberi ketentuan-ketentuan
penting dalam pertumbuhan selandjutnja.
Betapa lainnja sikap seorang anak jang dari S.T.K. daripada sikap
seorang anak jang langsung ke-kelas I sekolah rakjat, tjukup dapat
menundjukkan hasil 2 baik dari S.T.K. itu, al.: Penguasaan gerak,
inisiatif, kerdjasama, penguasaan diri, keradjinan, penguasaan bahasa
lisan dan sebagainja.
Selain dari itu S.T.K. itu tidak perlu harus mahal pembiajaannja,
sebab dapat djuga disederhanakan sesuai dengan kekuatan keuangan.
Singkatnja, fungsi dari S.T.K. itu ialah al.:
a. membina penjesuaian sosial dan ekonomi pada anak.
b. menjeleksi dan meng-organisasi pengalaman, sehingga anak-anak
mendjadi perasa terhadap hal 2 jang baik.
c. mempererat hubungan baik antara anak, orang tua, guru dan
masjarakat.
Dalam Undang-undang No. 12 tahun 1954. Pasal 6: ajat I menurut
djenisnja pendidikan dan pengadjaran dibagi atas:
1. Pendidikan dan Pengadjaran Taman Kanak 2.
2. Pendidikan dan Pengadjaran Rendah (Dasar).
3. Pendidikan dan Pengadjaran Menengah.
4. Pendidikan dan Pengadjaran Tinggi.
a.b.c.d. merupakan suatu keseluruhan sehingga pendidikan Pengadjaran Taman kanak 2 adalah bagian jang tak dapat dipisahkan dari
jang lain. Ini berarti bahwa dalam prinsip Pemerintah wadjib mendirikan S.T.K. 2 seperti halnja dengan S.R. sekolah Menengah dsb., akan
tetapi berhubung dengan keadaan Negara, dimana harus dilaksanakan
rentjana kewadjiban beladjar (tingkat S.R.) didalam lima Tahun.
Hal mana memerlukan pembiajaan jang istimewa, maka dapat diambil
kebidjaksanaan, untuk sementara menangguhkan pelaksanaan rentjana
S.T.K. oleh Pemerintah atau dilaksanakannja dalam djumlah jang
terbatas.
Dan masih dihadapkan perasaan jang aktip dari Swasta (masjarakat). Sebagai tegenprestasi, Pemerintah harus memperbanjak S.G.T.K.
Negeri. Perbandingan Pemerintah-Swasta pada tahun 1958: S.G.T.K.
Negeri 6 dan S.G.T.K. Partikelir 40. Untuk mentjukupi kebutuhan 2
dalam masjarakat, adalah merupakan suatu kenjataan bahwa diseluruh
tanah air S.T.K. 2 tumbuh sebagai tjendawan dimusim hudjan, karena
telah dirasakan sebagai kebutuhan jang mutlak. Pun-dianggap perlu
didirikannja S.T.K. 2 Tauladan (model scholen) :
1349

(a). untuk mendjadi tjontoh/pegangan bagi S.T.K. 2 Swasta.
jang akan didirikan oleh Pemerintah.
(b). untuk mempraktekkan hasil olahan dari Laboratorium psikologi
jang akan didirikan oleh Pemerintah.
Dan terhadap usaha swasta Pemerintah hendaknja mengadakan
koordinasi/kerdjasama jang sebaik-baiknja dan memperbesar
subsidinja
§ 973. Sekolah Dasar
Jang kita maksud ialah jang biasanja disebut Sekolah Rakjat.
Kita berpendapat bahwa didikan se-rendah 2nja jang wadjib dialami
setiap warganegara ialah Sekolah Rakjat jang 6 tahun itu. Tentu
sadja hal ini hanja pada masa permulaan ini; karena bila fase ini telah
selesai, maka makin lama makin dipertinggikan kelak tingkat kewa djiban beladjar tersebut.
Itu sebabnja, maka dewasa ini nama S.R. itu sebaiknja diubah
mendjadi Sekolah Dasar, agar tambah djelas maksud dan tudjuannja
bagi-setiap warganegara Indonesia. Fungsi Sekolah Dasar itu ; ialah :
Pertama:
Menanamkan djiwa kebangsaan pada anak didik (djiwa persatuan,
patriotisme dan demokrasi) semangat kesederhanaan, semangat beker dja dan pengabdian rasa hormat kepada orang tua dan wanita dsb.
S.D. harus memberikan sesuatu bekal ekonomis, politis dan kulturil
sesuai dengan djiwa anak2, misalnja : membatja riwajat hidup pahlawan 2
jang meninggalkan anak 2 kesan jang permanen dalam djiwa si anak
(bukan mempeladjari deretan 2 tahun 2 sedjarah).
Djadi bukanlah terutama untuk mempersiapkan si-anak untuk me nempuh udjian supaja dapat melandjutkan peladjarannja kesekolah
lebih tinggi. Karena itu sebaiknja methode jang dipergunakan ialah
terutama „sistim projek” jang berpusat kemasjarakatan.
Termasuk fungsi pertama itu ialah memberikan pengertian arti
kesehatan bagi si-anak.
Kedua:
Memberikan ketrampilan jaitu membatja, menulis, berhitung.
Ketiga:
Memberikan pengetahuan 2 jang fundamentil dan fungsionil hidup
(pertanian dan sebagainja).
Termasuk fungsionil umpamanja: tjara mempertinggi produksi makanan.
Keempat:
Memberikan penerangan kedjuruan sebagai usaha pertama kearah pemilihan pekerdjaan dengan djalan sistim 2 projek dan batjaan 2
jang menarik.
Keempat-empat fungsi itu tidaklah terpisah satu antara lain, tetapi
merupakan suatu kebulatan jang menudju kepada pembentukan kepri badian jang kokoh.

1350

§ 974. Sekolah Pra Kedjuruan
a.

Fungsi Sekolah Pra Kedjuruan ialah:
Pertama:
Kelandjutan dari fungsi-fungsi Sekolah Dasar dalam memberikan
pengetahuan umum lebih mendalam.
Kedua:
Dan terutama membimbing para peladjar setjara sistimatis, hingga
„mempertemukan” si-anak dengan bakatnja.
Berapa lama Sekolah Pra Kedjuruan itu bergantung kepada urgensi keperluan tenaga ahli. Sebenarnja makin lama persiapan
dalam sekolah pra kedjuruan makin menguntungkan kepada per kembangan kepribadian seseorang jang memberikan pula kepada
pendidikan kedjuruannja.
Tetapi melihat kenjataan dan keadaan, bahwa tenaga-tenaga ahli
diperlukan setjepat mungkin, maka tjukuplah 3 tahun Sekolah Pra
Kedjuruan.

b. Mata peladjaran 2 di Sekolah Pra Kedjuruan itu dapat dibagi dalam
3 golongan:
Pertama:
Jang diwadjibkan : jang fundamentil.
Kedua:
Jang diwadjibkan dengan memilih : (minta peladjaran Pra Kedjuruan).
Ketiga:
Jang tidak diwadjibkan dengan memilih : (mata-peladjaran kege maran).
Mata-peladjaran Pra Kedjuruan ini harus didasarkan kepada soal 2
pembangunan jang terpenting, umpamanja: Industri, pertanian,
peladjaran, kesehatan, transmigrasi dll.
Disinilah terlihat suatu perbedaan prinsipil dengan diferensiasi
sesudah dua tahun jang terutama di S.M.P. sekarang ini didasarkan
kepada dapat tidaknja Ilmu Pasti.
Sistim ini memerukan ruangan 2 tersendiri untuk tiap 2 mata peladjaran pilihan, praktikum dan untuk olah-raga, musik dan sebagainja.
Jang lebih dapat kita laksanakan dalam rangka pendidikan nasional
dan lebih sesuai dengan realitet jang kita hadapi ialah, bahwa di
Sekolah Pra Kedjuruan ini sambil peladjar 2 tersebut beladjar untuk benar 2 „menginsjafi” bakatnja setiap tahun harus ada salah
satu mata-peladjaran pilihannja jang chusus mesti diselesaikannja
sendiri disamping peladjaran biasa, sehingga setiap tahun ada satu
hal jang benar 2 telah dikuasai oleh jang bersangkutan.
Bila is terpaksa meninggalkan Sekolah, karena keadaan ekonomi
(hal mana bukan hal jang aneh dalam masjarakat kita), maka
1351

pastilah ia sudah „ahli ” dalam hal jang telah chusus dipilihnja
setiap tahun menurut djendjang taraf 2 jang didjalani.
Karena itu persiapan untuk pilihan chusus ini harus dengan sekuat
tenaga diselesaikan tiap tahun.
Menurut keadaan, sistim inilah jang sangat sesuai dengan constilasi masjarakat kita dewasa ini.
§ 975. Fungsi Sekolah Kedjuruan termasuk Kewanitaan
Perkembangan watak dan pengetahuan seperti jang terdapat dalam
fungsi Sekolah Dasar dilandjutkan sampai Sekolah 2 Kedjuruan jang
diselenggarakan baik oleh Departemen P.P. dan K. maupun oleh
berbagai Kementerian.
Disamping itu tentu diutamakan peladjaran 2 Kedjuruan jang sesuai dengan djenis sekolah tersebut.
Pada setiap Sekolah Kedjuruan diberi dua djenis mata-peladjaran :
Pertama : jang chusus mengenai kedjuruan.
Kedua : vak2 umum untuk pembentukan kepribadian dalam
hubungan djiwa kebangsaan.
Antara kedua djenis mata-peladjaran itu harus senantiasa ada
korelasi jang tegas, sehingga diluar dan didalam tetap merupakan
suatu keseluruhan usaha jang bulat.
Kedjuruan ini dapat dibagi dalam berbagai taraf.
Setiap taraf dapat diberi suatu penjebutan jang berachir dengan
gelaran B.A., M.A., Dr.
§ 976. Universitas-universitas (Perguruan Tinggi)
a. Fungsi Universitas dan Perguruan Tinggi lainnja ialah: mempersiapkan ahli 2 tingkat tertinggi dengan djumlah dan kwalitet jang
disesuaikan dengan keperluan pembangunan dan pembinaan masjarakat. Membentuk manusia 2 Ilmiah untuk penjelidikan ilmu 2
pengetahuan baru.
b. Untuk memperoleh hasil peladjaran jang setinggi-tingginja bagi
para tjalon kader tinggi, dalam rangka pembangunan semesta dan
berentjana adalah perlu diadakan peladjaran terpimpin (guided
study) dalam arti:
 Menentukan djumlah siswa bagi tiap-tiap fakultas atau djurusan
dari fakultas.

Menentukan waktu tentamen dan udjian.

Menentukan sjarat-sjarat penerimaan siswa.

Membatasi kemerdekaan beladjar.

Menggunakan sistim „tutorship”.
c. Agar kader tinggi selain ahli, djuga berdjiwa pembangunan, maka
perlu diadakan studium generale jang meliputi peladjaran tentang
Pantja-Sila, Demokrasi Terpimpin, U.U.D. 1945, kepribadian Indonesia.
d. Mengusahakan agar lambat laun tiap-tiap propinsi mempunjai satu
Universitas dengan minimum 5 fakultas.

1352

e.

Diusahakan Universitas 2 Rakjat, dimana sardjana 2 muda menjalurkan pengetahuannja setjara popular sebagai guru.

f.

Agar makin tepat guna menggerakan tenaga Swasta mengenai
Pendidikan Kader Tinggi dalam rangka pembangunan, Pemerintah
hendaknja mengadakan Lembaga Perguruan Tinggi Swasta.
Lembaga tersebut bertugas memberi bimbingan dan pengawasan
pada perguruan 2 Tinggi Swasta. Anggota dan Ketuanja diangkat
oleh Pemerintah, sebagian dari Pegawai 2 negeri, sebagian dari
golongan Perguruan Swasta, sehingga dalam Lembaga resmi ini
terlaksana pertemuan antara pikiran 2 Pemerintah dan pikiran 2
masjarakat kearah pembangunan masjarakat jang adil dan makmur.
Lembaga tersebut bertanggung-djawab langsung kepada Menteri P.P.
dan K. supaja Departemen P.P. dan K. mengusahakan agar Perguruan
Tinggi-Perguruan Tinggi Swasta mendapat bimbingan tentang soal
teknis jang mengenai Pendidikan dan Pengadjaran Universitas dari
Universitas 2 Negeri, misalnja bahwa mahasiswa 2 dari Perguruan
Tinggi Swasta dapat menempuh udjian, pada tiap tingkatan pada
Universitas Negeri atau misalnja:
Supaja sebelum Perguruan Tinggi-Perguruan Tinggi swasta dapat
menjelenggarakan udjian sardjana, pada mahasiswa itu sesudah
lulus-tingkat sardjana 2 muda, dapat melandjtitkan peladjarannja
pada Universitas 2 negeri untuk mentjapai gelar Sardjana.

g.

Agar Lembaga 2 jang termasuk dalam lingkungan Universitas 2
mengadakan/mempergiat researches tentang soal 2 jang mengenai
pembangunan semesta Berentjana.

h. Agar selekas mungkin dibentuk Undang 2 Perguruan Tinggi dalam
maim terdjamin otonomi Universitas didalam arti lengkap (privaat
dan publiekrechtelijk) dan agar pada tiap Universitas diberikan
sifat Civitas Academica.
§ 977.. Djenis Persekolahan da