Jilid-02-Depernas 24-Bab-11

RAN T JAN GAN
DASAR UNDANG-UNDANG PEMBANGUNAN
NASIONAL - SEMESTA - BERENTJANA
DELAPAN TAHUN : 1961 - 1969
DJILID II
PARAGRAP : 87 - 304

RANTJANGAN
Dasar Undang-undang Pembangunan NasionalSemesta-Berentjana delapan tahun: 1961-1969
disusun oleh Dewan Perantjang Nasional
Republik Indonesia

TERDIRI ATAS
BUKU KE – SATU

: Pokok-pokok Pembangunan NasionalSemesta-Berentjana.

BUKU KE – DUA

: Rantjangan Bidang Pokok Projek Pembangunan Nasional-Semesta-Berentjana.


BUKU KE – TIGA

: Bidang Mental/Ruhani dan Penelitian.

BUKU KE – EMPAT

:

Bidang Kesedjahteraan, Pemerintahan
dan Keamanan/Pertahanan

BUKU KE - LIMA

: Bidang Produksi.

BUKU KE ENAM

: Bidang Distribusi.

BUKU KE - TUDJUH


: Bidang Keuangan.

BUKU KE - DELAPAN

: Uraian Menteri-menteri.

B U K U K E –S A T U
POKOK-POKOK PEMBANGUNAN
NASIONAL - SEMESTA - BERENTJANA
DJILID II : SOSIALISME INDONESIA
TRIPOLA PEMBANGUNAN
POLA PROJEK
ISINJA
BAB
11.
12.
13.
14.
15.

16.
17.
18.
19.
20.

21.
22.
23.
24.
25.

URAIAN LENGKAP
RUMUSAN POKOK-POKOK
PIKIRAN MENGENAI SOSIALISME INDONESIA
BABAK UMUM
DJANGKA WAKTU RENTJANA
DELAPAN TAHUN ATAU SATU
WINDU
PENDUDUK

PENDAPATAN NASIONAL
LANDASAN DAN PERSIAPAN
PEMBANGUNAN SERTA SJARAT 2
MINIMUM UNTUK MEMBANGUN
KEBIDJAKSANAAN DALAM
PEMBANGUNAN
GARIS2 BESAR RENTJANA
PEMBANGUNAN NASIONAL
SEMESTA BERENTJANA
LOTENG DAN LUAS VOLUME
PEMBANGUNAN SEMESTA DAN
PEMBAGIAN PROSEN (ALLOKASI) BAGI GOLONGAN
PROJEK
PROJEK PEMBANGUNAN GOLONGAN A DAN GOLONGAN B
KERDJA SAMA KEUANGAN
DAN TECHNIS
POLA PROJEK
DAFTAR PROJEK MENURUT
BIDANG
DAFTAR KEGIATAN JANG

TIDAK MEMERLUKAN BIAJA
DALAM BIDANG2

Paragrap

Hal

(§)
87 - 100

175

101 - 171
172 - 177

263
290

178 - 179
180 - 186

187 - 188

294
296
303

189 - 220

315

221 - 234

326

235 - 248

331

249 - 253


341

254

343

255 - 259
260 - 275

344
346

276 - 291

349

292 - 304

408


BAB. 11. URAIAN LENGKAP
SOSIALISME (A LA) INDONESIA
§ 87. Istilah sosialisme (a la) Indonesia
Pembangunan semesta-nasional-berentjana jang pertama un tuk dilaksanakan dalam rangka waktu 8 tahun, 1961 - 1969, jang
disusun oleh Dewan Perantjang Nasional selama tahun 1959 - 1960,
mengandung dasar dan tudjuan dengan ber-kali² melaksana kan
pembangunan tersebut hendak membentuk masjarakat adil dan
makmur berdasarkan adjaran Pantja Sila, seperti dirwmuskan da lam
mukaddimah Undang2 Dasar Proklamasi, jang telah berlaku lagi
dalam Republik Indonesia sedjak 5 Djuli 1959. Masjarakat Adil
d a n m a k m u r b e r d a s a r k a n a d j a r a n P a nt j a S i l a i t u di n a m a i dj u g a
m a s j a r a k a t s o s i a l i s a l a I n d o n e s i a a t a u m a s j a r a k a t so s i a l i s m e
Indonesia. Dasar atau tudjuan pembangunan itu sangat penting
sekali untuk diketahui maksud dan wudjud jang tersimpul didalamnja, supaja pelaksanaan pembangunan itu pada hakekatnja da p at dipertanggung djawabkan sebagai alat perdjuangan untuk
mentjapai kesedjahteraan Rakjat dalam pembentukan masjarakat
jang akan diperdjuangkan, supaja benar2 mendjadi masjarakat ad i l
dan makmur jang diliputi negara Republik Indonesia.
Oleh sebab itu Depernas telah menugaskan kepada suatu
Panitia Chusus, untuk merumuskan Sosialisme (a la) Indonesia
m e n g e n a i D a s a r, I s i d a n Tu d j u a n , b e r h u b u n g a n d e n g a n P e m b a ngunan Semesta Depernas.

K a t a " a l a " d i t e m p a t k a n d a l a m t a n d a k u r u n g . Ti m b u l p e r t a njaan, apakah maksud jang terkandung dalam pimpinan Depernas
u n t u k m e m p e rg u n a k a n s e b u t a n " S o s i a l i s m e a l a I n d o n e s i a " d e n g a n
menempatkan kata² "a la" didalam tanda kurung ?
Mula2 belum terdapat ketentuan dalam mempergunakan istil a h m a n a k a h j a n g s e h a r u a n j a d i p a k a i , " S o s i a l i sm e a l a I n d o n e s i a " ,
ataukah "Sosialisme Indonesia".
M a k s u d pi m p i n a n D e p e r n a s m ul a 2 t e r s i m p u l d u a k e m u n g k i n a n :
Pertama, pimpinan Depernas menganggap tidak ada kemung ki nan unt uk m em i li h, sehi ngga sebut an "S osi al i sm e a l a I n d o n e s i a "
dan "S osi al i sm e Indonesi a" dapat di pakai bersel i ng- bergant i , d i p e r gunakan sebagai synoniem.
Kedua, mungkin pula pimpinan Depernas setjara impliciet
dapat menjerahkan kepada penjelidikan Panitia untuk menentukan
sebutan manakah jang paling tepat dapat dipergunakan.
Oleh karena dua sebutan diatas merupakan nama jang dibe rikan
kepada idee jang ditjetuskan oleh Presiden Soekarno, sebagai jang
ternjata dari pidato beliau dihadapan para peladjar dan ma sjarakat
I n d o n e s i a d i To k i o p a d a t g l . 2 8 M e i 1 9 6 0 : , , K e t j u a l i i t u t j i t a 2
diatas lapangan sosial ekonomi, jaitu pada waktu achir 2 ini saja
namakan Sosialisme a la Indonesia" (Kertas stensilan jang
dikeluarkan oleh Departemen Penerangan, tertanggal 4 Djuni 1960),
175


maka kami selidiki setjara chronologis nama manakah jang
dipergunakan
oleh
Presiden
Soekarno.
Penjelidikan
setjara
chronologis ini bermaksud pula untuk menentukan kapan paling
pertama Pre- siden Soekarno mempergunakan sebutan tadi,
berhubung dengan timbulnja pertikaian faham dalam lingkungan
Panitia tentang waktu, pada mana Presiden Soekarno untuk pertama
kalinja memakai salah suatu dari dua nama tersebut diatas. Suatu
p i h a k b e r n e n d a p a t , b a h w a d a l a m D e m o k r a s i Te r p i m p i n , u n t u k
pertama
k a l i n j a P. J . M . P r e s i d e n m e n e g a s k a n "
kita hendak
membangun ma- sjarakat sosialis a la Indonesia, hanja dalam
masjarakat sosialislah kaum wanita, Rakjat Indonesia dapat
menikmati
kebebasannja

............”
(tjatatan
stenografis)”.
(Sumbangan fikiran jang dilampirkan) ". Pihak itu tidak
menjebutkan kapankah tjeramah Presiden Soekarno tentang
D e m o k r a s i Te r p i m p i n d i b e r i k a n d i m u - k a p a r a w a n i t a d i I s t a n a
N e g a r a . D e n g a n m e n g h u b u m g k a n k u - t i p a n dari sumbangan fikiran
diatas
itu.
dengan
karangan
Ki
Moesa’1 Machfoel d, j ang
berdj udul ,,Masj arakat Sosi al i s I n d o n e s i a ” , d a p a t d i t e n t u k a n k a p a n
tjeramah Presiden Soekarno tadi dilang sungkan. Dalam pengantarnja
Ki Moesa’l Machfoeld menulis, bahwa ,,pers harian jang terbit pada
tgl. 16 April 1959 rata 2 memuat renortase tentang pertemuan antara
P. J . M . P r e s i d e n S o e k a r n o d e n g a n M a s s a Wa n i t a D j a k a r t a , j a n g
d i s e l e n g g a r a k a n o l e h B . K . S . Wa n i t a M i l i t e r d i I s t a n a N e g a r a p a d a
hari Rebo (tgl. 15 April 1959 ??)”, dan dari harian „Nasional” Ki
Moesa’l Machfoeld mengutip se-bagai, berikut :
„1. Presiden Soekarno menjerukan didalam rangka demokrasi
terpimpin hendaknja segenap anggota masjarakat, baik laki 2 maup u n w a n i t a , p e r- t a m a 2 m e n t j u r a h k a n t e n a g a , m e r o m b a k s u s u n a n
masjarakat kita sekarang mendjadi suatu Masjarakat Sosialis
Indonesia jang adil dan makmur”.
2. Selandjutnja dinjatakan bahwa kebahagiaan Bangsa Indo nesia jang sesungguhnja itu hanja terdapat pada atau Masjarakat
Sosialis Indonesia dalam bentuk demokrasi terpimpin sesuai d e n g a n
kepribadian bangsa Indonesia sendiri".
Menurut pihak lain sebutan ,,masjarakat socialis a la Indonesia” telah dipergunakan dalam pidatonja jang dilangsungkan pada
Musjawarah Nasional Pembangunan 25 Nopember - 1 Desember
1957, dan untuk membuktikannja Panitia menjelidiki pidato tadi,
didalam mana terdapat bagian jang berbunji sebagai berikut:
,,Apakah kita hendak membangun suatu masjarakat jang
berdasarkan diktatur proletariat suatu masjarakat socialis a la
Russia, suatu masjarakat komunistis ?
D j u g a t i d a k S d r. K e t u a . K e p r i b a d i a n b a n g s a k i t a t i d a k s e s u a i
dengan sistim ini.
Maka masjarakat bagaimanakah jang hendak kita bangun ?
Djawabnja telah diberikan oleh Saudara2 pemberi prasaran dan
djawab itu tertjantum dalam suaatt undangan ke Munas Pembangunan ini.
Jang hendak kita bangun jaitu suatu masjarakat jang adil
makmur dan sentosa, sesuai dengan kepribadian Rakjat Indonesia,
176

suatu masjarakat berkeadilan sosial sesuai, dengan pasal 38
U.U.D.S. kita. Nama apakah jang akan diberikan kepada sistim
masjarakat jang kita hendak membangun itu ?
Seorang pemimpin kita pernah menamakannja masjarakat
s o s i a l i s a l a I n d o n e s i a . Te r s e r a h .
Saja pernah menamakannja suatu „masjarakat Pantja Sila”.
(Seluruh pidato itu kita lampirkan).
Dalam rapat Panitia, dimadjukan pula pendapat, bahwa me nurut ingatan, sebelum Musjawarah Nasional Pembangunan dilang sungkan, sungkan, Presiden Soekarno telah menggunakan nama "Sosialisme
a la Indonesia" dalam salah suatu sidang dari Dewan Nasional
berhubung dengan pembitjaraan tentang persoalan jang mengenai
D e m o k r a s i Te r p i m p i n d a n p e m b e n t u k a n D e w a n P e r a n t j a n g N a s i o n a l .
Untuk menjelesaikan pertikaian pendapat jang timbul dalam
l i ngkungan P ani ti a sebagai disebut kan di at as, P ani t i a m e m b e r i k a n
tugas kepada seorang anggota untuk menjelidiki bilamana istilah
"Sosialisme a la Indonesia" dipergunakan oleh Presiden Soekarno
untuk pertama kalinja didalam persidangan Dewan Nasional.
1. Dalam laporannja seorang anggota Panitya menundjukkan,
bahwa ,,dalam sidang tgl. 17 September 1957 Presiden Soekarno
mendjelaskan tentang idee masjarakat Indonesia jang adil dan
m akm ur at au masjarak at sosi al i s a la In d on esi a (kam i t j et ak d e n g a n
huruf tebal istilah "sosialis a la Indonesia"). Untuk mentjapai
itu, Presiden menekankan perlunja ada Dewan Perantjang Nasional
jang akan membuat blueprint pembangunan overall” (termuat dalam surat pengantar dari laporan anggota itu, angka 3; surat pengantar dan laporan seluruhnja kami lampirkan).
Untuk mremberikan pendjelasan lebih landjut akan kami kutip
bagian dari laporan tersebut, jang mempunjai hubungan langsung
dengan isi dari bagian surat pengantar diatas:
,,Untuk membitjarakan masalah Dewan Perantjang Nasional ini,
perlu kiranja drkemukakan disini idee Presiden Soekarno apa
,,perlu” dan ,,guna”nja Dewan Perantjang Nasional itu. Pokok 2
pikiran beliau adalah sebagai berikut :
a. Meskipun kita mengetahui bahwa semua aliran dan partai
politik di Indonesia itu menghendaki ,,tudjuan satu”, ialah masja rak at In d o n es i a j an g ad i l d an m akm u r, t et ap i k it a ti d ak b ol eh
lain tjara „mentjapai” dan ,,menafsirkannja”.
b. Untuk mentjapai masjarakat jang kita tjita 2kan itu maka
tidak mungkin kita mempergunakan tjara bekerdja dan berpikir
seperti "free fight" dalam masjarakat jang bersendikan "free fight
liberalism".
c. Pengalaman menundjukkan bahwa dengan sendi tersebut
kita tidak mentjapai buah jang kita harapkan. Buah jang kita harapkan itu ialah : masjarakat jang adil dan makmur atau masjarakat
Sosialis a la Indonesia (kita berikan tekanan kepada kata² "sosialis
a la Indonesia").
Unsur² sosialisme a la Indonesia (kita tekankan pula nama
"sosialisme a la Indonesia") jang sudah ada di Indonesia digam barkan :
177

1. dengan adanja gotong rojong, djadi bukan suatu
klassen-strijd.
2. keadaan m asj arakat agrari a.
3. unsur dj i wa keagam aan j ang kuat .
d. Karena tjita2 tentang bagaimana masjarakat jang kita
inginkan itu telah ada, maka perlu membangunkan Dewan Perantjang Nasional jang akan membuat "blueprint" pembangunan jang
o v e r a l l m e n u d j u m a s j a r a k a t a d i l d a n m a k m u r, d e n g a n u n d a n g 2 " .
Wa k t u 1 7 S e p t e m b e r 1 9 5 7 , j a n g t e r d a p a t d a l a m s u r a t p e n g antar dari laporan tersebut, terketjuali tanggalnja, adalah sesuai
dengan waktu jang disebdtkan oleh uraian tentang ,,Pola Pendje lasan Pembangunan", jang termuat dalam ,,Amanat Presiden
tentang Pembangunan Semesta Berentjana", halaman 73 huruf b :
,,Amanat Presiden pada sidang Dewan Nasional ke-IV bulan Sep tember 1957, jang menegaskan arti dari pada masjarakat adil dan
makmur berdasarkan Pantja Sila adalah masjarakat Sosialis a la
I n d o n e s i a , d a n b u k a n m a sj a r a k a t s e p e r t i d i S o v j e t U n i , H o n g a r i a ,
Tjekoslowakia dan lain²nja, karena Indonesia mempunjai tjorak
sendiri”.
Oleh karena, kesatu : maksud jang terkandung dalam uraian
diatas mirip dengan isi laporan tersebut jang telah dikutip diatas,
kedua : sidang Dewan Nasional ke-IV dalam tahun 1957 diadakan
p a d a t a n g g a l 1 7 , 1 8 d a n 1 9 S e p t e m b e r, m a k a , u n t u k s e m e n t a r a
sebelumnja terdapat bahan2 lain jang akan menundjukkan kepada
lain saat, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa Presiden Soekarno
m e m p e rg u n a k a n i st i l a h , , S o s i a l i s m e a l a I n d o n e s i a ” u n t u k p e r t a m a
kalinya pada tanggal 17 September 1957.
a. Menurut Penerbitan chusus, nomor 9, tahun 1958, dari Ke menterian Penerangan R.I., jang berdjudul ,,Mahasiswa Indonesia
mendjawab tantangan zamannja”, jang memuat Kuliah umum
Presiden Soekarno didepan para Mahasiswa di Istana Negara,
tanggal 3 April 1958, diselenggarakan oleh Panitya Aksi Massa
M a h a s i s w a A n t i P. R . R . I . , P r e s i d e n S o e k a r n o d a l a m u r a i a n j a n g
t e r t u l i s p a d a h a l a m a m 2 8 / 2 9 m e m p e rg u n a k a n s e b u t a n „ m a s j a r a k a t
adil dan makmur a la Indonesia"
,,Dan Dewan Perantjang, Nasional ini diberi tugas, tugas de ngan njata : ,,hai Dewan Perantjang Nasional, engkau dikumpulkan mendjadi Dewan, engkau harus membuat satu blauw-druk, satu
b l u e p r i n t d a r i p a d a m a s j a r a k a t j a n g a d i l d a n m a k m u r. M a s j a r a k a t
adil dan makmur Indonesia, masjarakat adil dan makmur sebagai
pentjerminan dari pada kepribadian Indonesia. Bukan masjarakat
a d i l d a n m a k m u r m e n i r u b a n g s a l a i n . Ti d a k ! Te t a p i s a t u m a s j a rakat adil dan makmur a la Indonesia".
Kita minta perhatian terhadap kata 2 „adil dan makmur”.
Presiden Soekarno disini tidak memakai istilah „masjarakat sosialis a la Indonesia", akan tetapi, oleh karena Presiden Soekarno
mempergunakan nama 2, „masjarakat sama-rasa sama-rata" „ma sjarakat adil dan makmur" dan „masjarakat sosialis" sebagai
istilah² jang mempunjai arti jang sama (lihat uraian dibawah)
178

dapatlah sebutan „masjarakat adil dan makmur a la Indonesia”
diganti dengan istilah „masjarakat sosialis a la Indonesia” dengan
tidak merobah arti jang terkandung didalamnja.
b. Didalam kuliah umum didepan para Mahasiswa Universitas
Padjadjaran di Bandung pada tanggal 2 Mei 1958, Presiden Soekarno mempergunakan pula istilah „masjarakat adil dan makmur
a la Indonesia” sebagai jang ternjata dari Penerbitan chusus nomor
10, tahun 1958, dari Kempen R.I., berdjudul ,,Kapitalisme menimbulkan kesengsaraan”, halaman 20
“Free-fight liberalism tidak tjotjok kataku, tidak mungkin
dipakai untuk menjelenggarakan masjarakat adil dan makmur itu.
Sebaliknja kita harus mengadakan sistim politik jang lain, tetapi
jang tjotjok kepada keperibadian. Bangsa Indonesia. Bukan sistim
politik djiplakan dari sana atau sistim politik.djiplakan dari situ.
Ti d a k ! S i s t i m p o l i t i k u n t u k m e n g a d a k a n s a t u m a s j a r a k a t j a n g a d i l
dan makmur a la Indonesia, dus politiknjapun harus a la Indonesia”.
Dengan alasan sebagai jang telah dikemukakan diatas, dapat lah pula diganti sebutan „masjarakat jang adil dan makmur a la
Indonesia” dengan nama „masjarakat sosialis a la Indonesia”.
a. Dalam djawaban Presiden Soekarno atas pertanjaan2 ang g o t a t e n t a n g „ D e m o k r a s i Te r p i m p i n ” p a d a s i d a n g D e w a n N a s i o n a l
ke-VI tanggal 5 Djuni 1958 terdapat pendjelasan sebagai berikut :
, , S e b a g a i b e r - u l a n g ² s a j a k a t a k a n , i d e e D e m o k r a s i Te r p i m p i n
ialah idee untuk melaksanakan suatu blueprint. Saja ber-ulang2
berkata, bahwa kita harus realiseren suatu masjarakat jang adil
d a n m a k m u r, o l e h k a r e n a t j i t a ² m a s j a r a k a t a d i l d a n m a k m u r i t u , t e l a h
dikorbani sekian berat oleh Rakjat kita, sehingga di Jogja-karta saja
berkata :
, , Te n t a n g h a l t j i t a ² h e n d a k m e r e a l i s a s i k a n m a s j a r a k a t j a n g
ad i l dan makmur djangan lagi mendjadi persoalan, apapula djangan
mendjadi perdebatan, pertikaian. Masjarakat adil dan makmur atau seperti tempo hari saja di Solo berkata katakanlah, kalau dike hendaki perkataan itu, masjarakat sosialis, masjarakat sosialis
Indonesia, adalah suatu masjarakat terpimpin. Ekonominja adalah
E k o n o m i Te r p i m p i n . ( O l e h k a r e n a d j a w a b a n P r e s i d e n S o e k a r n o
mengandung arti jang penting sekali, berhubung dengan pendje lasannja jang mengenai pertalian antara Sosialisme Indonesia,
D e m o k r a s i Te r p i m p i n , P a n t j a s i l a , B l u e - p r i n t d a n l a i n ² s e b a g a i n j a ,
maka seluruh djawaban ini kita lampirkan).
Disini kita minta perhatian pula, bahwa Presiden Soekarno
dalam djawabamnja mempergunakan istilah ,,Masjarakat Sosialisme
Indonesia, dengan menjampingkan kata2 ,,a-la”. Oleh karena me nurut Presiden Soekarno sebutan ,,Masjarakat sosialis Indonesia”
mengandung arti jang sama, mungkin sekali kedua istilah itu dapat
dipergunakan setjara berselingan.
Selandjutnja dalam djawaban Presiden Soekarno diatas, ter d a p a t dua hal, jang membutuhkan pendjelasan lebih landjut.
Kesatu, belum diketahui bilamanakah Presiden Soekarno me179

ngadakan pidatonja di Jogjakarta jang berlangsung tidak lama
sebelum tanggal 5 Djuni 1958. Dapat diduga, bahwa Presiden Soe karno menundjukkan kepada kuliah umum, jang diberikan didepan
para Mahasiswa Universitas Gadjah Mada pada tanggal 28 Mei 1958
di Jogjakarta, jang dikeluarkan oleh Kempen. R.I. sebagai Pener b i t a n c h u s u s n o m o r 1 5 , t a h u n 1 9 5 8 , d a n b e r k e p a l a , , Tu g a s d a n ,
peranan Mahasiswa dalam Revoluai Nasional”.
Dipandang dari sudut, „terminologis gebruvk" kuliah umum itu
per-tama2 membahas „perkat aan sosialisme” sebagai ,satu verza
melnaam, satu perkataan jang mentjakup beberapa pengertian", dan
sebagai nama tjakupan Sosialisme berarti ,satu ideologt untuk me ngadakan sama-rata sama-rata, artinja tiada penindasan dan penghisapan, tapi ada schakeringennja, jaitu perbedaan 2, misalnja religieus-sosialisme menghendaki masjarakat sosialisme itu bersandar kan kepada hukum² religie..........................Ada utopis sosialisme
j a n g m e n g h e n d a k i . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . a d r e a m w o r l d o f e q u a l i t y, a d r e a m
world of socialism, menghendaki manusia itu hidup ber-sama 2-rukun,
seperti bidadari2, malaikat2, masjarakat jang tak akan dapat ter bentuk...................Ada
jang
menjebutkan
alirannja...............
sociaal democratie..........(Penerbitan chusus nomer 15 diatas, hal. 14).
Disampingnja pendjelasan tentang Sosialisme sebagai pengertian umum, kuliah umum Presiden Soekarno djuga menjinggung
pertanjaan jang mengenai istilah manakah jang dipakai oleh Pre siden Soekarno.
,,Masjarakat sosialis a la Indonesia", ataukah
,,Masjarakat sosialis Indonesia", sebagai jang terbukti dari Pe nerbitan chusus Kempen diatas, halaman 25 : ,,Djadi tjita2 ini ter kandung didalam kalbunja rakjat kita, bahkan didalam kalbunja
pemimpin2 kita, sebagai tjita2 remeng2 kataku. Belum djelas kalau
ditanjakan rupanja bagaimana masjarakat adil dan makmur Indonesia, itu bagaimana ?”.
Sesuai dengan keterangan kita diatas, bahwa Presiden Soekarno
memandang sebutan „Masjarakat adil dan makmur” mempunjai arti
jang sama dengan „Masjarakat sosialis", maka „Masjarakat adil
dan makmur Indonesia" dapat djuga disebutkan dengan nama
„Masjarakat sosialis Indonesia”.
Dalam kursus tentang Pantja Sila di Istana Negara, tanggal
16 Djuni 1958, jang termuat dalam Penerbitan chusus Kempen,
no-mor 22 tahun 1958, jang berkepala ,,Pantja-Sila sebagai Dasar
Ne -gara”, bagian II, Presiden Soekarno memberikan pendjelasan
lagi tentang perkataan Sosialisme sebagai ,,verzamelnaam”.
,,Didalam kursus saja jang pertama, hal ini (jaitu istilah ,,sosial i s d a l a m a r t i j a n g l u a s ” ) t i d a k s a j a k e m u k a k a n k e p a d a s a u d a r a 2 . Ta p i
sosialis, seperti waktu saja membuat kuliah di Jogjakarta saja
terangkan bahwa perkataan sosialisme saja ambil dalam arti nama
kumpulan, verzameinaam, dari semua aliran2 jang menghendaki ma sjarakat sama-rasa sama-rata . Dus ja sosialis demokrat, ja anarchist, ja kominis, ja utipist sosialis, ja religieus socialist. Semuanja
180

saja tjakup dengan satu perkataan : sosialis („Pantja-Sila sebagai
Dasar Negara”, bag. II diatas, hal. 5)
Sampai sekarang kita belum membuktikan bahwa menurut
Presiden Soekarno „Masjarakat sama-rasa sama-rata”, „M as j arak at
adil dan makmur", dan „Masjarakat sosialis", merupakan istilah 2
jang mengandung arti jang sama. Bukti ini terletak dalam buku,
jang dikeluarkan Kempen dengan djudul "Shaping and Reshaping
Indonesia", jang memuat Kuliah Presiden Soekarno tentang
M a r h a e n i s m e p a d a m a l a m p e r i n g a t a n 3 0 t a h u n b e r d i r i n j a P. N . I . p a d a
t a n g g a l 3 D j u l i 1 9 5 7 d i B a n d u n g , h a l a m a n 7 : , , Tu d j u a n j a n g
t i d a k b o l e h b e r o b a h . Ti d a k b o l e h b e r o b a h , s e k a r a n g . Ti d a k b o l e h
berobah di hari j ang akan dat ang. Dan apakah tudj uan i t u, S a u d a r a ² ?
Ta k l a i n t a k b u k a n i a l a h s a t u m a s j a r a k a t , j a n g d i d a l a m i s t i l a h
s e k a r a n g d i n a m a k a n s a t u m a s j a r a k a t j a n g a d i l d an m a k m u r, j a n g
di dal am i st i l ah 1927, masjarak at sama-rasa sama- rata. Tudj uan i n i
harus tetap..................tidak boleh berobah..............,djadi
s u d a h t e g a s , t u d j u a n , m a s j a r a k a t a d i l m a k m u r, a t a u m a s j a r a k a t
sama-rasa sama-rata, atau dengan kata jang lebih dikenal oleh sel u r u h d u n i a , s a t u m a s j a r a k a t s o s i a l i s , d i d a l a m a r t i t u l e n ( Te n t a n g
„masjarakat sama-rata sama-rasa”, lihat djuga Ki Hadjar Dewan t a r a „ P a n t j a s i l a ” , N . V. U s a h a P e n e r b i t a n I n d o n e s i a , J o g j a 1 9 5 0 , h l
29 : ,Dalam zaman baru, zaman pergerakan, ada salah seorang
kawan-perdjoangan jang terkenal, jaitu marhum saudara Mas Marto
(jang meninggal dunia dialam-pembuangan di Boven- Digul),
jang memakai rangkaian perkataan, untuk mendjelaskan haluan
jang sama dengan apa jang termasuk didalam Pantja-Sila itu.
R an g - kaian perkataan itu ialah : „sama rata sama rasa". Pemilihan
per-kataan itu menurut pendapat saja sungguh tepat sekali dan
patut kita beberkan disini. Saja jakin, bahwa kita semua dapat
m e r a s a i sam anj a art i „d emok rasi ” dan „k ead il an sosi al ” t adi dengan
sebutan ,,sama rata dan sama rasa").
Kedua, tidak diketahui djuga.uraian apakah jang diberikan oleh
Presiden Soekarno di Solo. Mengingat djangka waktu jang paling
singkat sebelumnja tanggal 5 Djuli 1958, dapat diduga, bahwa
j a n g d i m a k s u d k a n ol e h P r e s i d e n S o e k a r n o a d a l a h “ a n a d d r e s s a t
S u r a k a r t a o n A p r i l 1 9 , 1 9 5 7 " , j a n g d i b i t j a r a k a n o l e h Va n d e r K r o e f
dalam karangannja "Guided Democracy in Indonesia", ter -muat
d a l a m m a d j a l a h " F o r E a s t e r n S u r v e y " . A u g u s t 1 9 5 7 , Vo l . X X V I ,
No. 8 : "And in an address at Surakarta on April 19, 1957, Sukarno
held up as examples to Indonesia the : oples Republic of China and
Egypt; these two countries were, in his opinion, instances of a
"grand reconstruction". At that time the President also revived an
earlier idea : the establishment of a new National Planning Board, to
supersede the present National Planning Bureau, which has no
"overall planning function". "The proposed Board would have such
an all-encompassing approach, and regulate development in economic
l i f e , e d u c a t i o n , d e f e n s e , e t c " ( h l 11 5 , k ol o m 1 ) , d a n d a l a m t j a t a t a n 1 0
Va n d e r K r o e f m e n u n d j u k k a n k e p a d a s u m b e r j a n g m e m b e r i k a n b a h a n
kepadanja, jaitu "Java Bode" April 20, 1957; dalam tjatatan
181

i n i Va n d e r K r o e f m e m b e r i k a n p e n d j e l a s a n l e b i h l a n d j u t : " A s e a r l y
as February 1954 Sukarno apparently favored some kind of " o v e r a l l "
planning agency : "Ministers can come and go", he declared, " p a r t i e s
m a y a p p e a r o r d i s a p p e a r, b ut e v e r y b o d y w i l l h a v e t o f o l l o w t h a t
plan". Nieuwsgier (Djakarta) February 5, 1954".
D j i k a d u g a a n k i t a i n i t e r n j a t a b e n a r, m a k a s e s u n g g u h n j a P r e siden Soekarno telah mempergunakan istilah „masjarakat sosialis
Indonesia” pada tanggal 19 April 1957.
b. B e r h u b u n g d e n g a n d j a w a b a n P r e s i d e n S o e k a r n o d i a t a s , j a n g
d i b e r i k a n d a l a m r a n g k a p e m b i t j a r a a n t e n t a n g D e m o k r a s i Te r p i m p i n , maka seorang anggota Denas dalam sumbangan fikirannja, jang
b e r d j u d u l , , F i k i r a n m e n g e n a i D e m o k r a s i Te r p i m p i n ” , m e m a k a i
i s ti l ah ,,sosialisme Indonesia (asli)”, sebagai jang terlihat dari urai annja jang berbunji sebagai berikut : ,,Kepribadian Indonesia itu
terletak dilapangan perekonomian, inilah sebenarnja. Ekanomi ber dasarkan gotong-rojong itu, hidup menghidupkan - dus sosialisme
Indonesia asli - adalah wadjar bagi Bangsa Indonesia”.
Seorang anggota Denas lain sebaliknja mempergunakan istilah :
„Masjarakat sosialis a la Indonesia", ternjata dari djudul sumbang- an
fikirannja: Tindakan 2 kearah terlaksananja suatu masjarakat
j a n g adil dan makmur atau masjarakat sosialis a la Indonesia”.
Untuk lengkapnja perlu disebutkan disini, bahwa dalam pidato
Wa k i l K e t u a D e w a n N a s i o n a l d i d e p a n K o n f e r e n s i D i n a s K e m e n t e r i a n
Penerangan jang ke-VII, pada tanggal 13 September 1958 di Djakarta, dipergunakan istilah ,,sosialisme Indonesia”; „bahwa paham
masjarakat adil dan makmur atau lebih tegas paham sosialisme
Indonesia masih memerlukan ketegasan dan pendjelasan tidak hanja
dalam tafsir akademis daripada ,,sosialisme berdasarkan ilmu penge tahunan” sebagai lawannja ,,sosialisme berdasarkan impian utopia”,
tapi djuga dalam tindakan2 kelandjutan dilapangan per-undang2an
dengan berpangkal pada ketentuan2 U.U.D., terutama pasal² 37 dan
38".
Dalam landjutan Kursus Presiden Soekarno tentang Pantja Sila
pada tanggal 22 Djuli 1958g jang termuat dalam ,,Pantja-Sila sebagai
D a s a r N e g a r a ” , b a g i a n I I I - I V, d i p e r g u n a k a n i s t i l a h „ m a s j a r a k a t
sosialisme a la Indonesia".
, , Ta p i S i l a P e r i - K e m a m u s i a a n b i s a d j u g a k i t a t e r a n g k a n d a r i p a d a
bidang² jang lain. Bukan sekedar bidang politik, perdjuangan poli tik, menuntut kita bekerdja sama dengan bangsa² lain - bukan
s a d j a i t u - bukan sadja kejakinan bahwa kita tak mungkin mengadakan satu masjarakat sosialisme a la Indonesia, sosialisme
Pantja Sita, djika kita mengadakan isolasionisme, tidak mau berhu bungan dengan bangsa² jang lain, tapi djuga dari sudut apapun,
maka nasionalisme Indonesia harus disegari pula oleh Peri-Kema nusiaan” (hl 43).
Perlu kiranja ditundjukkan disini kepada terdapatnja sedikit
penjimpangan dari ,,terminologis gebruik” jang lazim dipakai oleh
Presiden Soekarno. Sedang biasanja, djika dihubungkan dengan kata
„masjarakat”, istilah jang dipergunakan adalah „masjarakat sosialis
a la Indonesia” Presiden Soekarno mempergunak an disini istilah
„masjarakat sosialisme a la Indonesia”.
182

a . Te r k e t j u a l i t e r d a p a t n j a p e m a k a i a n i s t i l a h b a r u j a n g t e r l e t a k
pada halaman 59, „Amanat Presiden tentang Pembangunan Semesta
Berentjana” selalu mempergunakan istilah ,,Masjarakat sosialis
a l a Indonesia", sebagai jang terlihat pada halaman 12 dan halaman
29.
Pemakaian istilah baru jang dimaksudkan tadi termuat dalam
kalimat jang berbunji sebagai berikut :
,,Sebutan masjarakat adil dan makmur berdasarkan adjaran
P a n t j a S i l a a t a u s o si a l i s m e a l a In d on e s i a ( S o s i al i s m e I n d o n e s i a ) m e negaskan susunan strukturil pembanguman ekonomi Indonesia”.
Biasanja menurut tafsiran jang lazim dilakukan, djika dibela kang sesuatu istilah ditempatkan istilah lainnja didalam tanda ku rung, maka kedua istilah tadi dipandangnja mempumjan arti jang
sama; sehingga menurut Presiden Soekarno „Sosialisme a la Indo nesia” dan „Sosialisme Indonesia” merupakan dua istilah jang me ngandung arti jang sama.
b. Djika demikian halnja, sudah selajaknja djika Presiden
Soekarno didalam ,,Amanat Penegasan” mempergunakan istilah
„Sosialisme a la Indonesia" dan istilah „Sosialisme Indonesia” ber seling-berganti, atau djika mengenai masjarakat, istilah , , M a s j a r a k a t
sosialis a la Indonesia” dan istilah ,,Masjarakat sosialis Indo nesia”
d i p e r g u n a k a n b e r g i l i r.
Sedang istilah jang dipakainja pada halaman 33 adalah ,,ma sjarakat sosialist (pakai huruf"t") a la Indonesia" dan pada halaman 8 djuga „masjarakat sosialis a la Indonesia", maka pada hala m a n 4 d i p e rg u n a k a n i s t i l a h , , m a s j a r a k a t s o s i a l i s I n d o n e s i a ” d a n p a d a
halaman 28 ,,masjarakat Indonesia sosialis”, jang, djika dirobah
urutan kata2nja, mendjadi ,,masjarakat sosialis Indonesia”.
Dipandang dari sudut pemakaian istilah dalam ,,Amanat Pene gasan” ini, akan lebih nampak dengan njata penjimpangan dari
terminologis gebruik" jang lazim dipakai oleh Presiden Soekarno,
j a n g t e r d a p a t d a l a m „ P a n t j a - S i l a s e b a g a i D a s a r N e g a r a ” , b g . I I I - I V,
h1. 43, pada halaman itu dipakai istilah ,,masjarakat sosialisme a la
Indonesia”, sebagai jang telah diuraikan diatas.
Meskipun dalam permulaan dari Amanat Presiden Soekarno
p a d a u p a t j a r a p e l a n t i k a n p a r a a n g g o t a D . P. R . - G . R . d i s e b u t k a n d e ngan tegas usul salah seorang saudara" agar istilah sosialisme
a
la
Indonesia............langsung
sadja
dinamakan
Sosialisme
Indonesia” (sebagai sumber kita pergunakan jang termuat dalam
,,Siaran chusus” dari harian ,,Pemuda”, jang memuat Amanat Presiden
Soekarno setjara lengkap), dan dalam pertengahan dari Amanat beliau
dipergunakan istilah „Sosialisme Indonesia”, akan tetapi dalam
landjutan Amanat beliau Presiden Soekarno masih mempergunakan
istilah „Sosialisme a la Indonesia dan istilah „Sosialisme Indonesia”
berdampingan satu sama laannja : ,,Djelas saudara2 telah mendengar
dari mulut saja ber-puluh2 kali, bahwa Amanat Penderitaan Rakjat ini
Sosialisme a la Indonesia ini atau S o s i al i s m e I nd o n e s i a i n i t i d a k
dapat diselenggarakan menurut garis² demokrasi parlementer setjara
Barat”.
Kesimpulan apakah dapat ditarik dari Amanat Presiden Soekarno ini, djika dinilai bersandarkan kesimpulan kita diatas, bahwa
183

menurut Presiden Soekarno istilah „Sosialiame a la Indonesia” dan
istilah ,,Sosialisme Indonesia” adalah sinonim ?
Satu²nja kesimpulan ialah bahwa Presiden Soekarno belum
jakin tentang kebenaran dari usul jang dikemukakan kepada beliau,
sehingga, bersandarkan pendapatnja sendiri, masih memandang
„Sosialisme a la Indonesia” dan „Sosialisme Indonesia” sebagai
sinonim, terbukti dari kata „atau” jang dipergunakan oleh beliau.
Kesimpulan kita ini dapat diperkuat dengan uraian² Presiden
Soekarno jang termuat dalam Amanat beliau pada Musjawarah
Dinas Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah dengan para
Gubernur di Istana Negara, pada tanggal 28 Djuni 1960. (Amanat
ini telah dikeluarkan sebagai berita stensilan oleh Departemen
Penerangan, tertanggal 28 Djuni 1960, jang kita pergunakan seba gai sumber).
Jang terpenting bagi kita ialah bahwa dalam Amanat beliau
terdapat uraian jang dapat kita pandang sebagai pendjelasan, oleh
karena Presiden Soekarno tidak memperbedakan „Sosialisme a la
Indonesia dan „Sosialisme Indonesia”; uraian itu berbunji sebagai
berikut :
„D a n a m a n a t p e n d e r i t a a n R a k j a t i n i d j e l a s : s u a t u m a s j a r a k a t
j a n g a d i l d a n m a k m u r, m a s j a r a k a t j a n g d e n g a n p e r k a t a a n m o d e r n
ialah masjarakat sosialis. Sosialis a la Indonesia, sosialis menurut
k e p r i b ad i a n In d on e s i a , s o s i a l i s I n d o n e s i a " ( B e r i t a s t e n s i l a n , h l 2 ) .
Dengan uraian ini Presiden Soekarno bermaksud untuk mem berikan pendjelasan setjara singkat, bahwa sesungguhnja tidak
terdapat perbedaan arti antara „Sosialisme a la Indonesia” dan
„Sosialisme Indonesia”. Amanat penderitaan rakjat tidak hanja
menuntut masjarakat sosialis belaka ("zonder meer"), akan tetapi
masjarakat sosialis a la Indonesia. Kata² „a la Indonesia” bermak sud untuk menundjukkan pemakaian istilah jang tertjermin pula
dalam sumbangan fikiran dari para anggota Panitia (semua sum bangan fikiran dari para anggota kami lampirkan). Sepuluh ang gota mempergunakan istilah „Sosialisme Indonesia” , sedang enam
anggota memakai sebutan „Sosialisme a la Indonesia". Hanja sajangnja tidak terdapat sumbangan fikiran satupun jang memberikan alasan² mengapakah dipilih istilah jang dipergunak an itu .
Sepandjang pengetahuan kami djuga, didalam kepustakaan be lum terdapat uraian² jang menundjukkan istilah manakah jang
paling tepat dapat dipergunak an, Mungkin terpengaruh oleh pe makaian istilah oleh Presiden Soekarno, jang mempergunakan isti lah-istilah „Sosialisme a la Indonesia” dan „Sosialisme Indonesia”
berselingan, masing² karangan mempergunakan istilah menurut
kemauannja sendiri2.
Bagaimana simpang-siurnja pemakaian istilah tadi dapat di lihat pada karangan Drs R.J. Kaptin Adisumarta dalam madjalah
,,Basis”, Pebruari 1960, Th. IX, nomor 5, dan Maret 1960, Th. IX;
nomor 6. Karangannja berdjudul : „Sosialisme a la Indonesia : politis sosial-ekonomis", sedang kepala 2 bagiannja („Sosialisme Indonesia dalam lapangan politik", „Sosialisme Indonesia dalam lapangan sosial”, „Sosialisme Indonesia dalam lapangan ekonomi”)
184

dan isi karangannja memakai istilah „Sosialisme Indonesia”. Ke gandjilan ini hanja dapat dipahami, djika dapat diduga bahwa,
m eski pun bi asanj a di pergunakan ist i l ah „S osi al i sme a l a I n d o n e s i a ” ,
j ang aki bat nj a di pergunakan i st il ah. it u sebagai dj udul k a r a n g a n n j a ,
akan tetapi, oleh karena, terbawa oleh tekanan jang diberikan ke pada perkataan „sosialisme” dalam istilah „Sosialisme a la Indo nesia”. Drs Kaptin Adisumarta” menghawatirkan pengaruh dari
Sosialisme Barat, sehingga dalam isi karangannja dipakai istilah
„Sosialisme Indonesia”. Kata 2 Drs Kaptin Adisumarta sendiri me nundjukkan kebenaran dugaan kita : „Perbedaan pertama jang tidak
dapat ditiadakanlah bahwa kita berpegang teguh pada pelak sanaan
tjita²
„Pantjasila,
sedang
sosialisme
Barat
tidak
d e m i k i a n . . . . . . . . . . . . . . . . . . D a s a r k e - Tu h a n a n . . . . . . . . . . . . . a k a n m e n d j a m i n n
masjarakat kita agar tetap djauh dari sistim sosialis jang
mematahkan hubungan rochani dan djasmani antara ummat manusia
d e n g a n Tu h a n P e n t j i p t a n j a . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ” ( , , B a s i s ” , P e b r u a r i
1960, no. 5, hl 121).
§

88. Istilah Sosialisme Indonesia

Bagaimanakah sikap kita terhadap persoalan jang mengenai
pemakaian istilah diatas, atau lebih tegas, istilah manakah jang
seharusnja dipergunakan, atau lebih tepat dapat dipergunakan ?
Djawabannja adalah dengan tegas : Sosialisme Indonesia !
Mengapakah maka kita memilih Sosialisme Indonesia ?
Pertama : Diatas telah disebutkan bahwa ke-dua 2 istilah merupakan sebutan jang diberikan kepada idee jang ditjetuskan oleh
Presiden Soekarno.
D j i k a i d e e t a d i h a s i l p e m i ki r a n P r e s i d e n S o e k a r n o m a k a h a l i n i
berarti bahwa nama jang diberkan merupakan suatu „gedachten
constructie” dari Presiden Soekarno.
Suatu konstruksi selalu menghendaki sebagai hasil suatu kese luruhan jang merupakan suatu „sistim” sebagai suatu “samenhan gende eenheid”; didalamnja tidak boleh terdapat pertentangan²
("tegenstrjjdigheden"), artinja suatu konstruksi harus “logis
gesloten", atau boleh djuga dikatakan, bahwa suatu konstruksi
h a r u s m e r u p a k a n s u a t u " s y n t h e s e " d a r i s e m u a a n a s i r, j a n g h a r u s
mewudjudkan suatu kesatuan jang organis, dalam arti, bahwa jang
diinginkan adalah masjarakat soialis, jang sesuai dengan kepriba dian Bangsa Indonesia, atau jang dapat disingkatkan sebagai ma sjarakat sosialis menurut kepribadian Indonesia, dan untuk meng hemat nemakaian kata masjarakat sosialis jang dikehendaki tadi
dapat djuga dipersingkat lagi sebutannja, dan dinamakan masja rakat sosialis Indonesia.
S e t e l a h di b e r i k a n p e n d j e l a s a n a p a k a h j a n g d i m a k s u d k a n d e n g a n
i s t i l a h „ m a s j a r a k a t s o s i a l i s I n d o n e s i a ” s e h i n g g a t i d a k u s a h di c h a watirkan akan timbulnja kesalahan dalam penafsiran, dapatlah
s e l a n d j u t n j a d i p e rg u n a k a n i st i l a h „ S o si a l i s m e I n d o n e s i a ” ( L i h a t l a h
B e r i t a st e n s i l a n D e p a r t e m e n P e n e r a n g a n , h l 3 : „ K i t a t i d a k b o l e h l a g i
b e r d i r i d e n g a n m e n d j a l a n k a n si s t i m p e m e r i n t a h a n j a n g t i d a k
185

sesuai dengan tudjuan kita, Sosialisme Indonesia itu, dan hl 8 :
................. kitapun harus berani.....pula merobah sistim 2 jang
tidak tjotjok dengan apa jang mendjadi tudjuan daripada revolusi kita, jaitu amanat penderitaan rakjat, sosialisme Indonesia”).
Kesimpulan² kita diatas hanjalah merupakan "konstruksi²",
bersandarkan bahan2 jang terdapat dalam amanat 2, pidato2, kuliah²
umum,
dan
uraian²
dari
Presiden
Soekanno.
Apakah
“konstruksi²„ tadi dalam kenjataannja adalah sesuai dengan djalan
fikiran Presiden Soekarno sendiri, tidak dapat diketahui dengan
tentu. Jang dapat diketahui dengan tentu hanjalah fakta² jang
menundjukkan kepada tidak terdapatnja ketentuan dengan tegas
dalam pemakaian istilah² diatas.
Ti d a k m e n g h e r a n k a n , b a h w a t i d a k t e r d a p a t n j a k e t e n t u a n i t u
menimbulkan banjak kesimpang-siuran dalam pemakaian istilah
sebagai jang dapat disaksikan dalam kepustakaan (literatuur),
madjalah2, harian², pidato².
Dalam „Dasar² Azasi” dipergunakan istilah „masjarakat so sialis a la Indonesia” (Lihatlah hl 4, angka 2, dan hl 8, angka 8,
jang menjamakan ,,Masjarakat Adil-Makmur berdasarkan Pantja Sila” dengan „sosialisme a la Indonesia”; persamaan itu sesungguh nja kurang benar; mungkin jang dimaksudkan ialah „masjarakat
sosialisme a la Indonesia", akan tetapi dengan demikian kita akan
berhadapan lagi dengan penjimpangan dari pemakaian istilah jang
lazim dipergunakan; djika dihubungkan dengan perkataan „masja rakat”, maka istilahnja ialah „masjarakat sosialis a la Indonesia”),
maka dalam „Rantjangan Bidang-pokok Projek Pembangunan Na sional Semesta-Berentjana „nampak dengan njata kurang terdapatnja ketetapan dalam pemakaian istilah, mitsalnja :
1. Pada halaman 3, angka 1 „Sosialisme a la Indonesia” disam akan dengan ,masjarak at sosi ali s In d on esi a” (l i hat kat a „ D j a d i ” ) ,
dan pada halaman 3, angka 2 dipergunakan istilah „masjarakat
sosialis a la Indonesia”.
2. Pada halaman 5 sebagai djudul dipergunakan istilah „Sosialisme Indonesia”. sedang isinja menurut kutipan dari Amanat
Presiden Soekarno, jang hnempergunak an istilah „masjarak at so si al i s a l a Indonesi a” (hl 5), at au ist il ah „S osi ali sm e a l a I n d o n e s i a ”
(hl 6, angka 4).
3. Pada halaman 10, angka 8, dipergunakan istilah „masjarakat
sosialis a la Indonesia", dan pada halaman 12, angka 10 dipergu nakan djuga istilah „masjarakat sosialis a la Indonesia”, tetapi
pada halaman 12 (c) dipakai istilah „Masjarakat sosialis Indonesia”.
Kurang terdapatnja ketentuan dalam semua unsur tidak boleh berdiri
sendiri2. Djika masih demikian halnja, maka unsur² tadi hanja
merupakan
suatu
“syncretisme”,
belum
mewudjudkan
suatu
“synthese”.
Andaikata suatu konstruksi harus mentjakup unsur asing dan
unsur asli, ,maka unsur asing dan unsur asli itu harus diselaraskan
satu sama lain, di-„djumlah”-kan satu sama lain, sehingga
186

merupakan suatu kesatuan baru, jang bersifat satu, artinja sifat
asing dan sifat asli tidak boleh
masing 2 menampakkan dirinja
sendiri² lagi.
Dihubungkan dengan persoalan tentang nama jang kita hadapi,
maka baik dalam istilah „Sosialisme a la Indonesia”, maupun dalam
istilah „Sosialisme Indonesia”, kata „Sosialisme” merupakan unsur
asing, sedang kata „Indonesia” menundjukkan kearah unsur „asli” .
Mengenai pemakaian nama, sebutan „Sosialis a la Indonesia” masih mengarahkan perhatian kepada djalannja "wordingsproces", tidak menundjukkan kepada "product" dari “gedachtenconstructie”, hatsil dari proses pemakian. Bahwa istilah „Sosialisme
a la Indonesia” masih menundjukkan kearah “wordingsproces”
dapat dilihat pada perumusan jang diberikan oleh Manifesto Poli-tik
: jaitu Sosialisme jang disesuaikan dengan kondisi2 jang terda- pat
di Indonesia, dengan alam Indonesia, dengan Rakjat Indonesia,
dengan adat-istiadat, dengan psikologi dan kebudajaan Rakjat
Indonesia”. (Penerbitan chusus nomor 76 dari Departemen Penerangan R.I., hl 16).
Atas pertimbangan, bahwa istilah „Sosialisme a la Indonesia”
masih menundjukkan kepada "wordingsproces", didalam proses mana
unsur asing dan unsur asli belum merupakan suatu kesatuan jang
organis, belum tertjakup dalam keseluruhan jang synthetis, oleh
karena unsur asing dan unsur asli sedang diusahakan untuk
disesuaikan, diselaraskan satu sama lain, maka istilah „Sosialis a la
Indonesia” tidak dapat kita terima.
Ti n g g a l i s t i l a h „ S o s i a l i s m e I n d o n e s i a ” . D i p a n d a n g d a r i s u d u t
Ta t a B a h a s a p e r k a t a a n , „ S o s i a l i s m e I n d o n e s i a ” m e r u p a k a n k a t a
madjemuk. Sebagai kata madjemuk istilah „Sosialisme Indonesia”
bermuka dua : muka kesatu menundjukkan kepada unsur2 jang
termuat didalamnja jaitu, kata „sosalisme” menundjukkan kepada
unsur asing, dan kata „Indonesia” kepada unsur asli; muka kedua
menundjukkan kepada kesatuan jang mentjakup unsur 2 jang termaktub didalamnja, sesuai dengan arti jang terkandung dalam kata
madjemuk; sedang kata „kata” dalam kata madjemuk menundjukkan kepada kesatuannja, maka kata „madjemuk” kepada “meervoudigheid”-nja, “samengesteldheid”-nja; sehingga kesimpulannja terhadap pemakaian nama ialah, bahwa oleh karena istilah „Sosialisme Indonesia” menundjukkan, baik kepada “wordingsproces”, jaitu
dengan menjebutkan unsur asing dan unsur aslinja menjinggung pula
asal-mulanja, maupun kepada “product” dari proses pemikir- annja
istilah „Sosialisme Indonesia” dapat kita terima. Dibanding kan
dengan istilah ini, nama „Sosialisme a la Indonesia” hanja menundjukkan kepada satu sudut, jaitu kepada djalannja proses pe mikiran.
Kata² Presiden Soekarno sendiri, jang telah kita kutip diatas,
membenarkan kesimpulan kita. Djika Presiden Soekarno pada upat j a r a p e l a n t i k a n p a r a a n g g o t a D . P. R . - G . R . , b e r h u b u n g d e n g a n p e n djelasan tentang Usdek, mengatakan „Sosialisme a la Indonesia atau
menurut usul salah seorang saudara langsung sadja dinamakan
Sosialisme Indonesia”, kata „langsung” mengarahkan fikiran kita
kepada "product"-nja, oleh karena pengertian ,langsung" setjara .
187

negatif mengandung arti tidak usah melalui "omweg", jaitu, tidak
usah menjinggung "wordingsproces"-nja, jang tersimpul dalam
kataa „a la”. Selamdjutnja, djika Presiden Soekarno menguraikan :
„Sosialis a la Indonesia, sosialis menurut kepribadian Indonesia,
sosialis Indonesia”, maka kata 2 ini setjara singkat menundjukkan,
baik kepada “wordingsproces”, maupun kepada “product”.
Kedua, persoalan jang mengenai pemakaian nama dapat dju ga
ditindjau dari sudut “acculturation” (menurut istilah jang
dipergunakan oleh Antropologi Budaja Amerika) atau “culture
contact” (menurut istilah jang dipakai oleh Antropologi Budaja
I n g g e r i s ) , j a i t u s u a t u p r o s e s j a n g t i m b ul , d j i k a d u a k e b u d a j a a n j a n g
bersifat berlainan bertemu satu sama lainnja atau unsur dari kebudajaan jang satu bertemu dengan kebudajaan jang lain. Bagi
persoalan jang kita hadapi, Sosialisme sebagai unsur kebudajaan
Barat bertemu dengan kebudajaan Indonesia.
Menurut A. Irving Hallowell “Sociopsychologibal Aspects of
A c c u l t u r a t i o n ” ( t e r m u a t d a l a m " T h e s c i e n c e o f M a n i n t h e Wo r l d
crisis", edited by Ralph Linton, hl 171 dsl.) akkulturasi tadi me rupakan suat u “process of ad ap tati on and read ap tati on ” at au s u a t u
“process of ad ju stmen t and read ju stmen t”, suat u proses j ang d i n a mis; didalam proses itu kebudajaan atau unsur kebudajaan jang
datang tidak merupakan faktor jang menentukan setjara sefihak
(„eenzijdige oplegging”, „eenzijdige beinvloeding”), akan tetapi djuga “the receiving culture either resists, selects, or reinterprets what
impinges upon it from the outside” (Cora du Bois “Social forces in
S out heast Asi a”, hl 17), sehi ngga di pandang dari sudut k e b u d a j a a n
jang menerima (“the receiving culture” diatas) akkulturasi meru pakan “a dynam i c process and not a m echani cal pi t chforki ng of el ements of culture like bundles of hay from one culture to another”
atau “not as a transference of elements of one culture to another”
(Dr Fortes “Culture contact as a dynamic process”, termuat dalam
“Methods of study of culture contact in Africa”, hl 60 dsl).
Dengan mentjakup semua kutipan 2 diatas akkulturasi dapat
dirumuskan sebagai suatu proses saling pengaruh-mempengaruhi
(“een proces van wederkerige beinvloeding”), jang berarti bahwa
tidak hanja kebudajaan jang menerima mengalami perobahan 2, akan
tetapi djuga kebudajaan asing atau unsur kebudajaan asing, jang
disebabkan oleh karena jang satu harus “aangepast” atau “geadap teerd” (lihat “adjustment” dan “adaptation” diatas) dengan jang
lain, sehingga pada penghabisannja ("uiteindelijk") terperoleh sua tu integrasi dari ke-dua2nja dalam suatu keseluruhan jang bersifat
baru (“when absorptions of new traits occur over a wide field of
cultural activities whole new cultural constellations may be c r e a t e d ” ,
Cora du Bois diatas, hl 17).
Dipandang dari sudut akulturasi ini istilah .Sosialisme a la
Indonesia" hanja menundjukkan kepada berdjalannja proses akul turasi, dan proses akulturasi ini hanja dilihatnja dari satu sudut,
sudut Sosialisme sebagai unsur kebutuhan Barat.
Penglihatan sefihak (“eenzijdig”) ini akan menampakkan diri
lebih menondjol, djika dihubungkan dengan utjapan jang terdapat
pada „Amanat Presiden, hl 59 : „Sebutan masjarakat adil dan m ak188

mur Sosialisme a la Indonesia .....................menegaskan susun an strukturil pembangunan ekonomi Indonesia. - Karena bertjorak
dan mempunjai titik berat pada sosialisme .............”. Djuga
perumusan daripada „Sosialisme a la Indonesia” dalam Manifesto
P oli t i k, j ang t el ah di kut i p di at as, m engi ngat si fat akul t urasi s e b a g a i
“ w e d e r k e r i g e b e i n vl o e d i n g ” , j a n g m e n g a k i b a t k a n “ w e d e r k e r i g e a a n passing”, tidak dapat menghindarkan diri dari bahaja penindjauan
setjara sefihak. Meskipun dalam perumusan Manifesto Politik terdapat perkataan ,disesuaikan”, akan tetapi, terpengaruh oleh penindjauan setjara sefihak tadi, mudah akan timbul bahaja, bahwa
„penjesuaian jang dimaksudkan semula akan merosot mendjadi
“ e e n z i j d i g e o pl e g g i n g ” , s e h i n g g a s i f a t ² a t a u u n s u r 2 k e b u d a j a a n I n donesia, jang menurut dalil akulturasi harus mempunjai pengaruh
pula, sama sekali akan diabaikan.
Lain halnja dengan istilah „Sosialisme Indonesia”.
Sesuai dengan uraian kita diatas jang mengenai istilah „So sosialisme Indonesia” sebagai kata madjemuk, istilah „Sosialisme I n donesi a" dapat m ent j akup bai kpun proses akul t urasi , m aupun , p r o duct", akibat dari proses akulturasi tadi.
Sifat saling pengaruh-mempengaruhi dan proses akulturasi tersi m pul pul a dal am i st i l ah „S osi al i sm e Indonesi a”. D i t e m p a t k a n n j a
kata „Sosialisme” dan kata „Indonesia” berdampingan satu sama
lainnja berarti bahwa Sosialisme sebagai unsur kebudajaan Barat
dan kebudajaan Indonesia mempunjai kedudukan jang sama dalam
proses akul t urasi . Kedudukan j ang sam a i ni m em beri harapan a k a n
tertjegahnja pengaruh sefihak dari Sosialisme sebagai unsur ke b u d a j a a n B a r a t d a n t e r d j a m i n n j a si f a t t i m b a l - b a l i k d a r i p r o s e s a k u l turasi tadi.
Berdasarkan alasan2 jang telah dikemukakan, dapatlah istilah
„S osi al i sm e Indonesi a” di t eri m a pul a, di pandang dari sudut “ a c c u l turation” atau “culture contact”.
§ 89. Tjiri2 Sosialisme Indonesia
Dalam lapangan Ilmu pengetahuan jang terpenting ialah per t am a² m enent ukan obj ek j ang akan di sel i di ki . D e n g a n d i t e n t u k a n nja object penjelidikan, dalam prinsipnja telah ditentukan pula
m et hode at au t j ara bekerdj a j ang akan di pergunakan unt uk m e n j e lidiki