Kepemimpinan dan Motivasi Kerja Pegawai (Studi Korelasional tentang pengaruh Kepemimpinan terhadap Motivasi kerja Pegawai di PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.)

7

BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1 Kerangka Teori
Kerangka teori adalah bagran dari penelitian, tempat peneliti memberikan
penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokolq sub variabel
atau pokok masalah yang ada dalam penelitiannya (Arikunto, 1995:93). Adapun
teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah komunikasi organisasi,
teori kepemimpinan, teori sifat, teori perilaku, teori berdasarkan onse-ciri,
motivasi, dan teori motivasi Abraham Maslow.
2.1.1) Komunikasi Organisasi
Menurut Redding dan Sanbom mengatakan bahwa komunikasi organisasi
adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang komplek.
Yang termasuk dalam bidang ini adalah komturikasi internal, hubungan manusia
hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari
atasan kepada bawahan komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan
kepada atasan, komunikasi horizontal atal komunikasi dari orang-orang yang
sama level/tingkatannya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan
berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program. (dalam
Muhammad, 2004:65)

Wursanto mengartikan komunikasi organisasi ialah suatu proses
penyampaian informasi, ide-ide diantara para anggota organisasi secara timbal
balik dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (2005:158). Mengutip
pendapat Pace dan Faules (2001:31-33) komunikasi organisasi adalah prilaku
pengorganisasiaan yang terjadi atau bagaimana mereka yang terlibat dalam proses
itu bertransaksi dan memberi makna atas apa yang sedang terjadi. Dan lebih
jelasnya Komunikasi Organisasi adalah proses penciptaan makna atas interaksi
yang menciptakan, memelihara dan mengubah suatu organisasi.
Menurut Wiryanto (2005:52) komunikasi organisasi adalah pengiriman
dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok fonnal maupun

7
Universitas Sumatera Utara

8

informal dari suatu organisasi. Komunikasi formal adalah komunikasi yang
disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan
organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan
berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo,

kebijakan, pemyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi
informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada
organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual.
2.1.1.1)
Aktivitas

Fungsi Komunikasi Organisasi
komunikasi

dapat

menghubungkan

antarmanusia

dan

antarkelompok dalam sebuah organisasi, yang berarti komunikasi organisasi
memiliki suatu fungsi. Menurut Condrad terdapat 3 fungsi komunikasi organisasi
sebagaimana terlihat dari tabel di bawah ini:


Tabel 2.1
Fungsi Komunikasi Organisasi
Fungsi Komando
Fungsi Relasi
1. Mengarahkan dan membatasi
1. Menciptakan dan melanjutkan
fungsi
impersonal
dalam
tindakan
organisasi
2. Menangani dan membatasi
tampilan yang dekat melalui
2. Membuat negosiasi antar unit
umpan balik
kegiatan
3. Menggunakan publikasi dan
3. Menentukandan mendefenisikan
peran organisasi

instruksi
Fungsi komunikasi untuk mengambil keputusan dalam suasana yang ambigu dan
tidak pasti
1. Menjaga keseimbangan antara kepentingan organisasi dengan kepentingan
individual
2. Mengelola pelbagai akibat yang ditinggalkan atau memelihara tradisi
organisasi
perspektif
bagi
peluang
pembagian
3. Menciptakan
pengalaman/pemerkayaan kerja
(Sumber: Liliweri, 2004: 67)

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

9


-

-

-

Fungsi komando: ada dua tipe komunikasi yang membentuk fungsi
komando , yaitu (1) pengarahan, yang terlaksana melalui instruksi dan
publikasi; dan (2) umpan balik yang menunjukkan siapa yang sudah
mengikuti apa yang diperintahkan.
Fungsi relasi: komunikasi organisasi juga bertujuan untuk memenuhi
fungsi relasional. Tujuannya menciptakan relasi kerja bagi peningkatan
produksi organisasi.
Fungsi mengelola suasana yang tidak pasti: komunikasi organisasi
berfungsi mendorong para pegawai untuk memilih keputusan yang
komplikatif dalam organisasi (dalam Liliweri, 2004: 67).

Menurut

Goldhaber (1986) komunikasi organisasi adalah proses


menciptakan dan menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling
tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang sering berubah-ubah.
Komunikasi organisasi mempunyai peranan penting dalam memadukan fungsifungsi manajemen dalam suatu perusahaan yaitu:
1) Menetapkan dan menyebarluaskan tujuan perusahaan.
2) Menyusun rencana untuk mencapai tujuan yamg telah ditetapkan.
3) Melakukkan pengorganisasian terhadap sumberdaya manusia dan sumber
daya lainnya dengan cara efektif.
4) Memimpin, mengarahkan, memotivasi dan menciptakan iklim yang
menimbulkan keinginan orang untuk member kontribusi.
5) Mengendalikan prestasi (dalam Purba, 2006:112-113).
Sedangkan menurut Robbins (2003:4-5), ada 4 fungsi komunikasi didalam
sebuah organisasi :
1. Pengendalian prilaku anggota dengan beberapa cara, agar
petunjukpetunjuk ditaati oleh bawahan.
2. Motivasi, membantu perkembangan motivasi dengan menjelaskan kepada
karyawan apa yang harus dilakukan, bagaimana seberapa baikmereka
bekerja, dan apa yang harus dikerjakan untuk memperbaikikinerja dibawah
standar.
3. Sarana pengungkap emosi (kepuasan, frustasi, dll).

4. Memberikan informasi yang mempermudah penegambilan keputusan.

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

10

2.1.1.2)

Arus Informasi Dalam Organisasi

Komunikasi dalam suatu perusahaan adalah unsur terpenting. Karena
dalam komunikasi ada interaksi sosial yang ditandai adanya pertukaran makna
untuk menyatukan perilaku atau tindakan setiap individu.
Dengan adanya komunikasi maka akan memudahkan pimpinan dalam
menyampaikan informasi kepada karyawan guna mencapai tujuan utama
perusahaan. Selain itu juga akan memudahkan karyawan dalam menyampaian
gagasan atau bahkan keluhan kepada pimpinan. Hal ini penting juga untuk dapat
meningkatkan loyalitas dan totalitas mereka dalam bekerja, jika keluhan dan
gagasan mereka ditanggapi dengan bijak.

Dalam berkomunikasi terdapat arus informasi yang perlu diperhatikan,
untuk itu akan dibahas berdasarkan tempat dimana khalayak sasaran berada, yaitu
komunikasi internal, komunikasi diagonal, komunikasi ekternal (Sholeh,
2000:212)
a.Komunikasi Internal
Komunikasi internal adalah komunikasi yang terjadi di dalam organisasi
atau perusahaan. Dalam penerapan komunikasi beragam karena sesuai dengan
struktur organisasi. Komunikasi dalam organisasi bisa terjadi diantara orang yang
memiliki level kepangkatan yang sama, diantara pimpinan dan bawahan, dan lainlain.
Berdasarkan alur komunikasi yang terjadi di dalam organisasi, maka
komunikasi internal terbagi menjadi 4 (empat) jalur yaitu vertikal, horizontal,
diagonal, dan grapvine.
1. Komunikasi Vertikal
Komunikasi vertikal adalah arah arus komunikasi yang terjadi dari atas ke
bawah (downward communication) dan dari bawah ke

atas (upward

communication). Pada downward communication, pimpinan menyampaikan pesan
kepada bawahan. Alur ini memiliki fungsi sebagai berikut:

a) Pemberian atau penyampain intruksi kerja, bentuknya perintah, arahan,
penerangan, manual kerja, uraian tugas.
b) Penjelasan dari pimpinan mengenai mengapa sutu tugas perlu
dilaksanakan. Hal ini ditunjukan agar pekerja mengetahui bagaimana

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

11

tugas-tugas berkaitan dengan tugas dan posisi yang lain di organisasi dan
mengapa mereka mengerjakan tugas tersebut.
c) Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku
seperti bagaimana waktu kerja, cara pengaturan gaji, asuransi kesehatan,
dan lain-lain.
d) Penyampaian informasi mengenai bagaimana penampilan pekerja, baik itu
penampilan fisik maupun penampilan kemampuan menjalankan pekerjaan
dan memperlihatkan daya tahan dalam keberhasilan kerja.
e) Pemberian informasi bagaimana mengembangkan misi perusahaan.
Selain di atas, komunikasi juga mengalir dari bawahan ke atasan atau

Upward communication. Metode yang digunakan dalam penyampaian informasi
bisa dengan lisan, tulisan, gambar, skema, atau kombinasi diantara semuanya.
Metode upward communication memiliki beberapa fungsi, yaitu:
a) Penyampaian informasi mengenai pekerjaan yang sudah dan yang belum
selesai dilaksanakan.
b) Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan.
c) Membantu pemimpin dalam pengambilan keputusan.
2. Komunikasi horizontal
Komunikasi horizontal yaitu arus informasi yang terjadi secara mendatar
atau sejajar di antara para pekerja dalam satu unit. Menurut soleh Soemirat dan
Elvinaro Ardianto dalam buku Komunikasi Organisasional, tujuan dari arus
informasi ini antara lain:
a)
b)
c)
d)
e)
f)

Mengkoordinasikan pengerjaan tugas

Bertukar informasi dalam rencana dan kegiatan
Mengatasi masalah
Mendapatkan pemahaman bersama
Memusyawarahkan, negosiasi, dan menengahi perbedaan
Membangun dukungan interpersonal.
Dalam penerapan jalur komunikasi horizontal banyak metode yang

digunakan para karyawan, misalnya percakapan pada saat istirahat, percakapan
melalui telefon, menggunakan memo, dengan diadakanya rapat diantara para
karyawan yang sejajar kedudukannya, dan lain-lain.
3. Komunikasi diagonal
Komunikasi diagonal adalah komunikasi yang terjadi di dalam sebuah
organisasi diantara seseorang dengan orang lain yang satu sama lain berbeda
dalam kedudukanya dan bagian. Dalam komunikasi ini tidak ada perintah maupun

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

12

pertanggung jawaban, biasanya hanya menyampaikan ide. Komunikasi diagonal
diperlukan khusunya bagi para pekerja pada level bawah guna menghemat waktu.
Dalam penggunaan alur ini diperlukan dua syarat yakni:
a) Setiap pekerja melakukan komunikasi secara diagonal harus memperoleh
izin dari atasanya langsung
b) Setiap pekerja yang melakukan komunikasi diagonal harus
menginformasikan hasil yang dicapai kepada atasan langsung.
4. Grapvine
Grapvine adalah perkataan Inggris untuk tanamanan anggur dan karena
tanaman ini menjalar tanpa arah dan bentuk tertentu, kadang-kadang seperti spiral
dan lingkaran yang kait mengait maka perkataan inilah yang dipilih untuk sistem
komunikasi informal (Phil, 1986:98). Grapevine biasanya disebut juga sebagai
rumors. Komunikasi ini bebas hambatan karena berlangsung dari mulut ke mulut,
selain itu informasi yang disampaikan sering kali tidak lengkap yang
memungkinkan disalah artikan, namun begitu umumnya 75% sampai 90% pesan
Grapevine akurat yang berkaitan dengan situasi tempat kerja.
b.Komunikasi Eksternal
Komunikasi eksternal ialah komunikasi antara orang-orang yang berada di
dalam dengan khalayak di luar organisasi.
Adapun tujuan utama dilaksanakan komuniksi eksternal oleh sebuah organisasi
adalah:
1) Untuk membina dan memelihara hubungan yang baik
2) Untuk menciptakan opini publik yang menguntungkan
3) Untuk memelihara dan menjaga citra organisasi agar tetap positif.

2.1.2) Organisasi dan Komunikasi
Istilah organisasi berasal dari bahasa Latin organizare, yang secara
harafiah berarti paduan dari bagian-bagan yang satu sama lainnya saling
bergantung. Di antara para ahli ada yang menyebut paduan itu sistem, ada juga
yang merurmakannya sarana.

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

13

Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada
peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam
mencapai tujuan organisasi itu. Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk
komunikasi apa yang berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang
dipergunakan, media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya faktor-faktor apa
yang menjadi penghambat, dan sebagainya. Jawaban-jawaban bagi pertanyaanpertanyaan tersebut adalah untuk bahan telaah untuk selanjutnya menyajikan
suatu konsepsi komunikasi bagi suatu organisasi tertentu berdasarkan jenis
organisasi, sifat organisasi, dan lingkup organisasi dengan memperhitungkan
situasi tertentu pada saat komunikasi dilancarkan.
Sendjaja (1994) menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah
sebagai berikut:
1. Fungsi informatif. Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem
pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu
organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih
baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap
anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti.
Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk
membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang
terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan)
membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan, di samping itu
juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan,
izin cuti, dan sebagainya.
2. Fungsi regulatif. Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang
berlaku dalam suatu organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh
terhadap fungsi regulatif yaitu: a. Berkaitan dengan orang-orang yang
berada dalam tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki
kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan.
Juga memberi perintah atau intruksi supaya perintah-perintahnya
dilaksanakan sebagaimana semestinya. b. Berkaitan dengan pesan. Pesanpesan regulatif pada dasamya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan
membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak
boleh untuk dilaksanakan.
3. Fungsi persuasif. Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan
kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang
diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih
suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab
pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

14

menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan
sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
4. Fungsi integratif. Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran
yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan
dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal
tersebut, yaitu: a. Saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus
dalam organisasi tersebut (buletin, newsletter) dan laporan kemajuan
organisasi. b. Saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar
pribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahrag4 ataupun
kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan
keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan
terhadap organisasi.
Griffin (2003) dalam A First Look at Communication Theory, membahas
komunikasi organisasi mengikuti teori management klasik, yang menempatkan
suatu bayaran pada daya produksi, presisi, dan efisiensi. Adapun prinsip-prinsip
dari teori managernent klasikal adalah sebagai berikut:
1. kesatuan komando-suatu karyawan hanya menerima pesan dari satu atasan
2. rantai skalar- garis otoritas dari atasan ke bawahan yang bergerak dari atas
sampai ke bawah untuk organisasi; rantai ini, yang diakibatkan oleh
prinsip kesatuan komando, harus digunakan sebagai suatu saluran untuk
pengambilan keputusan dan komunikasi.
3. divisi pekerjaan- manegement perlu arahan untuk mencapai suatu derajat
tingkat spesialisasi yang dirancang trrtuk mencapai sasaran organisasi
dengan suatu cara efisien.
4. tanggung jawab dan otoritas- perhatian harus dibayarkan kepada hak untuk
memberi order dan ke ketaatan seksama; suatu ketepatan keseimbangan
antara tanggung jawab dan otoritas harus dicapai.
5. disiplin- ketaatan, aplikasi, energi, perilaku dan tanda rasa hormat yang
keluar seturut kebiasaan dan aturan disetujui.
6. mengebawahkan kepentingan individu dari kepentingan umum melalui
contoh peneguhan, persetujuan adil, dan pengawasan terus-menerus.
Terdapat 4 peran pemimpin dalam organisasi, yaitu:
1. memproduksi
2. menjalankan roda organisasi
3. memberikan informasi
4. memadukan (integrating)

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

15

Berdasarkan pengertian bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi
tingkah laku yang mengandung indikasi serangkaian tugas yang perlu
dilaksanakan oleh seorang pemimpin adalah:
1)
2)
3)
4)

membengkitkan kepercayaan dan loyalitas bawahan
mengkomunikasikan gagasan kepada orang lain
dengan berbagai cara mempengaruhi orang lain
seorang pemimpin adalah seorang besar yang dikagumi dan
mempesona yang dibanggakan oleh para bawahan (Wahjosumidjo
2002:40).

Wahjosumidjo juga mengemukakan 4 (empat) macam tugas penting
seorang pemimpin yaitu :
1. Mendefinisikan misi dan peranan organisasi
Misi dan peranan organisasi dapat dirumuskan dengan baik apabila
seorang pemimpin lebih dulu memahami asumsi struktural sebuah
organisasi.
2. Pemimpin merupakan pengejawantahan tujuan organisasi
Dalam tugas ini pemimpin harus menciptakan kebijaksanaan ke
dalam tatanan atau keputusan terhadap sarana untuk mencapai
tujuan yang direncanakan.
3. Mempertahankan keutuhan organisasi
Pemimpin bertugas untuk mempertahankan keutuhan organisasi
dengan melakukan koordinasi dan kontrol melalui dua cara, yaitu
melalui otoritas, peraturan, literally, melalui pertemuan, dan
koordinasi khusus terhadap berbagai peraturan.
4. Mengendalikan konflik internal yang terjadi di dalam organisasi
Secara umum, tugas-tugas pokok pemimpin dalam organisasi antara lain :
1. Melaksanaan Fungsi Managerial, yaitu berupa kegiatan pokok meliputi
pelaksanaan :
- Penyusunan Rencana
- Penyusunan Organisasi Pengarahan Organisasi Pengendalian Penilaian
- Pelaporan
2. Mendorong (memotivasi) bawahan untuk dapat bekerja dengan giat dan
tekun
3. Membina bawahan agar dapat memikul tanggung jawab tugas masing
masing secarabaik
4. Membina bawahan agar dapat bekerja secara efektif dan efisien
5. Menciptakan iklim kerja yang baik dan harmonis
6. Menyusun fungsi manajemen secara baik
7. Menjadi penggerak yang baik dan dapat menjadi sumber kreatifitas
8. Menjadi wakil dalam membina hubungan dengan pihak luar

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

16

2.1.3) Kepemimpinan
Ada beberapa pendapat pakar tentang pengertian kepemimpinan, antara
lain adalah sebagai berikut: Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam
situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau
beberapa tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961; 24).
Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957; 7).
Menurut Kartono (2005:153). kepemimpinan adalah kemampuan untuk
memberikan pengaruh yang konstruktif kepada orang lain untuk melakukan satu
usaha kooperatif mencapai tujuan yang sudah di canangkan. Begitupun
kepemimpinan menurut Sutarto (1998: 25) adalah rangkaian kegiatan penataan
berupa kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar
bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kepemimpinan juga merupakan fungsi dari keefektifan operasional pada
pengambilan keputusan di suatu organisasi atau perusatraan. Jadi, apabila
pemimpin mampu dengan tangkas, cerdas, cepat, dan arif bijaksana mengambil
keputusan yang tepat, maka organisasi atau perusatraan bisa berfungsi secara
efektif dan produktif.
Suatu kepemimpinan merupakan masalah relasi dan pengaruh antara
pemimpin dan yang di pimpin. Kepemimpinan tersebut muncul dan berkembang
sebagai hasil dari interaksi otomatis di antara pemimpin dan individu-individu
yang dipimpin (ada relasi interpersonal). Kepemimpinan ini bisa berfungsi atas
dasar kekuasaan untuk mengajak, mempengaruhi, dan menggerakkan orang –
orang lain guna melakukan sesuatu, demi pencapaian suatu tujuan tertentu.
Dalam kepemimpinan ini terdapat hubungan antar manusia, yaitu
hubungan mempengaruhi (dari pemimpin) dan hubungan kepatuhan-ketaatan para
pengikut/bawahan karena di pengaruhi oleh kewibawaan pemimpin. Para
pengikut terkena pengaruh kekuatan dari pemimpinnya dan bangkitlah secara
spontan rasa ketaatan pada pemimpin.

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

17

Kepemimpinan dimasukkan dalam kategori "ilmu terapan" dari ilmu-ilmu
sosial, sebab prinsip-prinsip, definisi, dan teori-teorinya diharapkan dapat
bermanfaat bagi usaha peningkatan taraf hidup manusia. Seperti ilmu-ilmu lain
kepemimpinan sebagai cabang ilmu bertujuan untuk:
1. memberikan pengertian menganai kepemimpinan secara luas,
2. menafsirkan dari tingkah laku pemimpin, dan
3. pendekatan terhadap permasalahan sosial yang dikaitkan dengan fungsi
pemimpin (Kartono, 2005:3).
Suatu kepemimpinan memiliki fungsi, adapun fungsi kepemimpinan ialah
memandu, menuntun, membimbingo membangun, memberi atau membangunkan
motivasi-motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan-jaringan
komunikasi yang baik memberikan supervisr/pengawasan yang efisien, dan
membawa para pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju, sesuai dengan
ketentuan waktu dan perencanaan.
Dalam

upaya

mewujudkan

kepemimpinan

yang

efektif,

maka

kepemimpinan tersebut harus dijalankan sesuai dengan fungsinya. Sehubungan
dengan hal tersebut, menurut Nawawi (2001:74), fungsi kepemimpinan
berhubungn langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok masingmasing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada didalam, bukan
berada diluar situasi itu Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian didalam
situasi sosial keiompok atau organisasinya.
Fungsi kepemimpinan menurut Nawawi (2001) memiliki dua dimensi
yaitu:
a. Dimensi yang berhubungan dengan tingkat kemampuan
mengarahkan dalam tindakan atau aktifitas pemimpin, yang terlihat
pada tanggapan orang-orang yang dipimpinya.
b. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan atau
keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksnakan tugastugas pokok kelompok atau organisasi, yang dijabarkan dan
dimanifestasikan melalui keputusan-keputusan dan kebijakan
pemimpin.

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

18

Sehubungan dengan kedua dimensi tersebut, menurut Nawawi (2001), secara
operasional dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu:
1. Fungsi Instruktif.
Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa (isi
perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah), bilamana (waktu memulai,
melaksanakan dan melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan
perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Sehingga fungsi orang
yang dipimpin hanyalah melaksanakan perintah.
2.

Fungsi konsultatif.
Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif sebagai komunikasi dua
arah. Hal tersebut digunakan manakala pemimpin dalam usaha menetapkan
keputusan yang memerlukan bahan pertimbangan dan berkonsultasi dengan
orang-orang yang dipimpinnya.
3. Fungsi Partisipasi.
Dalam menjaiankan fungsi partisipasi pemimpin berusaha mengaktifkan
orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam pengambilan keputusan maupun
dalam melaksanakannya. Setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan yang
sama untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari
tugas-tugas pokok, sesuai dengan posisi masing-masing.
4. Fungsi Delegasi
Dalam menjalankan fungsi delegasi, pemimpin memberikan pelimpahan
wewenang membuay atau menetapkan keputusan. Fungsi delegasi sebenarnya
adalah kepercayaan ssorang pemimpin kepada orang yang diberi kepercayaan
untuk pelimpahan wewenang dengan melaksanakannya secara bertanggungjawab.
Fungsi pendelegasian ini, harus diwujudkan karena kemajuan dan perkembangan
kelompok tidak mungkin diwujudkan oleh seorang pemimpin seorang diri.
5.

Fungsi Pengendalian.
Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus
mampu mengatur aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang
efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal.
Dalam melaksanakan fungsi pengendalian, pemimpin dapat mewujudkan melalui
kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.
Fungsi-fungsi kepemimpinan yang hakiki menurut Siagian (1994:47-48)
adalah
1. Pemimpin selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha
pencapaian tujuan,
2. Wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak di
luar organisasi,
3. Pemimpin selaku komunikator yang efektif,
4. Mediator yang andal khususnya dalam hubungan ke dalam, terutama
dalam menangani situasi konflik,
5. Pemimpin selaku integrator yang efektif, rasional, objektif, dan netral.

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

19

2.1.4) Pemimpin
Pemimpin adalah pribadi yang memiliki keterampilan teknis, khususnya
dalam suatu bidang, hingga ia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersamasama melakukan aktifitas, demi pencapaian suatu tujuan organisasi. Menurut
Henry Pratt Fairchild, pemimpin dalam pengertian luas ialah seonulg yang
memimpin dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur,
mengarahkan, mengorganisir, atau mengontrol usaha atau upaya orang lain, atau
melalui latihan-latihan kekuasaan atau posisi. Dalam pengertian yang terbatas,
pemimpin ialah seorang yang membimbing dan memimpin dengan bantuan
kualitas-kualitas persuasifnya, dan penerimaan secara suka rela oleh para
pengikutya (dalam Kartono 2005:39).
Pemimpin adalah seseorang yang mampu menggerakkan pengikut untuk
mencapai tujuan organisasi. Kata pemimpin sendiri di dalam bahasa Indonesia
memiliki banyak arti, misalnya pimpinan, ketua, atau komandan. Namun, dalam
arti yang lebih dalam, pemimpin yang dimaksudkan di dalam ‘leadership’ harus
diartikan sebagai seseorang yang memimpin sebuah organisasi atau institusi dan
terlibat di dalamnya (Iensufiie, 2010 : 2).
Jadi, pemimpin adalah orang yang membantu orang lain untuk
memperoleh hasil-hasil yang diinginkan. Pemimpin bertindak dengan cara-cara
yang memperlancar produktivitas, moral tinggi, respons yang energik, kecakapan
kerja yang berkualitas, komitmen, efisiensi, sedikit kelemahan, kepuasan,
kehadiran, dan kesinambungan dalam organisasi (Liliweri, 2004: 327).

2.1.5) Teori Kepemimpinan
Dalam sebuah organisasi sifat dan sikap kepemimpinan seorang pemimpin
untuk mempengaruhi orang lain sangat menentukan didalam mencapai tujuan
organisasi. Kepemimpinan merupakan intisari dari managemen organisasi,
sumber daya pokok, dan titik sentral dari setiap aktivitas yang terjadi dalam suatu
organisasi (Ardana, 2008:89).

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

20

Teori kepemimpiann merupakan suatu penggeneralisasian dari suatu seri
fakta mengenai ciri, perilaku dan tujuan seorang pemimpin serta konsep-konsep
kepemimpinan. Adapun teori yang terkait antara lain:
A. Teori Perilaku
Teori perilaku menitikberatkan pada aspek terpenting dari kepemimpinan,
bukan pada sifat atau karelcteristik dari pemimpin, tetapi apa yang dilakukan
pemimpin tergantung pada gaya kepemipinan yang diterapkannya. Adapun dasar
dari pendekatan gaya kepemimpinan diyakini bahwa pemimpin yang efektif
menggunakan gaya tertentu untuk mengarahkan seseorang atau kelompok untuk
mencapai fujuan tertentu.
Terdapat dua gaya kepemimpinan yaitu:
a. Gaya kepemimpinan berorientasi tugas (task orientation) adalah
perilaku pimpinan yang menekankan bahwa tugas-tugas dilaksanakan
dengan baik dengan cara mengarahkan dan mengendalilen secara ketat
bawahannya.
b. Gaya kepemimpinan berorientasi karyawan (employ orientation)
adalah perilaku pimpinan yang menekankan pada pemberian motivasi
kepada bawahan dalam melaksanakan tugasnya dengan melibatkan
bawahan dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
tugasnya, dan mengembangkan hubungan yang bersahabat saling
percaya mempercayai dan saling menghormati di antara anggota
kelompok. (Indriyo & Sudita, 1997:132).
Di samping gaya kepemimpinan, ada juga gaya perilaku kepemimpinan
yang berlandaskan empat kerangka kerja yakni:
a. Perilaku Instrumental, perilaku ini meliputi fungsi-fungsi manajerial
dari kegiatan bawahan oleh pimpinan.
b. Perilaku Suportif yaitu memberikan masukan dan pertimbangan dalam
upaya pemenuhan kebutuhan kesejahteraan karyawan dan menciptakan
lingkungan kerja yang baik.
c. Perilaku Partisipatif, meliputi informasi yang diperlukan organisasi
dan karyawan, ide atau gagasan sena ikut serta dalam pengambilan
keputusan.
d. Perilaku Berorientasi Prestasi, antara lain pemberian tugas dan
pekerjaan yang sifatnya dapat memberikan motivasi untuk selalu
meningkatkan prestasi kerja karyawan. (Indriyo & Sudita, 1997:150).

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

21

B. Teori Berdasarkan Onse-Ciri
Menurut Djatmiko (dalam Ardana,2008: 9l) teori berdasarkan onse-ciri
adalah teori kepemimpinan yang sangat klasik yang masih tetap mendapat
perhatian baik oleh para pakar dan tokoh organisasi yang seyogyanya dimiliki
setiap pemimpin. Ciri-ciri tersebut adalah:
a.

b.

c.

d.
e.
f.

g.
h.

i.

j.
k.

Pengetahuan yang luas. Ciri sangat penting karena dalam menjalankan
fungsinya seorang pemimpin dituntut memahami secara tepat bukan
hanya berbagai segi kegiatan dari organisasi yang dipimpinnya,
tetaapi juga apa yang terjadi di sekeliling organisasi, terutama hal-hal
yang diperkirakan membawa dampak kuat terhadap organisasi yang
bersangkutan, dari seorang pemimpin dituntut cara berpikir dan
wawasan yang integral dan komprehensif, berarti suatu totalitas
digabungkan dengan faktor-faktor ekologis yang turut perpengaruh.
Cara berpikir demikian menuntut pengetahuan yang luas.
Kemampuan bertumbuh dan berkembang. Salah satu faktor penyebab
keberhasilan seorang pemimpin ialah sikap dan tindakannya yang
onsensus terhadap segala perubahan yang terjadi sejalan dengan
perkembangan dan pertumbuhan ilmu pengetahuandan teknologi yang
terjadi.
Sifat yang inkuisitif. Rasa ingin tahu tentang segala sesuatu yang
terjadi bukan hanya dalam lingkungan organisasi yang dipimpinnya,
akan tetapi disekelilingnya dan mampu mengidentifikasi faktor-faktor
penyebab terjadinya perubahan tersebut.
Kemampuan analitik. Berpikir dengan kemampuan daya kognitif dan
daya nalar secara teratur dan intensif.
Daya ingat yang kuat, sehingga tidak tergantung kepada informasi
kepada orang lain berkurang.
Kapasitas onsensua. Peranan seorang pemimpin melihat kepentingan
organisasi sebagai keseluruhan dan tidak terbatas pada kepentingan
satuan-satuan kerja yang terdapat didalamnya.
Keterampilan berkomunikasi secara efektif baik secara vertical
maupun horizontal diagonal.
Keterampilan mendidik. Dalam hal ini seorang pemimpin diharapkan
mampu memberikan bimbingan dan pengarahan dan bukan selalu
bersikap dan bertindak onsensu.
Rasionalitas. Dengan bermodalkan daya kognitif dan daya nalar yang
tinggi disertai dengan pendekatan yang situasional dalam memimpin
suatu organisasi.
Obyektivitas. Berkaitan erat dengan akibat rasionalitas dalam berpikir,
sehinggan mampu bersikap obyektif.
Pragmatisme. Bahwa seorang pemimpin mempunyai sikap onsensus
dan memiliki idealism sehingga bersikap onsensus dalam memimpin
organisasi.

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

22

l.

m.
n.

o.
p.

q.
r.
s.

t.

u.
v.
w.

Kemampuan menentukan skala prioritas. Berkaitan erat dengan
pandangan hidup yang onsensus dari setiap pemimpin dituntut untuk
kemampuan memberikan skala prioritas secara tajam.
Kemampuan membedakan yang urgen dan yang penting
Rasa tepat waktu. Ialah kemampuan yang tinggi dan dimiliki secara
naluriah untuk menentukan kapan bertindak dan kapan tidak
melakukan sesuatu dalam menghadapi berbagai situasi.
Rasa kohensi yang tinggi. Seorang pemimpin yang mampu menjaga
dan memelihara keutuhan kelompok kerja pada bawahannya.
Naluri relevansi. Bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam organisasi,
seharusnya mempunyai kaitan langsung atau tidak langsung dengan
usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang
diterapkan untuk dicapai pada kurun waktu tertentu.
Keteladanan
Kesediaan menjadi pendengar yang baik
Adaptabilitas. Sejauhmana seorang pemimpin mampu melakukan
penyesuaian tertentu yang dituntut oleh suatu perubahan dalam
lingkungan organisasi.
Fleksibilitas. Dalam diri seorang pemimpin diharapkan sikap yang
luwes, mampu membaca situasi secara tepat, menyesuaikan gaya
manajerialnya dengan situasi yang dihadapi.
Ketegasan
Oreintasi masa depan
Sikap yang antisifatif

C. Teori Alur-Tujuan
Menunrt Robbins dan Coulter (2004) teori ini dikembangkan yang
merupakan sebuah model kepemipinan situasional yang menyaring unsur dari
teori pengharapan tentang motivasi.
Menurut teori ini bahwa tingkah laku seorang pemimpin itu dapat diterima
bawahan sejauh mereka menganggapnya sebagai sumber kepuasan, dimana
terdapat kepuasan langsung atau kepuasan dimasa depan. Artinya perilaku
seorang pemimpin itu memotivasi sejauh bahwa kelakuan itu:
a. Membuat pencapaian kebutuhan bawalran tergantung pada kinerja yang
efektif.
b. Memberi pelatihan bimbingan, dan imbalan-imbalan yang perlu bagi
kinerja efektif.
Maka menurut model ini perilaku/gaya kpemimpinan ada empat,
yaitu:

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

23

1) Direktif mengarahkan dan member bimbingan
2) Suportif: mendukung, bersikap bersahabat serta perhatian
kepada kebutuhan anak buah.
3) Partisipatif: ikut berunding dan menerima saran-saran
bawahan.
4) Berorientasi

prestasi:

mematok

tujuan-tujuan

yang

menantang dan berharap bawalran untuk bekerja keras.

2.1.6) Variabel - variabel Kepemimpinan
Variabel - variabel kepemimpinan menurut Chapman (dalam Indriyo dan
Sudita, 1997:127) adalah:
a. Cara berkomunikasi
Setiap pemimpin harus mampu memberikan informasi yang jelas dan
untuk itu harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik dan
lancar. Karena hal itu akan memudahkan bawahan untuk apa yang
dikehendaki oleh seorang pemimpin baik untuk jangka pendek maupun
jangka panjang. Kemampuan untuk berkomunikasi bagi seorang pemimpin
benar-benar memegang kunci peranan penting guna memperlancar dalam
usaha pencapaian tujuan perusahaan yang berkaitan dengan operasional
perusahaan.
b. Pemberian motivasi
Seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan untuk memberikan
dorongan-dorongan atau memberi motivasi kepada bawahannya, baik
motivasi secara finansial atau nonfinansial. Hal ini dapat menciptakan
prestasi dan suasana kondusif bagi keberhasilan suatu organisasi, dimana
bawahan akan merasa diperhatikan oleh pemimpinnya yang mewakili
perusahaan.
c. Kemampuan memimpin
Kemampuan memimpin dapat terlihat dari gaya kepemimpinannya,
apakah gaya kepemimpinan yang dilakukan seorang pemimpin ookratik,
partisipatif atau bebas kendali.
d. Pengambilan keputusan
Seorang pemimpin harus mampu mengambil keputusan berdasarkan fakta
dan peraturan yang berlaku di perusahaan serta keputusan yang diambil
tersebut mampu memberikan motivasi bagi karyawan untuk bekerja lebih
baik bahkan mampu memberikan kontribusi bagi peningkaan produktivitas
kerja.

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

24

e. Kekuasaan yang positif
Seorang pemimpin dalam menjalankan organisasi atau perusahaan
walaupun dengan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda tentu saja harus
memberikan rasa aman bagi bawahan yang bekerja (positive leadership).
2.1.7) Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan merupakan karakteristik atau tipe tertentu dalam
melaksanakan kepemimpinan. Pendapat para ahli mengenai gaya kepemimpinan
membuat konsep kepemimpinan semakin kaya karena banyaknya pendapat yang
membahas gaya yang sama dengan penjelasan yang saling melengkapi antara satu
dengan lain. Setiap pemimpin memiliki gayanya masing-masing dalam
menjalankan fungsinya. Pengalaman, pengetahuan, pandangan, latar belakang
sosial, usia, lingkungan, keinginan mempengaruhi gaya seorang pemimpin.
Menurut Djatmiko, para pemimpin pada dasarnya dapat dikategorikan
menjadi lima tipe yaitu sebagai berikut.
a. Tipe otokratik
Dengan onse-ciri antara lain : mengambil keputusan sendiri,
memusatkan kekuasaan dan pengambilan keputusan pada dirinya,
bawahan melakukan apa yang diperintahkan, menggunakan wewenang
dan tanggung jawab sepenuhnya, dan biasanya berorientasi pada
kekuasaan.
b. Tipe paternalistik
Ciri-cirinya antara lain : mengambil keputusan cenderung
menggunakan cara tersendiri tanpa melibatkan bawahan, hubungan
dengan bawahan bersifat bapak-bapak, berusaha memenuhi kebuthan
fisik anak buah untuk mencuri perhatian dan tanggung jawab mereka,
orientasinya adalah menjaga hubungan yang baik dengan anak buah.
c. Tipe karismatis
Dengan onse-ciri yang menonjol di antaranya : memelihara hubungan
dengan bawahan agar pelaksanaan tugas dapat terselenggara dengan
baik sekaligus memberi kesan bahwa hubungan tersebut berbasis pada
relasionalitas bukan kekuasaan.
d. Tipe Laisses Faire (Free Reign)
Dengan onse-ciri : menghindari penumpukan kekuasaan dengan jalan
mendelegasikan kepada bawahan, tergantung pada kelompok dalam
menentukan tujuan dan penyelesaian masalah, efektif bila di
lingkungan onsensual yang bermotivasi tinggi.
e. Tipe Demokratis (Partisipatif)
Yang onse-cirinya antara lain : membagi tanggung jawab pengambilan
keputusan dengan kelompok, mengembangkan tanggung jawab
kelompok untuk menyelesaikan tugas memakai pujian dan kritik,

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

25

meski pengambilan keputusan dilimpahkan, namun tanggung jawab
tetap pada pimpinan (dalam Ardana, dkk. , 2008 : 97).
Menurut Rivai dan Mulyadi, gaya kepemimpinan merupakan dasar dalam
mengklasifikasikan tipe kepemimpinan. Gaya kepemimpinan memiliki tiga pola
dasar, yaitu : gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan pelaksanaan
tugas, pelaksanaan hubungan kerja sama, dan kepentingan hasil yang dicapai.
Berdasarkan ketiga pola dasar tersebut terbentuk perilaku kepemimpinan yang
berwujud pada kategori kepemimpinan yang terdiri dari tiga tipe pokok
kepemimpinan, yaitu :
a. Tipe Kepemimpinan Otoriter
Tipe kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan di tangan satu orang.
Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal. Kedudukan dan tugas
anak buah semata-mata hanya sebagai pelaksana keputusan, perintah,
dan bahkan kehendak pimpinan. Pimpinan memandang dirinya lebih
dalam segala hal, dibandingkan dengan bawahannya. Kemampuan
bawahan selalu dipandang rendah sehingga dianggap tidak mampu
berbuat sesuatu tanpa diperintah.
b. Tipe Kepemimpinan Kendali Bebas
Tipe kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari tipe kepemimpinan
otoriter. Pemimpin berkedudukan sebagai simbol. Kepemimpinan
dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh pada orang yang
dipimpin dalam mengambil keputusan dan melakukan kegiatan
menurut kehendak dan kepentingan masing-masing, baik secara
perorangan maupun kelompok-kelompok kecil. Pemimpin hanya
memfungsikan dirinya sebagai penasihat.
c. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Tipe kepemimpinan ini menempatkan manusia sebagai faktor utama
dan terpenting dalam setiap kelompok/organisasi. Pemimpin
memandang dan menempatkan orang-orang yang dipimpinnya sebagai
subjek yang memiliki kepribadian dengan berbagai aspeknya, seperti
dirinya juga. Kemauan, kehendak, kemampuan, buah pikiran,
pendapat, kreativitas, inisiatif yang berbeda-beda, dan dihargai
disalurkan secara wajar. Tipe pemimpin ini selalu berusaha untuk
memanfaatkan setiap orang yang dipimpin. Kepemimpinan demokratis
adalah kepemimpinan yang aktif, dinamis, dan terarah. Kepemimpinan
tipe ini mengambil keputusan sangat mementingkan musyawarah, yang
diwujudkan pada setiap jenjang dan di dalam unit masing-masing
(Rivai dan Mulyadi, 2012 : 36).

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

26

2.1.8) Motivasi
Menurut Hasibuan (2005: 143), motivasi berasal dari kata latin movere
yang berarti dorongan atau pemberian daya penggerak yang menciptakan
kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif, dan
terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Pentingnya
motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan
mendukung prilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil
yang optimal. Sedangkan menurut Flippo (dalam hasibuan 2005: 143), bahwa
motivasi adalah suatu keahlian, dalam mengarahkan pegawai dan organisasi agar
mau bekerja secara berhasil, sehingga para pegawai dan tujuan organisasi
sekaligus tercapai. Motivasi semakin penting karena manajer membagikan
pekerjaan pada bawahannya untuk dikerjakan dengan baik dan terintegrasi pada
tujuan yang ingin dicapai.
Definisi mengenai motivasi yang dikemukakan oleh Nawawi (2008: 351)
menyatakan bahwa: "Motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong atau menjadi
sebab seseorang melakukan sesuatu perbuatan (kegiatan)”. Sedangkan Maslow,
(dalam Robbins 2009:166) mengemukakan bahwa: "Motivasi adalah suatu proses
pemenuhan kebutuhan". Adapun Mangkunegara (2002: 93) menyatakan bahwa
“Motivasi adalah kondisi yang menggerakkan pegawai agar mampu mencapai
tujuan dari motifnya."
Menurut Rivai (2009:455) motivasi adalah serangkaian sikap dan nilainilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai
dengan tujuan individu. Sikap dan nilai tersebut merupakan suatu yang tidak
terlihat yang memberikan kekuatan untuk mendorong individu bertingkah laku
dalam mencapai tujuan.
Sedangkan menurut Daft (2002:91) motivasi mengacu pada dorongan,
baik dari dalam atau dari luar diri seseorang yang memunculkan antusiasme dan
kegigihan untuk melakukan tindakan tertentu. Motivasi karyawan mempengaruhi
produktivitas kerja dan sebagian pekerjaan manajer adalah untuk menyalurkan
motivasi kearah pemenuhan tujuan organisasi.

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

27

Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan yang dimiliki individu yang
merangsang untuk melakukan tindakan (kegiatan) dalam mencapai tujuan yang
diharapkan.
A. Tujuan Pemberian Motivasi
Menurut Sunyoto (2012:17) diberikannya motivasi kepada pegawai seseorang
tentu saja mempunyai tujuan antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Mendorong gairah dan semangat pegawai.
Meningkatkan moral dan kepuasan kerjapegawai.
Meningkatkan produktivitas kerja pegawai.
Mempertahankan loyalitas dan kestabilan pegawai.
Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi pegawai.
Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik.
Meningkatkan kreativitas dan partisipasi pegawai.
Meningkatkan kesejahteraan pegawai.
Mempertinggi rasa tanggung jawab pegawai terhadap tugas dan
pekerjaannya.
Motivasi dibedakan menjadi dua yaitu motivasi langsung dan motivasi tidak

langsung.
1. Motivasi langsung
Motivasi langsung adalah motivasi yang diberikan secara langsung kepada
setiap individu karyawan untuk memenuhi kebutuhan serta kepuasannya.
Jadi sifatnya khusus, seperti pujian, penghargaa& tunjangan hari raya,
bonus dan bintang jasa.
2. Motivasi tidak langsung
Motivasi tidak langsung adalah motivasi yang diberikan hanya merupakan
fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah kerja atau kelancaran
tugas sehingga para karyawan bersemangat melakukan pekerjaan.
Misalnya kursi yang nyaman, mesin yang baik, ruang kerja yang terang
dan nyaman, suasana pekerjaan yang serasi, serta penempatan yang tepat.
Motivasi tidak langsung besar pengaruhnya untuk merangsang semangat
kerja karyawan sehinggga menjadi produktif (Hasibuan, 2005: 149).
Menurut Cascio, “motivasi adalah suatu kekuatan yang dihasilkan dari
keinginan seseorang untuk memuaskan kebutuhannya, missal: rasa lapar, haus,
dan dahaga” (dalam Hasibuan 1996:95). Begitu pun menurut Robbins dan Coulter
(2004) motivasi merupakan kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

28

tinggi untuk tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu
dalam memenuhi beberapa kebutuhan individu tertentu.

B. Langkah-langkah Memotivasi
Dalam memotivasi bawahan, menurut Sunyoto (20l2:17) ada beberapa
petunjuk atau langkah-langkah yang perlu diperhatikan oleh setiap pemimpin
sebagai berikut:
1. Pemimpin harus tahu apa yang dilakukan bawahan.
2. Pemimpin harus berorientasi kepada kerangka acuan orang.
3. Setiap orang berbeda-beda di dalam memuaskan kebutuhan.
4. Setiap pemimpin harus memberikan contoh yang baik bagi bawahan.
5. Pemimpin mampu mempergunakan keahlian dalam berbentuk-bentuk.
6. Pemimpin harus berbuat dan berlaku realistis.
C. Fungsi Motivasi
1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi motivasi dalam hal ini merupakan
motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai
Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang
harus dikerjakan sesuai dengan flrmusan tujuannya.
3. Menyelesaikan perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut (Sardiman, 2007: 85).

D. Jenis dan Sifat Motivasi
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:86) motivasi sebagai kekuatan
mental individu memiliki 2 jenis tingkat kekuatan, yaitu motivasi primer dan
motivasi sekunder.
a.

b.

Motivasi Primer
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar,
motif dasar tersebut berasal dari segi biologis atau jasmani manusia.
Dimyati mengutip pendapat Mc.Dougal bahwa tingkah laku terdiri dari
pemikiran tentang tujuan dan perasaan subjektif dan dorongan mencapai
kepuasan.
Motivasi sekunder
Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari, motif ini dikaitkan
dengan motif sosial, sikap dan emosi dalam bekerja terkait komponen
penting seperti afektif, kognitif dan kurasif, sehingga motivasi sekunder

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

29

dan primer sangat penting dikaitkan oleh karyawan dalam usaha
pencapaian prestasi dalam bekerja.
Menumbuhkan motivasi dalam bekerja tidak hanya timbul dari dalam diri,
tetapi juga berasal dari luar diri seseorang. Adapun motivasi tersebut dapat
dikatakan sebagai motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik
adalah motivasi yang timbul dari dalam diri pribadi individu itu sendiri tanpa
adanya pengaruh dari luar individu. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah
dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada diluar perbuatan yang
dilakukannya. Ia mendapat pengaruh atau rangsangan dari luar.
Motivasi intrinsik dan ekstrinsik sangat dibutuhkan oleh setiap pegawai
dalam sebuah perusahaan, karna adanya motivasi yang bersifat dari dalam
maupun dari luar, seseorang akan mampu mengendalikan stresor sehingga
berpengaruh positif dalam pekerjaan.

E. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Motivasi bisa datang dari mana saja, baik secara intrinsik dan ekstrinsik.
Menurut Darsono, dkk (2000:65) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
motivasi. Lima diantaranya adalah aspirasi, kemampuan, kondisi fisik, dan
kondisi lingkungan.
Aspirasi dapat juga disebut sebagai cita-cita. Motivasi timbul karena
adanya cita-cita atau tujuan perusahaan yang harus dicapai oleh semua karyawan
dalam perusahaan tempat seorang karyawan bekerja. dengan adanya tujuan
perusahaan, karyawan akan memaksimalkan kemampuannya untuk mencapai
target tersebut. Sedangkan kondisi fisik dalam kaitannya dengan faktor yang
memperngaruhi motivasi adalah karena kondisi fisik seseorang sangat
menentukan kinerjanya. Jika sesorang sedang dalam kondisi yang baik secara
fisik maupun psikologis, maka kemampuan yang dimiliki akan semakin maksimal
dan memungkinkan seseorang untuk terus berinovasi dalam bekerja, karena jika
kondisi fisik maupun psikologis seseorang terganggu, akan sangat berpengaruh
dalam kinerjanya. Unsur lain yang berasal dari luar adalah kondisi lingkungan.
Kondisi lingkungan yang sehat, kerukunan pergaulan perlu diperhatikan mutunya

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

30

dengan lingkungan yang aman, tenteram, tertib dan indah, maka semangat dan
motivasi akan muncul dengan sendirinya dan menguntungkan bagi karyawan
maupun perusahaan.
F. Faktor-faktor yang Mempeugaruhi Motivasi Kerja Pegawai
1. Keberhasilan pelaksanaan : agar seorang bawahan dapat berhasil dalam
pelaksanaan pekerjaannya dengan memberikan kesempatan kepadanya
agar bawahan dapat berusaha mencapai hasil. Bila bawahan telah berhasil
mengerjakan pekerjaannya, pemimpin harus menyatakan keberhasilan itu.
2. Pengakuan : sebagai lanjutan dari keberhasilan pelaksanaan pemimpin
harus memberi pernyataan pengakuan akan keberhasilan tersebut, berupa
pemberian bonus uang tunai dan penghargaan.
3. Tanggung Jawab : memberikan bawalran bekeda sendiri sepanjang
pekerjaan itu memungkinkan dan menerapkan prinsip partisipasi.
Diterapkannya prinsip partisipasi membuat bawahan sepenuhnya
merencanakan dan melaksanakan pekerjaannya.
4. Penghargaan pegawai : pemimpin memberi rekomendasi tentang bawahan
yang siap untuk pengembangan, untuk menaikkan pangkatrya atau dikirim
mengikuti pendidikan atau latihan lanjutan. (Manullang,2011:197)
Adapun teori motivasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori
Motivasi Abraham H. Maslow
Teori ini dinamakan "Theory of Human Motivation". Teori ini mengikuti teori
jamak, yakni seseorang berperilaku (bekerja) karena adanya dorongan untuk
memenuhi bermacam-macam kebutuhan. Maslow berpendapat, kebutuhan yang
diinginkan seseorang berjenjang artinya bila kebutuhan yang pertama telah
terpenuhi , maka kebutuhan tingkat kedua akan menjadi yang utama. Selanjutnya
jika kebutuhan tingkat dua telah terpenuhi, maka muncul kebutuhan tingkat tiga
dan seterusnya sampai tingkat kelima. Dasar dari teori ini adalah:
a. Manusia adalah makhluk yang berkeinginan, ia selalu menginginkan lebih
banyak. Keinginan ini terus menenrs dan akan berhenti bila akhir hayat
tiba.
b. Suatu kebutuhan yang telah dipuaskan tidak menjadi motivator bagi
pelakunya, hanya kebutuhan yang belum terpenuhi yang akan menjadi
motivator.
c. Kebutuhan manusia akan tersusun dalam suatu jenjang yakni:

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

31

1. Physiologi needs (kebutuhan fisik)
Merupakan kebuttrhan untuk mempertalunkan hidup yang termasuk
kedalam kebutuhan ini adalah kebutuhan makan, minum, udara dan
sebagai keinginan untuk memenuhi kebutuhan ini merupakan salah satu
kelakuan yang paling nyata.
2. Security or safety needs (kebutuhan keselamatan)
Kebutuhan tingkat kedua menurut Maslow adalah kebutuhan keselamatan,
kebutuhan ini mengarah kepada dua bentuk, yakni:
- Kebutuhan akan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Stres Kerja dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk

15 196 113

Hubungan Peranan Kepemimpinan dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Pada Puskesmas Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2012

9 153 276

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Pada PT. Indosat, Tbk. Divisi Regional Wilayah Barat Medan.

17 121 80

Proses Penerapan K3(Keselamatan Dan Kesehatan Kerja) PT.Perusahaan Gas Negar(Persero)Tbk, Medan

33 143 47

Pengaruh Karakteristik Individu, Gaya Kepemimpinan Dan Lingkungan Kerja Terhadap Etos Kerja Karyawan Pada Pt. Bank Mandiri (Persero) Tbk, Unit Performance And Budgeting Kantor Wilayah I Medan

8 87 112

Kepemimpinan dan Motivasi Kerja Pegawai (Studi Korelasional tentang pengaruh Kepemimpinan terhadap Motivasi kerja Pegawai di PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.)

2 18 92

Kepemimpinan dan Motivasi Kerja Pegawai (Studi Korelasional tentang pengaruh Kepemimpinan terhadap Motivasi kerja Pegawai di PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.)

0 0 13

Kepemimpinan dan Motivasi Kerja Pegawai (Studi Korelasional tentang pengaruh Kepemimpinan terhadap Motivasi kerja Pegawai di PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.)

0 0 2

Kepemimpinan dan Motivasi Kerja Pegawai (Studi Korelasional tentang pengaruh Kepemimpinan terhadap Motivasi kerja Pegawai di PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.)

0 0 6

Kepemimpinan dan Motivasi Kerja Pegawai (Studi Korelasional tentang pengaruh Kepemimpinan terhadap Motivasi kerja Pegawai di PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.)

0 0 2