Hubungan Kepatuhan Terhadap Kebijakan Kesetan dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Kecelakaan Kerja Pemanen Sawit di Kebun Perlabian PT. Tolan Tiga (SIPEF) Tahun 2016

8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Kepatuhan
Kepatuhan berasal dari kata patuh. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia), patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada perintah atau aturan
dan berdisiplin. Kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaatan, tunduk, patuh pada
ajaran dan aturan.
Menurut Sears, Freedman, Peplau (1991) Ketaatan dan kepatuhan dapat
ditingkatkan melalui penggunaan ganjaran, hukuman, ancaman,dan tekanan dari
situasi. Namun, tekanan eksternal yang terlampau besar dapat membahayakan dan
menimbulkan kecenderungan untuk melawan pembatasan terhadap kebebasan
seseorang untuk bertindak, yang menyebabkan individu menampilkan perilaku
yang bertentangan terhadap apa yang diminta.
Menurut Sarwono yang dikutip oleh Ramdayana (2009) mengemukakan
bahwa sikapkepatuhan (compliance) akan menghasilkan perubahan tingkah laku
(behavior change) yang bersifat sementara dan individu yang berada di dalamnya
akan cenderung kembali ke perilaku atau pandangannya yang semula jika
pengawasan kelompok mulai mengendur dan perlahan memudar atau jika
individu tersebut dipindahkan dari kelompok asalnya.

Menurut Icek Ajzen dan Martin Fishbein, kepatuhan didefinisikan sebagai
suatu respon terhadap suatu perintah, anjuran atau ketetapan yang ditunjukan
melalui suatu aktifitas konkrit. Kepatuhan juga merupakan bentuk ketaatan pada
aturan atau disiplin dalam menjalankan prosedur yang telah ditetapkan.
Kepatuhan dapat diartikan sebagai suatu bentuk respon terhadap suatu
8

Universitas Sumatera Utara

9

perintah,anjuran, atau ketetapan melalui suatu aktifitas konkrit. Teori ini
didasarkan pada asumsi: (1) bahwa manusia umumnya melakukan sesuatu dengan
cara yang masuk akal; (2) manusia mempertimbangkan semua informasi yang
ada; (3) bahwa secara eksplisit maupun implisit manusia memperhitungkan
implikasi tindakan mereka (Azwar, 2013).
2.1.1

Kepatuhan Kebijakan K3
Keberhasilan pelaksanaan peraturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja


(K3) di perusahaan tidak lepas dari sikap kepatuhan personal baik dari pihak
karyawan maupun pihak manajerial dalam melaksanaan peraturan dan kebijakan
K3. Menurut Saifuddin dalam Wardani (2009) kepatuhan merupakan sikap
seseorang untuk bersedia mentaati dan mengikuti spesifikasi, standar atau aturan
yang telah diatur dengan jelas, dimana aturan tersebut diterbitkan oleh perusahaan
yang bersangkutan dan lembaga lain yang berwenang.
Menurut Borman dan Motowidlo yang dikutip oleh Griffin dan Neal,
2004) Salah satu komponen dari perilaku keselamatan adalah kepatuhan
keselamatan, yaitu aktivitas yang harus dilakukan seseorang untuk menjaga
keselamatan dalam tempat kerja. Perilaku ini mengikuti pada prosedur standar
kerja dan pemakaian APD.
Healey dan Walker mengatakan pekerja mempunyai dua pilihan dalam
menciptakan tempat kerja yang aman dan sehat yaitu dengan patuh dengan
kebijakan K3 atau mencegah masalah (Kecelakaan dan penyakit akibat hubungan
kerja.

Universitas Sumatera Utara

10


2.2

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
2.2.1

Pengertian

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 tahun 2012
tentang penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja bab I pasal
1, Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Menurut OSHA (occupational Health and Safety Administration) K3
diartikan sebagai aplikasi atau penerapan prinsip-prinsip sains atau ilmiah di
dalam memahami pola resiko terhadap keselamatan orang dan benda baik dalam
lingkungan industri maupun non-industri (OSHA, 2004).
2.2.2. Manfaat dan tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Aspek K3 bersifat multi dimensi.Karena itu manfaat dan tujuan K3 juga
harus dilihat dari berbagai sisi seperi dari sisi hukum, perlindungan tenaga kerja,

ekonomi, pengendalian kerugian, sosial, dan lainnya (Ramli, 2010).
1.

Aspek Hukum
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan ketentuan perundangan dan

memiliki landasan hukum yang wajib dipatuhi semua pihak, baik pekerja,
pengusaha, atau pihak terkait lainnya. Di Indonesia banyak peraturan perundangan
yang menyangakut keselamatan dan kesehatan kerja antara lain :
a.

Undang- undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja

b.

Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan

c.

Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang penerapan sistem

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.

Universitas Sumatera Utara

11

Disamping perundangan diatas,sebenarnya masih banyak peraturan lain
tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Dari berbagai peraturan diatas, terlihat
bahwa keselamatan dan kesehatan kerja memliki landasan hukum yang kual dan
wajib untuk diapatuhi.
2.

Perlindungan tenaga Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja mengandunga nilai perlindungan tenaga

kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Tenaga kerja merupakan asset
organisasi yang sangat berharga dan merupakan unsur penting dalam proses
produksi di samping unsur lainnya seperti material, mesin, dan lingkungan kerja.
Karena itu tenaga kerja harus dijaga, dibina, dan dikembangkan untuk
meningkatkan produktivitasnya.

3.

Aspek Ekonomi
Manfaat keselamatan dan kesehatan kerja juga dapat dilihat dari

pendekatan ekonomi atau finansial.Kecelakaan menimbulkan kerugian yang
sangat besar bagi peusahaan.Banyak perusahaan yang harus gulung tikar akibat
kecelakaan,

bencana,

atau

dampak

K3

lainnya

yang


terjadi

dalam

operasinya.Dampak ekonomi dari K3 dapat dilihat dari sisi produktivitas dan
pengendalian kerugian (loss control).
2.2.3. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Kebijakan K3 (OH&S Policy) merupakan perwujudan dari komitmen
pucuk pimpinan yang membuat visi dan tujuan organisasi, komitmen dan tekad
untuk melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja, kerangka dan program
kerja (Ramli, 2010).

Universitas Sumatera Utara

12

2.2.3.1 Maksud dan Tujuan Kebijakan K3
Perusahaan harus menjunjung tinggi keselamatan, kesehatan dan
kesejahteraan karyawan. Bekerja dengan selamat lebih diutamakan dari produksi.

Berdasarkan hal ini, dan sejalan dengan praktek manajemen modern, maka hal
berikut harus dijadikan sasaran setiap kegiatan (Silalahi, dan Silalahi, 1985):
1. Pemeliharaan kondisi kerja yang aman dan sehat
2. Taat-asas dengan setiap prosedur operasional yang dirancang untuk
mencegah luka atau penyakit
3. Mematuhi Undang- undang pokok keselamatan dan kesehatan Kerja No.
1/1970 dan seluruh peraturan yang berkaitan dengan keselamatan dan
kesehatan kerja.
2.2.3.2 Tanggungjawab Karyawan
Menurut Silalahi dan Silalahi (1985) mengatakan bahwa karyawan
mempunyai tanggung jawab yang terdapat di dalam kebijakan K3 yaitu sebagai
berikut :
1. Seluruh karyawan bertanggung jawab atas perbuatan-perbuatan ke arah
pencegahan kecelakaan
2. Tidak satu kerja pun yang dapat dinyatakan rampung jika karyawan tidak
memelihara keselamatan dirinya dan teman-teman sejawatnya
3. Seluruh karyawan harus melaporkan kepada dan meminta pertolongan
pertama dari mandor mereka untuk setiap luka betapa pun kecilnya
4. Kondisi, peralatan, atau perbuatan yang kurang selamat harus segera
dilaporkan kepada mandor


Universitas Sumatera Utara

13

5. Setiap karyawan wajib membaca, memahami, dan mematuhi seluruh
petunujuk dan arahan tentang K3
6. Setiap karyawan yang mendapat perlengkapan K3 wajib menggunakannya
7. Setiap karyawan harus menganggap rapat-rapat K3 sebagai bagian dari
tugasnya (Silalahi dan Silalahi,1985) :
2.2.3.3 Kebijakan K3 di PT. Tolan Tiga
Kebun Perlabian PT. Tolan Tiga (Sipef) telah menetapkan kebijakan
keselamatan dan Kesehatan kerja yaitu sebagai berikut :
1. PT. Tolan Tiga mendukung pelaksanaan peraturan dan Undang-undang
Republik Indonesia yang terkait dan persetujuan dan standar internasional
yang ditetapkan.
2. Dengan

peningkatan


rekor

keselamatan

dan

kesehatan

yang

berkesinambungan, kami yakin dapat mencapai dengan :
a. Mengidentifikasi dan mengurangi bahaya dan resiko
b. Penyediaan sumber-sumber yang mencukupi untuk melaksanakan
program dan prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang
efektif, termasuk dalam meninjau ulang pada pelaksanaanya.
c. Memastikan bahwa kebijakan dan prosedur-prosedur K3 terintegrasi
dengan semua kebijakan lain di perusahaan
3. Kebijakan ini akan disosialisasikan kepada semua karyawan dan dapat
diakses oleh masyarakat dan pihak terkait. PT. Tolan Tiga Indonesia akan
memastikan sumua karyawan memahami dan peduli atas kewajiban dan

hak-hak pada K3

Universitas Sumatera Utara

14

4. Pelanggaran Kebijakan ini mengakibatkan tindakan disiplin termasuk
PHK.
5. Kebijakan dan prosedur- prosedur yang terkait ini akan ditinjau kembali
secara berkala untuk memastikan relevansinya dan kesesuainnya.
6. Kebijakan ini berlaku untuk PT. Tolan Tiga dan untuk seluruh perusahaan
dibawah manajemen PT. Tolan Tiga.
2.2.3.4 Kebijakan K3 Pemanen Sawit di PT. Tolan Tiga
Pada penelitian ini yang akan dibahas mengenai kebijakan K3 yang harus
dipatuhi oleh pekerja khususnya pekerja pada bagian harvester (pemanen) yaitu
sebagai berikut :
1.

Alat Pelindung Diri
Menurut Suma’mur (2009), alat pelindung diri adalah suatu alat yang

dipakai untuk melindungi diri terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja.
Alat-alat pelindung diri beraneka ragam macamnya. Jika digolongkan
berdasarkan bagian-bagian tubuh yang dilindunginya, maka jenis-jenis alat
pelindung diri adalah sebagai berikut :
a.

Alat Pelindung Kepala (Head Cover)
Alat ini terdiri dari alat pengikat rambut, penutup rambut, topi dari

berbagai bahan. Tujuan pemakaian alat pelindung kepala adalah untuk melindungi
kepala dari bahaya terbentur dengan benda tajam atau benda keras, baik yang
sifatnya jatuh, melayang atau meluncur termasuk melindungi diri dari panas
radiasi bahan-bahan kimia korosif. Jenis pekerjaan yang memerlukan alat
pelindung kepala misalnya pekerjaan di bawah mesin-mesin maupun pekerjaan di

Universitas Sumatera Utara

15

sekitar konduktor energy yang terbuka. Contoh alat pelindung kepala yang
digunakan adalah Helm
b.

Alat Pelindung Tangan dan Jari-jari (Hand Gloves)
Alat pelindung tangan ini paling banyak digunakan, karena kecelakaan

yang paling banyak terjadi pada tangan dari keseluruhan kecelakaan yang ada.
c.

Alat Pelindung Kaki (Foot Cover)
Sepatu keselamatan kerja dipakai untuk melindungi kaki dari kejatuhan

benda berat, percikan asam dan basa yang korosif, cairan panas dan terinjak
benda-benda tajam. Contoh alat pelindung kaki seperti sepatu kulit, sepatu karet,
sepatu bot karet, sepatu anti slip, sepatu dilapisi baja, sepatu plastik, sepatu
dengan sol kayu/gabus, pelindung betis, tungkai dan mata kaki.
d.

Alat Pelindung Tubuh
Alat pelindung tubuh berupa pakaian dapat berbentuk apron yaitu pakaian

pelindung tubuh yang menutupi sebagian tubuh mulai dari dada sampai lutut dan
berbentuk overalls yaitu pakaian pelindung tubuh yang menutupi seluruh bagian
tubuh.
Tujuan pengguanaan Alat Pelindung Diri (APD) adalah untuk melindungi
tubuh dari bahaya pekerjaan yang dapat mengakibatkan penyakit atau kecelakaan
kerja, sehingga penggunaan alat pelindung diri memegang peranan penting.Hal ini
penting dan bermanfaat bukan saja untuk tenaga kerja tetapi untuk perusahaan.
Manfaat bagi tenaga kerja yaitu: (1) tenaga kerja dapat bekerja perasaan lebih
aman untuk terhindar dari bahaya-bahaya kerja; (2) dapat mencegah kecelakaan
akibat kerja; (3) tenaga kerja dapat memperoleh derajat kesehatan yang sesuai hak

Universitas Sumatera Utara

16

dan martabatnya sehingga tenaga kerja akan mampu bekerja secara aktif dan
produktif; (4) tenaga kerja bekerja dengan produktif sehingga meningkatkan hasil
produksi. Hal ini akan menambah keuntungan bagi tenaga kerja yaitu berupa
kenaikan gaji atau jaminan sosial sehingga kesejahteraan akan terjamin (Tarwaka,
2014).
2.

Pekerja harus bekerja sesuai dengan Working Instruction (Instruksi
Kerja)
Instruksi Kerja adalah langkah- langkah kerja tertulis yang terfokus

kepada pelaksanaan pekerjaan untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja maka
dari itu PT.Tolan Tiga membuat instruksi kerja yang wajib dipatuhi oleh pekerja
pemanen sebagai berikut
1.

Masuk ke ancak melalui pasar pikul

2.

Mencari buah masak setiap pokok tanaman dengan tanda brondolan yang
jatuh dari janjangan di piringan

3.

Dodos/egrek buah yang masak dengan memperhatikan arah kira-kira buah
jatuh ke sebelah mana supaya tidak sampai menimpa diri pemenen

4.

Buang pelepah di bawah buah masak apabila lebih dari songgo 2 untuk
yang dipanen dengan dodos,dan minimal songgo 1 bagi tanaman yang
sudah di panen dengan egrek

5.

Potong gagang buah di piringan dengan menggunakan kampak sepanjang
2 cm dan di upayakan bentuk”V”

6.

Buah di turunkan dari Angkong/sepeda/becak menggunakan gancu

7.

Buah di susun rapi di TPH sebanyak 5 janjang sebaris

Universitas Sumatera Utara

17

8.

Buah di susun terbalik,buntut buah arah ke atas & hanya 1 janjang yang
gagangnyake arah atas untuk nomer pemanen.

9.

Bungkus Egrek/dodos,kampak,gancu alat dengan bungkus yang tersedia
atau karung diikat tali atau karet

10. Apabila bungkus sudah rusak/koyak,sebelum ada gantinya bungkus
dengan karung diikat dengan karet atau tali
11. Bawa alat ke lapangan dengan alat tajamnya di depan,gagang alat arah ke
belakang
12. Jangan membawa alat dengan cara memalang jalan harussearah dengan
jalan
13. Simpan alat setelah selesai bekerja di empat aman dan jauh dari jangkauan
anak-anak.
Melakukan instruksi kerja bertujuan untuk memberikan langkah yang
benar guna mengurangi terjadinya kesalahan dan berkaitan dengan keselamatan
dan keamanan dalam bekerja sehingga dapat menghindari pekerja pada
kecelakaan kerja.
3.

Mengikuti pelatihan K3
Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan pelatihan yang

diselenggarakan

dan

diarahkan

untuk

membekali,

meningkatkan,

dan

mengembangkan kemampuan, produktivitas, dan kesejahteraan tenaga kerja.
Kebutuhan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja antara satu perusahaan
dengan perusahaan lain berbeda sesuai sifat bahaya, skala kegiatan dan kondisi
pekerja (Ramli, 2010).

Universitas Sumatera Utara

18

Menurut Ramli (2010), pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Induksi K3
Induksi K3 yaitu pelatihan yang diberikan sebelum seseorang mulai
bekerja atau memasuki tempat kerja. Pelatihan ini ditujukan untuk pekerja baru,
pindahan, mutasi, kontraktor dan tamu yang berada di tempat kerja.
2. Pelatihan Khusus K3
Pelatihan ini berkaitan dengan tugas dan pekerjaan masing-masing
pekerja. Misalnya pekerja di lingkungan pabrik kimia harus diberi pelatihan
mengenai bahan-bahan kimia dan pengendaliannya.
3. Pelatihan K3 Umum
Pelatihan K3 umum merupakan program pelatihan yang bersifat umum
dan diberikan kepada semua pekerja mulai level terbawah sampai manejemen
puncak. Pelatihan ini umumnya bersifat awareness yaitu untuk menanamkan
budaya atau kultur K3 di kalangan pekerja.
Pelatihan K3 yang diwajibkan oleh PT. Tolan Tiga (Sipef) untuk pemanen
sawit adalah pelatihan induksi K3 dan pelatihan K3 umum.
Pelatihan merupakan salah satu alat penting dalam menjamin kompetisi
kerja yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan keselamatan dan kesehatan kerja
(Sastrohadiwiryo, 2002). Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja sangat
penting mengingat kebanyakan kecelakaan terjadi pada pekerja yang belum
terbiasa bekerja secara selamat. Penyebabnya adalah ketidaktahuan tentang
bahaya atau cara mencegahnya meskipun tahu tentang adanya suatu resiko
(Santoso, 2002).

Universitas Sumatera Utara

19

4.

Behavior Based Safety
Berperilaku aman di tempat kerja merupakan bagian penting dari

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dan merupakan salah satu cara untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja (Scott Geller, 2001). Behavior based safety
digunakan untuk menggambarkan program yang berfokus pada perilaku pekerja
sebagai salah satu penyebab terjadinya kecelakaan kerja untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Program Behavior based safety akan
mengidentifikasi pekerja yang berperilaku tidak aman (unsafe action ) kemudian
mengarahkan pekerja tersebut untuk berperilaku aman pada saat bekerja

Menurut Heinrich yang dikutip dalam Ramli (2010), salah satu penyebab
terjadinya kecelakaan adalah melakukan tindakan tidak aman (unsafe action).
Contoh unsafe action adalah :
a. Tidak menggunakan alat keselamatan dalam bekerja
b. Bergurau saat bekerja
c. Tidak berhati-hati
d. Bekerja terburu-buru

2.3.

Kecelakaan kerja

2.3.1. Pengertian Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak
diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian
terhadap proses. Kecelakaan kerja juga dapat didefinisikan suatu kejadian yang
tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban
manusia dan atau harta benda (Suma'mur, 2009).

Universitas Sumatera Utara

20

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak direncanakan, tidak
disengaja dan tidak terkendali yang menyebabkan cedera dan kerugian.
Kecelakaan kerja juga dapat diartikan sebagai kejadian yang berhubungan dengan
hubungan kerja pada perusahaan dimana kecelakaan kerja terjadi dikarenakan
oleh pekerjaan atau keadaan pada saat melaksanakan pekerjaaan (Reese, 2009).
Kecelakaan kerja merupakan hasil langsung dari tindakan tidak aman dan
kondisi tidak aman, yang keduanya dapat dikontrol oleh manajemen. Tindakan
tidak aman dan kondisi tidak aman disebut sebagai penyebab langsung (immediate
/ primary causes) kecelakaan karena keduanya adalah penyebab yang jelas / nyata
dan secara langsung terlibat pada saat kecelakaan terjadi (Reese, 2009).
2.3.2. Penyebab Kecelakaan Kerja
Dalam proses terjadinya kecelakaan kerja terkait 4 (empat) unsure
produksi yaitu People, Equipment, Material, Environment, (PEME) yang saling
brinteraksi dan bersama-sama menghasilkan suatu produk atau jasa. Kecelakaan
terjadi dalam proses interaksi tersebut yaitu ketika terjadi kontak antara manusia
dengan alat, material, dan lingkungan dimana dia berada. Kecelakaan dapat terjadi
karena kondisi alat atau material yang kurang baik atau berbahaya. Kecelakaan
juga dapat dipicu oleh kondisi lingkungan kerja yang tidak aman seperti ventilasi,
penerangan, kebisingan, atau suhu yang tidak aman melampaui ambang batas.
Disamping itu kecelakaan juga dapat bersumber dari manusia yang melakukan
kegiatan di tempat kerja dan menangani alat atau material. (Ramli, 2010)
Menurut H.W. Heinrich yang dikutip oleh Ramli (2010) mengemukakan
faktor penyebab kecelakaan dengan teori domino yaitu :

Universitas Sumatera Utara

21

1.

Tindakan tidak aman dari manusia (unsafe act, misalnya tidak mau
menggunakan alat keslamatan dalam bekerja, melepas alat pengaman atau
bekerja sambil bergurau. Tindakan ini dapat membahayakan dirinya atau
orang lain yang dapat berakhir dengan kecelakaan.

2.

Kondisi tidak aman (unsafe condition) yaitu kondisi di lingkungan kerja baik
alat, material atau lingkungan yang tidak aman dan membahayakan. Sebagai
contoh lantai licin, tangga yang rusak dan patah, penerangan yang kurang
baik atau kebisingan yang melampaui batas aman yang diperkenankan.
Kemudian Frank Bird dikutip oleh Ramli (2010) mengembangkan teori

sebelumnya dan menggolongkan penyebab kecelakaan menjadi sebab langsung
(immediate causes) dan faktor dasar (basic causes). Penyebab langsung
kecelakaan (immediate causes) adalah pemicu yang langsung menyebebkan
terjadinya kecelakaan, misalnya terpeleset karena ceceran minyak di lantai.
Sementara penyebab tidak langsung (basic causes) Merupakan faktor yang turut
memberikan kontribusi terhadap kejadian tersebut ,misalnya dalam kasus
terpeleset tersebut adalah adanya bocoran atau tumpahan bahan, kondisi
penerangan tidak baik, terburu-buru, atau kurangnya pengawasan dari lingkungan
kerja.
Menurut Manulang (2001), ada 4 faktor penyebab kecelakaan kerja, antara
lain :
1. Faktor manusia
Kecelakaan kerja yang disebabkan faktor manusia meliputi kurangnya
kemampuan fisik, mental, dan psikologi, kurangnya atau lemahnya pengetahuan
dan keterampilan atau keahlian, stress, motivasi yang tidak cukup atau salah.

Universitas Sumatera Utara

22

2. Faktor material/bahan/peralatan
Misalnya bahan yang seharusnya terbuat dari besi, akan tetapi supaya lebih murah
dibuat dari bahan lain sehingga dengan mudah menimbulkan kecelakaan.
3. Faktor bahaya atau sumber bahaya, ada dua sebab :
a. Perbuatan berbahaya
Misalnya karena metode kerja yang salah, keletihan/kelesuan, sikap kerja yang
tidak sempurna dan sebagainya.
b. Kondisi/keadaan berbahaya
Yaitu keadaan yang tidak aman dari mesin/peralatan-peralatan, lingkungan,
proses, sifat pekerjaan.
4. Faktor yang dihadapi
Misalnya kurangnya pemeliharaan/perawatan mesin-mesin sehingga tidak
bisa bekerja dengan sempurna.
Ada dua golongan penyebab kecelakaan kerja menurut Suma’mur (2009),
yaitu :
1. Golongan pertama adalah faktor mekanis dan lingkungan, yang meliputi segala
sesuatu selain manusia.
2. Golongan kedua adalah faktor manusia itu sendiri yang merupakan penyebab
kecelakaan.
2.3.3. Klasifikasi kecelakaan kerja
Menurut Mijin Politie Reglement Sb 1930 No. 341 dalam Silalahi, B dan Silalahi,
R (1985) kecelakaan dibagi menjadi 3 tingkat keparahan, yakni mati, berat dan

ringan. Dalam PP 11/1979 keparahan dibagi dalam 4 tingkat yakni :
a. ringan, kecelakaan yang tidak menimbulkan kehilangan hari kerja;

Universitas Sumatera Utara

23

b. sedang, kecelakaan yang menimbulkan kehilangan hari kerja dan diduga tidak
akan menimbulkan cacat jasmani dan atau rohani yang akan menggangu tugas
pekerjaannya;
c. berat, kecelakaan yang menimbulkan kehilangan hari kerja dan diduga akan
menimbulkan cacat jasmani dan atau rokhani yang akan menggangu tugas
pekerjaannya.
d. mati, kecelakaan yang menimbulkan kematian segera atau dalam jangka waktu
24 (dua puluh empat) jam setelah terjadinya kecelakaan.mati, berat, sedang dan
ringan.
2.3.4. Dampak Kecelakaan Kerja
Menurut Soehatman Ramli (2010), kerugian akibat kecelakaan kerja
dikategorikan atas dua kerugian, yaitu :
1.

Kerugian Langsung
Kerugian langsung adalah kerugian akibat kecelakaan yang langsung

dirasakan dan membawa dampak terhadap organisasi atau perusahaan.
Kerugian langsung dapat berupa :
a. Biaya Pengobatan dan Kompensasi
Kecelakaan mengakibatkan cedera, baik cedera ringan, berat, cacat atau
menimbulkan kematian. Cedera ini akan mengakibatkan seorang pekerja
tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik sehingga mempengaruhi
produktivitas. Jika terjadi kecelakaan perusahaan harus mengeluarkan
biaya pengobatan dan tunjangan kecelakaan sesuai ketentuan yang
berlaku.

Universitas Sumatera Utara

24

b. Kerusakan Sarana Produksi
Kerusakan langsung lainnya adalah kerusakan sarana produksi akibat
kecelakaan seperti kebakaran, peledakan, dan kerusakan.
2.

Kerugian Tidak Langsung
Di samping kerugian langsung, kecelakaan juga menimbulkan kerugian

tak langsung antara lain :
a. Kerugian jam kerja
Jika terjadi kecelakaan, kegiatan pasti akan terhenti sementara untuk
membantu korban yang cedera, penanggulangan kejadian, perbaikan
kerusakan atau penyelidikan kejadian. Kerugian jam kerja yang hilang
akibat kecelakaan jumlahnya cukup besar yang dapat mempengaruhi
produktivitas.
b. Kerugian produksi
Kecelakaan juga membawa kerugian terhadap proses produksi akibat
kerusakan atau cedera pada pekerja. Perusahaan tidak bisa berproduksi
sementara

waktu

sehingga

kehilangan

peluang

untuk

mendapat

keuntungan.
c. Kerugian Sosial
Kecelakaan dapat menimbulkan dampak sosial bagi keluarga korban yang
terkait langsung maupun lingkungan sosial sekitarnya.
d. Citra dan Kepercayaan Konsumen
Kecelakaan menimbulkan citra negative bagi organisasi karena dinilai
tidak peduli dengan keselamatan, tidak aman atau merusak lingkungan.
Citra organisasi sangat penting dan menentukan kemajuan usaha. Untuk

Universitas Sumatera Utara

25

membangun citra atau company image, organisasi memerlukan perjuangan
berat dan panjang. Namun citra ini dapat rusak dalam sekejap jika terjadi
bencana atau kecelakaan lebih-lebih jika berdampak luas.
2.3.4. Pencegahan Kecelakaan Kerja
Menurut Hanggraeni (2012) ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh
suatu perusahaan untuk mencegah terjadinya kecelakaan di tempat kerja,
diantaranya :
1. Mengurangi kondisi yang tidak aman. Hal ini dilakukan dengan cara
memastikan bahwa kondisi dan lingkungan kerja telah memenuhi standarstandar keamanan.
2. Mengurangi perilaku kerja yang tidak aman. Ini bisa dilakukan dengan
cara memberikan kesadaran bagi para pekerja bahwa mematuhi standarstandar keamanan kerja adalah hal yang sangat penting.
3. Memiliki pekerja yang memiliki sikap kerja yang baik. Proses seleksi juga
berperan dalam hal manajemen. Perusahaan harus bisa memastikan bahwa
pekerja yang dipilih memiliki sikap kerja yang baik. Artinya, pekerja tidak
ceroboh, tidak lalai, bertanggung jawab, dan tidak memiliki intensi untuk
tidak mematuhi peraturan.
4. Melakukan pelatihan K3. Pelatihan mengenai K3 penting untuk diadakan
guna meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan pekerja akan sumbersumber bahaya dan cara penanganannya sehingga bisa meminimalkan
potensi terjadinya kecelakaan kerja.
5. Melakukan inspeksi dan motivasi secara terus-menerus. Inspeksi harus
selalu dilakukan untuk memastikan bahwa pekerja mematuhi dan

Universitas Sumatera Utara

26

melaksanakan

standar

keamanan

yang

ada.

Apabila

ditemukan

pelanggaran, maka perusahaan bisa langsung melakukan koreksi dan
hukuman kepada pekerja tersebut. Selain itu, motivasi untuk terus patuh
terhadap standar keamanan juga harus selalu dilakukan, caranya bisa
dengan menempelkan spanduk, poster, atau ajakan untuk selalu
berperilaku kerja yang mengikuti standar keamanan.
6.

Melakukan audit K3. Audit dilakukan untuk memastikan bahwa sistem
dan manajemen K3 sudah direncanakan dan diimplementasikan dengan
benar. Audit ini berguna untuk menemukan apakah ada ketidaksesuaian
antara standar yang telah ditetapkan dengen implementasi nyata di
lapangan.
Menurut Ramli, (2010). Pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja

ditujukan untuk mengenal dan menemukan sebab-sebabnya bukan gejalagejalanya untuk kemudian sedapat mungkin dikurangi atau dihilangkan.
Pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja dapat dilakukan setelah
ditentukan sebab-sebab terjadinya kecelakaan dalam sistem atau proses produksi,
sehingga dapat disusun rekomendasi cara, sehingga dapat disusun rekomendasi
cara pengendalian kecelakaan kerja yang tepat.
Pengendalian kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan beberapa
pendekatan antara lain (Ramli, 2010) :
1.

Pendekatan Energi
Kecelakaan bermula karena adanya sumber energi yang mengalir

mencapai penerima. Pendekatan energi untuk mengendalikan kecelakaan
dilakukan melalui 3 titik, yaitu :

Universitas Sumatera Utara

27

a. Pengendalian pada sumber bahaya
Bahaya sebagai sumber terjadinya kecelakaan dapat dikendalikan langsung
pada sumbernya dengan melakukan pengendalian secara teknis atau
administratif.
b. Pendekatan pada jalan energi
Pendekatan ini dapat dilakukan dengan melakukan penetrasi pada jalan
energi sehingga intesitas energi yang mengalir ke penerima dapat dikurangi.
c. Pengendalian pada penerima
Pendekatan ini dilakukan melalui pengendalian terhadap penerima baik
manusia, benda atau material. Pendekatan ini dapat dilakukan jika
pengendalian pada sumber atau jalannya energi tidak dapat dilakukan
dengan efektif.
2.

Pendekatan Manusia
Pendekatan secara manusia didasarkan hasil statistik yang menyatakan

bahwa 85 % kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia dengan tindakan yang
tidak aman. Untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian mengenai K3
dilakukan berbagai pendekatan dan program K3 antara lain:
a.

Pembinaan dan Pelatihan

b.

Promosi K3 dan kampanye K3

c.

Pembinaan Perilaku Aman

d.

Pengawasan dan Inspeksi K3

e.

Audit K3

f.

Komunikasi K3

g.

Pengembangan prosedur kerja aman

Universitas Sumatera Utara

28

3.

Pendekatan Teknis
Pendekatan teknis menyangkut kondisi fisik, peralatan, material, proses

maupun lingkungan kerja yang tidak aman. Untuk mencegah kecelakaan yang
bersifat teknis dilakukan upaya keselamatan antara lain :
a. Rancang bangun yang aman yang disesuaikan dengan persyaratan teknis
dan standar yang berlaku untuk menjamin kelaikan instalasi atau peralatan
kerja.
b. Sistem pengaman pada peralatan atau instalasi untuk mencegah kecelakaan
dalam pengoperasian alat atau instalasi.
4.

Pendekatan Administratif
Pendekatan secara administratif dapat dilakukan dengan berbagai cara

antara lain:
a. Pengaturan waktu dan jam kerja sehingga tingkat kelelahan dan paparan
bahaya dapat dikurangi.
b. Penyediaan alat keselamatan kerja.
c. Mengembangkan dan menetapkan prosedur dan peraturan tentang K3.
d. Mengatur pola kerja, sistem produksi dan proses kerja.
5.

Pendekatan Manajemen
Banyak kecelakaan yang disebabkan faktor manajemen yang tidak

kondusif sehingga mendorong terjadinya kecelakaan. Upaya pencegahan yang
dapat dilakukan antara lain :
a. Menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3).
b. Mengembangkan organisasi K3 yang efektif.

Universitas Sumatera Utara

29

c. Mengembangkan komitmen dan kepemimpinan dalam K3, khususnya
untuk manajemen tingkat atas.
Menurut Silalahi, B dan Silalahi, R (1985) mengatakan bahwa
penanggulangan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja hanya akan berhasil
jika :
1. Manajemen sungguh-sungguh menyadari bahwa akar dari setiap
kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja terletak pada manajemen
2. Manajemen memberi wewenang penuh kepada manejer K3
3. Kebijakan K3 ditetapkan
4. Perlengkapan Kebijakan K3 dimasyarakatkan kepada karyawan
2.4.

Kerangka Konsep
Pada penelitian ini, maka kerangka konsep tentang hubungan kepatuhan

kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan kecelakaan kerja dapat
dijabarkan sebagai berikut :

Kepatuhan terhadap
Kebijakan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja
(K3)

Kecelakaan kerja

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Universitas Sumatera Utara