Hubungan Kepatuhan Terhadap Kebijakan Kesetan dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Kecelakaan Kerja Pemanen Sawit di Kebun Perlabian PT. Tolan Tiga (SIPEF) Tahun 2016

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Perkembangan industri yang begitu pesat tentunya diikuti dengan

berkembangan teknologi yang semakin canggih yang berguna untuk membantu
sektor industri agar dapat berproduksi lebih cepat dan lebih baik, tetapi disisi lain
perkembangan industri memiliki dampak terhadap peningkatan angka kecelakaan
kerja, hal ini disebabkan kemajuan teknologi memaksa manusia harus bekerja
dengan mesin yang memiliki banyak bahaya terhadap manusia itu sendiri. Di
dalam pembangunan nasional, pekerja mempunyai peranan dan kedudukan yang
sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan. Perlindungan hukum dan
hak asasi manusia terhadap pekerja merupakan hak dasar yang melekat dan
dilindungi oleh konstitusi sebagaimana yang diatur dalam pasal 27 ayat (2)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berbunyi
“Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi


kemanusiaan”.

Menurut perkiraan International Labour Organization (ILO) (2004),
setiap tahun di seluruh dunia 2 juta orang meninggal karena masalah-masalah
akibat kerja. Dari jumlah ini, 354.000 orang mengalami kecelakaan fatal. Di
samping itu, setiap tahun ada 270 juta pekerja yang mengalami kecelakaan akibat
kerja dan 160 juta yang terkena penyakit akibat kerja.
Di Indonesia sendiri angka kecelakaan kerja cukup mengkhawatirkan,
berdasarkan data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan,
hingga akhir 2015 telah terjadi kecelakaan kerja sebanyak 105.182 kasus.

1

Universitas Sumatera Utara

2

Undang-undang No. 13 tahun 2003 menegaskan bahwa setiap perusahaan wajib
menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi
dengan sistem manajemen perusahaan, yang dimaksud dengan sistem manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan
secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan,
tanggung jawab, prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien, dan produktif (Suma’mur, 2009).
Kenyataannya kesadaran masyarakat Indonesia dalam mematuhi kebijakan
K3 masih rendah. Berdasarkan data Kemenakertrans, tercatat dari 24.425
perusahaan yang terdaftar, sebanyak 52% atau 12.745 perusahaan melanggar
norma K3 pada 2013. Dari jumlah itu, sebanyak 12.657 perusahaan telah
melaksanakan norma K3 pasca penerbitan nota peringatan pertama dan kedua
(Pikiran rakyat, 2014).
Menurut Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia
(BPKSDM) yang dikutip oleh Prihatiningsih dan Sugiyanto (2010) Salah satu
faktor utama penyebab kecelakaan, baik yang telah menimbulkan korban jiwa
maupun luka-luka, adalah kurang disiplinnya para tenaga kerja dalam mematuhi
ketentuan mengenai K3 seperti pemakaian alat pelindung diri kecelakaan kerja.
Bentuk ketidakpatuhan pekerja pada peraturan K3 yang menjadi penyebab
kecelakaan menurut Gunarto yang dikutip Himawan (2015) adalah Tindakan
Tidak Aman (TTA) seperti karena tidak mematuhi prosedur (38%), tidak


Universitas Sumatera Utara

3

memakai Alat Pelindung Diri (APD) (12%), posisi pekerja tidak benar (11%) dan
(11%) menggunakan alat tidak tepat.
Pada akhirnya, pelaksanaan K3 terletak di tangan masing- masing individu
dalam organisasi. Bagaimanapun baiknya sistem manajemen K3, lengkap dengan
dokumentasi dan prosedur kerja, namun jika tidak dijalankan oleh masing- masing
individu, K3 tidak akan berhasil (Ramli, 2010).
Beberapa penelitian juga membuktikan bahwa terdapat hubungan
peraturan keselamatan dan kesehatan kerja dengan tingkat kecelakaan kerja yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Silalahi (2011) tentang hubungan pelaksanaan
program keselamatan dan kesehatan kerja dengan terjadinya kecelakaan Kerja
pada PT. Chevron Pacific Indonesia Duri, diperoleh bahwa variabel program
keselamatan dan kesehatan kerja yang meliputi standard operating procedure , job
safety analysis, stop work authority, alat pelindung diri, pelatihan K3 dan
behavior based safety, memiliki nilai p < 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan


bahwa Semakin baik pelaksanaan program K3 maka semakin kecil angka
kecelakaan yang terjadi pada pekerja atau dengan kata lain ada hubungan
pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan terjadinya
kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri tahun 2011.
Penelitian yang dilakukan oleh Nuaraini (2015) tentang kepatuhan
terhadap peraturan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) hubungannya dengan
kecelakaan kerja didapatkan hasil pekerja memiliki tingkat kepatuhan terhadap
peraturan K3 yang baik yaitu sebesar 60%, dan hanya 17.5% mengalami
kecelakaan kerja ringan.

Universitas Sumatera Utara

4

Penyumbang kecelakaan kerja terbesar adalah pekerjaan-pekerjaan
berbahaya yang mendatangkan sebagian besar kecelakaan kerja atau penyakit
akibat kerja, salah satunya adalah sektor pertanian, (International Labour
Organization, 2004).

Indonesia sebagai salah satu Negara produsen kelapa sawit terbesar di

dunia, Indonesia memiliki banyak perusahaan perkebunan sawit salah satunya
adalah PT. Tolan Tiga (Sipef). PT. Tolan Tiga (Sipef) merupakan perusahaan
milik swasta asing yang bergerak dalam bidang perkebunan. Perusahaan ini
mempunyai salah satu perkebunan yang letaknya di Kabupaten Labuhan Batu
dengan nama Kebun Parlabian Estate. Perkebunan Perlabian Estate menghasilkan
produk kelapa sawit yang dipasarkan keluar negeri maupun secara lokal, Oleh
karena itu untuk memiliki hasil produksi yang memiliki kualitas dan kuantitas
ekspor, maka PT. Tolan Tiga menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan
kerja.
Sebagai salah satu perusahaan yang telah lama menerapkan kebijakan K3,
tidak berarti bahwa seluruh pekerja di PT. Tolan Tiga (Sipef) mematuhi kebijakan
K3 yang ada. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di kebun perlabian PT.
Tolan Tiga (Sipef) masih terdapat pekerja yang tidak menggunakan baju saat
bekerja, tidak menggunakan sarung tangan, tidak menggunakan helm, dan unsafe
act seperti tidak berhati-hati dan bekerja terburu-buru. Tentunya hal ini sangat

membahayakan bagi pekerja karena dengan tidak menggunakan baju dan sarung
tangan akan beresiko terkena duri sawit, lalu pekerja yang tidak menggunakan
helm akan beresiko tertimpa TBS (tandan buah segar), kemudian tindakantindakan tidak aman unsafe act juga akan memicu kecelakaan kerja.


Universitas Sumatera Utara

5

PT. Tolan Tiga (Sipef) masih memiliki pekerjaan rumah perihal
kecelakaan kerja. Berdasarkan data yang diperoleh, terdapat 105 kasus kecelakaan
kerja pada bagian pemanen sawit (Harvester) dari tahun 2013 sampai 2015.
Perhatikan tabel berikut :
Tabel 1.1 Kasus Kecelakaan Kerja PT. Tolan Tiga Tahun 2013-2015
Tahun

Jumlah kecelakaan Kerja

2013

32 orang

2014

43 orang


2015

30 orang

Total

105 orang

Agar tujuan dari kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dapat tercapai
dengan baik maka pekerja haruslah dapat mematuhi kebijakan K3 yang ada,
dengan demikian resiko untuk terkena kecelakaan kerja akan menurun, peneliti
tertarik untuk meneliti hubungan kepatuhan terhadap kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) dengan kecelakaan kerja pemanen sawit di kebun Perlabian
PT. Tolan tiga (sipef) tahun 2016.

1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan diatas yang menjadi


rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan kepatuhan
terhadap kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan kecelakaan
kerja pemanen sawit di kebun Perlabian PT. Tolan Tiga (Sipef) tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara

6

1.3.

Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan kepatuhan
terhadap kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dengan kecelakaan kerja
pemanen sawit di kebun Perlabian PT. Tolan Tiga (Sipef) tahun 2016.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui penyebab kecelakaan kerja, maupun letak luka akibat
kecelakaan kerja pemanen sawit yang terjadi pada kebun Perlabian PT.

Tolan Tiga (Sipef).
2. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan pemanen sawit terhadap kebijakan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada kebun Perlabian PT. Tolan Tiga
(Sipef).

1.4.

Hipotesis
Terdapat hubungan antara kepatuhan terhadap kebijakan kesehatan dan

keselamatan kerja dengan kecelakaan kerja pemanen sawit di kebun Perlabian PT.
Tolan Tiga (Sipef).

1.5.

Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Praktis
a. Bagi Perusahaan
Bagi pihak PT. Tolan Tiga (Sipef) dapat memberikan informasi

hubungan kepatuhan terhadap kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja
dengan tingkat kecelakaan kerja pemanen sawit.

Universitas Sumatera Utara

7

b. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan dapat
dijadikan acuan untuk penelitian yang berkaitan dengan hubungan
kepatuhan terhadap kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
dengan tingkat kecelakaan kerja.
1.5.2

Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan
pengetahuan

mengenai


hubungan

kepatuhan

terhadap

kebijakan

keselamatan dan kesehatan Kerja (K3) dengan kecelakaan kerja.
b.

Dapat dijadikan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara