Analisis Kesediaan Membayar (Willingnes To Pay) Dalam Mengahadapi Lebaran di Kecamatan Sungai Kanan, Kabupaten Labuhan Batu Selatan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini
memberikan andil terhadap perbaikan gizi masyarakat, khususnya protein
hewani yang sangat dibutuhkan oleh pembangunan manusia Indonesia. Seiring
meningkatnya perkembangan jumlah penduduk dan perbaikan taraf hidup
penduduk di Indonesia, maka permintaan produk-produk untuk pemenuhan
gizi pun semakin meningkat, begitu pula dengan permintaan akan bahan
pangan seperti permintaan proteinhewani.
Permintaan akan daging sapi di Indonesia dari tahun ke tahun semakin
meningkat, hal tersebut selain dipengaruhi oleh peningkatan jumlah penduduk
juga dipengaruhi oleh peningkatan pengetahuan penduduk itu sendiri terhadap
pentingnya protein hewani, sehingga pola konsumsi juga berubah, yang
semula lebih banyak mengkonsumsi karbohidrat beralih mengkonsumsi
daging, telur dan susu. Untuk kebutuhan akan ayam boiler dan telur dalam
negeri saat ini telah dipenuhi oleh produksi lokal, akan tetapi susu dan daging
sapi masih perlu mengimpor.
Tingkat konsumsi daging sapi masyarakat Indonesia tahun 2010
mencapai 1,69 kg/kapita/tahun dan tahun 2011 mencapai 1,83 kg/kapita/tahun.

Dalam tiga tahun terakhir rata-rata kenaikan konsumsi mencapai 15 persen
sedangkan produksi daging menurut provinsi secara keseluruhan pada 2011
sebesar 485.333 ton dan di tahun 2012 tercatat sebesar 505.447 dengan

12

Universitas Sumatera Utara

pertumbuhan kenaikan daging sapi sebesar 4,15 persen setiap tahunnya.
Persentase permintaan yang lebih tinggi daripada penawaran daging ini
akhirnya berimbas pada kebijakan impor dimana pemerintah Indonesia
menetapkan impor untuk memenuhi kebutuhan daging Indonesia, BPS
mencatat 2011 realisasi impor sebanyak 102.900 ton dan 2012 sebanyak
34.600, selain itu jumlah impor yang terealisasi lebih besar dari kebutuhan
impor disebabkan banyaknya mafia impor daging sapi di Indonesia.
Daging

digolongkan

sebagai


salah

satu

produk

peternakan

penghasilbahanpangan. Bahan pangan adalah bahan yang dimakan sehari-hari
atausewaktu-waktu untuk memenuhi kebutuhan bagi pemeliharaan, pertumbuhan
danpengganti

kebutuhan

jaringan

yang

rusak


(Suhardjo

2000;

22).

Bahanpanganmerupakanpenghasillemak,energi,sumberkaloriuntukmenyuplaiene
rgidaridalam (Buckle, 2000; 11). Daging memiliki kandungan protein
yangbergunadalam memenuhi standar konsumsi masyarakat terhadap daging,
standarkonsumsi kebutuhan protein pada anak balita 2-2,5 gram per
kilogramberat
badan,sedangkanpadaorangdewasahanya1gramperkilogramberatbadan.
(Rasyaf,1996;22).Disisilaindenganpertumbuhanpendudukyangmeningkat
1,5%pertahun,danpertumbuhanekonomimeningkatdari1,5%sampai5,0%.

Pada

tahun 2005, konsumsi daging sapi meningkat dari 1,9 kg/ kapita/tahun menjadi
2,8kg/kapita/tahun (BPS,2005;136).

Berdasarkan

standar

kebutuhan

daging

sapi

di

Indonesia,

diketahuibahwatingkatkonsumsimasyarakatIndonesiamasihjauhdibawahstandark

13

Universitas Sumatera Utara


ebutuhan

konsumsi

daging.Hal

ini

dikarenakan

harga

daging

yang

selalumengalami kenaikan, perubahan pola konsumsi serta tingkat pendapatan
masyarakatyang rendah.
Meskipun


daging

bukan

merupakan

kebutuhan

pokok

sebagianbesarmasyarakat Indonesia namun, untuk tahun 2005, kebutuhan daging
sapimencapai597,7 ribu ton, sedangkan ketersediaan dalam negeri hanya sekitar
464,1 ributon,artinya ada sekitar 133,6 ribu ton yang harus dipenuhi untuk
menutupikebutuhandaging dalam negeri (BPS, 2009; 207). Pada sisi lain, laju
pertumbuhansapi
nasionalberdasarkandatasekunderyangtersediadalam30tahunhanya1,44persen
(BPS, 2009; 158). Pertumbuhan tersebut dinilai sangat lambat. Berdasarkan data
jumlah

sapi


potong

di

Indonesia

tahun

2005

sekitar

11

jutaekor

yangtersebardi30provinsi.Padatahun2007jumlahpendudukdiIndonesia diatas 220
juta jiwa, artinya kebutuhan pasok daging sangattinggi. Ketidakseimbangan
antara pertumbuhan laju penduduk mengakibatkantingginya tingkat permintaan

terhadap

daging

sapi.Hal

tersebut

tidak

diimbangi

denganlaju

pertumbuhansapipotongdiIndonesia.Berikutdatamengenaijumlahpopulasi ternak
di Indonesia tahun1997-2009.

14

Universitas Sumatera Utara


Tabel 1.1
Jumlah Populasi Sapi di Indonesia (000 ekor) Tahun2003-2009
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Tahun
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009


Sapi
11.504
11.533
11.680
11.732
11.887
12.011
12.334

Sumber : BPS (2009;55)

15

Universitas Sumatera Utara

Laju peningkatan populasi penduduk dan perbaikan
masyarakat

Indonesia


akan

mendorong

peningkatan

tarafhidup
kebutuhan

pangan,dankonsumsimenumakananrumahtanggabertahapmengalamiperuba
hankearah peningkatan konsumsi protein hewani (termasuk produk
peternakan).Komoditas daging, telur dan susu merupakan komoditas
pangan yang berproteintinggi memiliki harga yang relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan komoditaspangan lainnya (Soedjana, 2001;27).
BerdasarkandataBPS,jumlahpendudukpadatahun2000sebesar205,1j
uta dengan tingkat pertumbuhan 1,5 persen per tahun. Peningkatanjumlah
penduduk dan perbaikan taraf hidup masyarakat Indonesia serta
adanyaperubahan pola konsumsi, dan selera masyarakat menyebabkan
konsumsi daging sapisecaranasional cenderung meningkat (BPS, 2009;
110).

Rendahnya

populasi

sapipotong

antaralaindisebabkansebagianbesarternakdipeliharaolehpeternakberskalake
cil dengan lahan dan modal terbatas (Kariyasa, 2005; 56). Populasi
sapidalam negeri tahun 2009 sebanyak 12.334 juta ekor dan dari
populasitersebut
diperkirakan1,5jutaekorsapidipotongpertahununtukmemenuhikebutuhanko
nsumsi akan daging sapi. Adapun data proyeksi kebutuhan dagingsapi
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel1.2.

16

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.2
Proyeksi Kebutuhan Daging Dilihat dari JumlahPenduduk
ProyeksiKeb
utuhanDaging
Penduduk
Konsumsi
ProduksiDaging
Pemotongansapi

2000
206 jtorang
1,72
kg/kapita/tahun
350.000 ton/tahun
1,75 juta
ekor/tahun

Tahun
2010
242,4 jtorang
2,72
kg/kapita/tahun
654.400ton/tahun
3,3 jutaekor/tahun
(naik 88,6%)

2020
281 jtorang
3,72
kg/kapita/tahun
1 jutaton/tahun
5,2 juta ekor/tahun
(naik197%)

Sumber : Apfindo (2000;39)

Tabel1.2memperkirakanproduksidagingsapipadatahun2010mencapai654.40
0 ribu ton untuk memenuhi permintaan daging sapi (BPS, 2009;211).Selain itu,
jumlah penambahan penduduk yang terus bertambah akanikut mempengaruhi
jumlah permintaan daging. Keadaan tersebut tentusangat menghawatirkan karena
suatu saat akan terjadi dimana pemenuhankebutuhan akan permintaan daging sapi
dalam negeri akan selaluberkurang.
Menurut Dirjen Peternakan (2009), Indonesia telah berhasil dalam
swasembada daging ayam dan telur, namun data statistika peternakan
mengungkapkan bahwa Indonesia belum dapat memenuhi tingkat konsumsi
daging masyarakat yang semakin menanjak tiap tahunnya seiring dengan
membaiknya perekonomian masyarakat. Laju konsumsi daging sapi belum dapat
tertutupi dengan laju produksi daging sapi dalam negeri. Kebutuhan daging sapi
Nasional pada Tahun 2008, sebesar 60% dipasok dari produksi dalam negeri dan
40% dipenuhi melalui impor, yaitu dalam bentuk daging dan jerohan beku sebesar
70 ribu ton dan impor sapi bakalan mencapai 630 ribu ekor.

17

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.3
Konsumsi Daging Sapi di Sumatera Utara Tahun 2002-2012
Tahun

Jumlah (ton)

2002

6871,3

2003

6896,43

2004

7031,35

2005

9984,61

2006

10367,67

2007

9625,78

2008

12911,89

2009

13645,84

2010

14175

2011

17655

2012

17820

Sumber: Dinas Peternakan Sumatera Utara, 2013

Berdasarkan Tabel 1.3, laju konsumsi rata-rata daging sapi di Sumatera
Utara adalah sebesar 5,58 % tahun. Dengan tingkat konsumsi tertinggi ada pada
tahun 2012.Hal ini seiring dengan dengan pertambahan jumlah penduduk
provinsi Sumatera Utara yang meningkat setiap tahunnya.
Menurut Sugeng (2012), Prospek beternak sapi potong di Indonesia masih
tetap terbuka lebar dalam waktu yang lama. Hal ini disebabkan permintaan
daging sapi dari tahun ke tahun terus menunjukkan peningkatan. Peningkatan ini

18

Universitas Sumatera Utara

memang sejalan dengan peningkatan taraf ekonomi dan kesadaran akan gizi dari
masyarkat.
Sumatera Utara adalah salah satu Provinsi yang memiliki keragaman
produk peternakan. Dengan luas wilayah 3,82% dari luas wilayah Indonesia dan
jumlah penduduk 13.215.401 jiwa. Sumatera Utara merupakan salah satu pasar
potensial dalam mengembangkan usaha peternakan (BPS, 2012).
Tabel 1.4
Produksi Daging Sapi Menurut Kabupaten Kota Tahun 2012
Kab/Kota

Jumlah Ton

Nias

92,7

Mandailing Natal

496,76

Tapanuli Selatan

291,38

Tapanuli Tengah

139,01

Tapanuli Utara

65,95

Toba Samosir

68,60

Labuhan Batu

457,89

Asahan

1.326,17

Simalungun

2.205,29

Dairi

81,10

Karo

2.768,83

Delli Serdang

3.593,31

Langkat
Nias Selatan

889,79
20,41

Humbang Hasundutan

9,03

19

Universitas Sumatera Utara

Pakpak Barat

21,33

Samosir

84,53

Serdang Bedagai

101,37

Batubara

2.309,90

Padang Lawas Utara

251,65

Padang Lawas

2.250,76

Labuhan Batu Selatan

31,46

Labuhan Batu Utara

273,16

Nias Utara

14,83

Nias Barat

6,69

Sibolga

25,59

Tanjung Balai

197,64

Pematang Siantar

150,90

Tebing Tinggi

202,82

Medan

4.337,21

Binjai

1.247,91

Padang Sidempuan

527,13

Gunung Sitoli

5,52

Sumatera Utara

24.546,60

Sumber : BPS Sumatera Utara 2012

Dari keterangan tabel diatas, dapat diketahui bahwa Kota Medan memiliki
tingkat Produksi Daging Sapi terbesar di Sumatera Utara dengan jumlah sebanyak
4.337,21 ton daging sapi. Serta daerah pengahasil daging sapi terendah ada di kota

20

Universitas Sumatera Utara

Gunung Sitoli dengan jumlah 5,52 ton daging sapi. Secara keseluruhan, produksi
daging sapi di Sumatera Utara adalah 24.546,60 ton daging sapi.
Sebagai salah satu provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang
stabil, Sumatera Utara merupakan kawasan industri penting di Indonesia.Berbagai
Industri penting di wilayah ini, seperti peternakan, pertanian dan perkebunan
(terutama kelapa sawit dan karet) menyebabkan peningkatan secara nyata
pendapatan domestik regional. Peningkatan ekonomi tersebut berpengaruh terhadap
pola konsumsi masyarakat setempat, yang secara langsung mendorong peningkatan
permintaan terhadap bahan pangan yang diketahui masyarakat memiliki nilai gizi
yang tinggi seperti daging, susu dan lainnya. Akibatnya penyediaan produk ternak
termasuk daging sapi di wilayah Sumatera Utara dituntut untuk terus meningkat.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk meneliti “
Analisis Kesedian Membayar (Willingnes to Pay) dalam Menghadapi Lebaran
di Kecamatan Sungaikanan, Kabupaten Labusel”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian serta penjelasan yang telah dikemukakan pada latar
belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.

Apakah umur, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan jumlah tanggungan
berpengaruh positif terhadap willingness to pay di Kecamatan Sungai Kanan
Kabupaten Labuhan Selatan?

2.

Berapa besar tingkat membayar daging sapi dalam menghadapi lebaran?

21

Universitas Sumatera Utara

1.3 Tujuan Penelitian
1.

Untuk mengetahui pengaruh umur, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan
jumlah tanggungan terhadap willingness to pay di Kecamatan Sungai Kanan
Kabupaten Labuhan Selatan. Untuk mengetahui besar tingkat membayar
daging sapi dalam menghadapi lebaran.

2.

Untuk mengetahui besar tingkat membayar daging sapi dalam menghadapi
lebaran.

1.4 Manfaat Penelitian
1.

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan bagi
Pemerintah Kabupaten Labusel terutam yang berkaitan dengan permintaan
daging sapi.

2.

Memberi manfaat bagi penulis dan pembaca dalam menambah wawasan dan
dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

22

Universitas Sumatera Utara