Analisis Kesediaan Membayar (Willingnes To Pay) Dalam Mengahadapi Lebaran di Kecamatan Sungai Kanan, Kabupaten Labuhan Batu Selatan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini
memberikan andil terhadap perbaikan gizi masyarakat, khususnya protein
hewani yang sangat dibutuhkan oleh pembangunan manusia Indonesia. Seiring
meningkatnya perkembangan jumlah penduduk dan perbaikan taraf hidup
penduduk di Indonesia, maka permintaan produk-produk untuk pemenuhan
gizi pun semakin meningkat, begitu pula dengan permintaan akan bahan
pangan seperti permintaan proteinhewani.
Permintaan akan daging sapi di Indonesia dari tahun ke tahun semakin
meningkat, hal tersebut selain dipengaruhi oleh peningkatan jumlah penduduk
juga dipengaruhi oleh peningkatan pengetahuan penduduk itu sendiri terhadap
pentingnya protein hewani, sehingga pola konsumsi juga berubah, yang
semula lebih banyak mengkonsumsi karbohidrat beralih mengkonsumsi
daging, telur dan susu. Untuk kebutuhan akan ayam boiler dan telur dalam
negeri saat ini telah dipenuhi oleh produksi lokal, akan tetapi susu dan daging
sapi masih perlu mengimpor.
Tingkat konsumsi daging sapi masyarakat Indonesia tahun 2010
mencapai 1,69 kg/kapita/tahun dan tahun 2011 mencapai 1,83 kg/kapita/tahun.
Dalam tiga tahun terakhir rata-rata kenaikan konsumsi mencapai 15 persen
sedangkan produksi daging menurut provinsi secara keseluruhan pada 2011
sebesar 485.333 ton dan di tahun 2012 tercatat sebesar 505.447 dengan
12
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan kenaikan daging sapi sebesar 4,15 persen setiap tahunnya.
Persentase permintaan yang lebih tinggi daripada penawaran daging ini
akhirnya berimbas pada kebijakan impor dimana pemerintah Indonesia
menetapkan impor untuk memenuhi kebutuhan daging Indonesia, BPS
mencatat 2011 realisasi impor sebanyak 102.900 ton dan 2012 sebanyak
34.600, selain itu jumlah impor yang terealisasi lebih besar dari kebutuhan
impor disebabkan banyaknya mafia impor daging sapi di Indonesia.
Daging
digolongkan
sebagai
salah
satu
produk
peternakan
penghasilbahanpangan. Bahan pangan adalah bahan yang dimakan sehari-hari
atausewaktu-waktu untuk memenuhi kebutuhan bagi pemeliharaan, pertumbuhan
danpengganti
kebutuhan
jaringan
yang
rusak
(Suhardjo
2000;
22).
Bahanpanganmerupakanpenghasillemak,energi,sumberkaloriuntukmenyuplaiene
rgidaridalam (Buckle, 2000; 11). Daging memiliki kandungan protein
yangbergunadalam memenuhi standar konsumsi masyarakat terhadap daging,
standarkonsumsi kebutuhan protein pada anak balita 2-2,5 gram per
kilogramberat
badan,sedangkanpadaorangdewasahanya1gramperkilogramberatbadan.
(Rasyaf,1996;22).Disisilaindenganpertumbuhanpendudukyangmeningkat
1,5%pertahun,danpertumbuhanekonomimeningkatdari1,5%sampai5,0%.
Pada
tahun 2005, konsumsi daging sapi meningkat dari 1,9 kg/ kapita/tahun menjadi
2,8kg/kapita/tahun (BPS,2005;136).
Berdasarkan
standar
kebutuhan
daging
sapi
di
Indonesia,
diketahuibahwatingkatkonsumsimasyarakatIndonesiamasihjauhdibawahstandark
13
Universitas Sumatera Utara
ebutuhan
konsumsi
daging.Hal
ini
dikarenakan
harga
daging
yang
selalumengalami kenaikan, perubahan pola konsumsi serta tingkat pendapatan
masyarakatyang rendah.
Meskipun
daging
bukan
merupakan
kebutuhan
pokok
sebagianbesarmasyarakat Indonesia namun, untuk tahun 2005, kebutuhan daging
sapimencapai597,7 ribu ton, sedangkan ketersediaan dalam negeri hanya sekitar
464,1 ributon,artinya ada sekitar 133,6 ribu ton yang harus dipenuhi untuk
menutupikebutuhandaging dalam negeri (BPS, 2009; 207). Pada sisi lain, laju
pertumbuhansapi
nasionalberdasarkandatasekunderyangtersediadalam30tahunhanya1,44persen
(BPS, 2009; 158). Pertumbuhan tersebut dinilai sangat lambat. Berdasarkan data
jumlah
sapi
potong
di
Indonesia
tahun
2005
sekitar
11
jutaekor
yangtersebardi30provinsi.Padatahun2007jumlahpendudukdiIndonesia diatas 220
juta jiwa, artinya kebutuhan pasok daging sangattinggi. Ketidakseimbangan
antara pertumbuhan laju penduduk mengakibatkantingginya tingkat permintaan
terhadap
daging
sapi.Hal
tersebut
tidak
diimbangi
denganlaju
pertumbuhansapipotongdiIndonesia.Berikutdatamengenaijumlahpopulasi ternak
di Indonesia tahun1997-2009.
14
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1
Jumlah Populasi Sapi di Indonesia (000 ekor) Tahun2003-2009
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tahun
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Sapi
11.504
11.533
11.680
11.732
11.887
12.011
12.334
Sumber : BPS (2009;55)
15
Universitas Sumatera Utara
Laju peningkatan populasi penduduk dan perbaikan
masyarakat
Indonesia
akan
mendorong
peningkatan
tarafhidup
kebutuhan
pangan,dankonsumsimenumakananrumahtanggabertahapmengalamiperuba
hankearah peningkatan konsumsi protein hewani (termasuk produk
peternakan).Komoditas daging, telur dan susu merupakan komoditas
pangan yang berproteintinggi memiliki harga yang relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan komoditaspangan lainnya (Soedjana, 2001;27).
BerdasarkandataBPS,jumlahpendudukpadatahun2000sebesar205,1j
uta dengan tingkat pertumbuhan 1,5 persen per tahun. Peningkatanjumlah
penduduk dan perbaikan taraf hidup masyarakat Indonesia serta
adanyaperubahan pola konsumsi, dan selera masyarakat menyebabkan
konsumsi daging sapisecaranasional cenderung meningkat (BPS, 2009;
110).
Rendahnya
populasi
sapipotong
antaralaindisebabkansebagianbesarternakdipeliharaolehpeternakberskalake
cil dengan lahan dan modal terbatas (Kariyasa, 2005; 56). Populasi
sapidalam negeri tahun 2009 sebanyak 12.334 juta ekor dan dari
populasitersebut
diperkirakan1,5jutaekorsapidipotongpertahununtukmemenuhikebutuhanko
nsumsi akan daging sapi. Adapun data proyeksi kebutuhan dagingsapi
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel1.2.
16
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.2
Proyeksi Kebutuhan Daging Dilihat dari JumlahPenduduk
ProyeksiKeb
utuhanDaging
Penduduk
Konsumsi
ProduksiDaging
Pemotongansapi
2000
206 jtorang
1,72
kg/kapita/tahun
350.000 ton/tahun
1,75 juta
ekor/tahun
Tahun
2010
242,4 jtorang
2,72
kg/kapita/tahun
654.400ton/tahun
3,3 jutaekor/tahun
(naik 88,6%)
2020
281 jtorang
3,72
kg/kapita/tahun
1 jutaton/tahun
5,2 juta ekor/tahun
(naik197%)
Sumber : Apfindo (2000;39)
Tabel1.2memperkirakanproduksidagingsapipadatahun2010mencapai654.40
0 ribu ton untuk memenuhi permintaan daging sapi (BPS, 2009;211).Selain itu,
jumlah penambahan penduduk yang terus bertambah akanikut mempengaruhi
jumlah permintaan daging. Keadaan tersebut tentusangat menghawatirkan karena
suatu saat akan terjadi dimana pemenuhankebutuhan akan permintaan daging sapi
dalam negeri akan selaluberkurang.
Menurut Dirjen Peternakan (2009), Indonesia telah berhasil dalam
swasembada daging ayam dan telur, namun data statistika peternakan
mengungkapkan bahwa Indonesia belum dapat memenuhi tingkat konsumsi
daging masyarakat yang semakin menanjak tiap tahunnya seiring dengan
membaiknya perekonomian masyarakat. Laju konsumsi daging sapi belum dapat
tertutupi dengan laju produksi daging sapi dalam negeri. Kebutuhan daging sapi
Nasional pada Tahun 2008, sebesar 60% dipasok dari produksi dalam negeri dan
40% dipenuhi melalui impor, yaitu dalam bentuk daging dan jerohan beku sebesar
70 ribu ton dan impor sapi bakalan mencapai 630 ribu ekor.
17
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.3
Konsumsi Daging Sapi di Sumatera Utara Tahun 2002-2012
Tahun
Jumlah (ton)
2002
6871,3
2003
6896,43
2004
7031,35
2005
9984,61
2006
10367,67
2007
9625,78
2008
12911,89
2009
13645,84
2010
14175
2011
17655
2012
17820
Sumber: Dinas Peternakan Sumatera Utara, 2013
Berdasarkan Tabel 1.3, laju konsumsi rata-rata daging sapi di Sumatera
Utara adalah sebesar 5,58 % tahun. Dengan tingkat konsumsi tertinggi ada pada
tahun 2012.Hal ini seiring dengan dengan pertambahan jumlah penduduk
provinsi Sumatera Utara yang meningkat setiap tahunnya.
Menurut Sugeng (2012), Prospek beternak sapi potong di Indonesia masih
tetap terbuka lebar dalam waktu yang lama. Hal ini disebabkan permintaan
daging sapi dari tahun ke tahun terus menunjukkan peningkatan. Peningkatan ini
18
Universitas Sumatera Utara
memang sejalan dengan peningkatan taraf ekonomi dan kesadaran akan gizi dari
masyarkat.
Sumatera Utara adalah salah satu Provinsi yang memiliki keragaman
produk peternakan. Dengan luas wilayah 3,82% dari luas wilayah Indonesia dan
jumlah penduduk 13.215.401 jiwa. Sumatera Utara merupakan salah satu pasar
potensial dalam mengembangkan usaha peternakan (BPS, 2012).
Tabel 1.4
Produksi Daging Sapi Menurut Kabupaten Kota Tahun 2012
Kab/Kota
Jumlah Ton
Nias
92,7
Mandailing Natal
496,76
Tapanuli Selatan
291,38
Tapanuli Tengah
139,01
Tapanuli Utara
65,95
Toba Samosir
68,60
Labuhan Batu
457,89
Asahan
1.326,17
Simalungun
2.205,29
Dairi
81,10
Karo
2.768,83
Delli Serdang
3.593,31
Langkat
Nias Selatan
889,79
20,41
Humbang Hasundutan
9,03
19
Universitas Sumatera Utara
Pakpak Barat
21,33
Samosir
84,53
Serdang Bedagai
101,37
Batubara
2.309,90
Padang Lawas Utara
251,65
Padang Lawas
2.250,76
Labuhan Batu Selatan
31,46
Labuhan Batu Utara
273,16
Nias Utara
14,83
Nias Barat
6,69
Sibolga
25,59
Tanjung Balai
197,64
Pematang Siantar
150,90
Tebing Tinggi
202,82
Medan
4.337,21
Binjai
1.247,91
Padang Sidempuan
527,13
Gunung Sitoli
5,52
Sumatera Utara
24.546,60
Sumber : BPS Sumatera Utara 2012
Dari keterangan tabel diatas, dapat diketahui bahwa Kota Medan memiliki
tingkat Produksi Daging Sapi terbesar di Sumatera Utara dengan jumlah sebanyak
4.337,21 ton daging sapi. Serta daerah pengahasil daging sapi terendah ada di kota
20
Universitas Sumatera Utara
Gunung Sitoli dengan jumlah 5,52 ton daging sapi. Secara keseluruhan, produksi
daging sapi di Sumatera Utara adalah 24.546,60 ton daging sapi.
Sebagai salah satu provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang
stabil, Sumatera Utara merupakan kawasan industri penting di Indonesia.Berbagai
Industri penting di wilayah ini, seperti peternakan, pertanian dan perkebunan
(terutama kelapa sawit dan karet) menyebabkan peningkatan secara nyata
pendapatan domestik regional. Peningkatan ekonomi tersebut berpengaruh terhadap
pola konsumsi masyarakat setempat, yang secara langsung mendorong peningkatan
permintaan terhadap bahan pangan yang diketahui masyarakat memiliki nilai gizi
yang tinggi seperti daging, susu dan lainnya. Akibatnya penyediaan produk ternak
termasuk daging sapi di wilayah Sumatera Utara dituntut untuk terus meningkat.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk meneliti “
Analisis Kesedian Membayar (Willingnes to Pay) dalam Menghadapi Lebaran
di Kecamatan Sungaikanan, Kabupaten Labusel”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian serta penjelasan yang telah dikemukakan pada latar
belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Apakah umur, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan jumlah tanggungan
berpengaruh positif terhadap willingness to pay di Kecamatan Sungai Kanan
Kabupaten Labuhan Selatan?
2.
Berapa besar tingkat membayar daging sapi dalam menghadapi lebaran?
21
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan Penelitian
1.
Untuk mengetahui pengaruh umur, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan
jumlah tanggungan terhadap willingness to pay di Kecamatan Sungai Kanan
Kabupaten Labuhan Selatan. Untuk mengetahui besar tingkat membayar
daging sapi dalam menghadapi lebaran.
2.
Untuk mengetahui besar tingkat membayar daging sapi dalam menghadapi
lebaran.
1.4 Manfaat Penelitian
1.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan bagi
Pemerintah Kabupaten Labusel terutam yang berkaitan dengan permintaan
daging sapi.
2.
Memberi manfaat bagi penulis dan pembaca dalam menambah wawasan dan
dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
22
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini
memberikan andil terhadap perbaikan gizi masyarakat, khususnya protein
hewani yang sangat dibutuhkan oleh pembangunan manusia Indonesia. Seiring
meningkatnya perkembangan jumlah penduduk dan perbaikan taraf hidup
penduduk di Indonesia, maka permintaan produk-produk untuk pemenuhan
gizi pun semakin meningkat, begitu pula dengan permintaan akan bahan
pangan seperti permintaan proteinhewani.
Permintaan akan daging sapi di Indonesia dari tahun ke tahun semakin
meningkat, hal tersebut selain dipengaruhi oleh peningkatan jumlah penduduk
juga dipengaruhi oleh peningkatan pengetahuan penduduk itu sendiri terhadap
pentingnya protein hewani, sehingga pola konsumsi juga berubah, yang
semula lebih banyak mengkonsumsi karbohidrat beralih mengkonsumsi
daging, telur dan susu. Untuk kebutuhan akan ayam boiler dan telur dalam
negeri saat ini telah dipenuhi oleh produksi lokal, akan tetapi susu dan daging
sapi masih perlu mengimpor.
Tingkat konsumsi daging sapi masyarakat Indonesia tahun 2010
mencapai 1,69 kg/kapita/tahun dan tahun 2011 mencapai 1,83 kg/kapita/tahun.
Dalam tiga tahun terakhir rata-rata kenaikan konsumsi mencapai 15 persen
sedangkan produksi daging menurut provinsi secara keseluruhan pada 2011
sebesar 485.333 ton dan di tahun 2012 tercatat sebesar 505.447 dengan
12
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan kenaikan daging sapi sebesar 4,15 persen setiap tahunnya.
Persentase permintaan yang lebih tinggi daripada penawaran daging ini
akhirnya berimbas pada kebijakan impor dimana pemerintah Indonesia
menetapkan impor untuk memenuhi kebutuhan daging Indonesia, BPS
mencatat 2011 realisasi impor sebanyak 102.900 ton dan 2012 sebanyak
34.600, selain itu jumlah impor yang terealisasi lebih besar dari kebutuhan
impor disebabkan banyaknya mafia impor daging sapi di Indonesia.
Daging
digolongkan
sebagai
salah
satu
produk
peternakan
penghasilbahanpangan. Bahan pangan adalah bahan yang dimakan sehari-hari
atausewaktu-waktu untuk memenuhi kebutuhan bagi pemeliharaan, pertumbuhan
danpengganti
kebutuhan
jaringan
yang
rusak
(Suhardjo
2000;
22).
Bahanpanganmerupakanpenghasillemak,energi,sumberkaloriuntukmenyuplaiene
rgidaridalam (Buckle, 2000; 11). Daging memiliki kandungan protein
yangbergunadalam memenuhi standar konsumsi masyarakat terhadap daging,
standarkonsumsi kebutuhan protein pada anak balita 2-2,5 gram per
kilogramberat
badan,sedangkanpadaorangdewasahanya1gramperkilogramberatbadan.
(Rasyaf,1996;22).Disisilaindenganpertumbuhanpendudukyangmeningkat
1,5%pertahun,danpertumbuhanekonomimeningkatdari1,5%sampai5,0%.
Pada
tahun 2005, konsumsi daging sapi meningkat dari 1,9 kg/ kapita/tahun menjadi
2,8kg/kapita/tahun (BPS,2005;136).
Berdasarkan
standar
kebutuhan
daging
sapi
di
Indonesia,
diketahuibahwatingkatkonsumsimasyarakatIndonesiamasihjauhdibawahstandark
13
Universitas Sumatera Utara
ebutuhan
konsumsi
daging.Hal
ini
dikarenakan
harga
daging
yang
selalumengalami kenaikan, perubahan pola konsumsi serta tingkat pendapatan
masyarakatyang rendah.
Meskipun
daging
bukan
merupakan
kebutuhan
pokok
sebagianbesarmasyarakat Indonesia namun, untuk tahun 2005, kebutuhan daging
sapimencapai597,7 ribu ton, sedangkan ketersediaan dalam negeri hanya sekitar
464,1 ributon,artinya ada sekitar 133,6 ribu ton yang harus dipenuhi untuk
menutupikebutuhandaging dalam negeri (BPS, 2009; 207). Pada sisi lain, laju
pertumbuhansapi
nasionalberdasarkandatasekunderyangtersediadalam30tahunhanya1,44persen
(BPS, 2009; 158). Pertumbuhan tersebut dinilai sangat lambat. Berdasarkan data
jumlah
sapi
potong
di
Indonesia
tahun
2005
sekitar
11
jutaekor
yangtersebardi30provinsi.Padatahun2007jumlahpendudukdiIndonesia diatas 220
juta jiwa, artinya kebutuhan pasok daging sangattinggi. Ketidakseimbangan
antara pertumbuhan laju penduduk mengakibatkantingginya tingkat permintaan
terhadap
daging
sapi.Hal
tersebut
tidak
diimbangi
denganlaju
pertumbuhansapipotongdiIndonesia.Berikutdatamengenaijumlahpopulasi ternak
di Indonesia tahun1997-2009.
14
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1
Jumlah Populasi Sapi di Indonesia (000 ekor) Tahun2003-2009
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tahun
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Sapi
11.504
11.533
11.680
11.732
11.887
12.011
12.334
Sumber : BPS (2009;55)
15
Universitas Sumatera Utara
Laju peningkatan populasi penduduk dan perbaikan
masyarakat
Indonesia
akan
mendorong
peningkatan
tarafhidup
kebutuhan
pangan,dankonsumsimenumakananrumahtanggabertahapmengalamiperuba
hankearah peningkatan konsumsi protein hewani (termasuk produk
peternakan).Komoditas daging, telur dan susu merupakan komoditas
pangan yang berproteintinggi memiliki harga yang relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan komoditaspangan lainnya (Soedjana, 2001;27).
BerdasarkandataBPS,jumlahpendudukpadatahun2000sebesar205,1j
uta dengan tingkat pertumbuhan 1,5 persen per tahun. Peningkatanjumlah
penduduk dan perbaikan taraf hidup masyarakat Indonesia serta
adanyaperubahan pola konsumsi, dan selera masyarakat menyebabkan
konsumsi daging sapisecaranasional cenderung meningkat (BPS, 2009;
110).
Rendahnya
populasi
sapipotong
antaralaindisebabkansebagianbesarternakdipeliharaolehpeternakberskalake
cil dengan lahan dan modal terbatas (Kariyasa, 2005; 56). Populasi
sapidalam negeri tahun 2009 sebanyak 12.334 juta ekor dan dari
populasitersebut
diperkirakan1,5jutaekorsapidipotongpertahununtukmemenuhikebutuhanko
nsumsi akan daging sapi. Adapun data proyeksi kebutuhan dagingsapi
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel1.2.
16
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.2
Proyeksi Kebutuhan Daging Dilihat dari JumlahPenduduk
ProyeksiKeb
utuhanDaging
Penduduk
Konsumsi
ProduksiDaging
Pemotongansapi
2000
206 jtorang
1,72
kg/kapita/tahun
350.000 ton/tahun
1,75 juta
ekor/tahun
Tahun
2010
242,4 jtorang
2,72
kg/kapita/tahun
654.400ton/tahun
3,3 jutaekor/tahun
(naik 88,6%)
2020
281 jtorang
3,72
kg/kapita/tahun
1 jutaton/tahun
5,2 juta ekor/tahun
(naik197%)
Sumber : Apfindo (2000;39)
Tabel1.2memperkirakanproduksidagingsapipadatahun2010mencapai654.40
0 ribu ton untuk memenuhi permintaan daging sapi (BPS, 2009;211).Selain itu,
jumlah penambahan penduduk yang terus bertambah akanikut mempengaruhi
jumlah permintaan daging. Keadaan tersebut tentusangat menghawatirkan karena
suatu saat akan terjadi dimana pemenuhankebutuhan akan permintaan daging sapi
dalam negeri akan selaluberkurang.
Menurut Dirjen Peternakan (2009), Indonesia telah berhasil dalam
swasembada daging ayam dan telur, namun data statistika peternakan
mengungkapkan bahwa Indonesia belum dapat memenuhi tingkat konsumsi
daging masyarakat yang semakin menanjak tiap tahunnya seiring dengan
membaiknya perekonomian masyarakat. Laju konsumsi daging sapi belum dapat
tertutupi dengan laju produksi daging sapi dalam negeri. Kebutuhan daging sapi
Nasional pada Tahun 2008, sebesar 60% dipasok dari produksi dalam negeri dan
40% dipenuhi melalui impor, yaitu dalam bentuk daging dan jerohan beku sebesar
70 ribu ton dan impor sapi bakalan mencapai 630 ribu ekor.
17
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.3
Konsumsi Daging Sapi di Sumatera Utara Tahun 2002-2012
Tahun
Jumlah (ton)
2002
6871,3
2003
6896,43
2004
7031,35
2005
9984,61
2006
10367,67
2007
9625,78
2008
12911,89
2009
13645,84
2010
14175
2011
17655
2012
17820
Sumber: Dinas Peternakan Sumatera Utara, 2013
Berdasarkan Tabel 1.3, laju konsumsi rata-rata daging sapi di Sumatera
Utara adalah sebesar 5,58 % tahun. Dengan tingkat konsumsi tertinggi ada pada
tahun 2012.Hal ini seiring dengan dengan pertambahan jumlah penduduk
provinsi Sumatera Utara yang meningkat setiap tahunnya.
Menurut Sugeng (2012), Prospek beternak sapi potong di Indonesia masih
tetap terbuka lebar dalam waktu yang lama. Hal ini disebabkan permintaan
daging sapi dari tahun ke tahun terus menunjukkan peningkatan. Peningkatan ini
18
Universitas Sumatera Utara
memang sejalan dengan peningkatan taraf ekonomi dan kesadaran akan gizi dari
masyarkat.
Sumatera Utara adalah salah satu Provinsi yang memiliki keragaman
produk peternakan. Dengan luas wilayah 3,82% dari luas wilayah Indonesia dan
jumlah penduduk 13.215.401 jiwa. Sumatera Utara merupakan salah satu pasar
potensial dalam mengembangkan usaha peternakan (BPS, 2012).
Tabel 1.4
Produksi Daging Sapi Menurut Kabupaten Kota Tahun 2012
Kab/Kota
Jumlah Ton
Nias
92,7
Mandailing Natal
496,76
Tapanuli Selatan
291,38
Tapanuli Tengah
139,01
Tapanuli Utara
65,95
Toba Samosir
68,60
Labuhan Batu
457,89
Asahan
1.326,17
Simalungun
2.205,29
Dairi
81,10
Karo
2.768,83
Delli Serdang
3.593,31
Langkat
Nias Selatan
889,79
20,41
Humbang Hasundutan
9,03
19
Universitas Sumatera Utara
Pakpak Barat
21,33
Samosir
84,53
Serdang Bedagai
101,37
Batubara
2.309,90
Padang Lawas Utara
251,65
Padang Lawas
2.250,76
Labuhan Batu Selatan
31,46
Labuhan Batu Utara
273,16
Nias Utara
14,83
Nias Barat
6,69
Sibolga
25,59
Tanjung Balai
197,64
Pematang Siantar
150,90
Tebing Tinggi
202,82
Medan
4.337,21
Binjai
1.247,91
Padang Sidempuan
527,13
Gunung Sitoli
5,52
Sumatera Utara
24.546,60
Sumber : BPS Sumatera Utara 2012
Dari keterangan tabel diatas, dapat diketahui bahwa Kota Medan memiliki
tingkat Produksi Daging Sapi terbesar di Sumatera Utara dengan jumlah sebanyak
4.337,21 ton daging sapi. Serta daerah pengahasil daging sapi terendah ada di kota
20
Universitas Sumatera Utara
Gunung Sitoli dengan jumlah 5,52 ton daging sapi. Secara keseluruhan, produksi
daging sapi di Sumatera Utara adalah 24.546,60 ton daging sapi.
Sebagai salah satu provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang
stabil, Sumatera Utara merupakan kawasan industri penting di Indonesia.Berbagai
Industri penting di wilayah ini, seperti peternakan, pertanian dan perkebunan
(terutama kelapa sawit dan karet) menyebabkan peningkatan secara nyata
pendapatan domestik regional. Peningkatan ekonomi tersebut berpengaruh terhadap
pola konsumsi masyarakat setempat, yang secara langsung mendorong peningkatan
permintaan terhadap bahan pangan yang diketahui masyarakat memiliki nilai gizi
yang tinggi seperti daging, susu dan lainnya. Akibatnya penyediaan produk ternak
termasuk daging sapi di wilayah Sumatera Utara dituntut untuk terus meningkat.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk meneliti “
Analisis Kesedian Membayar (Willingnes to Pay) dalam Menghadapi Lebaran
di Kecamatan Sungaikanan, Kabupaten Labusel”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian serta penjelasan yang telah dikemukakan pada latar
belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Apakah umur, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan jumlah tanggungan
berpengaruh positif terhadap willingness to pay di Kecamatan Sungai Kanan
Kabupaten Labuhan Selatan?
2.
Berapa besar tingkat membayar daging sapi dalam menghadapi lebaran?
21
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan Penelitian
1.
Untuk mengetahui pengaruh umur, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan
jumlah tanggungan terhadap willingness to pay di Kecamatan Sungai Kanan
Kabupaten Labuhan Selatan. Untuk mengetahui besar tingkat membayar
daging sapi dalam menghadapi lebaran.
2.
Untuk mengetahui besar tingkat membayar daging sapi dalam menghadapi
lebaran.
1.4 Manfaat Penelitian
1.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan bagi
Pemerintah Kabupaten Labusel terutam yang berkaitan dengan permintaan
daging sapi.
2.
Memberi manfaat bagi penulis dan pembaca dalam menambah wawasan dan
dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
22
Universitas Sumatera Utara