Olahraga dan Gaya Hidup (Studi Kasus Pada Pengunjung Best Fitness Plaza Medan Fair)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah
Kesehatan merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk dijaga oleh setiap

manusia. Karena kesehatan melingkupi keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial, dan ekonomis.
Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan
kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan. Untuk
menghindari berbagai hal tersebut dan mendapatkan kesehatan yang baik, masyarakat
mengimbanginya dengan makan yang teratur, tidur yang cukup, dan olahraga yang rutin.
Kesehatan merupakan fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri yang menjamin
tindakan untuk memperoleh, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi psikolososial
dan spiritual (Paune, 1983). Di defenisi selanjutnya, kesehatan adalah keadaan yang
seimbang dan dinamis antara bentuk dan berbagai faktor yang mempengaruhinya
(Perkins, 1938). Kesehatan juga keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa tidak
mempunyai keluhan apapun ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan
kelainan (White, 1977).

Salah satu upaya orang untuk memelihara dan menjaga kesehatan adalah dengan
melakukan olahraga. Dari berbagai macam cara olahraga, salah satunya yang banyak
diminati adalah fitness. Pengertian fitness itu sendiri adalah olahraga untuk membakar
lemak dengan difokuskan pada pembentukan otot tubuh dan juga bagian tubuh lainnya
yang diinginkan. Pengertian ini merupakan pengertian secara umum. Olahraga fitness ini

Universitas Sumatera Utara

jika dilakukan rutin sangat baik untuk kesehatan tubuh. Tidak hanya dapat membentuk
otot dan juga menurunkan berat saja, ternyata jika fitness dilakukan rutin setiap hari,
tubuh akan menjadi sehat dan selalu bugar. Di samping itu, tidak hanya kesehatan saja
yang dapat diperoleh oleh penggunanya, tetapi dengan berolahraga di sarana kebugaran
merupakan salah satu media yang sangat relevan dalam meningkatkan taraf gaya hidup
sosial. Dapat dikatakan demikian karena hanya orang-orang yang memiliki perekonomian
menengah atas saja yang dapat mengikuti kegiatan ini. Selain itu, olah raga ini juga dapat
dilakukan sendiri di rumah tanpa harus mengeluarkan biaya.
Fitness memang bisa berperan sangat adiktif karena mampu mengubah pola hidup
seseorang. Pola pikir seseorang berubah, bagaimana menjalani kegiatan yang sehat, mulai
mengatur pola makan hingga aktif berolahrga. Menariknya lagi, di beberapa tempat,
pusat-pusat kebugaran itu justru didominasi oleh kaum hawa. Beberapa faktor pendukung

yang membuat kegiatan fitness begitu ramai dikalangan wanita adalah selain keinginan
memiliki tubuh yang proposional, juga tuntutan dari lingkungannya untuk tampil cantik,
terutama bagi mereka yang bekerja, sehingga motivasi datang ke pusat kebugaran secara
rutin lebih besar. Sebaliknya, alasan kaum pria mengikuti kegiatan ini adalah untuk
sekedar membentuk badan (body builder) dan ada pula yang ingin menurunkan berat
bedan yang berlebih.
Jaringan pusat kebugaran internasional ramai-ramai membuka cabang di Indonesia.
Berlomba memanjakan pengunjungnya dengan aneka fasilitas. Perhatian puluhan orang
dalam ruangan itu tertuju pada layar lebar yang tengah memutar film dengan tata suara
menggelegar. Keringat yang menetes di pelipis para penonton ini bukan karena mesin
penyejuk udara yang tak bekerja, melainkan lantaran mereka tengah membakar keringat

Universitas Sumatera Utara

dengan alat latih kardiovaskular. Pusat-pusat kebugaran besar atau mega-gym memang
tengah

berlomba-lomba

menawarkan


fasilitas

tambahan

yang

memanjakan

pengunjungnya. Adu kelengkapan fasilitas ini memang menjadi pilihan karena beradu
kelengkapan peralatan terbilang sulit.
Pengertian fitness adalah kegiatan olahraga pembentukan otot-otot tubuh/fisik
yang dilakukan secara rutin dan berkala, yang bertujuan untuk menjaga vitalitas tubuh
dan berlatih disiplin. Fitness merupakan gerakan sederhana yang dilakukan ketika
mengangkat dumbbells yang bermanfaat banyak bagi proses pembentukan tubuh ideal.
Saat mengangkat beban, ada serat tipis otot yang robek, serat tipis yang terobek itu akan
mengakselerasi proses pembentukan sintetis protein otot dengan memanfaatkan asam
amino. Proses inilah yang nantinya membuat otot lebih ‘tahan banting’ terhadap cedera.
Maka sebenarnya, ketika rutin latihan angkat beban, secara tidak langsung telah
membentuk jaringan otot yang lebih kuat dan secara keseluruhan, tubuh akan merasa

jarang sekali cedera atau stres karena otot-otot menjadi lebih lentur. Plus latihan beban
dan serangkaian olahraga pembakar kalori selama program penurunan berat badan, akan
membuat tubuh menjadi lebih ringan dan sehat. Fitness merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang untuk kesehatan dan pembentukan tubuh yang ideal. Mike
Featherstone mengelompokkan pembentukan tubuh atas dua kategori: tubuh dalam dan
tubuh luar ("The Body in Consumer Culture" 1992: 97). Yang pertama berpusat pada
pembentukan tubuh untuk kepentingan kesehatan dan fungsi maksimal tubuh dalam
hubungannya dengan proses penuaan, sementara yang kedua berpusat pada tubuh dalam
hubungannya dengan ruang sosial (termasuk didalamnya pendisiplinan tubuh dan
dimensi estetik tubuh). Menurutnya dalam kebudayaan konsumen dua kategori itu

Universitas Sumatera Utara

berjalan secara bersama: pembentukan tubuh dalam menjadi alat untuk meningkatkan
penampilan tubuh luar.
Pada akhirnya, olah raga fitness kini menjadi tren gaya hidup dalam pergaulan masa
kini. Jika beberapa tahun yang lalu, fitness hanya dilakoni orang berduit dan berada
dikalangan menengah keatas karena mahal harganya, apalagi sebagian besar lokasinya
berada di hotel bintang lima dan pusat perbelanjaan, sekarang kondisi tersebut mulai
bergeser dalam tahun-tahun belakangan ini. Bermunculan tempat fitness center untuk

berolahraga dengan konsep berbeda yang bisa dilakukan semua lapisan masyarakat
karena harganya murah. Remaja, golongan mahasiswa, atau kaum dewasa muda terlihat
mulai memenuhi sejumlah fitness center untuk berolahraga. Fitness center tidak lagi
menjadi ‘daerah jajahan’ mereka yang berusia 40-an tahun. Disamping berolahraga,
faktor yang mendukung seseorang dalam mengikuti kegiatan ini ialah tuntutan gaya
hidup yang memaksanya memenuhi kebutuhan psikologisnya yang terlihat dengan
perilakunya terhadap suatu lapisan masyarakat tertentu untuk menaikkan derajat atau
intelektualitas didalam diri setiap individu.
Menurut Kartodirjo (1987: 53), gaya hidup merupakan suatu produksi dari
stratifikasi sosial, sehingga faktor status (kedudukan) dan kekayaan dapat membentuk
struktur gaya hidup. Gaya hidup ini, pada hakekatnya akan membentuk suatu eksklusifme
yang tidak lain bertujuan untuk membedakan status antara golongan yang satu dengan
yang lainnya dalam suatu stratifikasi sosial. Winarno (1989: 32) menjelaskan bahwa gaya
hidup merupakan cara tindakan yang bersifat kebiasan yang dilandasi pengalamanpengalaman dalam status dan perannya dalam kehidupan. Dengan kata lain, gaya hidup
seseorang itu merupakan gambaran dari watak, status, prilaku, dan peranannya dalam

Universitas Sumatera Utara

masyarakat. Secara luas, gaya hidup diidentifikasikan sebagai cara bagaimana seseorang
dapat menghabiskan waktu mereka dalam bentuk suatu aktifitas dimana dianggap penting

dalam lingkungannya dan apa yang mereka pikirikan tentang diri mereka sendiri serta
juga dunia di sekitarnya. Gaya hidup suatu masyarakat dari masa ke masa akan bergerak
dinamis. Namun demikian, gaya hidup tidak cepat berubah sehingga pada kurun waktu
tertenu, gaya hidup relatif permanen.
Gaya hidup bisa merupakan identitas kelompok yang berbeda disetiap
kelompoknya. Walaupun demikian, sebagian mengambil kedua sisi yang berujung pada
keuntungan dimana pola gaya hidup yang baik sebagai kesehatan diiringi dengan status
sosial.
Seperti perkembangannya sejak abad ke-14, suatu kelompok yang memiliki minat
sama disebut sebagai komunitas seperti yang telah digunakan untuk menunjuk suatu unit
tempat tinggal yang merupakan bagian dari suatu sistem administrasi (Williams, 1988).
Kegiatan didalam area fitness ini tentu saja sangat berkaitan dengan adanya komunitas
yang bergabung dan mempunyai misi yang sama karena tingkah laku

konsumsi

merupakan penanda identitas (Douglas & Isherwood, 1980) yang didasari oleh asumsi
bahwa barang-barang konsumsi merupakan alat komunikasi (Goffman, 1951). Kelompok
ini juga merupakan orang-orang yang terlihat secara langsung dengan proses globalisasi
yang tampak dari gaya hidup (Featherstone, 1991; Friedman, 1995). Maka dari itu

komunitas yang berada dalam lingkungan tersebut memiliki persamaan dalam perilaku
lingkungan yang ditonjolkan dari setiap individunya.
Maraknya aktivitas berolahraga di pusat kebugaran dalam kelompok tertentu
membuat banyaknya pembangunan yang dilakukan oleh pihak manajemen instansi untuk

Universitas Sumatera Utara

menarik pelanggan agar tertarik untuk menghabiskan sebagian kegiatannya di dalam
fitness center tersebut. Dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan kepada pengunjung
menjadi salah satu pemicu utama untuk mengambil keputusan untuk melakukan kegiatan
tersebut.
Dalam kasus ini, peniliti mencoba mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang
mempengaruhi para pengunjung Best Fitness untuk mengikuti kegiatan olahraga rutin
yang semakin maraknya menjadikan fitness center sebagai sarana olahraga dan gaya
hidup kaum urban di kota metropolitan, serta cara-cara pihak marketing dalam menarik
pelanggan didalamnya. Faktor-faktor inilah yang kemudian diangkat menjadi sebuah
studi kasus penelitian.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka peneliti merasa tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai olahraga dan gaya hidup di Best Fitness, yang bertepatan
lantai 4 Plaza Medan Fair di Jl. Jend Gatot Subroto No. 30, Medan, Sumatera Utara.


1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan sebelumnya,

maka ada beberapa pertanyaan penelitian yang dirumuskan sebagai berikut:
a.

Apa latar belakang pengunjung untuk mengambil keputusan dalam berolahraga di
sarana pusat kebugaran Best Fitness?

b.

Bagaimana pusat kebugaran Best Fitness merekrut orang lain agar ikut mengambil
keputusan untuk berolahraga dipusat kebugaran tersebut?

Universitas Sumatera Utara

1.3.


Tujuan Penelitian
Setiap penelitian tentunya memiliki tujuan penelitian yang sangat penting, karena

melalui tujuan dan manfaat itulah suatu penelitian menjadi dapat lebih dimengerti oleh
penulis. Adapun tujuan dari penelitian ini, yakni:
a.

Mengetahui latar belakang pengunjung untuk mengambil keputusannya dalam
berolahraga di pusat kebugaran Best Fitness.

b.

Untuk mengetahui gaya hidup sebagai pemicu orang melakukan olahraga fitness di
sarana kebugaran.

c.

Mengetahui upaya yang dilakukan oleh pihak Best Fitness dalam merekrut untuk
menarik pelanggan.


1.4.

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a.

Secara akademik, penelitian ini disumbangkan kepada FISIP USU, khususnya
Departemen Antropologi Sosial dalam rangka memperkaya khasanah penelitian dan
sumber bacaan.

b.

Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk memperkaya khasanah penelitian yang
menggunakan teori komunikasi dan memperluas cakrawala pengetahuan peneliti serta
mahasiswa Antroopologi Sosial FISIP USU.

c.


Secara praktis, penelitian ini diharapakan dapat memberikan masukan bagi fitness
center terkait dan pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan
penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara

1.5.

Tinjauan Pustaka
Secara umum pengertian olahraga adalah sebagai salah satu aktivitas fisik maupun

psikis seseorang yang berguna untuk menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan
seseorang setelah olahraga. “Olahraga” datang dari bahasa Perancis Kuno desport yang
bermakna “kesenangan”, serta pengertian berbahasa Inggris tertua ditemukan seputar
tahun 1300 yakni “segala hal yang mengasyikkan serta menghibur untuk manusia”.
Olahraga adalah satu di antara sumber utama dari hiburan karenanya ada pendukung
olahraga yang umumnya terbagi dalam beberapa besar orang dan bisa disiarkan lebih luas
lagi lewat tayangan olahraga (Rusli dan Sumardianto, 2000: 6).
Olahraga adalah kesibukan yang benar-benar utama untuk menjaga kesehatan
seseorang. Olahraga juga adalah satu tingkah laku aktif yang menggiatkan metabolisme
serta memengaruhi manfaat kelenjar didalam badan untuk menghasilkan sistem
kekebalan badan dalam usaha menjaga badan dari masalah penyakit dan stress. Oleh
karenanya, benar-benar disarankan pada tiap-tiap orang untuk lakukan aktivitas olahraga
dengan cara teratur serta tersetruktur dengan baik. Menurut Jayawardana (2010: 1),
olahraga merupakan kemampuan dasar yang dimiliki manusia yang bisa dikembangkan
dan dilatih untuk kepentingan kesehatan bagi dirinya. Sedangkan menurut Cholik Mutoir
(2003: 86), pengertian olahraga adalah proses sistematik yang terdiri atas setiap kegiatan
dan usaha yang dapat membantu perkembangan atau pun membina potensi – potensi
jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan, atau pun anggota masyarakat.
Olah raga dapat berupa permainan, pertandingan, serta prestasi puncak di dalam
pembentukan manusia yang memiliki ideologi yang seutuhnya dan berkualitas yang
didasarkan pada dasar negara dan Pancasila.

Universitas Sumatera Utara

Tetapi seiring berjalannya waktu, olahraga bukan hanya sekedar untuk
menyehatkan tubuh belaka, bahkan sekarang dikaitkan dengan adanya kasus sosial suatu
kelompok yang dikaitkan dengan gaya hidup. Gaya hidup itu kemudian ditunjukkan oleh
perilaku tertentu sekelompok orang atau masyarakat yang menganut nilai-nilai dan tata
hidup yang hampir sama. Gaya hidup yang berkembang di masyarakat merefleksikan
nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat itu sendiri. Untuk memahami bagaimana gaya
hidup, sekelompok masyarakat di perlukan program atau instrumen untuk mengukur gaya
hidup yang berkembang sehingga menurut Kotler (2002: 192), gaya hidup adalah pola
hidup seseorang di dunia yang mengekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya.
Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan
berinteraksi di dunia. Menurut Assael, gaya hidup adalah “A mode of living that is
identified by how people spend their time (activities), what they consider important in
their environment (interest), and what they think of themselves and the world around
them (opinions)”. Secara umum dapat diartikan sebagai model kehidupan yang dikenal
dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang mereka anggap
penting dalam lingkungan mereka (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri
sendiri dan dunia di sekitar (opini).
Gaya hidup juga menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan
uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan
pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu.
Faktor-faktor utama pembentuk gaya hidup dapat dibagi menjadi dua yaitu secara

Universitas Sumatera Utara

demografis dan psikografis. Faktor demografis misalnya berdasarkan tingkat pendidikan,
usia, tingkat penghasilan dan jenis kelamin, sedangkan faktor psikografis lebih kompleks
karena indikator penyusunnya dari karakteristik konsumen. Mowen dan Minor
menegaskan bahwa gaya hidup merujuk pada bagaimana orang hidup, bagaimana mereka
membelanjakan uangnya, dan bagaimana mereka mengalokasikan waktu mereka. Hal ini
dinilai dengan bertanya kepada konsumen tentang aktivitas, minat, dan opini mereka,
gaya hidup berhubungan dengan tindakan nyata dan pembelian yang dilakukan
konsumen. Orang yang berasal dari subkultur, kelas sosial dan pekerjaan yang sama
dapat mempunyai gaya hidup yang berbeda karena gaya hidup seseorang menunjukkan
pola kehidupan orang yang bersangkutan yang tercermin dalam kegiatan, minat, dan
pendapatnya (Minor dan Mowen, 2002: 282).
Gaya hidup modern di suatu pihak dapat dilihat sebagai produk dari
profesionalisme masyarakat yang akan semakin kentara pada abad ke-21 yang
menegaskan batas-batas biologis dan sosial yang memiliki biaya sangat tinggi. Hal ini
disebabkan dengan adanya kehidupan di perkotaan yang tinggi akan berkembangnya
globalisasi. Budaya global ditandai oleh integrasi budaya lokal ke dalam suatu tatanan
global. Globalisasi yang ditandai oleh perbedaan-perbedaan dalam kehidupan telah
mendorong pembentukan defenisi baru tentang berbagai hal dan memunculkan praktik
kehidupan yang beragam dari dimensi kehidupan yang mengalami redefinisi dan
diferensiasi atau perbedaan yang menunjukkan sifat relatif suatu praktik sosial, yang
semakin kuat sejalan dengan perbaikan transformasi dan teknologi komunikasi tentang
bagaimana memilih dari sekian banyak informasi yang tersedia yang didukung oleh
kerangka yang mampu memberdayakan individu. Disamping globalisasi yang sangat

Universitas Sumatera Utara

berpengaruh, tidak ketinggalan faktor yang melingkupinya ialah tekanan masyarakat kota
yang berperan penting dalam mendorong faktor-faktor yang berkaitan (Hannerz, 1992).
Tekanan penduduk yang begitu besar di kota menimbulkan berbagai persoalan
karena begitu banyak orang yang memperebutkan kesempatan apapun yang terjadi di
kota, termasuk ke dalam gaya hidup yang semakin berkembang pesat dalam hal
urbanisasi dan globalisasinya. Yang menarik di sini bahwa urbanisasi yang berkembang
di satu pihak telah menambah persoalan kota, khususnya berkaitan dengan keberadaan
“peasant” in the cities, yang menunjukkan kontinuitas tradisi agraris; di lain pihak
adalah keluarnya kelas menengah ke kelas atas. Hal yang mencolok terjadi dalam
kecendurangan ini adalah tumbuhnya “consumer culture” di kota-kota (Featherstone,
1991) yang merupakan bagian dari proses ekspansi pasar (Evers, 1991) sehingga
mempengaruhi perkembangan globalisasi dalam menyikapi perilaku gaya hidup.
Menurut Koswara (1991), ada beberapa implikasi dari tekanan penduduk di
perkotaan. Pertama, tingkat kepadatan penduduk yang tinggi akan membawa implikasi
pada fasilitas publik perkotaan. Berbagai sarana dan prasarana menjadi kurang memadai.
Kedua, tingkat kepadatan penduduk yang mempengaruhi pengelolaan ruang yang lebih
rumit. Ketiga kenyamanan untuk tinggal di kota menjadi persoalan penting akibat
tekanan penduduk. Paling sedikit terdapat empat persoalan pokok yang muncul
diperkotaan: (1) fasilitas-fasilitas lingkungan dan infrastruktur yang kurang memadai; (2)
kondisi perumahan yang kurang sehat; (3) tingginya tingkat kepadatan penduduk dan
pola penggunaan tanah yang tidak teratur; dan (4) tatanan kehidupan sosial yang kurang
teratur. Dua proses tanda dari transformasi sosial perkotaan, yaitu proses konsumsi
simbolis dan transformasi estetis. Pada definisi gaya hidup hanya dapat dilihat dari proses

Universitas Sumatera Utara

konsumsi simbolis yang merupakan tanda penting dari pembentukan gaya hidup di mana
nilai-nilai simbolis dari suatu produk dan praktik telah mendapat penekanan yang besar
dibandingkan dengan nilai-nilai kegunaan dan fungsional.
Proses konsumsi simbolis dapat dijelaskan dengan tiga cara. Pertama, kelas sosial
telah membedakan proses konsumsi dimana setiap kelas menunjukkan proses identifikasi
yang berbeda dalam satu tatanan umum yang tidak terbentuk sepenuhnya. Kedua, barang
yang dikonsumsi kemudian menjadi wakil dari kehadiran. Hal ini berhubungan dengan
dengan aspek-aspek psikologis dimana konsumsi suatu produk berkaitan dengan perasaan
atau rasa percaya diri yang menunjukkan bahwa itu bukan hanya sekedar media atau
barang, tetapi juga merupakan isi dari kehadiran seseorang karena dengan cara itu ia
berkomunikasi. Dan yang ketiga, berdasarkan proses konsumsi dapat dilihat bahwa
konsumsi citra (image) di satu pihak telah menjadi proses konsumsi yang penting dimana
citra yang dipancarkan oleh suatu produk atau praktik (konsumsi maupun kegiatan)
merupakan alat ekspreksi diri bagi kelompok. Bagi kelompok kelas menengah citra yang
melekat pada suatu prosuk (global) merupakan intrumen modernitas yang mampu
menegaskan keberadaan identitasnya (Goffman, 1951).
Menurut Featherstone (1995: 95), gaya hidup diartikan sebagai, “Consumption and
lifestyle preferences involve discriminatory judgements which at the same time identify
and render classifiable our own particular judgement of taste to others. Particular
constellations of taste, consumption preference and lifestyle practices are associated with
specific occupation and class fractions, making it possible to map out the universe of
taste and lifestyle with its structured oppositions and finely graded distinctions which
operate within a particular society…”. Inti dari pernyataan tersebut ialah konsumsi dan

Universitas Sumatera Utara

gaya hidup melibatkan penilaian tersendiri dan di waktu yang sama mengenali dan
memberikan pengelompokan bagaimana cara kita sendiri memberi penilaian terhadap
orang lain. Dengan ini semua kita dapat menyusun keseluruhan rasa dan gaya hidup
beserta perbedannya yang telah tersusun dan bertingkat dimana berlaku dalam
masyarakat tertentu.
Giddens menhyatakan proses konsumsi perkotaan ini merupakan “emancypatory
politics” dan “life politics” sekaligus. Sebagai emancypatory politics konsumsi
perkotaan membebaskan manusia dari hambatan-hambatan posisi sosial tradisional,
seperti kelas, gender, usia, dan etnis. Konsumsi dalam hal ini merupakan teknik di dalam
pelarian sosial seorang dari satu ikatan tradisional dengan cara menegosiasikan identitas
diri. Sedangkan sebagai life politics, konsumsi merupakan politik aktualisasi diri dalam
lingkungan yang terorganisir secara refleksif, dimana refleksivitas menghubungkan diri
dan tubuh ke dalam sistem global (Giddens dalam Lury, 1996: 40).
Jika dikaitkan dengan hubungan antropologi, gaya hidup termasuk kedalam
antropologi kontemporer yaitu suatu integrasi sosial komunitas yang kemudian dapat
membentuk suatu gaya hidup yang sifatnya bermacam-macam. Teori antropologi tidak
jauh kaitannya dengan “ilmu tentang manusia”. Jadi, komunitas atau masyarakat sudah
pasti mengacu kepada teori tersebut. Dan dalam kasus ini, bagian yang terkait dalam teori
antropologi ialah etnologi. Etnologi adalah ilmu bagian mengenai asas-asas manusia,
dengan mempelajari kebudayaan dalam kehidupan masyarakat atau komunitas dari yang
tersebar di seluruh muka bumi pada masa sekarang ini (Koentjaraningrat, 2009).
Penelitian mengenai olahraga dan gaya hidup, antara lain sudah pernah diteliti
oleh Rendi Arsami Siregar (2007) dengan judul “Gaya Hidup Fitness (Studi Etnografi

Universitas Sumatera Utara

Tentang Gaya Hidup Fitness di Lubuk Pakam)” yang melihat semakin banyaknya para
pelaku atau peminat olahraga fitness yang ingin datang untuk berolahraga atau sekedar
datang untuk berbincang dengan yang lain dan berkumpul di tempat fitness tersebut.
Selain mengkaji tentang gaya hidup, Rendi Arsami Siregar meneliti suatu kondisi yaitu
dimana terlihat beberapa pelaku fitness setelah melakukan olahraga, mereka beristirahat
tetapi sambil menghisap rokok. Hal ini semakin menambah rasa penasaran untuk semakin
mengkaji masalah tersebut. Bukankah berolahraga memiliki tujuan untuk menyehatkan
tubuh tetapi malah melakukan hal yang dapat merusak kesehatan tubuh. Apakah mereka
melakukan olahraga fitness hanya untuk mencari identitas sosial agar dianggap hebat oleh
orang lain atau ada makna tersembunyi dibalik olahraga fitness tersebut.
Dari penelitian terdahulu mengenai teori yang hampir bersamaan dapat dibedakan
dengan lebih memfokuskan faktor yang mendukung seseorang dalam mengambil
keputusannya untuk berolahraga di pusat kebugaran. Pada penelitian kali ini, peneliti juga
akan membahas berbagai jenis olahraga yang ada di dalam Best Fitness dan mengamati
sisi lain dari tujuan orang-orang dalam berolahraga, apakah faktor pendukung gaya hidup
merupakan salah satu pemicu utama untuk mengambil keputusan dalam berolahraga atau
tidak.
Disamping itu, tujuan utama terbentuknya satu komunitas adalah untuk memenuhi
kebutuhan dan keselamatan bersama. Definisi tersebut dianggap sebagai definisi masa
lampau (Coleman, 1976). Pada masa sekarang, kata Coleman, pengertiannya terutama
diacukan kepada hal-hal yang dimiliki bersama. Berkaitan dengan adanya proses
konsumsi yang telah membentuk suatu kesatuan kehidupan dengan basis-basis material
yang dapat menghilangkan nilai-nilai subjektif dalam pertukaran sosial (Simmel, 1991).

Universitas Sumatera Utara

Seting perkotaan lebih merupakan “tempat berbelanja” identitas yang ingin dibentuk.
Selalu ada orang atau kelompok yang tidak terikat pada sistem yang umum, yang tampak
dari sifat-sifat individual yang dikembangkan secara aktif untuk melihat latar belakang
orang yang terlibat dalam jaringan tersebut, seperti jenis komunitas, jaringan
kekerabatan, dan jaringan keluarga (Friedman, 1995: 95).

1.6.

Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan mencari data primer

dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari lapangan melalui
observasi partisipasi, wawancara mendalam, catatan harian (fieldnote), dan dokumentasi.
Sedangkan data sekunder merupakan data yang didapat dari kepustakaan, buku-buku,
jurnal, tesis, laporan penelitian, skripsi, serta bahan-bahan bacaan yang relevan. Teknik
pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian secara deskriptif
atau observasi partisipasi dan wawancara mendalam (depth interview) dengan
menggunakan pedoman wawancara (interview guide), serta tidak lupa dengan
narasumber yang berasal dari informan-informan yang akan ditargetkan penulis sebagai
pelengkap data penelitian ini.

1.6.1. Observasi Partisipasi
Observasi partisipasi merupakan sebuah metode penelitian yang tujuannya untuk
menjelaskan fenomena-fenomena yang ada dan yang sedang berlangsung saat ini maupun
yang lampau. Informasi dan data pada penelitian ini salah satunya didapat dari observasi

Universitas Sumatera Utara

partisipasi yang dilakukan untuk melihat secara langsung kegiatan-kegiatan di area fitness
dimana peneliti akan turut serta dalam setiap kegiatan yang dilakukan pengunjung fitness
center, artinya peneliti mengobservasi perilaku, hubungan, apa yang dilakukan dengan
merasakan sendiri hal yang dialami oleh informan yang diteliti. Diharapkan dengan
melakukan observasi partisipasi, peneliti dapat merasakan langsung apa yang dirasakan
informan sehingga dapat memberikan data informasi yang baik dan valid. Selain itu
peneliti juga mengamati apa saja yang ada di dalam pusat kebugaran seperti peralatan
olahraga dan benda lain yang mendukung kegiatan yang ada di pusat kebugaran, serta
proses yang terjadi selama kegiatan olahraga fitness dilakukan. Hasil observasi atau
pengamatan ini kemudian dituangkan dalam bentuk catatan lapangan.

1.6.2. Wawancara Mendalam (Indepth Interview)
Pertanyaan-pertanyaan

awal

hingga

informasi

yang

dibutuhkan

untuk

mendeskripsikan kondisi objektif, sangat efektif dengan metode ini. Metode ini juga
dapat lebih mendekatkan diri secara emosional kepada informan. Selain itu, data-data
auentik dari sudut pandang masyarakat (emic view) juga dapat dimulai dengan
wawancara. Teknik wawancara dilakukan dengan melakukan tanya jawab secara
langsung dan terbuka dengan pelaku yang ada di Best Fitness. Untuk menjaga
terstrukturnya wawancara mendalam, peneliti menggunakan pedoman wawancara
(interview guide). Informasi yang ingin didapatkan melalui wawancara mendalam
terhadap informan ialah faktor mereka mengambil keputusan dalam berolahraga di Best
Fitness serta bagaimana cara pihak Best Fitness dalam merekrut konsumen untuk ikut
bergabung sebagai member di tempat tersebut, serta tidak lupa beberapa pendapat dari

Universitas Sumatera Utara

pada salah satu narasumber informan yang sudah menjadi target oleh peneliti ialah
melihat sisi lain dari para personal trainer. Teknik awal yang akan digunakan adalah
melakukan pendekatan dan mengakrabkan diri dengan informan sehingga membuat
informan merasa nyaman ketika berbincang-bincang dengan peneliti.

1.6.3. Informan
Informan merupakan orang yang benar-benar mengetahui permasalahan yang
akan diteliti dan mempunyai banyak pengalaman tentang latar belakang penelitian
walaupun hanya bersifat informal. Dengan kesukarelaannya, para informan dapat
memberikan pandangannya dari segi orang dalam nilai-nilai, sikap, dan suatu proses yang
menjadi latar penelitian tersebut. Informan penelitian yang berperan penting dalam
kegiatan ini ialah sebagai berikut:
a.

Informan yang mengetahui segala hal mengenai seuk beluk instansi Best Fitness adalah
Sales Manager dari instansi Best Fitness, Bapak Ade Sucipto. Info yang ingin peneliti
dapatkan dari informan kunci ialah mengenai sejarah pembentukan Best Fitness Plaza
Medan Fair beserta dengan cara perekrutan anggota (member) dari konsumen agar
tertarik untuk mengikuti kegiatan tersebut dengan berbagai iklan yang dipasarkan oleh
pihak manajemen sehingga dapat mendapatkan anggota-anggota baru setiap harinya.

b.

Informan yang paling berpengaruh terhadap penelitian ini ialah mereka yang terlibat
langsung dalam penelitian yang merupakan pengunjung Best Fitness. Informasi yang
ingin peneliti dapatkan dari informan ini adalah pokok permasalahan dari penelitian ini,
yaitu apa saja faktor dibalik mengambil keputusan untuk mengikuti kegiatan olahraga di
Best Fitness. Apakah gaya hidup termasuk faktor utama dalam mengikuti tren ini atau

Universitas Sumatera Utara

tidak. Inilah permasalahan inti yang peneliti ingin ketahui sehingga membutuhkan
beberapa anggota yang bersedia untuk diwawancarai oleh peneliti. Selain daripada
anggota, peneliti juga mengklasifikasi beberapa informan yang bersumber dari para
anggota Best Fitness, yakni:
-

Informan etnis Tionghoa

-

Informan pribumi
Kedua klasifikasi informan tersebut menyangkut usianya dan apa saja perbedaan
yang mencolok diantara keduanya sehingga menghasilkan perbedaan stratifikasi sosial
pada dua jenis informan tersebut.

c.

Informan selanjutnya yang mengacu kepada mereka yang dapat menguatkan informasi,
walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang di teliti. Informasi tersebut
tertuju kepada personal trainer atau pelatih pribadi yang berada di dalam Best Fitness,
yaitu Bapak Ogi, Bapak Sadam, dan Bapak Yudi. Info yang ingin peneliti dapatkan dari
informan tambahan ini ialah bagaimana cara personal trainer dalam membimbing
anggotanya hingga mencapai target dan berbagai pendapat mereka selama mengajar
sebagai personal trainer di Best Fitness.
Untuk mempermudah dalam hal mengingat dan mempertajam data, peneliti
menggunakan dokumentasi visual untuk menyimpan/mengarsipkan data yang telah
didapat baik dari hasil obsevasi partisipasi dan wawancara mendalam. Bahan atau
peralatan yang digunakan untuk mendukung dokumen visual ini disajikan dalam bentuk
foto, rekaman dan video tidak lupa juga catatan lapangan (fieldnote). Dengan adanya
bahan visual yang tersedia, peneliti akan dengan mudah mengingat apa yang telah
dijelaskan oleh informan, selain itu bahan visual ini juga memudahkan peneliti dalam

Universitas Sumatera Utara

melakukan penyimpanan data yang telah diperoleh dari lapangan. Penelitian lapangan
menyediakan data-data yang diperlukan untuk menguji teori-teori atau-pun menjelaskan
teori-teori. Setelah data selesai dikumpulkan dengan lengkap dari lapangan, tahap
berikutnya yang harus peneliti lakukan adalah menganalisis data. Tahap ini adalah tahap
yang penting dan menentukan. Pada tahap inilah data akan dikerjakan dan dimanfaatkan
sedemikian rupa sampai berhasil mengumpulkan kebenaran yang berguna untuk
menjawab persoalan tentang gaya hidup fitness pada pengunjung di Best Fitness Medan.

1.7. Analisis Data
Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif
yang artinya tidak diperlukan model uji statistik dengan memakai rumus-rumus tertentu,
melainkan lebih ditujukan sebagai tipe penelitian deskriptif. Kutipan hasil wawancara
dan observasi sejauh mungkin akan ditampilkan untuk mendukung analisis yang
disampaikan, sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian.

1.8.

Pengalaman Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Best Fitness, yang berlokasi di dalam pusat

perbelanjaan Plaza Medan Fair. Sebelum melakukan penelitian, peneliti sudah beberapa
kali melihat dan mengamati situasi dan kondisi keadaan pada lokasi yang dituju. Untuk
membangun report yang baik, peneliti memutuskan untuk bergabung menjadi anggota di
dalam Best Fitness Plaza Medan Fair, yang nanti diangkat menjadi sebuah penelitian.
Disamping itu, peneliti juga tidak hanya menjadi anggota belaka, tetapi juga
menggunakan fasilitas yang tersedia dengan tujuan untuk membentuk tubuh dan

Universitas Sumatera Utara

berolahraga dengan baik. Namun, dikarenakan peneliti menghadapi beberapa hambatan
dalam mendapatkan ijin penelitian, maka berdampak pada proses penelitian yang sudah
dirancang sebelumnya.
Pada proses penelitian hari pertama, peneliti berkunjung ke Best Fitness pada hari
Jumat, 1 Juli 2016. Awalnya peneliti menyerahkan surat penelitian kepada pihak
Customer Service yang

biasa melayani pengunjung sebelum melakukan aktivitas

olahraga karena sebelum penelitian dilakukan, peneliti bertanya kepada pihak instansi
bahwa penyerahan surat tersebut diawali persutujuan pihak Customer Service. Tetapi,
karena peneliti mewawancari dua bagian pekerjaan yang berbeda, maka surat yang
satunya tidak diserahkan semua kepada Customer Service, melainkan kepada pihak yang
langsung bersangkutan, yaitu langsung kepada Sales Manager yang menjadi informan
kunci dalam penelitian ini. Awalnya peneliti merasa canggung ketika hendak memulai
pembicaraan dengan informan, tetapi peneliti berusaha untuk tidak canggung dan
kembali mengajak informan untuk berbincang-bincang agar bersedia untuk di
wawancara. Pandangan aneh pun tertuju kepada peneliti ketika peneliti meminta izin
untuk melakukan sesi wawancara. Sebelumnya informan melihat selebaran pertanyaan
yang akan menjadi pernyataan dalam wawancara tersebut dan tiba-tiba mengusulkan
untuk melakukan sesi wawancara di hari lain saja karena pada saat itu ia sedang sibuk.
Peneliti akhirnya menyerahkan surat penelitian untuk dipegang oleh informan dan akan
datang pada hari berikutnya.
Selain informan kunci yang berpengaruh terhadap intensitas data penelitian,
peneliti juga mengobservasi informan tambahan untuk memperkuat data-data yang akan
dikumpulkan kemudian disimpulkan menjadi suatu data yang akurat dalam penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara

Informan tambahan itu ialah para personal trainer yang berada di dalam Best Fitness
Plaza Medan Fair. Personal trainer adalah para pelatih olahraga pribadi untuk membantu
pengunjungnya dalam berolahraga di pusat kebugaran untuk mendapatkan hasil yang
sesuai dengan keinginan pengunjung fitness yang menggunakan jasa para trainer.
Dengan kata lain, personal trainer ini mempermudah pengunjung dengan panduan para
trainer dalam sesi latihan olahraga.
Setelah mencoba untuk mewawancarai informan kunci, peneliti bergegas mencari
informan tambahan, yang sebelumnya sudah mendapatkan izin instruksi dari informan
kunci. Dalam kurun beberapa menit, peneliti mendapatkan trainer yang sedang duduk
sendiri sambil bermain dengan telpon selularnya. Langsung saja peneliti menghampiri
trainer tersebut dan diawali dengan perkenalan. Ketika saya meminta izin untuk
mewawancarai dengan tujuan penelitian skripsi, beliau menolak untuk diobservasi dan
menunjuk kepada trainer yang lainnya yang lebih bersedia untuk diwawancarai. Peneliti
pun menghampiri trainer yang dituju dan menjelaskan keperluan peneliti kepada trainer.
Dan pada akhirnya, peneliti bukannya mendapatkan izin untuk meneliti ataupun bersedia
diwawancarai, tetapi malah sebaliknya. Secara tidak langsung, trainer tersebut memberi
banyak komentar terhadap peneliti bahwa cara yang peneliti lakukan dalam melakukan
teknik penelitian merupakan cara yang keliru. Ia menganjurkan bahwa peneliti
sebelumnya harus meminta izin kepada pihak manager yang bersangkutan dalam
mengelola para personal trainer, bukan dengan mencari-cari personal trainer sendirian.
Jika peneliti masih menggunakan cara seperti itu, kemungkinan besar peneliti tidak akan
mendapatkan data apapun dari personal trainer tersebut. Ia menambahkan, jika ingin
melakukan penelitian seperti ini, sekiranya peneliti berkenan untuk membawa beberapa

Universitas Sumatera Utara

suguhan untuk lebih mempermudah penelitian ini dengan pandangan yang remeh
terhadap peneliti. Dengan kejadian ini, peneliti menyimpulkan bahwa banyak sekali
hambatan yang akan dilalui untuk sebuah penelitian yang membutuhkan data akurat dan
lengkap dalam penyelesaian skrispsi ini dan berniat untuk melakukan penelitian kembali
dalam waktu dekat ini, setelah semua syarat sudah dikumpulkan.
Pada hari Jumat, 22 Juli 2015, peneliti kembali melakukan penelitian kedua untuk
medapatkan beberapa data. Peneliti berencana hanya meneliti dengan mewawancarai
informan kunci dan tambahan saja dan pada informan utama dilanjutkan pada hari
berikutnya. Penyambutan oleh para informan sangatlah memuaskan. Mereka tidak
sungkan untuk memberikan beberapa informasi mengenai lembaga dan pekerjaan yang
sedang digeluti. Dan akhirnya, peneliti mendapat sebagian informasi mengenai bahan
penelitian yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

1.9.

Sistematika Penulisan
Adapun sistematikan penulisan dalam penelitian ini adalah:

BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, analisis data, pengalaman
penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II: BEST FITNESS PLAZA MEDAN FAIR
Bab ini berisikan uraian dari gambaran lokasi penelitian yang berupa sejarah
instansi, jumlah anggota yang terdapat dalam instansi, serta deskripsi tempat.

Universitas Sumatera Utara

BAB III: UPAYA BEST FITNESS MEREKRUT ANGGOTA UNTUK
BEROLAHRAGA
Bab ini berisikan tentang defenisi dari iklan dan konsumen, serta sistem
periklanan yang dilakukan oleh Best Fitness dalam mempromosikan produknya.
BAB IV: OLAHRAGA DAN GAYA HIDUP PARA MEMBER
Bab ini berisikian tentang defenisi olahraga dan fitness, serta masalah dari gaya
hidup dan kaitannya dengan olahraga.
BAB V: PENUTUP
Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan
analisinya.

Universitas Sumatera Utara