Opini Masyarakat terhadap Fitnes Centre Sebagai Gaya Hidup(Studi Deskriptif Opini Pengunjung Celebrity Fitness Sun Plaza Medan terhadap Fitness Centre sebagai Gaya Hidup Masyarakat Modern di Kota Medan

(1)

ABSTRAK    

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui opini pengunjung/member Celebrity Fitness Sun Plaza terhadap fitness centre sebagai bagian dari gaya hidup modern masyarakat perkotaan khususnya kota Medan. Teori yang digunakan dan dianggap relevan dalam penelitian ini adalah adalah Komunikasi dan Komunikasi Massa, Televisi sebagai media massa, Teori S-O-R, Opini dan Opini publik/pengunjung serta gaya hidup. Adapun metode yang digunakan yaitu metode deskriptif, yaitu metode yang bertujuan melukiskan secara sistematis karakteristik populasi atau bidang-bidang tertentu secara faktual dan cermat tanpa mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis dan melakukan prediksi.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh member yang terdaftar di Celebrity Fitness Sun Plaza Medan. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% diperoleh sampel sebanyak 93 orang. Teknik penarikan sampel digunakan Purposive Sampling dan Accidental Sampling. Teknik pengumpulan data melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library research) dan Penelitian Lapangan (Field Research). Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah analisis tabel tunggal dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPPS) 16.

Hasil penelitian ini berupa deskripsi dari para responden yang merupakan kaum muda dari kelompok ekonomi menengah ke atas, yang tentu saja memiliki ego tersendiri untuk masuk ke dalam kelas yang bersifat ekskklusif dan hanya orang-orang tertentu yang dapat bergabung. Salah satunya untuk kegiatan berolahraga ini. Mereka beranggapan bahwa dengan mereka mengikuti tren berolahraga di berbagai pusat kebugaran di mall-mall akan menunjukkan sebuah harga diri dibandingkan jika mereka berolahraga secara gratis dan beramai-ramai di lapangan terbuka. Hal ini ditunjukkan dengan persentase sebesar 78,5% atau dijawab oleh sebanyak 73 orang responden. Disini terjadi sebuah perubahan gaya hidup ketika uang tidak menjadi sebuah masalah dibandingkan dengan harga diri dan aktualisasi diri yang didapatkan ketika dirinya menjadi bagian dari orang-orang kota yang memiliki gaya hidup trendi dan juga modern.

Kata kunci: 

Fitness Centre, Gaya Hidup, Celebrity Fitness   

     


(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Semakin banyak orang yang sadar akan hidup sehat. Imbasnya, pusat kebugaran di kota-kota besar pun muncul sporadis. Kesehatan kini sudah menjadi bagian gaya hidup kaum urban. Menurut pelopor body builder di Indonesia Ade Rai, tren ke gym dan gaya hidup sehat ini disebabkan perkembangan arus informasi yang cepat. Media juga berperan besar dalam memopulerkannya. Berbagai tayangan di televisi baik itu tayangan lokal maupun tayangan luar negeri, kegiatan berolahraga di gym menjadi bagian dari kebiasaan yang dilakukan oleh warga kota besar. Banyak juga yang melihat role model artis Hollywood yang rutin ke gym, memiliki tubuh proporsional, serta selalu berusaha untuk hidup sehat. Ade mengakui dulu tak ada yang tertarik saat dia menjual "sehat" melalui fitnes atau gym. Namun, saat "sehat" itu dibingkai dengan gaya hidup, bentuk tubuh, dan penampilan, dampaknya sangat besar. Peran media memang cukup besar di dalam berbagai bidang kehidupan, seperti mengikuti trend olahraga di pusat kebugaran ini salah satunya.

Media massa dan manusia sangat erat hubungannya, dimana media massa seperti halnya pesan dan isyarat sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari komunikasi massa. Pada hakikatnya, media adalah perpanjangan tangan dari lidah yang sangat berjasa manusia dalam meningkatkan pengembangan struktur sosialnya. Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia memang menghadirkan suatu peradaban,khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang bersifat massa. Globalisasi informasi dan komunikasi setiap media massa jelas melahirkan suatu efek sosial yang bermuatan perubahan nilai-nilai sosial dan budaya manusia. Tren untuk pergi berolahraga di pusat kebugaran merupakan salah satu pola gaya hidup ibukota yang tersebar pada masyarakat melalui media, salah satunya media televisi.

Fitness atau ke gym memang bisa sangat adiktif karena memang mampu mengubah pola hidup seseorang. Mindset atau pola pikir seseorang berubah, bagaimana menjalani kegiatan yang sehat, mulai mengatur pola makan hingga


(3)

aktif ke gym. Kalau tidak melakukan itu, rasanya ada sesuatu yang kurang. Menariknya lagi, di beberapa tempat, pusat-pusat kebugaran itu justru didominasi kaum hawa. Beberapa faktor pendukung yang membuat fitnes didominasi wanita adalah selain keinginan memiliki tubuh proporsional, juga tuntutan dari lingkungannya untuk selalu tampil cantik, terutama bagi mereka yang bekerja sehingga motivasi datang ke gym lebih besar. Sebaliknya, alasan laki-laki ngegym juga beragam. Ada yang memang benar-benar serius untuk membentuk badan atau loss weight. Ada juga yang mau cuci mata atau sekadar bisnis justru lebih banyak.

Jaringan pusat kebugaran internasional ramai-ramai membuka cabang di Indonesia. Berlomba memanjakan pengunjungnya dengan aneka fasilitas. Perhatian puluhan orang dalam ruangan itu tertuju pada layar lebar yang tengah memutar film dengan tata suara menggelegar. Keringat yang menetes di pelipis para penonton ini bukan karena mesin penyejuk udara yang tak bekerja, melainkan lantaran mereka tengah membakar keringat dengan alat latih kardiovaskular. Pusat-pusat kebugaran besar atau mega-gym memang tengah berlomba-lomba menawarkan fasilitas tambahan yang memanjakan pengunjungnya. Adu kelengkapan fasilitas ini memang menjadi pilihan karena beradu kelengkapan peralatan terbilang sulit.

Kata “Gymnastic” berasal dari Yunani Kuno, yang berarti suatu sarana yang baik untuk pendidikan melatih fisik dan intelektual orang muda. Di ruang

gymnasium inilah pemuda-pemuda dilatih fisiknya untuk menanamkan rasa

disiplin dan sportif di dalam berlagak di lomba olahraga. Bagi sebagian orang yang namanya gymnasium, yang terbayang adalah suatu ruangan yang dipenuhi oleh manusia-manusia berbadan kekar yang tengah melatih otot-ototnya dengan peralatan ‘pembentuk’ badan yang serba modern serta didampingi instruktur yang juga berbadan atletis. Padahal, Gym dalam arti yang lebih luas memiliki makna ruang atau gedung olahraga. Singkat kata, Gym adalah suatu wadah bagi mereka yang ingin menyegarkan badan dengan melakukan olahraga, yang dapat melenturkan tubuh, mengencangkan otot dan membuat tubuh menjadi kekar.

Seiring makin kompleksnya jenis aktivitas olahraga, kini pengertian Gym lebih jauh sebagai media yang menawarkan bermacam-macam solusi, mulai dari


(4)

konsultasi kesehatan, pemilihan olahraga yang tepat juga mencoba mengatasi permasalahan bentuk badan. Mereka yang mengikuti berbagai kegiatan di gymnastic ini memang mempunyai tujuan beraneka ragam. Ada yang ingin agar tubuhnya menjadi ramping, berotot, atau juga ingin supaya nampak atletis dan sedap dipandang. Namun, ada juga yang hanya ingin sekadar sehat jasmani, hobi, menghabiskan waktu luang, trend pergaulan bahkan ada yang sengaja berniat untuk mengangkat harga diri.

Pada akhirnya, nge-Gym kini menjadi trend gaya hidup dalam pergaulan masa kini. Jika sepuluh tahun yang lalu, nge-Gym atau fitness hanya dilakoni orang berduit karena mahal harganya, apalagi lokasinya berada di hotel bintang lima. Kondisi tersebut mulai bergeser dalam tahun-tahun belakangan ini. Bermunculan tempat fitness center untuk nge-Gym dengan konsep berbeda yang bisa dilakukan semua lapisan masyarakat karena harganya murah. Remaja, golongan mahasiswa, atau kaum dewasa muda terlihat mulai memenuhi sejumlah fitness center untuk nge-Gym. Fitness center tidak lagi menjadi ’daerah jajahan’ mereka yang berusia 40-an tahun.

Tak hanya itu, kegiatan nge-Gym juga tak hanya diisi oleh kaum adam, kaum perempuan pun mulai banyak mengikuti trend nge-Gym. Ya, bukan hal yang aneh dan tabu jika saat ini banyak perempuan yang datang nge-Gym untuk membentuk tubuhnya demi mendapatkan kebugaran maupun menurunkan berat badan. Tak hanya di akhir pekan, hampir setiap hari, terutama selepas jam kerja, pusat-pusat kebugaran di Kota Medan ramai dikunjungi kaum perempuan. Seperti yang terlihat di Celebrity Fitness yang berada di lantai 4 Sun Plaza Medan, saat ini nge-Gym bagi wanita bukan hanya senam dan melakukan gerakan di treadmill saja, tapi terkadang menggunakan alat untuk pembentukkan tubuhnya. Fitness atau nge-Gym juga menjadi ajang kumpul pertemanan sesama member sehingga trend baru dalam pergaulan gaya hidup yang sehat. Bagi para anggota ini, berolahraga di gym sudah menjadi gaya hidup sekaligus kebutuhan.

Disini, peneliti mencoba mengetahui bagaimana opini para pengunjung Celebrity Fitness dengan semakin maraknya Fitness Centre sebagai sebuah tren gaya hidup kaum urban di kota metropolitan. Opini adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan


(5)

informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi memberi makna pada stimuli inderawi (Rakhmat, 2005: 51). Pemilihan responden penelitian para pengunjung/member Celebrity Fitness Sun Plaza Medan dikarenakan mereka adalah kaum muda yang sangat aktif dan peduli dengan gaya hidup sehat dan metropolitan.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai opini pengunjung/member Celebrity Fitness Sun Plaza Medan terhadap Fitness Centre sebagai gaya hidup masyarakat modern di Kota Medan.

1.2 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari permasalahan yang telalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah :

a. Responden adalah para pengunjung/member Celebrity Fitness Sun Plaza Medan yang telah menjadi anggota ±6 bulan dan aktif mengikuti berbagai kelas gym di Celebrity Fitness yakni 3 kali seminggu.

b. Penelitian difokuskan kepada opini para pengunjung/member Celebrity Fitness Sun Plaza Medan terhadap adanya Fitness Centre sebagai bagian dari gaya hidup modern masyarakat kota Medan.

c. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2013-November 2013

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikemukan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana opini pengunjung/member terhadap Celebrity Fitness Sun Plaza Medan?

b. Bagaimanakah opini pengunjung/member Celebrity Fitness Sun Plaza Medan terhadap Fitness Centre sebagai gaya hidup masyarakat modern di Kota Medan?


(6)

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui opini pengunjung/member terhadap Celebrity Fitness Sun Plaza Medan.

b. Untuk mengetahui opini pengunjung/member Celebrity Fitness Sun Plaza terhadap fitness centre sebagai bagian dari gaya hidup modern masyarakat perkotaan khususnya kota Medan.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Secara akademik, penelitian ini disumbangkan kepada FISIP USU, khususnya Departemen Ilmu Komunikasi dalam rangka memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan.

b. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk memperkaya khasanah penelitian yang menggunakan teori komunikasi dan memperluas cakrawala pengetahuan peneliti serta mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU.

c. Secara praktis, penelitian ini diharapakan dapat memberikan masukan bagi fitness center terkait dan pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian ini.

                 


(7)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian yang akan disoroti (Nawawi, 2001:39-40). Kerlinger menyatakan teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004:6).

Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan adalah Komunikasi dan Komunikasi Massa, Televisi sebagai media massa, Teori S-O-R, Opini dan Opini publik/pengunjung serta gaya hidup.

2.1.1 Komunikasi

Istilah komunikasi berasal dari perkataan bahasa Inggris “communication” yang menurut Wilbur Schramm bersumber pada istilah Latin “communis” dalam bahasa Indonesia berarti “sama” dan menurut Sir. Gerald Barry “communicare” yang berarti “bercakap – cakap” (Effendy, 2005: 2). Jika kita berkomunikasi, berarti kita mengadakan kesamaan , dalam hal ini kesamaan dan pengertian makna. Menurut Hovland (Effendy, 2005: 2), komunikasi didefinisikan sebagai berikut:”proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang – perangsang (biasanya lambang – lambang dalam bentuk kata – kata) untuk merubah tingkah laku orang lain (komunikan)”.

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigm yang dikemukakan oleh Harold Laswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Laswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut : Who Says What in Which Channel To Whom With What Effect?


(8)

Paradigma Lasswell diatas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni :

 Komunikator (communicator)

Komunikator adalah seseorang atau sekelompok orang yang mulai memeberikan informasi kepad lawan bicaranya.

 Pesan (message)

Pesan merupakan seperangkat lambang yang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.

 Media (channel)

Media adalah saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan.

 Komunikan (communicant)

Komunikan (receiver) adalah seseorang atau sekelompok orang yang menerima pesan atau informasi dari komunikator.

 Efek (effect)

Efek adalah tanggapan atau seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan.

Berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. (Effendy, 2005: 10). Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain dengan mempergunakan lambang – lambang yang berarti, baik verbal maupun non verbal, yang dapat terjadi secara langsung atau dengan menggunakan media, dengan tujuan agar orang lain dapat mengerti atau memahami pesan yang disampaikan serta pada tahap selanjutnya komunikan tersebut mau melaksanakan isi pesan yang disampaikan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan komunikasi massa sebagai teori pendukung.


(9)

2.1.2 Definisi Komunikasi Massa

Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner, yakni komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang (Mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus mengunakan media massa (Ardianto, 2004: 3).

Ahli komunikasi massa lainnya Joseph A.Devito merumuskan definisi komunikasi masa yang pada intinya merupakan penjelasan tentang massa serta tentang media yang digunakannya. Devito mengemukakan definisinya dalam dua item yakni yang pertama adalah komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio atau visual. (Ardianto, 2004: 6).

Salah satu persoalan didalam negeri ini didalam memberi pengertian komunikasi, yakni banyaknya definisi yang telah dibuat oleh pakar menurut bidang ilmunya. Hal ini dikarenakan banyaknya disiplin ilmu yang telah memberi masukan kepada perkembangan ilmu komunikasi, miaslnya psikologi, antropologi, ilmu manajemen, ilmu politik, linguistik, matematika dan lain-lain. Sebuah definissi yang singkat dibuat oleh Harold D Laswell, cara tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab “Siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya” (Cangara, 2004:18).

Jika kita berada dalam situasi komunikasi, maka kita memiliki beberapa kesamaan dengan orang lain, seperti kesamaan bahasa atau kesamaan arti dari simbol-simbol yang digunkan dalam berkomunikasi, apa yang dinamakan Wilbur Schramm “Frame of Reference “ atau kerangka acuan, yakni panduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings). Schramm menyatakan bahwa field of experience atau bidang pengalaman merupakan faktor yang amat penting untuk terjadinya komunikasi. Apabila bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung dengan lancar. Sebaliknya jika pengalaman komunikan tidak sama dengan


(10)

pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain, atau dengan kata lain situasi menjadi tidak komunikatif. (Effendy, 2003:30-31).

Banyak definisi komunikasi massa yang telah dikemukakan para ahli komunikasi. Banyak ragam dan titik tekan yang dikemukakan. Akan tetapi dari sekian banyak definisi yang ada terdapat benang merah dar kesamaan definisi satu sama lain, dan bahkan definisi-definisi itu sama lain saling melengkapi.

Ciri-ciri komunikasi massa antara lain: 1. Komunikator bersifat melembaga.

Komunikator dalam komunikasi massa itu bukan satu orang, tetapi kumpulan orang-orang. Artinya gabungan antara berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Didalam komunikasi massa, komunikator adalah lembaga media massa itu sendiri. Itu artinya, komunikatornya bukan orang per orang. Menurut Alexis S Tan (1981) komunikator dalam komunikasi massa adalah organisai sosial yang mampu memproduksi pesan dan mengirimkanya secara serempak ke sejumlah khalayak yang banyak dan terpisah. Komunikator dalam komunikasi massa biasanya adalah media massa (surat kabar, televisi, stasiun radio, majalah dan penerbit buku. Media massa disebut sebagai organisasi sosial karena merupakan kumpulan beberapa individu yang dalam proses komunikasi massa tersebut. (Nurudin, 2004:16-18).

2. Komunikan bersifat anonim dan heterogen.

Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen, artinya pengguna media itu beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial, tingkat ekonomi, latar belakang budaya, punya agama atau kepercayaan yang tidak sama pula. Selain itu dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim) karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. (Ardianto, 2004:9).

3. Pesan bersifat umum.

Pesan-pesan dalam komunikasi massa itu tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan itu ditujukan kepada khalayak yang plural. Oleh karena itu pesan-pesan yang dikemukakan tidak boleh bersifat khusus. Khusus disini memilki arti pesan itu memang tidak disengaja untuk golongan tertentu. Kita bisa melihat televisi misalnya, karena televisi itu ditujukan dan untuk dinikmati orang banyak, maka pesannya harus bersifat umum. Misalnya dalam pemlihan kata-katanya sebisa mungkin memakai kata-kata populer, bukan kata-kata ilmiah sebab kata-kata ilmiah itu hanya ditujukan untuk kelompok tertentu.

4. Komunikasinya berlangsung satu arah.

Karena komunikasi massa itu melalui media massa , maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan dan komunikanpun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antarpribadi. Dengan demikian


(11)

5. Menimbulkan keserempakan.

Dalam komunikasi massa itu ada keserempakan dalam proses penyebaran pesan-pesannya. Serempak disini berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan. Effendi (2000), mengartikan keserempakan media massa itu ialah kontak denagn sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah.

6. Mengandalkan peralatan teknis.

Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis adalah sebuah keniscayaan yang sangat dibutuhkan media massa tak lain agar proses pemancaran atau penyebaran pesannya bisa lebih cepat dan serentak kepada khalayak yang tersebar.

7. Dikontrol oleh Gatekeeper.

Gatekeeper atau yang sering disebut dengan penjaga gawang adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa.

Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau

mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semau informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami. Gatekeeper juga berfungsi untuk menginterpretasikan pesan, menganalisis, menambah atau mengurangi pesan-pesannya. Intinya adalah pihak yang ikut menentukan pengemasan sebuah pesan dari media massa. Keberadaan gatekeeper sama pentingnya dengan peralatan mekanis yang harus dipunyai media dalam komunikasi massa. Oleh karena itu, gatekeeper menjadi keniscayaan keberadaannya dalam media massa dan menjadi salah satu cirinya. (Nurudin, 2004:16-30).

Komunikasi adalah bentuk komunikasi yang mengutamakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara misal, berjumlah banyak, sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu. Selain itu pesan yang disampaikan cenderung terbuka dan mencapai khalayak dengan serentak. Untuk memahami proses komunikasi massa perlu dilakukan pemahaman dengan bentuk analisis makro dan analisis mikro, walaupun pada akhirnya memiliki hasil yang sama dengan alasan khalayak menggunakan media. Joseph R. Dominick (dalam Nurudin, 2004:43) menyatakan bahwa motif memilih media adalah:

1. Congnition (Pengamatan)

Media digunakan sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan masyarakat terhadap pengetahuan dan wawasan bahkan beberapa masyarakat menggunakan media untuk membangkitkan ide.

2. Diversion (Diversi)

Media digunakan sebagai sarana untuk relax dan memuaskan kebutuhan secara emosional bahkan bisa membangkitkan semangat setelah begitu jenuh dari rutintas hidup sehari-hari.


(12)

3. Social Utility (Kegunaan Sosial)

Media digunakan sebagai alat untuk mempererat kontak atau hubungan dengan teman, keluarga, dan masyarakat, misalnya membahas cerita hangat yang sedang terjadi dengan keluarga. 4. Withdraw (Menarik)

Media juga digunakan sebagai alas an untuk tidak melakukan tugas dan untuk menjaga privacy agar tidak diganggu orang lain.

5. Linkage (Pertalian)

Media massa dapat menyatukan khlayak yang beragam sehingga membentuk suatu pertalian yang berdasarkan minat dan kepentingan yang sama.

2.1.3 Definisi Televisi

Menurut Effendy (2005:21) yang dimaksud dengan televisi adalah televisi siaran yang merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yang berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, Sasarannya menimbulkan keserempakan, dan komunikasinya bersifat heterogen. Komunikasi massa dengan media televisi merupakan proses komunikasi atara komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu televisi. Kelebihan media televisi terletak pada kekuatannya menguasi jarak dan ruang, sasaran yang dicapai untuk mencapai untuk mencapai massa cukup besar. Nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan sangat cepat. Menurut Effendy (2005: 23), seperti halnya media massa lain, televisi mempunyai tiga fungsi pokok berikut:

1. Fungsi Penerangan (The information function)

Televisi mendapat perharian yang besar dikalangan masyarakat karena dianggap sebagai media yang mampu menyiarkan informasi yang sangat memuaskan. Hal ini didukung oleh dua faktor, yaitu :

a. Immediacy (Kesegaran)

Pengertian ini mencakup langsung dan peristiwa yang disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh pemirsanya pada saat peristiwa itu berlangsung.

b. Realism (Kenyataan)

Ini berarti televisi menyiarkan informasinya secara audio dan visual melalui perantaraan mikrofon dan kamera sesuai dengan kenyataan. 2. Fungsi Pendidikan (The educational function)

Sebagai media massa, televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak secara simultan dengan makna pendidikan, yaitu meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat. Siaran televisi menyairkan acara-acara tersebut secara teratur, misalnya pelajaran bahasa, matematika, ekonomi, politik dan sebagainya.


(13)

3. Fungsi hiburan (The entertainment function)

Sebagai media yang melayani kepetingan masyarakat luas, fungsi hiburan yang melekat pada televisi tampaknya lebih dominan dari fungsi lainnya. Fungsi hiburan ini amat penting, karena ia menjadi salah satu kebutuahn manusia untuk mengisi waktu mereka dari aktivitas diluar rumah.

Bersamaan dengan jalannya proses penyampaian isi pesan media televisi kepada pemirsa, maka isi pesan itu juga akan diinterpretasikan secara berbeda-beda menurut visi pemirsa serta efek yang ditimbulkan juga beraneka ragam. Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi pesan acara televsi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi dan kondisi pemirsa saat menonton televisi (Kuswandi, 1996: 99).

Tayangan televisi dapat diartikan sebagai adanya suatu pertunjukan acara yang ditampilkan atau disiarkan melalui media massa televisi. Tayangan tersebut bisa bersifat hiburan, informasi, ataupun edukasi seperti tayangan mengenai pendidikan. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering memperoleh berbagai pengalaman. Hal ini dikarenakan terintegrasinya kelima indra yang kita miliki, tetapi dengan menonton audiovisual, akan mendapatkan 100% dari informasi yang diperoleh sebelumnya. Ini sebagai akibat timbulnya pengalaman tiruan (Stimulated Experinence) dari media audiovisual tadi.

Agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh khalayak sasaran perlu diperhatikan faktor-faktor seperti pemirsa, waktu, durasi dan metode penyajian: 1. Pemirsa

Sesunggguhnya dalam bentuk komunikasi dengan menggunakan media apapun, komunikator akan menyesuaikan pesan dengan latar belakang komunikannya. Namun untuk media elektronik faktor pemirsa perlu mendapat perhatian lebih. Hal ini tentu saja berkaitan dengan kebutuhan pemirsa, minat, materi pesan, dan jam penayangan suatu acara.

2. Waktu

Setelah komunikator mengetahui kebutuhan, minat dan kebiasaan pemirsa, langkah selanjutnya adalah menyesuaikan waktu penayangannya. Pertimbangannya adalah agar setiap acara yang ditayangkan dapat secara proporsioanl diterima oleh khalayak atau sasaran yang dituju. Untuk acara yang khlayaknya anak-anak tentu saja diitayangkan mulai sore hari sampai sekitar jam


(14)

delapan malam. Hal ini tentu saja memperhatikan kegiatan anak yang pada pagi sampai siang hari melakukan aktivitasnya disekolah.

3. Durasi

Durasi berkaitan dengan waktu, yakni jumlah menit dalam setiap penayangan suatu acara. Ada yang berdurasi 30 menit, biasanya untuk kuis dan acara infotainment, yang berdurasi satu jam biasanya untuk acara talkshow ataupun berita. Untuk acara film ataupun sinetron biasanya durasi waktu yang dibutuhkan adalah satu sampai dua jam. Hal ini juga berkaitan dengan kebutuhan pemirsa terhadap suatu acara yang ingin ditontonnya.

4. Metode Penanyangan.

Metode penyajian suatu acara berhubungan dengan daya tarik acara itu sendiri agar tidak menimbulkan kejenuhan bagi pemirsa. Misalkan suatu acara yang bersifat berita ataupun informasi agar menembah daya tariknya. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering memperoleh berbagai pengalaman. Hal ini dikarenakan terintegrasinya kelima indera yang kita miliki, tetapi dengan menonton audiovisual akan mendapatkan 10% dari informasi yang diperoleh sebelumnya. Ini sebagai akibat timbulnya pengalaman tiruan (Stimulated Experience) dar media audiovisual tadi.

2.1.3.1 Televisi sebagai media komunikasi massa

Media massa merupakan saluran atau media yang digunakan untuk mengadakan komunikasi dengan massa. Yang termasuk media disini adalah televisi, surat kabar, majalah, radio, dan film. Media massa dapat digolongkan sebagai media elektronik dan media cetak keseluruhannya sering juga disebut pers.

Televisi adalah salah satu bentuk media komunikasi massa yang selain mempunyai daya tarik yang kuat, disebabkan unsur-unsur kata, musik, sound, effect, juga memiliki keunggulan yaitu unsur visual berupa gambar hidup yang dapat menimbulkan pengalaman bagi pemirsanya. (Effendy, 2005: 192)

Menurut sosiologi Maarshal Luhan, kehadiran televisi membuat dunia menjadi “Desa Global” yaitu suatu masyarakat dunia yang batasannya diterobos oleh media televisi (Kuswandi, 1996: 20). Ciri-ciri televisi antara lain (Effendy,


(15)

1. Berlangsung satu arah 2. Komunikasi melembaga 3. Pesannya bersifat umum

4. Sasarannya menimbulkan keserempakan 5. Komunikasi bersifat heterogen

2.1.3.2 Daya Tarik Televisi

Televisi mempunyai daya tarik yang kuat. Jika radio mempunyai daya tarik yang kuat disebabkan unsur kata-kata, musik dan sound effect, maka TV selain ketiga unsur tersebut juga memiliki unsur visual berupa gambar. Dan gambar ini bukan gambar mati, melainkan gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan mendalam pada pemirsa. Daya tarik ini selain melebihi radio, juga melebihi film bioskop, sebab segalanya dapat dinikmati di rumah dengan aman dan nyaman. Selain itu, TV juga dapat menyajikan berbagai program lainnya yang cukup variatif dan menarik untuk dinikmati masyarakat (Effendy, 2003 : 177).

2.1.3.3 Program Televisi

Pengaruh televisi terhadap sistem komunikasi tidak pernah lepas dari pengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Menurut Prof. Dr. R. Mar’at acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi, dan perasaan bagi para penontonnya. Hal ini disebabkan oleh pengaruh psikologis dari televisi itu sendiri, di mana televisi seakan-akan menghipnotis pemirsa, sehingga mereka telah hanyut dalam keterlibatan akan kisah atau peristiwa yang disajikan oleh televisi (Effendy, 2003 : 122).

Menurut Frank Jefkins (Jefkins, 2003 : 105), televisi memiliki sejumlah karakteristik khusus dan program acara, yaitu :

1. Selain menghasilkan suara, televisi juga menghasilkan gerakan, visi dan warna.

2. Pembuatan program televisi lebih mahal dan lama.

3. Karena menghandalkan tayangan secara visual, maka segala sesuatu yang tampak haruslah dibuat semenarik mungkin.


(16)

Sedangkan program acara televisi, terdiri dari :

1. Buletin berita nasional, seperti: siaran berita atau bulletin berita regional yang dihasilkan oleh stasiun-stasiun televisi swasta lokal.

2. Liputan-liputan khusus yang membahas tentang berbagai masalah aktual secara lebih mendalam.

3. Program-program acara olahraga, baik olahraga di dalam atau di luar ruangan, yang disiarkan langsung atau tidak langsung dari dalam negeri atau luar negeri.

4. Program acara mengenai topik khusus yang bersifat informatif, seperti : acara memasak, berkebun, dan acara kuis.

5. Acara drama, terdiri dari: sinetron, sandiwara, komedi, film, dan lain sebagainya.

6. Acara musik, seperti konser musik pop, rock, dangdut, klasik, dan lain sebagainya.

7. Acara bagi anak-anak, seperti : film kartun.

8. Acara keagamaan, seperti : siraman rohani, acara ramadhan, acara natal, dan lain sebagainya.

9. Program acara yang membahas tentang ilmu pengetahuan dan pendidikan. 10.Acara bincang-bincang atau sering disebut talkshow.

2.1.3.4 Acara Televisi

Acara televisi atau program televisi merupakan acara-acara yang ditayangkan oleh stasiun televisi. Secara garis besar, Program TV dibagi menjadi program berita dan program non-berita. Jenis program televisi dapat dibedakan berdasarkan format teknis atau berdasarkan isi. Format teknis merupakan format-format umum yang menjadi acuan terhadap bentuk program televisi seperti talk show, dokumenter, film, kuis, musik, instruksional dan lainnya. Berdasarkan isi, program televisi berbentuk berita dapat dibedakan antara lain berupa program hiburan, drama, olahraga, dan agama. Sedangkan untuk program televisi berbentuk berita secara garis besar dikategorikan ke dalam "hard news" atau berita-berita mengenai peristiwa penting yang baru saja terjadi dan "soft news" yang mengangkat berita bersifat ringan. Dalam hal ini, program yang dibahas


(17)

adalah tentang program hiburan yang mengusung tentang trend berolahraga di kalangan masyarakat urban di berbagai pusat kebugaran di kota besar di dunia, yang pada akhirnya berujung pada pola gaya hidup terbaru warga kota besar di Indonesia.

.

2.1.3.5 Dampak Acara Televisi

Media televisi sebagaimana media massa lainnya berperan sebagai alat informasi, hiburan, kontrol sosial, dan penghubung wilayah secara strategis. Bersamaan dengan jalannya proses penyampaian isi pesan media televisi kepada pemirsa, maka isi pesan itu juga akan diinterpretasikan secara berbeda-beda menurut visi pemirsa. Serta dampak yang ditimbulkan juga beraneka ragam.

Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi pesan acara televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situasi dan kondisi pemirsa pada saat menonton televisi. Dengan demikian apa yang diasumsikan televisi sebagai suatu acara yang penting untuk disajikan bagi pemirsa, belum tentu penting bagi khalayak. Ada tiga dampak yang ditimbulkan dari acara televisi terhadap pemirsa :

1. Dampak kognitif yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa.

2. Dampak peniruan yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang ditayangkan televisi.

3. Dampak perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa sehari-hari (Kuswandi, 1996:99).


(18)

2.1.4 Teori S-O-R

Teori S-O-R merupakan singkatan dari Stimulus-Organism-Response yang semula berasal dari psikologi. Menurut stimulus respon ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi yang bersifat khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan (Effendy, 2003 : 254). Jadi, unsur-unsur dalam model ini adalah:

a. Pesan (stimulus, S)

b. Komunikan (Organism, O) c. Efek (Response, R)

Prinsip teori ini pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimuli tertentu. Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula.

Adapun teori S-O-R ini juga merupakan model penelitian yang beranjak dari anggapan bahwa organisme akan menghasilkan perilaku atau reaksi tertentu jika diberikan suatu kondisi stimulus tertentu kepadanya. Efek yang timbul adalah reaksi terhadap stimulus tersebut, sehingga seseorang dapat mengharapkan kesesuaian antara pesan dengan reaksi komunikan. Elemen-elemen utama dari model ini adalah pesan (stimulus), penerima (organisme), dan efek (respon).

Asumsi stimulus respon mengacu kepada isi media massa sebagai stimulus yang diberikan kepada individu yang menghasilkan respon tertentu yang sesuai dengan stimulus yang diberikan. Dalam proses perubahan sikap yang akan dialami oleh komunikan, sikapnya akan berubah jika stimulus yang menerpanya benar-benar melebihi apa yang pernah ia alami.

Prof. Dr. Mar’at (Effendy, 2003 : 255) dalam bukunya ”Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya, mengutip pendapat Hovland, Janis, dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu:

a. Perhatian : suatu proses penyeleksian stimulus yang akan diproses dalam kaitan dengan pengalaman.


(19)

Organisme : Perhatian Pengertian Penerimaan Stimulus

Respon

c. Penerimaan : daya tarik yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianggap penting oleh khalayak.

Berdasarkan uraian di atas, maka proses komunikasi dalam teori S-O-R ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Model S-O-R

Sumber : Effendy, 2003 : 56

Gambar di atas menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap (Effendy, 2003 : 255).

Sehubungan dengan penjelasan di atas, teori S-O-R dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

- Stimulus : Berbagai informasi mengenai tren pusat kebugaran di media -Organism : Pengunjung/member Celebrity Fitness Sun Plaza Medan

-Response : Opini mengenai fitness center sebagai bagian dari tren gaya hidup masyarakat urban


(20)

Jika disederhanakan lagi maka dapat disebutkan bahwa model S-O-R yaitu merupakan stimulus yang akan ditangkap oleh organisme khalayak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti dan menerima.

2.1.5 Opini dan Opini Publik

2.1.5.1 Istilah Opini publik/pengunjung

Public Opinion dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan dengan “pendapat umum“, dengan demikian public diterjemahkan dengan “umum“ sedangkan opinion dialihbahasakan dengan “pendapat“. Dalam Ilmu Komunikasi terdapat istilah lain yaitu public relations yang umumnya diterjemahkan dengan “hubungan masyarakat“, dalam hal ini public diterjemahkan dengan “masyarakat“, sedangkan relations diterjemahkan dengan “hubungan“.

Istilah masyarakat sudah digunakan untuk mengalihbahasakan “society“. Pengertian aslinya dalam bahasa Inggris baik untuk pengertian “public“ pada public opinion maupun pada public relations, mempunyai arti yang sama, sedangkan dalam bahasa Indonesia pengertian umum dan masyarakat mempunyai arti yang berbeda. Dengan demikian akan cukup membingungkan bila public opinion kita terjemahkan dengan pendapat umum di lain pihak public relations juga kita alih bahasakan dengan hubungan masyarakat, apalagi bila diingat bahwa apa yang dimaksud dengan istilah “umum“ dalam bahasa Indonesia masih kurang jelas. Terutama sekali kalau diingat bahwa public relations ada kata (s) dibelakangnya yang dalam bahasa Inggris mempunyai arti jamak, sehingga yang lebih tepat adalah hubungan-hubungan. Namun demikian terjemahan tersebut dari public opinion menjadi pendapat umum dan public relations dengan hubungan masyarakat rupanya telah diterima secara luas.

Adapun cara mengetahui adanya opini publik/pengunjung, dapat diketahui pada tahun 1963, Indonesia berkonfrontasi dengan Belanda mengenai Irian Barat. Di radio, surat kabar, rapat-rapat umum, pidato-pidato, ceramah-ceramah dan

lain-lain orang membicarakan tentang Irian Barat. Pada umumnya pembicara-pembicara itu cenderung kepada pendapat bahwa Irian


(21)

merebutnya kembali, dan hal inilah yang menjadikan bahwa pendapat-pendapat

itu sangatlah penting dikarenakan dapat mengambil suatu keputusan bersama. Gejala demikian biasanya disebut public opinion atau opini

publik/pengunjung. Adapun dari gejala tersebut diatas, dapat diketahui bahwa adanya pengertian tentang pendapat itu sama dengan opinion, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Selalu diketahui dari pernyataan-pernyataan.

b. Merupakan sintesa atau kesatuan dari banyak pendapat. c. Mempunyai pendukung dalam jumlah yang besar.

Adapun ciri-ciri tersebut misalnya pendapat mengenai demonstrasi atau unjuk pendapat yang dilakukan oleh mahasiswa dinyatakan dalam berbagai media massa terutama surat kabar dan radio. Pendapat-pendapat tersebut akhirnya merupakan suatu sintesa yakni bahwa masyarakat kita menyetujui gerakan atau unjuk pendapat yang dilakukan oleh mahasiswa tersebut. Akhirnya aksi-aksi yang digerakkan oleh mahasiswa itu mempunyai pendukung yang lebih besar.

2.1.5.2 Pengertian Opini publik/pengunjung

Opini yang berarti tanggapan ataupun pendapat merupakan suatu jawaban terbuka terhadap suatu persoalan ataupun isu. Menurut Cutlip dan Center (Sastropoetro, 1990 : 41), opini adalah suatu ekspresi tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial. Opini timbul sebagai hasil pembicaraan tentang masalah yang kontroversial, yang menimbulkan pendapat yang berbeda-beda.

Menurut Bernard Berelson dalam tulisannya berjudul “Communication

and Public Opinion” (Komunikasi dan Pendapat/Opini publik/pengunjung)

mengemukakan bahwa dengan pendapat publik/pengunjung diartikan people’s response atau jawaban rakyat (persetujuan, ketidaksetujuan/penolakan atau sikap acuh tak acuh) terhadap issue-issue/hal-hal yang bersifat politis dan sosial yang memerlukan perhatian umum, seperti hubungan internasional, kebijaksanaan dalam negeri, pemilihan (umum) untuk calon-calon, dan hubungan antar kelompok etnik (Sastropoetro, 1990 : 55).


(22)

Menurut Emory. S. Bagardus, bahwa publik/pengunjung adalah sejumlah orang yang dengan suatu acara mempunyai pandangan yang sama mengenai suatu masalah atau setidak-tidaknya mempunyai kepentingan yang bersama dalam sesuatu hal (Soenarjo, 1995 : 20). Menurut Cutlip dan Center dalam bukunya

“Effective Public Relation”, opini publik/pengunjung adalah suatu hasil

penyatuan dari pendapat individu-individu tentang masalah umum (Sastropoetro, 1990 : 52).

2.1.5.3 Proses Pembentukan Opini publik/pengunjung

George Carslake Thompson dalam “The Nature of Public Opinion“ (Sastropoetro, 1990 : 106) mengemukakan bahwa dalam suatu publik/pengunjung yang menghadapi issue dapat timbul berbagai kondisi yang berbeda-beda, yaitu :

1. Mereka dapat setuju terhadap fakta yang ada atau mereka pun boleh tidak setuju.

2. Mereka dapat berbeda dalam perkiraan atau estimation, tetapi juga boleh tidak berbeda pandangan.

3. Perbedaan yang lain ialah bahwa mungkin mereka mempunyai sumber data yang berbeda-beda.

Hal-hal yang diutarakan itu merupakan sebab timbulnya kontroversi terhadap

issue-issue tertentu. Selanjutnya dikemukakannya bahwa orang-orang yang

mempunyai opini yang tegas, mendasarkannya kepada rational grounds atau alasan-alasan yang rasional yang berarti “dasar-dasar yang masuk akal dan dapat dimengerti oleh orang lain“. Jadi, seperti telah dikemukakan terlebih dahulu dan perlu diulangi kembali ialah bahwa ada tiga sebab yang menimbulkan adanya suatu perbedaan pendapat, yaitu :

1. Perbedaan pandangan terhadap fakta.

2. Perbedaan perkiraan tentang cara-cara terbaik untuk mencapai tujuan. 3. Perbedaan motif yang serupa guna mencapai tujuan.

Dasar-dasar rasional yang berhubungan dengan ketiga sebab tadi berarti disebabkan oleh perbedaan-perbedaan itu, maka timbul kehati-hatian dalam pandangan agar mencapai suatu keserasian bagi terbentuknya suatu ekstraksi pendapat yang menguntungkan.


(23)

Kemudian, dalam hubungannya dengan penilaian terhadap suatu opini publik/pengunjung, perlu diperhitungkan empat pokok, yaitu :

1. Difusi, yaitu apakah pendapat yang timbul merupakan suara terbanyak, akibat adanya kepentingan golongan.

2. Persistence, yaitu kepastian atau ketetapan tentang masa berlangsungnya issue karena disamping itu, pendapat pun perlu diperhitungkan.

3. Intensitas, yaitu ketajaman terhadap issue.

4. Reasonableness atau suatu pertimbangan-pertimbangan yang tepat dan beralasan.

Dari tahapan-tahapan pembentukan pendapat tersebut dapatlah dibayangkan bahwa dalam proses itu telah timbul pro dan kontra atau setuju dan tidak setuju. Semua itu disebabkan oleh kerangka pengetahuan dan pengalaman masing-masing orang yang berada di dalam publik/pengunjung itu berbeda-beda. Disamping itu, sifat orang-orang yang bersangkutan pun berbeda-beda juga, belum lagi kemampuan yang menyangkut pengutaraan pendapat atau isi hatinya.

2.1.5.4 Kekuatan Opini publik/pengunjung

Telah dikemukakan bahwa opini publik/pengunjung atau pendapat publik/pengunjung sebagai suatu kesatuan pernyataan tentang suatu hal yang bersifat kontroversial, merupakan suatu penilaian sosial atau social judgement. Oleh karena itu, maka pada pendapat publik/pengunjung melekat beberapa kekuatan yang sangat diperhatikan :

a. Opini publik/pengunjung dapat menjadi suatu hukuman sosial terhadap orang atau sekelompok orang yang terkena hukuman tersebut. Hukuman sosial menimpa seseorang atau sekelompok orang dalam bentuk rasa malu, rasa dikucilkan, rasa dijauhi, rasa rendah diri, rasa tak berarti lagi dalam masyarakat, menimbulkan frustasi sehingga putus asa, dan bahkan ada yang karena itu lalu bunuh diri atau mengundurkan diri dari jabatannya.

b. Opini publik/pengunjung sebagai pendukung bagi kelangsungan berlakunya norma sopan santun dan susila, baik antara yang muda dengan yang lebih tua maupun antara yang muda dengan sesamanya.


(24)

c Opini publik/pengunjung dapat mempertahankan eksistensi suatu lembaga dan bahkan bisa juga menghancurkan suatu lembaga.

d. Opini publik/pengunjung dapat mempertahankan atau menghancurkan suatu kebudayaan.

e. Opini publik/pengunjung dapat pula melestarikan norma sosial.

2.1.6 Gaya Hidup

Teori gaya hidup (lifestyle theory) adalah teori yang menyebutkan bahwa tidak semua orang memiliki gaya hidup yang sama, setiap orang memiliki gaya hidup yang berbeda diantara beberapa gaya hidup itu telah memaparkan bahwa banyak orang yang memiliki resiko dari pada gaya hidup lainnya. Teori gaya hidup ini dikembangkan oleh Hindelang, Gottfredson dan Garafalo yang berarti berbicara tentang pola hidup atau kegiatan rutin yang dilakukan dalam kehidupan sehari -hari. Gaya hidup ini dipengaruhi oleh perbedaan umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pendapatan keluarga dan ras yang berkaitan dengan rutinitas sehari-hari yang rentan terhadap resiko-resiko untuk melakukan kejahatan. Gaya hidup ini sangat berpengaruh pada frekuensi orang berinteraksi dengan jenis gaya hidup tertentu.

Sebuah teori serupa yang dikembangkan oleh Kennedy dan Forde (1990) menunjukkan bahwa latar belakang dan karakteristik dari aktivitas sehari-hari berpengaruh pada waktu yang diluangkan dalam gaya hidup yang beresiko dimana gaya hidup tersebut akan membawa orang kejalan yang lebih berbahaya lagi. Sementara itu menurut Sampson dan Wooldredge (1987) menyatakan seseorang dapat menjadi korban terhadap sebuah gaya hidup apabila mereka terus–menerus berinteraksi dengan kelompok yang memiliki potensi membahayakan dimana seseorang tersebut memiliki pertahanan diri yang lemah

Gaya hidup atau dengan bahasa yang lebih memasyarakat disebut dengan istilah lifestyle merupakan suatu nuansa yang akrab pada pendengaran kita dan langsung dapat kita narasikan dengan hal-hal yang bersifat glamor, kemewahan atau bahkan hedonisme, walaupun tidak semua lifestyle itu lekat dengan keaadaan


(25)

seperti itu, tetapi kenyataannya bahwa asumsi masyarakat tentang kata lifestyle yang identik dengan nilai hura-hura atau negatif.

Suatu fenomena baru yang ditemukan dalam kehidupan masyarakat kita, tepatnya pada kalangan kaum muda-mudi dengan maraknya menjadi member di pusat kebugaran. Akrabnya kaum ini dengan dunia gym ini menjadikan sarana komunikasi sebagai simbol atau bagian dari atribut untuk memenuhi gaya hidup mereka (Garret, 2003 :19). Dalam kamus bahasa Indonesia kata gaya itu sendiri dapat diartikan sebagai cara yang benar dan khusus ( Irianto, 2004:98) sedangkan hidup adalah bernyawa atau tidak mati (Irianto, 2004:102), jadi jika disatukan maka gaya hidup merupakan cara yang dilakukan oleh orang yang tidak mati atau manusia. Namun Garret (2003:57) menekankan bahwa gaya hidup lebih tertuju kepada cara-cara hidup yang dianggap benar yang menjadi ciri khas dari suatu kelompok dalam tatanan hidup manusia dan umumnya ini ditemukan pada masyarakat perkotaan. Hal ini dikarenakan terdapatnya kelompok-kelompok pergaulan yang terdapat dalam kehidupan masyrakat perkotaan seperti; kaum sosialita, para pekerja, kelompok usia remaja, anak-anak dan orangtua.

Adapun unsur dan sifat yang khas dalam konsep gaya hidup ini dikarenakan hal tersebut tidak lazim untuk digunakan sebagai menginformasikan hal yang bersifat universal, melainkan untuk menginformasikan sesuatu yang khusus, sehingga secara tak langsung mengandung sifat membandingkan. Misalnya, adanya istilah gaya hidup yang berbeda, yakni masa kini dan sebelumnya, demikian halnya dengan gaya hidup kaum selebriti yang dianggap benar oleh kalangan mereka, sehingga terdapat kecenderungan untuk menerapkannya dalam kehidupan awam.

Istilah gaya hidup berkaitan erat dengan budaya, kedua istilah tersebut mengindikasikan cara hidup yang lazim dijalani dan diterapkan dalam kehidupan manusia sehingga menjadi kebiasaan sekaligus ciri tersendiri. Misalnya istilah budaya pop atau populer menjadi istilah untuk menyatakan budaya yang dominan. Hal ini menerangkan bahwa gaya hidup memiliki cakupan yang luas, yaitu meliputi sisi kehidupan seseorang, jika dilihat dari berbagai aspek maka gaya hidup itu bisa saja meliputi aspek ekonomi, politik, sosial bahkan kehidupan keluarga.


(26)

Gaya hidup ini juga mencakup kepada pola konsumsi, dengan demikian istilah ini sering dihubungkan dengan dunia mode sehingga memiliki kecenderungan dengan spesifikasi akan identitas diri. Kecenderungan inilah yang mengakibatkan terbentuknya kelompok-kelompok yang memiliki ciri khas tersendiri tersebut, yang mana kecenderungan yang telah menjadi kelompok tersebut akan meluas menjadi interaksi dalam pergaulan yang khusus, dan biasanya terbentuk oleh adanya kesamaan minat, tujuan, profesi dan lain sebagainya (Garret, 2003:60).

Engel (2003:308) mengemukakan bahwa gaya hidup adalah sesuatu yang berada di luar dari kepribadian. Gaya hidup adalah konsep yang kontemporer, lebih komprehensif dan lebih berguna daripada kepribadian atau dengan kata lain gaya hidup merupakan pola di mana orang hidup dan menghabiskan waktu serta uang. Gaya hidup adalah fungsi motivasi konsumen dan pembelajaran sebelumnya.

Jadi jelasnya apa yang dimaksud dengan gaya hidup ini sangat identik sekali dengan kata trend, yaitu bentuk aktivitas pada kelompok tertentu dalam rangka memperoleh pengakuan dari pihak lain yang berada di luar kelompoik sosial tertentu pasti menjadi bahasa kebanyakan orang untuk menyebutkan bahwa itu adalah gaya hidup kelompok tersebut. Gaya hidup yang akan diteliti disini adalah tren gaya hidup kaum urban yang berolahraga di berbagai pusat kebugaran yang berlokasi di tempat-tempat hiburan seperti mall.

2.1.7 Penelitian Terdahulu

Berikut ini ada beberapa penelitian dari luar negeri dan juga dalam negeri yang menceritakan tentang opini dan juga gaya hidup. Pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Siti Zaleha Shafi’e & Fariza Md. Sham di Malaysia pada tahun 2013. Gaya hidup merupakan satu ciri tingkah laku dalam diri individu yang terdapat di dalamnya beberapa elemen iaitu hubungan sosial, penggunaan, hiburan dan cara berpakaian yang menjadi kelaziman dan tindakan berdasarkan logik. Gaya hidup yang diamalkan adalah melambangkan kepada sikap, nilai dan pandangan individu. Justru, gaya hidup ialah cara untuk memupuk konsep diri serta melambangkan kebudayaan yang menonjolkan satu identiti pribadi. Dengan


(27)

ini, satu kajian literatur terhadap gaya hidup dalam kalangan remaja sekolah dibuat. Kajian ini adalah bertujuan untuk menyingkap konsep berkenaan gaya hidup dari sudut pandangan para sarjana, menganalisis teori-teori gaya hidup yang telah dikeluarkan oleh sarjana Islam dan Barat serta perbedaannya dan mengkaji bentuk-bentuk serta faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup remaja.

Secara keseluruhan, kajian ini adalah tertumpu kepada konsep gaya hidup. Untuk tujuan ini, kajian secara kepustakaan telah dilakukan iaitu kajian secara analisis kandungan yang melibatkan pencarian bahan-bahan seperti buku-buku, kertas kerja, jurnal, laporan tesis dan artikel. Kajian kepustakaan digunakan dalam kajian ini bagi membolehkan pengkaji mendapat pengetahuan dan kefahaman yang mendalam dari aspek teorikal yang menjadi fokus kajian. Hasil kajian menemukan konsep sebenar gaya hidup dan terdapat beberapa kaitan antara teori gaya hidup yang dikeluarkan oleh para sarjana Islam dan para sarjana Barat. Ini karena, para sarjana Islam berpegang kepada teori gaya hidup Islam yang berlandaskan kepada al-Quran dan al-Sunnah. Manakala, sarjana Barat berpegang kepada gaya hidup yang berdasarkan kepada kegiatan, minat dan pendapat individu. Justru, kajian ini menemui konsep dan teori gaya hidup Islam dan Barat yang jelas perbedaannya agar ia menjadi satu garis panduan dan memberi sumbangan terhadap bidang ilmu.

Penelitian berikutnya masih dilakukan oleh mahasiswa dari luar negeri yakni oleh Jac Brown dan Doug Graham pada tahun 2008. Penelitian ini berkaitan dengan kepuasan akan bentuk tubuh pada pria yang aktif dalam kegiatan gym di pusat kebugaran, sebuah ekplorasi dari seksualitas, gender dan juga narsisme. Penelitian ini bersifat membandingkan antara 80 orang pria yang terdiri dari pria yang normal dan juga pria homosekual di Australia. Dalam penelitian ini diketahui bahwa, ada perbedaan antara tujuan yang ingin dicapai kedua kelompok pria tersebut datang berolahraga di berbagai pusat kebugaran yang biasa disebut tempat gym. Kelompok pria homoseksual mendatangi tempat gym sebagai bagian dari trend gaya hidup kelompok gay urban yang memiliki jiwa narsis dan kepribadian perfeksionis yang sangat mementingkan keindahan bentuk tubuh. Sementara itu, kelompok pria yang memiliki orientasi seksual yang normal, lebih


(28)

memilih untuk berolahraga untuk mendapatkan tubuh yang sehat dan menjernihkan pikiran.

Selanjutnya adalah penelitian yang berasal dari dalam negeri yang dilakukan oleh Rohmadian, mahasiswa Ilmu Administrasi Bisnis, FISIP UPN Veteran, Surabaya, tahun 2010 silam. Judul Penelitian ini adalah Pengaruh Gaya Hidup (Lifestyle) Terhadap Komitmen Pelanggan Dalam Menggunakan Jasa Fitnes Pada The Body Art Aerobic, Fitness and Swimming Pool di Surabaya. Konsumen di dalam memilih dalam suatu produk jasa dipengaruhi oleh faktor perilaku. Karena suatu kebutuhan konsumen memutuskan menggunakan suatu produk, perkembangan trend memiliki tubuh yang sehat dan pentingnya kesehatan berkembang kalangan masyarakat dewasa ini yang mulai sadar akan kebutuhan badan yang sehat dan bugar menjadi dasar bagi pengusaha di bidang jasa alat kebugaran dan sarana fitnes membidik pangsa pasar yang potensial ini.

Para pemasar harus memahami mengapa dan bagaimana konsumen mengambil keputusan utuk menjadi member di perusahaan tersebut sehingga pemasar yang mengerti perilaku konsumen akan mampu memperkirakan bagaimana kecenderungan konsumen untuk bereaksi terhadap jasa yang diterimanya. Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah gaya hidup (lifestyle) berpengaruh secara simultan dilihat dari Aktivitas, Minat, Opini terhadap komitmen pelanggan dalam menggunakan jasa fitness pada The Body Art Aerobic, Fitness and Swimming Pool?Apakah gaya hidup (lifestyle) berpengaruh secara parsial dilihat dari Aktivitas, Minat, Opini terhadap komitmen pelanggan dalam menggunakan jasa fitnes pada The Body Art Aerobic, Fitness and Swimming Pool? Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah keseluruhan pelanggan pada bulan Maret 2010 sampai dengan Mei 2010 sebanyak 162 orang pada The Body Art Aerobic, Fitness and Swimming Pool di Surabaya.

Dikarenakan 162 pelanggan tersebut merupakan member-member yang aktif dan hadir dalam mengikuti fitness pada The Body Art Aerobic, Fitness and

Swimming Pool di Surabaya. Adapun metode dan pemilihan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sampel nonprobabilitas (Non probability Sampling) dengan jumlah sampel 115 orang. Hasil penelitian secara simultan


(29)

dengan menggunakan uji F menunjukan adanya pengaruh secara signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dari data yang ada menunjukan bahwa variabel bebas Gaya Hidup dilihat dari Aktifitas (X1), Minat (X2), Opini (X3) berpengaruh secara simultan terhadap variabel terikat yaitu Komitmen Pelanggan (Y). Secara parsial variabel Aktifitas (X1) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Komitmen Pelanggan (Y), dan variabel Minat (X2) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Komitmen Pelanggan (Y), dan variabel Opini (X3) berpengaruh signifikan terhadap variabel Komitmen Pelanggan (Y).

Terakhir adalah penelitian skripsi yang dilakukan oleh Anastasya Marina, Manajemen FE USU tahun 2011. Penelitian ini berjudul pengaruh gaya hidup terhadap pengambilan keputusan konsumen pada Restoran Nelayan Sun Plaza. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh aktivitas, minat dan opini pada Restoran Nelayan. Penelitian dilakukan pada konsumen Restoran Nelayan Sun Plaza Medan Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen Restoran Nelayan yang sulit untuk diketahui, maka dengan menggunakan rumus unidentified diperoleh jumlah sampel sebanyak 96 orang.

Teknik penarikan sampel dengan menggunakan Accidental Sampling yaitu siapa saja yang kebetulan bertemu dapat dijadikan sampel jika memenuhi kriteria. Metode analisi yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis regresi berganda. Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif, dan data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui studi dokumentasi dan daftar pertanyaan yang pengukurannya menggunakan skala likert dan diolah secara statistic dengan program SPSS 18.00 for windows, yaitu model uji-t, uji F dan koefisien determinasi (R2). Hasil yang didapat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan aktivitas, minat dan opini, berpengaruh positif dan signifikan pada keputusan konsumen Restoran Nelayan. Secara parsial dapat dilihat variabel aktivitas merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi keputusan konsumen pada Restoran Nelayan. Nilai Adjusted R Square =0,253, berarti 25,3% faktor-faktor yang mempengaruhi minat konsumen dapat dijelaskan oleh variabel bebas (aktivitas, minat dan opini) sedangkan sisanya 74,7%.


(30)

2.2 Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesis (Nawawi, 2001:40). Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 2006:57).

Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalisasikan dengan mengubahnya menjadi variabel. Konsep atau variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah opini publik terhadap fitness centre sebagai bagian dari tren gaya hidup masyarakat modern di Kota Medan.

Adapun variabel tersebut dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Opini Pengunjung Celebrity Fitness Sun Plaza Medan sebagai Gaya

Hidup Masyarakat Modern di Kota Medan.

2. Karakteristik responden. Karakteristik responden adalah nilai-nilai yang dimiliki oleh seseorang yang dapat membedakannya dengan orang lain, seperti umur, jenis kelamin, pendidikan dan penghasilan

2.3 Model Teoritis

Model teoritis merupakan paradigma yang mentransformasikan permasalahan-permasalahan terkait antara yang satu dan yang lainnya. Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep, dibentuk menjadi model teoritis sebagai berikut (Rakhmat,2004: 60):


(31)

Gambar 2.2 Model Teoritis

2.4 Operasional Konsep

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka untuk mempermudah penelitian diperlukan suatu operasional variabel sebagai berikut:

Tabel 2.1 Konsep Operasional

KonsepTeoritis Konsep Operasional

Opini pengunjung Celebrity Fitness Sun Plaza Medan terhadap fitness center sebagai gaya hidup masyarakat modern/urban

1. Aspek ekonomi 2. Aspek sosial 3. Aspek budaya 4. Aspek kesehatan 5. Perhatian

6. Pengertian 7. Penerimaan Karakteristik Responden 1. Usia

2. Jenis Kelamin 3. Pendidikan 4. Pekerjaan 5. Penghasilan

Konsep

Fitness Centre dan gaya hidup

Konsep

Opini Pengunjung Celebrity Fitness Sun


(32)

2.5 Defenisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel (Singarimbun, 2005:46).

Defenisi operasional konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Konsep opini pengunjung/member Celebrity Fitness Medan yang terdiri dari:

a. Aspek ekonomi adalah hal-hal yang berkaitan dengan tingkat keuangan seseorang yang pada akhirnya melatarbelakangi orang tersebut bergabung menjadi member Celebrity Fitness.

b. Aspek sosial adalah hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan dimana orang tersebut hidup yang menyebabkan dirinya terpengaruh untuk bergabung memnjadi member Celebrity Fitness.

c. Aspek budaya adalah hal-hal yang berkaitan dengan budaya yang dianut seseorang dalam menyikapi satu peristiwa, dalam penelitian ini berupa budaya pop pada masyarakat urban yang membuat seseorang memutuskan untuk bergabung menjadi member Celebrity Fitness. d. Aspek kesehatan adalah hal-hal yang berkaitan dengan alasan

kesehatan yang membuat seseorang memutuskan untuk bergabung menjadi member di Celebrity Fitness Medan.

e. Perhatian adalah atensi yang diberikan responden, yakni perhatian mengenai menjamurnya kehadiran fitness center/ pusat kebugaran di kota Medan

f. Pengertian adalah responden mengerti untuk melanjutkan proses berikutnya

g. Penerimaan adalah setelah responden memperhatikan dan mengerti, maka terjadilah kesediaan untuk menerima sehingga dapat mengubah sikap, dalam hal berupa kesediaan responden untuk menjadi member di Celebrity Fitness Medan.


(33)

2. Konsep Karakteristik Responden terdiri dari:

a. Usia , yaitu tingkatan umur responden.

b. Jenis kelamin, yaitu jenis kelamin pria atau wanita yang dijadikan sampel

c. Pendidikan, yaitu jenjang sekolah yang dimiliki oleh responden. d. Pekerjaan, yaitu mata pencarian responden.

e. Penghasilan/uang saku, yaitu faktor ekonomi yang ada pada responden berupa jumlah uang yang didapat dari mata pencahariannya.

                                     


(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Celebrity Fitness Medan yang berlokasi di Mall Sun Plaza Lantai 4 B06, Jl. Zainal Arifin No. 7 Medan 20152.

3.1.2 Sekilas mengenai Celebrity Fitness

Celebrity Fitness™ adalah rantai fitness terbesar di Indonesia dan Malaysia, perusahaan kesejahteraan, kesehatan dan kebugaran dengan perkembangan tercepat di Asia Tenggara dan mempunyai lebih dari 170.000 member di sekitar 50 klub di empat negara. Celebrity Fitness menawarkan konsep gaya hidup yang unik, perpaduan pusat kebugaran dengan atmosfer hiburan; memastikan latihan yang berenergi tinggi, memotivasi dan menghibur. Banyak member bergabung tidak hanya untuk berolahraga; namun juga untuk menambah teman, berpartisipasi dalam kelas, rileks dan bersantai di lounge klub yang hip. Klub Celebrity Fitness biasanya berlokasi di dalam pusat perbelanjaan agar setelah berolahraga, member dapat berbelanja, makan, menjemput anak dari kelas tambahan atau pergi ke bioskop dengan nyaman. Hal ini membantu para member Celebrity Fitness untuk menggabungkan latihan sehat dengan rutinitas harian mereka yang padat, yang kemudian membuat mereka cenderung menjadi member lebih lama dan oleh karena itu melihat manfaat kesejahteraan nyata dari kenggotaan gym mereka (http://www.celebrityfitness.co.id/celebrity-fitness/who-we-are).

Celebrity Fitness memimpin industri kebugaran di Asia Tenggara dengan menyingkapkan rangkaian program kebugaran baru yang eksklusif dan menarik termasuk bersepeda freestyle – Celebrity Fitness Peloton™, yoga lanjutan yang sungguh inovatif – Celebrity Fitness Floating Yoga™ ditambah serangkaian program aerobik dansa eksklusif yang diinspirasi selebriti di bawah nama merek DNA – Dance N 'Attitude™. Pelatih Pribadi Celebrity Fitness – yang disebut juga CelebXCoaches – adalah para pelatih yang seringkali dinilai paling berkualifikasi


(35)

tinggi dalam bisnis kebugaran. Kami berinvestasi pada teknologi dan peralatan fitness terbaru termasuk TRX, VIPR, Bosu dan Kinesis.

Celebrity Fitness didirikan pada tahun 2003 oleh para veteran 24 hours Fitness Amerika: John Franklin, Mike Anderson dan John J Sweeney dengan pegawai Indonesia lokal pertama mereka Hendra Nugraha. Celebrity mulai beroperasi pada bulan Februari 2004 dengan pembukaan klub EX Jakarta yang inovatif. Nama 'Celebrity' secara spesifik dipilih untuk menyampaikan setiap member klub adalah selebriti tersendiri; bisa memiliki pelatih pribadi mereka seperti bintang film; dan bisa berlatih di lingkungan yang diinspirasi oleh tempat berkumpulnya selebriti di Hollywood dan Beverly Hills. Pada tahun 2005, Celebrity Fitness memasuki pasar Malaysia dengan membuka klub pertama di 1 Utama Mall, Kuala Lumpur. Pada tahun 2007, mayoritas pemegangan saham Celebrity Fitness diakuisisi oleh Navis Capital Partners, dengan akuisisi California Fitness Malaysia berikutnya, ekspansi ke India dan Singapura. Presiden Direktur & CEO Group adalah Martin Darby.

Celebrity Fitness telah menerima banyak penghargaan dan pujian, memenangkan Top Brand (merek fitness terbaik) yang prestisius selama lima tahun berturut-turut (2009-13); Majalah Men's Health (Gym Terbaik Secara Keseluruhan). Para instruktur Celebrity Fitness adalah Ambasador Adidas atau Puma Sports. Celebrity Fitness adalah sponsor utama kampanye Support Our Local Heroes dan dengan bangga mendukung Breast Cancer Wellness Association (BWCA), kampanye Surabaya HIV Awareness dan Yayasan Komunitas Anak-Anak Penderita Kanker (Children with Cancer). Celebrity Fitness memegang rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk jumlah orang terbanyak yang mengendarai speda statis dan orang terbanyak yang berkumpul untuk acara kelas yoga.

Celebrity Fitness terkenal untuk kelas-kelasnya dan Celebrity Fitness Group Instructor memiliki klub penggemar pribadi yang besar dan follower di media sosial. Celebrity Fitness adalah satu dari sedikit rantai fitness yang mensponsori instruktur ekspatriat dari seluruh dunia termasuk Brazil, Spanyol, Rusia, India dan Jepang. Para instruktur ini bekerja bersama dengan bakat lokat berpengalaman, yang dilatih oleh Les Mills dan Celebrity Fitness.


(36)

Celebrity Fitness dengan bangga menawarkan Les Mills™, Zumba™ dan program yang dirancang secara internasional lainnya, ditambah lagi Celebrity Fitness berada di depan dalam merancang dan mengembangkan kelas-kelas terdepan, disesuaikan untuk selera fitness Asia. Program kelas fitness eksklusif Celebrity Fitness diciptakan sendiri oleh salah satu kemitraan fitness di dunia, yang dipimpin oleh guru inovasi fitness JJ Sweeney dan istrinya sang Superstar Instruktur Grup Miho Araki .

Komentator industri ini telah mereferensi Celebrity Fitness sebagai pusat kebugaran yang unik di Asia karena benar-benar menciptakan desain studio berbeda dan program fitness yang menonjol di masyarakat. Menawarkan sesuatu yang baru, dan inspiratif yang memenuhi pertumbuhan keinginan Asia untuk exertainment (olahraga hiburan). Kelas dansa khususnya, seringkali ditemani oleh pencahayaan teatrikal, sistem suara dan kostum mutakhir.

Program eksklusif Celebrity Fitness termasuk bersepeda freestyle – Celebrity Fitness Peloton™, yoga lanjutan yang benar-benar inovatif – Celebrity Fitness Floating Yoga™ ditambah serangkaian program aerobik dansa ekslusif yang diinspirasi selebriti di bawah nama merek DNA – Dance N 'Attitude™.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan berbentuk deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 2001 : 63).

Adapun penelitian deskriptif ditujukan untuk (Rakhmat, 2004: 25):

1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala-gejala yang ada.

2. Mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku.


(37)

4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan anggota subjek penelitian yang memiliki kesamaan karakteristik. Populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian (Bungin, 2001: 99).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh member yang terdaftar di Celebrity Fitness Sun Plaza Medan. Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian administrasi Celebrity Fitness Sun Plaza Medan, jumlah member yang masih aktif adalah 906 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu (Nawawi, 2000: 144). Pada dasarnya, sampel merupakan bagian dari populasi yang memperoleh perlakuan penelitian yang secara keseluruhan mempunyai sifat yang sama dengan populasi. Ukuran sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90 %.

Ukuran sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% (Rakhmat, 2004:82), yakni sebagai berikut:

N N d ² Keterangan:

n = jumlah sampel N = jumlah populasi


(38)

n =

1 ) (d2  N N n = 1 ) 1 , 0 ( 906 906 2  n = 06 , 10 906

n = 93,37 = 93 orang

Jadi, sampel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah berjumlah 93 orang. Selanjutnya setelah melihat jumlah populasi, agar sampel penelitian dianggap representatif maka dalam penarikan sampel digunakan rumus sebagai berikut:

n x n N Keterangan:

n1 = Jumlah Jiwa n = Jumlah Sampel

N = Populasi

Berdasarkan rumus diatas maka dapat dihitung sampel yang dipilih setiap jenis kelamin yaitu :

Tabel 3.1 Sampel Penelitian

No Jenis Kelamin N Penarikan Sampel

n

1 Laki-laki 517

3 53

2 Perempuan 389 3

3 40

Jumlah 93

Sumber: Data Penelitian (2013)


(39)

Teknik penarikan sampel adalah teknik penarikan sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian adalah:

3.3.3.1 Purposive Sampling

Pengambilan sampel dengan teknik purposive sample ini disesuaikan dengan tujuan penelitian, dimana sampel yang digunakan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah member Celebrity Fitness yang seminggunya minimal 3 kali melakukan kegiatan olahraga di sini (Kriyantono, 2006:154).

3.3.3.2 Accidental Sampling

Teknik ini adalah memilih siapa saja yang kebetulan dijumpai untuk dijadikan sampel. Tehnik ini digunakan jika peneliti merasa kesulitan untuk menemui responden atau karena topik yang diteliti adalah persoalan umum di mana semua orang mengetahuinya (Kriyantono, 2006: 156).

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penelitian peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu:

3.4.1 Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur dan sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian. Dalam hal ini yang penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca buku-buku, literatur, serta tulisan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

3.4.2 Penelitian Lapangan (Field Research)

Yaitu pengumpulan data dengan melakukan survei dilokasi penelitian, melalui pengumpulan data dari responden dari lapangan berupa kuesioner.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah di baca dan dipresentasikan (Singarimbun, 2005: 263). Data yang


(40)

adalah analisa tabel tunggal yang merupakan suatu analisis yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan suatu langkah awal dalam menganalisis data yang terdiri dari kolom, yaitu sejumlah frekuensi dan presentase untuk setiap kategori (Singarimbun, 2005 : 226). Adapun setelah data yang terkumpul akan ditabulasi, kemudian dianalisis dan diinterpretasikan.

Untuk menganalisis data maka diperlukan bantuan perangkat piranti lunak SPSS. SPSS adalah sebuah program aplikasi yang memiliki kemampuan analisis statistik cukup tinggi serta sistem manajemen data pada lingkungan grafis dengan menggunakan menu-menu deskriptif dan kotak-kotak dialog yang sederhana sehingga mudah untuk dipahami cara pengoperasiannya. Beberapa aktivitas dapat dilakukan dengan mudah dengan menggunakan pointing dan clicking mouse. Hasil-hasil analisis muncul dalam SPSS Output Navigator. Kebanyakan prosedur Base System menghasilkan pivot tables, dimana kita bisa memperbaiki tampilan dari keluaran yang diberikan oleh SPSS. Untuk memperbaiki output, maka kita dapat mmperbaiki output sesuai dengan kebutuhan

                           


(41)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Peneliti menempuh beberapa tahapan penelitian dalam pengumpulan data. Tahapan tersebut sebagai berikut:

4.1.1. Langkah-langkah pengumpulan data

1. Langkah pertama dalam penelitian ini, peneliti melakukan pra penelitian dilokasi penelitian yang bertempat di Celebrity Fitness, Jl. Zainal Arifin, Medan. Kemudian peneliti menyusun proposal penelitian. Perbaikan proposal penelitian, kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan untuk kemudian diteruskan dengan pembuatan kuesioner.

2. Langkah kedua, studi kepustakaan. Dalam tahap penelitian ini, peneliti melanjutkan dengan studi kepustakaan di perpustakaan guna mengumpulkan buku-buku yang berhubungan dengan judul penelitian yang sedang diteliti oleh peneliti yakni: OPINI MASYARAKAT TERHADAP FITNESS CENTRE SEBAGAI GAYA HIDUP (Studi Deskriptif Opini Pengunjung Celebrity Fitness Sun Plaza Medan terhadap Fitness Centre sebagai Gaya Hidup Masyarakat Modern di Kota Medan). 3. Pelaksanaan pengumpulan data. Melakukan penyebaran kuesioner dalam

waktu ±3 bulan.

4.2 Proses Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah peneliti selesai mengumpulkan data dari 93 responden. Adapun tahapan pengolahan data tersebut adalah:

1. Penomoran Kuesioner

Penomoran kuesioner yaitu memberikan nomor urut kuesioner sebagai pengenal, yakni mulai dari 1-93.


(42)

2. Editing

Editing yaitu proses pengeditan jawaban responden untuk memperjelas setiap jawaban yang meragukan dan menghindari terjadinya kesilapan pengisian dalam kotak kode yang disediakan.

3. Coding

Coding yaitu proses pemindahan jawaban-jawaban responden ke kotak kode yang telah disediakan di kuesioner dalam bentuk angka (score).

4. Inventarisasi Variabel

Inventarisasi variabel yaitu data mentah yang diperoleh dan dimasukkan ke dalam lembar Fotron Cobol (FC) sehingga memuat seluruh data dalam satu kesatuan.

5. Menyediakan Kerangka Tabel

Banyaknya kerangka tabel minimal sejumlah pertanyaan dalam bentuk kuesioner, maksimal sesuai dengan kebutuhan analisis kerangka tabel ini dilengkapi dengan nomor tabel, judul tabel, kolom vertikal dan horizontal, kategori dan indikator, frekuensi, persen dan jumlah. Fungsi kerangka tabel ini untuk mewadahi sebaran data dalam penelitian.

6. Tabulasi Data

Tabulasi data yaitu memindahkan variabel responden dari lembar Fotron Cobol (FC) ke dalam kerangka tabel. Adapun tabel yang disajikan berbentuk tabel tunggal. Penyebaran data dalam tabel secara rinci melalui kategori, frekuensi, persentase, dan selanjutnya di analisis menggunakan aplikasi statistik SPSS. Statistical Package for the Social Science (SPSS) meletakkan batasan-batasan pada struktur file internal, tipe data, pengolahan data dan pencocokan file, yang memudahkan pemprograman.

4.3 Analisis Tabel Tunggal 4.3.1 Karakteristik Responden


(43)

penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan. Selengkapnya data tersebut dapat dilihat pada tabel yang dimulai dari tabel 4.1 sampai dengan tabel 4.5.

Tabel 4.1 Usia responden

No Usia F %

1 15-20 tahun 11 11.8

2 21-26 tahun 36 38.7

3 27-32 tahun 27 29.1

4 >33 tahun 19 20.4

Total 93 100.0

Sumber: P1/FC.3

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebanyak 11 orang responden (11,8%) berusia 15-20 tahun, sebanyak 36 orang responden (38,7%) berusia 21-26 tahun, sebanyak 27 orang responden (29,1%) berusia 27-32 tahun dan sebanyak 19 orang responden (20,4%) berusia diatas 33 tahun. Kebanyakan responden dalam penelitian ini berusia antara 21 tahun hingga 26 tahun. Hal ini diperkiran karena pada usia tersebut, fokus akan kebutuhan bentuk tubuh yang sempurna baik itu bagi kaum pria maupun wanita. Di rentang usia tersebut kebanyakan orang-orang mulai memasuki fase kesadaran akan pentingnya gaya hidup sehat sejak muda, ataupun alasan gaya hidup sesuai lingkungan di daerah urban.


(44)

Tabel 4.2 Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin F %

1 Laki-laki 53 56.9

2 Perempuan 40 43.1

Total 93 100.0

Sumber: P2/FC.4

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa responden laki-laki lebih banyak dibandingkan responden perempuan, yaitu jumlah responden laki-laki sebanyak 52 orang (56,9%), sedangkan jumlah responden perempuan sebanyak 40 orang (43,1%). Dalam penelitian ini dapat dijelaskan bahwa pada saat penyebaran kuesioner berlangsung, persentase jumlah laki-laki yang menjadi member di Celebrity Fitness memang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah member yang berjenis kelamin perempuan. Hal ini dimungkinkan karena kaum pria fokus kepada bentuk tubuh yang atletis dan juga lebih kepada keutamaan untuk kesehatan dibandingkan dengan kaum perempuan.

Tabel 4.3 Pendidikan

No Pendidikan F %

1 SMP 3 3.2

2 SMA 7 7.5

3 Diploma 43 46.2

4 Sarjana/PascaSarjana 40 43.1

Total 93 100.0


(45)

Berdasarkan tabel di atas dikethaui mengenai tingkat pendidikan responden. Sebanyak 3 orang responden (3,2%) masih berada di jenjang pendidikan SMP, sebanyak 7 orang responden (7,5%) berada di jenjang pendidikan SMA, sebanyak 43 orang responden (46,2%) berada di jenjang pendidikan diploma dan sebanyak 40 orang responden (43,1%) telah memasuki jenjang pendidikan sarjana/pascasarjana. Kebanyakan responden dalam penelitian ini sedang menyelesaikan pendidikan di jenjang D3 ataupun telah lulus di jenjang pendidikan tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan persentase sebesar 46,2% atau dijawab sebanyak 43 orang responden.

Tabel 4.4 Pekerjaan

No Pekerjaan F %

1 Pelajar/mahasiswa 17 18.3

2 Karyawan swasta 39 42.0

3 PNS/ Pegawai BUMN/BUMD 26 28.0

4 Profesional (dokter, pengacara) 2 2.1

5 Pengusaha 5 5.3

6 Ibu Rumah Tangga 4 4.3

Total 93 100.0

Sumber: P4/FC.6

Berdasarkan tabel di atas diketahui mengenai pekerjaan dari responden. Sebanyak 17 orang responden (18,3%) berprofesi sebagai pelajar/mahasiswa, sebanyak 39 orang responden (42%) berprofesi sebagai karyawan swasta, sebanyak 26 orang responden (28%) bekerja sebagai PNS/pegawai BUMN/BUMD, sebanyak 2 orang responden (2,1%) bekerja sebagai professional (dokter, pengacara), sebanyak 5 orang responden (5,3%) bekerja sebagai


(1)

17. Apakah anda sangat peduli dengan aspek kesehatan sebagai hal yang utama ketika anda memutuskan menjadi member di Celebrity Fitness? 1. Tidak peduli

2. Kurang peduli

3. Peduli 19

4. Sangat peduli

18.Apakah anda melihat menjamurnya berbagai pusat kebugaran di Kota besar di Indonesia salah satunya di Kota Medan sebagai sebuah tren hidup terbaru masyarakat urban?

1. Tidak setuju

2. Kurang setuju 20

3. Setuju 4. Sangat setuju

19. Apakah masuk di akal anda dengan perubahan pola olahraga yang dulunya berada di ruang terbuka kini berubah menjadi di dalam ruangan sebuah mall?

1. Tidak masuk akal 2. Kurang masuk akal

3. Masuk akal 21

4. Sangat masuk akal

20.Apakah bergabung menjadi member di sebuah fitness centre memberikan kesan ekslusif kepada diri seseorang yang memiliki gaya hidup modern?

1. Tidak ekslusif 2. Kurang ekslusif

3. Ekslusif 22

4. Sangat ekslusif

21.Apakah anda memiliki tujuan yang jelas ketika bergabung menjadi member di Celebrity Fitness Medan?

1. Tidak jelas 2. Kurang jelas

3. Jelas 23

4. Sangat jelas

22.Apakah anda tahu bahwa menjamurnya pusat kebugaran di kota-kota besar dikarenakan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan hidup sehat para pekerja kantoran?

1. Tidak tahu 2. Kurang tahu

3. Tahu 24


(2)

23.Menurut anda, apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara olahraga di lapangan terbuka dan di pusat kebugaran seperti di Celebrity Fitness Medan?

1. Tidak signifikan

2. Kurang signifikan 25

3. Signifikan

4. Sangat signifikan

24. Apakah anda merasa bahwa anda sudah mendapatkan kesehatan dengan cara yang tepat dengan bergabung menjadi member di Celebrity Fitness Medan?

1. Tidak tepat

2. Kurang tepat 26

3. Tepat 4. Sangat tepat

25.Apakah semua program kesehatan melalui fasilitas yang disediakan mampu menarik perhatian anda, hingga pada akhirnya anda memutuskan untuk terus menjadi member di Celebrity Fitness Medan?

1. Tidak menarik 2. Kurang menarik

3. Menarik 27

4. Sangat menarik

26.Apakah kehadiran pusat kebugaran di berbagai kota besar sudah sesuai dengan gaya hidup yang anda jalani saat ini?

1. Tidak sesuai 2. Kurang sesuai

3. Sesuai 28

4. Sangat sesuai

27.Apa saran anda untuk Celebrity Fitness Sun Plaza Medan?

... ... 28.Apa kritik anda untuk Celebrity Fitness Sun Plaza Medan?


(3)

DATA PRIBADI

Nama : Jefri Haris Gurusinga

Tempat/tanggal lahir : Namorambe/ 30 Maret 1989

Alamat : Jalan Namorambe, Desa Kutatengah No.01

Agama : Kristen Protestan

Golongan darah : AB

Telepon : 0877 – 800 – 24615

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

SD GKPS Namorambe (1995-2001)

SMP Singosari Delitua (2001-2004)

SMA Santa Maria Medan (2004-2007)

Universitas Sumatera Utara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Komunikasi (2008-2014)

Keluarga

Nama ayah : Drs. Josia Gurusinga Nama Ibu : Tuty Tarigan Spd.

Nama saudara kandung : Rhegina Gurusinga SS, Spd.

Febri Efenetus Gurusinga SSTP, MSP.

     


(4)

DEPARTEMEN

 

ILMU

 

KOMUNIKASI

 

FAKULTAS

 

ILMU

 

SOSIAL

 

DAN

 

ILMU

 

POLITIK

 

UNIVERSITAS

 

SUMATERA

 

UTARA

 

Jl.

 

Dr.

 

A.

 

Sofyan

 

No.

 

1

 

Kampus

 

USU

 

Medan

 

 

Telp.

 

(061)

 

8217168

 

LEMBARAN

 

CATATAN

 

BIMBINGAN

 

SKRIPSI

 

Nama

 

 

:

 

Jefri

 

Haris

 

Gurusinga

 

NIM

  

 

:

 

080904136

 

Pembimbing

 

:

 

Dra.

 

Inon

 

Beydha,

 

M.S,

 

Ph.D

 

 

             

Catatan : Minimal pertemuan 6 (enam) kali untuk setiap pembimbing. 

Mengetahui, 

Dosen Pembimbing 

NO.  TGL PERTEMUAN  PEMBAHASAN 

1.  2.  3.  4.  5.  6.  7.  8. 

08 Agustus 2013  12 September 2013 

 

28 November 2013 

 

26 Januari 2014 

 

05 Februari 2014  27 April 2014  19 Juni 2014 

 

11 Juli 2014 

 

Seminar Proposal  Perbaikan Bab I 

Penyerahan Bab II dan III  Perbaikan Bab II dan III  Penyerahan Kuesioner  Penyerahan Bab IV dan V  Perbaikan Bab IV dan V  ACC Sidang 


(5)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya

bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Jefri Haris Gurusinga

NIM : 080904136

Tanda Tangan :

Tanggal : 6 Juli 2014

   

             


(6)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya

bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Jefri Haris Gurusinga

NIM : 080904136

Tanda Tangan :

Tanggal : 6 Juli 2014

   

 


Dokumen yang terkait

Opini Masyarakat terhadap Fitnes Centre Sebagai Gaya Hidup(Studi Deskriptif Opini Pengunjung Celebrity Fitness Sun Plaza Medan terhadap Fitness Centre sebagai Gaya Hidup Masyarakat Modern di Kota Medan

9 122 89

Gaya Hidup Fitness ( Study Etnografi Tentang Gaya hidup Fitness Di Lubuk Pakam)

6 98 127

Pengaruh Harga, Lokasi, Promosi, dan Gaya Hidup Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU terhadap Minat Pembelian Ulang ke SOGO Department Store Sun Plaza Medan

5 54 96

Pengaruh Budaya, Gaya Hidup dan Psikologis terhadap Keputusan Berkunjung pada Restoran Shanghai Kitchen Sun Plaza Medan.

0 37 138

Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Pengambilan Keputusan Konsumen Pada Restoran Nelayan Sun Plaza Medan

5 78 90

Pasar Modern Dan Gaya Hidup Remaja Di Kota Medan (Studi deskriptif di Sun Plaza Medan

3 39 79

Woman's Beauty Care And Fitness Centre

1 22 91

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori - Opini Masyarakat terhadap Fitnes Centre Sebagai Gaya Hidup(Studi Deskriptif Opini Pengunjung Celebrity Fitness Sun Plaza Medan terhadap Fitness Centre sebagai Gaya Hidup Masyarakat Modern di Kota Medan

0 1 27

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin banyak orang yang sadar akan hidup sehat. Imbasnya, pusat - Opini Masyarakat terhadap Fitnes Centre Sebagai Gaya Hidup(Studi Deskriptif Opini Pengunjung Celebrity Fitness Sun Plaza Medan terhadap Fitnes

0 0 5

Pengaruh Harga, Lokasi, Promosi, dan Gaya Hidup Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU terhadap Minat Pembelian Ulang ke SOGO Department Store Sun Plaza Medan

0 0 9