METODE PENELITIAN EKSPERIMEN POPULASI DA

BAB I
PENDAHULUAN

2
8

LATAR BELAKANG

RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan metode penelitian eksperimen, populasi dan
sample?
2. Dimana metode penelitian eksperimen, populasi dan sample dapat
dilakukan?
3. Siapa saja yang bisa menggunakan metode penelitian eksperimen dalam
penelitian?
4. Kapan metode penelitian eksperimen dapat dilakukan?
5. Mengapa metode penelitian eksperimen diperlukan?
6. Bagaimana cara penerapan meode penelitian eksperimen?

TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan metode penelitian

eksperimen, populasi dan sample.
2. Untuk mengetahui dimana metode penelitian eksperimen, populasi dan
sample dapat dilakukan?
3. Untuk mengetahui siapa saja yang bisa menggunakan metode penelitian
eksperimen dalam penelitian?
4. Untuk mengetahui kapan metode penelitian eksperimen dapat dilakukan?
5. Untuk mengetahui mengapa metode penelitian eksperimen diperlukan?
6. Untuk mengetahui bagaimana cara penerapan meode penelitian

2
8

eksperimen?

BAB II
PEMBAHASAN
A. HAKIKAT METODE PENELITIAN EKSPERIMEN
Menurut Ngalimun (2014: 14) Metode adalah suatu cara yang dipergunakan
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Sugiyono, Penelitian merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sedangkan


Menurut Ali dan Muhammad Asrori (2014:73) Eksperimen adalah riset yang
dilaksanakan melalului eksperimentasi atau percobaan. Eksperimen menubjukan
pada suatu upaya sengaja dalam memodifikasi kondisi yang menentukan
munculnya suatu peristiwa, serta pengamatan dan interprestassi perubahanperubahan yang terjadi pada perisiwa itu yang dilakukan secara terkontrol.
1. Definisi Metode Penelitian Eksperimen Menurut para Ahli:
 Menurut Arikunto (2006) metode penelitian eksperimen adalah suatu cara
untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor
yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau
mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu.
 Menurut Sugiyono (2011:72) metode penelitian eksperimen adadiartikan
sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh
perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yag terkendali.
 Menurut Syaodih, Nana Sukmadinata (2010:) metode penelitian
eksperimen adalah penelitian laboratorium, walaupun bisa dilakukan
diluar laboratprium, tetapi pelaksanaanya menerapkan pronsip-prinsip
penelitian laboratorium terutama dalam pengontrolan terhadap hal-hal
yang mempengaruhui jalannya eksperimen.
Dari definisi diatas, pengertian metode penelitian eksperimen adalah suatu cara
untuk mencari hubungan sebab akibat terhadap yang lain, terutama dalam

pengontrolan terhadap hal-hal yang mempengaruhui jalannya eksperimen.
Metode penelitian eksperimen juga dapat diartikan sebagai metode

2
8

penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap

yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Penelitian eksperimen ini dilakukan
dilabolatorium dan juga didalam pelaksanaannya ada perlakuan (treatment).
Metode ini sebagai bagian dari metode kuantitatif mempunyai ciri khas
tersendiri, terutama demgan adanya kelompok kontrolnya. Dalam bidang fisika
peneliitian ini dapat menggunakan desain eksperimen, karena variable-variabel
dapat dipilih dan variable-variabel lain dapat mempengaruhi proses eksperimen
itu dapat dikontrol secara ketat. Misalnya:
a. Mencari pengaruh panas terhadap muai panjang suatu benda.
Dalam hal ini variasi panas dan muai panjang dapat dilakukan dilabolatorium dan
diukur secara teliti sehingga pengaruh-pengaruh variable lain dari luar dapat
dikontrol.
b. Pengaruh air lau terhadap tingkat korosi logam tertentu

Tetapi dalam penelitian-penelitian social khususnya pendidikan, desain
eksperiman yang di gunakan untuk penelitian akan sulut mendapatkan hasil yang
akurat, karena banyak variable luar yang berpengaruh dan sulit mengontrolnya.
Misalnya: “Mencari pengaruh metode mengajar kontekstual terhadap kecepatan
pemahaman murid dalam pelajaran matematika”
Untuk mencari seberapa besar pengaruh metode mengajar kontekstual
terhadap kecepatan pemahaman murid, maka harus membandingkan pemahaman
murid sebelum menggunakan metode kontekstual, dan sesudah menggunakan
metode kontekstual atau dengan cara membandingkan kelas yang diajar dengan
metode kontekstual dan kelas yang diajar denga metode lain.
Kecepatan pemahaman murid terhadap pelajaran matematika seseorang
tidak hanya dipengaruhi oleh metode menagajar saja, tetapi oleh variable lain,
misalnya IQ, pengalaman, peran guru, gaya belajar dan lain-lain, sehingga
mengukur seberapa jauh pengaruh metode mengajar kontekstual terhadap

2
8

kecepatan pemahaman murid sulit dilakukan.


2. Bentuk-Bentuk Desain Eksperimen
Terdapat beberapa bentuk desain eksperimen yang dapat digunakan dalam
penelitian bisnis, yaitu: pre-eksperimental design true experimental design,
factorial design, dan quasi experimental design. Hal ini dapat digambarkan
seperti gambar 4.1 berikut:

Gambar 4.1 Macam-Macam Metode Eksperimen
1. Pre- Experimental Design (Nondesigns)
Dikatakan pre-experimental design, karena desain ini belum
merupakan eksperimen sungguh-sungguh. Mengapa? Karena masih dapat
variabel luar yang berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Jadi
variabel eksperimen yang merupakan variabel dependen ini bukan sematamata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini dapat terjadi, karena tidak
adanya variabel control, dan sampel tidak dipilih secara random.
Bentuk pre-experimen design ada beberapa macam yaitu: one-shot
case study, one-group pretest-pasttes design, dan intact-group comparison.
a. One-Shot Case Study
Paradigm dalam penelitian eksperimen model ini dapat digambarkan

2
8


seperti berikut:

X

O

X= treatment yang diberikan (variabel independen)
O= observasi (variabel dependen)
Paradigma ini dapat dibaca sebagai berikut: terdapat suatu kelompok
diberi treatment/perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya. (treatment
adalah sebagai variabel independen, dan hasil adalah sebagai variabel
dependen).
Contoh:
Pengaruh ruang kelas ber AC (X) terhadap daya tahan belajar murid
(O). Terdapat sekelompok murid yang menggunakan ruang ber AC kemudian
setelah diukur daya tahan belajarnya. Pengaruh ruang kelas ber AC dapat
diukur dengan membandingkan daya tahan sebelum menggunakan AC dengan
daya tahan belajar setelah menggunakan AC (misalnya sebelum menggunakan
ruang belajar ber AC daya tahan belajar murid selama setiap hari 4 jam,

setelah menggunakan AC daya tahan belajar menjadi 6 jam). Jadi pengaruh
ruang kelas ber AC terhadap daya tahan belajar murid 6-4= 2 jam.

b. One-Group Pretest-Posttest Design
Kalua desain no. a, tidak ada pretest, maka pada desain ini terdapat
pretest, sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat
diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum
diberi perlakuan. Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:
O1 X
O
O2 = nilai pretest (Sebelum diberi diklat)
1

O2= nilai posttest (setelah diberi diklat)
Pengaruh diklat terhadap prestasi kerja pegawai = (O1 – O2)

2
8

c. Intact-Group Comparison


Pada desain ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk
penelitian. Tetapi dibagi dua, yaitu setengah kelompok untuk eksperimen
(yang diberi perlakuan) dan setangah untuk kelompok control (yang tidak
diberi perlakuan). Paradigm penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut:
X
O1

O 1= hasil pengukuran setengah kelompok yang diberi
perlakuan.
O 2= hasil pengukuran setengah kelompok yang diberi
perlakuan.
Pengaruh perlakuan = O1 – O2
Contohnya dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh metode
demonstrasi terhadap prestasi belajar murid dalam pelajaran praktek mengelas
pada SMK. Terdapat 4 kelas yang praktek las. Dari empat kelas tersebut dua kelas
diberi pelajaran dengan metode demonstrasi (O1) dan dua kelas lainnya diberi
metode ceramah (O2). Setelah tiga bulan. Prestasi belajar diukur. Bila prestasi
murid yang diajar dengan metode demonstrasi lebig tinggi daripada murid yang
diajar dengan metode ceramah. Maka metode demonstrasi berpengaru positif

untuk pembelajaran praktek mengelas (O1 – O2).
Seperti telah dikemukakan bahwa. Ketiga desain pre experiment itu bila
diterapkan untuk penelitian, akan banyak variabel-variabel luar yang masih
berpengaruh dan sulit dikontrol, sehingga validitas material penelitian menjadi
rendah.
2. True Experimental Design
Dikatakan true experimental (eksperimen yang betul-betul), karena
dalam desain ini peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang

2
8

mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan demikian validitas internal

(kualitas pelaksanaan rancangan penelitian) dapat menjadi tinggi. Ciri
utama dari true experimental adalah bahwa, sampel yang digunakan untuk
eksperimen maupun sebagai control diambil secara random dari populasi
tertentu. Jadi cirinya adalah adanya kelompok control dabn sampel yang
dipilih secara random.
Disini dikemukakan dua bentuk design tru experimental yaitu: posttest

only control design dan pretest group design.

a. Posttest-Only Control Design
R

X
O1

Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih
secara random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) disebut
kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut
kelompok control. Pengaruh adanya perlakuan (treatment) adalah (O1: O2).
Dalam penelitian yang sesungguhnya, pengaruh treatment dianalisi dengan
uji beda, pakai statisitik t-test misalnya. Kalau terdapat perbedaan yang
signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok control, maka
perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan.
b. Pretest-Posttest Control Group Design
R

O1


X

O2

Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random,
kemudia diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah peredaan
antara kelompok eksperimen dan kelompok control. Hasil pretest yang
baik bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan.
Pengaruh perlakuan adalh (O2-O1) – (O4-O3)

2
8

3. Faktorial Design

Desain faktorial merupakan modifikasi dari desain true experimental yaitu
dengan

memperhatikan

kemungkinan

adanya

variabel

moderator

yang

mempengaruhi perlakuan terhadap hasil. Pada desain ini semua kelompok dipilih
secara random, kemudian masing-masing diberi pretest. kelompok untuk
penelitian dinyatakan baik, nilai setiap kelompok nilai pretest nya sama. Bila
terdapat perbedaan pengaruh prosedur kerja baru terhadap kepuasan masyarakat
antara kelompok kerja pria dan wanita maka penyebab utamanya adalah bukan
karena treatment yang diberikan( karena treatment yang diberikan sama). Tetapi
karena adanya variabel moderator, yang dalam hal ini adalah jenis kelamin, pria
dan wanita menggunakan prosedur kerja baru yang sama, tempat kerja yang sama
nyamannya, tetapi pada umumnya kelompok wanita lebih ramah dalam
memberikan pelayanan sehingga dapat mrningkatkan kepuasan masyarakat.
4. Quasi Experimental Design
Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true
experimental design yang sulit dilaksanakan. Design ini mempunyai kelompok
kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabelvariabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Walaupun demikian
desain ini lebih baik dari pre-eksperimental design.
Dalam suatu kegiatan administrasi atau manajemen, sering tidak mungkin
menggunakan sebagian para karyawan untuk eksperimen dan sebagian tidak.
sebagian menggunakan prosedur kerja baru. Oleh karena itu untuk mengatasi
kesulitan dalam menentukan kelompok kontrol dalam penelitian maka
dikembangkan desain Quasi Eksperimental.
Berikut ini dikemukakan dua bentuk desain quasi eksperimen yaitu time
series design dan nonequivalent control group design.
a. Time Series Design
Dalam desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dapat

2
8

dipilih secara random. Sebelum diberi perlakuan kelompok diberi berita

sampai 4 kali dengan maksud untuk mengetahui keadaan kelompok sebelum
diberi perlakuan . Berarti kelompok tersebut keadaannya labil, tidak menentu,
dan tidak konsisten. Setelah kestabilan keadaan kelompok dapat diketahui
dengan jelas.
b. Nonequivalent Control Group Design
Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design,
hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak
dipilih secara random.

B. HAKIKAT POPULASI
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya. Populasi dapat juga
didefinisikan sebagai suatu kumpulan subjek, variable, konsep, atau fenomena.
Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili keseluruhan
anggota populasi yang bersifat representative.
Jadi populasi bukan hanya orang tetapi juga objek dan benda-benda alam
yang lain. Juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek atau objek yang
dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek
atau objek itu.
Misalnya akan melakukan penelitian di sekolah maka sekolah itu merupakan
populasi sekolah mempunyai sejumlah subjek dan objek yang lain.
Proses pemilihan sampel dapat dijelaskan dengan menggunakan dua
lingkaran besar dan lingkaran kecil seperti yang terlihat pada gambar, lingkaran
kecil berada dalam lingkaran besar. suatu populasi di wakili oleh lingkaran yang
lebih besar. Jika sensus berfungsi menguji atau mengukur bagian dari populasi

2
8

(sampel A1).

Walaupun pada gambar sampel tampaknya diambil dari bagian tertentu
saja dari populasi, namun sesungguhnya sampel dipilih dari setiap bagian
populasi. Jika suatu sampel dipilih berdasarkan panduan yang benar sehingga
bersifat representative terhadap populasi maka data yang diperoleh dari sampel
tersebut dapat digeneralisasikan terhadap populasi. Namun demikian, generalisasi
data yang diperoleh dari sampel harus dilakukan dengan cermat dan hati-hati
karena adanya kesalahan (error) yang melekat pada tiap penelitian.

POPULASI A

SAMPEL
A1

Manakala peneliti hendak mengambil sampel dari suatu populasi, maka ia perlu
memperkirakan seberapa besar derajat perbedaan sampel yang dimilikinya dengan
populasi. Karena sampel tidak menyediakan data yang tepat mengenai populasi,
maka

suatu

kesalahan

atau

error

harus

diperhitungkan

ketika

kita

menginterpretasikan hasil penelitian.

C. HAKIKAT SAMPLE
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang
ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana tenaga dan waktu, maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. apa yang

2
8

dipelajari dari Samsung itu kesimpulannya akan dapat diperlakukan untuk

populasi. untuk itu sampel yang diambil dari populasi hanya betul-betul
representatif.
Nilai sampai tidak representative maka ibarat orang buta disuruh
menyimpulkan karakteristik gajah satu orang memegang telinga gajah maka ia
menyimpulkan gajah itu seperti kipas, orang kedua memegang badan Raja maka
ia mengumpulkan gajah itu seperti tembok besar, satu orang lagi memegang
ekornya maka ia menyimpulkan gajah itu kecil seperti seutas tali. Begitulah kalau
sampel yang dipilih tidak representatif, maka ibarat 3 orang buta itu yang
membuat kesimpulan salah tentang gajah.
1. TEKNIK SAMPLING
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian terdapat berbagai
teknik sampling yang digunakan secara skematis, teknik macam-macam sampling
ditunjukkan pada gambar 5.1.
Dari gambar tersebut terlihat bahwa, teknik sampling pada dasarnya dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu probability sampling dan nonprobability
samping. Probability sampling meliputi sample random, proportionate startified
random

meliputi

sampling

random,

proportionate

stratified

ramdom,

disproportionate stratified random, dan area random. Nonprobability sampling
meliputi, sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, purpose

2
8

sampling, sampling jenuh, dan snowball sampling.

Gambar 5.1 Macam-Macam
Macam-Macam Teknik Sampling
a) Probabilitas Sampling
Probabilitas

sampling

adalah

teknik

pengambilan

sampel

yang

memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi simple random,
sampling area (cluster) sampling (sampling menurut daerah).

Populasi
Sample yang
homogeny
representif
Diambil secara
/relative
homogen
Gambar 5.2 Teknik Simple
Random Sampling
Random

1) Simple Random Sampling
Dikatakan simple atau sederhana karena pengambilan anggota

2
8

sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata

yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota
populasi dianggap homogen. lihat gambar 5.2 berikut.

2) Proportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota atau unsur
yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.Suatu organisasi
yang mempunyai pegawai dari latar belakang pendidikan yang berstrata
maka populasi pegawai itu berstrata. Misalnya jumlah pegawai yang lulus
S1 = 45, S2 = 30, STM = 800, ST = 900, SMEA = 400, SD = 300. Jumlah
sampel yang harus diambil meliputi strata pendidikan tersebut. Jumlah
sampel dan teknik pengambilan sampel diberikan setelah bagian ini.
Teknik proportionate stratified random sampling dapat digambarkan
seperti gambar 5.3 berikut.

Diambil secara
Proposional

Gambar 5.3 Teknik Stratified Random Sampling
Syarat Penggunaan Metode Stratified Random Sampling:
 Populasi mempunyai unsure heterogenitas.
 Diperlukan kriteria yang jelas dalam membuat stratifikasi/lapisan sesuai
dengan unsure heterogenitas yang dimiliki.
 Harus diketahui dengan tepat komposisi jumlah anggota sampel yang akan
dipilih (secara proporsional atau disproporsional).


Kebaikan

:Semua ciri-ciri populasi yang heterogen dapat terwakili



Kelemahan

:Memerlukan pengenalan terhadap populasi yang akan

diteliti untuk menentukan ciri heterogenitas yang ada pada populasi

2
8

3) Disproportionate Stratified Random Sampling

Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel bila populasi berstrata
tetapi kurang proporsional. Misalnya pegawai dari unit kerja tertentu mempunyai:
3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang lulusan S1, 800 orang SMU, 700
orang SMP maka tiga orang lulusan S3 dan 4 orang S2 itu diambil semuanya
sebagai sampel. Karena dua kelompok ini terlalu kecil bila dibandingkan dengan
kelompok teknik ini terlalu kecil bila dibandingkan dengan kelompok S1, SMU
dan SMP.
4) Cluster Sampling (Area Sampling)
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang
akan diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu negara
propinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan
sumber data maka pengambilan sampel yang berdasarkan daerah populasi yang
telah ditetapkan.
Misalnya di indonesia terdapat 30 provinsi dan sampelnya akan menggunakan
15 provinsi maka pengambilan 15 provinsi ini dilakukan secara random. Tetapi
perlu diingat karena provinsi-provinsi di Indonesia itu berstrata atau tidak sama
maka pengambilan sampel nya perlu menggunakan stratified random sampling.
Provinsi di indonesia ada yang penduduknya padat, ada yang tidak, ada yang
mempunyai hutan banyak ada yang tidak, ada yang kaya bahan tambang ada yang
tidak. Karakteristik semacam ini perlu diperhatikan sehingga pengambilan sampel
menurut strata populasi ini dapat ditetapkan.
Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap yaitu tahap
pertama menentukan sampel daerah dan tahap berikutnya menentukan orangorang yang ada pada daerah itu secara samlping juga. Teknik ini dapat
digambarkan seperti gambar 5.4 berikut.

A

B
D

Diambil

A

dengan

Gambar 5.4 Teknik Clusteer Random
C Sampling
random

F
I

G

Tahap
II
Diambil

C

dengan
random

D

F

H
2
8

E

Tahap
I

Populasi
daerah

Contoh :
Peneliti ingin mengetahui tingkat efektivitas proses belajar mengajar di tingkat
SMU. Populasi penelitian adalah siswa SMA seluruh Indonesia. Karena
jumlahnya sangat banyak dan terbagi dalam berbagai provinsi, maka penentuan
sampelnya dilakukan dalam tahapan sebagai berikut :
Tahap Pertama adalah menentukan sample daerah. Misalnya ditentukan secara
acak 10 Provinsi yang akan dijadikan daerah sampel.
Tahap kedua. Mengambil sampel SMU di tingkat Provinsi secara acak yang
selanjutnya disebut sampel provinsi. Karena provinsi terdiri dari Kabupaten/Kota,
maka diambil secara acak SMU tingkat Kabupaten yang akan ditetapkan sebagai
sampel (disebut Kabupaten Sampel), dan seterusnya, sampai tingkat kelurahan /
Desa yang akan dijadikan sampel. Setelah digabungkan, maka keseluruhan SMU
yang dijadikan sampel ini diharapkan akan menggambarkan keseluruhan populasi
secara keseluruhan.

b) Nonprobility Sampling
Nonprobility Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak
memberikan peluang atau kesempatan sama baju setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sample. Teknik sampel ini meliputi
sampling sistematis, kuota, aksidental purposive, jenuh, snowball.
1) Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan
urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya
anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota
itu diberikan lembar urut yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100.
Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja,
benar saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya lipatan
dari bilangan 5. Untuk ini maka yang diambil sebagai sampel adalah

2
8

nomor 15, 10, 15, 20 dan seterusnya sampai 100. Lihat gambar 5.5

OPULASI

SAMPEL

1

11

21

31

3

24

2

12

22

32

6

27

3

13

23

33

9

30

4

14

24

34

5

15

25

6

16

7

33

35

Diambil secara 12
15
sistematis

26

36

18

39

17

27

37

21

8

18

28

38

9

19

29

39

10

20

30

40

36

Gambar 5.5 smpling sistematis (populasi kelipatan tiga)
2) Sampling Kuota
Pada sampel kuota individua tau responden dipilih untuk memenuhi
suatu persentase yang sudah diketahui atau sudah di tentukan sebelumnya.
Sampel kuota dapat di definisikan sebagai suatu tipe suatu penarikan
sampel nonprobabilitas di mana unit sampel (responden) dipilih sebagai
sampel berdasarkan karakteristik yang telah ditentukan sebelumnya,
sedemikian rupa sehingga total sampel akan memiliki distribusi dengan
karakteristik yang sama sebagaimana yang diperkirakan terdapat dalam
populasi yang tengah diteliti.
Untuk melakukan penarikan sampel dengan menggunakan sampel
kuota, peneliti harus mengawalinya dengan membuat suatu matriks atau
tabel yang menjelaskan karakteristik dari populasi yang akan di teliti.
Tergantung pada tujuan riset yang ingin di capai, peneliti terlebih dahulu
harus mengetahui, misalnya, berapa jumlah laki-laki dan perempuan yang
terdapat pada suatu populasi dan dari masing-masing kelompok laki-laki
dan perempuan tersebut, berapa jumlah anak-anak, remaja, pemuda,

dewasa, dan orangtua ; berapa jumlah yang berpendidikan sarjana, sekolah
menengah (SMP/SMA), atau hanya sekolah dasar. Begitu pula, berapa
jumlah orang dengan latar belakang etnis atau suku bangsa tertentu (suku
jawa, sunda, batak, dll) yang terdapat dalam suatu populasi. Pada sampel
kuota, setiap kelompok masyarakat tersebut harus memiliki wakilnya
masing-masing dalam jumlah yang proporsional. Pada tingkat Nasional,
penarikan sampel kuota terkadang harus pula mempertimbangkan sampel
yang mewakili wilayah perkotaan, pedesaan, jawa atau luar jawa, kelas
menengah, pribumi atau keturunan.
Sampel Kuota Berdasarkan Karakteristik Populasi
USIA

SARJANA
AGAMA

ETNIS/SUKU

LAKI-LAKI
Anak-anak
Remaja
Muda
Dewasa
Tua
Sarjana
SMP/SMU
SD
Islam
Kristen
Hindu
Buddha
Jawa
Sunda
Batak
Minang

PEREMPUAN
Anak-anak
Remaja
Muda
Dewasa
Tua
Sarjana
SMP/SMU
SD
Islam
Kristen
Hindu
Buddha
Jawa
Sunda
Batak
Minang

Ketika matriks atau tabel yang tersusun dari sejumlah sel yang mewakili
kelompok-kelompok dalam masyarakat berdasarkan karakteristiknya masingmasing tersebut telah dapat di susun, dan jumlah anggota masing-masing tersebut
telah dapat disusun, dan jumlah anggota masing-masing kelompok tersebut telah
dapat disusun, dan jumlah anggota masing-masing kelompok tersebut telah dapat
disusun, dan jumlah anggota masing-masing kelompok tersebut telah dapat di
ketahui, maka peneliti dapat menentukan jumlah responden yang akan mewakili
masing-masing sel tersebut secara proporsional.

3) Sampling Insidental
Sampling insidential adalah teknik penentu sampel berdasarkan
kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan / insidential bertemu
dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel. Bila dipandang orang
yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data
4) Sampling Purposive
Samping purposive adalah teknik penentuan sampel yang dengan
pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas
makanan maka sampai sumber datanya adalah orang yang ahli makanan atau
penelitian tentang kondisi politik di suatu daerah maka sumber datanya adalah
orang yang ahli politik. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian
kualitatif atau penelitian yang tidak melakukan generalisasi.
5) Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi
relatif kecil kurang dari 30 orang atau penelitian yang ingin membuat generalisasi
dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampai jenuh adalah sensus di
mana semua anggota populasi dijadikan sample.
6) Snowball Sampling
Menurut Nurdiani (2014) Snowball sampling merupakan salah satu
metode dalam pengambilan sample dari suatu populasi. Dimana snowball
sampling ini adalah termasuk dalam teknik non-probability sampling
(sample dengan probabilitas yang tidak sama). Untuk metode pengambilan
sample seperti ini khusus digunakan untuk data-data yang bersifat
komunitas dari subjektif responden/sample, atau dengan kata lain oblek
sample yang kita inginkan sangat langka dan bersifat mengelompok pada
suatu Himpunan. Dengan kata lain snowball sampling metode
pengambilan sampel dengan secara berantai (multilevel).

Teknik

snowball

sampling

adalah

suatu

metode

untuk

mengidentifikasi, memilih dan mengambil sampel dalam suatu jaringan
atau rantai hubungan yang menerus. Peneliti menyajikan suatu jaringan
melalui gambar sociogram berupa gambar lingkaran-lingkaran yang
dikaitkan atau dihubungkan dengan garis-garis. Setiap lingkaran mewakili
satu responden atau kasus, dan garis-garis menunjukkan hubungan antar
responden atau antar kasus (Neuman, 2003). Pendapat lain mengatakan
bahwa teknik snowball sampling (bola salju) adalah metoda sampling di
mana sampel diperoleh melalui proses bergulir dari satu responden ke
responden yang lainnya, biasanya metoda ini digunakan untuk
menjelaskan pola-pola sosial atau komunikasi (sosiometrik) suatu
komunitas tertentu .
Cara pengambilan sampelnya :
Dalam snowball sampling, identifikasi awal dimulai dari seseorang
atau kasus yang masuk dalam kriteria penelitian. Kemudian berdasarkan
hubungan keterkaitan langsung maupun tidak langsung dalam suatu
jaringan, dapat ditemukan responden berikutnya atau unit sampel
berikutnya. Demikian seterusnya proses sampling ini berjalan sampai
didapatkan informasi yang cukup dan jumlah sampel yang memadai dan
akurat untuk dapat dianalisis guna menarik kesimpulan penelitian. Contoh
cara pelaksanaan teknik snowball sampling ditunjukkan pada penelitian
terhadap tunawisma di Jakarta. Pada awalnya sulit sekali menemukan
tunawisma hanya berdasarkan wilayah, namun setelah ditemukan satu atau

lebih tunawisma di suatu area, maka dengan mudah dapat ditemukan
tunawisma-tunawisma lain sebagai sampel melalui teknik sampling
snowball.
Prosedur pelaksanaan teknik snowball sampling dapat dilakukan
bertahap

dengan

wawancara

mendalam

dan

kuesioner.

Dalam

mewawancara responden, seorang Interviewer harus memiliki kejujuran,
kesabaran, rasa empati, dan semangat yang tinggi dengan tujuan untuk
menghasilkan data yang dibutuhkan. Wawancara mendalam dilakukan
dengan sejumlah daftar pertanyaan. Umumnya wawancara lapangan ini
memiliki karakteristik awal dan akhir yang tidak terlihat jelas. Pertanyaan
yang diajukan disesuaikan dengan kondisi dan situasi di lapangan.
wawancara lebih banyak bersifat informal dan fleksibel, mengikuti norma
yang berlaku pada setting lokal, kadang diselipkan dengan canda-tawa
yang dapat mencairkan suasana dan membina hubungan yang erat serta
meningkatkan kepercayaan individu yang diteliti. Menurut Neuman
(2003), konteks sosial dan setting wawancara perlu ditulis dalam catatan
lapangan dan dilihat sebagai hal yang penting untuk mendukung
penafsiran makna.
2. MENENTUKAN UKURAN SAMPLING
Ukuran sampel (sample size) adalah banyaknya individu, subyek
atau elemen dari populasi yang diambil sebagai sampel. Jika ukuran
sampel yang di ambil terlalu besar atau terlalu kecil maka akan menjadi
masalah dalam penelitian itu. Oleh karena itu, ukuran sampel harus betulbetul diperhatikan oleh peneliti dalam melakukan penelitiannya.
Tentang berapa ukuran ideal untuk sampel penelitian, sampai saat ini
belum ada kesepakatan atau ketentuan yang bisa diterima secara umum.
Penetapan ukuran sampel merupakan masalah yang komplek dan
mencakup banyak pertimbangan kualitatif dan kuantitatif. Yang jelas,
sampel yang baik adalah sampel yang memberikan pencerminan optimal
terhadap populasinya (representative). Representative suatu sampel tidak

pernah dapat dibuktikan, melainkan hanya didekati secara metodologi
melalui parameter yang diketahui dan diakui kebaikannya secara teoritik
maupun eksperimental.
Faktor-faktor kualitatif yang penting dipertimbangkan dalam
penentuan ukuran sampel adalah:
a. Pentingnya keputusan.
b. Sifat dari penelitian.
c. Jumlah variabel
d. Sifat dari analisa.
e. Ukuran sample dalam penelitian sejenis
f. Tingkat luasnya akibat.
g. Tingkat penyelesaian.
h. Keterbatasan sumber.
Umumnya, untuk keputusan yang lebih penting, banyak informasi
yang diperlukan, dan informasi yang akan diperoleh sangat tepat. Sifat dari
penelitian juga mempengaruhi ukuran sample. Untuk explaratory research
design, seperti yang digunakan dalam riset kualitatif, ukuran sample
adalah khusus kecil. Untuk conclusive research, seperti survey deskriptif,
sample besar yang akan digunakan.
Keputusan tentang ukuran yang digunakan juga ditentukan oleh
pertimbangan-pertimbangan keterbatasan sumber daya yang tersedia,
misalnya masalah biaya dan waktu yang terbatas. Keterbatasan yang lain
termasuk ketersediaan personel yang berkualitas untuk mengumpulkan
data. Faktor terpenting dalam menentukan ukuran sampel yang dibutuhkan
untuk mengestimasi sebuah parameter populasi adalah ukuran dari varians
populasi. Semakin besar dispersi atau varians dalam populasi, semakin
besar pula jumlah sampel yang diperlukan untuk menghasilkan ketepatan
estimasi.
Walaupun periset pemasaran seringkali dipengaruhi oleh keuangan
dalam keputusan terhadap ukuran sampel, pada beberapa kejadian dia akan
menghitung ukuran sampel yang diperlukan dalam rangka untuk
memberikan dia terhadap keluasan interval yang dia inginkan dan derajat
kepercayaan yang diinginkan. Hubungan antara tiga pertimbangan ini
telah siap timbul jika diketahui bahwa (untuk populasi terbatas) setengah
dari lebar estimasi interval (h) adalah sama dengan z.^x. Dalam

persamaan ini simbol untuk x estimasi dinyatakan sebagai z ^sx. dan h =
zs^x = zs^/Ön.
Simpangan baku harus merupakan suatu angka estimasi karean
sampel tidak akan terpilih sementara periset mencoba untuk memutuskan
ukuran sampel. Biasanya estimasinya tentang simpangan baku akan
berdasarkan pada pengalaman sebelumnya dalam bekerja dengan populasi
yang sama.
Tiga komponen tentang hubungan di atas membentuk dasar untuk
mengijinkan

periset

dalam

mengembangkan

dua

tingkat

yang

diinginkannya pada saat yang ketiga diijinkan untuk mencari tingkatnya
sendiri. Jika periset menetapkan kepercayaan (z) yang dia inginkan dan
ukuran interval, dia harus kemudian terikat pada ukuran sampel yang
telah ditetapkan dengan persamaan yang dapat dinyatakan dalam bentuk
n
n = z² ^s²/h²
Contoh
Periset berharap untuk mengambil suatu sampel dari populasi tetapi sedang
mencoba memutuskan berapa besar sampel yang akan diambil. Dia memutuskan
untuk suatu tingkat kepercayaan sebesar 95 persen dan juga menginginkan lebar
intervalnya tidak lebih besar dari 5. Jika dia mengestimasi bahwa populasinya
memiliki suatu simpangan baku sebesar 7, berapa besar sampel yang akan
diperlukan?
Pemecahan:
n = z² ^s²/h² = (1.96)²(7)²/(2.5)² = 30.1
Dengan dasar pada perhitungan ini periset akan mungkin memilih pendekatan
konservatif untuk kebutuhannya dan menetapkan ukuran sampel sebesar 31.
Pada kasus populasi terbatas, harus dicatat bahwa keputusan pada ukuran sampel
mungkin (jika n 0.05 N) membutuhkan penyelesaian untuk n dalam persamaan:
h = z.sx = z.

.

Jika bekerja dengan proporsi maka perlu dicatat bahwa interval setengah
dinyatakan sebagai:

h = z.sx
h=z

Jika diselesaikan untuk n persamaan ini:
z² (pq)
n=

Karena periset belum memiliki nilai sampel untuk p dan q, dia
membuat estimasi untuk

kedua komponen tersebut. Kekurangan akan

dasar untuk mengestimasi dia mungkin akan mengambil pendekatan
konservatif untuk menjamin bahwa dia mendapatkan suatu sampel yang
cukup besar.

Dalam kasus estimasi sehubungan dengan proporsi,

pendekatan ini memakai untu nilai p = 0.5 dan q = 0.5. Yang perlu dicatat
bahwa hasil kali p dan q adalah pada tingkat terbesar jika p = 0.5. Jika
hasil kali adalah pada hasil terbesarnya, ukuran sampel adalah terbesar.

3. MENENTUKAN UKURAN SAMPEL
Akan dilakukan penelitian untuk mengetahui tanggapan kelompok
masyarakat

terhadap

pelayanan

pendidikan

yang

diberikan

oleh

pemerintah daerah tertentu. Kelompok masyarakat itu terdiri (1000) orang
yang dapat dikelompokkan berdasarkan jenjang pendidikan, yaitu lulusan
S1 = 50. Sarjana muda = , SMK = 500 SMP = 100, SD = 50 (Populasi
berstarata)
Dengan menggunakan tabel

5.1 bila jumlah populasi = 100

kesalahan 5% maka jumlah sampelnya = 258. Karena populasi berstrata,
maka sampelnya juga berstrata. Stratanya ditentukan menurut jenjang
pendidikan. Dengan demikian masing-masing sampel untuk tingkat
pendidikan harus proporsional sesuai dengan populasi berdasarkan
perhitungan dengan cara berikut ini jumlah sampel untuk kelompok S1=
100, SD= 50 (populasi berstrata)

S1

=

50/1000

X 258 =

12,90 =

13

SM

=

300/1000

X 258 =

77,40 =

78

SMk

=

500/1000

X 285 =

129,0 =

129

SMP

=

100/1000

X 285 =

25,8

=

26

SD

=

50/1000

X 258 =

12,90 =

13

JUMLAH

=

285

Jadi jumlah sampelnya = 12,9 = 77,4 + 129 + 25,8 + 12,9 = 258 jumlah yang
pecahan yang bisa dibulatkan ke atas sehingga jumlah sampelnya menjadi 13 + 78
+ 129 + 126 + 13 = 259.
Pada perhitungan yang menghasilkan pecahan (tedapat koma)
sebaiknya dibulatkan keatas sehingga jumlah sampelnya lebih dari 259.
Hal ini lebih aman dari pada kurang 258. Gambaran jumlah populasi dan
sampel dapat ditunjukkan pada gambar 5.8 berikut:
Populasi
1000
S1 = 50

Sampel
278
S1 = 13

SM = 300

SM = 78
SMK = 129

SMK = 500

SMP = 26

SMP = 100
SD = 50

SD = 13

Roscue dalam buku Research Methods For Business (1982:253) memberikan
saran-saran tentang ukurab sampel untuk penelitian seperti berikut.
1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian antara 30 sampai 500.
2. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya: pria wanita, pegawai negriswasta dll) maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal.
3. Dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariatif (korelasi atau
rekresi gambar misalnya) maka jumlah anggota sampel minimal 10 x jumlah
variable yang diteliti misalnya variabel peneliatannya ada 5 ( independent dan
dependent) maka jumlah anggota sampel 10x5 = 50.
4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok
eksperimen dan kelompok control, maka jumlah anggota sampel masingmasing antara 10 sampai 20

5. CARA MENGAMBIL ANGGOTA SAMPEL
Dibagian depan bab ini telah ditemukan terdapat dua teknik
sampling. Yaitu probability sampling dan non nonprobabilty sampling.
Probability sampling adalah teknik sampling yang memberi peluang sama
dengan anggota populasi untuk memilih menjadi anggota sample. Cara
demikian sering disebut random sampling atau cara pengambilan sample
secara acak.
Pengambilan sampel secara random atau acak dapat dilakukan
dengan bilangan random, computer, maupun dengan undian. Bila
pengambilan dilakukan dengan undian, maka setiap anggota populasi
diberikan nomor terlebih dahulu, sesuai dengan jumlah populasi.
Karena teknik pengambilan sampel adalah random, maka setiap
anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi
anggota sampel. Untuk contoh diatas peluang setiap anggota populasi =
1/1000.

Dengan demikian cara pengambilannya nomor satu telah diambil,
maka pperlu dikembalikan lagi kalau tidak dikembalikan peluang akan
menjadi tidak sama lagi misalnya nomor pertama tidak dikembalikan lagi
maka peluang berikutnya menjadi 1: (1000-1)=1/999. Peluang akan
semakin besar bila telah diambil tidak dikembalikan. Bila yang telah
diambil lagi dianggap tidak sah dan dikembalikan lagi.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

SARAN

Ali, Mohammad & Muhammad Asrori. 2014. Metodologi & Aplikasi Riset
Pendidikan. Jakarta: Pt Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
DAFTAR PUSTAKA
Ngalimun. (2014). Strategi Dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja
Pressindo
Nurdiani, N. 2014. Teknik Sampling Snowball Dalam Penelitian Lapangan. Binus
University: Jakarta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&d. Bandun:
Penerbit Alfabeta.
Syaodih, Nana Sukmadinata. 2010. Meode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.