Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Pedagang Hasil Laut (Studi Kasus : Desa Pantai Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Perikanan adalah suatu kegiatan ekonomi. Tujuan pembangunan sektor perikanan Indonesia sebagai sumber devisa negara, sumber pendapatan nelayan dan sumber proses hewani bagi manusia. Untuk mencapai tujuan-tujuan itu, produk-produk perikanan biasanya harus mengalami perpindahaan pemilikan dari nelayan atau petani ikan sebagai produsen kepada penduduk sebagai konsumen. Perpindahan pemilikan yang dimaksud terjadi karena adanya pasar. Sebab itu pemasaran adalah mata rantai yang penting dalam suatu pembangunan perikanan.

Ikan merupakan salah satu sumber zat gizi penting bagi proses kelangsungan hidup manusia. Manusia telah memanfaatkan ikan sebagai bahan pangan sejak beberapa abad yang lalu. Sebagai bahan pangan, ikan mengandung zat gizi utama berupa protein, lemak, vitamin, dan mineral. Protein ikan menyediakan lebih kurang 2/3 dari kebutuhan protein hewani yang diperlukan oleh manusia. Kandungan protein ikan relatif besar yaitu antara 15-25%/100 g daging ikan. Kandungan lemak daging merah ikan lebih tinggi dibandingkan daging putih ikan. Jumlah mineral pada daging ikan hanya sedikit. Ikan juga dipandang sebagai sumber kalsium, besi, tembaga, dan yodium (Junianto, 2003).

Ikan merupakan salah satu komoditas penting, untuk itu diperlukan pengelolaan yang lebih intensif agar sumber daya ikan dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Nelayan sebagai pihak yang berjasa dalam menghasilkan ikan juga sudah seharusnya mendapat perhatian khusus dalam perbaikan taraf hidup


(2)

mereka. Terutama karena peningkatan kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan utama pembangunan. Namun kenyataannya, kebanyakan penduduk Desa Percut masih berada dalam taraf hidup menengah ke bawah.

Produksi ikan bersifat musiman, terutama ikan laut. Dengan demikian, pada suatu saat produksi ikan sangat melimpah, banyak ikan yang tidak dimanfaatkan sehingga menjadi busuk. Hal ini sangat merugikan bagi nelayan atau pengusaha yang berkecimpung dalam dunia bisnis perikanan (Rahardi dkk, 1993).

Kegiatan produksi di bidang perikanan dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu: dengan cara penangkapan, budidaya, dan pengolahan hasil perikanan yang dapat dilakukan di perairan darat maupun perikanan laut. Sumberdaya perikanan ini apabila dimanfaatkan akan memberikan keuntungan yang besar bagi Negara melalui ekspor non migas. Cara penangkapan yaitu dengan menangkap ikan di laut bebas dengan mempergunakan alat tangkap yang dimiliki oleh nelayan. Cara budidaya yaitu dengan membudidayakan ikan baik di laut maupun di air tawar. Pengolahan hasil perikanan yaitu dengan mengolah hasil-hasil dari ikan hasil tangkapan, baik pengalengan,pengasinan, perebusan maupun mengolah menjadi tepung ikan (Dinas Perikanan, 1991).

Usaha perikanan bukanlah usaha yang hanya sekedar melakukan kegiatan pemeliharaan ikan di kolam, di sungai, di danau, atau di laut melainkan usaha yang mencakup berbagai aspek organism (sumber hayati) di perairan secara keseluruhan. Semua organism seperti ikan, kerang, siput, rumput laut dan organisme lain termasuk objek usaha perikanan. Objek usaha perikanan adalah semua kegiatan yang ada hubungannya memanfaatkan sumber hayati perairan


(3)

(hewan dan tumbuhan) yang hasilnya dapat dimanfaatkan bagi kehidupan ekonomi. Dengan demikian, usaha perikanan bertujuan untuk memanfaatkan hasil perairan air tawar dan perairan laut, baik dengan cara memeliharanya maupun dengan cara menangkap dan mengolahnya. Usaha perikanan laut meliputi penangkapan ikan, pengambilan kerang, pengambilan mutiara dan pengambilan rumput laut (Evi, 2001).

Menurut Suhartini dan Nur (2000), ada beberapa faktor yang harus dihadapi oleh industri ikan tradisional yaitu:

-Kualitas bahan baku yang rendah -Ketersediaan bahan baku yang rendah -Tidak ada infrastuktur yang mendukung

-Rendahnya pengeluaran untuk peningkatan mutu dan proses produksi. -Rendahnya pengetahuan dalam proses produksi

- Rendahnya informasi dan standar keamanan produk.

Proses pembusukan pada ikan dapat disebabkan terutama oleh aktivitas enzim yang terdapat di dalam tubuh ikan itu sendiri, aktivitas mikroorganisme atau proses oksidasi pada lemak tubuh oleh oksigen dari udara. Kelemahan yang dimiliki oleh ikan telah dirasakan sangat menghambat usaha pemasaran hasil perikanan dan tidak jarang menimbulkan kerugian besar, terutama pada saat produksi ikan melimpah. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan daya simpan dan daya awet produk perikanan pada pa sca panen melalui proses pengolahan maupun pengawetan (Afrianto dan Evi, 1991).


(4)

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) kalau ditinjau dari menejemen operasi, maka TPI merupakan tempat penjual jasa pelayanan antara lain sebagai tempat pelelangan, tempat perbaikan jaring, tempat perbaikan mesin, dan lain sebagainya. Disamping itu TPI merupakan tempat berkumpulnya nelayan dan pedagang-pedagang ikan atau pembeli ikan dalam rangka mengadakan transaksi jual beli ikan. Nelayan ingin menjual hasil tangkapan ikannya dengan harga sebaik mungkin, sedangkan pembeli ingin membeli dengan harga serendah mungkin. Untuk mempertemukan penawaran dan permintaan itu, diselenggarakan pelelangan ikan agar tercapai harga yang sesuai, sehingga masing- masing pihak tidak merasa dirugikan.

Menurut Junianto (2003), TPI yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

- Mempunyai persediaan air bersih - Mempunyai tempat penyimpanan es

- Mempunyai wadah atau keranjang untuk melelang ikan

- Lantai pelelangan harus dibuat ubin yang halus dan mudah dibersihkan serta tidak terdapat genangan.

Hambatan menurut kamus besar bahasa Indonesia (2005), hambat merupakan kata dasar dari penghambat berarti membuat sesuatu menjadi terhambat atau tidak lancar. Penghambat berarti orang yang menghambat, alat yang digunakan untuk menghambat.Hambatan merupakan keadaan yang dapat menyebabkan pelaksaan terganggu.Berdasarkan pendapat dapat ditarik kesimpulan bahwa penghambat adalah suatu keadaan yang selalu dalam keadaan tidak lancar mengalami gangguan.


(5)

Pengaruh faktor sosial ekonomi terhadap pendapatan pedagang nelayan hasil laut meliputi umur,pendidikan formal, pengalaman, jumlah tanggungan keluarga serta modal. Dilihat dari segi umur mempunyai hubungan terhadap responsibilitas seseorang akan penawaran tenaga kerjanya. Semakin meningkat umur seseorang semakin besar penawaran tenaga kerjanya. Selama masih dalam usiaproduktif, karena semakin tinggi usia seseorang semakin besar tanggung jawab yang harus ditanggung. Jumlah tanggungan keluarga responden dapat diartikan sebagai jumlah seluruh anggota keluarga yang harus ditanggung dalam satu keluarga. Setiap masing-masing keluarga memiliki jumlah tanggungan keluarga yang berbeda-beda. Asumsinya semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka kebutuhan dalam keluarga tersebut semakin banyak. Oleh karena itu, curahan jam kerja akan semakin tinggi agar pendapatan yang diperoleh responden semakin banyak untuk memenuhi kebutuhan. Titik tertentu penawaran akan menurun seiring dengan usia yang makin bertambah.Jumlah penduduk sekolah dipengaruhi tingkat penyediaan fasilitas pendidikan dan tingkat penghasilan keluarga.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pendapatan

Menurut Sitohang (1996), memandang pendapatan dari sisi efektifitas penggunaannya untuk memenuhi kebutuhan adalah nilai barang atau jasa tertentu pada akhir jangka tertentu yang mempunyai indikasi bahwa makna pendapatan bisa saja bergeser seiring dengan tingkat pengeluaran konsumsi masyarakat.

Pengaruh faktor sosial ekonomi terhadap pendapatan pedagang dinilai mulai dari umur, pendidikan formal yang sangat penting bagi pedagang untuk mengetahui


(6)

inovasi baru, jumlah tanggungan keluarga yang makin banyak maka pendapatan keluarga semakin berkurang, melalui pengalaman maka timbullah keahlian, kemampuan, keuletan serta pengetahuan.

Menurut Sukirno (2006) pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan atau tahunan. Dan ada beberapa klasifikasi pendapatan yaitu: a) Pertama, pendapatan pribadi yaitu semua jenis pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan sesuatu kegiatan apapun yang diterima penduduk suatu negara. b) Kedua, pendapatan disposibel yaitu pendapatan pribadi dikurangi pajak yang harus dibayarkan oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap dibelanjakan inilah yang dinamakan pendapatan disposibel.

c) Ketiga, pendapatan nasional yaitu nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa-jasa yang diproduksi oleh suatu negara dalam satu tahun.

Menurut Sobri (1999) pendapatan disposibel adalah suatu jenis penghasilan yang diperoleh seseorang yang siap untuk dibelanjakan atau dikonsumsikan. Besarnya pendapatan disposibel yaitu pendapatan yang diterima dikurangi dengan pajak langsung (pajak perseorangan) seperti pajak penghasilan.

Menurut teori Milton Friedman bahwa pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pendapatan permanen dan pendapatan sementara. Pendapatan permanen dapat diartikan yaitu:

a) Pertama, pendapatan yang selalu diterima pada periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, sebagai contoh adalah pendapatan, upah, dan gaji. b) Kedua, pendapatan yang diperoleh dan hasil semua faktor yang menentukan


(7)

kekayaan seseorang.

Pendapatan menekan pada perwujudan balas jasa dari partisipasi seseorang dalam satu kegiatan produksi dimana tergambar pada sumbangan faktor-faktor produksi atas nilai tambah (value added) pada tingkat output tertentu. Nilai tambah inilah yang merupakan pokok utama dari balas jasa yang selanjutnya disebut pendapatan. Pendapatan tersebut dipilih menurut jangka waktu tertentu sehingga arti praktisnya nampak, misalnya satu bulan, dan lain sebagainya.

Tingkat pendapatan rumah tangga tergantung kepada jenis-jenis kegiatan yang dilakukan. Jenis kegiatan yang mengikut serta kan modal atau keterampilan mempunyai produktivitas tenaga kerja lebih tinggi, yang pada akhirnya mampu memberikan pendapatan yang lebih besar (Winardi, 1988).

2.2.2 Biaya

Biaya adalah nilai dari semua pengorbanan ekonomis yang diperlukan, yang tidak dapat dihindarkan, dapat diperkirakan, dan dapat diukur untuk menghasilkan suatu produk (Cyrilla dan Ismail, 1988).

Menurut Boediono (1998), biaya mencakup suatu pengukuran nilai sumberdaya yang harus dikorbankan sebagai akibat dari aktivitas–aktivitas yang bertujuan untuk mencari keuntungan.

Menurut Widjaja (1999), berdasarkan volume kegiatan, biaya dibedakan atas biaya tetap dan biaya tidak tetap (variabel).


(8)

a.Biaya tetap (fixedcost)

Biaya tetap adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi yang jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan tertentu seperti depresiasi asuransi, perbaikan rutin, pajak, dan bunga modal termasuk kedalam biaya tetap. b.Biaya variabel (variable cost)

Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah–ubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

Pengeluaran atau biaya adalah nilai penggunaan secara produksi (input) yang diperlukan pada proses produksi. Untuk sarana produksi yang dibeli dimasukkan dalam biaya tunai, sedangkan untuk sarana produksi yang tidak dibeli, dimasukkan dalam biaya diperhitungkan (Soeharjo dan Patong, 1973).

2.2.3 Penerimaan

Soekartawi, dkk (1986), menyatakan bahwa penerimaan merupakan nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual.

Soeharjo dan Patong (1973), menyatakan bahwa penerimaan merupakan hasil perkalian dari produksi total dengan harga peroleh satuan. Produksi total adalah hasil utama dan sampingan, sedangkan harga adalah harga pada tingkat usahatani atau harga jual petani.

Penerimaan dalam usahatani meliputi seluruh penerimaan yang dihasilkan selama periode pembukuan yang sama, sedangkan pendapatan adalah penerimaan dengan biaya produksi (Kay dan Edward, 1994).


(9)

2.3 Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Berpengaruh Terhadap Pendapatan Pedagang

1. Umur

Umur dan tingkat pendidikan dapat berpengaruh bagi petani dalam mengambil keputusan.Umur muda dan tingkat pendidikan yang tinggi memungkinkan petani lebih dinamis dan lebih dapat menerima inovasi baru.Dengan kondisi tersebut petani mampu mengelola usahatani seoptimal mungkin dengan curahan tenaga fisik yang tersedia (Anonimous,2008).

2. Pendidikan Formal

Sebagai negara agraris tidak dipungkiri bahwa sebagian besar masyarakat kita adalah petani hal ini terjadi karena upaya pendidikan petani seringkali tersisihkan.Secara popular pendidikan pertanian untuk petani disebut sebagai penyuluhan pertanian. Dalam undang-undang sekarang ini pengertian tentang penyuluhan mencakup pengelolaan komoditas lain di luar tanaman pangan seperti kehutanan,perikanan,perkebunan,peternakan, dan nelayan (Puspita,2009).

3.Pengalaman

Pengalaman dapat menambah wawasan dalam industri karena dapat menguji dan membandingkan pengetahuan dengan situasi dan keadaan yang sebenarnya, di samping itu, dapat membantu kesempatan untuk menambah pengetahuan dan teknologi yang baru sebanyak-banyaknya (Slameto,2003).

4.Jumlah Tanggungan Keluarga

Ada hubungan yang searah antara koefisien petani terhadap resiko dengan jumlah anggota keluarga.Keadaan demikian sangat beralasan, karena tuntutan kebutuhan uang tunai rumah tangga yang besar, sehingga petani harus hati-hati dalam bertindak khususnya berkaitan dengan cara-cara baru yang senantiasa beresiko


(10)

tinggi. Kegagalan petani dalam berusahatani akan sangat berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga. Jumlah anggota keluarga yang besar seharusnya memberikan dorongan yang kuat untuk berusahatani secara intensif dengan menerapkan teknologi baru sehingga akan meningkatkan pendapatan pedagang (Soekartawi dkk,1993).

5.Modal

Salah satu kendala yang dihadapi petani dalam melakukan usahataninya adalah terbatas sumber modal di pedesaan, terutama untuk tanaman saprodi, upah oleh tanah, upah tanam dan panen.Penggunaan modal usahatani dapat dibedakan menjadi modal tetap atau modal investasi dan modal tidak tetap atau modal kerja (Prasetyo dkk, 2008).

2.4 Penelitian Terdahulu

Zulfikar (2002), hasil penelitian tentang analisis bagi hasil terhadap pendapatan buruh nelayan di Kabupaten Deli Serdang, bahwa hasil analisis dapat diketahui untuk uji beda rata-rata nelayan melaut jaring dan melaut pancing diperoleh hitung 12,20 pada tingkat pengujian signifikan 5% maka tabel = 1,734. Karena t-hitung > t-tabel maka Ho ditolak. Artinya ada perbedaan yang signifikan antara pendapatan melaut jaring dan pancing. Untuk uji beda rata-rata melaut pancing dan melaut jaring diperole t-hitung 2,21 pada tingkat signifikan 5% maka t-tabel = 1,734. Karena t-hitung > t-tabel maka Ho ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara melaut pancing dan jaring.

Sasmita (2006), dalam penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi usaha nelayan di Kabupaten Asahan, menyatakan bahwa variabel


(11)

independent modal, jumlah tenaga kerja, jumlah perahu, dan waktu melaut yang dapat menerangkan variansi variabel dependent (pendapatan usaha nelayan) sebesar 60,7%. Dari variabel independent yang diteliti modal kerja dan melaut signifikan pada tingkat kepercayaan 5% sedangkan jumlah tenaga kerja signifikan pada tingkat kepercayaan 10%.

2.5 Kerangka Pemikiran

Pedagang adalah perantara yang kegiatannya membeli barang dan menjualnya kembali secara tanggung jawab dengan konsumen.Pada pendapatan pedagang terdapat faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi pendapatannya.Faktor sosial ekonomi antara lain adalah umur, pendidikan formal,pengalaman,jumlah tanggungan keluarga dan modal.Dari nelayan hasil laut diperoleh produksi seminimal mungkin dan dijual kembali oleh pedagang untuk memperoleh hasil yang maksimal sehingga mendapatkn penerimaan yang besar.Penerimaan pedagang dipengaruhi oleh harga jual hasil laut, semakin tinggi harga hasil laut maka penerimaan pedagang semakin tinggi.Dari hasil pengurangan antara penerimaan dengan biaya produksi diperoleh pendapatan pedagang.Untuk mengetahui pengaruh beberapa faktor sosial ekonomi terhadap pendapatan hasil laut maka dilakukan penelitian.Adapun skema kerangka pemikiran dapat dilihat dari skema kerangka pemikiran berikut ini.


(12)

Proses Pelelangan Ikan

faktor-faktor sosial ekonomi:

Umur ,Pendidikan Formal,

Pengalaman, Jumlah tanggungan keluarga ,Modal

BIAYA PENERIMAAN

PENDAPATAN

Keterangan :

: Hubungan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

PEDAGANG

PROSES PELELANGAN IKAN

FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI :

1. Umur

2. Pendidikan formal 3. Pengalaman

4. Jumlah tanggungan keluarga 5. Modal

PENERIMAAN BIAYA


(13)

2.6 Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh faktor sosial ekonomi umur, pendidikan formal, pengalaman, jumlah tanggungan keluarga, dan modal terhadap pendapatan pedagang hasil laut.


(1)

a.Biaya tetap (fixedcost)

Biaya tetap adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi yang jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan tertentu seperti depresiasi asuransi, perbaikan rutin, pajak, dan bunga modal termasuk kedalam biaya tetap. b.Biaya variabel (variable cost)

Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah–ubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

Pengeluaran atau biaya adalah nilai penggunaan secara produksi (input) yang diperlukan pada proses produksi. Untuk sarana produksi yang dibeli dimasukkan dalam biaya tunai, sedangkan untuk sarana produksi yang tidak dibeli, dimasukkan dalam biaya diperhitungkan (Soeharjo dan Patong, 1973).

2.2.3 Penerimaan

Soekartawi, dkk (1986), menyatakan bahwa penerimaan merupakan nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual.

Soeharjo dan Patong (1973), menyatakan bahwa penerimaan merupakan hasil perkalian dari produksi total dengan harga peroleh satuan. Produksi total adalah hasil utama dan sampingan, sedangkan harga adalah harga pada tingkat usahatani atau harga jual petani.

Penerimaan dalam usahatani meliputi seluruh penerimaan yang dihasilkan selama periode pembukuan yang sama, sedangkan pendapatan adalah penerimaan dengan biaya produksi (Kay dan Edward, 1994).


(2)

2.3 Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Berpengaruh Terhadap Pendapatan Pedagang

1. Umur

Umur dan tingkat pendidikan dapat berpengaruh bagi petani dalam mengambil keputusan.Umur muda dan tingkat pendidikan yang tinggi memungkinkan petani lebih dinamis dan lebih dapat menerima inovasi baru.Dengan kondisi tersebut petani mampu mengelola usahatani seoptimal mungkin dengan curahan tenaga fisik yang tersedia (Anonimous,2008).

2. Pendidikan Formal

Sebagai negara agraris tidak dipungkiri bahwa sebagian besar masyarakat kita adalah petani hal ini terjadi karena upaya pendidikan petani seringkali tersisihkan.Secara popular pendidikan pertanian untuk petani disebut sebagai penyuluhan pertanian. Dalam undang-undang sekarang ini pengertian tentang penyuluhan mencakup pengelolaan komoditas lain di luar tanaman pangan seperti kehutanan,perikanan,perkebunan,peternakan, dan nelayan (Puspita,2009).

3.Pengalaman

Pengalaman dapat menambah wawasan dalam industri karena dapat menguji dan membandingkan pengetahuan dengan situasi dan keadaan yang sebenarnya, di samping itu, dapat membantu kesempatan untuk menambah pengetahuan dan teknologi yang baru sebanyak-banyaknya (Slameto,2003).

4.Jumlah Tanggungan Keluarga

Ada hubungan yang searah antara koefisien petani terhadap resiko dengan jumlah anggota keluarga.Keadaan demikian sangat beralasan, karena tuntutan kebutuhan uang tunai rumah tangga yang besar, sehingga petani harus hati-hati dalam bertindak khususnya berkaitan dengan cara-cara baru yang senantiasa beresiko


(3)

tinggi. Kegagalan petani dalam berusahatani akan sangat berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga. Jumlah anggota keluarga yang besar seharusnya memberikan dorongan yang kuat untuk berusahatani secara intensif dengan menerapkan teknologi baru sehingga akan meningkatkan pendapatan pedagang (Soekartawi dkk,1993).

5.Modal

Salah satu kendala yang dihadapi petani dalam melakukan usahataninya adalah terbatas sumber modal di pedesaan, terutama untuk tanaman saprodi, upah oleh tanah, upah tanam dan panen.Penggunaan modal usahatani dapat dibedakan menjadi modal tetap atau modal investasi dan modal tidak tetap atau modal kerja (Prasetyo dkk, 2008).

2.4 Penelitian Terdahulu

Zulfikar (2002), hasil penelitian tentang analisis bagi hasil terhadap pendapatan buruh nelayan di Kabupaten Deli Serdang, bahwa hasil analisis dapat diketahui untuk uji beda rata-rata nelayan melaut jaring dan melaut pancing diperoleh hitung 12,20 pada tingkat pengujian signifikan 5% maka tabel = 1,734. Karena t-hitung > t-tabel maka Ho ditolak. Artinya ada perbedaan yang signifikan antara pendapatan melaut jaring dan pancing. Untuk uji beda rata-rata melaut pancing dan melaut jaring diperole t-hitung 2,21 pada tingkat signifikan 5% maka t-tabel = 1,734. Karena t-hitung > t-tabel maka Ho ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara melaut pancing dan jaring.

Sasmita (2006), dalam penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi usaha nelayan di Kabupaten Asahan, menyatakan bahwa variabel


(4)

independent modal, jumlah tenaga kerja, jumlah perahu, dan waktu melaut yang dapat menerangkan variansi variabel dependent (pendapatan usaha nelayan) sebesar 60,7%. Dari variabel independent yang diteliti modal kerja dan melaut signifikan pada tingkat kepercayaan 5% sedangkan jumlah tenaga kerja signifikan pada tingkat kepercayaan 10%.

2.5 Kerangka Pemikiran

Pedagang adalah perantara yang kegiatannya membeli barang dan menjualnya kembali secara tanggung jawab dengan konsumen.Pada pendapatan pedagang terdapat faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi pendapatannya.Faktor sosial ekonomi antara lain adalah umur, pendidikan formal,pengalaman,jumlah tanggungan keluarga dan modal.Dari nelayan hasil laut diperoleh produksi seminimal mungkin dan dijual kembali oleh pedagang untuk memperoleh hasil yang maksimal sehingga mendapatkn penerimaan yang besar.Penerimaan pedagang dipengaruhi oleh harga jual hasil laut, semakin tinggi harga hasil laut maka penerimaan pedagang semakin tinggi.Dari hasil pengurangan antara penerimaan dengan biaya produksi diperoleh pendapatan pedagang.Untuk mengetahui pengaruh beberapa faktor sosial ekonomi terhadap pendapatan hasil laut maka dilakukan penelitian.Adapun skema kerangka pemikiran dapat dilihat dari skema kerangka pemikiran berikut ini.


(5)

Proses Pelelangan Ikan

faktor-faktor sosial ekonomi:

Umur ,Pendidikan Formal,

Pengalaman, Jumlah tanggungan keluarga ,Modal

BIAYA PENERIMAAN

PENDAPATAN

Keterangan :

: Hubungan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

PEDAGANG

PROSES PELELANGAN IKAN

FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI :

1. Umur

2. Pendidikan formal 3. Pengalaman

4. Jumlah tanggungan keluarga 5. Modal

PENERIMAAN BIAYA


(6)

2.6 Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh faktor sosial ekonomi umur, pendidikan formal, pengalaman, jumlah tanggungan keluarga, dan modal terhadap pendapatan pedagang hasil laut.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Pedagang Hasil Laut (Studi Kasus : Desa Pantai Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

4 78 84

Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap Pendapatan Nelayan (Studi Kasus : Desa Percut Sei Tuan, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

0 7 73

Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Pedagang Hasil Laut (Studi Kasus : Desa Pantai Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 12

Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Pedagang Hasil Laut (Studi Kasus : Desa Pantai Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

0 1 1

Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Pedagang Hasil Laut (Studi Kasus : Desa Pantai Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 7

Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Pedagang Hasil Laut (Studi Kasus : Desa Pantai Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

0 1 2

Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Pedagang Hasil Laut (Studi Kasus : Desa Pantai Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 23

Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap Pendapatan Nelayan (Studi Kasus : Desa Percut Sei Tuan, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

0 3 11

Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap Pendapatan Nelayan (Studi Kasus : Desa Percut Sei Tuan, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

0 3 1

Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap Pendapatan Nelayan (Studi Kasus : Desa Percut Sei Tuan, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 7