Pengaruh Servant Leadership terhadap Perilaku Inovatif Karyawan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Perilaku Inovatif
1. Definisi Perilaku Inovatif
Menurut Kleysen & Street (dalam Kresnandito & Fajriyanthi, 2012),
perilaku inovatif dapat diartikan sebagai keseluruhan tindakan individu yang
mengarah pada pemunculan, pengenalan dan penerapan dari sesuatu yang
baru dan menguntungkan pada seluruh tingkat organisasi. Sejalan dengan itu,
West & Farr (dalam Helmi, 2011) mengatakan bahwa perilaku inovatif
adalah semua perilaku individu yang diarahkan untuk menghasilkan,
memperkenalkan dan mengaplikasikan hal-hal yang baru yang dapat
bermanfaat dalam berbagai level organisasi.
Scott & Bruce (dalam Yesil & Sozbilir, 2013) juga mengatakan
bahwa Perilaku inovatif adalah adanya perilaku individu untuk
menampilkan, mempromosikan, dan mengimplementasikan ide baru di
dalam pekerjaan, kelompok, atau organisasi kerjanya. Sejalan dengan ini,
Carmeli, A., Meitar, & Weisberg, J. (2006) medefinisikan perilaku
inovatif sebagai perilaku yang meliputi beberapa proses, dimana individu
menghasilkan ide-ide baru, mempromosikan dan mencari dukungan untuk
ide-ide tersebut, dan menghasilkan hal-hal baru yang dapat berguna untuk
organisasi maupun bagian-bagian yang ada didalam organisasi tersebut.
10
Universitas Sumatera Utara
Perilaku inovatif sering dikaitkan dengan kreatifitas karyawan.
Namun, keduanya memiliki konstruk perilaku yang berbeda (Jong & Den
Hartog, 2010). Dimana, kreatifitas dapat dilihat pada tahap pertama dari
proses perilaku inovatif yang dibutuhkan karyawan untuk menghasilkan ideide baru (West, dalam Jong Den Hartog, 2010). Sedangkan perilaku inovatif
memiliki proses yang lebih kompleks karena ide-ide tersebut akan sampai
pada tahap aplikasi (Jong & Den Hartog, 2010)
Berdasarkan penjelasan dari beberapa teori diatas, perilaku inovatif
yang menjadi fokus penelitian ini adalah semua perilaku individu yang
meliputi beberapa proses, yaitu
adanya pemunculan ide-ide baru ,
pengenalan, mempromosikan, dan mengimplementasikan ide-ide baru
tersebut ke dalam pekerjaan, kelompok, dan organisasi kerjanya yang
dapat bermanfaat bagi seluruh tingkat organisasi.
2. Dimensi-Dimensi Perilaku Inovatif
Menurut Kleysen & Street (dalam Kresnandito & Fajriyanthi,
2012), perilaku inovatif memiliki 5 dimensi, yaitu :
a. Oppurtunity Exploration
Komponen ini mengacu pada mempelajari atau mengetahui lebih
banyak mengenai peluang untuk berinovasi.
b. Generativity
Komponen ini mengacu pada pemunculan konsep-konsep untuk
tujuan pengembangan.
11
Universitas Sumatera Utara
c. Formative Investigation
Komponen ini mengacu pada pemberian perhatian untuk
menyempurnakan ide, solusi, opini dan melakukan peninjauan
terhadap ide-ide tersebut.
d. Championing
Komponen ini mengacu pada adanya praktek-praktek usaha untuk
merealisasikan ide-ide
e. Application
Komponen ini mengacu pada mecoba untuk mengembangkan,
menguji coba, dan mengkomersialisasikan ide-ide inovatif.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dimensi-dimensi
perilaku inovatif adalah mempelajari peluang, memunculkan konsep-konsep
untuk tujuan pengembangan, peninjauan terhadap ide-ide, menunjukkan
usaha-usaha untuk merealisasikan ide dan mengaplikasikan ide tersebut.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Inovatif
Etikariena & Muluk (2014) mengemukakan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi munculnya perilaku inovatif, baik faktor eksternal
maupun faktor internal.
Adapun faktor-faktor tersebut, yaitu :
a. Faktor Eksternal
1) Kepemimpinan
Karyawan yang memiliki hubungan yang positif dengan
pemimpinnya, cenderung memunculkan perilaku inovatif pada
12
Universitas Sumatera Utara
karyawan.
Harapan
yang
tinggi
dari
pemimpin
agar
karyawannya menjadi inovatif juga dapat mempengaruhi
munculnya perilaku inovatif pada karyawan (Scott & Bruce,
1994).
2) Dukungan
Ketika rekan-rekan kerja mendukung individu dengan cara
yang dapat memungkinkan suatu perilaku inovatif muncul,
yang dapat berupa kerja sama dan kolaborasi, dapat
memunculkan perilaku inovatif pada karyawan (Scott & Bruce,
1994).
3) Tuntutan dalam pekerjaan
Karyawan yang menerima tuntutan pekerjaan yang tinggi akan
dapat
menimbulkan
mengerjakan
suatu
kemauan
pekerjaan
yang
yang
keras
untuk
sudah
mau
menjadi
kewajibannya demi memajukan perusahaan dimana karyawan
tersebut berada (Koesmono, 2007). Salah satu hal yang muncul
akibat adanya tingkat tuntutan pekerjaan yang tinggi tersebut
adalah perilaku inovatif (Shalley & Gilson dalam Etikariena &
Muluk, 2014)
4) Iklim psikologis
Brown dan Leigh (dalam Yekty, 2006) mengatakan bahwa iklim
psikologis menunjukkan kepada bagaimana lingkungan organisasi
dipersepsikan dan diinterpretasikan oleh karyawan. Iklim yang
13
Universitas Sumatera Utara
favorable akan menghasilkan kesediaan individu untuk berusaha
semaksimal mungkin dalam bekerja dan berkualitas (French
dalam Yekty, 2006).
Dalam hal ini, apabila iklim bersifat
favorable, maka akan memunculkan perilaku inovatif dalam
karyawan sebagai usaha untuk bekerja secara maksimal.
b.
Faktor Internal
1) Tipe kepribadian
Kepribadian adalah kesatuan psikofisik yang sifatnya unik dan
dinamis yang didalamnya terkadung kebiasaan-kebiasaan dan
sikap-sikap yang sangat berguna dalam menghadapi dan
menyesuaikan tuntutan hidup dan kehidupan seseorang
(Hadjam dalam Widyasari, Syahlani & Santosa, 2007).
Menurut Janssen, Van den Ven dan West (dalam Etikariena &
Muluk, 2014), karyawan yang memiliki tipe kepribadian yang
berani mengambil resiko dapat memunculkan perilaku inovatif.
2) Gaya individu dalam memecahkan masalah
Setiap karyawan memiliki gaya yang berbeda-beda dalam
memecahkan masalah dalam menangani masalah yang ada di
perusahaan. Karyawan yang memiliki gaya pemecahan masalah
yang intuitif, dimana menggunakan pendekatan dengan
menyesuaikan dengan situasi, dapat menghasilkan ide-ide
sehingga menghasilkan solusi yang baru di setiap situasi yang
dialami oleh perusahaan (Scott & Bruce, 1994).
14
Universitas Sumatera Utara
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat dua factor
yang mempengaruhi perilaku inovatif, yaitu faktor eksternal dan faktor
internal. Faktor eksternal terdiri dari kepemimpinan, dukungan, tuntutan
dalam pekerjaan, dan iklim psikologis. Sedangkan faktor internal terdiri
dari tipe kepribadian dan gaya individu dalam memecahkan masalah.
B. Servant Leadership
1. Definisi Servant Leadership
Servant leadership adalah konsep kepemimpinan yang pertama kali
dikemukakan oleh Robert K. Greenleaf pada tahun 1970. Menurut Greenleaf,
servant leadership adalah kepemimpinan yang mengutamakan pelayanan
kepada pihak lain, baik kepada karyawan, perusahaan, pelanggan, maupun
kepada masyarakat sekitar. Dimana servant leadership ini berawal dari
adanya perasaan tulus yang berasal dari dalam hati yang berkehendak untuk
melayani, yaitu dengan menjadi pihak yang melayani (dalam Astohar, 2012).
Mengacu dengan yang dikemukakan oleh Greeanleaf, Neuschel (dalam
Rantung 2015) mengatakan bahwa servant leadership adalah bentuk
kepemimpinan dimana pemimpin memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi
dan bukan nasib pemimpin untuk dilayani, tetapi adalah hak istimewanya
untuk melayani.
Sejalan dengan itu, Page & Wong (dalam Oktavia & Devie, 2014)
menyatakan bahwa servant leadership adalah bentuk kepemimpinan yang
15
Universitas Sumatera Utara
mementingkan melayani orang lain dengan mengupayakan pembangunan
dan kesejahteraan untuk memenuhi tujuan bersama.
Berdasarkan penjelasan definisi - definisi servant leadership diatas,
servant leadership yang akan menjadi fokus penelitian ini adalah bentuk
kepemimpinan dimana pemimpin memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi
dan mengutamakan pelayanan kepada karyawan dengan mengupayakan
pembangunan dan kesejahteraan untuk memenuhi tujuan bersama.
2. Dimensi-Dimensi Servant leadership
Servant leadership memiliki delapan dimensi yang merupakan
gabungan dimensi yang dikembangkan oleh Barbuto dan Wheeler (2006)
serta Page dan Wong (2000) yang dituliskan dalam penelitian yang
dilakukan oleh Handoyo (2010). Adapun delapan dimensinya, yaitu :
a. Altruistic calling menggambarkan adanya hasrat yang kuat untuk
membuat perubahan positif pada kehidupan orang lain dan
meletakkan kepentingan orang lain diatas kepentingan sendiri dan
juga akan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan bawahannya.
b. Emotional healing menggambarkan komitmen seorang pemimpin
untuk meningkatkan dan mengembalikan semangat karyawannya.
c. Wisdom menggambarkan pemimpin yang mudah untuk memahami
suatu situasi dan dampak dari situasi tersebut.
d. Persuasive mapping menggambarkan sejauhmana pemimpin
memiliki
keterampilan
untuk
memetakan
persoalan
dan
mengkonseptualisasikan kemungkinan tertinggi yang akan terjadi
16
Universitas Sumatera Utara
dan membujuk seseorang untuk melakukan sesuatu ketika
mengartikulasikan peluang.
e. Organizational stewardship
menggambarkan sejauh mana
pemimpin menyiapkan organisasi untuk membuat kontribusi
positif terhadap lingkungannya.
f. Humility menggambarkan kerendahan hati pemimpin.
g. Vision menggambarkan sejauhmana pemimpin mencari komitmen
semua anggota organisasi terhadap visi bersama dengan mengajak
anggota untuk menentukan arah masa depan perusahaan.
h. Service, yang mana menggambarkan sejauhmana pelayanan
dipandang sebagai inti dari kepemimpinan dan pemimpin
menunjukkan perilaku pelayanannya kepada bawahan.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dimensi-dimensi
servant leadership terdiri dari delapan dimensi, yaitu altruistic calling,
emotional
healing,
wisdom,
persuasive
mapping,
organizational
stewardship, humility, vision, dan service.
C. Pengaruh Servant Leadership terhadap Perilaku Inovatif Karyawan
Pada era globalisasi seperti sekarang ini, banyak perusahaan-perusahaan
baru yang telah terbentuk. Karena hal itu, perusahaan-perusahaan tersebut harus
bersaing agar tetap dapat mempertahankan eksistensinya di dunia pasar.
Mempertahankan suatu perusahaan dan mengikuti persaingan industri yang
17
Universitas Sumatera Utara
semakin ketat tidaklah mudah. Perusahaan dituntut untuk memiliki usaha yang
keras agar mampu untuk bersaing dengan perusahaan lainnya (Hutahean, 2005).
Usaha yang keras perusahaan dapat diwujudkan dengan terus berinovasi
dalam memproduksi produk-produk baru untuk melakukan perubahan organisasi
dan agar tidak tenggelam dalam persaingan. Maka dari itu, perilaku inovatif
sangatlah penting untuk efektivitas dan kelangsungan hidup dari suatu perusahaan
(Pieterse, Knippenberg, Schippers, & Stam, 2009). Perilaku inovatif dapat
diartikan
sebagai
keseluruhan
tindakan
individu
yang mengarah
pada
pemunculan, pengenalan, dan penerapan dari sesuatu yang baru dan
menguntungkan pada seluruh tingkat organisasi.
Inovasi tidak dapat muncul dengan begitu saja, tetapi harus ada faktorfaktor yang mendorong untuk munculnya inovasi tersebut (Hutahaean, 2005).
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi perilaku inovatif adalah
Kepemimpinan (De Jong & Den Hartog, 2010). Hal ini dapat terjadi karena
inovasi merupakan proses sosial, oleh sebab itu pemimpin memiliki pengaruh
yang kuat dalam menciptakan inovasi (Rank, dkk. dalam Kresnandito &
Fajrianthi, 2012).
Setiap perusahaan memiliki model kepemimpinan yang berbeda-beda,
yang mana dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan
(Astohar, 2012). Salah satu model kepemimpinan adalah Servant leadership
(Kepemimpinan Pelayan).
Menurut Greenleaf, Servant leadership adalah
kepemimpinan yang mengutamakan pelayanan kepada pihak lain, baik kepada
karyawan, perusahaan, pelanggan, maupun kepada masyarakat sekitar. Dimana
18
Universitas Sumatera Utara
servant leadership ini berawal dari adanya perasaan tulus yang berasal dari dalam
hati yang berkehendak untuk melayani, yaitu dengan menjadi pihak yang
melayani. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Handoyo (2010), servant
leadership adalah salah satu model kepemimpinan yang dapat berhasil dalam
mempengaruhi perubahan organisasi. Pemimpin yang menggunakan model
servant leadership juga mampu untuk mengembalikan semangat karyawannya
melalui emotional healing . sehingga apabila ditambah dengan menggunakan
altruistic calling, pemimpin akan mampu untuk merubah karyawannya menjadi
lebih positif dan berkontribusi dalam pengembangan perusahaan (Wong & Page,
2003). Salah satu bentuk perubahan positif yang dapat dilakukan karyawan untuk
memajukan perusahaan adalah dengan meningkatkan perilaku inovatif. Melalui
wisdom dan persuasive mapping, pemimpin juga dapat membaca dan memahami
suatu situasi ataupun masalah, memprediksi dampak yang akan terjadi, dan
membujuk karyawannya untuk melakukan suatu perubahan pada organisasinya
(Wong & Page, 2003). Dalam hal ini, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
dapat menghindari ataupun menyelesaikan masalah yang terjadi di perusahaan
adalah dengan memunculkan perilaku inovatif. Dan melalui vision, pemimpin
mencari komitmen semua anggota organisasi untuk menentukan visi bersama
yang dapat menguntungkan perusahaan (Wong & Page, 2003). Dalam hal ini,
perilaku inovatif dibutuhkan agar perusahaan tetap terus berkembang untuk
mencapai visi tersebut.
Berdasarkan kerangka
berpikir diatas, maka dapat
diduga
atau
diasumsikan bahwa servant leadership dapat mempengaruhi perilaku inovatif.
19
Universitas Sumatera Utara
D. Hipotesa Penelitian
Berdasarkan penjelasan kerangka berpikir diatas, maka hipotesa penelitian
ini adalah: Terdapat pengaruh positif antara servant leadership terhadap perilaku
inovatif karyawan, dimana semakin atasan menggunakan model kepemimpinan
servant leadership, maka akan berkontribusi terhadap frekuensi munculnya
perilaku inovatif karyawan.
20
Universitas Sumatera Utara
LANDASAN TEORI
A. Perilaku Inovatif
1. Definisi Perilaku Inovatif
Menurut Kleysen & Street (dalam Kresnandito & Fajriyanthi, 2012),
perilaku inovatif dapat diartikan sebagai keseluruhan tindakan individu yang
mengarah pada pemunculan, pengenalan dan penerapan dari sesuatu yang
baru dan menguntungkan pada seluruh tingkat organisasi. Sejalan dengan itu,
West & Farr (dalam Helmi, 2011) mengatakan bahwa perilaku inovatif
adalah semua perilaku individu yang diarahkan untuk menghasilkan,
memperkenalkan dan mengaplikasikan hal-hal yang baru yang dapat
bermanfaat dalam berbagai level organisasi.
Scott & Bruce (dalam Yesil & Sozbilir, 2013) juga mengatakan
bahwa Perilaku inovatif adalah adanya perilaku individu untuk
menampilkan, mempromosikan, dan mengimplementasikan ide baru di
dalam pekerjaan, kelompok, atau organisasi kerjanya. Sejalan dengan ini,
Carmeli, A., Meitar, & Weisberg, J. (2006) medefinisikan perilaku
inovatif sebagai perilaku yang meliputi beberapa proses, dimana individu
menghasilkan ide-ide baru, mempromosikan dan mencari dukungan untuk
ide-ide tersebut, dan menghasilkan hal-hal baru yang dapat berguna untuk
organisasi maupun bagian-bagian yang ada didalam organisasi tersebut.
10
Universitas Sumatera Utara
Perilaku inovatif sering dikaitkan dengan kreatifitas karyawan.
Namun, keduanya memiliki konstruk perilaku yang berbeda (Jong & Den
Hartog, 2010). Dimana, kreatifitas dapat dilihat pada tahap pertama dari
proses perilaku inovatif yang dibutuhkan karyawan untuk menghasilkan ideide baru (West, dalam Jong Den Hartog, 2010). Sedangkan perilaku inovatif
memiliki proses yang lebih kompleks karena ide-ide tersebut akan sampai
pada tahap aplikasi (Jong & Den Hartog, 2010)
Berdasarkan penjelasan dari beberapa teori diatas, perilaku inovatif
yang menjadi fokus penelitian ini adalah semua perilaku individu yang
meliputi beberapa proses, yaitu
adanya pemunculan ide-ide baru ,
pengenalan, mempromosikan, dan mengimplementasikan ide-ide baru
tersebut ke dalam pekerjaan, kelompok, dan organisasi kerjanya yang
dapat bermanfaat bagi seluruh tingkat organisasi.
2. Dimensi-Dimensi Perilaku Inovatif
Menurut Kleysen & Street (dalam Kresnandito & Fajriyanthi,
2012), perilaku inovatif memiliki 5 dimensi, yaitu :
a. Oppurtunity Exploration
Komponen ini mengacu pada mempelajari atau mengetahui lebih
banyak mengenai peluang untuk berinovasi.
b. Generativity
Komponen ini mengacu pada pemunculan konsep-konsep untuk
tujuan pengembangan.
11
Universitas Sumatera Utara
c. Formative Investigation
Komponen ini mengacu pada pemberian perhatian untuk
menyempurnakan ide, solusi, opini dan melakukan peninjauan
terhadap ide-ide tersebut.
d. Championing
Komponen ini mengacu pada adanya praktek-praktek usaha untuk
merealisasikan ide-ide
e. Application
Komponen ini mengacu pada mecoba untuk mengembangkan,
menguji coba, dan mengkomersialisasikan ide-ide inovatif.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dimensi-dimensi
perilaku inovatif adalah mempelajari peluang, memunculkan konsep-konsep
untuk tujuan pengembangan, peninjauan terhadap ide-ide, menunjukkan
usaha-usaha untuk merealisasikan ide dan mengaplikasikan ide tersebut.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Inovatif
Etikariena & Muluk (2014) mengemukakan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi munculnya perilaku inovatif, baik faktor eksternal
maupun faktor internal.
Adapun faktor-faktor tersebut, yaitu :
a. Faktor Eksternal
1) Kepemimpinan
Karyawan yang memiliki hubungan yang positif dengan
pemimpinnya, cenderung memunculkan perilaku inovatif pada
12
Universitas Sumatera Utara
karyawan.
Harapan
yang
tinggi
dari
pemimpin
agar
karyawannya menjadi inovatif juga dapat mempengaruhi
munculnya perilaku inovatif pada karyawan (Scott & Bruce,
1994).
2) Dukungan
Ketika rekan-rekan kerja mendukung individu dengan cara
yang dapat memungkinkan suatu perilaku inovatif muncul,
yang dapat berupa kerja sama dan kolaborasi, dapat
memunculkan perilaku inovatif pada karyawan (Scott & Bruce,
1994).
3) Tuntutan dalam pekerjaan
Karyawan yang menerima tuntutan pekerjaan yang tinggi akan
dapat
menimbulkan
mengerjakan
suatu
kemauan
pekerjaan
yang
yang
keras
untuk
sudah
mau
menjadi
kewajibannya demi memajukan perusahaan dimana karyawan
tersebut berada (Koesmono, 2007). Salah satu hal yang muncul
akibat adanya tingkat tuntutan pekerjaan yang tinggi tersebut
adalah perilaku inovatif (Shalley & Gilson dalam Etikariena &
Muluk, 2014)
4) Iklim psikologis
Brown dan Leigh (dalam Yekty, 2006) mengatakan bahwa iklim
psikologis menunjukkan kepada bagaimana lingkungan organisasi
dipersepsikan dan diinterpretasikan oleh karyawan. Iklim yang
13
Universitas Sumatera Utara
favorable akan menghasilkan kesediaan individu untuk berusaha
semaksimal mungkin dalam bekerja dan berkualitas (French
dalam Yekty, 2006).
Dalam hal ini, apabila iklim bersifat
favorable, maka akan memunculkan perilaku inovatif dalam
karyawan sebagai usaha untuk bekerja secara maksimal.
b.
Faktor Internal
1) Tipe kepribadian
Kepribadian adalah kesatuan psikofisik yang sifatnya unik dan
dinamis yang didalamnya terkadung kebiasaan-kebiasaan dan
sikap-sikap yang sangat berguna dalam menghadapi dan
menyesuaikan tuntutan hidup dan kehidupan seseorang
(Hadjam dalam Widyasari, Syahlani & Santosa, 2007).
Menurut Janssen, Van den Ven dan West (dalam Etikariena &
Muluk, 2014), karyawan yang memiliki tipe kepribadian yang
berani mengambil resiko dapat memunculkan perilaku inovatif.
2) Gaya individu dalam memecahkan masalah
Setiap karyawan memiliki gaya yang berbeda-beda dalam
memecahkan masalah dalam menangani masalah yang ada di
perusahaan. Karyawan yang memiliki gaya pemecahan masalah
yang intuitif, dimana menggunakan pendekatan dengan
menyesuaikan dengan situasi, dapat menghasilkan ide-ide
sehingga menghasilkan solusi yang baru di setiap situasi yang
dialami oleh perusahaan (Scott & Bruce, 1994).
14
Universitas Sumatera Utara
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat dua factor
yang mempengaruhi perilaku inovatif, yaitu faktor eksternal dan faktor
internal. Faktor eksternal terdiri dari kepemimpinan, dukungan, tuntutan
dalam pekerjaan, dan iklim psikologis. Sedangkan faktor internal terdiri
dari tipe kepribadian dan gaya individu dalam memecahkan masalah.
B. Servant Leadership
1. Definisi Servant Leadership
Servant leadership adalah konsep kepemimpinan yang pertama kali
dikemukakan oleh Robert K. Greenleaf pada tahun 1970. Menurut Greenleaf,
servant leadership adalah kepemimpinan yang mengutamakan pelayanan
kepada pihak lain, baik kepada karyawan, perusahaan, pelanggan, maupun
kepada masyarakat sekitar. Dimana servant leadership ini berawal dari
adanya perasaan tulus yang berasal dari dalam hati yang berkehendak untuk
melayani, yaitu dengan menjadi pihak yang melayani (dalam Astohar, 2012).
Mengacu dengan yang dikemukakan oleh Greeanleaf, Neuschel (dalam
Rantung 2015) mengatakan bahwa servant leadership adalah bentuk
kepemimpinan dimana pemimpin memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi
dan bukan nasib pemimpin untuk dilayani, tetapi adalah hak istimewanya
untuk melayani.
Sejalan dengan itu, Page & Wong (dalam Oktavia & Devie, 2014)
menyatakan bahwa servant leadership adalah bentuk kepemimpinan yang
15
Universitas Sumatera Utara
mementingkan melayani orang lain dengan mengupayakan pembangunan
dan kesejahteraan untuk memenuhi tujuan bersama.
Berdasarkan penjelasan definisi - definisi servant leadership diatas,
servant leadership yang akan menjadi fokus penelitian ini adalah bentuk
kepemimpinan dimana pemimpin memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi
dan mengutamakan pelayanan kepada karyawan dengan mengupayakan
pembangunan dan kesejahteraan untuk memenuhi tujuan bersama.
2. Dimensi-Dimensi Servant leadership
Servant leadership memiliki delapan dimensi yang merupakan
gabungan dimensi yang dikembangkan oleh Barbuto dan Wheeler (2006)
serta Page dan Wong (2000) yang dituliskan dalam penelitian yang
dilakukan oleh Handoyo (2010). Adapun delapan dimensinya, yaitu :
a. Altruistic calling menggambarkan adanya hasrat yang kuat untuk
membuat perubahan positif pada kehidupan orang lain dan
meletakkan kepentingan orang lain diatas kepentingan sendiri dan
juga akan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan bawahannya.
b. Emotional healing menggambarkan komitmen seorang pemimpin
untuk meningkatkan dan mengembalikan semangat karyawannya.
c. Wisdom menggambarkan pemimpin yang mudah untuk memahami
suatu situasi dan dampak dari situasi tersebut.
d. Persuasive mapping menggambarkan sejauhmana pemimpin
memiliki
keterampilan
untuk
memetakan
persoalan
dan
mengkonseptualisasikan kemungkinan tertinggi yang akan terjadi
16
Universitas Sumatera Utara
dan membujuk seseorang untuk melakukan sesuatu ketika
mengartikulasikan peluang.
e. Organizational stewardship
menggambarkan sejauh mana
pemimpin menyiapkan organisasi untuk membuat kontribusi
positif terhadap lingkungannya.
f. Humility menggambarkan kerendahan hati pemimpin.
g. Vision menggambarkan sejauhmana pemimpin mencari komitmen
semua anggota organisasi terhadap visi bersama dengan mengajak
anggota untuk menentukan arah masa depan perusahaan.
h. Service, yang mana menggambarkan sejauhmana pelayanan
dipandang sebagai inti dari kepemimpinan dan pemimpin
menunjukkan perilaku pelayanannya kepada bawahan.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dimensi-dimensi
servant leadership terdiri dari delapan dimensi, yaitu altruistic calling,
emotional
healing,
wisdom,
persuasive
mapping,
organizational
stewardship, humility, vision, dan service.
C. Pengaruh Servant Leadership terhadap Perilaku Inovatif Karyawan
Pada era globalisasi seperti sekarang ini, banyak perusahaan-perusahaan
baru yang telah terbentuk. Karena hal itu, perusahaan-perusahaan tersebut harus
bersaing agar tetap dapat mempertahankan eksistensinya di dunia pasar.
Mempertahankan suatu perusahaan dan mengikuti persaingan industri yang
17
Universitas Sumatera Utara
semakin ketat tidaklah mudah. Perusahaan dituntut untuk memiliki usaha yang
keras agar mampu untuk bersaing dengan perusahaan lainnya (Hutahean, 2005).
Usaha yang keras perusahaan dapat diwujudkan dengan terus berinovasi
dalam memproduksi produk-produk baru untuk melakukan perubahan organisasi
dan agar tidak tenggelam dalam persaingan. Maka dari itu, perilaku inovatif
sangatlah penting untuk efektivitas dan kelangsungan hidup dari suatu perusahaan
(Pieterse, Knippenberg, Schippers, & Stam, 2009). Perilaku inovatif dapat
diartikan
sebagai
keseluruhan
tindakan
individu
yang mengarah
pada
pemunculan, pengenalan, dan penerapan dari sesuatu yang baru dan
menguntungkan pada seluruh tingkat organisasi.
Inovasi tidak dapat muncul dengan begitu saja, tetapi harus ada faktorfaktor yang mendorong untuk munculnya inovasi tersebut (Hutahaean, 2005).
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi perilaku inovatif adalah
Kepemimpinan (De Jong & Den Hartog, 2010). Hal ini dapat terjadi karena
inovasi merupakan proses sosial, oleh sebab itu pemimpin memiliki pengaruh
yang kuat dalam menciptakan inovasi (Rank, dkk. dalam Kresnandito &
Fajrianthi, 2012).
Setiap perusahaan memiliki model kepemimpinan yang berbeda-beda,
yang mana dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan
(Astohar, 2012). Salah satu model kepemimpinan adalah Servant leadership
(Kepemimpinan Pelayan).
Menurut Greenleaf, Servant leadership adalah
kepemimpinan yang mengutamakan pelayanan kepada pihak lain, baik kepada
karyawan, perusahaan, pelanggan, maupun kepada masyarakat sekitar. Dimana
18
Universitas Sumatera Utara
servant leadership ini berawal dari adanya perasaan tulus yang berasal dari dalam
hati yang berkehendak untuk melayani, yaitu dengan menjadi pihak yang
melayani. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Handoyo (2010), servant
leadership adalah salah satu model kepemimpinan yang dapat berhasil dalam
mempengaruhi perubahan organisasi. Pemimpin yang menggunakan model
servant leadership juga mampu untuk mengembalikan semangat karyawannya
melalui emotional healing . sehingga apabila ditambah dengan menggunakan
altruistic calling, pemimpin akan mampu untuk merubah karyawannya menjadi
lebih positif dan berkontribusi dalam pengembangan perusahaan (Wong & Page,
2003). Salah satu bentuk perubahan positif yang dapat dilakukan karyawan untuk
memajukan perusahaan adalah dengan meningkatkan perilaku inovatif. Melalui
wisdom dan persuasive mapping, pemimpin juga dapat membaca dan memahami
suatu situasi ataupun masalah, memprediksi dampak yang akan terjadi, dan
membujuk karyawannya untuk melakukan suatu perubahan pada organisasinya
(Wong & Page, 2003). Dalam hal ini, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
dapat menghindari ataupun menyelesaikan masalah yang terjadi di perusahaan
adalah dengan memunculkan perilaku inovatif. Dan melalui vision, pemimpin
mencari komitmen semua anggota organisasi untuk menentukan visi bersama
yang dapat menguntungkan perusahaan (Wong & Page, 2003). Dalam hal ini,
perilaku inovatif dibutuhkan agar perusahaan tetap terus berkembang untuk
mencapai visi tersebut.
Berdasarkan kerangka
berpikir diatas, maka dapat
diduga
atau
diasumsikan bahwa servant leadership dapat mempengaruhi perilaku inovatif.
19
Universitas Sumatera Utara
D. Hipotesa Penelitian
Berdasarkan penjelasan kerangka berpikir diatas, maka hipotesa penelitian
ini adalah: Terdapat pengaruh positif antara servant leadership terhadap perilaku
inovatif karyawan, dimana semakin atasan menggunakan model kepemimpinan
servant leadership, maka akan berkontribusi terhadap frekuensi munculnya
perilaku inovatif karyawan.
20
Universitas Sumatera Utara