Pengaruh Servant Leadership terhadap Perilaku Inovatif Karyawan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi seperti sekarang ini, banyak perusahaan-perusahaan
baru yang terbentuk, terutama perusahaan-perusahaan yang memproduksi suatu
produk, jasa maupun layanan. Karena hal itu, perusahaan-perusahaan tersebut
harus bersaing agar tetap dapat mempertahankan eksistensinya di dunia pasar.
Perusahaan dituntut untuk selalu memahami apa saja yang menjadi keinginan
konsumen, serta berbagai perubahan yang ada di lingkungan bisnisnya sehingga
mampu untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya (Pitaloka &
Widyawati, 2015).
Saat ini bagi suatu perusahaan, mempertahankan diri dan mengikuti
persaingan industri yang semakin ketat tidaklah mudah (Li & Zheng, 2014).
Perusahaan dihadapkan pada lingkungan yang sangat kompleks dengan situasi
ketidakpastian yang tinggi. Menghadapi hal ini, perusahaan dituntut untuk
memiliki usaha yang keras agar mampu untuk bersaing dengan perusahaan
lainnya (Hutahean, 2005). Usaha yang keras tersebut dapat diwujudkan dengan
terus berinovasi agar tidak tenggelam dalam persaingan dengan perusahaanperusahaan lain yang semakin memenuhi pasar (Helia, Farida, & Prabawani,
2015). ). Inovasi merupakan faktor penentu dalam persaingan industri dan dapat
menjadi


senjata

dalam

menghadapi

persaingan

(Hartini,

2012).

Pada

kenyataannya, banyak perusahaan-perusahaan tidak beroperasi lagi karena tidak

1
Universitas Sumatera Utara


mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya. Salah satu contohnya
adalah Nokia. Nokia mengalami kegagalan karena terlalu lama membenamkan
sistem operasi Symbian, yang dengan mudah dikalahkan oleh sistem Android dan
iOS (Yusuf, 2013). Kegagalan yang dialami oleh Nokia dikarenakan Nokia
lambat melakukan inovasi untuk merespon perubahan pasar. Keterlambatan
tersebut membuat Nokia harus mengurangi karyawan sebanyak 14% (Kristo,
2016).
Bercermin dari masalah yang dialami oleh Nokia di atas, menunjukkan
bahwa inovasi sangat penting bagi suatu perusahaan dan setiap karyawan harus
memilki perilaku inovatif untuk efektivitas dan kelangsungan hidup dari suatu
perusahaan (Pieterse, Knippenberg, Schippers, & Stam, 2009). Inovasi dan
perilaku inovatif sangat berkaitan, namun merupakan dua hal yang berbeda
(Purba, 2009). Inovasi adalah mengkreasikan dan mengimplementasikan sesuatu
menjadi kombinasi yang baru, yang merujuk pada produk, jasa, proses kerja,
pasar, kebijakan, dan sistem baru (De Jong & Den Hartog, 2003). Sedangkan
perilaku inovatif dapat diartikan sebagai keseluruhan tindakan individu yang
mengarah pada pemunculan, pengenalan, dan penerapan dari sesuatu yang baru
dan menguntungkan pada seluruh tingkat organisasi (Kleysen & Street, dalam
Kresnandito & Fajriyanthi, 2012 ). Adapun ciri-ciri dari perilaku inovatif yaitu
tendensi untuk menciptakan ide-ide baru, toleran terhadap ambiguitas, adanya

keinginan untuk menjadi efektif, dan berorientasi pada inovasi serta pencapaian
(West dalam Hutahaean, 2005). Terdapat dua komponen yang mendasari perilaku
inovatif, yaitu kreatif dan pengambilan resiko. Semua inovasi diawali dengan

2
Universitas Sumatera Utara

adanya ide yang kreatif, dan suatu ide kreatif dapat menjadi realitas dengan
adanya keberanian untuk mengambil resiko (Byrd & Brown, 2003). Jadi, dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku inovatif adalah faktor kunci dari
suatu inovasi. Inovasi berfokus pada adanya suatu ide untuk menciptakan atau
mengkombinasikan menjadi suatu hal yang baru. Sedangkan perilaku inovatif
adalah keseluruhan tindakan-tindakan untuk mewujudkan inovasi tersebut.
Jadi, setiap karyawan harus memiliki perilaku inovatif agar dapat membantu
perusahaan untuk terus berinovasi dan memajukan perusahaan. Salah satu contoh
perusahaan yang terus berinovasi adalah Apple Inc. Karyawan-karyawan yang berada
di Apple Inc memiliki perilaku inovatif dengan mengeluarkan ide-ide kreatif,
mempelajari lebih lanjut mengenai ide tersebut, menguji coba ide-ide tersebut,
menyempurnakan ide, dan merealisasikan ide tersebut (Hidayat, 2013). Perilaku
inovatif yang dimilki karyawan Apple Inc. membuat Apple Inc. dapat terus

mengeluarkan berbagai bentuk gadget setiap tahunnya, seperti iPod, iPad, iPhone
dan iMac. Produk-produk ini pun sangat diterima di pasar, baik di luar negeri
maupun di Indonesia. Pada saat ini, Apple Inc memperoleh keuntungan yang besar
(Yusuf, 2013). Keberhasilan yang dialami oleh Apple Inc. dapat menjadi salah satu
bukti empiris betapa perilaku inovatif karyawan berpengaruh langsung terhadap
keberhasilan usaha organisasi (Riyanti dalam Hutahean, 2005). Sejalan dengan hal
tersebut, menurut penelitian yang dilakukan oleh Logahan, Indrajaya, dan Proborini
(2014), perilaku inovatif juga dapat membuat karyawan memberikan kontribusi atau
masukan kepada perusahaan untuk pembaruan perusahaan, kelangsungan hidup
perusahaan, dan membuat perusahaan tersebut menjadi efektif.

3
Universitas Sumatera Utara

Pentingnya

perilaku

inovatif


dalam

suatu

perusahaan

membuat

perusahaan-perusahaan ingin agar setiap karyawannya memiliki perilaku inovatif.
Namun, perilaku inovatif tidak dapat muncul dengan begitu saja, tetapi harus ada
faktor-faktor yang mendorong untuk munculnya perilaku inovatif tersebut
(Hutahaean, 2005). Menurut Etikariena & Muluk (2014) terdapat beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi munculnya perilaku inovatif, yaitu faktor eksternal dan
faktor internal. Beberapa bentuk faktor eksternal, yaitu kepemimpinan, dukungan
untuk berinovasi, tuntutan dalam pekerjaan, dan iklim psikologis. Sedangkan
beberapa bentuk faktor internal, yaitu tipe kepribadian dan gaya individu dalam
memecahkan masalah.
Kepemimpinan adalah salah satu faktor yang dianggap penting dalam
mempengaruhi suatu perilaku inovatif (De Jong & Den Hartog, 2007). Hal ini
dapat terjadi karena perilaku inovatif merupakan proses sosial, oleh sebab itu

pemimpin memiliki pengaruh yang kuat dalam menciptakan suatu perilaku
inovatif (Rank, dkk. dalam Kresnandito & Fajrianthi, 2012). Kepemimpinan
dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orangorang agar dapat bekerja bersama-sama untuk menuju pada suatu tujuan
tertentu yang diinginkan bersama (Siagian, 1999). Jadi, suatu perusahaan dapat
berhasil atau gagal sebagian besar ditentukan oleh kepemimpinan (Astohar,
2012).
Menurut Mc Cann, Graves dan Cox (2014), salah satu model
kepemimpinan

yang

mulai

dijadikan fokus

sejak tahun 2004

adalah

Kepemimpinan Pelayan (Servant Leadership ). Menurut Greenleaf (2012), Servant


4
Universitas Sumatera Utara

leadership adalah kepemimpinan yang mengutamakan pelayanan kepada pihak

lain, baik kepada karyawan, perusahaan, pelanggan, maupun kepada masyarakat
sekitar. Model kepemimpinan ini mencoba untuk meningkatkan pertumbuhan
personal dari para pekerja dan memperbaiki kualitas pelayanan dari perusahaan
melalui kombinasi kerjasama tim dan pengembangan perusahaan, keterlibatan
personal dalam proses pembuatan keputusan serta perilaku yang peduli dan etis
(Greenleaf dalam Heristi & Handoyo, 2011).
Servant leadership memiliki delapan dimensi yang merupakan gabungan

dimensi yang dikembangkan oleh Barbuto dan Wheeler (2006) serta Wong dan
Page (2003) yang dituliskan dalam penelitian yang dilakukan oleh Handoyo (2010).
Delapan dimensinya, yaitu : Altruistic calling, emotional healing, wisdom,
persuasive mapping, organizational stewardship, humility, vision, dan service.

Banyak penelitian yang membandingkan servant leadership dengan model

kepemimpinan lainnya. Bass (dalam Astohar, 2012) dalam diskusinya
menyatakan bahwa servant leadership memiliki kesamaan dengan model
kepemimpinan tranformasional. Kesamaannya terletak pada adanya vision,
influence, credibility, trust , dan service . Namun servant leadership lebih berfokus

pada pelayanan yang diberikan untuk karyawan, sedangkan tranformational
leadership lebih berfokus untuk membuat karyawan terlibat dan mendukung

tujuan perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Kresnandito & Fajrianthi
(2012)

menyatakan

bahwa

transformational

leadership

secara


positif

mempengaruhi perilaku inovatif.

5
Universitas Sumatera Utara

Salah satu model kepemimpinan yang dapat berhasil dalam mempengaruhi
perubahan organisasi adalah Servant leadership (Handoyo, 2010). Dengan kata
lain, apabila seorang pemimpin suatu perusahaan menggunakan model servant
leadership, maka hal tersebut akan mempengaruhi pembentukan perilaku inovatif

pada karyawan sehingga suatu perusahaan dapat menciptakan hal baru dan
mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya. Sejalan dengan ha
tersebut, Sendjaya (2015) menemukan bahwa servant leadership dapat
mempengaruhi kreatifitas individu dan team innovation.
Perusahaan-perusahaan

mengharapkan


karyawannya

untuk

dapat

memunculkan perilaku inovatif agar dapat bersaing dengan perusahaan lainnya.
Begitu juga dengan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. PT. Telekomunikasi
Indonesia adalah perusahaan yang bergerak dibidang penyedia layanan
telekomunikasi dan jaringan terbesar di Indonesia. PT.Telekomunikasi Indonesia,
atau yang biasa disebut dengan PT.Telkom, menyediakan rangkaian layanan
telekomunikasi, mulai dari sambungan telepon, kabel tidak bergerak dan telepon
nirkabel tidak bergerak, komunikasi seluler, layanan jaringan, dan interkoneksi
serta layanan internet dan komunikasi data. Tidak hanya menyediakan layanan
komunikasi, PT.Telkom juga menyediakan layanan lain dibidang informasi,
media, dan edutainment. Dengan adanya berbagai layanan yang disediakan oleh
PT.Telkom tersebut, maka setiap karyawan yang bekerja di PT.Telkom
diharapkan dapat memunculkan perilaku inovatif untuk dapat mengembangkan
perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari hasil pembicaraan antara peneliti dengan

salah satu anggota HR yang bekerja di PT. Telkom :

6
Universitas Sumatera Utara

“Setiap karyawan yang di PT. Telkom ini selalu diminta untuk
mengeluarkan perilaku inovatif mereka. Biasanya setiap minggu mereka
diminta untuk menulis ide-ide mereka untuk untuk mengembangkan
maupun untuk memperbaharui apa yang sudah ada. Kami tidak membatasi
divisi. Setiap divisi boleh untuk mengeluarkan ide-ide mereka nanti kalau
ide-ide tersebut dirasa baik, kami akan mencoba untuk menerapkan ide-ide
itu.”
(Komunikasi personal, 10 Maret 2016)

Namun, tidak semua karyawan dapat mengeluarkan perilaku inovatif
bergitu saja. Beberapa karyawan membutuhkan faktor-faktor pendorong untuk
dapat memunculkan perilaku inovatif agar dapat terus mengembangkan
perusahaan sehingga perusahaan tidak mengalami kebangkrutan. Maka dari itu,
tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat faktor yang mempengaruhi perilaku
inovatif pada karyawan. Sesuai dengan penjelasan diatas, maka penelitian tertarik
untuk melihat pengaruh servant leadership terhadap perilaku inovatif .

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah apakah servant leadership memiliki pengaruh terhadap
perilaku inovatif karyawan?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh servant
leadership terhadap perilaku inovatif karyawan.

7
Universitas Sumatera Utara

D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperluas
bidang ilmu pengetahuan khususnya di bidang Psikologi Industri dan
Organisasi dalam hal yang terkait dengan perilaku inovatif dan servant
leadership .

2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bukti
empiris kepada perusahaan terkait dengan frekuensi perilaku inovatif,
tingkat servant leadership yang dipersepsikan karyawan, serta pengaruh
servant leadership terhadap perilaku inovatif karyawan.

E. Sistematika Penulisan
BAB I

: Pendahuluan
Bab ini berisikan uraian singkat mengenai latar belakang
masalah khususnya mengenai perilaku inovatif dan servant
leadership , rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II

: Landasan Teori
Bab ini berisikan landasan teoritis yang menjadi acuan dalam
pembahasan permasalahan. Landasan teori ini mencakup teori
mengenai perilaku inovatif, seperti definisi, dimensi, faktor yng
mempengaruhi perilaku inovatif. Dan juga teori mengenai

8
Universitas Sumatera Utara

servant leadership, seperti definisi dan dimensi servant
leadership . Disertai juga dengan dinamika antar kedua variabel

penelitian, yaitu perilaku inovatif dan servant leadership dan
hipotesa penelitian.
BAB III

: Metodologi Penelitian
Bab ini berisikan identifikasi variabel, definisi operasional,
populasi dan sampling, alat ukur, metode pengambilan data, dan
metode analisis data.

BAB IV

: Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini berisikan uraian hasil analisis data yang disertai dengan
pembahasan. Hasil analisis data berupa gambaran subjek penelitian,
hasil penelitian, dan pembahasan mengenai hasil penelitian.

BAB V

: Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan, saran metodologis untuk penelitian selanjutnya, serta
saran praktis yang ditujukan untuk perusahaan.

9
Universitas Sumatera Utara