Analisis Komposisi Asam Lemak Dari Berbagai Merek Sabun Mandi Dengan Menggunakan GC-MS

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sabun merupakan garam dari asam lemak dengan alkali. Proses
pembuatan sabun yaitu dengan mereaksikan basa natrium atau kalium dengan
asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani. Sabun berfungsi untuk
mengemulsi kotoran–kotoran berupa minyak ataupun zat pengotor lainnya. Sabun
terbagi menjadi dua bagian yaitu sabun keras dan sabun lunak. Sabun keras ialah
sabun yang menggunakan basa NaOH dan biasanya digunakan untuk sabun cuci
misalnya sabun batang, sedangkan sabun lunak ialah sabun yang menggunakan
basa KOH dan digunakan untuk sabun mandi (Brown, et al., 2010; Formo, et al.,
1979).
Asam lemak adalah asam monokarboksilat rantai lurus tanpa cabang
yang mengandung atom karbon genap mulai dari C-4, tetapi yang paling banyak
adalah C-16 dan C-18. Asam lemak dapat dikelompokkan berdasarkan panjang
rantai, ada tidaknya ikatan rangkap dan isomer trans-cis. Berdasarkan panjang
rantai asam lemak dibagi atas; asam lemak rantai pendek (short chain fatty acids,
SCFA) mempunyai atom karbon lebih rendah dari 8, asam lemak rantai sedang
mempunyai atom karbon 8 sampai 12 (medium chain fatty acids, MCFA) dan
asam lemak rantai panjang mempunyai atom karbon 14 atau lebih (long chain
fatty acids, LCFA) (Karo-karo, 2012; Tan dan Rahardja, 2008).

Sifat–sifat dari setiap produk sabun yang dihasilkan, ditentukan oleh
komposisi dari asam–asam lemak yang digunakan. Beberapa jenis asam lemak
bebas telah terbukti memiliki daya antibakteri sangat kuat terhadap bakteri

1

Universitas Sumatera Utara

tertentu, untuk itu sebenarnya tidak efektif ditambahkan antibakteri kedalam
pembuatan sabun. Secara umum, asam lemak jenuh yang paling aktif sebagai
senyawa antibakteri adalah asam laurat (C12:0), dan asam lemak tidak jenuh
tunggal dan asam lemak tidak jenuh ganda/jamak yang aktif, yaitu asam
palmitoleat (C16:1) dan asam linolenat (C18:3). Letak dan jumlah ikatan rangkap
pada asam lemak C12-C22, lebih mempengaruhi aktivitas antibakteri asam lemak
tersebut, dibandingkan pada asam lemak dengan jumlah atom C kurang dari 12.
Konfigurasi geometri struktur asam lemak yang aktif (antimikroba) adalah bentuk
cis, sementara bentuk isomer trans tidak aktif; dan asam lemak dalam bentuk ester
alkohol monohidrat mengakibatkan inaktivasi sifat antibakteri, sementara dalam
bentuk ester poliol dapat meningkatkan aktivitas antibakterinya (Kabara, 1983;
Murhadi, 2009).

Komposisi asam–asam lemak yang sesuai dalam pembuatan sabun
dibatasi panjang rantai dan tingkat kejenuhan. Asam lemak yang digunakan dalam
pembuatan sabun adalah yang memiliki rantai karbon berjumlah 12 - 18 (C12-C18).
Menurut Basiron, et al., (2000), sabun yang berkualitas bagus yaitu sabun yang
menggunakan bahan baku minyak kelapa sawit (palm oil) dengan minyak inti
kelapa sawit (palm kernel oil) dengan perbandingan 4:1. Dalam minyak kelapa
sawit lebih dominan mengandung asam lemak rantai panjang dan minyak inti
kelapa sawit lebih dominan asam lemak rantai sedang. Perbandingan ini
dibutuhkan untuk menghasilkan sabun yang kualitasnya sesuai dengan yang
diinginkan seperti stabilitas, mudah dibilas, kekerasan dan detergensi (Basiron, et
al., 2000; Karo-karo, 2011; Taufik, 2011).

2

Universitas Sumatera Utara

Asam lemak dengan rantai karbon kurang dari 12 tidak memiliki efek
sabun (soapy effect) dan dapat menimbulkan iritasi pada kulit. Asam lemak
dengan rantai karbon 16 - 18 baik untuk kekerasan sabun dan daya detergensi, dan
panjang rantai yang lebih dari 18 atom karbon membentuk sabun yang sangat

sukar larut dan sulit menimbulkan busa sedangkan asam lemak dengan rantai
sedang membentuk sabun yang daya detergensinya kurang dan lebih mudah
menimbulkan busa, sehingga dalam pembuatan sabun perlu diperhatikan
komposisi asam lemak rantai panjang dan sedang (Karo-karo, 2011). Dengan
demikian bahwa komposisi asam lemak yang terdapat dalam sabun akan
mempengaruhi mutu sabun yang meliputi sifat antibakteri dan daya detergensi
dari setiap merek sabun mandi.
1.2 Perumusan Masalah
a. Apakah asam lemak rantai panjang lebih banyak daripada rantai sedang
dari beberapa merek sabun mandi yang beredar di Kota Medan?
b. Berapakah kadar asam laurat dalam setiap merek sabun mandi?
1.3 Hipotesa Penelitian
a. Bahwa asam lemak rantai panjang lebih banyak daripada asam lemak rantai
sedang dari beberapa merek sabun mandi yang beredar di Kota Medan.
b. Kadar asam laurat dalam setiap merek sabun mandi berbeda-beda.
1.4 Tujuan Penelitian
a. Untuk menentukan komposisi dan perbandingan asam lemak rantai panjang
dan sedang dalam sabun mandi.
b. Untuk mengetahui kadar asam laurat dalam setiap sabun mandi.


3

Universitas Sumatera Utara

1.5 Manfaat Penelitian
Untuk memberikan informasi tentang komposisi dan perbandingan asam
lemak rantai panjang dan sedang dalam sabun mandi yang berhubungan dengan
sifat detergensi dan sifat antibakterinya.

4

Universitas Sumatera Utara