ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 K/Pdt.Sus/HKI(M)/2013 TENTANG PEMBATALAN MEREK DAGANG BABY DIOR DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK.
ABSTRAK
Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 184
K/Pdt.Sus/HKI(M)/2013 Tentang Sengketa Merak Dagang DIOR DAN
BABY DIOR ditinjau dari Undang-Undang Nomor 15 tahun 2001
Tentang Merek
YOMA TRIADI BUSRA
1101111000409
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek (selanjutnya
disebut dengan UUM) menjelaskan bahwa kriteria pelanggaran merek
adalah merek yang digunakan oleh pihak lain memiliki persamaan pada
pokoknya atau keseluruhannya dan Pasal 16 (2) Perjanjian TRIPS
mengatur tentang merek terkenal yang mensyaratkan beberapa klasifikasi
kelas barang/jenis dan telah diakui minimal 3 (tiga) negara. Namun
ketentuan tersebut masih menimbulkan permasalahan salah satunya
kasus pada putusan Mahkamah Agung (MA) yang menyatakan
CHRISTIAN DIOR selaku Penggugat adalah pemegang Hak Eksklusif dan
pendaftar pertama (fist to file) atas Merek Dagang DIOR namun mengakui
merek peniru yaitu BABY DIOR tetap diakui sebagai merek yang berbeda
karena klasifikasi barang/jenis yang dibuat berbeda. Adapun
permasalahan yang akan diteliti yakni Putusan MA mengenai penerapan
persamaan pada pokoknya untuk merek dagang DIOR terhadap Merek
dagang BABY DIOR dan
pertimbangan Majelis Hakim MA yang
menyatakan Merek dagang DIOR tidak termasuk dalam kategori merek
terkenal telah sesuai UUM.
Dalam penelitian ini Penulis menggunakan metode pendekatan
yuridis normatif dan spesifikasi penelitian yang digunakan adalah
deskriptif analitis yang menggambarkan dan menganalisis ketentuanketentuan yang berkaitan dengan Putusan MA Nomor 184 K/Pdt.Sus/HKI
(M)/2013.
Berdasarkan pembahasan yang telah penulis teliti Pasal 6 ayat (2)
UUM sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat (1) huruf (b) UUM
perlindungan dapat diberikan kepada merek yang tidak sejenis dan merek
dagang DIOR maupun CHRISTIAN DIOR mempunyai hak eksklusif yang
diberikan negara kepada pemilik merek sesuai Pasal 3 UUM sebagaimana
yang tercantum dalam Pasal 16 (2) Perjanjian TRIPS. Putusan MA yang
menyatakan Permohonan Kasasi DIOR ditolak menunjukan Majelis Hakim
kurang cermat dalam memutus perkara sengketa merek antara DIOR
dengan BABY DIOR karena berpatokan pada klasifikasi jenis barang dan
jasa yang berbeda antara DIOR dengan BABY DIOR. jika salah satu
merek tersebut dikategorikan sebagai merek terkenal maka terlihat jelas
adanya unsur daya pembeda dari suatu merek sesuai anasir “persamaan
pada pokoknya” dalam TRIPS dan UUM.
Kata Kunci: Merek, Terkenal, Persamaan Pada Pokoknya
iv
Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 184
K/Pdt.Sus/HKI(M)/2013 Tentang Sengketa Merak Dagang DIOR DAN
BABY DIOR ditinjau dari Undang-Undang Nomor 15 tahun 2001
Tentang Merek
YOMA TRIADI BUSRA
1101111000409
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek (selanjutnya
disebut dengan UUM) menjelaskan bahwa kriteria pelanggaran merek
adalah merek yang digunakan oleh pihak lain memiliki persamaan pada
pokoknya atau keseluruhannya dan Pasal 16 (2) Perjanjian TRIPS
mengatur tentang merek terkenal yang mensyaratkan beberapa klasifikasi
kelas barang/jenis dan telah diakui minimal 3 (tiga) negara. Namun
ketentuan tersebut masih menimbulkan permasalahan salah satunya
kasus pada putusan Mahkamah Agung (MA) yang menyatakan
CHRISTIAN DIOR selaku Penggugat adalah pemegang Hak Eksklusif dan
pendaftar pertama (fist to file) atas Merek Dagang DIOR namun mengakui
merek peniru yaitu BABY DIOR tetap diakui sebagai merek yang berbeda
karena klasifikasi barang/jenis yang dibuat berbeda. Adapun
permasalahan yang akan diteliti yakni Putusan MA mengenai penerapan
persamaan pada pokoknya untuk merek dagang DIOR terhadap Merek
dagang BABY DIOR dan
pertimbangan Majelis Hakim MA yang
menyatakan Merek dagang DIOR tidak termasuk dalam kategori merek
terkenal telah sesuai UUM.
Dalam penelitian ini Penulis menggunakan metode pendekatan
yuridis normatif dan spesifikasi penelitian yang digunakan adalah
deskriptif analitis yang menggambarkan dan menganalisis ketentuanketentuan yang berkaitan dengan Putusan MA Nomor 184 K/Pdt.Sus/HKI
(M)/2013.
Berdasarkan pembahasan yang telah penulis teliti Pasal 6 ayat (2)
UUM sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat (1) huruf (b) UUM
perlindungan dapat diberikan kepada merek yang tidak sejenis dan merek
dagang DIOR maupun CHRISTIAN DIOR mempunyai hak eksklusif yang
diberikan negara kepada pemilik merek sesuai Pasal 3 UUM sebagaimana
yang tercantum dalam Pasal 16 (2) Perjanjian TRIPS. Putusan MA yang
menyatakan Permohonan Kasasi DIOR ditolak menunjukan Majelis Hakim
kurang cermat dalam memutus perkara sengketa merek antara DIOR
dengan BABY DIOR karena berpatokan pada klasifikasi jenis barang dan
jasa yang berbeda antara DIOR dengan BABY DIOR. jika salah satu
merek tersebut dikategorikan sebagai merek terkenal maka terlihat jelas
adanya unsur daya pembeda dari suatu merek sesuai anasir “persamaan
pada pokoknya” dalam TRIPS dan UUM.
Kata Kunci: Merek, Terkenal, Persamaan Pada Pokoknya
iv