RPP IPA Kelas 7 Kurikulum 2013 Revisi 2016 Semester 1 dan 2 RPP IPA 1.1

(1)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMP Negeri 1 Bakongan Mata Pelajaran : IPA

Kelas/Semester : VII / 1

Topik : Objek IPA dan Pengamatannya Sub Topik : Pengukuran

Alokasi Waktu : 1 x 5 Jam Pelajaran

A. Kompetensi Inti

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.

2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,

peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam

berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam

jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)

berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,

seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret

(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat)

dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar,

dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan

sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

B. KOMPETENSI DASAR

3.1. Memahami konsep pengukuran berbagai besaran yang ada pada diri, makhluk hidup dan lingkungan fisik sekitar sebagai bagian dari observasi serta pentingnya perumusan satuan terstandar (baku) dalam pengukuran.

INDIKATOR

3.1.1. Menggunakan Satuan Internasional sesuai dengan besaran yang diukur dalam pengukuran dengan Ketelitian (carefulness).

3.1.2. Mengkonversi satuan panjang, massa dan waktu terhadap hasil pengukuran

4.1. Menyajikan hasil pengukuran terhadap besaran-besaran pada diri, makhluk hidup, dan

lingkungan fisik dengan menggunakan satuan tak baku dan satuan baku. INDIKATOR

4.1.1. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan besaran pokok dan besaran turunan dalam kehidupan sehari-hari.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Melalui kajian LKS, siswa dapat mengidentifikasi alat-alat ukur panjang dan masssa benda untuk percobaan pengukuran besaran dasar


(2)

benda)

3. Siswa dapat menjelaskan melalui diskusi data hasil percobaan

4. Siswa dapat menjelaskan pemanfaatan pengukuran dalam kehidupan sehari-hari melalui diskusi kelompok

5. Mengembangkan perilaku rasa ingin tahu, teliti, jujur, tekun, tanggung jawab, saling menghargai pendapat melalui kegiatan praktikum dan diskusi kelompok

D. MATERI

Besaran berdasarkan cara memperolehnya dapat dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu :

1. Besaran Fisika yaitu besaran yang diperoleh dari pengukuran. Karena diperoleh dari pengukuran maka harus ada alat ukurnya. Sebagai contoh adalah massa. Massa merupakan besaran fisika karena massa dapat diukur dengan menggunakan neraca.

2. Besaran non Fisika yaitu besaran yang diperoleh dari penghitungan. Dalam hal ini tidak diperlukan alat ukur tetapi alat hitung sebagai misal kalkulator. Contoh besaran non fisika adalah Jumlah.

Besaran Fisika sendiri dibagi menjadi 2

1. Besaran Pokok adalah besaran yang ditentukan lebih dulu berdasarkan kesepatan para ahli fisika. Besaran pokok yang paling umum ada 7 macam yaitu Panjang (m), Massa (kg), Waktu (s), Suhu (K), Kuat Arus Listrik (A), Intensitas Cahaya (cd), dan Jumlah Zat (mol). Besaran pokok mempunyai ciri khusus antara lain diperoleh dari pengukuran langsung, mempunyai satu satuan (tidak satuan ganda), dan ditetapkan terlebih dahulu.

2. Besaran Turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok. Besaran ini ada banyak macamnya sebagai contoh gaya (N) diturunkan dari besaran pokok massa, panjang dan waktu. Volume (meter kubik) diturunkan dari besaran pokok panjang, dan lain-lain. Besaran turunan mempunyai ciri khusus antara lain : diperoleh dari pengukuran langsung dan tidak langsung, mempunyai satuan lebih dari satu dan diturunkan dari besaran pokok.

Saat membahas bab Besaran dan Satuan maka kita tidak akan lepas dari satu kegiatan yaitu pengukuran. Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran dengan besaran sejenis yang ditetapkan sebagai satuan.

Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka. Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan satuan yang dijadikan sebagai patokan. Dalam fisika pengukuran merupakan sesuatu yang sangat vital. Suatu pengamatan terhadap besaran fisis harus melalui pengukuran. Pengukuran-pengukuran yang sangat teliti diperlukan dalam fisika, agar gejala-gejala peristiwa yang akan terjadi dapat diprediksi dengan kuat.

E. PENDEKATAN/STRATEGI/METODE PEMBELAJARAN 1. Pendekatan : Scientific

2. Metode : Diskusi dan Eksperimen

3. Model : Discovery and Cooperative Learning F. MEDIA, ALAT, DAN SUMBER PEMBELAJARAN


(3)

Charta , Komputer, LCD

2. Alat dan Bahan :

No Nama Alat / Bahan Jumlah

1 Mistar 5

2 Jangka sorong 5

3 Mikrometer sekrup 5

4 Kertas HVS 5

5 Kertas karton 5

6 Buku 5

7 Neraca 5

8 Stop watch 5

9

3. Sumber Belajar

a. Buku IPA SMP kelas VII, Puskurbuk 2013 b. LKS

c. Artikel

G. KEGIATAN PEMBELAJARAN Pertemuan 1 (3 Jam Pelajaran)

Kegiatan Langkah-langkahModel Discovery Deskripsi Kegiatan AlokasiWaktu Pendahuluan Menciptakan

Situasi (Stimulasi) Pemusatan perhatian :

- Guru memperlihatkan berbagai bentuk dan ukuran benda misalnya kertas HVS, buku dan kertas karton kemudian guru mengajukan pertanyaan seperti : • Di antara benda-benda berikut, manakah yang


(4)

dapat diukur ketebalannya dengan menggunakan mistar?

Bagaimana cara agar benda-benda yang tidak dapat diukur menjadi terukur ?

Guru menyampaikan tujuan dan manfaat mempelajari besaran dasar

Guru Menyampaikan informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan yaitu eksperimen pengukuran besaran panjang (dengan alat ukur mistar, jangka sorong dan multimeter sekrup), besaran massa (dengan neraca) dan besaran waktu (dengan stopwatch).

Membagi siswa menjadi 5 kelompok Kegiatan Int Pembahasan Tugas

dan Identifikasi Masalah

Observasi

Pengumpulan data

Pengolahan data dan analisis

Verifikasi

Diskusi kelompok untuk mengkaji LKS pengukuran besaran pokok dan mengidentifikasi konsep yang harus diperoleh melalui percobaan

Melakukan percobaan pengukuran besaran pokok Siswa mengamati percobaan dan mencatat data pengamatan pada kolom yang tersedia pada LKS Mengolah dan menganalisis data dari setiap percobaan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pada LKS Presentasi hasil percobaan

Membuat kesimpulan tentang besaran dasar

15 menit

20 menit

Penutup Generalisasi Siswa dan guru mereview hasil kegiatan pembelajaran Guru memberikan penghargaan (misalnya pujian atau bentuk penghargaan lain yang relevan) kepada kelompok yang berkinerja baik

Siswa menjawab kuis tentang prinsip pemisahan campuran Pemberian tugas untuk mempelajari pemanfaatan

H. PENILAIAN

1. Metode dan bentuk Instrumen

Metode Bentuk Instrumen

Sikap Lembar Pengamatan Sikap dan Rubrik Tes Unjuk Kerja Tes Penilaian Kinerja Besaran Dasar


(5)

Tes Tulis Tes Uraian HOTS

2. Instrument

a. Lembar Pengamatan Sikap

Nama Siswa Apek Yang Diniai

No Nama Siswa Mengajukan pertanyaan Menjawab pertanyaan Mengemukakangagasan sesuai topik yang

dibahas

Menanggapi gagasan dengan sikap yang santun

Memberikan solusi

YA TIDAK YA TIDAK YA TIDAK YA TIDAK YA TIDAK

1 2 3 ....

b. Lembar Pengamatan Perilaku llmiah

No Aspek yang dinilai 3 2 1 Keterangan

1. Rasa ingin tahu (curiosity)

2. Ketelitian dan kehati-hatian dalam melakukan percobaan

3. Ketekunan dan tanggungjawab dalam belajar dan bekerja baik secara individu maupun kelompok

4. Keterampilan berkomunikasi pada saat belajar

Rubrik Penilaian Perilaku

No Aspek yang dinilai Rubrik

1. Menunjukkan rasa

ingin tahu 3: menunjukkan rasa ingin tahu yang besar, antusias, aktif dalam kegiatan kelompok 2: menunjukkan rasa ingin tahu, namun tidak terlalu antusias, dan baru terlibat aktif dalam kegiatan kelompok ketika disuruh 1: tidak menunjukkan antusias dalam pengamatan, sulit terlibat aktif


(6)

2. Ketelitian dan

hati-hati 4. m en g a mati hasil percobaan sesuai prosedur, hati-hati dalam melakukan percobaan 2. mengamati hasil percobaan sesuai prosedur, kurang hati-hati dalam melakukan percobaan 1. mengamati hasil percobaan sesuai prosedur, kurang hati-hati dalam melakukan percobaan

3 Ketekunan dan tanggungjawab dalam belajar dan bekerja baik secara individu maupun

berkelompok

3: tekun dalam menyelesaikan tugas dengan hasil terbaik yang bias dilakukan, berupaya tepat waktu. 2: berupaya tepat waktu dalam menyelesaikan tugas, namun belum menunjukkan upaya terbaiknya 1: tidak berupaya sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas, dan tugasnya tidak selesai

4 Berkomunikasi 3. aktif dalam tanya jawab, dapat mengemukaan gagasan atau ide, menghargai pendapat siswa lain 2. aktif dalam tanya jawab, tidak ikut mengemukaan gagasan atau ide, menghargai pendapat siswa lain 1. aktif dalam tanya jawab, tidak ikut mengemukaan gagasan atau ide, kurang menghargai pendapat siswa lain

C. Lembar Pengamatan Ketrampilan Praktkum

Nama : ………. Kelas : VII - …….


(7)

No ASPEK KINERJA YANG DIHARAPKAN A PERSIAPAN

1. Menggunakan jas laboratorium 2. Membawa alat dan bahan praktikum 3. Membersihkan alat-alat yang akan digunakan 4. Mengecek kesiapan alat dan bahan 5. Membaca prosedur kerja

B SELAMA KEGIATAN PRAKTIKUM A. Menggunakan Alat dan Bahan 1. Mengambil bahan tidak berceceran 2. Mengambil bahan sesuai kebutuhan 3. Mengoperasikan alat dengan benar 4. Menggunakan alat dan bahan sesuai prosedur B. Sikap

1. Fokus pada kegiatan praktikum 2. Aktif dalam melakukan praktikum 3. Bekerja sama dalam kelompok


(8)

Lembar pengamatan kegiatan penggunaan Jangka sorong Berilah tanda centang di bawah kolom skor:

5, jika siswa melakukan aspek keterampilan sangat tepat 4, jika siswa melakukan aspek keterampilan tepat 3, jika siswa melakukan aspek keterampilan agak tepat 2, jika siswa melakukan aspek keterampilan kurang tepat 1, jika siswa melakukan aspek keterampilan tidak tepat

No Aspek keterampilan Jawaban

5 4 3 2 1

1 2

Persiapan

Membawa Jangka sorong

Meletakkan Jangka sorong di meja 2 Pelaksanaan

Mengatur posisi skala nonius Mengatur posisi kunci jangka sorong Mengamati skala utama dan skala nonius 3 Penyelesaian

Membersihkan Jangka sorong setelah digunakan Menyimpan Jangka sorong

Lembar pengamatan kegiatan penggunaan micrometer sekrup Berilah tanda centang di bawah kolom skor:

5, jika siswa melakukan aspek keterampilan sangat tepat 4, jika siswa melakukan aspek keterampilan tepat 3, jika siswa melakukan aspek keterampilan agak tepat 2, jika siswa melakukan aspek keterampilan kurang tepat 1, jika siswa melakukan aspek keterampilan tidak tepat

No Aspek keterampilan Jawaban

5 4 3 2 1

1 Persi apan

Membawa micrometer sekrup M e n g a t u r p o s i s i k u


(9)

n c i m i c r o m e t e r s e k r u p M e n g a t u r p o s i s i s k a l a n o n i u s P e l a k s a n a a n


(10)

2Mengamati skala utama dan skala nonius3

PenyelesaianMembersihkan micrometer sekrup setelah

digunakanMenyimpan micrometer sekrup

Lembar pengamatan kegiatan penggunaan neraca ohauss Berilah tanda centang di bawah kolom skor:

5, jika siswa melakukan aspek keterampilan sangat tepat 4, jika siswa melakukan aspek keterampilan tepat 3, jika siswa melakukan aspek keterampilan agak tepat 2, jika siswa melakukan aspek keterampilan kurang tepat 1, jika siswa melakukan aspek keterampilan tidak tepat

No Aspek keterampilan Jawaban

Me mba

5 4 3 2 1

Men gatu

Meletakkan neraca ohauss di meja Man

entu Mengamati posisi jarum tetap setimbang 3 Penyelesaian

Membersihkan neraca ohauss setelah digunakan

Menyimpan neraca ohauss


(11)

d. Tes Tertulis ( Soal HOTS )

Topik : Pengukuran

Indikator Kata kerja operasional :

Disajikan diagram skala pada alat ukur, peserta didik dapat menjelaskan cara membaca skala pada alat ukur Soal 1

Perhatikan kedua alat ukur berikut! Diagram menunjukkan skala pada alat ukur :

Bagaimana cara membaca ukuran yang ditunjukkan oleh anak panah pada gambar ?

……… ……… Soal 2

Perhatikan kedua alat ukur berikut!

Perhatikan gambar alat dan bahan serta data pengukurannya berikut!

Besaran fisika yang terukur sesuai dengan data yang diperlihatkan tersebut adalah .... gram

Soal 3

Perhatikan jangka sorong berikut! Hasil pengukuran panjang benda di samping adalah ……… cm

Soal 4

Perhatikan gambar!

Dari gambar di atas pembacaan skala mikrometer sekrup yang benar adalah …... cm Soal 5

Perhatikan gambar dibawah ini !

Seorang anak melakukan pengukuran menggunakan jangka sorong. Posisi skala pengukuran seperti pada gambar di atas. Hasil pengukuran itu adalah …… cm


(12)

LEMBAR KERJA SISWA Pengukuran Besaran Panjang

Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur atau dihitung, dinyatakan dengan angka dan mempunyai satuan.

Dari pengertian ini dapat diartikan bahwa sesuatu itu dapat dikatakan sebagai besaran harus mempunyai 3 syarat yaitu

1. dapat diukur atau dihitung

2. dapat dinyatakan dengan angka-angka atau mempunyai nilai 3. mempunyai satuan

Bila ada satu saja dari syarat tersebut diatas tidak dipenuhi maka sesuatu itu tidak dapat dikatakan sebagai besaran.

Besaran berdasarkan cara memperolehnya dapat dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu :

3. Besaran Fisika yaitu besaran yang diperoleh dari pengukuran. Karena diperoleh dari pengukuran maka harus ada alat ukurnya. Sebagai contoh adalah massa. Massa merupakan besaran fisika karena massa dapat diukur dengan menggunakan neraca.

4. Besaran non Fisika yaitu besaran yang diperoleh dari penghitungan. Dalam hal ini tidak diperlukan alat ukur tetapi alat hitung sebagai misal kalkulator. Contoh besaran non fisika adalah Jumlah.

Besaran Fisika sendiri dibagi menjadi 2

3. Besaran Pokok adalah besaran yang ditentukan lebih dulu berdasarkan kesepatan para ahli fisika. Besaran pokok yang paling umum ada 7 macam yaitu Panjang (m), Massa (kg), Waktu (s), Suhu (K), Kuat Arus Listrik (A), Intensitas Cahaya (cd), dan Jumlah Zat (mol). Besaran pokok mempunyai ciri khusus antara lain diperoleh dari pengukuran langsung, mempunyai satu satuan (tidak satuan ganda), dan ditetapkan terlebih dahulu.

4. Besaran Turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok. Besaran ini ada banyak macamnya sebagai contoh gaya (N) diturunkan dari besaran pokok massa, panjang dan waktu. Volume (meter kubik) diturunkan dari besaran pokok panjang, dan lain-lain. Besaran turunan mempunyai ciri khusus antara lain : diperoleh dari pengukuran langsung dan tidak langsung, mempunyai satuan lebih dari satu dan diturunkan dari besaran pokok.

Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka. Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan satuan yang dijadikan sebagai patokan. Dalam fisika pengukuran merupakan sesuatu yang sangat vital. Suatu pengamatan terhadap besaran fisis harus melalui pengukuran. Pengukuran-pengukuran yang sangat teliti diperlukan dalam fisika, agar gejala-gejala peristiwa yang akan terjadi dapat diprediksi dengan kuat. Pengukuran dapat dilakukan dengan dua cara:

1. Secara Langsung

Yaitu ketika hasil pembacaan skala pada alat ukur, langsung menyatakan nilai besaran yang diukur, tanpa menggunakan rumus untuk menghitung nilai yang diinginkan.

2. Secara tidak langsung

Yaitu dalam pengukuran memerlukan penghitungan tambahan untuk mendapatkan nilai besaran yang diukur.

Untuk mendaptkan hasil pengukuran yang akurat, faktor yang harus diperhatikan antara lain : - alat ukur yang dipakai

- aturan angka penting

- posisi mata pengukuran (paralax)

Kesalahan (error) adalah penyimpangan nilai yang diukur dari nilai benar x0. Kesalahan dapat digolongkan menjadi tiga golongan :

1. Keteledoran

Umumnya disebabkan oleh keterbatasan pada pengamat, diantaranya kurang terampil menggunakan instrumen, terutama untuk instrumen canggih yang melibatkan banyak komponen yang harus diatur atau kekeliruan dalam melakukan pembacaan skala yang kecil.

2. Kesalahan sistmatk

Adalah kesalahan yang dapat dituangkan dalam bentuk bilangan (kuantitatif), contoh : kesalahan pengukuran panjang dengan mistas 1 mm, jangka sorong, 0,1 mm dan mikrometer skrup 0,01 mm

3. Kesalahan acak

Merupakan kesalahan yang dapat dituangkan dalam bentuk bilangan (kualitatif), Contoh :

- kesalahan pengamat dalam membaca hasil pengukuran panjang

- pengabaian pengaruh gesekan udara pada percobaan ayunan sederhana


(13)

Ketdakpastan pada Pengukuran

Ketika mengukur suatu besaran fisis dengan menggunakan instrumen, tidaklah mungkin akan mendapatkan nilai benar X0, melainkan selalu terdapat ketidakpastian. Ketidakpastian ini disebabkan oleh beberapa hal misalnya batas ketelitian dari masing-masing alat dan kemampuan dalam membawa hasil yang ditunjukkan alat ukur. Beberapa istlah dalam pengukuran:

· Ketelitan (accuracy)

adalah suatu ukuran yang menyatakan tingkat pendekatan dari nilai yang diukur terhadap nilai benar X0 · Kepekaan

adalah ukuran minimal yang masih dapat dideteksi (dikenal) oleh instrumen, misal galvanometer memiliki kepekaan yang lebih besar daripada Amperemeter / Voltmeter

· Ketepatan (precision)

adalah suatu ukuran kemampuan untuk mendapatkan hasil pengukuran yang sama. · Presisi

berkaitan dengan perlakuan dalam proses pengukuran, penyimpangan hasil ukuran dan jumlah angka desimal yang dicantumkan dalam hasil pengukuran.

· Akurasi

yaitu seberapa dekat hasil suatu pengukuran dengan nilai yang sesungguhnya. Ketelitian alat ukur panjang

1. Mistar : 1 mm

Mistar berskala terkecil memiliki memiliki ketelitian sampai 0,5 mm atau 0,05 cm. Ketelitian alat untuk satu kali adalah setengah skala terkecil.

Panjang benda melebihi 8,7 cm Panjang kelebihan ditaksir 0,05 cm Hasil pengukuran panjang 8,75 cm Batas ketelitian ½ x 1 mm = 0,5 mm 2. Jangka Sorong : 0,1 mm

Jangka sorong memiliki ketelitian sampai 0,1 mm atau 0,1 cm. Jangka sorong terdiri dari rahang tetap yang berskala cm dan mm, dan rahang sorong (geser) yang dilengkapi dengan skala nonius yang panjangnya 9 mm dan dibagi dalam 10 m skala. Panjang 1 skala nonius adalah 0,9 mm.

Benda skala antara rahang utamadengan rahang sorong adalah 0,1mm sehingga ketidakpastian dari jangka sorong adalah ½ x 0,1 mm = 0,005 mm

Contoh:

Sebuah benda diukur dengan jangka sorong dengan kedudukan skala seperti pada gambar, maka panjang benda:

Skala Utama = 26 mm Skala nonius 0,5 mm

Batas ketelitiannya ½ skala terkecil = ½ x 0,1 mm = 0,05 mm 3. Mikrometer sekrup 0,01 mm


(14)

Mikrometer skrup memiliki ketelitian sampai 0,01 mm atau 0,001 cm. Mikrometer skrup juga memiliki dua skala , yaitu skala utama yang berskala mm (0,5 mm) dan skala nonius yang terdapat pada selubung luar. Skala nonius memiliki 50 bagian skala yang sama. Bila diselubung luar berputar berputar satu kali, maka poros berulir (rahang geser) akan maju atau mundur 0,5 mm. Bila selubung luar berputar satu bagian skala, maka poros berulir akan maju atau mundur sejauh 0,02 x 0,5 mm = 0,01 mm, sehingga kepastian untuk mikrometer sekrup adalah ½ x 0,01 mm = 0,005 mm untuk pengukuran tungga. Pelaporan hasil pengukuran adalah (X ± DX).

Cara meningkatkan ketelitian antara lain:

1. Waktu membaca alat ukur posisi mata harus benar 2. Alat yang dipakai mempunyai ketelitian tinggi 3. Melakukan pengukuran berkali-kali

Pengukuran dengan jangka sorong

Cara menentukan / membaca jangka sorong:

1. Angka pada skala utama yang berdekatan dengan angka 0 pada nonius adalah 2,1 cm dan 2,2 cm. 2. Garis nonius yang tepat berhimpit dengan garis skala utama adalah garis ke-5, jadi x = 2,1 cm + 5 x 0,01

cm = 2,15 cm (dua desimal)

Karena ketidakpastian jangka sorong = ½ x 0,01 cm = 0,005 cm (tiga desimal), maka hasilpengukuran jangka sorong :

Cara menentukan / membaca Mikrometer Sekrup

1. Garis skala utama yang berdekatan dengan tepi selubung luar 4,5 mm lebih. 2. Garis mendatar pada selubung luar yang berhimpit dengan garis skala utama. X = 4,5 mm + 47 x 0,01 mm = 4,97 mm (dua desimal)

Ketidakpastian mikrometer sekrup ½ x 0,01 mm = 0,005 mm Jadi hasil pengukurannya


(15)

KEGIATAN 1 :

Pengukuran Besaran Panjang dengan Jangka Sorong

I. Tujuan :

Menentukan nilai pengukuran yang ditunjukkan oleh jangka sorong II. Alat dan Bahan :

1. Jangka sorong 2. Kertas HVS 3. Kertas karton 4. Buku teks

III. Cara Kerja :

1. Letakkan benda 1 pada rahang tetap.

2. Geser rahang gerak hingga ujung benda lalu kunci dengan pemutar kunci jangka sorong. 3. Bacalah skala yang ditunjukkan skala utama.

4. Bacalah skala yang ditunjukkan skala nonius yang berhimpit dengan skala utama.

IV. Pengamatan :

No Benda yang diukur Pembacaan skala

1 Kertas HVS 2 Kertas karton 3 Buku teks

V. Pertanyaan :

1. Benda manakah yang memiliki nilai terbesar?

2. Mengapa dalam pengukuran dengan jangka sorong harus dikunci ?


(16)

KEGIATAN 2 :

Pengukuran Besaran Panjang dengan Mikrometer Sekrup

I. Tujuan :

Menentukan nilai pengukuran yang ditunjukkan oleh mikrometer sekrup II. Alat dan Bahan :

1. Jangka sorong 2. Kertas HVS 3. Kertas karton 4. Buku teks

III. Cara Kerja :

1. Letakkan benda 1 pada rahang tetap.

2. Putar rahang gerak hingga ujung benda lalu kunci dengan pemutar kunci mikrometer sekrup. 3. Bacalah skala yang ditunjukkan skala utama.

4. Bacalah skala yang ditunjukkan skala nonius yang berhimpit dengan skala utama.

IV. Pengamatan :

No Benda yang diukur Pembacaan skala

1 Kertas HVS 2 Kertas karton 3 Buku teks

V. Pertanyaan :

1. Benda manakah yang memiliki nilai terbesar?

2. Mengapa dalam pengukuran dengan micrometer sekrup harus dikunci ?

3. Menurutmu, apa sajakah yang perlu diperhatikan dalam pengukuran panjang dengan micrometer sekrup?

4. Menurutmu, alat manakah (jangka sorong atau micrometer sekrup) yang memiliki tingkat ketelitiam terbesar?

Mengetahui,

Bakongan, Juli 2014

Kepala Sekolah

Guru Mata Pelajaran IPA

MAISARAH

MUKHLISA, S.Pd. Bio


(17)

(1)

LEMBAR KERJA SISWA Pengukuran Besaran Panjang

Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur atau dihitung, dinyatakan dengan angka dan mempunyai satuan.

Dari pengertian ini dapat diartikan bahwa sesuatu itu dapat dikatakan sebagai besaran harus mempunyai 3 syarat yaitu

1. dapat diukur atau dihitung

2. dapat dinyatakan dengan angka-angka atau mempunyai nilai 3. mempunyai satuan

Bila ada satu saja dari syarat tersebut diatas tidak dipenuhi maka sesuatu itu tidak dapat dikatakan sebagai besaran.

Besaran berdasarkan cara memperolehnya dapat dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu :

3. Besaran Fisika yaitu besaran yang diperoleh dari pengukuran. Karena diperoleh dari pengukuran maka harus ada alat ukurnya. Sebagai contoh adalah massa. Massa merupakan besaran fisika karena massa dapat diukur dengan menggunakan neraca.

4. Besaran non Fisika yaitu besaran yang diperoleh dari penghitungan. Dalam hal ini tidak diperlukan alat ukur tetapi alat hitung sebagai misal kalkulator. Contoh besaran non fisika adalah Jumlah.

Besaran Fisika sendiri dibagi menjadi 2

3. Besaran Pokok adalah besaran yang ditentukan lebih dulu berdasarkan kesepatan para ahli fisika. Besaran pokok yang paling umum ada 7 macam yaitu Panjang (m), Massa (kg), Waktu (s), Suhu (K), Kuat Arus Listrik (A), Intensitas Cahaya (cd), dan Jumlah Zat (mol). Besaran pokok mempunyai ciri khusus antara lain diperoleh dari pengukuran langsung, mempunyai satu satuan (tidak satuan ganda), dan ditetapkan terlebih dahulu.

4. Besaran Turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok. Besaran ini ada banyak macamnya sebagai contoh gaya (N) diturunkan dari besaran pokok massa, panjang dan waktu. Volume (meter kubik) diturunkan dari besaran pokok panjang, dan lain-lain. Besaran turunan mempunyai ciri khusus antara lain : diperoleh dari pengukuran langsung dan tidak langsung, mempunyai satuan lebih dari satu dan diturunkan dari besaran pokok.

Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka. Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan satuan yang dijadikan sebagai patokan. Dalam fisika pengukuran merupakan sesuatu yang sangat vital. Suatu pengamatan terhadap besaran fisis harus melalui pengukuran. Pengukuran-pengukuran yang sangat teliti diperlukan dalam fisika, agar gejala-gejala peristiwa yang akan terjadi dapat diprediksi dengan kuat. Pengukuran dapat dilakukan dengan dua cara:

1. Secara Langsung

Yaitu ketika hasil pembacaan skala pada alat ukur, langsung menyatakan nilai besaran yang diukur, tanpa menggunakan rumus untuk menghitung nilai yang diinginkan.

2. Secara tidak langsung

Yaitu dalam pengukuran memerlukan penghitungan tambahan untuk mendapatkan nilai besaran yang diukur.

Untuk mendaptkan hasil pengukuran yang akurat, faktor yang harus diperhatikan antara lain : - alat ukur yang dipakai

- aturan angka penting

- posisi mata pengukuran (paralax)

Kesalahan (error) adalah penyimpangan nilai yang diukur dari nilai benar x0. Kesalahan dapat digolongkan menjadi tiga golongan :

1. Keteledoran

Umumnya disebabkan oleh keterbatasan pada pengamat, diantaranya kurang terampil menggunakan instrumen, terutama untuk instrumen canggih yang melibatkan banyak komponen yang harus diatur atau kekeliruan dalam melakukan pembacaan skala yang kecil.

2. Kesalahan sistmatk

Adalah kesalahan yang dapat dituangkan dalam bentuk bilangan (kuantitatif), contoh : kesalahan pengukuran panjang dengan mistas 1 mm, jangka sorong, 0,1 mm dan mikrometer skrup 0,01 mm

3. Kesalahan acak

Merupakan kesalahan yang dapat dituangkan dalam bentuk bilangan (kualitatif), Contoh :

- kesalahan pengamat dalam membaca hasil pengukuran panjang

- pengabaian pengaruh gesekan udara pada percobaan ayunan sederhana


(2)

Ketdakpastan pada Pengukuran

Ketika mengukur suatu besaran fisis dengan menggunakan instrumen, tidaklah mungkin akan mendapatkan nilai benar X0, melainkan selalu terdapat ketidakpastian. Ketidakpastian ini disebabkan oleh beberapa hal misalnya batas ketelitian dari masing-masing alat dan kemampuan dalam membawa hasil yang ditunjukkan alat ukur. Beberapa istlah dalam pengukuran:

· Ketelitan (accuracy)

adalah suatu ukuran yang menyatakan tingkat pendekatan dari nilai yang diukur terhadap nilai benar X0 · Kepekaan

adalah ukuran minimal yang masih dapat dideteksi (dikenal) oleh instrumen, misal galvanometer memiliki kepekaan yang lebih besar daripada Amperemeter / Voltmeter

· Ketepatan (precision)

adalah suatu ukuran kemampuan untuk mendapatkan hasil pengukuran yang sama. · Presisi

berkaitan dengan perlakuan dalam proses pengukuran, penyimpangan hasil ukuran dan jumlah angka desimal yang dicantumkan dalam hasil pengukuran.

· Akurasi

yaitu seberapa dekat hasil suatu pengukuran dengan nilai yang sesungguhnya. Ketelitian alat ukur panjang

1. Mistar : 1 mm

Mistar berskala terkecil memiliki memiliki ketelitian sampai 0,5 mm atau 0,05 cm. Ketelitian alat untuk satu kali adalah setengah skala terkecil.

Panjang benda melebihi 8,7 cm Panjang kelebihan ditaksir 0,05 cm Hasil pengukuran panjang 8,75 cm Batas ketelitian ½ x 1 mm = 0,5 mm 2. Jangka Sorong : 0,1 mm

Jangka sorong memiliki ketelitian sampai 0,1 mm atau 0,1 cm. Jangka sorong terdiri dari rahang tetap yang berskala cm dan mm, dan rahang sorong (geser) yang dilengkapi dengan skala nonius yang panjangnya 9 mm dan dibagi dalam 10 m skala. Panjang 1 skala nonius adalah 0,9 mm.

Benda skala antara rahang utamadengan rahang sorong adalah 0,1mm sehingga ketidakpastian dari jangka sorong adalah ½ x 0,1 mm = 0,005 mm

Contoh:

Sebuah benda diukur dengan jangka sorong dengan kedudukan skala seperti pada gambar, maka panjang benda:

Skala Utama = 26 mm Skala nonius 0,5 mm

Batas ketelitiannya ½ skala terkecil = ½ x 0,1 mm = 0,05 mm 3. Mikrometer sekrup 0,01 mm


(3)

Mikrometer skrup memiliki ketelitian sampai 0,01 mm atau 0,001 cm. Mikrometer skrup juga memiliki dua skala , yaitu skala utama yang berskala mm (0,5 mm) dan skala nonius yang terdapat pada selubung luar. Skala nonius memiliki 50 bagian skala yang sama. Bila diselubung luar berputar berputar satu kali, maka poros berulir (rahang geser) akan maju atau mundur 0,5 mm. Bila selubung luar berputar satu bagian skala, maka poros berulir akan maju atau mundur sejauh 0,02 x 0,5 mm = 0,01 mm, sehingga kepastian untuk mikrometer sekrup adalah ½ x 0,01 mm = 0,005 mm untuk pengukuran tungga. Pelaporan hasil pengukuran adalah (X ± DX).

Cara meningkatkan ketelitian antara lain:

1. Waktu membaca alat ukur posisi mata harus benar 2. Alat yang dipakai mempunyai ketelitian tinggi 3. Melakukan pengukuran berkali-kali

Pengukuran dengan jangka sorong

Cara menentukan / membaca jangka sorong:

1. Angka pada skala utama yang berdekatan dengan angka 0 pada nonius adalah 2,1 cm dan 2,2 cm. 2. Garis nonius yang tepat berhimpit dengan garis skala utama adalah garis ke-5, jadi x = 2,1 cm + 5 x 0,01

cm = 2,15 cm (dua desimal)

Karena ketidakpastian jangka sorong = ½ x 0,01 cm = 0,005 cm (tiga desimal), maka hasilpengukuran jangka sorong :

Cara menentukan / membaca Mikrometer Sekrup

1. Garis skala utama yang berdekatan dengan tepi selubung luar 4,5 mm lebih. 2. Garis mendatar pada selubung luar yang berhimpit dengan garis skala utama. X = 4,5 mm + 47 x 0,01 mm = 4,97 mm (dua desimal)

Ketidakpastian mikrometer sekrup ½ x 0,01 mm = 0,005 mm Jadi hasil pengukurannya


(4)

KEGIATAN 1 :

Pengukuran Besaran Panjang dengan Jangka Sorong

I. Tujuan :

Menentukan nilai pengukuran yang ditunjukkan oleh jangka sorong II. Alat dan Bahan :

1. Jangka sorong 2. Kertas HVS 3. Kertas karton 4. Buku teks

III. Cara Kerja :

1. Letakkan benda 1 pada rahang tetap.

2. Geser rahang gerak hingga ujung benda lalu kunci dengan pemutar kunci jangka sorong. 3. Bacalah skala yang ditunjukkan skala utama.

4. Bacalah skala yang ditunjukkan skala nonius yang berhimpit dengan skala utama.

IV. Pengamatan :

No Benda yang diukur Pembacaan skala

1 Kertas HVS 2 Kertas karton 3 Buku teks

V. Pertanyaan :

1. Benda manakah yang memiliki nilai terbesar?

2. Mengapa dalam pengukuran dengan jangka sorong harus dikunci ?


(5)

KEGIATAN 2 :

Pengukuran Besaran Panjang dengan Mikrometer Sekrup

I. Tujuan :

Menentukan nilai pengukuran yang ditunjukkan oleh mikrometer sekrup II. Alat dan Bahan :

1. Jangka sorong 2. Kertas HVS 3. Kertas karton 4. Buku teks

III. Cara Kerja :

1. Letakkan benda 1 pada rahang tetap.

2. Putar rahang gerak hingga ujung benda lalu kunci dengan pemutar kunci mikrometer sekrup. 3. Bacalah skala yang ditunjukkan skala utama.

4. Bacalah skala yang ditunjukkan skala nonius yang berhimpit dengan skala utama.

IV. Pengamatan :

No Benda yang diukur Pembacaan skala

1 Kertas HVS 2 Kertas karton 3 Buku teks

V. Pertanyaan :

1. Benda manakah yang memiliki nilai terbesar?

2. Mengapa dalam pengukuran dengan micrometer sekrup harus dikunci ?

3. Menurutmu, apa sajakah yang perlu diperhatikan dalam pengukuran panjang dengan micrometer sekrup?

4. Menurutmu, alat manakah (jangka sorong atau micrometer sekrup) yang memiliki tingkat ketelitiam terbesar?

Mengetahui,

Bakongan, Juli 2014

Kepala Sekolah

Guru Mata Pelajaran IPA

MAISARAH

MUKHLISA, S.Pd. Bio


(6)