SBY dan Kerangkeng Citra.

--- -- ----

Pikiran
o Selasa
4

5
20

o Mar

@
21
OApr

0

Rabu
7
22
OMei


Rakyat
0

.

Kamis

8
23

9

OJun

Jumat

10
24


11
25

OJul

26
0

o Sabtu 0 Mlnggu
12

Ags

13
27

OSep

14
28


OOkt

15
29
.Nav

16
30

31

ODes

SBY dan Kerangkeng Citra
Oleh IDING R. HASAN

A

KHIR-AKHIR

ini,
sejumlah pihak melayangkan
tuntutan
agar Presiden Susilo Barnbang
Yudhoyono (SBY) bertindak
tegas terhadap kasusperseteruan antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan
Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Tuntutan tersebut
dilayangkan, tampaknya didasari sikap pasif SBY terhadap "keganjilan" yang diperlihatkan Polri dalam kasus
tersebut, an tara lain Polri
membebaskan Anggodo Wijoyo yang merupakan aktor
utama dalam rekaman percakapan yang diputar
di
Mahkamah Konstitusi, Selasa
(3/11) lalu.
Alasan Polri bahwa belum ada
bukti yang dapat digunakan untuk menahan Anggodo Wijoyo,
dinilai banyak ahli hukum sebagai hal yang mengada-ada atau
mengulur-ulur waktu. Padahal
banyak_ aspek __
yang ~-z"

bisa di~

jadikan bukti awal, seperti penyaluran
uang suap dari
Anggoro yang akan diberikan
kepada sejumlah pimpinan KPK
dan pencemaran nama baik
Presiden RI. Kenyataan ini sangat mencederai rasa keadilan
masyarakat, pasalnya Polri dengan mudah menahan Bibit dan
Chandra.tanpa alat bukti yang
kuat, tetapi mengapa tidak
melakukan hal yang sarna terhadap Anggodo?
'7erkerangkeng"
citra
SBYmemang dikenal sebagai
orang yang sangat mementingkan citra. Kemenangannya pada
Pemilu 2004 dan 2009, misalnya, ba.nyak dipenga~hi pencitraan dirinya, antara lam sebagai
pemimJ?in yang santun, menghormati semua golongan, dan
menghindari konflik. Dalam
kepemimpinannya sebagai Presiden RI hingga hari ini, politik

pencitraan itu tak pernah terabaikan apalagi ditanggalkan.
Narnun, dalarn derajat tertentu, politik pencitraan yang dimainkan SBYjustru membuatnya menjadi seperti "terkerangkeng" dalam perangkap
yang dibuatnya sendiri. la menjadi sangat hati-hati dalarn
melakukan tindakan, sekalipun
hal tersebut sesungguhnya harus
segera dilakukan. Pertimbangan
tentang citra dan kredibilitas, seolah-olah telah membuat SBY
"terlalu banyak berpikir" sehingga momentum itu pun menjadi
terlepas. Padahal, sikap tersebut
justru merugikan SBYsendiri.
Hal ini, misalnya, terlihat dari
sikap
SBY
menghadapi
,
,_-_ dalan;1
~..

tersebut. Kalau tim yang dibuatkisruh KPK dan Polri. Awalnya
SBY mengatakan, ia bersikap

nya kemudian "diremehkan",
"netral" dan "tidak akan ikut
seperti yang diistilahkan Adnan
Buyung Nasution sebagai Ketua
campur" terhadap kasus terseTim 8, oleh lembaga lainnya, sebut. Dengan sikap tersebut, seolah-olah
SBY
ingin
harusnya SBY merasa tersingmenampilkan dirinya sebagai
gung karena hal itu sarna saja
dengan meremehkannya.
"tokoh yang berdiri di atas seKalau SBY diam saja atau
mua pihak" sehingga publik
tidak tersinggung, tentu publik
akan menilainya demokratis,
kian curiga bahwa SBY sebetidak partisan, dan seterusnya.
narnya bertindak setengah hati
Akan tetapi, SBYtidak menyadalam membentuk tim tersebut.
dari bahwa publik sangat kritis.
Mereka tahu bahwa KPK merula melakukan itu hanya untuk
mendapatkan citra yang baik

pakan pihak yang terzalimi,
terutama setelah Bibitdan Chandari publik bahwa sebagai presiden, ia mampu memenuhi tundra ditahan tanpa bukti kuat.
Oleh karena itu, bersikap netral
tutan rakyatnya. Jika SBYtetap
tidak bersedia "menindak" Polri
bagi SBY,justru akan dilihat seatas penolakannya terhadap
bagai tindakan "cuci tangan".
Setelah SBYmembentuk Tin\
rekomendasi Tim 8, sinyalemen
tindakan setengah hati SBY
Independen Klarifikasi Fakta
tersebut sulit dibantah.
dan Proses Hukum yang kemupertanJhan
dian lebih dikenal dengan Tim 8,
SBY tampaknya harus melalu Bibit dan Chandra ditangguhkan penahanannya, publik
nyadari bahwa apa yang dilatampak gembira. Akan tetapi,
kukannya
merupakan
pertaruhan terhadap citranya di
kegembiraan itu kemudian mulai meredup, manakala tim ini

hadapan publik. la sudah melaternyata tidak diberikan hak
kukan awal yang baik sekalipun
yang kuat, kecuali sekadar
terlarnbat, yakni membentuk
rekomendasi yang tidak ada
Tim 8. Akan tetapi, tindakan
sanksinya jika ditolak. Ini tertersebut menjadi sia-sia manabukti, ketika Polri menolak
kala ia diarn saja atas sikap Polri
menahan Anggodo. Padahal,
terhadap tim bentukannya.
Oleh karena itu, SBY harus
Tim 8 merekomendasikan penahanan. Polri juga menolak
tegas menindak Polri, tanpa
menonaktifkan
Kabareskrim
takut dianggap campur tangan
atau memihak. SBYharus memPolri, Susno Duadji, seperti yang
direkomendasikan Tim 8.
bersihkan Polri,tentujuga kejaksaan, dari oknum-oknum yang
Apa tindakan hukum yang

diberikan kepada pihak yang
telah menodai lembaga tersebut.
menolak rekomendasi Tim 8,
Bahkan, seharusnya SBYberani
dalam hal ini Polri? Inilah tammencopot Kapolri, termasukjuga Jaksa Agung atas kegagalan
paknya yang tidak dimiliki Tim
8. Dalam konteks ini, SBY semembenahi lembaga yang diharusnya cepat tanggap karena
pimpinnya.
presiden dialah yang membentuk tim :...;:;-Sikap- tegas
- seorang
~~

-sepertl

inilah -sebenarnya

yang

ditunggu-tunggu publik. Publik
pasti akan mendukung tindakan

tegas tersebut, sebab publik sudah sangat muak dengan praktik
peradilan di negeri ini yang sudah berada dalam titik nadir kebobrokan. ***

penulis, kandidat doktor 11mu Komunikasi Unpad Bandung dan Deputi Direktur
Bidang Politik the Political Lite.
- --

racyInstitute.
----

Klipil'l9

Humas

Unpad

2009