Dilema SBY.

Pikiran Rakyat
o Selasa

0

Rabu

456
20

21

7
22

o Mar

OApr

.Mei


o Kamis . JlJmat o Sabtu () Minggu
8
9
10
11
12
13
14
@
23

24

OJun

25

OJul

26


0 Ags

27

28

o Sep

OOkt

29

30

16

31

0 Nav 0 Des_


Dilema SHY
pada publik daripada soal bagibagi kekuasaan antarparpol
pengusung.
Spekulasi kemungkinan SBY
memilih figur nonparpol sebagai
cawapres akhimya mengemuka.
Dari sejumlah nama yang disebilt, mengerucut kepada Boediono, yang saat ini menjabat GuDemur Bank Indonesia. Boediono dianggap figur netral dari kalangan teknokrat. Lagi-Iagi spekulasi dan analisis latar belakang
dipilihnya Boediono, tampaknya
lebih kepada pertimbangan kenyamanan bekerja karena dapat
bebas dari conflict of interest,
kemampuan koordinasi dalam
menjalankan pemerintahan, dan
kemungkinan efektivitas pemerintahan pascapilpres:
Dalam konteks ini, SBY sebagai figur dianggap menjadi
faktor penentu utama di luar
tawaran program dan mesin
politik. Tentu sikap ini harus
diwaspadai karena opini belum
tentu sesuai dengan fakta pilpres nanti. Memang fakta objektifnya, elite politik di luar

SBYtelah gagaI di daIam menilai berbagai kelemahan incumbent untuk meningkatkan citra mereka dan akhimya memengaruhi pilihan politik di
dalam pilpres nanti. Misalnya,
bahwa fakta kondisi ekonomi
rata-rata rumah tangga masyarakat yang relatif memburuk,
langkanya lapangan kerja, dan
gelombang pemutusan
hubungan kerja akhir-akhir ini
sebenamya akibat buruknya
kinerja pemerintahan yang sedang berjalan.
Sebaliknya, kubu SBY dan
Partai Demokrat, tampaknya
dapat meminimalkan kekurangan pemerintahannya dan memaksimalkan capaian kinerja-

Oleh DEDE MARIANA

H

AMPIR dua minggu
terakhir pemberitaan
media cetak dan elektronik diramaikan wacana dan

teka-teki soal siapa yang akan dipilih SBYuntuk mendampinginya sebagai calon wakil presiden
(cawapres) di dalam Pemilihan
Umum Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) Juli 2009. Berbagai analisis dan spekulasi bermunculan ikhwal figur cawapres
yang paling mendekati lima kriteria yang diajukan SBYbeberapa waktu yang lalu. Di samping
lima kriteria, ada tambahan prasyarat lainnya, yakni memiliki
chemistry yang bagus, yang bisa
membllat nyaman bekerja di dalam menjalankan pemerintahan
lima tahun ke depan. Siapa
orang nya dan dari mana orang
itu berasal, Partai Demokrat menyerahkan sepenuhnya kepada
SBY untuk memlltuskannya
meski secara formal partai juga
membentuk tim.
Sebagai antisipasi diperlukannya dukungan DPR di dalam
pembuatan dan implementasi
kebijakan pemerintah pascapemilu presiden, seandainya pasangan SBYmemenangi pilpres,
digalanglah upaya mengusung
pasangan SBY oleh beberapa
partai politik yang dianggap dapat bekerja sama di DPR dan di
dalam kabinet yang akan dibentuk kelak. Langkah inilah sejatinya yang mengundang anaIisis

dan spekulasi tentang siapa cawapres yang paling cocok ~uai
kriteria untuk mendampingi
SBY seandainya diambil dari
partai politik.
_ Merebaklah. wa.?!l~_k2~s~

antara Partai Demokrat dan
PKS, PAN, dan PKB. Hal wajar,
bila ketiga parpol mitra koalisi
PD berharap ada kademya jadi
cawapres mendampingi SBY.
Ada dua nama yang dil}ominasikan, yakni Hidayat Nur Wahid
dari PKS dan Hatta Rajasa dari
PAN. Namun, wajar pula bila
SBYmemiliki penilaian subjektif
terhadap calon-calon yang diajukan parpol mitra koalisi, misalnya menyangkut kemungkinan
konflik kepentingan dan kemungkinan kecemburuan antarparpol mitra koalisi seandainya
dipilih salah satu dari calon yang
diajukan.
Kekhawatiran tersebut seharusnya tidak perlu terjadi, seandainya SBYdan timnya secara

terbuka kepada publik dan parpol mitra koalisi. Misalnya, argumen bahwa pemerintahan
yang ingin dibangun pascapilpres adalah sistem presidensiaI
yang kuat, namun dikontrol
DPR secara berimbang (check
and balances). Sayang argumen
ini ti,?akterlalu mengemuka ke-

-Kllplng

--

Humos

-

---

Unpad

2009


-

--

-

--

nya yang pas-pasan tersebut dengan bantuan konsultan media
di dalam pencitraan kepada
publik. Inkonsistensi publik pemilih dan keterbatasan akses
publik terhadap berbagai informasi yang sebenarnya tentang
kineIja pemerintahan incumbent merupakan faktor lain
yang membantu peneitraan SBY
jadi lebih baik.
Tentu kelemahan-kelemahan
kineIja pemerintahan saat ini,
sebenarnya, masih dapat didalami para penantang SBY. Pasangan Jusuf Kalla-Wiranto
yang sudah lebih dahulu mendeklarasikan sebagai pasangan


capres-cawapres masih ada
.

waktu untuk melakukan upayaupaya maksimalisasi informasi
kepada publik tentang kineIja
pemerintahan SBY.
'
Memang bagi pemilih kritis
berbasis ideologi, terutama ideologi ekonomi neoliberal, memilih JK-Wiranto atau SBY-Boediono adalah sarna saja. Tinggal
pilihannya, mana di antara keduanya yang bisa memberi
manfaat lebih besar bagi kemakmuran rakyat. Misalnya, komitmen pemberantasan!9(N,
penyelesaian utang luar negeri,
strategi pengelolaan BUMN
yang lebihbaik, dan berorientasi kepada kepentirigan perekonomian nasional, serta skemaskema program ekonomi bagi
pelaku usaha keeil dan menengah. Muneulnya pasangan capres/cawapres lain, umpamanya
Megawati-Prabowo, bisajadi alternatiflain.
Deklarasi Partai Demokrat
tentang pasangan capres/cawapres yang akan diusungnya akan
dilakukan Jumat (Isis) ini di

Bandung. Siapa pun akhirnya
yang dipilih SBY,Boediono, Hi-

- --

---

dayat Nurwahid, ataukah Hatta
Rajasa, paling tidak keduanya
harns bersiap-siap menjadi negarawan yang tidak lagi hanya
memikirkan kepentingan partai
politiknya masing-masing, namun lebih mementingkan dan
memikirkan bangsa secara keseluruhan dan mampu memberi
harapan kepada publik bahwa
kehadiran mereka seandainya
terpiIih benar-benar
dapat
memberi harapan tereiptanya
kehidupan bangsa lebih baik.
Semoga.***


Penulis, DosenFISIP dan
PascasaTjana Unpad. Ketua
AsosiasiIlmu PolitikIndonesia
(AlPI)B~dz;!!g..:.- _ _