SBY dan Terorisme.

(halam-;J)@@

~O@

Pikiran
o Selasa o Rabu

4

5
20

OMar

6
21
OApr

7
22


Rakyat
o Kamis 0
8
23

OMei

9

OJun

10
24

8Jul

Jumat
11

25


.

o Minggu

Sabtu

12
26

27

0 Ags

OSep

14

13
28

OOkt

15
29

16
30

ONov

31

ODes

SBY danTerorisme
Oleh MURADI

D

I tengah hiruk pikuk

pennasalahan hasil pe. milu presiden (pilpres)
dan apresiasi komunitas internasional, Indonesia kembali dikejutkan ledakan dua born di
Hotel Marriott dan Hotel Ritz
Carlton, liJuli 2009. Meski tidak separah Born Marriot I, namun peledakan born kali ini
harus menjadi catatan penting
bagi banyak pihak khususnya
pemerintah dan Polri terkait
dengan maraknya kembali aksi
born setelah Amrozi dan kawan-kawan dihlikum mati.
Ada beberapa analisis terkait
dengan ledakan Born Marriot II
ini. Pertama, ini merupakan
bagian dari aksi pembalasan
sejumlah anggota Jemaah Islamiyah (JI) yang sebagian besar
telah dibebaskan dari penjara
Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Filipina. Hal ini diperkuat dengan sejumlah lembaga
analisis keamanan di Australia
dan Singapnx:a akan kemungkinan aksi balasan dari para
pengikut JI. Indonesia'dipilih
sebagai target operasi disebabkan secara keamanan n~gara

I,sedang lengah, karena elite poIitiknya sedang fokus berebut
kekuasaan dalam agenda demokrasi lima tahunan.
Kedua,pengalihanterhadap
berbagai isu politik yang menyudutkan pemerintah, khususnya Presiden SBYterkait dengan berbagai kekisruhan dan
dugaan ketidaknetralan pemerintah dalam pelaksanaan pilpres, baik soal daftar pemilih
tetap (DPT) maupun operasi
pemenangan SBYyang dinilai
tidak etis dan cenderung menghalalkan segala cara.
Ketiga, aksi born Marriot II
merupakan bagian dari upaya
untuk menguji kepemimpinan
SBY terk~it. den_gan_bert>~ai.

- ""-Kliping

konflil\ senjata dan aksi terorisme yang sepanjang SBYberada
di lingkaran kekuasaan mulai
menjadi Menko Polsoskam era
Gus Dur, dan kemudian Menko
Polkam era Megawati, serta

menjabat presiden pada periode pertama ini tidak tampak
sentuhan khas SBY-nya. Banyak penyelesaian konflik dan
terorisme yang dilakukan SBY
selesai di desk antiteror, yang
kemudian menjadi bagian terpenting dalam perumusan UU
Antiteror No. 15 Tahun 2003
dan pembentukan Detasemen
Khusus 88 Anti Teror (Densus
88 AT). Sementara pada penyelesaian berbagai konflik banyak diinisiasi oleh Jusuf Kalla
ketika menjadi Menko Kesra
dan kemudian wakil presiden.
Dari ketiga analisis itu ada
hal yang saling terkait yakni
analisis pertama dan ketiga.
Kedua analisis tersebut sangat
mungkin menjadi satu ikatan
kepentingan yang menjadi bagian tantanghn bagi SBY yang
hampir pasti melenggang ke istana sebagai presiden. Pertama, ada kejenuhan aksi teror di
Asia Selatan dan Timur Tengah
pascapengurangan pasukan intemasional di Irak, serta intensifitas pasukan intemasional di

Afganistan serta setelah tewasnya Benazir Butho dan aksi teror di Mumbay. Kondisi ini diperkuat dengan dihukum matinya tiga tex:pidana terorisme,
Amrozi dan kawan-kawan. Ada
semacam migrasi teror yang
terbangun antara poros Timur
Tengah-Asia
Selatan.Asia
Tenggara.
Kedua, kesibukan aparat keamanan, khususnya Densus 88
AT Polri yang diamanati UU
Antiterorsebagaia.ktorutama
yang memberantas. segala bentu~_ aksi teror terkait dengan

Humos

Unpod

penggunaan born. Harus diakui
bahwa kekurangwaspadaan ini
menjadi semacam penyakit
yang terus menghinggapi elite

politik dan aparflt keamanan,
yang cenderung terfokus pada
pelaksanaan pilpres.
Ketiga, kisruh pelaksanaan
pilpres yang mengarah kepada
konflik elite menjadi bagian dari prakondisi akan kemungkinan maraknya aksi teror di sejumlah daerah rawan konflik.
Harus dicatat bahwa berbagai
aksi teror dan konflik selama
sepuluh tahun terakhir disebabkan elite politik yang ada
cenderung terjebak padakonflik elite. Apalagi, salah satu isu
yang berkembang adalah soal
kapabilitas SBY jika. tex:pilih
menjadi presiden peri ode kedua dillam menangani sejumlah konflik dan pemberantasan
terorisme.
.

Tantangan SBY
Sebagaimana diketahui, karakteristik gerakan terorisme
setelah Perang Dingin lebih rumit dan cenderung lepas dari
bentukan jaringan sel gerakan

yang kemungkinan menginisiasi terjadinya Born Marriot II
tersebut. Dengan kata lain, besar kemungkinan Born Marriot
II bukaIilah satu-satunya peledakan yang dilakukan oleh jaringan terorisme tersebut. Bila
mengacu kepada pola dan karakteristikgerakan JI, hampir
dipastikan akan terjadi rangkaian pengeboman di sejumlah
tempat strategis dan daerah rawan konflik lainnya.
'
Setidaknya ada tiga hal yang
menjadi prioritas pemerintahan SBY peri ode kedua nanti
khususnyadalam menciptakan
rasa aman bagi masyarakat dari ancaman terorisme. Pertama,
perlunya mengembangkan Sjltu
jejaring keamanan nasional
yang mampu mendeteksi dan
mencegah kemungkinan terjadinya
11:;,I
_ancaman terhadap
__ eksis-

2009'---


tensi negara. Jejaring keamanan nasional ini lebih pada pengembangan kesadaran masyarakat terkait dengan hal-hal
yang menjadi ancaman bagi
warga ataupun negara secara
luas. Di banyak negara telah dikembangkan satujejaring National Security Hotline yang bisa diakses masyarakat bila menemukan hal-hal yang mencurigakan terkait dengan pergerakan terorisme ataupun bencana alamo Partisipasi masyarakat menjadi sangat penting guna mengurangi berbagai ancaman.
Kedua, mengintensitkan pengembangan Densus 88 AT sebagai pasukan polisi elite antiteror yang telah teruji dalam
menangkap dan mengungkap
berbag'ai jaringan terorisme,
terutama yang terkait dengan
JI dan konflik separatis. Selain
itu, mengintensitkan koordinasi dengan antiteror dari TNI,
. agar pola pemberantasan terorisme sistematis dan terukur.
Ketiga, melakukan tindakan
Tenggara, khususnya Indonepreventif dan pengamanan
sia.
khususnya di daerah rawan
Ketiga prioritas tersebut setikonflik untuk t~rus merajut
daknya akan mengurangi berperdamaian dan persaudaraan.
bagai kemungkinan ancaman
Sementara daerah yang cendeterkait dengan konflik dan terorung menjadi sasaran aksi teror

risme yang kembali marak, dedapat dilakukan tindakan prengan mengambil momentum
emtif dalam bentuk pengamanpascapilpres. Di samping itu,
an swakarsa yang berlapis. PerSBYjuga diharapkan membuklu secara aktif mengintensitkan
tikan diri, dalam kepemimpinkembali kinerja BIN dan Polri
dalam pola pengamanan serta
annya proses penanganan konflik dan pemberantasan terorismendeteksi berbagai kemungme dapat secara efektif dilakukinan aneaman terkait dengan
kan, tanpa diinterupsi bayangeksistensi negara. Dalam banyak hal, harus diakui dua inbayang wakilnya, sebagaimana
yang terjadi pada peri ode kestitusi negara tersebut belum
presidenannya
yang pertaoptimal mendeteksi berbagai
ma. ***
kemungkinan ancaman born
dan tindak kekerasan serta terorisme lainnya. BIN bersama
Penulis, kandidaf doktor ilIntelkam
Polri seharusnya
mu politik dari School of Politimampu membaca berbagai
cal and International Studies,
pergerakan ratusan eks anggoFlinders University, Australia,
ta JI yang telah dibebaskan dastaf pengajar Ilmu Pemerinri berbagai
penj&ra
di
Asia
tahan FISIP Unpad Bandlfltf!j.'=- ;;;a.__.......