Pengaruh Pengalihan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Menjadi pajak Daerah Terhadap Restitusi Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bnagunan dari Transaksi Jual-Beli.

(1)

ABSTRACT

This research entitled Effect of Transfer of Fees for Acquisition of Land and Building Being Against Local Tax Refund of Fees on Acquisition of Land and Building from Sell-Buy Transaction at Tax Office in Bandung.

This research was conducted to try to determine whether the presence or absence of the influence of tax refund of fees for acquisition of land and buildings to the acceptance of fees for acquisition of land and buildings. By using the descriptive method, the authors sought to find a way out problems through data collected and processed, analyzed, and processed further.

The hypothesis is there are significant of tax refund of fees for acquisition of land and buildings from sell-buy transaction to the admission fees for acquisition of land and buildings. Testing the above hypothesisis done by using regression analysis and analysis of coefficients.

Testing the regression analysis aimed to determine whether or not the influence of tax refund (the independent variable) on admission fees for acquisition of land and buildings (the dependent variable). The results of the regression analysis showed the value of b or regression coefficient was 10,8696. This means that any change or increase in the value of the independent variable will be directly proportional to the change or increase in the dependent variable.

Testing with coefficient analysis aimed to determine the strength of the relationship of independent variables with the dependent variable. The results of the analysis indicate coefficient or correlation coefficient r value is 0,3045 meaning that the relationship between the two variables is low or weak but definite. While the magnitude of the effect of independent variables on the dependent variable can be shown by the coefficient of determination is equal to 9,27%.

In statistical hypothesis testing using the test author "t". If t is greater than t table, the decision statistic means h0 be rejected or h1 accepted. The results of testing this hypothesis shows at 2,021 and at 2,022. This means that the tax refund to the admission fees for acquisition of land and buildings from sell-buy transaction there is a positive correlation.

Thus the value of t is greater than t table so the decision statistic is h0 be rejected or h1 accepted, then the hypothesis "There Effect of Tax Refund of Fees for Acquisition of Land and Building from sell-buy transaction of the Fees for Acquisition of Land and Building”is acceptable.

Keywords: tax refund, fees for acquisition of land and buildings from sell-buy transaction.


(2)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Pengaruh Pengalihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Menjadi Pajak Daerah Terhadap Restitusi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan di Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung.

Penelitian ini dilakukan untuk mencoba mengetahui apakah ada atau tidaknya pengaruh antara restitusi bea perolehan hak atas tanah dan bangunan terhadap penerimaan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan. Dengan menggunakan metode deskriptif, penulis berusaha untuk mencari jalan keluar masalah melalui data yang dikumpulkan untuk kemudian diolah, dianalisis, dan diproses lebih lanjut.

Hipotesis yang diajukan adalah terdapat pengaruh restitusi bea perolehan hak atas tanah dan bangunan terhadap penerimaan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan. Pengujian hipotesis di atas dilakukan dengan menggunakan analisis regresi dan analisis koefisien.

Pengujian dengan analisis regresi ditujukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara restitusi (variabel independen) terhadap penerimaan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (variabel dependen). Hasil analisis regresi ini menunjukkan nilai b atau koefisien regresi adalah 2,0464. Artinya setiap perubahan atau kenaikan pada nilai variabel independen maka akan berbanding lurus dengan perubahan atau kenaikan pada variabel dependen.

Pengujian dengan analisis koefisien ditujukan untuk mengetahui kuat lemahnya hubungan variabel independen dengan variabel dependen. Hasil analisis koefisien menunjukkan nilai r atau koefisien korelasi adalah 0,3522 artinya hubungan antara kedua variabel tersebut adalah rendah atau lemah tapi pasti. Sementara itu besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dapat ditunjukkan dengan koefisien determinasi yaitu sebesar 12,40%.

Dalam pengujian hipotesis penulis menggunakan statistik uji “t”. Bila

lebih besar dari maka keputusan statistiknya ditolak atau diterima. Hasil pengujian hipotesis ini menunjukkan sebesar 5,902 dan sebesar 1,960. Artinya bahwa antara restitusi dengan penerimaan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan terdapat korelasi positif.

Dengan demikian nilai lebih besar dari sehingga keputusan statistiknya adalah ditolak atau diterima, maka hipotesis “Terdapat Pengaruh Restitusi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan terhadap Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan” dapat diterima.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ..ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... .iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN... .iv

KATA PENGANTAR ... ..v

ABSTRACT ... viii

ABSTRAK ... .ix

DAFTAR ISI ... ..x

DAFTAR GAMBAR ... . xv

DAFTAR TABEL ... .xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... .xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Maksud Penelitian ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5


(4)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

PENGEMBANGAN HIPOTESIS ... 8

2.1 Pajak ... 8

2.1.1 Sistem Pemungutan Pajak ... 9

2.1.2 Asas Pemungutan Pajak ... 10

2.1.3 Jenis Pajak ... 11

2.1.4 Pajak Daerah ... 13

2.2 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ... 13

2.2.1 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan menurut UU No.28 Tahun 2009 ... 14

2.2.2 Subjek Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ... 16

2.2.3 Perolehan Hak yang Menjadi Dasar Objek Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ... 16

2.2.4 Dasar Pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan... 20

2.2.5 Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ... 22

2.2.6 Jatuh Tempo dan Tempat Terutang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ... 22

2.2.7 Pembayaran dan Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ... 24

2.3 Pengalihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ... 25

2.4 Restitusi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Dari Transaksi Jual-Beli ... 26


(5)

2.5 Rerangka Pemikiran ... 27

2.6 Hipotesis ... 30

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 31

3.1 Objek Penelitian ... 31

3.1.1 Sejarah Singkat Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung ... 31

3.1.2 Visi Dan Misi Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung ... 33

3.1.3 Struktur Organisasi Dinas Pelayanan Pajak ... 36

3.2 Metode Penelitian ... 37

3.2.1 Jenis Penelitian... 37

3.2.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 38

3.2.3 Variabel Penelitian ... 38

3.2.3.1 Variabel Independen (X) ... 38

3.3.3.2 Variabel Dependen (Y) ... 39

3.2.4 Jenis dan Sumber Data ... 39

3.2.5 Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.2.6 Teknik Analisis Data dan Rancangan Pengujian Hipotesis ... 41

3.2.6.1 Analisis Regresi ... 42

3.2.6.2 Analisis Koefisien ... 43


(6)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

4.1 Hasil Penelitian ... 47

4.1.1 Kebijakan Umum Dinas Pelayanan Pajak ... 47

4.1.2 Peraturan Daerah Terkait Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Pada Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung ... 49

4.1.3 Pemungutan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Pada Dinas Pelayanan Pajak ... 49

4.1.3.1 Penerimaan Online Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ... 51

4.1.3.2 Pemeriksan dan Validasi Surat Setoran Pajak Daerah Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ... 51

4.1.4 Pelayanan Restitusi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ... 57

4.1.5 Besar Restitusi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Dari Transaksi Jual-Beli ... 58

4.1.6 Peneriman Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan... 59

4.2 Pengaruh Restitusi terhadap Peneriman Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ... 59

4.2.1 Pengujian Hipotesis ... 60

4.2.1.1 Analisis Regresi ... 61


(7)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 68

5.1 Simpulan ... 68

5.2 Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71

LAMPIRAN ... 73


(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Pengalihan BPHTB sebagai Pajak Daerah ... 25

Gambar 2.2 Rerangka Pemikiran ... 29

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung ... 36

Gambar 4.1 Mekanisme Pemungutan BPHTB ... 50

Gambar 4.2 Proses Pemeriksaan dan Validasi BPHTB ... 54

Gambar 4.3 Proses Proses Pengembalian Kelebihan Pembayaran BPHTB ... 54


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Perbedaan Jenis Pajak Kabupaten/Kota ... 15

Tabel 3.1 Kriteria Nilai Korelasi ... 44

Tabel 4.1 Daftar Restitusi BPHTB Kota Bandung ... 58

Tabel 4.2 Penerimaan BPHTB Kota Bandung ... 58


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A Laporan Realisasi BPHTB dan Restitusi BPHTB 2013 Kota Bandung .... 73

Lampiran B Prosedur Kerja Penerimaan dan Validasi SSPD BPHTB ... 75

Lampiran C Uraian Tugas Pemeriksaan dan Validasi SSPD BPHTB ... 77

Lampiran D Format SSPD BPHTB ... 80

Lampiran E Format Formulir Permohonan Restitusi ... 82

Lampiran F Format SKPKP BPHTB ... 84

Lampiran G Format SKPP BPHTB ... 86

Lampiran H Surat Penelitian ... 89


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Otonomi daerah sebagai suatu konsekuensi reformasi yang harus dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama Kabupaten dan Kota sebagai unit pelaksana otonomi daerah.

Pemerintah Daerah berusaha mengembangkan dan meningkatkan perannya dalam bidang ekonomi dan keuangan yaitu dengan cara meningkatkan daya guna penyelenggaraan pemerintah baik melalui birokrasi pemerintah, pembangunan juga pelayanan kepada masyarakat, maka pemberlakuan otonomi daerah kepada Kabupaten/Kota yang nyata dan bertanggungjawab merupakan suatu kebijakan yang harus kita sambut dengan positif.

Otonomi daerah mengharuskan Pemerintah Daerah untuk menyelenggarakan rumah tangganya sendiri, disini Pemerintah Daerah memerlukan dana yang tidak sedikit oleh karena itu Pemerintah Daerah harus mengoptimalkan sumber-sumber penerimaan daerah dalam era otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, sumber penerimaan daerah terdiri dari :

a. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Daerah yang sah, yang


(12)

Bab I : Pendahuluan 2 bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi.

b. Dana perimbangan.

Berdasarkan Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Yang dimaksud dengan Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah antara lain penerimaan daerah diluar pajak daerah dan retribusi daerah, meliputi:

a) hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, b) jasa giro,

c) pendapatan bunga,

d) keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing e) komisi, potongan atau bentuk lain sebagai akibat dari penjualan

dan atau pengadaan barang dan atau jasa oleh daerah.

Pendapatan Daerah merupakan salah satu indikator yang menentukan derajat kemandirian suatu daerah. Semakin besar penerimaan Pendapatan Daerah suatu daerah maka semakin rendah tingkat ketergantungan pemerintah daerah tersebut terhadap pemerintah pusat. Sebaliknya, semakin rendah penerimaan Pendapatan Daerah suatu daerah maka semakin tinggi tingkat ketergantungan


(13)

Bab I : Pendahuluan 3 Pendapatan Daerah merupakan sumber penerimaan daerah yang berasal dari dalam daerah itu sendiri.

Salah satu penerimaan Pendapatan Daerah berasal dari sektor pajak daerah. Pendapatan negara dari sektor pajak di dalam penyelenggaraan pembangunan nasional sangat berpengaruh terhadap kemajuan pada berbagai bidang, karena dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat secara material maupun spiritual, sehingga pemerintah berupaya setiap periodenya penerimaan dalam negeri terus meningkat, khususnya dari sektor pajak. Salah satu sumber pajak tersebut adalah dari Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

Pengertian Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 yaitu:

1. Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan;

2. Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas dan/atau bangunan oleh orang pribadi atau badan;

3. Hak atas tanah dan/atau Bangunan adalah hak atas tanah termasuk hak pengelolaan, beserta bangunan di atasnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang di bidang pertanahan dan bangunan.

Sejak tanggal 1 Januari 2011, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan resmi dikelola oleh Pemerintah Daerah. Pengelolaan pajak tersebut, ditetapkan oleh Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD). Perlu diketahui bahwa sebelum berlakunya Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan merupakan


(14)

Bab I : Pendahuluan 4 pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh Pemerintah Pusat sebagai Dana Perimbangan, yang kemudian hasilnya diberikan kepada Pemerintah Daerah. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang sebelumnya merupakan pajak yang dikelola oleh Pemerintah Pusat, dialihkan pengelolaannya kepada Pemerintah Daerah.

Pengalihan pengelolaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah merupakan suatu bentuk tindak lanjut kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Dengan pengalihan ini maka kegiatan proses pendataan, penilaian, penetapan, pengadministrasian, pemungutan/penagihan dan pelayanan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota).

Beberapa penggagas pendaerahan atau pengalihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ini berpendapat bahwa pengalihan penerimaan oleh masing-masing pemegang otonomi daerah diharapkan dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaannya sehingga membawa iklim demokrasi yang lebih baik karena berakar langsung pada kondisi konkrit di daerah yang bersangkutan. Dampak lainnya, pemerintah daerah akan terdorong untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat karena setiap pembebanan tertentu kepada masyarakat memerlukan peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Dari sisi pelayanan, pengalihan ini akan menjaga kestabilan penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sebagai penopang Pendapatan Daerah sehingga kesinambungan pembangunan dan pelayanan ke masyarakat dapat berlanjut.


(15)

Bab I : Pendahuluan 5 pemerintah, menjadi tidak berlaku lagi. Pemda Kabupaten/Kota akan murni menerima seluruh penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan untuk setiap perolehan tanah dan atau bangunan yang hanya berada di lokasinya saja menjadi Pendapatan Daerah tanpa perlu dibagi lagi ke daerah lain dan provinsi.

Berdasarkan latar belakang penulisan diatas, penulis bermaksud melakukan penelitian yang berjudul: “Pengaruh Pengalihan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Menjadi Pajak Daerah Terhadap Restitusi Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Dari Transaksi Jual-Beli” (Studi Kasus Pada Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung).

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan menjadi fokus penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana kebijakan Pemerintah Kota Bandung dalam pemungutan dan pelaksanaan pengembalian Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)?

2. Bagaimana pengaruh restitusi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dari transaksi jual-beli terhadap penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan setelah pengalihan?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk menghimpun data-data dan informasi lainnya yang akan dijadikan sebagai bahan untuk penulisan skripsi.


(16)

Bab I : Pendahuluan 6 1. Untuk mengetahui kebijakan Pemerintah Kota Bandung dalam melakukan

pemungutan dan pengembalian Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

2. Untuk mengetahui pengaruh restitusi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dari transaksi jual-beli terhadap penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi semua pihak sebagai berikut:

1. Bagi akademisi

a. Bagi ilmu pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan masukan bagi ilmu pengetahuan di bidang akuntansi, khususnya akuntansi perpajakan mengenai restitusi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan setelah pengalihan.

b. Bagi penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat lebih mendorong penelitian atau pengkajian yang lebih kompleks (luas dan mendalam) tentang peranan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan menjadi pajak daerah sebagai sumber Pendapatan Daerah.


(17)

Bab I : Pendahuluan 7 a. Bagi Dinas Pelayanan Pajak

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam membuat kebijakan terutama untuk meningkatkan penerimaan daerah terutama melalui pengembangan potensi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan serta restitusi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan khususnya dari transaksi jual-beli.

b. Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat memberi informasi tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan di Kota Bandung.


(18)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpulkan bahwa: a. Pelaksanaan penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan pada

Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung telah dilaksanakan secara memadai. Hal tersebut dapat ditinjau dari:

1. Terdapat struktur organisasi dan tata kerja yang jelas sehingga memberikan gambaran tentang pembagian kerja dan kegiatan dalam menyelenggarakan kebijakan teknis operasional pengembangan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

2. Tata cara pelayanan restitusi dilaksanakan dengan baik, tanpa merugikan wajib pajak yang melakukan pengajuan.

3. Pelaksanaan penerimaan dan pelayanan restitusi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sesuai prosedur dan peraturan-peraturan yang berlaku, baik sesuai Peraturan Menteri Keuangan, Peraturan Daerah, Peraturan Walikota juga Peraturan dan Perundang-undangan mengenai Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang berlaku. b. Restitusi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dari transaksi jual-beli

berpengaruh terhadap besarnya penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Hal tersebut telah terbukti pada hasil analisis regresi dan analisis korelasi sebagai berikut:


(19)

Bab V. Simpulan dan Saran 69

1. Hasil analisis regresi antara Restitusi Jual-Beli (variabel independen) dengan penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (variabel dependen) menunjukkan bahwa nilai b yaitu 10,8696. Hal tersebut berarti bahwa setiap perubahan yang terjadi pada nilai Restitusi Jual-Beli (variabel independen) sebesar 1 milyar rupiah akan diikuti dengan perubahan pada nilai Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (variabel dependen) sebesar 10,8696 milyar rupiah. 2. Hasil analisis korelasi yang ditunjukkan untuk mengetahui derajat

keeratan hubungan antara Restitusi Jual-Beli (variabel independen) dengan penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (variabel dependen) menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi atau nilai r adalah 0,3045, ini berarti terdapat hubungan yang bersifat searah. Sedangkan besarnya koefisien determinasi atau nilai D yaitu sebesar 9,27% menunjukkan bahwa perubahan pada besarnya penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dipengaruhi oleh Restitusi Transaksi Jual-Beli sebesar 9,27%.

3. Pengujian hipotesis untuk pengaruh Restitusi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan terhadap penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan menggunakan statistika uji “ ” dengan tingkat signifikan 0,95 atau = 0,05 menunjukkan nilai sebesar 2,022 dimana lebih besar bila dibandingkan dengan nilai sebesar 2,021. Dengan demikian maka keputusan statistika nya ditolak atau diterima. Hal tersebut berarti bahwa hipotesis yang diajukan


(20)

Bab V. Simpulan dan Saran 70

penulis yaitu “Terdapat pengaruh Restitusi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dari transaksi jual-beli terhadap Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan” dapat diterima.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis mengajukan saran yang mungkin dapat bermanfaat sebagai dasar pertimbangan dan masukan bagi Pemerintah Kota Bandung khususnya Dinas Pelayanan Pajak, untuk lebih meningkatkan lagi sosialisasi kepada wajib pajak mengenai pengalihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sebagai Pajak Daerah. Selain itu sebaiknya pemerintah meningkatkan pengendalian atas pelaksanaan penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dan pengendalian pelayanan restitusi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan khususnya dari transaksi jual-beli.

Bagi penelitian selanjutnya diharapkan untuk meneliti Restitusi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang terjadi selain dari transaksi jual-beli, bisa juga ditambah dari hibah, hadiah, atau salah setor ke PPh.


(21)

DAFTAR PUSTAKA

Harianti, Asni, Dini Iskandar dkk. 2012. Statistika 1. Penerbit Andi. Yogyakarta. Jogiyanto. 2010. Metodologi Penelitian Bisnis. Penerbit Andi, Yogyakarta. Mardiasmo. 2011. Perpajakan, Edisi Revisi. Penerbit Andi, Yogyakarta.

Peraturan Daerah Kota Bandung No. 02 Tahun 2011 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Peraturan Daerah Kota Kota Bandung No. 20 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah Kota Bandung.

Peraturan Walikota Bandung No. 16 Tahun 2014 tentang Standar Operasi dan Prosedur Pemungutan Pajak Daerah.

Peraturan Walikota Bandung No. 393 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pemungutan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Resmi, Siti. 2011. Perpajakan, Teori dan Kasus. Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. CV. Alfabeta, Bandung.

Suliyanto. 2009. Metode Riset Bisnis. Penerbit Andi, Yogyakarta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. CV. Alfabeta, Bandung.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Pasal 1 Ayat 1, 2 dan 3 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Pasal 2 Ayat 1 tentang Objek Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Pasal 10 Ayat 1 tentang Pembayaran dan Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Pasal 21 dan Pasal 22 tentang Restitusi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 86 tentang Subjek Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.


(22)

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 87 tentang Dasar Pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 88 tentang Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 90 tentang Jatuh Tempo dan Tempat Terutang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

http://www.pajak.go.id/content/pengalihan-pbb-perdesaan-dan-perkotaan (diakses tanggal 20 Maret 2014, pukul 20.00 WIB)

http://www.wikipedia.org/pengertian-desentralisasi (diakses tanggal 22 Maret 2014 pukul 22.00)


(1)

Bab I : Pendahuluan 7

Universitas Kristen Maranatha a. Bagi Dinas Pelayanan Pajak

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam membuat kebijakan terutama untuk meningkatkan penerimaan daerah terutama melalui pengembangan potensi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan serta restitusi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan khususnya dari transaksi jual-beli.

b. Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat memberi informasi tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan di Kota Bandung.


(2)

68

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpulkan bahwa: a. Pelaksanaan penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan pada

Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung telah dilaksanakan secara memadai. Hal tersebut dapat ditinjau dari:

1. Terdapat struktur organisasi dan tata kerja yang jelas sehingga memberikan gambaran tentang pembagian kerja dan kegiatan dalam menyelenggarakan kebijakan teknis operasional pengembangan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

2. Tata cara pelayanan restitusi dilaksanakan dengan baik, tanpa merugikan wajib pajak yang melakukan pengajuan.

3. Pelaksanaan penerimaan dan pelayanan restitusi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sesuai prosedur dan peraturan-peraturan yang berlaku, baik sesuai Peraturan Menteri Keuangan, Peraturan Daerah, Peraturan Walikota juga Peraturan dan Perundang-undangan mengenai Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang berlaku. b. Restitusi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dari transaksi jual-beli

berpengaruh terhadap besarnya penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Hal tersebut telah terbukti pada hasil analisis regresi dan analisis korelasi sebagai berikut:


(3)

Bab V. Simpulan dan Saran 69

Universitas Kristen Maranatha 1. Hasil analisis regresi antara Restitusi Jual-Beli (variabel independen)

dengan penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (variabel dependen) menunjukkan bahwa nilai b yaitu 10,8696. Hal tersebut berarti bahwa setiap perubahan yang terjadi pada nilai Restitusi Jual-Beli (variabel independen) sebesar 1 milyar rupiah akan diikuti dengan perubahan pada nilai Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (variabel dependen) sebesar 10,8696 milyar rupiah. 2. Hasil analisis korelasi yang ditunjukkan untuk mengetahui derajat

keeratan hubungan antara Restitusi Jual-Beli (variabel independen) dengan penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (variabel dependen) menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi atau nilai r adalah 0,3045, ini berarti terdapat hubungan yang bersifat searah. Sedangkan besarnya koefisien determinasi atau nilai D yaitu sebesar 9,27% menunjukkan bahwa perubahan pada besarnya penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dipengaruhi oleh Restitusi Transaksi Jual-Beli sebesar 9,27%.

3. Pengujian hipotesis untuk pengaruh Restitusi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan terhadap penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan menggunakan statistika uji “ ” dengan tingkat signifikan 0,95 atau = 0,05 menunjukkan nilai sebesar 2,022 dimana lebih besar bila dibandingkan dengan nilai sebesar 2,021. Dengan demikian maka keputusan statistika nya ditolak atau diterima. Hal tersebut berarti bahwa hipotesis yang diajukan


(4)

Bab V. Simpulan dan Saran 70

Universitas Kristen Maranatha penulis yaitu “Terdapat pengaruh Restitusi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dari transaksi jual-beli terhadap Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan” dapat diterima.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis mengajukan saran yang mungkin dapat bermanfaat sebagai dasar pertimbangan dan masukan bagi Pemerintah Kota Bandung khususnya Dinas Pelayanan Pajak, untuk lebih meningkatkan lagi sosialisasi kepada wajib pajak mengenai pengalihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sebagai Pajak Daerah. Selain itu sebaiknya pemerintah meningkatkan pengendalian atas pelaksanaan penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dan pengendalian pelayanan restitusi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan khususnya dari transaksi jual-beli.

Bagi penelitian selanjutnya diharapkan untuk meneliti Restitusi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang terjadi selain dari transaksi jual-beli, bisa juga ditambah dari hibah, hadiah, atau salah setor ke PPh.


(5)

71 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Harianti, Asni, Dini Iskandar dkk. 2012. Statistika 1. Penerbit Andi. Yogyakarta. Jogiyanto. 2010. Metodologi Penelitian Bisnis. Penerbit Andi, Yogyakarta. Mardiasmo. 2011. Perpajakan, Edisi Revisi. Penerbit Andi, Yogyakarta.

Peraturan Daerah Kota Bandung No. 02 Tahun 2011 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Peraturan Daerah Kota Kota Bandung No. 20 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah Kota Bandung.

Peraturan Walikota Bandung No. 16 Tahun 2014 tentang Standar Operasi dan Prosedur Pemungutan Pajak Daerah.

Peraturan Walikota Bandung No. 393 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pemungutan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Resmi, Siti. 2011. Perpajakan, Teori dan Kasus. Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. CV. Alfabeta, Bandung.

Suliyanto. 2009. Metode Riset Bisnis. Penerbit Andi, Yogyakarta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. CV. Alfabeta, Bandung.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Pasal 1 Ayat 1, 2 dan 3 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Pasal 2 Ayat 1 tentang Objek Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Pasal 10 Ayat 1 tentang Pembayaran dan Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Pasal 21 dan Pasal 22 tentang Restitusi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 86 tentang Subjek Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.


(6)

72 Universitas Kristen Maranatha Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 87 tentang Dasar Pengenaan Bea Perolehan

Hak atas Tanah dan Bangunan.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 88 tentang Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 90 tentang Jatuh Tempo dan Tempat Terutang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

http://www.pajak.go.id/content/pengalihan-pbb-perdesaan-dan-perkotaan (diakses tanggal 20 Maret 2014, pukul 20.00 WIB)

http://www.wikipedia.org/pengertian-desentralisasi (diakses tanggal 22 Maret 2014 pukul 22.00)