Kebijakan kriminalisasi Dalam Pendaftaran Hak Atas Tanah Di Indonesia: Suatu Pemikiran

(1)

KEBIJAKAN KRIMINALISASI DALAM PENDAFTARAN

HAK-HAK ATAS TANAH DI INDONESIA:

SUATU PEMIKIRAN

Pidat o Pengukuhan

Jabat an Guru Besar Tet ap

dalam Bidang Ilmu Hukum Agraria pada Fakult as Hukum,

diucapkan di hadapan Rapat Terbuka Universit as Sumat era Utara

Gelanggang Mahasiswa, Kampus USU, 2 Sept ember 2006

Oleh:

SYAFRUDDIN KALO

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Ya n g t e r h or m a t ,

Bapak Ment eri Pendidikan Nasional Republik I ndonesia, Bapak Ket ua dan Bapak/ I bu Anggot a Maj elis Wali Am anat Univer sit as Sum at era Ut ara,

Bapak Ket ua dan Bapak/ I bu Anggot a Senat Akadem ik Univer sit as Sum at era Ut ara,

Bapak Rekt or Univer sit as Sum at era Ut ara,

Bapak/ I bu Pem bant u Rekt or Universit as Sum at era Ut ara,

Para Dekan, Ket ua Lem baga dan Unit Kerj a, Dosen dan Karyaw an di lingkungan Universit as Sum at era Ut ara,

Bapak dan I bu para undangan, keluarga, t em an sej aw at , m ahasisw a, dan hadirin yang saya m uliakan.

Assa la m u ’a la ik u m w a r a h m a t u lla h i w a ba r a k a t u h

Puj i syukur ke hadirat Allah SWT saya sam paikan t erlebih dahulu, karena kasih dan anugerah- Nya t elah m em perkenankan kit a sem ua berkum pul di sini, sert a m em berikan rahm at sekaligus am anah kepada saya unt uk m engem ban j abat an m ulia sebagai Guru Besar Tet ap pada Fakult as Hukum Universit as Sum at era Ut ara dan j uga m em perkenankan saya unt uk m enyam paikan pem ikiran saya dalam bidang hukum . Terim a kasih yang am at dalam dan t ulus saya sam paikan kepada seluruh hadirin yang t elah m eluangkan w akt u unt uk m enghadiri acara pengukuhan saya sebagai Guru Besar Universit as Sum at era Ut ara dalam Bidang I lm u Hukum Agraria yang t elah dipercayakan kepada saya.

Hadirin yang saya m uliakan,

At as izin dan rida Allah SWT perkenankanlah saya unt uk m em bacakan pidat o ilm iah saya di hadapan Bapak/ I bu hadirin sekalian, yang berj udul:

KEBI JAKAN KRI M I N ALI SASI D ALAM PEN D AFTARAN H AK- H AK ATAS TAN AH D I I N D ON ESI A:


(3)

PEN D AH U LUAN

Konsep penguasaan t anah di I ndonesia sam pai saat ini dibalut kekhawat iran dari sem ua pihak baik dari m asyarakat , swast a, m aupun inst ansi pem erint ah. Hal ini dikarenakan legalisasi alas hak at as t anah m enim bulkan banyak perm asalahan hukum . Salah sat u penyebabnya adalah karena m asih t erj adi bent uran konsep penguasaan t anah secara hukum adat dengan konsep penguasaan t anah berdasarkan perat uran perundang- undangan posit if yang berlaku. Di sam ping it u dit engarai adanya indikasi t indak pidana dalam proses pendaft aran hak- hak at as t anah, sehingga hilangnya kepast ian hukum bagi pem ilik dan pihak ket iga lainnya at aupun yang m em peroleh hak kebendaan di at as t anah yang bersangkut an.

Sehubungan dengan it u hak m enguasai negara dan hak penguasaan t anah m enurut hukum adat ( hak ulayat ) perlu m endapat kan legalisasi, sehingga hak- hak at as t anah yang t im bul at as dasar hak m enguasai negara dan hak

ulayat, yang diberikan kepada w arga negara dan badan hukum I ndonesia

dalam bent uk hak m ilik, hak guna usaha, hak guna bangunan, dan lain- lain perlu didaft arkan unt uk m endapat kan j am inan kepast ian hukum .

Pem berian j am inan kepast ian hukum di bidang pert anahan, m em erlukan t ersediany a perangkat hukum yang t ert ulis, lengkap, dan j elas yang dilaksanakan secara konsist en sesuai dengan j iw a dan isi ket ent uannya. Selain it u dalam m enghadapi kasus- kasus konkret diperlukan j uga t erselenggaranya pendaft aran t anah yang m em ungkinkan bagi para pem egang hak at as t anah t ersebut , unt uk dengan m udah m em bukt ikan hak at as t anah yang dikuasainya dan bagi para pihak yang berkepent ingan, sepert i calon pem beli dan calon kredit or, unt uk m em peroleh ket erangan yang diperlukan m engenai t anah yang m enj adi obj ek perbuat an hukum yang akan dilakukan. Unt uk it u pem erint ah harus m em buat kebij akan krim inalisasi dalam perat uran perundang- undangan di bidang pendaft aran t anah yang dapat m engant isipasi adanya t indak pidana dalam pendaft aran t anah.

Upaya at au kebij akan unt uk m elakukan pencegahan dan penanggulangan kej ahat an t erm asuk bidang kebij akan krim inal (crim inal policy) . Kebij akan krim inal ini pun t idak t erlepas dari kebij akan yang lebih luas, yait u kebij akan sosial (social policy) yang t erdiri dari kebij akan/ upaya- upaya unt uk kesej aht eraan sosial (social- w elfare policy) dan kebij akan/


(4)

upaya-upaya unt uk perlindungan m asyar akat (social- defence policy) .1 Krim inalisasi dalam pendaft aran t anah dilakukan m elalui perundang-undangan dan badan- badan resm i, yang bert uj uan unt uk m enegakkan norm a- norm a hukum unt uk m encapai kesej aht eraan dan perlindungan m asyarakat dengan m em berikan sanksi pidana t erhadap pelanggaran hukum dalam pendaft aran t anah.

PEN GERTI AN TAN AH

Tanah adalah m erupakan hal yang unik dan t erbat as, oleh karena it u ia berharga. Barang siapa yang m enguasai t anah t ersebut , j uga m enguasai

pot ensi m odal yang m engunt ungkan.2 Pendapat ini sej alan pula dengan

pendapat Law son dan Rudden yang m engat akan bahw a t anah adalah sesuat u yang unik dan bersifat t et ap dan ham pir t idak dapat dihancurkan sert a m em iliki nilai pendapat an dan penghasilan.3 Di sam ping it u, m enurut Gray dan Sym es, t anah bukanlah m erupakan sekedar t anah belaka at au kebut uhan yang t urun- t em urun t et api lebih dari sekedar gum palan t anah, t am bang, m ineral di baw ahnya, dan bangunan- bangunan yang berdiri di

perm ukaannya.4 Dengan dem ikian t anah m em punyai nilai yang sangat

st rat egis bagi kehidupan m anusia.

Pet er But t , m engat akan “ bahw a barang siapa m em iliki t anah ( perm ukaan bum i) dia j uga m em iliki segala apa yang ada di at asnya sam pai

surga/ nirw ana dan segala yang ada di baw ahnya sam pai pusat bum i” .5

Pendapat ini m em berikan pengert ian t anah dalam art i luas sam a dengan pengert ian bum i.

1 Barda Naw aw i Arief, “Masalah Penegakan Hukum & Kebij akan Penanggulangan

Kej ahat an” , ( Bandung: Cit ra Adit ya Bakt i, 2001) , hal. 73.

2 Michael G. Kit ay m enyat akan: “land is unique and lim it ed; it is t herefore valuable. And

whoever cont rols and t he land cont rols a pot ent ially profit able asset” . Michael G. Kit ay, “Land Acquisit ion in Developing Count ries, Policies and Procedures of t he Public Sect or” , ( A Linclon I nst it ut e of Land Policy Book, 1983) , hal. 2.

3 Lawson and Rudden, m enj elaskan: Land is unique it is perm anent , alm ost

indest ruct ible, has incom e value and is capable of alm ost infinit e division and sub division. Dalam Diane Chappelle, “Land Law” , ( London: Pit m an Publishing, 1997) , hal. 6.

4 Gray and Sy m e, m engat akan: land is far m ore t han m erely t he physical soil- t he

coprpor eal heredit am ent - m ore t han t he physical clods of eart h which m ake up t he surface layer of land, m ines and m ineral beneat h t he sur face, and buildings or part s of building erect ed on t he surface. Gray and Sym e, “Real Propert y and Real People” , ( London: But t erwort h, 1981) , hal. 51.

5 Pet er But t , m engat akan: “cuius est solum eius usque ad coelum et ad inferos, or

varians of it - t he person who owns land owns it from heavens about t o t he cent re of t he eart h below” . Pet er But t , “Land Law” , ( Sydney: Book Com pany Lim it ed Sydney t / as LBC I nform at ion Services, 1996) , hal. 12.


(5)

Di I ndonesia, pengert ian t anah dipakai dalam art i yuridis sebagai suat u pengert ian yang t elah dibat asi dalam UUPA, yakni t anah hanya m erupakan perm ukaan bum i saj a.6 Di sisi lain, konsep penguasaan t anah di I ndonesia m asih dualism e, yait u berdasarkan hukum adat dan berdasarkan hak m enguasai negara yang dapat dim iliki oleh w arga negara dan badan hukum I ndonesia dengan m em enuhi prosedur hukum yang dit ent ukan unt uk it u.

KON SEP PEN GU ASAAN TAN AH D I I N D ON ESI A M EN URUT H UKU M AD AT

Konsep penguasaan t anah berdasarkan hukum adat adalah t anah m erupakan m ilik kom unal at au persekut uan hukum (beschikkingsr echt) . Set iap anggot a persekut uan dapat m engerj akan t anah dengan j alan m em buka t anah t erlebih dahulu dan j ika m ereka m engerj akan secara t erus-m enerus, erus-m aka t anah t er sebut dapat erus-m enj adi hak erus-m ilik secar a individual. Seseorang akan diakui kepem ilikannya sebagai hak m ilik individu, apabila dia sudah m em buka t erlebih dahulu t anah it u dan m enggarapnya at au

m engubahnya dari kondisi hut an m enj adi t anah saw ah at au ladang.7

Selam a dia m asih m engerj akan t anah it u, m aka dia dianggap sebagai pem iliknya. Jadi dalam hal ini, t ekanan diberikan pada hasil produksi dari t anah yang bisa dipet iknya, sebab apabila dia t idak lagi m engerj akannya m aka t anah it u bisa diam bil oleh orang lain yang akan m enggarapnya. Konsep penguasaan t anah m enurut hukum adat dikenal dengan ist ilah hak ulayat .

Hak ulayat yang diakui oleh m asyarakat adat ini m erupakan hak pakai t anah oleh individu, nam un kepem ilikan ini diakui sebagai m ilik ber sam a seluruh anggot a m asyarakat ( kom unal) . Anggot a m asyarakat t idak bisa m engalihkan at au m elepaskan haknya at as t anah yang dibuka ini kepada anggot a dari m asyarakat lain at au pendat ang dari luar m asyarakat t ersebut , kecuali dengan syar at - syarat t ert ent u yang disepakat i bersam a sem ua anggot a kom unal t ersebut .8

6 Lihat , Pasal 4 UUPA, bahwa at as dasar hak m enguasai dari negara…, dit ent ukan adanya ber m acam - m acam hak at as perm ukaan bum i, yang disebut t anah yang dapat diberikan kepada yang dipunyai orang- orang, baik sendiri m aupun ber sam a- sam a dengan orang lain sert a badan- badan hukum .

7 Ter Haar, “Azas- Azas dan Susunan Hukum Adat” , ( Jakart a: Praj nya Param it a, 1985) , hal. 91.

8 Lihat , Soeroj o Wignj odipoero, Pengant ar dan Azas- Azas Hukum Adat” , ( Jakart a: Gunung Agung, 1984) , hal. 201 – 202.


(6)

Hak ulayat ini m engandung aspek hukum privat , yaitu unsur kepunyaan yang t erm asuk bidang hukum perdat a dan aspek hukum publik yait u t ugas kewenangan unt uk m engat ur penguasaan dan m em im pin t anah bersam a t erm asuk bidang hukum adm inist rasi negara, di m ana pelaksanaannya dilim pahkan kepada kepala adat sendiri at au bersam a- sam a dengan para t et ua adat m asyarakat hukum adat yang bersangkutan dan m erupakan hak penguasaan at as t anah yang t ert inggi di lingkungan m asyarakat hukum adat bersangkutan. Hak- hak perseorangan atas sebagian t anah t ersebut baik langsung m aupun t idak langsung adalah bersum ber dari padanya.

EKSI STEN SI H AK ULAYAT

Dalam Pasal 3 UUPA No. 5 Tahun 1960 dinyat akan dengan t egas bahw a hak ulayat m asih berlaku sepanj ang m enurut kenyat aannya m asih ada dan harus disesuaikan dengan kepent ingan nasional, kepent ingan negara, persat uan bangsa, dan t idak bert ent angan dengan undang- undang yang lebih t inggi. Dengan dem ikian, hak ulayat diakui eksist ensinya bagi suat u m asyarakat hukum adat t ert ent u, sepanj ang m enurut kenyat aannya m asih ada yang dapat diket ahui dari kegiat an sehari- hari, pelaksanaan hak ulayat dibat asi sehingga sesuai dengan kepent ingan nasional dan negara.

H AK PEN GUASAAN TAN AH M EN URUT UUPA N O. 5 TAH UN 1 9 6 0

Berdasar kan Pasal 2 UUPA Nom or 5 Tahun 1960, dit egaskan bahwa bum i, air, dan ruang angkasa t erm asuk kekayaan alam yang t erkandung di dalam nya it u, pada t ingkat an t ert inggi dikuasai oleh negara sebagai organisasi seluruh rakyat .

Hak m enguasai dari negara adalah m erupakan w ew enang unt uk m engat ur dan m enyelenggarakan perunt ukan, penggunaan, persediaan, dan pem eliharaan bum i, air, dan ruang angkasa t ersebut ; m enent ukan dan m engat ur hubungan- hubungan hukum ant ara orang- orang dengan bum i, air, dan ruang angkasa; dan m enent ukan sert a m engat ur hubungan-hubungan hukum ant ara orang- orang dan perbuat an- perbuat an hukum yang m engenai bum i, air, dan ruang angkasa. Wew enang ini digunakan unt uk m encapai sebesar- besar kem akm uran rakyat , dalam art i kebangsaan, kesej aht eraan, dan kem erdekaan dalam m asyarakat dan negara hukum I ndonesia yang m erdeka, berdaulat , adil dan m akm ur. Hak m enguasai dari negara t ersebut di at as, pelaksanaannya dapat dikuasakan kepada


(7)

daerah sw at ant ra dan m asyarakat - m asyarakat hukum adat sekedar diperlukan dan t idak bert ent angan dengan kepent ingan nasional, m enurut ket ent uan- ket ent uan Perat uran Pem erint ah.

Hak m enguasai negara m eliput i sem ua bum i, air, dan ruang angkasa baik yang sudah dihakki oleh seseorang m aupun t idak. Penguasaan t anah t erhadap t anah yang sudah dipunyai orang dengan sesuat u hak, dibat asi oleh isi dari hak it u, art inya sam pai seberapa negara m em berikan kekuasaan kepada seseorang yang m em punyainya unt uk m enggunakan haknya. Sedangkan kekuasaan negara at as t anah yang t idak dipunyai dengan sesuat u hak oleh seseorang at au pihak lain adalah sangat luas dan penuh. Misalnya negara dapat m em berikan t anah yang sedem ikian it u kepada seseorang at au badan hukum , dengan suat u hak m enurut perunt ukan dan keperluannya, m isalnya hak m ilik, hak guna usaha, hak guna bangunan at au hak pakai at aupun dengan m em berikan hak pengelolaan pada suat u badan penguasa. Dalam pada it u, kekuasaan negara at as t anah- t anah ini pun sedikit at au banyak dibat asi pula oleh hak ulayat dari kesat uan- kesat uan m asyarakat hukum sepanj ang kenyat aan hak ulayat it u m asih ada.9 Pengert ian “ penguasaan” dan “ m enguasai” di at as adalah m erupakan aspek publik.

Dalam konsep penguasaan t anah, dapat diket ahui bahw a yang m enguasai sem ua t anah adalah negara.10 Nam un dem ikian, negara t idak sew enang-w enang dalam kepem ilikannya, m elainkan m engusahakan dan m engolahnya dem i kepent ingan um um seluruh w arga negara. Ket ent uan ini sebenarnya kurang m em berikan gam baran yang j elas, sehingga m udah m engalam i penyim pangan dan penyelew engan at au penyalahgunaan sehubungan dengan pelaksanaan hak m enguasai t anah oleh negara t ersebut . Sebagai cont oh pengam bilalihan hak ulayat at as t anah adat yang digunakan unt uk pem bangunan dem i kepent ingan negara.

Hak m enguasai daripada negara t ersebut m em punyai aspek publik berupa m engat ur persediaan, penggunaan, perunt ukan dan pem eliharaan, m engat ur hubungan hukum , sert a m engat ur hubungan hukum dan perbuat an hukum . Hal ini m enunj ukkan bahw a hak m enguasai negara bukan berart i negara sebagai pem ilik t anah.

9 Lihat , Penj elasan Um um UUPA Nom or 5 Tahun 1960 Bagian I I .

10 Menarik dalam hal ini m em bandingkan pengert ian negara di sini dengan negar a m enurut Hans Kelsen. Kelsen m enyebut kan bahwa negara dalam hal ini m em iliki sej um lah fungsi yakni sebagai st rukt ur hukum at au organisasi polit ik yang m em iliki bat as- bat as wilayah t ert ent u; negar a sebagai lem baga hukum yakni pem egang hak dan kewaj iban t ert inggi sebagai suat u lem baga; negara sebagai subj ek, yakni berhak m engam bil t indakan at as persoalan t ert ent u yang m enyangkut penanganan hak- hak legal. Lihat , Hans Kelsen, “Pure Theory of Law” , ( Berkeley: Universit y of California Press, 1978) , hal. 286 – 291.


(8)

Mengenai hak penguasaan at as t anah dapat digam barkan dalam skem a sebagai berikut :

Pe n gu a sa a n H a k At a s Ta n a h Be r da sa r k a n UUPA N o. 5 Ta h u n 1 9 6 0

KON SEKU EN SI H AK M EN GUASAI N EGARA

Berdasarkan hak m enguasai negara, m aka negara berw enang m enent ukan adanya m acam - m acam hak at as perm ukaan bum i yang disebut t anah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai orang- orang baik sendiri m aupun

UUPA No. 5 Thn 1960

Pasal 1 Hak Bangsa Religius Abadi Aspek Publik & Aspek Perdata Pasal 2 Hak Menguasai Negara Aspek Publik Pasal 3 Hak Ula Masya yat rakat Aspek Publik rivat Hak Adat & P

Pasal 33 (3) UUD 1945

Pasal 4 Hak I Hk Privat ndividu Pasal 5 laku sepanjang bertentangan dengan: an nasional an negara persatuan bangsa UU unsur- unsur a

Hukum Adat ber tidak 1. Kepenting 2. Kepenting 3. Berdasarkan 4. Peraturan 5. Mengindahkan agam Kekayaan nasional bumi, air dan ruang kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

1. Sesuai dengan kepentingan nasional

ara

3. Persatuan bangsa bertentangan dengan UU 1. Mengatur persediaan

penggunaan, peruntukan aan . hukum . hukum atan hukum

angkasa serta dan pemelihar

2. Mengatur hub 3. Mengatur hub

dan perbu

2. Neg 4. Tidak

Hak individu untuk menggunakan tanah

ang bersangkutan sesuai dengan batas-batas menurut UU baik sendiri maupun bersama-sama dengan serta badan y orang lain hukum Pasal 6 Tanah berfungsi sosial

Pasal 7

Tidak merugikan kepentingan umum dan penguasaan tanah melampaui batas tidak diperkenankan


(9)

bersam a- sam a dengan orang- orang lain sert a badan- badan hukum . Hak-hak at as t anah t ersebut dit ent ukan ant ara lain adalah Hak-hak m ilik, Hak-hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, dan lain- lain. Kesem ua hak- hak at as t anah t ersebut unt uk m enj am in adanya kepast ian hukum bagi pem egang hak, m aka harus dilakukan pendaft aran sebagai alat bukt i hak yang konkr et .

PEN D AFTARAN TAN AH / LAN D REGI STRATI ON

Sebagai dasar hukum pendaft aran t anah di I ndonesia adalah Pasal 19 UUPA Nom or 5 Tahun 1960. Dalam pasal ini diperint ahkan kepada aparat ur negara unt uk m engadakan pendaft aran t anah di seluruh I ndonesia, yait u m eliput i:

a.

pengukuran, perpet aan, dan pem bukuan t anah;

b.

pendaft aran hak- hak at as t anah dan peralihan hak- hak t ersebut ;

c.

pem berian surat - surat t anda bukt i hak, yang berlaku sebagai alat pem bukt ian yang kuat .

Pendaft aran t anah ini diselenggarakan dengan Perat uran Pem erint ah Nom or 24 Tahun 1997 sebagai penggant i Perat uran Pem erint ah Nom or 10 Tahun 1961 t ent ang Pendaft aran Tanah.

Pendaft aran t anah adalah serangkaian kegiat an yang dilakukan oleh pem erint ah secara t erus- m enerus, berkesinam bungan, dan t erat ur yang m eliput i pengum pulan, pengolahan, pem bukuan, dan penyaj ian sert a pem eliharaan dat a fisik dan dat a yuridis dalam bent uk pet a dan daft ar m engenai bidang- bidang t anah dan sat uan rum ah susun, t erm asuk pem berian surat t anda bukt i haknya bagi bidang- bidang t anah yang sudah ada haknya dan hak m ilik at as sat uan rum ah susun sert a hak- hak t ert ent u yang m em bebaninya.

Menurut A. P. Parlindungan, pendaft aran t anah berasal dari kat a cadast re ( bahasa Belanda kadast er) yait u suat u ist ilah t eknis unt uk suat u rekam an, yang m enunj ukkan kepada luas, nilai, dan kepem ilikan ( at au lain- lain alas hak) t erhadap suat u bidang t anah. Pengert ian lebih t egas, cadast re berart i alat yang t epat unt uk m em berikan uraian dan ident ifikasi dari lahan dan j uga sebagai cont inues recording dari hak at as t anah.11 Pendapat ini

11 A. P. Parlindungan, “Pendaft aran Tanah di I ndonesia ( Berdasarkan PP. 24 Tahun 1997

dilengkapi dengan Perat ur an Jabat an Pem buat Akt a Tanah PP. 37 Tahun 1998)” , ( Bandung: Mandar Maj u, 1999) , hal. 18.


(10)

m enj elaskan bahw a pendaft aran t anah it u adalah m erupakan rekam an dat a fisik dan dat a yuridis yang dibuat dalam bent uk pet a dan daft ar bidang-bidang t anah t ert ent u, yang dilaksanak an secara obj ekt if dan it ikad baik oleh pelaksana adm inist rasi negara.

Pendaft aran t anah di I ndonesia hanya t erfokus unt uk pendaft aran t anah pada bidang t anah yang m erupakan bagian dari perm ukaan bum i dalam sat uan bidang yang t erbat as, art inya t idak m encakup bum i, air, dan ruang

angkasa.12 Penyelenggaraan pendaft aran t anah dilaksanakan m elalui 2

( dua) car a: Pert am a, pendaft aran t anah secara sist em at ik, yait u pendaft aran unt uk pert am a kali yang dilakukan secara serent ak m eliput i sem ua obj ek pendaft aran t anah yang belum didaft ar dalam w ilayah at au bagian w ilayah suat u desa/ kelurahan dan t erut am a kegiat an ini dilakukan at as prakarsa pem erint ah. Kedua, pendaft aran t anah secara sporadik, yait u kegiat an pendaft aran t anah unt uk pert am a sekali m engenai suat u at au beberapa obj ek pendaft aran t anah dalam w ilayah at au bagian w ilayah suat u desa/ kelurahan secara individual at au m assal.13

Pelaksanaan pendaft aran t anah harus m em perhat ikan bukan hanya pelaksanaan pendaft aran t anah unt uk pert am a kalinya, t et api j uga harus m em perhat ikan pem eliharaan dat a baik fisik m aupun dat a yuridis dari obj ek pendaft aran t anah yang sudah t erdaft ar.14 Set iap perubahan t erj adi baik dat a fisik m aupun dat a yuridis pada obj ek pendaft aran t anah yang sudah t erdaft ar diw aj ibkan bagi pem egang hak unt uk m endaft arkan perubahan t ersebut .15 Pendaft aran t erhadap perubahan dan peralihan sert a hapusnya dan pem bebanan hak m ilik, hak guna usaha, dan hak guna bangunan j uga harus didaft arkan sebagai alat bukt i yang kuat .16 Dengan dem ikian m aksud dari pem eliharaan dat a pendaft aran t anah, agar t et ap t erpelihara dan selalu sesuai dengan kenyat aan di lapangan. Pem egang hak yang berkepent ingan dapat m em bukt ikan haknya kepada pihak ket iga, sehingga t ercipt a

12 Sedangkan pendaft aran unt uk hak- hak dari kehut anan at au pert am bangan dilakukan sendiri oleh depart em en yang bersangkut an dengan surat - surat keput usan t ent ang HPH at au HPHH at au KP. Dengan diat urnya secara sekt oral m engenai hak pengelolaan hut an oleh Depart em en Kehut anan yang t erpisah dari UUPA, m aka hal ini akan m enim bulkan konflik pengat uran y ang akan ber dam pak kepada pengelolaan pert anahan yang diat ur dalam UUPA. Misalnya akan t erj adi konflik ant ara pem berian hak guna usaha ( HGU) dan Hak Pengelolaan Hut an ( HPH) pada lokasi yang sam a m asing- m asing m enyat akan berhak unt uk m elakukan pengelolaan. Konflik ini akan m erugikan pem egang hak yang bersangkut an.

13 Lihat , Pasal 1 angka10 dan angka 11 Perat uran Pem erint ah Nom or 24 Tahun 1997. 14 Dat a fisik adalah ket erangan m engenai st at us hukum bidang t anah yang t erdaft ar pem egang haknya dan pihak lainnya sert a beban lain yang m em bebaninya. Sedangkan dat a yuridis ialah ket erangan m engenai st at us hukum bidang t anah yang t erdaft ar, pem egang haknya dan pihak- pihak lain sert a beban- beban lain yang m em bebaninya. Lihat , Perat uran Pem erint ah Nom or 24 Tahun 1997 Pasal 1 angka 6 dan angka 7.

15 Lihat , Perat uran Pem erint ah Nom or 24 Tahun 1997.


(11)

kepast ian hukum dan perlindungan hukum at as pem egang hak- hak at as t anah yang m erupakan salah sat u unsur pent ing dari keadilan dan kesej aht eraan rakyat .

Terlaksananya pendaft aran t anah sebagai suat u proses yang diak hiri dengan t erbit nya sert ifikat , m anfaat nya dapat dipet ik oleh t iga pihak yait u:

1.

pem egang hak at as t anah, yakni unt uk keperluan pem bukt ian

penguasaan haknya;

2.

pihak yang berkepent ingan, m isalnya calon pem beli at au calon kredit or unt uk m em peroleh ket erangan t ent ang t anah yang akan m enj adi obj ek perbuat an hukum nya;

3.

bagi pem erint ah dalam m endukung kebij akan pert anahan dan

perpaj akan.

Sert ifikat hak at as t anah dit erbit kan sesuai dengan dat a fisik dan yuridis yang t elah didaft ar dalam buku t anah dengan syarat bahw a dat a fisik dan dat a yuridisnya sudah lengkap dan t idak ada yang disengket akan. Jika dalam buku t anah t erdapat cat at an m engenai dat a fisik dan dat a yuridisnya belum lengkap yang dat a fisiknya dan/ at au dat a yuridisnya disengket akan t et api t idak diaj ukan ke pengadilan dilakukan pem bukuannya dalam buku t anah, dengan cat at an m engenai adanya sengket a t ersebut . Dan kepada pihak yang berkeberat an diberit ahukan oleh Ket ua Panit ia Aj udikasi unt uk pendaft aran t anah secara sist em at ik at au Kepala Kant or Pert anahan unt uk pendaft aran t anah secara sporadik, unt uk m engaj ukan gugat an ke pengadilan m engenai dat a yang disengket akan dalam w akt u enam puluh ( 60) hari dalam pendaft aran t anah secara sporadik dihit ung sej ak disam paikannya pem berit ahuan t ersebut . Jika diaj ukan ke pengadilan t et api t idak ada perint ah dari pengadilan unt uk st at us quo dan t idak ada put usan penyit aan dari pengadilan m aka dilakukan pem bukuan dalam buku t anah dengan cat at an adanya sengket a dan m engenai hak- hak yang

disengket akan. Apabila ada perint ah unt uk st at us quo at au put usan

penyit aan dari pengadilan m aka hal it u dicat at pula dalam buku t anah.17 Berdasarkan fakt a t ersebut m aka penerbit an sert ifikat dit angguhkan sam pai cat at an yang ber sangkut an dihapus.

SI STEM PUBLI KASI D ALAM PEN D AFTARAN TAN AH

Pendaft aran t anah yang penyelenggaraannya diperint ahkan oleh UUPA t idak m engandung sist em publikasi posit if, t et api m enganut sist em publikasi


(12)

negat if yang berart i bahw a negara t idak m enj am in kebenar an dat a yang disaj ikan. Nam un dem ikian sert ifikat hak- hak at as t anah dapat berlaku sebagai bukt i yang kuat sepanj ang t idak ada gugat an dari pihak lain yang m erasa m em punyai t anah it u.

Kelem ahan dari sist em publikasi negat if ini, m asih dapat diat asi dengan m em akai lem baga hukum yang t erdapat dalam hukum adat yait u lem baga

recht sver w erking, yait u j ika seseorang selam a sekian w akt u m em biarkan

t anahnya t idak dikerj akan orang lain yang m em perolehnya dengan it ikad baik, m aka hilanglah hak pem ilik sem ula unt uk m enunt ut kem bali t anah t ersebut . Ket ent uan ini diadopsi dalam Pasal 27 UUPA yang m enyat akan bahw a salah sat u hapusnya hak at as t anah adalah karena dit elant arkan. Berdasarkan paparan di at as, m aka kekuat an pem bukt ian sert ifikat hak- hak at as t anah dapat m eliput i dua hal, yakni:

a.

sert ifikat m erupakan alat bukt i yang kuat yang berart i selam a belum dibukt ikan sebaliknya, dat a fisik dan dat a yuridis yang t ercant um dalam sert ifikat harus dit erim a sebagai dat a yang benar sepanj ang dat a t ersebut sesuai dengan dat a yang t ercant um dalam surat ukur dan buku t anah yang bersangkut an;

b.

bahw a orang t idak dapat m enunt ut t anah yang sudah bersert ifikat at as t anah orang at au badan hukum lain j ika selam a 5 ( lim a) t ahun sej ak dit erbit kannya sert ifikat t er sebut yang bersangkut an t idak m engaj ukan keberat an secara t ert ulis kepada pem egang sert ifikat dan Kepala Kant or Pert anahan at au t idak m engaj ukan gugat an ke pengadilan sedangkan t anah t ersebut diperoleh orang at au badan hukum lain t ersebut dengan it ikad baik dan secar a fisik dikuasai olehnya at au oleh orang at au badan hukum lain yang m endapat perset uj uannya.

PI H AK- PI H AK YAN G TERLI BAT D ALAM PEN D AFTARAN TAN AH

Pihak- pihak yang t erlibat dalam pendaft ar an t anah ant ara lain yait u Kepala Kant or Pert anahan dalam pelaksanaannya dibant u oleh PPAT dan pej abat lain yang dit ugaskan unt uk m elaksanakan kegiat an t ert ent u. Pendaft aran t anah secara sist em at ik Kepala Kant or Pert anahan dibant u oleh Panit ia Aj udikasi. Pendaft aran t anah secara sporadik dilaksanakan at as perm int aan yang bersangkut an.18


(13)

Kegiat an yang dilakukan dalam pendaft aran t anah adalah pengum pulan dan pengolahan dat a fisik dilakukan dengan kegiat an pengukuran dan pem et aan yang m eliput i:

a.

Pem buat an pet a dasar pendaft aran

b.

Penet apan bat as bidang- bidang t anah

c.

Pengukuran dan penet apan bidang- bidang t anah dan pem buat an pet a

pendaft aran

d.

Pem buat an daft ar t anah

e.

Pem buat an surat uk ur.19

Unt uk keperluan pet a dasar BPN m enyelenggarakan pem asangan, pengukuran, pem et aan, dan pem eliharaan t it ik- t it ik dasar t eknis nasional di set iap kabupat en/ kot a. Penyiapan pet a dasar pendaft aran diperlukan agar set iap bidang t anah yang didaft ar dij am in let aknya dengan past i karena dapat direkonst ruksi di lapangan set iap saat .

Penet apan bat as bidang t anah yang dipunyai dengan suat u hak yang belum t erdaft ar dan yang sudah t er daft ar t et api belum ada sur at ukur/ gam bar sit uasinya at au surat ukur/ gam bar sit uasi yang ada t idak sesuai lagi dengan keadaan yang sebenarnya, dilakukan oleh Panit ia Aj udikasi dalam pendaft aran t anah secara sist em at ik at au oleh Kepala Kant or Pert anahan dalam pendaft aran t anah secara sporadik, berdasarkan penunj ukan bat as oleh pem egang hak at as t anah yang berbat asan dan sedapat m ungkin diset uj ui oleh para pem egang hak at as t anah yang berbat asan.20 Gam bar sit uasi yang dim aksud adalah dokum en pet unj uk hak at as t anah m enurut ket ent uan yang berlaku sebelum berlakunya Perat uran Pem erint ah Nom or 24 Tahun 1997, yait u yang diat ur dalam Perat uran Ment er i Agraria Nom or 6 Tahun 1965 t ent ang Pedom an Pokok Penyelenggaraan Tanah sebagaim ana diat ur dalam Perat uran Pem erint ah Nom or 10 Tahun 1961.

URUTAN KEGI ATAN PEN D AFTARAN TAN AH

Urut an kegiat an pendaft aran t anah adalah “ pengum pulan” dat anya,

“ pengolahan” at au “processing” , “ penyim panan” dan kem udian

“ penyaj iannya” . Bent uk penyim panan bisa berupa t ulisan, gam bar/ pet a dan angka- angka di at as kert as, m ikrofilm at au dengan m enggunakan bant uan kom put er. Kegiat an- kegiat an t ersebut m eliput i baik dat a pendaft aran unt uk pert am a kali m aupun pem eliharaannya kem udian. Penerbit an dokum en

19 Lihat , Pasal 14 Perat uran Pem erint ah Nom or 24 Tahun 1997. 20 Lihat , Pasal 18 Perat uran Pem erint ah Nom or 24 Tahun 1997.


(14)

inform asi kepada pihak yang m em int anya berdasarkan dat a yang dihim pun dit erbit kan surat t anda bukt i haknya.

Pendaft aran t anah unt uk pert am a kali (init ial regist r at ion)21 adalah m eliput i t iga bidang kegiat an, yait u; ( 1) bidang fisik at au t eknis kadast eral; ( 2) bidang yuridis; dan ( 3) penerbit an dokum en t anda bukt i hak.

BI D AN G FI SI K ATAU TEKN I S KAD ASTERAL

Pendaft aran t anah m enggunakan sebagai dasar obj ek sat uan- sat uan bidang t anah yang disebut persil yang m erupakan bagian perm ukaan bum i t ert ent u yang t erbat as dan berdim ensi dua dengan ukuran luas yang um um nya dinyat akan dalam m et er persegi. Kegiat an di bidang fisik yait u unt uk m em peroleh dat a m engenai let aknya dan bat as- bat as luasny a, bangunan-bangunan, dan/ at au t anam an- t anam an pent ing yang ada di at asnya. Set elah dipast ikan let ak t anah yang akan dikum pulkan dat a fisiknya m aka kegiat an dim ulai dengan penet apan bat as- bat asnya sert a pem berian t anda-t anda baanda-t as di seanda-t iap suduanda-t nya. Kem udian diikuanda-t i dengan kegiaanda-t an pengukuran dan pem buat an pet anya. Penet apan bat as dilakukan Panit ia Pendaft aran Tanah ( PPT) , berdasarkan penunj ukan oleh pem egang hak at as t anah yang bersangkut an, yang diset uj ui oleh para pem egang hak at as t anah yang berbat asan (cont radict oire delim it at ie) .

Kegiat an t eknis kadast eral ini m enghasilkan pet a pendaft aran yang m elukiskan sem ua t anah yang ada di w ilayah pendaft aran yang sudah diukur. Unt uk t iap bidang t anah yang haknya didaft ar dibuat kan surat ukur. Kegiat an bidang yuridis bert uj uan m em peroleh dat a m engenai haknya, siapa pem egang haknya dan ada at au t idak adanya hak pihak lain yang m em bebaninya. Pengum pulan dat a t ersebut m enggunakan alat pem bukt ian berupa dokum en dan lain- lainnya. Kegiat an ket iga berupa penerbit an surat t anda bukt i hak.

Kegiat an pendaft aran t anah unt uk pert am a kali (init ial regist rat ion) dapat dilakukan dengan dua cara, yait u secara sist em at ik dan secara sporadik. Kegiat an secara sist em at ik dilakukan secara serent ak m eliput i sem ua obj ek pendaft aran t anah yang belum t erdaft ar dalam w ilayah at au bagian w ilayah suat u desa at au kelurahan yang prakarsanya dat ang dari pem erint ah. Sedangkan pendaft aran t anah secara sporadik adalah kegiat an pendaft aran

21 Pendaft aran unt uk pert am a kali adalah kegiat an m endaft ar unt uk pert am a kalinya sebidang t anah yang sem ula belum t erdaft ar m enurut ket ent uan perat ur an pendaft ar an t anah yang bersangkut an.


(15)

t anah unt uk pert am a kali m engenai sat u at au beberapa obj ek pendaft aran t anah dalam w ilayah at au bagian w ilayah suat u desa at au kelurahan secara individual at au m assal, yang dilakukan at as perm int aan pem egang at au penerim a hak at as t anah yang bersangkut an.

BI D AN G YURI D I S

Akt a pem berian hak berfungsi sebagai sum ber dat a yuridis unt uk m endaft ar hak yang diberikan dalam buku t anah. Dem ikian j uga akt a pem indahan dan pem bebanan hak berfungsi sebagai sum ber dat a unt uk m endaft ar perubahan- perubahan pada haknya dalam buku t anah yang bersangkut an. Jika t erj adi perubahan dilakukan pencat at an pada ruang m ut asi yang disediakan pada buku t anah yang bersangkut an. Sebelum dilakukan pendaft aran hak dalam buku t anah dan pencat at an perubahannya kem udian, oleh PPT dilakukan penguj ian kebenaran dat a yang dim uat dalam akt a yang bersangkut an. PPT dalam hal ini bersikap pasif t idak m elakukan penguj ian kebenaran dat a yang disebut dalam akt a yang didaft ar. Di sam ping it u dalam sist em ini buku t anah disim pan di kant or PPT dan t erbuka unt uk um um . Sebagai t anda bukt i bagi pem egang hak dit erbit kan sert ifikat yang m erupakan salinan regist er (cert ificat e of t it le) . Sert ifikat hak t anah t erdiri at as salinan buku t anah dan surat ukur yang dij ilid m enj adi sat u dalam sam pul dokum en.

PEN ERBI TAN D OKUM EN TAN D A BUKTI H AK

Sem ua dat a yang t erdapat dalam buku t anah dicant um kan j uga pada salinannya yang m erupakan bagian dari sert ifikat . Jika t erj adi perubahan kem udian, hal ini dicat at di dalam buku t anah t ersebut . Maka dat a yur idis yang diperlukan, baik dat a pada w akt u unt uk pert am a kali didaft ar haknya m aupun perubahan- perubahannya yang t erj adi kem udian, dengan m udah dapat diket ahui dari buku t anah dan sert ifikat yang bersangkut an.22

Perubahan dat a fisik at as t anah dapat t erj adi, apabila j ika t erj adi pem isahan at au pem ecahan bidang t anah yang bersangkut an m enj adi sat uan- sat uan baru at au penggabungan bidang- bidang t anah yang berbat asan m enj adi sat u sat uan persil. Perubahan t ersebut diikut i dengan pencat at annya pada pet a pendaft aran dan pem buat an surat at au surat ukur baru. Sedangkan perubahan dat a yuridis bisa t erj adi apabila berakhir j angka w akt u


(16)

berlakunya, dibat alkan, dicabut at au dibebani hak- hak lain. Perubahan bisa j uga t erj adi m engenai pem egang haknya yait u j ika t erj adi pewar isan, pem indahan hak at au penggant ian nam a. Perubahan- perubahan it u dibuat dalam sat u akt a yang selanj ut nya m erupakan surat t anda bukt i. Perubahan dicat at pada buku t anah dan sert ifikat yang bersangkut an, berdasarkan dat a yang dim uat dalam akt a perubahannya.

Proses kegiat an pendaft aran t anah t ersebut , t idak m enut up kem ungkinan t erj adinya pem alsuan dat a fisik dan dat a yuridis, dalam hal m elakukan

kegiat an pengukuran dan pem buat an pet a berdasarkan cont radict oire

delim it at ie yang m em pergunakan ket erangan palsu dan at au adanya kolusi

di ant ara pem egang hak at as t anah dengan pem egang hak at as t anah yang berbat asan. Jika hal ini t erj adi, m aka perbuat an t ersebut sangat m engandung unsur krim inalit as lebih t inggi dari pada pelanggaran norm a-norm a hukum adm inist rasi at au perdat a.

Negara secara khusus w aj ib bereaksi dan m enindak pelanggaran hukum at au ket idakadilan yang t erj adi yang t idak lagi dapat dit anggulangi oleh norm a- norm a hukum lain, m aka pidana adalah dipandang sebagai “ult im um

rem edium” .23 Dengan dem ikian, perat uran perundang- undangan dalam

pendaft aran t anah harus m em uat at uran pidana, agar pelanggaran hukum at au ket idakadilan yang m ungkin t erj adi sebagai bahaya konkret yang akan diderit a oleh pihak- pihak yang berkepent ingan, sepert i pem beli, kredit or dan lain- lain dapat dilindungi dan keadilan dapat dit egakkan.

L E G A L I S A S I A L A S H A K - H A K A T A S T A N A H Y A N G T E L A H D I D AFTARKAN

Legalisasi alas hak- hak at as t anah, t erut am a sekali dilihat dar i ada t idaknya alas kepem ilikan hak at as t anah, baik bukt i t ert ulis m aupun t idak t ert ulis berupa keterangan saksi yang dit unj ukkan oleh pem egang hak at as t anah at au kuasanya at au pihak lain yang berkepent ingan kepada Panit ia Aj udikasi, yang dij adikan dasar penerbit an sert ifikat kepem ilikan hak atas t anah di kant or pert anahan m erupakan alat bukti yang dapat digunakan sebagai alat pem bukt ian dat a yuridis at as kepem ilikan at au penguasaan suat u bidang t anah, baik secara t ert ulis m aupun berdasarkan ket erangan saksi.

23 Lihat , Jan Rem m elink, “Hukum Pidana, Kom ent ar at as Pasal- Pasal Terpent ing dar i

Kit ab Undang- Undang Hukum Pidana Belanda dan Padanannya dalam Kit ab Undang- Undang Hukum Pidana I ndonesia” , ( Jakart a: Gram edia Pust aka Ut am a, 2003) , hal. 28.


(17)

Set iap perm ohonan sert ifikat secara legal harus m em enuhi t iga persyarat an, yait u adanya pem ilik sebagai subj ek hak, t anah sebagai obj ek hak, dan surat - surat yang m endukung alas hak, sert a harus ada t uj uan penggunaan hak dan cara perolehan hak yang bersangkut an. Subj ek hak at as t anah adalah orang- perorangan at au badan hukum yang m enurut ket ent uan undang- undang dapat m em peroleh sesuat u hak at as t anah, yang nam anya dicant um kan dalam sert ifikat .

Badan hukum selaku subj ek hak at as t anah secara khusus dit ent uk an ant ara lain lem baga pem erint ahan I ndonesia, lem baga perw akilan negara asing, lem baga perw alian int ernasional, badan hukum yang didirikan m enurut hukum I ndonesia dan berkedudukan di I ndonesia sert a badan keagam aan at au badan sosial lainnya. Obj ek hak at as t anah adalah bidang-bidang t anah di perm ukaan bum i di seluruh w ilayah I ndonesia, yang dapat dipunyai dengan suat u pem ilikan hak at as t anah oleh orang at au badan hukum m enurut ket ent uan perundang- undangan yang berlaku.

Pendaft aran t anah secara legal bert uj uan unt uk m enj am in kepast ian hukum di bidang pert anahan, yang m em ungkinkan bagi para pem egang hak at as t anah unt uk dengan m udah m em buk t ikan haknya at as t anah yang dikuasainya, bagi para pihak yang berkepent ingan sepert i calon pem beli at au calon kredit or dapat m em peroleh ket erangan m engenai t anah yang m enj adi obj ek perbuat an hukum .

Legalisasi pendaft aran hak at as t anah, adalah dengan m em berikan sert ifikat kepada pem egang hak at as t anah yang dij am in oleh undang- undang sebagai bukt i hak at as t anah yang sudah dibukukan dalam buku t anah yang bersangkut an. Sedangkan buku t anah adalah dokum en dalam bent uk daft ar yang m em uat dat a yuridis dan dat a fisik suat u obj ek pendaft aran t anah yang sudah ada haknya. Dengan pendaft aran t anah dim aksudkan unt uk m em beri inform asi kepada pihak- pihak yang berkepent ingan t erm asuk pem erint ah, agar dengan m udah m em peroleh dat a yang diperlukan dalam m engadakan perbuat an hukum m engenai bidang t anah yang sudah t erdaft ar.

Keabsahan pendaft aran t anah dapat m em berikan kepast ian hukum (r echt s

cadast er) sert a perlindungan hukum bagi pem egang hak at as t anah at au

hak- hak lain yang t elah t erdaft ar sehingga pem egang hak bersangkut an dapat dengan m udah m em bukt ikan dirinya sebagai pem egang hak yang sem purna. Unt uk it u diberikan kepadanya sert ifikat hak at as t anah sebagai t anda bukt i hak. Sebagai inform asi bagi pihak- pihak yang hendak m elakukan hubungan hukum t erhadap suat u bidang t anah dan at au bangunan di at asnya dan m encipt akan t ert ib adm inist rasi pert anahan.


(18)

Kendat i pun dem ikian, pendaft aran t anah di dalam hukum t anah nasional kit a adalah m enganut sist em pendaft aran hak (t it les regist rat ions) dengan

sist e m pu blik a si ya n g be r sifa t n e ga t if de n ga n m e n ga n du n g u n su r

-u n s-u r posit if, hal ini dibukt ikan dengan ciri adanya akt a t anah sebagai

dasar pendaft aran dan sert ifikat sebagai t anda bukt i hak yang m erupakan salinan at as buku t anah yang m erupakan buku induk di dalam nya m em uat dat a fisik dan dat a yuridis bidang t anah bersangkut an, bukan sist em pendaft aran akt a (deeds regist rat ions) .

Sebagai konsekuensi t erhadap sist em yang dianut UUPA ini m aka j am inan kekuat an hukum at as sert ifikat sesuat u hak at as t anah yang dit erbit kan adalah m em punyai kekuat an hukum yang kuat karena m erupakan alat pem bukt ian yang kuat vide Pasal 19 j o Pasal 32 ayat ( 2) UUPA sepanj ang dapat dibukt ikan sebaliknya.

ASPEK D AN I M PLI KASI H UKUM D ALAM PEN D AFTARAN H AK- H AK ATAS TAN AH

Sert ifikat hak at as t anah adalah suat u produk pej abat Tat a Usaha Negara ( TUN) , sehingga at asnya berlaku ket ent uan- ket ent uan Hukum Adm inist rasi Negara. At as perbuat an hukum dalam pem buat an sert ifikat yang dilakukan oleh seseorang pej abat TUN dapat saj a m erupakan perbuat an yang t erlingkup sebagai perbuat an yang m elaw an hukum . Kesalahan (schuld) dari pej abat TUN bisa t erj adi karena kelalaian (culpa) m aupun karena kesengaj aan (dolus) .

At as perbuat an karena kelalaian (culpa) at au kesengaj aan (dolus) akan m enghasilkan produk hukum sert ifikat yang salah, baik kesalahan at as subj ek hukum dalam ser t ifikat m aupun kesalahan at as obj ek hukum dalam sert ifikat t ersebut , kesalahan m ana t elah dit engarai dapat t erj adi dalam berbagai proses pendaft aran t anah.

Kesalahan dalam pem buat an sert ifikat bisa saj a karena adanya unsur- unsur penipuan (bedrog) , kesesat an (dw aling) dan at au paksaan (dw ang) dalam pem buat an dat a fisik m aupun dat a yuridis yang dibukukan dalam buku t anah. Dengan dem ikian sert ifikat yang dihasilkan dapat berakibat bat al dem i hukum . Sedangkan bagi subj ek yang m elakukan hal t ersebut dapat

dikat akan t elah m elakukan perbuat an m elaw an hukum (onr echt

m at igedaad) . Apabila perbuat an t ersebut dilakukan oleh alat - alat


(19)

sebagai onrecht m at ige overheidsdaad at au penyalahgunaan kew enangan

dari pej abat Tat a Usaha Negara.

Prof. Van der Pot m enyebut em pat syarat yang harus dipenuhi agar ket et apan dapat berlaku sebagai ket et apan sah, yait u:

1.

Ket et apan harus dibuat oleh alat yang berw enang (bevoegd)

m em buat nya.

2.

Karena ket et apan suat u pernyat aan kehendak (wilsver klar ing) , m aka pem bent ukan kehendak it u t idak boleh m em uat kekurangan yuridis (geen j uridische gebr eken in de w ilsvorm ing) .

3.

Ket et apan harus diberi bent uk (vorm) yang dit et apkan dalam perat uran yang m enj adi dasarnya dan pem buat nya harus j uga m em perhat ikan cara (procedure) m em buat ket et apan it u bilam ana cara it u dit et apkan dengan t egas dalam perat uran dasar t ersebut .

4.

I si dan t uj uan ket et apan harus sesuai dengan isi dan t uj uan perat uran dasar.24

Apabila salah sat u syarat t idak dipenuhi, m aka ket et apan yang bersangkut an m enj adi ket et apan yang t idak sah, m isalnya: ket et apan yang

dibuat oleh organ at au pej abat yang t ak berw enang (on bevoegd) ,

ket et apan it u dibuat karena adanya penipuan (bedrag) , ket et apan it u t idak m enurut prosedur berdasarkan hukum (recht m at ige) dan ket et apan it u t idak m em enuhi t uj uan perat uran dasarnya (doelm at ige) at au t elah t er j adi penyalahgunaan w ew enang (det ounam ent de pauvoir) .

Berdasarkan paparan di at as, m aka perbuat an hukum pem erint ah/ BPN dalam m elakukan pendaft aran t anah dan m enerbit kan sert ifikat sebagai suat u perbuat an hukum , unt uk m enim bulkan keadaan hukum baru dan m elahirkan hak- hak sert a kew aj iban- kew aj iban hukum baru t erhadap orang/ subj ek hukum t ert ent u, harus m em enuhi syarat - syarat t ersebut dan t idak boleh m engandung unsur kesalahan baik m enyangkut aspek t ek nis pendaft aran t anah m aupun aspek yuridisnya.

Kesalahan dalam hal ini, m enurut hukum adm inist rasi negara berim plikasi bagi penerbit an sert ifikat yang dapat berakibat bat al at au dapat dibat alkan. Apabila kesalahan it u m engandung unsur culpa at au dolus, m aka perbuat an t ersebut m engandung indikasi krim inal dan t erhadap pelakunya dapat dipidana. Oleh karena it u, perlu dirum uskan sanksi pidana dalam perat uran perundang- undangan pendaft aran t anah di I ndonesia.

24 Ut recht , “Pengant ar Adm inist rasi Negara I ndonesia” , ( Jakart a: Balai Buku I kht iar, 1963) , hal. 104 – 105.


(20)

Kesalahan dat a fisik m aupun dat a yuridis dalam pendaft aran t anah disebabkan karena adanya kelalaian (culpa) at au kesengaj aan (dolus) yang dilakukan oleh pihak- pihak yang berw enang m elakukan pendaft aran m aupun oleh pem ohon. Sikap perilaku yang m erugikan at au m em bahayakan t erm asuk sit uasi, kondisi yang m eliput i perbuat an t ersebut m em aksa kit a m enar ik kesim pulan bahwa sist em sanksi adm inist rasi negara kurang berm anfaat unt uk m enghalangi at au m encegah dilakukannya t indakan krim inal at au perbuat an m elaw an hukum . Maka kesalahan ini t idak cukup hanya dij at uhkan dengan sanksi adm inist rasi, t et api pat ut diberikan sank si pidana.

KRI M I N ALI SASI D ALAM PEN D AFTARAN TAN AH

Berdasarkan Pasal 52 UUPA Nom or 5 Tahun 1960 yang t elah m engam anat kan unt uk penegakan hukum dan bidang pendaft aran t anah dapat dikenakan sanksi pidana at as perbuat an- perbuat an t ert ent u. Sebagai perat uran pelaksanaan dari ket ent uan ini diat ur dalam Perat uran Pem erint ah Nom or 10 Tahun 1961 t ent ang Pendaft aran Tanah, m enggariskan kebij akan krim inalisasi yang dirum uskan dalam Pasal 42 sam pai Pasal 44. Kebij akan krim inalisasi dalam Per at ur an Pem erint ah Nom or 10 Tahun 1961 ini, dengan t egas dit ent ukan sanksi pidana t erhadap pelanggaran m engenai bat as- bat as dari suat u bidang t anah dinyat akan dengan t anda- t anda bat as m enurut ket ent uan yang dit et apkan oleh Ment eri Agraria dan pelanggaran at as pem buat an akt a t ent ang m em indahkan hak at as t anah, m em berikan suat u hak baru at as t anah, at au hak t anggungan t anpa dit unj uk oleh Ment eri Agraria dipidana dengan hukum an kurungan selam a- lam anya t iga ( 3) bulan dan/ at au denda sebanyak- banyaknya sepuluh ribu rupiah ( Rp 10.000,00) . Di sam ping it u j uga dilarang kepala desa m enguat kan perj anj ian m engenai t anah yang sudah dibukukan j ika:

a.

perm int aan it u t idak disert ai dengan sert ifikat t anah yang bersangkut an;

b.

t anah yang m enj adi obj ek perj anj ian t ernyat a m asih dalam perselisihan;

c.

t idak diser t ai surat - surat t anda pem bayar an biaya pendaft arannya. Pelanggaran t erhadap hal t ersebut , dipidana dengan hukum an kurungan selam a- lam anya t iga ( 3) bulan dan/ at au denda sebanyak- banyaknya sepuluh ribu rupiah ( Rp 10.000,00) .

Kebij akan krim inalisasi dalam Perat uran Pem erint ah Nom or 10 Tahun 1961 ini, t ernyat a t idak lagi dij um pai dalam Perat uran Pem erint ah Nom or 24 Tahun 1997, hal ini berart i kebij akan k r im in a lisa si dalam pendaft aran


(21)

t anah t elah berubah m enj adi de k r im in a lisa si at as perbuat an- perbuat an t ert ent u yang t elah dirum uskan sebagai t indak pidana di bidang pendaft aran t anah, t et api t elah berubah m enj adi pelanggaran yang bersifat adm inist rat if.

Kendat ipun Perat uran Pem erint ah Nom or 24 Tahun 1997 t idak m engat ur t ent ang sanksi pidana t erhadap pelanggaran yang t erj adi dalam pendaft aran t anah dan penerbit an sert ifikat , t et api t idak berart i kesalahan dalam pendaft aran t anah yang m enyangkut adanya unsur- unsur kelalaian, kesengaj aan, penipuan, dan paksaan dalam pem buat an dat a fisik dan dat a yuridis t idak bisa dij angkau oleh KUHP, t et api t erhadap m ereka dapat dij at uhkan sanksi pidana.

Hukum pidana adalah sarana at au alat yang dipergunakan oleh negara unt uk m enj aga keut uhan m asyarakat hukum . Unt uk it u, suat u kebij akan krim inal dalam art i luas dij alankan dan m elalui perum usan kebij akan t ersebut dipert im bangkan cara negara m endayagunakan norm a- norm a pelarangan sert a sanksi- sanksi pidana. Di sam ping it u, harus ada lat ar

belakang m aksud dan t uj uan at au aspek doelm at igheid, aspek keadilan

j uga harus diperhat ikan. Aspek keadilan (recht vaardigheid) sekarang ini lebih besar dibandingkan dengan aspek m aksud- t uj uan, m isalnya dalam pem bahasan asas- asas yang harus diperhat ikan hakim dalam m elakukan int erpret asi dan penerapan undang- undang, pem bahasan t ent ang asas nulla- poena/asas legalit as dan asas geen st raf zonder schuld.25

Tindak pidana di bidang pert anahan yang pada saat ini m erupakan kej ahat an baru, harus segera disikapi dengan cerm at karena m em punyai nilai ekonom i yang t inggi. Guna m enj am in kepast ian hukum di bidang penguasaan dan pem ilikan hak at as t anah, fakt or kepast ian let ak dan bat as set iap sebidang t anah t idak dapat diabaikan. Cukup banyak sengket a t anah yang t im bul sebagai akibat let ak dan bat as bidang- bidang t anah yang t idak benar. Karena it u m asalah pengukuran dan pem et aan sert a penyediaan pet a berskala besar unt uk keperluan m enyelenggarakan pendaft aran t anah m erupakan hal yang t idak boleh diabaikan dan m erupakan bagian yang pent ing, yang perlu m endapat perhat ian yang serius dan seksam a bukan hanya dalam rangka pengum pulan dat a penguasaan/ pem ilikan t anah dan penyim panan dat a t ersebut .

Fenom ena ini, dalam m asyarakat sering t erj adi sepert i pelanggaran dalam bidang pert anahan, m isalnya penerbit an sert ifikat m enim bulkan sengket a


(22)

t ent ang hak at as t anah yang t ercant um dalam sert ifikat dengan hak seseorang yang m enyat akan m em punyai hak at as t anah t ersebut . Begit u j uga t er j adi pelanggaran pem berian sert ifikat hak m ilik at as t anah dan hak guna usaha ( HGU) yang m enim bulkan perselisihan ant ara pem egang sert ifikat hak m ilik at as t anah di m ana di at as hak m ilik m ereka t elah diberikan pula hak guna usaha ( HGU) .

Dalam prakt ik, t erdapat kasus pem berian hak pengelolaan yang di at asnya t erdapat hak- hak t erdahulu berupa hak guna bangunan ( HGB) , hak m ilik, dan hak- hak lain yang belum dibebaskan oleh pem ohon hak pengelolaan dari pem egang hak- hak t ersebut . Perist iw a ini dapat m enim bulkan perkara pelanggaran hukum adm inist rasi negara, hukum perdat a, dan pelanggaran hukum pidana yang dapat m enim bulkan kerugian baik berupa m at eril m aupun m oril.26

Di sam ping it u, sering t erj adi di at as sat u per sil dit erbit kan dua sert ifikat yang berbeda, sehingga t erj adi sengket a di ant ara pem egang sert ifikat di at as sat u persil yang sam a. Secara fakt ual, perist iwa ini dapat m erugikan m asyarakat , apa lagi sert ifikat t ersebut t elah dij am inkan sebagai hak t anggungan, j ika t er nyat a sert ifikat it u t idak sah/ dibat alkan, m aka kredit or akan dirugikan. Sengket a ini secara yuridis akan m enim bulkan ket idakpast ian hukum dan dapat m enim bulkan kerugian ekonom i yang sangat besar bagi pem egang hak yang bersangkut an.

Cont oh lain perkara t anah eks HGU PTPN 2 yang t elah berakhir m asa berlakunya dan t idak diperpanj ang lagi oleh pem erint ah, t et api oleh Direksi PTPN 2 t anah t ersebut dialihkan kepada pihak lain. Perbuat an ini adalah m erupakan perbuat an yang m elaw an hukum , karena Direksi PTPN 2 t elah

m elanggar asas nem o plus yuris at au t elah m elakukan perbuat an yang

m elebihi haknya. PTPN 2 hanya berhak m engalihkan HGU sepanj ang hak it u m asih hidup. Jika HGU t elah berakhir, m aka t anah kem bali kepada negara at au dikuasai oleh negara. Perbuat an m engalihkan/ m enj ual t anah eks HGU t ersebut , adalah t erm asuk dom ain hukum pidana dan para pelakunya dapat dij at uhkan sanksi pidana.

Di sam ping it u ada indikasi perbuat an t indak pidana yang dilakukan oleh pem egang/ pem ohon hak dan para adm inist rasi negara yang berw enang unt uk m enerbit kan sert ifikat hak at as t anah t er sebut . At as dasar kenyat aan

26 Lihat , Perkara Hak Guna Bangunan No. 26 dan 27 Gelora, at as nam a PT. I NDOBUI LDCO dan Hak Pengelolaan No.1/ Gelora, at as nam a Sekret ariat Negara CQ. Badan Pengelola Gelora Senayan, yang sekarang lagi dalam pem eriksaan Tim t as Tipikor Kej aksaan Agung, Jakart a.


(23)

ini, perlu dilakukan penyidikan dengan penelit ian m endalam yang m enyangkut pelanggaran aspek hukum pidana, perdat a, m aupun adm inist rasi negara.

Paradigm a hukum pidana m odern m em berikan arahan, bahw a ket ent uan pidana dit uj ukan unt uk m engat ur dan m engendalikan t ert ib hukum dalam m asyarakat , di sam ping m enj am in dit egakkan rasa keadilan m asyarakat at as perbuat an orang per orang at au sekelom pok orang yang t elah m erusak at au m elanggarnya. Suat u t indak pidana harus m em enuhi unsur- unsur obj ekt if, yait u harus ada suat u perbuat an yang dirum uskan secara posit if dalam KUHP ( asas legalit as) yang t elah dilakukan oleh seseorang. Di sam ping it u harus m em enuhi unsur- unsur subj ekt if, yait u orang yang m elakukan perbuat an t ersebut harus dapat bert anggung j aw ab dalam art ian or ang t ersebut t idak sakit at au berubah akal/ gila, t idak dalam keadaan t erpaksa dan dalam keadaan darurat .

Asas legalit as yang dianut dalam KUHP t idak lagi berlaku secara dogm at is t et api dalam perkem bangannya t elah t erelim inasi oleh asas aj aran m elaw an hukum m at eril (m at eriel wederrecht elij kheid) yang m enyat akan bahw a suat u perbuat an sudah dapat dihukum apabila bert ent angan dengan hukum t ert ulis dan hukum t idak t ert ulis. Alasan- alasan unt uk m engecualikan hukum annya harus dicari berdasarkan ket ent uan hukum t ert ulis m aupun hukum t idak t ert ulis. Asas ini t elah m enim bulkan paradigm a baru dalam penerapan hukum pidana, dalam art i suat u kej ahat an at aupun pelanggaran m eskipun t idak diat ur t erlebih dahulu dalam undang- undang posit if, m asih dapat dilakukan penyidikan dan penunt ut an berdasarkan hukum yang t idak t ert ulis. Perbuat an m elaw an hukum dit afsirkan sebagai perbuat an yang bert ent angan dengan hukum t ert ulis m aupun hukum yang t idak t ert ulis. Hal ini berart i hukum diart ikan t idak hanya undang- undang sem at a, t et api m eliput i kaedah- kaedah t idak t ert ulis dan asas- asas hukum . Perbuat an m elaw an hukum dapat dit afsirkan sinonim dengan onrecht m at igedaad dalam Pasal 1365 KUH Perdat a.

Sekalipun unsur penipuan, m em buat ket erangan palsu, m em alsukan surat at au dokum en dan m elakukan perusakan pat ok t erhadap hak m ilik or ang lain hanya m enyent uh kepent ingan perorangan, nam un karena sekaligus m enyent uh at au m engganggu hak kebendaan m asyarakat dalam rangka pendaft aran t anah, m aka perbuat an it u t et ap digolongkan sebagai t indak pidana. Di lain pihak, beberapa t indakan dalam proses pendaft aran t anah yang m erugikan kepent ingan m asyarakat um um , diselesaikan m elalui hukum adm inist rasi ( selalu dianggap sebagai kesalahan prosedur) . Karena it u, t idak m ungkin unt uk m enunj uk suat u perbuat an dalam pendaft aran


(24)

t anah sebagai t indak krim inal, t anpa sekaligus m enunj uk pada relevansinya dalam kont eks hukum perdat a at au hukum adm inist rasi negara.

Suat u perbuat an yang bert ent angan dengan asas- asas hukum (onr echt

m at igedaad) adalah m eliput i m em buat sesuat u at au t idak m em buat sesuat u ( m elalaikan sesuat u) yang:

a.

m elanggar hak orang lain;

b.

bert ent angan dengan kew aj iban hukum (recht splicht) dari yang

m elakukan perbuat an it u;

c.

bert ent angan dengan kesusilaan m aupun asas- asas pergaulan

kem asyarakat an m engenai penghorm at an diri orang lain at au barang lain.27

Dalam penerapan hukum pidana, m enurut pendapat ahli hukum m engat akan bahw a unsur- unsur m elaw an hukum adalah unsur suat u delik, m aka unsur m elaw an hukum it u t et ap dianggap ada secara diam - diam , m eskipun unsur m elaw an hukum it u t idak dirum uskan secar a t egas dalam rum usan suat u delik.

Aj aran m elaw an hukum m at eril t ersebut adalah sudah m erupakan sat u keharusan dalam penerapan hukum pidana m odern. Aj aran ini t elah m elunakkan kekuat an dari Pasal 1 ayat ( 1) KUHP yang sudah t idak dapat kit a pert ahankan lagi secara konsekuen dalam er a dew asa ini. Asas ini dapat dit afsirkan berlaku dalam hukum pert anahan, m eskipun sanksi pidana t idak diat ur secara khusus dalam perat ur an perundang- undangan pert anahan, t idak berart i pihak kepolisian t idak dapat m elakukan penyidikan t erhadap pelanggaran dan kej ahat an dalam bidang huk um pert anahan.

Sesuai dengan paparan di at as, kebij akan dekrim inalisasi yang t erdapat dalam Perat uran Pem erint ah Nom or 24 Tahun 1997 t idak m enut up kem ungkinan bagi penyidik Polri unt uk m elakukan penyidikan t erhadap pelanggaran dan kej ahat an di bidang pert anahan. Penyidik Polri m asih dapat m em pergunakan Hukum Pidana Um um ( KUHP) sebagai dasar penyidikannya.

Kej ahat an at aupun pelanggaran pidana dalam hukum pert anahan, dapat berupa kej ahat an dan pelanggaran dalam pem buat an dat a fisik dan dat a yuridis, m isalnya per usakan pat ok t anda bat as t anah dan m engubahnya pada t em pat yang lain, m em berikan dat a palsu at au ket erangan palsu yang


(25)

berkait an dengan keberadaan t anah dan dilakukan oleh beberapa orang yang t erkait , sepert i kepala desa, lurah, not aris/ PPAT, cam at dan par a pet ugas adm inist rasi negara di Kant or BPN sert a orang yang m em ohon hak, m aka m ereka t ersebut dapat dikenakan sanksi pidana.

Terkait dengan pendapat di at as, di dalam KUHP dapat dit em ukan ket ent uan yang m am pu secara m inim alis m enj aring pelaku t indak pidana di bidang pendaft aran t anah, yait u ant ara lain dengan m enggunakan Pasal 406 ayat ( 1) j o Pasal 407 ayat ( 1) KUHP, pelanggar an t erhadap Pasal 265 KUHP t ent ang Pem alsuan Surat dan Pasal 55 KUHP t ent ang Penyert aan

(delnem ing) j o Pasal 385 KUHP t ent ang Perbuat an Curang (bedrog) .

Dengan ket ent uan pidana ini, m aka kebij akan kr im inalisasi dalam perat uran perundang- undangan bidang pert anahan t elah t erakom odasi. Tet api dalam proses penyidikan dan penegakan hukum nya m asih t er dapat kesulit an t eknis, sehingga sulit unt uk dilaksanakan karena harus pula dapat dibukt ikan bahw a perbuat an it u dilakukan dengan m em enuhi unsur kesalahan (schuld) .

Tanpa adanya kesalahan, seseorang t idak dapat dipidana (geen st raf zonder

schuld) asas ini m engandung art i, bahw a seseorang yang m elakukan

perist iw a pidana yang dapat dibukt ikan t anpa ada unsur kesalahan dalam dirinya, m aka ia dapat dibebaskan dalam segala dakw aan.

Dalam prakt ik pert anggungj aw aban pidana, senant iasa sangat dikait kan dengan perbuat an sengaj a (dolus) dan kelalaian (culpa) . Pem bukt ian adanya unsur kesengaj aan sangat diperlukan m isalnya t ent ang dat a- dat a fisik m aupun dat a yuridis dalam pendaft aran t anah, dicurigai adanya kesalahan t erhadap penent uan t ugu/ bat as pat ok yang m em enuhi syarat t eknis sesuai dengan perat uran perundang- undangan, karena di banyak daerah t ugu bat as/ pat ok adalah apa yang selam a ini diyakini m asyarakat secara alam iah baik it u berupa pohon, bat as t egalan sungai, dan sebagainya.

Maka dalam hal ini, penyidik Polr i harus proakt if m elakukan penelit ian/ invest igasi t ent ang bat as- bat as t anah yang sebenarnya sesuai dengan kenyat aan di lapangan. Dalam banyak kasus, dat a fisik t ernyat a t idak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan. Hal ini pat ut diduga, apakah ada kelalaian dan kesengaj aan dari aparat m em buat t ugu bat as/ pat ok dalam buku t anah yang bersangkut an. Di sam ping it u perlu dit elit i, apakah ada perbuat an m em indahkan bat as/ pat ok yang asli dan m enggant ikannya dengan pat ok lain yang t idak sesuai dengan ukuran


(26)

sem ula. Perbuat an it u dapat dikualifikasi sebagai perbuat an perusakan barang yang diancam dengan Pasal 406 dan Pasal 407 ayat ( 1) KUHP.

Kej ahat an ini m erupakan perbuat an sengaj a m elakukan perusakan at au pem indahan pat ok bat as yang bersangkut an oleh pem ohon hak at aupun oleh pet ugas BPN. Dalam hal ini, pat ut diduga adanya indikasi kolusi. Di sam ping it u, peran kepala desa at aupun lurah sangat m enent ukan dalam hal pem buat an surat ket erangan t idak adanya silang sengket a, yang kem udian dikuat kan dengan Surat Ket erangan Cam at set em pat t erhadap t anah yang bersangkut an. Tidak m ust ahil hal ini dapat t erj adi karena adanya kepent ingan berbagai pihak yang t erkait dengan pendaft aran t anah dan penerbit an sert ifikat at as t anah. Perbuat an t ersebut dapat dikualifikasikan sebagai t indak pidana m em berikan ket erangan palsu/ pem alsuan dokum en, yang dilakukan dengan penyert aan/ t urut sert a

(deelnem iing) , perbuat an m ana diancam dengan Pasal 263, 264 j o Pasal 55

KUHP.

Penyidik Polri perlu m enent ukan apakah perbuat an penyert aan/ t urut sert a

(deelnem ing) , apakah t erm asuk t urut sert a yang berdiri sendiri (zelf

st anding deelnem ers) at au t erm asuk t urut sert a yang assesoir (accessoir e

deelnem ers) . Penent uan ini adalah unt uk m enent ukan pert anggungj aw aban

pelaku, apakah pelaku it u m asing- m asing berdiri sendiri, dengan kualit as perbuat an yang berbeda dan hukum an yang berbeda bagi m asing- m asing pelaku. At au apakah perbuat an it u dilakukan ant ara pelaku dengan pelaku lainnya, saling berhubungan sat u sam a lain dalam art i perbuat an yang sat u dianggap ada j ika adanya perbuat an dari pelak u yang lain, sehingga pert anggungj aw aban pelaku dinilai sam a dan dij at uhi hukum an yang sam a. Para pet ugas BPN sebagai inst ansi yang berw enang, dalam hal penerbit an sert ifikat hak- hak at as t anah, perlu t erlebih dahulu m em eriksa rekam an dat a fisik dan dat a yuridis dalam buku t anah, supaya penerbit an sert ifikat t idak t um pang t indih at au t erdapat 2 ( dua) sert ifikat at au lebih di at as 1 ( sat u) bidang t anah. Kem ungkinan j uga bisa t erj adi di at as t anah dengan sert ifikat hak m ilik dikeluarkan pula hak guna usaha ( HGU) . Apabila ada pihak yang m erasa dirugikan dan m engadukan m asalahnya ke pihak kepolisian, m aka pihak Polri harus m elakukan invest igasi t ent ang proses, prosedur dan j ika perlu at as kew enangannya dapat m elihat buku t anah yang bersangkut an, berdasarkan Pasal 131 dan Pasal 132 KUHAP.

Dalam rangka penyidikan kasus t ersebut , pihak Polri dapat m em pergunakan Hukum Pidana Um um , bahkan t idak m enut up kem ungkinan m enggunakan


(27)

Undang- Undang Tindak Pidana Korupsi, apabila rangkaian perbuat an yang dilakukan oleh para pej abat t erkait at au m asyarakat , yang bert uj uan m em perkaya diri sendiri at au orang lain dan m erugikan keuangan negara. Pem bukt ian yang m enyangkut perist iw a pidana t ersebut dapat dilakukan sesuai dengan Pasal 164 HI R/ Pasal 184 KUHAP yang dim ulai dari bukt i t ulisan, kesaksian, persangkaan, pengakuan, dan sum pah yang dapat diam bil dari dokum en para saksi m aupun t ersangka dalam kasus t ersebut . Di ant ara bukt i t ersebut , yang paling dom inan diperhat ikan adalah bukt i t ert ulis baik dalam akt a aut ent ik m aupun dalam bukt i t ulisan lainnya.

PEN UTUP

Sesuai dengan paparan di at as, m aka kebij akan krim inalisasi dalam perat uran perundang- undangan pendaft aran hak at as t anah di I ndonesia perlu dirum uskan. Kasus t indak pidana dalam hukum pert anahan, secara m at eril adalah sesuai dengan aj aran hukum pidana yang m enganut asas m elaw an hukum m at eril, dalam art i bahw a perbuat an pidana t idak hany a m erupakan perbuat an yang bert ent angan dengan undang- undang t ert ulis saj a, t et api t erm asuk j uga perbuat an yang bert ent angan dengan hukum t idak t ert ulis. Alasan pengecualian hukum an dari perbuat an t ersebut , harus dicari j uga berdasarkan hukum t ert ulis dan hukum t idak t ert ulis.

Dengan berlakunya aj aran m elaw an hukum m at eril, m aka ket ent uan Pasal 1 ayat ( 1) KUHP t elah berlaku negat if, yait u asas legalit as yang m enent ukan bahw a seseorang t idak dapat dihukum kecuali undang- undang m engat urnya t erlebih dahulu, ket ent uan ini t elah t erelim inasi dengan berlakunya asas m elaw an hukum m at eril.

Sifat m elaw an hukum dari sat u perbuat an, dianggap ada secara diam - diam m eskipun t idak dengan t egas dirum uskan dalam delik pidana. Unt uk m em bukt ikan adanya sikap m elaw an hukum , dapat dipakai asas perbuat an

m elaw an hukum onrecht m at igedaad yang berlaku dalam Pasal 1365 KUH

Perdat a, yait u perbuat an m elaw an hukum dapat dit afsirkan sebagai m em buat sesuat u at au m elalaikan sesuat u yang ( a) m elanggar hak orang lain, ( b) bert ent angan dengan kew aj iban hukum (r echt splicht) dari yang m elakukan perbuat an it u, ( c) bert ent angan dengan baik kesusilaan m aupun asas- asas pergaulan kem asyarakat an m engenai penghorm at an diri orang lain at au barang orang lain.

Meskipun kebij akan krim inalisasi t idak ada dalam perundang- undangan pert anahan, khususnya dalam pendaft aran t anah, nam un t erhadap


(28)

kej ahat an dan pelanggaran dalam pendaft aran dan penerbit an sert ifikat t anah, pihak Polri dapat m elakukan penyidikan dengan KUHP at au pidana um um .

UCAPAN TERI M A KASI H

Bapak Rekt or, Bapak Dekan, Anggot a Senat Akadem ik, Anggot a Dew an Guru Besar Univer sit as Sum at era Ut ara, sert a hadirin yang saya horm at i. Sebelum m engakhiri pidat o pengukuhan ini, t ak hent i- hent inya saya m engucapkan puj i syukur ke hadirat Allah SWT at as rahm at , karunia, dan hidayah- Nya saya m endapat kesem pat an dan kepercayaan unt uk dikukuhkan sebagai Guru Besar Tet ap dalam Bidang I lm u Hukum Agraria, Fakult as Hukum , Univer sit as Sum at er a Ut ara. Sem oga Allah SWT selalu m em berikan pet unj uk- Nya dalam m elangkah j alan kehidupan. Selaw at beriring salam disam paikan kepada j unj ungan kit a Nabi Muham m ad SAW. Sebagai penghargaan yang t ert inggi, rasanya t idak berlebihan j ika t erlebih dahulu saya m engucapkan t erim a kasih yang sedalam - dalam nya kepada Ayahanda alm . H. Kaloruddin dan I bunda t ercint a alm h. Hj . Sit i Derm aw an. Berkat doa dan didikan m ereka dari buaian sam pai saya dapat m enam at kan pendidikan dim ulai dari sekolah dasar sam pai j enj ang S3 dan hari ini saya dikukuhkan sebagai Guru Besar Tet ap dalam Bidang I lm u Hukum Agraria. Ada kesedihan yang t ak t er kat akan kar ena ket idakhadiran m er eka ber sam a kit a pada hari yang berbahagia ini, karena m ereka t elah lebih dulu m engukuhkan dirinya di hadapan Allah SWT. Tet api saya dapat m erasakan dari lubuk hat i yang paling dalam seolah- olah m ereka hadir bersam a kit a dan t urut bergem bira, karena apa yang dicit akan m ereka sebagai orang t ua kiranya sebahagian t elah t ercapai pada hari ini. Sem oga Allah SWT m engam punkan dosa- dosa kedua orang t ua saya dan m enem pat kan m ereka di t em pat yang t er baik di sisi- Nya, Am in.

Saya sangat m enghorm at i dan bangga t erhadap alm arhum ayahanda t ercint a, m eskipun beliau hanya berpendidikan sam pai sekolah dasar, t et api beliau t elah berhasil m endidik dan m em bim bing kam i dan m enum buhkan m ot ivasi agar seluruh anak- anaknya belaj ar sam pai ke perguruan t inggi. Masih segar dalam ingat an saya, beliau selalu m engat akan; “ Sekolahlah kam u agar t idak sepert i saya dan kam u harus berhasil sepert i kakak- kakakm u, supaya di hari

depan kam u t idak bergantung kepada saudara- saudaram u.” Kat a- kat a ini


(29)

ini m em ot ivasi saya unt uk belaj ar sesuai dengan yang dicit a- cit akan beliau. Selanj utnya ucapan t erim a kasih j uga saya sam paikan kepada m ert ua saya Bapak alm . H. Auzar Ham zah dan I bu Hj . Syarifah Lubis yang j uga t elah banyak berj asa dalam m em beri bim bingan pada kam i sekeluarga agar hidup rukun dalam rum ah tangga. Kepada m ereka saya panj at kan doa agar Allah SWT m em balas sem ua am al baik m ereka.

Penghargaan dan ucapan t erim a kasih yang t ulus saya sam paikan kepada Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A( K) , selaku Rekt or Univer sit as Sum at era Ut ara m aupun secara pribadi yang t elah banyak berj asa dalam perj alanan st udi m aupun karier saya di Universit as Sum at era Ut ara dan m endorong saya unt uk m engikut i perkuliahan S3 sam pai ke j enj ang Guru Besar yang acara pengukuhannya diselenggarakan pada hari ini. Sem oga Allah SWT t et ap m em berikan pet unj uk dan kem udahan kepada Bapak dalam m em im pin keluarga dan Universit as Sum at era Ut ara yang kit a cint ai. Ucapan t erim a kasih j uga saya t uj ukan kepada Bapak/ I bu Anggot a Senat Akadem ik, Dew an Guru Besar Universit as Sum at era Ut ara, Tim Penilai Kenaikan Pangkat Universit as Sum at era Ut ara, yang t elah m em berikan perset uj uan dan kepercayaannya unt uk m engusulkan saya sebagai Guru Besar.

Kepada Prof. Erm an Raj agukguk, S.H., LLM., Ph.D. yang m em punyai peranan sent ral m enj adikan saya sebagai dokt or ilm u hukum dengan cara beliau m endidik t egas, lugas, dan dengan penuh kom it m en t erhadap w akt u t anpa kom prom i, sehingga m em aksa saya unt uk berperilaku dalam belaj ar sesuai dengan caranya. Tanpa kedisiplinan sepert i yang digariskan beliau rasanya t idak m ungkin saya dapat m enyelesaikan st udi dan m enj adi Guru Besar sepert i sekarang ini. Ucapan t erim a kasih yang t ulus saya hat urkan kepada beliau, sem oga beliau t et ap dilim pahkan rahm at dan kesehat an oleh Allah SWT sert a t et ap bersedia m em bim bing dan m enj adi t em an diskusi saya dalam m enit i karier di m asa depan.

Selanj ut nya ucapan t erim a kasih j uga saya sam paikan kepada para m ant an dekan pada per iode ket ika saya m ahasisw a sam pai saya m enj adi st af pengaj ar Fakult as Hukum USU yait u Prof. Dr. Bacht iar Agus Salim , S.H., Am ru Daulay, S.H., Prof. M. Abduh, S.H., Prof. Sanw ani Nasut ion, S.H., O.K Chairuddin, S.H., Prof. Rehngena Purba, S.H., M.S. dan Hasnil Basri Siregar , S.H. Kepada Bapak Dekan Fakult as Hukum USU, Bapak Prof. Dr. Runt ung, S.H., M.Hum . dan para Pem bant u Dekan, rekan- rekan st af pengaj ar besert a seluruh pegawai di lingkungan Fakult as Hukum USU yang t elah banyak m em bant u selam a ini.


(30)

Tak lupa j uga saya ucapk an t erim a kasih kepada alm . Prof. Mr . T. Dzulkarnain yang m endidik saya unt uk m endalam i hukum pidana, alm . Prof. Mr. Mahadi yang m engaj arkan kepada saya filsafat hukum , alm . Prof. Mr. Ani Abbas Manopo yang m endidik saya unt uk m endalam i hukum perburuhan, alm . Pr of. Dr. A.P. Parlindungan, S.H. yang m endidik saya dalam m endalam i hukum agraria, alm . Prof. Dr. Bacht iar Agus Salim , yang t elah m endidik saya unt uk m endalam i hukum pidana, Prof. M. Solly Lubis, S.H. yang m engaj arkan saya hukum t at a negara, I bu Prof. Dr. Mariam Darus, S.H. Mereka t elah berj asa dalam pengem bangan Fakult as Hukum Universit as Sum at era Ut ara, nam a besar m ereka t elah m enem pat kan Fakult as Hukum USU sej aj ar dengan fakult as hukum t ernam a di seluruh I ndonesia. Prest asi m ereka pat ut dihorm at i dan dibanggakan. Begit u j uga saya ucapkan t erim a kasih kepada alm . Hat unggal Siregar, S.H., alm . Prof. Dr. Must afa Siregar, S.H., alm , Prof. Dr. Arifin Siregar, S.H. yang j uga t idak bisa dilupakan j asa m ereka. Sem oga am anah dan kepercayaan yang diberikan kepada saya dapat saya em ban dan m em berikannya kem bali kepada anak didik dengan harapan suat u saat m ereka akan m em peroleh kepercayaan sebagai Guru Besar pula.

Ucapan t erim a kasih disam paikan j uga kepada Prof. T. Syam sul Bahri, S.H., I bu Prof. Warsani, S.H., Prof M. Daud, S.H., Prof. Syam sul Arifin, S.H., M.H., Prof. Sulaim an Ham id, S.H., Prof. Dr. Ediw arm an, S.H., M.Hum ., Prof. Dr. Alvi Syahrin, S.H., M.S., Prof. Dr. Bism ar Siregar, S.H., M.H., Prof. Dr. Suhaidi, S.H., M.H., dan rekan- rekan saya yang sam a- sam a dikukuhkan pada hari ini, Prof. Dr. Ningrum Nat asha Sirait , S.H., MLI , Prof. Dr. Muh. Yam in S.H., M.S., dan Prof. Dr. Tan Kam ello, S.H., M.S., di m ana m ereka t elah banyak m em berikan ilm u dan m endorong saya dalam m enapak j enj ang akadem is sam pai dipercayakan sebagai Guru Besar Tet ap di Fakult as Hukum USU.

Khusus kepada Bapak Prof. Chainur Arrasyid, S.H. sebagai Guru Besar Hukum Pidana saya ucapkan t erim a kasih karena beliau yang pert am a sekali m em baw a saya unt uk m engabdi sebagai dosen di Fakult as Hukum USU, dim ulai m enj adi asist en beliau dalam m at a kuliah pengant ar ilm u hukum um um , pengant ar ilm u hukum I ndonesia, dan m em baw a saya m engabdi di depart em en hukum pidana sej ak t ahun 1980 sam pai sekarang dalam m at a kuliah hukum pidana lanj ut an, kapit a selekt a hukum pidana, hukum acara pidana, dan psikologi krim inil. Bim bingan dan arahan beliau yang t anpa pam rih selam a ini t elah m enj adikan saya sepert i sekar ang ini. Tidak dapat saya pungkir i bahwa karena beliaulah saya m enj adi Dosen


(31)

Fakult as Hukum dan karena it u pulalah saya sekarang ini m enj adi Guru Besar Tet ap Fakult as Hukum Universit as Sum at era Ut ara.

Dalam perj alanan karier saya di sam ping Prof. Chainur Arrasyid, S.H., t ak lupa saya m engucapkan penghargaan dan t erim a kasih kepada Bapak Prof. M. Abduh, S.H. sebagai Guru Besar Hukum Adm inist rasi Negara dan m ant an Ket ua Depart em en Hukum Adm inist rasi Negara, beliau sebagai guru dan t em an diskusi yang banyak m em berikan pandangan dan arahan bahw a

keberadaan hukum pidana bukan hanya unt uk dirinya sendiri t et api hukum

pidana banyak m enyent uh bidang hukum adm inist rasi negara dan

dipergunakan sebagai ult im um rem edium ” dalam upaya penegakan hukum

unt uk m enj am in keadilan dalam m asyarakat . Pem ikiran ini m em baw a saya t ert arik unt uk m endalam i hukum agraria. Karena dalam prakt ik penerapan hukum agraria banyak m em baw a konflik yang m engarah kepada perbuat an krim inal. Oleh sebab it u pula dalam pendidikan S2 dan S3 saya berkonsent rasi dalam bidang ilm u hukum agraria dan akhirnya saya bergabung ke dalam Depart em en Hukum Adm inist rasi Negara, hingga pada hari ini saya dikukuhkan sebagai Guru Besar Tet ap dalam Bidang I lm u Hukum Agraria di Fakult as Hukum Univer sit as Sum at era Ut ara.

Terim a kasih j uga saya ucapkan kepada rekan saya Dr. Pendast aren Tarigan, S.H., M.S., selaku Ket ua Depart em en Hukum Adm inist rasi Negara dan Abul Khair, S.H., M.Hum . selaku Ket ua Depart em en Hukum Pidana dan seluruh rekan- rekan yang t ergabung dalam dua depart em en t ersebut yang t idak dapat saya sebut kan nam anya sat u per sat u. Meskipun saat ini saya dikukuhkan sebagai Guru Besar Tet ap dalam Bidang Hukum Agraria, nam un di dalam dua depart em en inilah saya dibesarkan dan m engabdikan ilm u sert a m encurahkan ilm u saya kepada anak didik dan saya berharap karier saya ke depan t et ap bernuansa dalam dua depart em en ini.

Berkat doa dan rahm at sert a rida Allah SWT saya sangat beruntung, sebagai anak kesepuluh dari em pat belas orang bersaudara kandung, di hari yang bahagia ini saya dikukuhkan sebagai Guru Besar. Berunt ung pulalah saya m em iliki kakanda, Drs. H. Dj am aluddin Kalo, sarj ana ekonom i dari I KI P, Malang. Sebagai kakak t ert ua t elah m em otivasi kam i unt uk m engikut i j ej ak beliau unt uk m enj adi sarj ana, langkah t ersebut kem udian disusul oleh kakak saya Drs, H. Zakiruddin Kalo ( alm .), sarj ana ekonom i dari Universit as Sum at era Ut ara, kakanda I r. H. Husni Tham rin Kalo, M.S. dari I nst itut Pert anian Bogor, kakanda H. Syahril Kalo ( alm .) ahli pem bukuan, pendidikan Bon A Bon B, kem udian disusul oleh adik saya Drs. Eziddin Kalo, sarj ana sosial polit ik dari Universit as Gadj ah Mada, dan sat u orang saudara perem puan saya Hj . Kart ini Kalo m encapai gelar sarj ana m uda bahasa I nggris dari I KI P Medan


(1)

12. Pesert a akt if Sosialisasi Rancangan Undang- Undang t ent ang Pem berant asan Tindak Pidana Pencucian Uang di Medan, t ahun 2000.

13. Lokakarya Pengelolaan Perusahaan ( Corporat e Governance) Medan, 27 Juni 2000.

14. Pesert a akt if “ Sem inar Nasional Narkoba di Era Millenium ke- 3” , di Convent ion Hall Tiara Hot el, Medan, pada t anggal 9 Okt ober 2000. 15. Lokakarya Rancangan Undang- Undang Yayasan Medan, 4

Novem ber 2000.

16. Sebagai pesert a pada “ Sosialisasi Rancangan Undang- Undang t ent ang Pem berant asan Tindak Pidana Pencucian Uang” Medan, 6 Novem ber 2000.

17. Pesert a akt if pada Sem inar Nasional Hak At as Kekayaan I nt elekt ual ( HaKI ) “ Peningkat an Hasil Karya HaKI sebagai Aset Perguruan Tinggi dan Dunia Usaha/ I ndust ri sert a Upaya Perlindungan Hukum ” , 23 Novem ber 2000, Deli Room , Hot el Danau Toba I nt ernasional, Medan.

18. Pesert a akt if dalam Diskusi Sehari m engenai “ Rancangan Undang-Undang Om budsm an Nasional” , diselenggarakan oleh Kom isi Om budsm an Nasional, Medan, 6 Desem ber 2000.

19. Lokakarya Rancangan Undang- Undang Pasar Modal Medan, 5 Mei 2001.

20. Lokakarya Mengenai Transpar ansi dan Pengelolaan Perusahaan yang Baik (Good Corporat e Governance) unt uk Pengem bangan BUMN Medan, 4 Mei 2001.

21. Sebagai pesert a pada “ Sem inar Sosialisasi Undang- Undang No. 16 Tahun 2001 t ent ang Yayasan” Medan, 22 Juni 2002.

22. Sebagai pesert a pada Dialog I nt erakt if “ Beberapa Ham bat an dalam Pem berant asan Korupsi di I ndonesia” , Balai Reasa Sayang – Hot el Polonia, Medan, 7 Okt ober 2003.

23. Sebagai pesert a pada Rapat Kerj a Terbat as t ent ang “ Sist em Pengelolaan TKI Secara Terpadu Melalui Pendekat an Manusia sebagai Modal ( Hum an Capit al) dalam Rangka Penanggulangan Masalah Ket enagakerj aan dan Pengangguran” Medan, 22 – 24 Februari 2006.


(2)

K. KEGI ATAN SEBAGAI PEM BI CARA ( PEN CERAM AH ) / TEN AGA I N STRUKTUR

1. Sebagai Pem bicara pada Sem inar Sehari Undang- Undang Perbandingan Malaysia – I ndonesia yang m em baw akan m akalah dengan j udul: “ Sist em Pendaft aran Tanah di I ndonesia” , 8 Juni 2004.

2. Sebagai Saksi Ahli at as Perm int aan Kapoldasu t ent ang Perkara Asuransi Dw iguna dengan I ndeks Secara Kum pulan, 2 Juli 2004. 3. Sebagai Tenaga Pengaj ar Bim bingan Teknis Penyuluhan Hukum

yang diselenggarakan oleh Kant or Wilayah Depart em en Kehakim an dan HAM Sum at era Ut ara, dengan t em a: “ Psikologi Massa” yang m em baw akan m akalah dengan j udul: “ Pendekat an Psikologi Massa dalam Rangka Penyuluhan Hukum ” , 28 – 31 Juli 2004.

4. Sebagai Narasum ber pada Pelat ihan Penyidik Polri di Bidang Pert anahan yang m em baw akan m akalah dengan j udul: “ Legalisasi Alas Hak At as Tanah yang Dim iliki oleh Masyarakat , Sw ast a, I nst ansi” , 29 – 30 Juli 2004.

5. Sebagai I nst rukt ur pada Pelat ihan Pert anahan di Polda Sum ut dengan j udul m akalah: “ Krim inalisasi dalam Kebij akan Pert anahan Mengenai Sert ifikat Hak- Hak At as Tanah Menurut UUPA Nom or 5 Tahun 1960” dan ” Legalisasi Alas Hak At as Tanah yang Dim iliki oleh Masyarakat , Sw ast a, I nst ansi” , 12 Agust us 2004.

6. Sebagai Pem bicara pada Sem inar Sehar i Pengelolaan Sam pah dan Lim bah Dom est ik di Kabupat en Asahan yang m em baw akan m akalah dengan j udul: “ Meningkat kan Kesadaran Hukum Masyarakat dalam Pengelolaan Sam pah” , 26 Agust us 2004.

7. Sebagai Moderat or pada “ Rakornis Penat aan Kelem bagaan dan Pengem bangan Produk Hukum Daerah di Bidang Lingkungan Hidup” Medan, 30 Novem ber 2004.

8. Sebagai Pem bicara pada Pelat ihan Diklat Fungsional Pengaw asan Lingkungan Hidup dengan j udul: “ Penegakan Hukum Lingkungan” , 17 – 22 Desem ber 2004.

9. Sebagai Pem bicara pada Sosialisasi Prosedur Penegakan hukum Lingkungan Hidup yang diselenggarakan oleh Bapedaldasu yang m em baw akan m akalah dengan j udul: “ Penegakan Hukum Pidana Lingkungan, pada t anggal 21 – 22 Sept em ber 2005, di Hot el Danau Toba I nt ernat ional, Medan.

10. Sebagai Moderat or pada “ Rakornis Penat aan Kelem bagaan ( I nst it usi) Lingkungan Hidup Daerah” , yang diselenggarakan dari t anggal 28 s.d. 29 Sept em ber 2005, di Hot el Dharm a Deli, Medan.


(3)

11. Sebagai Pem bicara pada Dialog/ Eksam inasi Publik dengan t em a “ Pem ant auan I nt egrit as Jaksa dan Eksam inasi Produk Penunt ut an sebagai Upaya Peningkat an Kinerj a Kej aksaan Republik I ndonesia” , yang m em baw akan m akalah dengan j udul: “ Analisis Krit is At as Dakwaan dan Put usan Per kara No. 586/ Pid.B/ 2005/ PN. Mdn Terdakw a Suher m an Gat ot alias Asiong Go” , 4 Okt ober 2005. 12. Sebagai Pem bicara pada “ Sem inar Sehari Masalah Pert anahan

dengan Tem a: Revit alisasi Penggunaan Tanah dan Redevenisi Hak Hak At as Tanah sebagai Solusi Perm asalahan Tanah di Sum at era Ut ara” , yang m em baw akan m akalah dengan j udul: “ Redefenisi Hak- Hak At as Tanah sebagai Solusi Perm asalahan Tanah di Sum at era Ut ara” , pada t anggal 17 Okt ober 2005, di Hot el Garuda Plaza, Medan.

13. Sebagai Pem bicara pada Diskusi Terbuka Bedah Kasus Dugaan Tindak Pidana Korupsi dalam Perset uj uan Pem berian Kredit Bridging Loan PT. Bank Mandiri ( Persero) Tbk. Kepada PT. Cipt a Graha Nusant ara yang m em baw akan m akalah dengan j udul: “ Analisa Hukum t erhadap Surat Dakw aan Nom or. Reg. Perkara: PDS 08/ JKT.SL/ Ft .1/ 09/ 2005 at as nam a t erdakw a: 1. Edw ard Cornelis William Neloe, 2. I Wayan Pugeg, 3. M. Sholeh Taspiran S.E., M.M.” , Kam is, 24 Novem ber 2005, di Ruang Senat Fakult as Hukum USU, Medan.

14. Sebagai Pem bicara pada Dialog I nt erakt if ( Workshop) Penegakan Hukum Lingkungan yang m em baw akan m akalah dengan j udul: “ Penegakan Hukum Pidana Lingkungan” , 8 Desem ber 2005.

15. Sebagai Pem bicara pada Sem inar t ent ang “ Kej ahat an t erhadap Mat a Uang dan Upaya Penegakannya Hukum nya di Wilayah Sum at era Ut ara” , yang m em baw akan m akalah dengan j udul: “ Kej ahat an t erhadap Mat a Uang dan Upaya Penegakan Hukum nya dalam Perspekt if Yuridis Norm at if” , Kerj asam a Bank I ndonesia dengan Fakult as Hukum USU, Ruang I MT- GT Lt .I I Gd. BPA USU Medan, Sabt u, 14 Januari 2006.

16. Sebagai Pem bicara pada Sem inar Nasional Kej ahat an t erhadap Mat a Uang dan Cir i- Ciri Keaslian Uang Rupiah yang m em baw akan m akalah dengan j udul “ Kej ahat an Mat a Uang dalam Perspekt if Yuridis Nor m at if” Sem arang, 1 – 2 Maret 2006.

17. Sebagai Pem bicara pada “ Sem iloka Kej ahat an t erhadap Mat a Uang dan Ciri- Ciri Keaslian Uang Rupiah” , Sem arang, 1 dan 2 Mar et 2006.


(4)

18. Sebagai Moderat or dalam acara “ Sosialisasi Penegakan Hukum Lingkungan dan Launching Pos Pengaduan Kasus Lingkungan/ LPJP2SLH Provinsi Sum at era Ut ara” , yang diselenggarakan pada t anggal 8 Maret 2006 di Hot el Dharm a Deli, Medan.

19. Sebagai Ket ua Pelaksana pada “ Sem inar Sinergi Mem bangun Rezim Ant i Pencucian Uang yang Efek t if di I ndonesia” , kerj asam a PPATK dengan Perguruan Tinggi, Pem da/ DPRD diselenggarakan di Universit as Sum at era Ut ara, Medan, 7 Juni 2006.

20. Sebagai Pem bicara pada “ Rapat Kerj a Terbat as Dew an Ket ahanan Nasional” , pada t anggal 9 Agust us – 11 Agust us 2006, ber t em pat di Hot el Shaid, Jl. Sam Rat ulangi No. 33 Makassar, dengan j udul m akalah: “ Penegakan Hukum yang Menj am in Kepast ian Huk um dan Rasa Keadilan Masyarakat , Suat u Sum bangan Pem ikiran” .

L. KARYA TULI S

1. Buku: “ Pengadaan Tanah Unt uk Kepent ingan Um um ” .

2. Buku: “ Kapit a Selekt a Hukum Pert anahan: St udi t ent ang Perkebunan di Sum at era Tim ur” .

3. “ Perspekt if I lm u Hukum ” , 2002.

4. “ Perkem bangan dan Pem bangunan Hukum di I ndonesia” , 2002. 5. “ Di Baw ah Cengkeram an Kapit alism e: Konflik St at us Tanah

Jaluran Ant ara Ondernem ing dan Rakyat Penunggu di Sum at era Tim ur Jam an Kolonial” , 2004.

6. “ Pengadaan Tanah unt uk Kepent ingan Um um ” , 2004.

7. “ Ant ara Cam buk dan Tem bakau: Eksploit asi Agraria di Sum at era Ut ara Jam an Kolonial” , 2004.

8. “ Pencet us Tim bulnya Sengket a Pert anahan Ant ara Masyarakat Versus Perkebunan di Sum at era Tim ur dari Zam an Kolonial Sam pai Reform asi” , 2004.

9. “ Perbedaan Persepsi Mengenai Penguasaan Tanah dan Akibat nya t erhadap Masyarakat Pet ani di Sum at era Tim ur pada Masa Kolonial yang Berlanj ut pada Masa Kem erdekaan, Orde Baru, dan Reform asi” , 2004.

10. “ Reform asi Perat uran dan Kebij akan Pengadaan Tanah unt uk Kepent ingan Um um ” , 2004.

11. “ Teori dan Penem uan Hukum ” , 2004.

12. Legalisasi Alas Hak At as Tanah yang Dim iliki Oleh Masyarak at , Sw ast a, I nst ansi, Jurnal Keadilan, Vol. 4. No. 3, Tahun 2005/ 2006.


(5)

13. Krim inalisasi dalam Kebij akan Pert anahan Mengenai Pem berian Sert ifikat Hak- Hak At as Tanah Menurut UUPA Nom or 5 Tahun 1960, Jurnal Keadilan, Vol. 4. No. 3, Tahun 2005/ 2006.

M . PEN ULI SAN ARTI KEL KORAN

1. “ Binj ai Layak Jadi Kot a Pem ukim an dan Pendidikan” Harian Medan Bisnis, 28 Desem ber 2004.

2. “ Masyarakat Perlu Belaj ar Dem okrasi Secara Benar” Harian Medan Bisnis, 10 Januari 2005.

3. “ Masalah Tanah Harus Diselesaikan Secara Menyeluruh” Harian Medan Bisnis, 28 Januari 2005.

4. “ Binj ai Per lu Mem iliki Kawasan I ndust ri Terpadu” Harian Medan Bisnis, 7 Februari 2005.

5. “ Pem erint ah Perlu Reform asi UUPA” Harian Medan Bisnis, 12 Februari 2005.

6. “ Sengket a Tanah di Areal Perkebunan di Sum ut ” Harian Medan Bisnis, 18 Februari 2005.

7. “ Gant i Rugi dalam Pem bebasan Hak Tanah” Harian Medan Bisnis, 18 Maret 2005.

8. “ Sengket a Tanah di Perkebunan” Harian Analisa, 5 April 2005

9. “ Reform asi Perat uran dan Kebij akan Pengadaan Tanah unt uk Kepent ingan Um um ” Jurnal Hukum Bisnis Volum e 24 No. 1- Tahun 2005.

N . PEN GABD I AN M ASYARAKAT

1. Tahun 1980 – 1985: Sebagai Law yer dan Kepala Sekret ariat Yayasan Lem baga Bant uan Hukum I ndonesia ( YLBHI ) cabang Sum at era Ut ara.

2. Tahun 1995 – 2000: Sebagai Ket ua Lem baga Bant uan Hukum Persat uan Guru Republik I ndonesia ( PGRI ) berdasarkan Surat Keput usan Pengurus Besar PGRI Nom or: 901/ SK/ PB/ XVI I / / 2004 t ent ang Pengangkat an Pengurus LPPH PGRI Daerah Tingkat I Sum at era Ut ara.

3. Sebagai Ket ua Korps Pegaw ai Republik I ndonesia ( Korpri) Fakult as Hukum USU Medan.

4. Tahun 2004: Sebagai St af Ahli Lingkungan Hidup pada Bapedalda Sum at era Ut ara berdasarkan Keput usan Gubernur Sum at era Ut ara


(6)

Nom or: 821.1851.K/ 2004 t ent ang Pengangkat an Tim Tenaga Ahli Lingkungan Hidup Bapedalda Provinsi Sum at era Ut ara.

5. Tahun 2004: Sebagai St af Ahli Bidang Hukum pada Bapedalda Sum at era Ut ara berdasarkan Keput usan Gubernur Sum at era Ut ara Nom or: 593.05/ 1992 t ent ang Pem bent ukan Tim I ndependen Penelit ian Masalah Tanah Eks HGU PTPN I I Di Provinsi Sum at er a Ut ara.

6. Tahun 2004: Sebagai Ket ua Tim Kerj a Revisi Perda No. 1 Tahun 1990 t ent ang Penat aan Kaw asan Danau Toba berdasarkan Keput usan Kepala Badan Pengendalian Dam pak Lingkungan Daerah Provinsi Sum at era Ut ara Nom or: 451/ BPDL- SU/ 2004 t ent ang Pem bent ukan Tim Kerj a Revisi Perda No. 1 Tahun 1990 t ent ang Penat aan Kaw asan Danau Toba.

7. Tahun 2004: Sebagai Pengarah Tim Pem berdayaan Pej abat Pengaw as Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sum at era Ut ara berdasarkan Keput usan Kepala Badan Pengendalian Dam pak Lingkungan Daerah Provinsi Sum at era Ut ara Nom or: 449/ BPDL-SU/ S/ 2004 t ent ang Tim Pem berdayaan Pej abat Pengaw as Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sum at era Ut ara.

8. Tahun 2004: Sebagai Konsult an Penelit ian dan Verifikasi Tanah-t anah Eks HGU PTPN I I berdasarkan KepuTanah-t usan Gubernur Sum at er a Ut ara Nom or: 593.05/ 1092 t ent ang Pem bent ukan Tim I ndependen Penelit ian Masalah Tanah Eks HGU PTPN I I Di Provinsi Sum at era Ut ara.